JUDUL PROGRAM
BIDANG KEGIATAN
PKM-AI
Diusulkan oleh:
Imanuel Dwi Anansinar Putra
Lutvia Mayasari
Nadhira
Abstrak
Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai
oleh mahasiswa. Tetapi pada beberapa kasus tertentu, mahasiswa tidak dapat
berkomunikasi dengan benar di muka umum. Hal ini sering disebut dengan
kecemasan sosial atau lebih tepatnya demam panggung. Tujuan penelitian ini
yaitu untuk mengetahui seberapa efektivitasnya hipnoterapi terhadap penurunan
demam panggung mahasiswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimental. Sampel yang diambil sebanyak 15 mahasiswa dimana
memiliki demam panggung saat berbicara di depan umum. Hasil penelitian
menunjukan bahwa hipnoterapi dapat menurunkan kecemasan, membuat percaya
diri dan membuat mahasiswa rileks.
Kata kunci: Hipnoterapi, Demam panggung
Abstract
Speaking skill is one of the skills that must be mastered by students. But in certain
cases, students cannot communicate properly in public. This is often referred to as
social anxiety or rather stage fright. The purpose of this study was to determine
how effective hypnotherapy was in reducing stage fright in students. The method
used in this research is the experimental method. Samples were taken as many as
15 students who had stage fright when speaking in public. The results showed that
hypnotherapy can reduce anxiety, make students confident and make students
relax.
Keywords: Hypnotherapy, Stage Fright
Pendahuluan
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak yang
mengalami perubahan pada semua aspek atau fungsi untuk memasuki masa
dewasa. Menurut Mappiare (Ali & Asrori, 2009), masa remaja berlangsung antara
umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun untuk wanita dan 13 tahun sampai dengan
22 tahun utuk laki-laki. Transformasi intelektual dari cara berpikir remaja
memungkinkan mereka tidak hanya mampu mengintegrasikan dirinya ke dalam
masyarakat dewasa, tetapi juga merupakan karakteristik yang paling menonjol
dari semua periode perkembangan sehingga tidak mengherankan jika usia remaja
sangat diperhatikan, Shaw dan Costanzo (Ali & Asrori, 2009)
Pada masa remaja, perannya secara umum adalah sebagai pelajar atau
mahasiswa. Sebagai mahasiswa, seseorang diharapkan dapat menjadi sumber daya
manusia yang mempunyai intelektual yang tinggi, terampil, berpengetahuan,
kreatif, serta menjadi tumpuan harapan dalam bersaing menghadapi era
globalisasi yang semakin canggih ini. Seseorang tersebut juga diharapkan
menghasilkan ide serta gagasannya untuk mengisi pembangunan yang nyata.
Selain itu, seorang mahasiswa juga sangat diharapkan dapat menjadi pembicara,
pendengar, dan pelaku media yang kompeten dalam berbagai situasi lingkungan,
seperti di dalam kelas, di tempat kerja maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh
karena itu, untuk mengungkapkan ide serta gagasan tersebut, dibutuhkan
kemampuan berbicara di depan umum pada diri mahasiswa.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di lapangan mengenai
gejala-gejala apa saja yang dimunculkan oleh mahasiswa ketika menghadapi
situasi berbicara di depan publik, maka didapatkan bahwa suara yang bergetar saat
berbicara, tidak lancar dalam berbicara, serta kesulitan berkonsentrasi terbukti dari
ketidaktahuan pembicara dalam mengingat apa yang harus diucapkan selanjutnya.
Semua gejala tersebut merupakan gejala umum yang dapat diamati dengan jelas.
Ketidakmampuan diri untuk melawan kecemasan dapat berakibat pada
pembentukan rasa rendah diri, meremehkan diri sendiri, menganggap diri tidak
menyenangkan bagi orang lain, dimana segala pikiran negatif tersebut dapat
menjadi faktor penghambat perkembangan diri untuk jangka panjangnya.
Sedangkan, saat berbicara di depan umum, atau jangka pendek, pikiran negatif
tersebut akan mengakibatkan tidak dapat dikendalikannya situasi dan emosi.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi
merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi
dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat
mengganggu perilaku intensional manusia (Prawitasari, 1995).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas hipnoterapi
terhadap penurunan demam panggung pada mahasiswa. Penelitian ini diharapkan
dapat menambah informasi atau pengetahuan bagi para mahasiswa yang memiliki
kecemasan dalam berbicara di depan umum. Selain itu, manfaat teoritis dari
penelitian ini adalah memperkaya ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan
bagi perkembangan teori psikologi di berbagai bidang terkait dengan psikologi
eksperimen serta bidang psikologi lainnya seperti, psikologi klinis dan psikologi
sosial.
Hipnoterapi
Banyak metode terapiutik yang digunakan dalam menurunkan tingkat
kecemasan pada seseorang. Salah satunya adalah dengan metode hipnosis.
Hipnosis bertujuan untuk mengeksplorasi dan memahami faktor ketidaksadaran
(unconsciusness ) yang menjadi penyebab masalah. Peneliti diajak melakukan
katarsis dengan memverbalisasikan konflik-konflik yang telah ditekan ke alam
bawah sadar.
Selama ini kalangan masyarakat seringkali salah persepsi terhadap istilah
hypnosis. Pada hakikat yang sebenarnya, hipnosis merupakan proses kegiatannya,
hipnotis adalah orang yang melakukan hipnosis. Hipnosis merupakan suatu proses
untuk merubah kondisi normal state kepada kondisi hipnosis state, Hipnosis state
merupakan kondisi manusia disaat cenderung lebih sugestif sehingga dapat
menerima saran-saran yang dapat berubah menjadi nilai-nilai baru. Untuk setiap
situasi dan kondisi dalam hipnosis state bervariasi dan berbeda. Mulai dari
tingkatan sugestif ringan sampai dengan sugestif ekstrim. Proses hipnosis dapat
dilakukan sendiri (self hipnosis) atau dengan bantuan orang lain. Individu yang
memiliki kondisi kejiwaan yang relatif tenang, atau terbiasa berkonsentrasi pada
kondisi internal (meditasi dan doa) cenderung lebiih mudah memasuki hipnosis
state. Terdapat berbagai macam aplikasi hypnosis, antara lain; hypnosis stage
( pangggung), Metaphisical Hypnosis, Hipnosis Forensic dan Hipnosis medis.
Ahli Hipnoterapist menyatakan bahwa teknik hipnosis tepat dilakukan
karena pada saat ini manusia hidup pada masa digital native, yaitu berbagai
aktivitas menggunakan gadjet. Saat ini manusia lebih mudah menerima
sugestivitas secara non directive melalui alam bawah sadarnya.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen,
yaitu suatu metode penelitian untuk mengetahui efek yang ditimbulkan dari suatu
perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti. Perlakuan yang diberikan
bisa berupa situasi atau tindakan tertentu yang diberikan kepada individu atau
kelompok untuk kemudian dilihat pengaruhnya (Latipun, 2004).
Daftar Pustaka
Latipun. 2004. Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press.
Prawitasari. 1995. Mengenal Emosi Melalui Komunikasi Non Verbal.
Buletin
Psikologi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Tahun III. 1, 27-43.
Ali, M., Prof, Dr. & Asrori, M., Prof, Dr. 2009. Psikologi Remaja:
Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.