Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh token ekonomi untuk � PROCEDIA

Studi Kasus dan Intervensi Psikologi

meningkatkan kemampuan rawat diri pada p-ISSN 2302-1462; e-ISSN 2722-7669


ejournal.umm.ac.id/index.php/procedia
2021, Vol 9(4):145–151
individu dengan gangguan skizoafektif DOI:10.22219/procedia.v9i4.16346
© The Author(s) 2021
c b n 4.0 International license

Rullita Aristya Mintarsih1

Abstract
The subject was a 41-year-old woman with a diagnosis of schizoaffective disorder. Subjects showed the symptoms
of schizoid that made them less interested in daily activities, less concerned with hygiene and self-care. Assessment
methods used are observations, interviews, and psychological tests in the form of WAIS, graphic tests DAP, BAUM,
& HTP, TAT, WWQ and WHODAS questionnaire. Interventions are made to deal with the lack of ability in self-
care, using behavior modification therapy with the token economy method. The results showed that Token Economy
was effective to improve the subject’s ability to care for themselves, they became more motivated to perform basic
activities such as self-cleaning.

Keywords
Schizoaffective disorder, behavior modification, self-care, economic tokens

Pendahuluan 2016). Obat jenis ini dapat mengurangi terjadinya


relapse. Namun, keberfungsian hidup sehari-hari juga
Gangguan skizoafektif merupakan gejala gangguan mental
menjadi bagian penting yang perlu dikembangkan dan
berupa gejala psikotik dan gejala afektif (Bai et al.,
ditingkatkan. Hal ini terjadi karena umumnya penderita
2018). Untuk menegakkan diagnosa pada gangguan ini
gangguan mental memiliki kekurangan pada fungsi
setidaknya individu telah menunjukkan gejala psikotik
berkomunitas, hubungan interpersonal, strategi pemecahan
berupa gejala positif dua minggu dan disertai dengan
masalah, dan keterampilan baru (Rus-Calafell et al.,
gejala gangguan mood seperti manik dan depresif. Selama
2014). Dengan meningkatkan keberfungsian penderita
selang waktu individu memiliki gejala psikotik, apabila
dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara teratur
individu menunjukkan adanya kehilangan ketertarikan
dan terstruktur, mereka dapat membiasakan diri dengan
terhadap sesuatu yang menyenangkan yang merupakan
keterampilan-keterampilan sosial serta perawatan diri.
salah satu gejala gangguan mood serta memenuhi kriteria
Inidvidu yang menderita gangguan skizoafektif secara
yang ada pada gangguan maka, individu tersebut dapat
umum kurang memperhatikan kebersihan diri. Mereka
dikatakan menderita skizoafektif (American Psychological
kurang memperhatikan kondisi rambut, kuku, tubuh,
Association, 2013).
mulut, dan cara berpakaian. Sebagaimana hasil penelitian
Gejala klinis yang paling utama adalah kesalahan menunjukkan bahwa terdapat hubungan negative antara
persepsi yang memunculkan halusinasi dan delusi, cara persepsi diri tentang kebersihan dengan hasil asesmen
berpikir yang terganggu dan tidak terorganisir, permasala- dari perawat (Hsu, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa
han pada afeksi, serta gangguan pada gerak motor dan ketika pasien beranggapan bahwa dirinya telah menjaga
perilakunya. Namun secara khusus, gangguan skizoafektif. kebersihan diri atau melakukan perawatan pada diri tidak
Selain memiliki gejala yang ada dalam gangguan ski- berarti bahwa hasil asesmen kebersihan diri mereka juga
zofrenia, gangguan ini juga memiliki gejala gangguan dinilai baik oleh perawatnya.
mood depresi dan mania. Penderita yang mengalami gang- Subjek merupakan penderita gangguan skizoafektif yang
guan mental yang parah sering menunjukkan adanya keti- telah dirawat di Yayasan sejak tahun 2013 hingga sekarang.
dakmampuan secara sosial dan ketidakberfungsian dalam Subjek sebelumnya telah menderita gangguan emosi
kehidupan sehari-hari sehingga dapat berdampak pada per-
ilaku isolasi sosial.
Pasien dengan gejala diatas berpengaruh pada 1 Universitas Muhammadiyah Malang,Indonesia
bagaimana mereka berfungsi dalam kehidupan sehari-
hari. Gejala-gejala psikotik pada penderita skizoafektif Korespondensi:
Rullita Aristya Mintarsih, Direktorat Program Pascasarjana, Universi-
dapat diberikan treatment berupa farmakologi untuk tas Muhammadiyah Malang, Jl. Tlogomas 246 Malang, Indonesia
menstabilkan emosi dan antidepresan (Joshi et al., Email: aisyahputrirawe@gmail.com

Prepared using psyj.cls [Version: 2021/02/25 v1]


