Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI FLA MENDORONG NESTLÉ MELAKUKAN

CSR DALAM BIDANG PEKERJA ANAK DI PANTAI


GADING PADA TAHUN 2012-2017
1) 2) 3)
Vivi Alvina , I Made Anom Wiranata , Putu Titah Kawitri Resen
123)
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
1 2 3
Email: vivialvinaliu@gmail.com , anomwiranata@gmail.com , kawitriresen@unud.ac.id

ABSTRACT
This research aims to describe the strategy of a non-governmental
organization, named the Fair Labor Association (FLA) to encourage Nestlé to make
behavioral changes by using qualitative methods. The problem of child labor in Ivory
Coast has become a complicated issues that need to be solved. As one of the largest
food companies in the world and for supplying cocoa from the Ivory Coast, Nestlé
has an important role in combating child labor issues. However, Nestlé has not been
able to reduce the number of child labor in Ivory Coast. Therefore, the researcher
uses the conceptual framework of private authority theory and the strategy of non-
governmental organizations in encouraging companies to do Corporate Social
Responsibility (CSR). This research can then see that FLA's auditing and reporting
strategies can help Nestlé and Ivory Coast reduce child labor numbers and create a
better life for the society than before.
Keywords: Ivory Coast, Child Labor, Private Authority, NGO Strategy.

1. PENDAHULUAN
Isu pekerja anak telah menjadi non-pemerintah dan juga perusahaan
kekhawatiran dunia terutama di negara- multinasional.
negara dengan pendapatan per kapita Dalam permasalahan pekerja anak di
rendah atau lower middle-income Afrika, sebuah organisasi non-pemerintah
economies. Menurut data dari International internasional yang bergerak memerangi isu
Labor Organization (ILO), sebuah organisasi perbudakan pekerja ialah Fair Labor
yang menangani isu pekerja anak di seluruh Association (FLA). Selain organisasi non-
dunia, Afrika merupakan wilayah dengan pemerintah, aktor lain yang memiliki peran
jumlah pekerja anak terbanyak di dunia penting dalam menangani isu pekerja anak
pada tahun 2016 sekitar 72.1 juta anak ialah perusahaan multinasional dikarenakan
menjadi pekerja anak dan 31.5 juta anak setiap perusahaan memiliki kode etik
berpartisipasi dalam pekerjaan yang tentang isu pekerja anak yang telah diatur
berbahaya (ILO, 2016). oleh perusahaan dan juga United Nations
Dalam sistem internasional, beberapa Children’s Fund (UNICEF) yang merupakan
aktor yang memiliki peran penting untuk organisasi PBB yang memberikan bantuan
membantu mengurangi isu pekerja anak kepada anak-anak terutama di negara-
selain negara diantaranya ialah organisasi negara berkembang.

