Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sidoarjo dulu dikenal sebagai pusat Kerajaan Janggala. Pada masa
kolonialisme Hindia Belanda, daerah Sidoarjo bernama Sidokare, yang
merupakan bagian dari Kabupaten Surabaya. Pada 1859, Kabupaten Surabaya
dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare.
Pada tanggal 28 Mei 1859, nama Kabupaten Sidokare yang memiliki konotasi
kurang bagus diubah namanya menjadi Kabupaten Sidoarjo.
Kabupaten Sidoarjo adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa
Timur diantara 38 kabupaten. Kabupaten Sidoarjo terbagi menjadi 18 kecamatan
dan 353 kelurahan. Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah yang mengalami
perkembangan pesat. Keberhasilan ini dicapai dari berbagai potensi yang ada di
wilayahnya seperti industri, perikanan, perdagangan, dan pertanian.
Sektor industri di Sidoarjo berkembang cukup pesat karena lokasi yang
berdekatan dengan pusat bisnis Jawa Timur (Surabaya), dekat dengan Pelabuhan
Tanjung Perak maupun Bandara Juanda. Perikanan juga merupakan sektor
perekonomian utama Sidoarjo. Selat Madura di sebelah Timur merupakan daerah
penghasil perikanan, di antaranya Ikan, Udang, dan Kepiting. Logo Kabupaten
menunjukkan bahwa Udang dan Bandeng merupakan komoditi perikanan yang
utama kota ini. Sidoarjo dikenal pula dengan sebutan "Kota Petis". Untuk komposisi
pelaku ekonomi di Sidoarjo sector perdagangan berkontribusi mencapai 16,15 persen
didukung oleh Usaha Mikro Kecil sebanyak 219.200 pelaku, menengah sebanyak
2.202 pelaku dan besar sebanyak 368 Pelaku, dengan sektor usaha padat
karya. Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah pertanian yang subur sebagai lumbung
pangan, mempertahankan petanian yang maju agar bisa swasembada pangan dengan
cara intensifikasi pertanian dan menggunakan mekanisasi teknologi tepat guna.
Terdapat banyak lokasi pariwisata yang ada di Kabupaten Sidoarjo. mulai
dari Wisata budaya, Belanja, Wisata Alam, Taman Hiburan keluarga, Pusat
Perbelanjaan, dan lain-lain. Beberapa diantaranya merupakan wisata terkenal yang

1
2

sudah terkenal sampai se-Indonesia, seperti Wisata Lumpur Lapindo. Meskipun


sangat tidak etis hal tersebut dijadikan objek wisata mengingat banyak korban
yang terkena dampak Lumpur tersebut. Namun saat ini, objek tersebut dijadikan
sebagai tempat wisata oleh sebagian orang yang sedang dalam perjalanan dari
Surabaya ataupun dari Malang.
Dengan adanya berbagai potensi daerah serta dukungan sumber daya
manusia yang memadai, maka dalam perkembangannya Kabupaten Sidoarjo
mampu menjadi salah satu daerah yang strategis bagi pengembangan
perekonomian regional. Pertambahan penduduk di Kabupaten Sidoarjo bukan
karena tingginya angka kelahiran, akan tetapi lebih karena arus urbanisasi sebagai
dampak dari pertumbuhan sektor industri dan perumahan di Kabupaten Sidoarjo,
serta sebagai daerah penyangga Kota Surabaya. Jumlah penduduk di Kabupaten
Sidoarjo saat ini 2.262.440 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-
laki 1.140.627 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 1.121.813 jiwa. Dengan
luas wilayah Kabupaten Sidoarjo 719,63 km². Kabupaten Sidoarjo terletak antara
112o5’ dan 112o9’ Bujur Timur dan antara 7o3’ dan 7o5’ Lintang Selatan.
Manusia sangat bergantung dari bagaimana mereka berpindah dari satu
tempat ke tempat lainnya, atau biasa disebut sistem transportasi. Transportasi bisa
dikatakan baik apabila mampu memberikan pelayanan yang memadai, perjalanan
yang aman, nyaman, dan bebas dari kemacetan, serta memiliki waktu tempuh
yang singkat. Untuk mencapai kondisi yang baik sangat ditentukan oleh berbagai
faktor yang menjadi bagian dari komponen transportasi, salah satunya yaitu
kondisi prasarana jalan. Jalan yang dulunya masih berupa jalan setapak yang
masih beralaskan tanah kini berkembang menjadi jalan yang memiliki lebar
sangat luas yang dilapisi aspal maupun beton, hal ini menunjukan bahwa
perkembangan teknik pembangunan dan bentuk jalan telah mengalami perubahan
seiring berkembangnya zaman dan kebutuhan manusia.
Perkerasan jalan merupakan campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk membantu beban lalu lintas. Agregat yang dipakai dalam
perkerasan jalan adalah batuan pecah atau batu belah. Bahan ikat yang dipakai
adalah aspal, semen, ataupun tanah liat. Perkerasan jalan merupakan bagian dari
3