146 PROCEDIA : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2021, Vol 9(4)

karena masalah percintaan yang tidak direstui oleh orang Ayahnya adalah figur ayah yang dominan dan tegas,
tuanya. Subjek sering menyendiri, menangis serta marah- sedangkan ibu kandungnya telah lama meninggal. Sejak
marah di dalam kamar. Ia memaki-maki orang di depannya kecil, subjek telah di rawat oleh ibu sambungnya karena
atau di tembok karena beranggapan bahwa ada yang kakak-kakaknya tinggal di luar kota untuk bekerja. Ibu
mengolok-olok dirinya. sambungnya adalah wanita yang ramah, baik, dan nyaman
Permasalahan tersebut membuat subjek tidak tertarik dalam berkomunikasi. Subjek pertama kali datang ke
melakukan aktivitas sehari-hari. Ia lebih senang jika hanya Yayasan rehabilitasi psikologi diantarkan oleh kakaknya
duduk-duduk atau tidur di kamar. Ketika emosi subjek dengan keluhan pusing di kepala dan suka marah-marah.
sedang tidak baik tanpa sebab yang jelas, ia akan lebih Subjek telah tinggal di Yayasan kurang lebih dari 6 tahun.
banyak termenung dan kurang tertarik dengan aktivitas Sebelumnya pernah di rawat di RSJ selama dua bulan.
sosial. Perubahan emosi ini menyebabkan subjek mudah Berdasarkan hasil asesmen tersebut, permasalahan
merasa malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari, jadi ia yang dialami dapat dijelaskan dengan model diatesis
juga kurang memperhatikan perawatan diri dan kebersihan stress dimana terdapat pengaruhnya dari faktor biologis,
rambut, kuku, tubuh, mulut serta pakaiannya sehingga psikososial dan lingkungan. Model ini dapat mengungkap-
penampilannya terkesan lusuh. Subjek beranggapan bahwa kan bahwa gejala skizofrenia yang dialami individu dapat
ia telah membersihkan diri seperti mencuci rambutnya disebabkan oleh kerentanan spesifik (diatesis), yang apa-
tanpa menggunakan sampoo. Akibatnya, rambut subjek bila terdapat situasi lingkungan yang menimbulkan stress
ditumbuhi kutu, gatal dan tidak terawat. maka memungkinkan munculnya gejala skizofrenia pada
penderita. Subjek terlahir normal dan berkembang seba-
gaimana anak seusianya. Meskipun ia memiliki hambatan
Metode Asesmen dalam memahami pelajaran selama masa pendidikannya.
Asasmen dilakukan dengan metode observasi, wawancara, Berdasarkan hasil tes, Subjek memiliki IQ mental defective
dan tes psikologi. Observasi dilakukan pada saat kegiatan dimana ia kesulitan untuk memahami sesuatu tanpa ban-
sehari-hari Subjek, wawancara, dan pada saat tes berlang- tuan orang lain. Selain itu, subjek tidak memiliki riwayat
sung. Tujuan metode observasi ini adalah untuk mengamati keluarga yang memiliki gangguan mental. Hal ini menun-
pola perilaku Subjek pada saat berada pada suatu situ- jukkan bahwa ia memiliki kerentanan biologis dari segi
asi (tes psikologi dan wawancara), serta bagaimana peri- intelegensinya.
laku Subjek dalam kehidupan sehari-harinya. Wawancara Permasalahan Subjek dapat dilihat dari kerentanan
dilakukan dengan Subjek (autoanamnesa), dan penjaga psikologis dimana Subjek memiliki kepribadian yang
Yayasan tempat Subjek dirawat (alloanamnesa). berkemauan keras. Namun cenderung tertutup, pendiam
Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data-data dan penyendiri. Ia juga memiliki hambatan dalam
yang berhubungan dengan Subjek yang berguna untuk mengelola emosinya. Subjek memiliki emosi yang
melakukan penegakkan diagnosa. Tes psikologi yang datar (emotion flatness) dimana ia kurang mampu
diberikan berupa tes intelegensi WAIS yang bertujuan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya kepada orang
untuk mengetahui tingkat kecerdasan berdasarkan kemam- lain, mudah merasa ragu-ragu, cemas dan takut apabila
puan verbal dan performance, serta apakah terdapat kemu- mendapatkan penolakan dari orang lain atau kurangnya
nduran mental atau kerusakan otak. Tes grafis yang terdiri dukungan dari keluarga, juga kurang memiliki ketertarikan
dari tes DAP, BAUM, dan HTP. Tes DAP dan BAUM dalam berinteraksi sosial dan memiliki kesulitan dalam
dimaksudkan untuk memahami struktur kepribadian dan mengungkapkan perasaannya pada orang lain. Hal ini
kecenderungan dalam berhubungan dengan lingkungan menyebabkan subjek lebih sering melamun dan cenderung
sosialnya. Sedangkan tes HTP digunakan untuk menge- merasa depresif jika terjadi suatu masalah dan ketika
tahui hubungan dan persepsi subjek terhadap peran ayah harapannya tidak terpenuhi.
dan ibu serta bagaimana hubungan interpersonalnya. Tes Subjek memiliki sosok ayah yang tegas dan disiplin
TAT diberikan untuk mengetahui konflik-konflik yang terhadap anak-anaknya dalam hal pendidikan. Berdasarkan
dimiliki sehingga ia dapat memproyeksikan konflik terpen- penuturan kakaknya, ayah cenderung menggunakan kek-
dam pada ceritanya. Untuk menguatkan penegakan diag- erasan apabila anak-anaknya tidak belajar sesuai wak-
nosa, Subjek diberikan WWQ agar dapat diketahui kecen- tunya. Ayah juga tidak segan untuk menggunakan cam-
derungan patologis. Kuesioner WHODAS juga diberikan buk. Namun, Subjek memiliki kesulitan untuk mengikuti
untuk mengetahui seberapa besar keberfungsian dalam kemauan ayahnya dengan tingkat kecerdasan yang dimi-
kehidupannya sehari-hari. likinya. Hal ini membuat frustrasi dengan perlakuan ayah-
nya sehingga sering menggunakan reaksi formasi untuk
menggambarkan sosok ayahnya yaitu sebagai ayah yang
Presentasi Kasus baik dan bertanggung jawab.
Subjek seorang wanita paru baya berusia 41 tahun, Subjek tidak mampu menentang otoritas ayahnya jadi
memiliki badan gemuk dengan penampilan sederhana. ia merasa harus menjadi anak yang penurut dan menuruti
Subjek merupakan anak terakhir dari lima bersaudara. semua permintaan ayah kepadanya. Oleh karena itu,
Namun, subjek memiliki dua adik dari ibu sambungnya. permasalahan muncul (onset) adalah saat SMA dimana ia