1
Salah satu perusahaan multinasional dalam mengurangi isu pekerja anak. Sejak
ternama yang bergerak pada bidang 2009, pemerintah telah melaksanakan
makanan khususnya pada pertanian kakao inisiatif “Desa Swadaya” dengan
di Afrika ialah Nestlé. Nestlé mendapatkan membangun sekolah dan memperkenalkan
kritik dari organisasi non-pemerintah dan CLMRS atau Child Labor Monitoring and
juga media mengenai penanganan isu Remediation System. Walaupun berbagai
pekerja anak yang sangat lambat dalam upaya dan program telah dicanangkan oleh
rantai pasokannya, Nestlé akhirnya pemerintah Pantai Gading, program-
memutuskan untuk bekerja sama dengan program tersebut masih belum menjangkau
FLA pada tahun 2011 untuk bersama-sama 3.608 komunitas penghasil kakao.
memberantas isu pekerja anak khususnya di Pemerintah Pantai Gading juga kekurangan
Pantai Gading. program yang memadai untuk menangani
Pemeriksaan pertama pada rantai isu pekerja anak yang terlibat dalam
pasokan Nestlé mengenai CSR The Cocoa pekerjaan berat. (Finding The Worst Forms
Plans oleh FLA dilakukan di Afrika Of Child Labor, 2011)
khususnya di Afrika Barat pada tahun 2012. Kerja sama antara FLA dan Nestlé
Adapun hasil yang telah ditemukan oleh menjadi sebuah langkah untuk membantu
FLA ialah sebanyak 1.8 juta pekerja anak Pemerintah Pantai Gading dalam
yang tidak menerima gaji dan dipaksa menangani isu ini. FLA yang mengadopsi
bekerja selama 14 jam sehari serta berisiko standar ketenagakerjaan dari ILO memiliki
mengalami pelecehan melalui pekerja anak 10 kewajiban perusahaan yang telah
yang sangat berbahaya. Banyak anak-anak diuraikan dalam FLA Charter. FLA akan
yang terlihat dicambuk, dipukuli, dan kakinya melatih staf untuk memantau dan
akan diiris apabila mereka mencoba memperbaiki permasalahan dengan
melarikan diri dari pekerjaan. Hal ini menjadi melakukan pemantauan secara internal dan
perhatian khusus sehingga FLA menilai menyediakan pelaporan dalam jangka waktu
bahwa Nestlé telah melanggar kode etik tertentu (FLA Affiliates, 2008). Sebelum
perusahaannya sendiri yang mencakup bekerja sama dengan Nestlé, FLA telah
klausul mengenai pekerja anak, berhasil bekerja sama dengan perusahaan
keselamatan, dan jam kerja. Walaupun isu besar dunia seperti Nike, Adidas, dan
pekerja anak ini ditemukan pada rantai lainnya. CSR atau Corporate Social
pasokannya, Nestlé dinilai tidak memeriksa Responsibility “The Cocoa Plans” Nestlé
rantai pasokannya dengan baik secara yang sebelumnya telah dibentuk oleh Nestlé
langsung sehingga Nestlé juga memiliki pada tahun 2009 ini kemudian difokuskan
tanggung jawab moral untuk memberantas kembali dengan adanya strategi dan
isu ini sebagai sebuah perusahaan perencanaan yang dicanangkan bersama
multinasional. dengan FLA.
Beberapa langkah dan program telah 2. KAJIAN PUSTAKA
dilakukan oleh Pemerintah Pantai Gading

2
Literatur pertama berjudul The Role of pemerintah dapat menciptakan standar dan
NGOs in CSR: Mutual Perceptions Among mendorong perusahaan-perusahaan
Stakeholders yang ditulis oleh Daniel multinasional untuk mengadopsi standarnya
Arenas, Josep M. Lozano, dan Laura secara luas. Tulisan ini dapat membantu
Albareda. Dalam tulisannya, Arenas et al., penulis untuk menggunakan teori otoritas
(2009) membahas tentang peran dari swastanya untuk diaplikasikan dalam
organisasi non-pemerintah yang dapat penelitian Peneliti mengenai otoritas swasta
mempengaruhi Corporate Social dari Fair Labor Association (FLA) yang
Responsibility (CSR) suatu perusahaan. dapat mengubah perilaku perusahaan
Arenas et al., (2009) menemukan bahwa multinasional besar seperti Nestlé.
perusahaan-perusahaan memandang
Teori Otoritas Swasta
organisasi non-pemerintah sebagai salah
satu pelaku utama yang mampu membawa Green (2013) dalam bukunya yang
perubahan perilaku bisnis terutama berjudul Rethinking Private Authority: Agents
pendorong CSR suatu perusahaan. Literatur and Entrepreneurs in Global Environmental
ini membantu Peneliti untuk melihat peran Governance mendefinisikan otoritas swasta
organisasi non-pemerintah dalam CSR yang sebagai situasi yang didalamnya aktor
berhubungan dengan penelitian ini yaitu swasta membuat aturan atau menetapkan
mendorong Nestlé dalam memfokuskan standar yang diadopsi oleh aktor terkait
kembali CSR dalam bidang pekerja anak. lainnya dalam politik dunia. Standar tersebut
Literatur kedua ditulis oleh Sarah Puspa bersedia untuk diadopsi sukarela oleh aktor
Sari (2014) yang berjudul Apple Role lainnya dikarenakan sumber legitimasi
through Fair Labor Association (FLA) in mengenai keahlian khusus dari otoritas
Order to Fixing Foxconn’s Sweatshop in swasta.
China. Dalam tulisannya, Sari (2014)
Green (2013) menggunakan istilah
menjabarkan peran dari Apple sebagai
potential governors untuk menyebutkan
sebuah perusahaan multinasional bekerja
orang yang memiliki otoritas dan juga istilah
sama dengan Fair Labor Association (FLA)
the governed untuk orang yang
untuk memperbaiki praktik sweatshop yang
mematuhinya. Implikasi penting dari definisi
terjadi di Shenzhen, China. Literatur ini
otoritas swasta tersebut ialah sebagai
membantu Peneliti untuk melihat bentuk
berikut:
kerja sama antara FLA dengan perusahaan
multinasional lain dalam bidang tertentu. 1. Pembuat aturan tidak terbatas hanya
Literatur ketiga yang digunakan ditulis dibuat oleh negara tetapi juga dapat dibuat
oleh Jessica F.Green (2010) yang berjudul oleh potential governors seperti organisasi
Private Standards in the Climate Regime: non-pemerintah, perusahaan swasta,
The Greenhouse Gas Protocol. Dalam perusahaan multinasional, asosiasi atau
tulisannya, Green (2010) menjelaskan jaringan advokasi transnasional dan juga
tentang adanya dua organisasi non- aktor non-negara lainnya terkecuali