perencanaan jalan yang harus direncanakan secara efektif dan efisien. Perkerasan
lentur yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat,
sehingga lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu
lintas ke tanah dasar. Perkerasan kaku yaitu perkerasan yang menggunakan semen
sebagai bahan ikat, pelat beton tanpa atau dengan tulangan diletakkan di tanah
dasar dengan atau tanpa pondasi sehigga beban lalu lintas sebagian besar dipikul
plat beton.
Peningkatan jalan diperlukan karena banyak kerusakan pada ruas jalan ini,
yang membuat mobilitas pengguna jalan terganggu, seperti lapisan permukaan
jalan yang berlubang dan lapisan aspal yang retak. Keadaan jalan yang buruk
dapat juga mengakibatkan pengguna jalan dalam bahaya, dapat mengakibatkan
kecelakaan lalu lintas. Kerusakan diperparah karena dibeberapa titik ruas jalan
tidak memiliki saluran drainase untuk membuang air hujan sehingga ruas jalan
tergenang air yang dapat merusak konstruksi lapisan perkerasan dari jalan
tersebut.
Dari uraian di atas, perencanaan perkerasan yang memenuhi syarat teknis
menurut fungsi, volume, dan sifat lalu lintas, sehingga pembangunan konstruksi
jalan dapat berguna bagi perkembangan di kawasan industri dan daerah
sekitarnya. Maka dari itu perlu dilakukan studi perencanaan perkerasan pada jalan
Lingkar Timur di Kabupaten Sidoarjo.

1.2 Rumusan Masalah


a. Berapa tebal perkerasan lentur (Flexible Pavement) pada ruas jalan
Lingkar Timur Kab. Sidoarjo dengan menggunakan metode Bina Marga ?
b. Berapa tebal perkerasan kaku (Rigid Pavement) pada ruas jalan Lingkar
Timur Kab. Sidoarjo dengan menggunakan metode Bina Marga ?
c. Berapa anggaran biaya yang dibutuhkan dalam kontruksi perencanaan
perkerasan lentur dan kaku pada ruas jalan Lingkar Timur Kab. Sidoarjo ?
4

1.3 Tujuan Studi


a. Mengetahui tebal perkerasan lentur (Flexible Pavement) yang terjadi
dengan menggunakan metode Bina Marga.
b. Mengetahui tebal perkerasan kaku (Rigid Pavement) yang terjadi dengan
menggunakan metode Bina Marga.
c. Mengetahui berapa anggaran biaya pada pelaksanaan konstruksi
perkerasan lentur dan kaku.

1.4 Batasan Masalah


a. Tidak menghitung perencanaan bahu jalan dan tidak menghitung
perencanaan bangunan pelengkap jalan (drainase, kerb).
b. Tidak membahas mengenai pemeliharaan material, perhitungan pondasi
bawah agar menghindari penyimpangan pengolahan data.
c. Tidak menghitung Alinyemen Horizontal dan Vertikal.
d. Dalam perencanaan ini tidak menghitung perencanaan geometrik jalan.
e. Umur rencana yang digunakan dari kedua jenis perkerasan adalah 20
tahun.
f. Perhitungan anggaran biaya sesuai dengan harga satuan upah dan bahan
yang berlaku saat ini untuk daerah jawa timur.
g. Dalam perencanaan ini tidak menghitung durasi pekerjaan dan waktu
pelaksanaannya.

1.5 Manfaat Studi


a. Dapat dijadikan bahan referensi dalam analisa perhitungan tebal
perkerasan pada proyek jalan khususnya di kawasan Kabupaten Sidoarjo.
b. Untuk mengetahui pentingnya pemilihan metode yang tepat dalam
penanganan pekerjaan pekerasan jalan.
c. Untuk mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan dalam perencanaan
perkerasan lentur dan kaku pada lokasi yang ditentukan.
5

d. Bagi peneliti sebagai ilmu pengetahuan, pengalaman dan menambah


wawasan mengenai pengaruh pemilihan metode atau jenis perkerasan
jalan.
e. Bagi rekan–rekan mahasiswa skripsi ini diharapkan dapat menjadi
sumbangan akademik yang dapat menjadi rujukan atau referensi dalam
penyusunan skripsi mengenai perkerasan lentur dan perkerasan kaku.

Anda mungkin juga menyukai