Prepared using psyj.cls


Mintarsih 147

meminta ijin kepada orang tuanya untuk berpacaran namun rindu dengan keluarganya. Ia sering menangis di kamar
tidak diijinkan oleh ayah dan ibunya karena perlu berfokus saat teringat dengan keluarganya di rumah.
pada sekolahnya. Setelah penolakan dari keluarga, ia Namun, masalah yang menjadi perhatian utama bagi
lebih sering menyendiri di kamar dan sering berbicara Subjek adalah kurangnya kemampuan Subjek dalam
sendiri. Terkadang berteriak-teriak karena merasa ada yang melakukan perawatan diri dimana ia jarang merawat kon-
mengajaknya bicara dan mendengar suara-suara, namun disi rambutnya. Ia jarang menyisir rambutnya sendiri
tidak ada yang bisa melihat sosok yang mengajak bicara atau mencuci rambut dengan sampo sehingga rambutnya
kecuali ia sendiri. berkutu. Subjek juga tidak menyikat gigi dengan benar
Selain gejala halusinasi audio dan visual tersebut, sehingga giginya menguning. Ia juga kurang memper-
Subjek juga menunjukkan penurunan aktivitas dimana hatikan penampilannya karena jarang mengganti baju.
ia selalu merasa malas untuk beraktivitas sehingga Subjek mengganti baju sekali dalam tiga hari akibatnya
pekerjaan yang dilakukannya tidak pernah selesai. Rekan tidak jarang Subjek menimbulkan bau yang tidak sedap.
kerja mengeluhkan bahwa ia tidak pernah menyelesaikan Hal ini dapat mengganggu penghuni lain serta petugas
pekerjaannya dan menyusahkan orang-orang disekitarnya. yang bekerja di Yayasan.
Subjek juga akan marah apabila diingatkan untuk Subjek telah terbiasa merawat diri dengan mandi atau
melakukan suatu pekerjaan tertentu seperti mandi, mencuci menyikat gigi seperlunya saja. Subjek tidak dapat menilai
baju, atau menyapu. Gejala lain adalah subjek tidak apakah perawatan diri yang dilakukannya sudah benar
tertarik berinteraksi sosial sebab ia lebih sering menyendiri atau belum. Tidak adanya kontrol dari lingkungan karena
dengan dunianya. Ia berbicara sendiri sambil menangis petugas sibuk dengan pasien lain dan tidak adanya
atau marah-marah sampai merusak barang. yang mengajarkan kepada Subjek tentang perawatan diri
yang baik dan benar menyebabkan Subjek merasa telah
Pola pengasuhan dari ayah Subjek yang otoriter
melakukan sesuatu dengan benar. Sehingga perilaku ini
membuat Subjek kurang mendapatkan dukungan secara
terus berulang.
emosional. Ayah Subjek kurang mampu memahami
Perilaku bermasalah perawatan diri ini biasa dialami
kekurangan Subjek sehingga ia sering memaksa Subjek
oleh pasien skizofrenia. Mereka yang mengalami gang-
untuk lebih mengutamakan pendidikan daripada perasaan
guan ini cenderung mengalami defisit perawatan diri
dan percintaannya. Pola pengasuhan ini menjadi anteseden
karena hilangnya kebutuhan untuk mendapatkan rasa nya-
(A) dari munculnya perilaku pada Subjek. Perilaku (B)
man dari kebersihan diri (Sasmita, 2012). Mereka cen-