3
organisasi internasional dikarenakan non-pemerintah atau advokasi tertentu
organisasi internasional terdiri dari dapat menggunakan peraturan swasta untuk
perwakilan negara yang dapat mengambil mengatur perusahaan. Tekanan yang
keputusan. diberikan oleh aktor non-pemerintah ini
berkontribusi dalam menciptakan peraturan
2. Otoritas swasta terbatas pada
swasta untuk mengatur peraturan seperti
kegiatan dari aktor swasta yang didalamnya
permasalahan kehutanan dan praktik
mereka membuat aturan, standar, praktik,
ketenagakerjaan. Pemerintah juga seringkali
atau regulasi yang mengatur perilaku pihak
memerlukan otoritas swasta sebagai cara
lain.
untuk mengurangi biaya transaksi,
3. Dalam menjalankan otoritasnya, meningkatkan komitmen yang lebih dapat
potential governors meyakinkan the dipercaya dan menetapkan preferensi
governed untuk mengikuti peraturan yang kebijakan.
telah dibuat. Potential governors harus
Strategi Organisasi Non-Pemerintah
memiliki hak otoritas yang sah sehingga the
governed menyetujui dan dapat mengadopsi
Mendorong CSR

peraturannya dan perubahan perilaku


Winston (2017) di dalam tulisannya yang
tersebut dapat diamati oleh potential
berjudul “NGO Strategies for Promoting
governors.
Corporate Social Responsibility” ,
4. The governed mengubah pola mengatakan bahwa organisasi non-
perilakunya berdasarkan peraturan yang pemerintah memiliki setidaknya delapan
telah dibuat secara berkala dan berulang strategi atau taktik yang berbeda untuk
serta sistematis dari waktu ke waktu. mendorong perusahaan-perusahaan
menerima atau melakukan corporate social
5. Ketika aktor-aktor internasional
responsibility (CSR), yaitu: dialog yang
termasuk negara, memilih untuk menerima
bertujuan untuk mempromosikan penerapan
aturan atau suatu badan internasional
kode etik sukarela melalui pendekatan CSR;
secara sah maka aturan atau badan
advokasi akuntansi sosial dan skema
tersebut kemudian dapat menjadi otoritas.
verifikasi independen ; pengajuan resolusi
Kemunculan otoritas swasta merupakan pemegang saham, dokumentasi mengenai
respons terhadap permintaan akan penyalahgunaan kekuasaan dan
ketertiban dan aturan dari para aktor dipermalukan secara moral; seruan boikot
misalnya perusahaan-perusahaan yang terhadap produk dari perusahaan atau
memohon atau melakukan permintaan divestasi saham; advokasi mengenai
peraturan dari swasta untuk mencegah undang-undang pembelian yang selektif;
risiko peraturan domestik dan internasional, advokasi standar yang diberlakukan
adanya tekanan dari aktivis, atau untuk pemerintah dan litigasi terhadap kerusakan
meningkatkan reputasi mereka. Disini aktor yang terjadi.