yang muncul adalah Subjek lebih sering menyendiri,
derung tidak menghiraukan penampilan dan kebersihan
menangis, dan berbicara sendiri saat keinginannya tidak
diri. Akibatnya, individu dapat mengalami gangguan fisik
dapat terpenuhi. Subjek juga meluapkan emosi marahnya
seperti penyakit kulit seperti gatal, gigi tidak terawat dan
apabila disuruh atau dipaksa melakukan sesuatu oleh
keropos, kuku yang panjang dan kotor, serta bau yang
orang lain. Dampaknya (C) adalah Subjek tidak mampu
kurang sedap. Untuk itu, keterampilan Subjek dalam mer-
mengelola emosinya jika ia dalam kondisi sangat tertekan
awat diri perlu ditingkatkan dengan memodifikasi perilaku
serta tidak tertarik melakukan kegiatan sehari-hari.
Subjek menggunakan metode token ekonomi.
Gejala-gejala yang muncul pada Subjek menunjukkan Terapis menggunakan metode intervensi dengan token
bahwa Subjek mengalami gangguan skizofrenia dengan ekonomi. Selain pemberian token, reinforcement positive
perubahan emosi yang cepat dari emosi manik (marah- tidak selalu berupa hadiah (tangible reinforcers) yang
marah) ke depresi (menangis dan tidak tertarik dengan disenangi oleh Subjek karena dalam pemberian rewards
aktivitas sehari-hari). Akan tetapi, gejala-gejala ini telah sangat perlu memperhatikan dampaknya agar tidak
mengalami penurunan setelah diberikan penanganan medis menimbulkan ketergantungan pada Subjek.
berupa obat psikotik. Selama observasi, Subjek tidak
menunjukkan tanda-tanda marah yang tidak bisa dikontrol
meskipun terkadang Subjek menunjukkan emosi marahnya Diagnosis dan Prognosis
pada objek tertentu dengan menggunakan kata-kata kasar. Diagnosis bagi subjek adalah gangguan Skizoafektif
Umumnya, Subjek marah jika ia merasa tidak diperlakukan (295.70/F25.0) ditandai dengan perubahan emosi (manik,
secara adil atau merasa dirinya sedang dibicarakan orang depresif) secara bersamaan selama masa gangguan. Hal
lain. ini berdampak pada kurangnya minat Subjek dalam
Berdasarkan observasi juga menunjukkan bahwa gejala beraktivitas dan melakukan pekerjaan hanya seperlunya
depresif Subjek masih tampak. Misalnya, Subjek lebih saja. Sehingga memunculkan permasalahan kurangnya
suka menyendiri, emosinya yang datar hampir setiap kemampuan dalam perawatan diri dan menjaga kebersihan.
hari muncul, berkurangnya ketertarikan untuk melakukan Hasil WHODAS menunjukkan skor 3,9 yang berarti bahwa
suatu kegiatan, peningkatan berat badan, sulit tidur atau Subjek memiliki keterbatasan untuk melakukan aktivitas
kebanyakan tidur, dan sering melamun sambil memper- tertentu namun Subjek masih cukup mampu mengerjakan
hatikan jalan raya tanpa ekspresi. Subjek juga terkadang kegiatan sehari-hari.
menunjukkan rasa sedihnya karena tidak mendapatkan Prognosis positif karena Subjek masih memiliki
kunjungan dari keluarga dan selalu mengatakan bahwa ia kemauan dalam melakukan aktivitas tertentu jika disuruh.

Prepared using psyj.cls


148 PROCEDIA : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2021, Vol 9(4)

Ia juga cukup memahami perlunya memperhatikan menukar token dengan hadiah yang diinginkannya jika
penampilan diri dengan merawat dirinya. Serta adanya ia mampu mengumpulkan sebanyak token yang telah
dukungan dari keluarga untuk kesembuhan Subjek dari ditentukan yaitu sebanyak 25 token. Tahap (6) Menetap-
permasalahannya. kan waktu dan tempat penukaran. Subjek akan memiliki
papan token ekonomi, didalamnya terdapat tempat untuk
mengumpulkan token. Setelah banyak token dikumpulkan
Intervensi
oleh Subjek maka ia akan mendapatkan hadiah yang
Metode intervensi yang digunakan adalah token ekonomi. diinginkannya.
Token ekonomi merupakan metode yang efektif dalam Terapis bersama Subjek menentukan target-target per-
mengubah perilaku Subjek dengan memberikan imbalan ilaku yang akan dilakukan Subjek. Target perilaku
atas perilaku yang dikehendaki apabila Subjek dapat tersebut adalah mandi dan menggsok gigi dua kali
melakukannya (Sunarsih & Holidy, 2017). Kegiatan ini sehari, keramas dengan sampoo, menyisir rambut, memo-
dilakukan agar Subjek dapat melakukan perawatan diri tong/membersihkan kuku, dan mengganti pakaian. Terapis
secara rutin. Sehingga ia dapat terbiasa menjaga dan menjelaskan kepada Subjek bahwa ia akan mendapatkan
merawat kebersihan diri meskipun ia sedang dmengalami token berupa sticker setiap kali ia dapat melakukan target
perubahan emosi dan merasa malas untuk beraktivitas. perilakunya. Subjek bisa menukar token tersebut dengan
Subjek akan diberikan token yang dapat ditukarkan dengan hadiah yang disenanginya berupa snack atau jajanan anak-
hadiah sebagai bentuk penguatan atas perilakunya. Berikut anak sekolah, minuman teh gelas, dan makanan nasi ayam
adalah tahapan pelaksanaan metode token ekonomi: bakar serta es jeruk. Rewards ini akan diberikan setelah
Subjek dapat mengumpulkan jumlah token yang telah
Sesi I: Identifikasi Masalah. Terapis menjelaskan pent-
ditentukan yaitu 15 token untuk snack dan minuman, dan
ingnya melakukan perawatan diri dalam kehidupan sehari-
25 token untuk nasi ayam bakar dan es jeruk.
hari.kepada Subjek Penjelasan ini dilakukan bertujuan
untuk memberikan pemahaman kepada Subjek tentang Sesi III: Implementasi Token Ekonomi Implementasi
perawatan diri yang selama ini dilakukan masih perlu token ekonomi dalam waktu seminggu dengan kegiatan
ditingkatkan agar Subjek dapat terus menjaga kebersihan merawat diri lain pada setiap sesinya. Pelaksanaan ini
tubuhnya. dilakukan dengan menanyakan Subjek apakah Subjek
Sesi ini dilakukan pada hari pertama pertemuan. Ter- telah mandi dengan sabun dan menggosok gigi setiap
apis memberikan penjelasan kepada Subjek tentang per- harinya. Terapis juga mendorong Subjek agar mau
masalahan yang dimilikinya yaitu kurangnya kemampuan mengerjakan target perilaku yang dapat dilakukan setiap
Subjek dalam merawat diri. Subjek sepakat dengan ter- hari seperti menyisir rambut atau membersihkan kuku.
apis bahwa ia perlu meningkatkan kebersihan dirinya Serta mendorong Subjek agar membuat jadwal untuk
agar ia mampu merawat diri dalam kehidupan sehari-hari keramas dengan sampoo dan mengganti baju.
secara mandiri. Pada sesi ini, Subjek menyatakan kese- Token-token yang telah dikumpulkan oleh Subjek
diaannya untuk melakukan target-target perilaku dalam dapat ditukarkan dengan makanan yang diinginkan oleh
meningkatkan kemampuan perawatan dirinya. Subjek yaitu lalapan nasi tempong dengan lauk ayam
bakar dan minuman es jeruk. Subjek merasa senang
Sesi II: Pengenalan Intervensi dan Menentukan Target
ketika mendapatkan token setelah melakukan kegiatan
Perilaku yang diharapkan. Terapis mengenalkan token
yang menjadi target perilaku dari intervensi. Subjek
ekonomi beserta target perilaku yang akan dilakukan.
juga diberikan pujian untuk menyemangatinya agar dapat
Tahap (1) Target perilaku yang diharapkan adalah
melakukan perawatan diri secara teratur.
Subjek mampu melakukan perawatan diri yaitu berupa
mandi dengan sabun, keramas dengan sampo, menggosok Sesi IV: Monitoring. Monitoring dilakukan setelah pem-
gigi, menyisir rambut, berdandan/merapikan penampilan, berian token ekonomi diberikan. Sesi ini bertujuan untuk
mengganti pakaian, dan membersihkan kuku. Tahap (2) memantau apakah Subjek tetap melakukan target perilaku
Mengidentifikasi item yang dapat menjadi token. Token yang diharapkan ketika token tidak lagi diberikan. Mon-
yang diberikan adalah tanda yang bergambar bunga terbuat itoring dilakukan selama empat hari setelah pemberian
dari kertas karena Subjek menyukai gambar bunga. Bentuk token dihentikan dengan menanyakan apakah Subjek telah
ini akan menarik perhatian Subjek sehingga ia termotivasi melakukan target perilaku setiap harinya. Subjek diberikan
untuk melakukan kegiatan perawatan diri. Tahap (3) pujian jika dapat melakukan target perilaku yang diharap-
Mengidentifikasi back up reinforce. kan dan diberikan motivasi agar terus menjaga kebersihan
Penguatan yang diberikan adalah berupa hadiah dirinya.
makanan ringan yang disenangi oleh Subjek. Serta Sebelumnya, Subjek diberikan penjelasan bahwa pem-
makanan dengan lauk ayam dan es jeruk. Tahap berian token akan dihentikan namun terapis tetap men-
(4) Menentukan jadwal pemberian reinforcer. Pen- dorong Subjek agar tetap melakukan perawatan diri
guatan berupa hadiah diberikan apabila Subjek telah meskipun terapis tidak memberikan token. Setiap hari,
mengumpulkan token yaitu di akhir sesi. Tahap (5) Mene- terapis akan bertanya kepada Subjek apakah ia sudah
tapkan banyaknya token yang bisa ditukar. Subjek dapat melakukan target perilaku pada hari tersebut. Jika