4
Winston (2017) juga menjelaskan bahwa antara aktor-aktor hubungan internasional
pendekatan audit dan pelaporan sosial yang membentuk aliansi yaitu organisasi
menjadi salah satu strategi dari organisasi non-pemerintah FLA dan juga perusahaan
non-pemerintah dikarenakan perusahaan multinasional Nestlé yang menyebabkan
tidak dapat memantau kepatuhan terhadap adanya perubahan perilaku dari Nestlé itu
kode etik yang diadopsi secara sukarela sendiri.
sehingga perlu diaudit secara independen
dengan teratur oleh auditor luar yang 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
kredibel. Dalam membantu pemerintah Pantai
Gading mengurangi angka pekerja anak di
Selain itu, stigmatisasi dan shaming oleh
Pantai Gading, Nestlé yang telah didesak
organisasi non-pemerintah juga merupakan
oleh masyarakat internasional untuk
salah satu taktik yang dapat digunakan
memeriksa rantai pasokannya pun akhirnya
untuk mendorong berjalannya CSR sebuah
memutuskan untuk melakukan kerja sama
perusahaan. Winston (2017) mengatakan
dengan salah satu organisasi non-
bahwa perusahaan sangat sensitif terhadap
pemerintah yang bergerak dalam bidang
kritik buruk yang berkaitan dengan nama
tenaga kerja yaitu Fair Labor Association
merek dan reputasi perusahaan mengenai
atau FLA. Sebagai salah satu strategi FLA
praktik lingkungan dan sosial yang tidak
mendorong Nestlé untuk melakukan
baik. Hampir semua organisasi non-
perubahan perilaku, FLA melakukan audit
pemerintah yang aktif dalam bidang CSR
terhadap rantai pasokan Nestlé,
melakukan strategi ini untuk mendorong
memberikan rekomendasi sebagai bentuk
berjalannya CSR.
kekuasaan otoritas swasta agar Nestlé
dapat mewujudkan perubahan perilakunya
3. METODOLOGI
melalui tanggung jawab perusahaannya
Penelitian menggunakan metode
atau Corporate Social Responsibility (CSR)
pendekatan kualitatif. Menurut Patton dan
yang bernama Cocoa Plans, dan kemudian
Merriam (2009) mengatakan bahwa
memberikan evaluasi kemajuan sebagai
penelitian kualitatif mengupayakan Peneliti
strategi pelaporannya atau reporting.
untuk memahami situasi atau jangka waktu
tertentu dalam penelitian tersebut tanpa
Investigasi Awal (Strategi Audit) Sebagai
memprediksi kemungkinan di masa depan,
Langkah Awal
mencoba memahami fenomena yang ada
Salah satu strategi atau taktik dari sebuah
dan mengkomunikasikannya melalui
organisasi non-pemerintah untuk
penelitiannya. Data-data didapatkan dari
mendorong perusahaan menerima atau
berbagai macam material yang
melakukan corporate social responsibility
berhubungan dengan objek penelitian.
(CSR) menurut Winston (2017) ialah dengan
Penelitian ini menggunakan unit analisis
pendekatan audit untuk memantau
aliansi internasional melihat pola interaksi
kepatuhan terhadap kode etik yang diadopsi