Prepared using psyj.cls


Mintarsih 149

Subjek dapat melakukannya, terapis tidak memberikan 10


token tetapi memberikan pujian agar Subjek termotivasi 9
untuk melakukan kegiatan-kegiatan perawatan diri setiap
8
harinya. Apabila Subjek belum melakukan salah satu target

Kemempuan rawat diri


perilaku, terapis memberikan dorongan pada Subjek untuk 7
melakukan target perilakunya dan pemahaman agar Subjek 6
tetap menjaga perawatan diri.
5
Sesi ini, Subjek menunjukkan adanya perubahan
perilaku dimana ia dapat melakukan perawatan diri dan 4
menentukan jadwal. Subjek setiap hari melakukan kegitan 3
perawatan diri tanpa pemberian token yaitu mandi dengan Baseline
sabun dua kali sehari, menggosok gigi dua kali saat mandi 2
Intervensi
ditambah setelah makan, keramas dengan sampoo setiap 1 Monitoring
dua hari sekali, menyisir rambut, dan membersihkan kuku. 0
Artinya, Subjek telah menunjukkan perubahan perilaku 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
tanpa adanya reinforcement dari luar berupa token. Jenis Pengmatan

Sesi V: Evaluasi dan Terminasi Evaluasi dan terminasi Gambar 1. Hasil intervensi.
bertujuan untuk mengevaluasi ada tidaknya perubahan per-
ilaku yang telah ditunjukkan oleh Subjek dan menentukan
perlu tidaknya penerapan implementasi kembali. Apabila Subjek apabila Subjek lupa melakukannya namun penjaga
Subjek telah menunjukkan adanya perubahan perilaku Yayasan mengaku belum pernah mengingatkan karena
maka terapis dapat mengakhiri serangkaian sesi. Subjek dapat melakukan sendiri tanpa diminta. Hal ini
Disini terapis menganalisa perubahan yang terjadi menunjukkan bahwa Subjek telah mampu melakukan
adalah karena Subjek merasa senang saat mendapatkan perawatan diri setiap hari. Perubahan perilaku ini juga
hadiah (token) ketika ia dapat melakukan target perilaku. nampak pada penampilan Subjek yang terlihat bersih
Subjek juga senang ketika ia mendapatkan pujian dari dan rapi. Rambutnya jadi lebih terawat dan tersisir rapi.
orang lain sehingga hal ini membuatnya terdorong untuk Pakaian Subjek juga tidak lusuh seperti saat sebelum
mempertahankan perubahan perilakunya. Subjek juga intervensi.
mendapatkan dukungan dari keluarga berupa persediaan
peralatan mandi. Sebelum intervensi, Subjek sering malas
menggunakan sampoo karena ia tidak memiliki sampoo Hasil dan Pembahasan
dan penjaga Yayasan hanya akan memberikan sampoo
sachet saat kondisi rambut Subjek benar-benar kotor. Hasil
Tetapi, sekarang Subjek memiliki sampoo berbentuk botol Hasil dari intervensi menunjukkan bahwa Subjek dapat
pemberian dari kakak Subjek. Ia sering menggunakan merawat diri dengan mandi dan menggosok gigi secara
sampoo tersebut sesuai jadwal yang telah dibuatnya sendiri teratur serta kegiatan perawatan diri lain.
yaitu dua hari sekali. Selain itu, Subjek juga menjaga Sebagaimana Gambar 1 hasil intervensi menunjukkan
penampilannya dengan selalu terlihat rapi karena Subjek adanya peningkatan dibandingkan dengan saat sebelum
sering menyisir rambutnya setelah bangun tidur dan mandi. intervensi. Subjek secara rutin dapat melakukan kegiatan
Karena Subjek telah menunjukkan perubahan perilaku, mandi sebanyak dua kali sehari menggunakan sabun.
terapis memutuskan untuk menghentikan intervensi yang Ia juga secara rutin menggosok giginya namun saat
telah dilakukan. intervensi berlansung, Subjek justru menunjukkan perilaku
Sesi VI: Follow Up. Follow up merupakan sesi yang baru yaitu menggosok gigi setelah makan. Meskipun
bertujuan untuk mengevaluasi apakah perubahan perilaku sebenarnya perilaku tersebut tidak menjadi target dari
yang ditunjukkan Subjek dapat dipertahankan selama intervensi. Subjek menunjukkan peningkatan perilaku
kurun waktu yang ditentukan yaitu dua bulan setelah dalam melakukan keramas dengan sampoo. Dalam hal
pelaksanaan intervensi. Follow up dimaksudkan agar ini, Subjek membiasakan diri untuk mencuci rambutnya
terapis dapat mengetahui perubahan perilaku yang terjadi dengan sampoo sekali dalam dua hari. Hasilnya, rambut
pada Subjek adalah hasil dari penerapan metode token Subjek lebih terlihat sehat meskipun masih terdapat telur
ekonomi yang telah dilakukan. kutu di bagian bawah rambutnya.
Terapis melakukan pertemuan dengan Subjek seminggu Selain itu, Subjek juga mengalami peningkatan dalam
setelah pelaksanaan intervensi. Terapis menanyakan menyisir rambut dan memotong/membersihkan kukunya
kepada Subjek tentang perawatan diri yang dilakukannya, dari kotoran. Dalam membersihkan kuku, Subjek dapat
Subjek mengatakan bahwa ia membiasakan diri untuk melakukannya sendiri tetapi tetap dalam pengawasan agar
mandi setiap hari dan keramas setiap dua hari sekali. ia tidak melukai tangannya. Terakhir adalah perilaku
Selain itu, penjaga Yayasan juga turut mengingatkan mengganti pakaian, awalnya Subjek mengenakan baju

Prepared using psyj.cls


150 PROCEDIA : Studi Kasus dan Intervensi Psikologi 2021, Vol 9(4)

selama tiga hari berturut-turut. Tapi akhirnya Subjek dilakukan penjadwalan yang jelas sebelum dilakukannya
menggunakan pakaian yang sama hanya dalam dua hari. intervensi agar target perilaku yang ingin dicapai dapat
terlaksana dengan penjadwalan yang terstruktur (Aprilianti
et al., 2017).
Pembahasan
Selain itu, pemberian rewards juga perlu diperhatikan
Berdasarkan hasil intervensi, penerapan metode token dan disesuaikan dengan sesuatu yang disukai oleh
ekonomi dapat membantu Subjek dalam meningkatkan Subjek agar menjadi lebih termotivasi. Akan tetapi,
keterampilannya dalam merawat diri dan menjaga keber- pemberian rewards ini merupakan motivasi ekstrinsik
sihan. Aktivitas kebersihan diri yang diterapkan kepada dimana individu melakukan suatu kegiatan dikarenakan
Subjek selama 6 hari ini memberikan dampak positif dorongan dari luar (Sunarsih & Holidy, 2017). Untuk
pada Subjek yaitu Subjek dapat merasakan pentingnya itu, motivasi instrinsik lebih diperlukan agar Subjek
kebersihan bagi dirinya. Selaras dengan hasil intervensi dapat mempertahankan perilaku yang dikehendaki tanpa
ini, Sasmita (2012) juga mengungkapkan dalam peneli- disertai dengan penguatan atau rewards dari orang lain.
tiannya bahwa metode token ekonomi efektif digunakan Motivasi dari dalam diri ini dapat berupa kesadaran
untuk mengajarkan pada pasien yang mengalami defisit diri akan pentingnya menjaga kebersihan dan merawat
perawatan diri. diri untuk menjaga kesehatan. Subjek menunjukkan
Gangguan skizoafektif merupakan penyakit yang parah adanya perubahan perilaku dalam merawat diri karena
karena memiliki perbedaan dibandingkan dengan penderita ia menyadari pentingnya merawat diri dalam kehidupan
gangguan skizofrenia umumnya yaitu adanya gejala afektif sehari-hari dan termotivasi untuk menjaga kebersihan diri.
yang mengalami perubahan dengan cepat (DeRosse et Subjek juga memiliki perawat yang selalu memantau
al., 2013). Gejala afektif ini memiliki perbedaan dengan perilaku perawatan dirinya. Dengan demikian, Subjek
gejala negatif seperti avolition, alogia, dan anhedonia dapat terus mempertahankan perilakunya. Keterbatasan
karena diperlukan pemenuhan kriteria dari gangguan dari intervensi ini adalah klien mampu menerapkan target
depresif major atau bipolar. Sehingga dapat dikatakan perilaku dengan mudah. Hal ini terjadi karena target
bahwa gangguan skizoafektif telah mewakili gejala-gejala perilaku yang ditentukan dalam intervensi merupakan
yang ada dalam gangguan skizofrenia dan bipolar. Pasien aktivitas yang sehari-hari dapat dilakukan oleh klien. Oleh
yang menderita skizoafektif mengalami perubahan emosi karena itu, klien dapat dengan mudah mencapai target
yang kadang tidak terduga karena itu ia mudah sekali perilaku perawatan diri.
berubah menjadi tidak tertarik dengan aktivitas sehari-
hari. Pasien dengan gangguan psikotik yang memiliki
masalah dalam perawatan diri dapat mempengaruhi Simpulan
kualitas hidupnya (Arsova et al., 2014). Akibatnya Subjek Berdasarkan hasil intervensi ini dapat disimpulkan bahwa
jadi kurang memperhatikan kebersihan diri dan kurang aktivitas merawat diri dengan token ekonomi cukup
mampu merawat diri dengan baik meskipun ia merasa efektif untuk memotivasi agar tetap menjaga kebersihan
dirinya telah benar dalam merawat diri (Hsu, 2017). dirinya. Subjek dapat membiasakan diri untuk merawat
Penerapan token ekonomi untuk meningkatkan kemam- diri dan menyadari tentang pentingnya merawat diri dalam
puan perawatan diri bagi pasien psikotik sangat diperlukan, kehidupan sehari-hari.
terlebih apabila Subjek merupakan individu yang belum Berdasarkan kesimpulan tersebut, penerapan token
menikah, belum memiliki anak, dan jauh dari keluarga (Tas ekonomi sebaiknya lebih terprogam dan terstruktur agar
& Buldukoglu, 2018). Subjek membutuhkan kemampuan pelaksanaannya dapat memberikan pengaruh yang lebih
untuk merawat dirinya sendiri sehingga ketika ia telah efektif dan perilaku yang diharapkan dapat meningkat
keluar dari Yayasan ia mampu secara mandiri melakukan secara signifikan. Selain itu, perlunya dukungan dari kelu-
aktivitas-aktivitas dasar dalam sehari-harinya seperti mer- arga dan orang-orang disekitar akan semakin memper-
awat kebersihan diri. Meski demikian, peran keluarga cepat peningkatan kemampuan perawatan diri. Dukungan
dan orang-orang disekitar juga dibutuhkan karena dengan yang dapat diberikan keluarga adalah terus memberikan
adanya dukungan Subjek dapat meningkatkan kemam- motivasi dan pengawasan agar perilaku yang telah ter-
puannya dalam perawatan diri (Arsova et al., 2014). bentuk dapat menetap dan Subjek mampu secara mandiri
Kelebihan dari penggunaan metode token ekonomi ini melakukan perawatan diri.
adalah metode token mudah diberikan kepada pasien
psikotik dimana mereka hanya membutuhkan sedikit
Referensi
pemahaman untuk melakukan target perilaku. Subjek
dapat melakukan kegiatan sederhana dan mendapatkan American Psychological Association. (2013). Diagnostic and
penguatan berupa token serta pujian untuk memotivasinya statistical manual mental disorder 5th ed. Washington, DC.
agar tetap dapat merawat diri dari kebersihan. Pemberian British Library
penguatan dapat meningkatkan perilaku merawat diri pada Aprilianti, Heryanto, D., & Mulyasari, E. (2017). Pener-
Subjek. Ia menjadi lebih termotivasi untuk membersihkan apan teknik modifikasi perilaku token ekonomi untuk
diri. Akan tetapi, penguatan yang diberikan perlu meningkatkan kedisiplinan siswa kelas V sekolah dasar.