5
secara sukarela oleh auditor luar yang peningkatan akuntabilitas dari berbagai
kredibel. Dalam kasus ini dapat dilihat tingkatan pemasok.
bahwa auditor kredibel yang dipilih oleh FLA juga mengidentifikasi beberapa
Nestlé ialah Fair Labor Association (FLA). risiko dalam hal ketenagakerjaan terutama
Pada November 2011, FLA membentuk dalam bidang pekerja anak, kerja paksa,
sebuah tim yang terdiri dari 20 orang ahli kesehatan dan keselamatan, diskriminasi
lokal dan internasional dan ditugaskan untuk dan kompensasi. Investigasi tersebut juga
melakukan penilaian pada rantai pasokan menemukan cedera yang merajalela
Nestlé di Pantai Gading. terutama penggunaan parang yang mengiris
Adapun fokus dari tim investigasi dalam kaki anak-anak saat memanen buah kakao,
rantai pasokan kakao Nestlé ialah pekerja serta orang dewasa yang bekerja berjam-
anak, efektifitas dari sistem manajemen jam tanpa bayaran. FLA mengklaim adanya
internal dalam rantai pasokan Nestlé yang bukti mengenai pekerja anak di perkebunan
berkaitan dengan hak-hak tenaga kerja; dan kakao di Pantai Gading selama bertahun-
kepatuhan terhadap standar tahun. Pekerja anak yang ditemukan pada
ketenagakerjaan yang terkandung dalam the perkebunan kakao di Pantai Gading berasal
FLA Workplace Code of Conduct and dari berbagai faktor yang berbeda.
Compliance Benchmarks atau Kode Etik Dengan identifikasi ini, FLA mengatakan
Tempat Kerja FLA dan Tolak Ukur dalam laporannya bahwa Nestle gagal
Kepatuhan. dalam permasalahan isu pekerja anak.
Adapun kesimpulan dari hasil investigasi Pernyataan ini juga merupakan salah satu
awal yang diperoleh melalui audit oleh FLA strategi shaming yang diberikan oleh FLA
yaitu, Nestlé sebagai salah satu perusahaan sehingga Nestle mau melakukan perubahan
yang memiliki daya pengaruh besar dalam mendalam melalui CSR perusahaannya.
bidang makanan dan memasok volume biji FLA juga mengatakan bahwa
kakao dari Pantai Gading memiliki posisi dibutuhkannya strategi yang realistis untuk
yang baik untuk memberikan dampak positif menghapus pekerja anak yang telah lama
bagi para pekerja dalam rantai pasokan berakar di Pantai Gading, FLA mengatakan
Nestlé. Dalam mendukung beberapa bahwa sebenarnya satu perusahaan saja
program mengenai kakao di Pantai Gading, tidak dapat menyelesaikan semua
Nestlé Cocoa Plan dan partisipasi dalam permasalahan standar tenaga kerja yang
inisiatif lain menjadi sebuah landasan yang berlaku di sektor kakao di Pantai Gading.
kuat dan dapat menjangkau lebih dalam. Dibutuhkannya kontribusi lainnya dari
Menurut FLA, Nestlé Cocoa Plan dapat pelaku industri lainnya untuk meningkatkan
diberikan beberapa penyesuaian dan pemetaan rantai pasokan dan transparansi
peningkatan untuk menjadi program serta program pemantauan dan peningkatan
pengembangan yang lebih menyeluruh kapasitas.
dengan peningkatan pemantauan dan

6
Memberikan Rekomendasi Sebagai Kedua ialah increase awareness and
Otoritas Swasta (FLA) Dalam Bentuk understanding about the Nestlé Code of
Action Plan Conduct amongst upstream suppliers, yang
merekomendasikan para pemasok langsung
Green (2013) dalam bukunya yang
Nestlé hingga pekerja perkebunan untuk
berjudul Rethinking Private Authority: Agents
memahami Kode etik pemasok Nestlé dan
and Entrepreneurs in Global Environmental
memahami Nestlé Cocoa Plan dengan baik.
Governance mengatakan bahwa potential
governors merupakan aktor yang membuat Yang ketiga ialah, define clear roles and
aturan, standar, praktik, atau regulasi yang responsibilities for Nestlé, staff, suppliers,
mengatur perilaku pihak lain. Dalam kasus ini, cooperatives and farmers, yang
FLA sebagai suatu otoritas swasta (potential merekomendasikan agar para staf Nestlé,
governors) yang telah diakui keahliannya, pemasok, koperasi dan petani dalam rantai
memberikan rekomendasi kepada pemerintah pasokan Nestlé untuk lebih meningkatkan
Pantai Gading dan juga kepada Nestlé serta kolaborasi internal guna memperkuat peran
anggota industri lainnya. komite pengawasan Nestlé Cocoa Plan di
tingkat kantor pusat.
FLA memberikan beberapa rekomendasi
untuk pemerintah Pantai Gading yaitu: Selanjutnya, rekomendasi keempat FLA
mempertimbangkan untuk mengisi ialah include comprehensive key performance
kesenjangan peraturan yang berkaitan indicators and reporting requirements on labor
dengan standar ketenagakerjaan di sektor standards, rekomendasi ini menyarankan
pertanian; mempertimbangkan untuk Nestlé untuk memasukkan indikator kinerja
membuat sistem registrasi nasional untuk utama yang lebih komprehensif dan
petani; mempertimbangkan untuk persyaratan pelaporan untuk standar
mengembangkan standar keberlanjutan ketenagakerjaan. Hal ini bertujuan untuk
seluruh sektor kakao dengan keterlibatan memastikan bahwa standar ketenagakerjaan
berbagai pemangku kepentingan. lebih berkualitas dan dapat melaporkan
kinerja kepada publik secara transparan
Selain untuk pemerintah Pantai Gading,
kepada staf Nestlé yang mengelola Nestlé
FLA memberikan 11 rekomendasi kepada
Cocoa Plan.
Nestlé dan anggota industri lainnya untuk
sama-sama menuntaskan permasalahan Yang kelima ialah, increase awareness
pekerja anak di Pantai Gading. Yang pertama among farmers about the policy of financial
ialah strengthen Nestlé’s supplier Code of premiums, rekomendasi ini berguna untuk
Conduct, FLA merekomendasikan Nestlé meningkatkan kesadaran petani tentang
untuk lebih memperkuat dan memperjelas kebijakan alokasi upah premium dan
definisi, tolak ukur, dan indikator kinerja pentingnya mempertahankan standar sosial
utama untuk setiap elemen kode etik sebagai persyaratan minimum. Rekomendasi
pemasok. ini muncul akibat petani yang hanya