Prepared using psyj.cls


Mintarsih 151

Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 2(4), 63-75https: Joshi, K., Lin, J., Lingohr-Smith, M., Fu, D.J., & Muser,
//doi.org/10.17509/jpgsd.v2i4.14007 E. (2016). Treatment patterns and antipsychotic medi-
Arsova, S., Bajraktarov, S., Barbov, I., & Hadzihamza, K. cation adherence among commercially insured patients
(2014). Patients with schizophrenia and self-care. Journal with schizoaffective disorder in the united states. Jour-
of Medical Sciences. 2(2), 289-292 https://doi.org/10.3889/ nal Clinical Psychopharmacol. 36, 429-435 10.1097/JCP.
oamjms.2014.048 t 0000000000000549
Bai, Y., Yang, X., Zeng, S., & Yang, H. (2018). A case report Rus-Calafell, M., Gutierrez-Maldonado, J., Ribas-Sabate, J.,
of schizoaffective disorder with ritualistic behaviors and & Lemos-Giraldez, S. (2014). Social skills training for
catatonic stupor: Successful treatment by risperidone and people with schizophrenia: What do we train? Behavioral
modified electroconvulsive therapy. BMC Psychiatry. 18(67), Psychology. 22(3), 461-477 http://CorpusID:38282553
1-5 http://doi:10.1186/s12888-018-1655-5 Sasmita, H., Mahdairta, R., & Asterina. (2012). Pengaruh metode
DeRosse, P., Burdick, K.E., Lencz, T., Siris, S.G., & Malhotra, token economy terhadap aktivitas perawatan diri pada pasien
A.K. (2013). Empirical support for dsm-iv schizoaffective defisit perawatan diri. Ners Jurnal Keperawatan. 8(1), 23-30
disorder: Clinical and cognitive validators from a large https://doi.org/10.25077/njk.8.1.24-31.2012
patient sample. PLoS ONE. 8 (5), 1-8 https://doi.org/10. Sunarsih, Manurung, I., & Holidy. (2017). Pengaruh terapi token
1371/journal.pone.0063734 terhadap kemampuan mengontrol perilaku kekerasan pada
Hsu, Y.C., Lin, W.Q., & Kuo, H. W. (2017). Schizophrenic pasien gangguan jiwa. Jurnal Keperawatan. 8(2), 234-238
patients’ poor perception in personal hygiene. Mental Health http://dx.doi.org/10.26630/jkep.v13i2.937
in Family Medicine. 13, 369-374 http://10.25149/1756-8358. Tas, S., & Buldukoglu, K. (2018). Early period self-care
1301006 ability and care requirements of schizophrenia patents after
discharge. Journal of Psychiatric Nursing. 8(9), 11-22 http:
//10.14744/PHD.2017.64935

Prepared using psyj.cls

Anda mungkin juga menyukai