7
mengasosiasikan bahan-bahan dengan Initiative, World Cocoa Foundation, dan
kualitas dan kuantitas tanpa memperhatikan International Committee of the Red Cross
aspek sosial yang mendasarinya. untuk berbagi informasi, melengkapi upaya
Pemeliharaan standar ini juga berguna untuk dan meningkatkan kinerja program secara
membuat mereka memenuhi syarat keseluruhan. FLA juga menyarankan agar
mendapatkan upah yang layak dan dapat program dengan International Cocoa Initiative
secara progresif menentukan langkah dapat diperkuat dan ditingkatkan dengan
kedepannya. indikator kinerja melalui penilaian dampak
sosial.
Rekomendasi keenam ialah develop a
robust internal monitoring and remediation Rekomendasi kesembilan ialah scale up
system, rekomendasi ini merupakan efforts for the Nestlé Cocoa Plan in the
rekomendasi paling penting yang standard supply chain, rekomendasi ini
direkomendasikan oleh FLA yang menyarankan agar Nestlé dapat
menyarankan agar Nestlé perlu meningkatkan tanggung jawab sosialnya yang
mengembangkan sistem pemantauan dan bernama Nestlé Cocoa Plan dengan
remediasi internal yang lebih kuat dan meningkatkan standar dalam rantai
komprehensif dalam rantai pasokannya. pasokannya.
Pemantauan ini mencakup standar tenaga
Selanjutnya, rekomendasi kesepuluh dari
kerja dan pembayaran upah.
FLA ialah address the issue of child labor
Rekomendasi ketujuh ialah examine the through immediate steps involving a bottom-
role that cooperatives and other established up approach, rekomendasi ini menyarankan
localities could play as a hub for extension agar Nestlé Cocoa Plan dapat menangani
services, rekomendasi ini menyarankan agar permasalahan pekerja anak melalui
Nestlé dapat membuat sebuah pusat layanan pendekatan bottom-up yang dapat mencakup
penyuluhan tambahan misalnya produk aktivitas-aktivitas seperti kampanye mengenai
perlindungan tanaman, layanan informasi bagi kesadaran di tingkat petani terhadap
petani melalui telepon seluler, kredit atau penggunaan pekerja anak, rehabilitasi kasus-
tabungan mikro, sistem irigasi, teknologi kasus pekerja anak yang teridentifikasi
inovatif dan juga pemantauan dan pelaporan melalui interaksi dengan otoritas lokal yang
yang harus diperiksa secara berkelanjutan. sesuai dan bekerja dengan organisasi
masyarakat sipil internasional maupun lokal
Selanjutnya, rekomendasi kedelapan ialah
untuk merancang strategi jangka pendek dan
facilitate collaboration and communication
panjang.
between local and international stakeholders,
rekomendasi ini menyarankan agar Nestlé Yang terakhir ialah rekomendasi create
dapat bekerja sama dengan berkolaborasi alternative income creation opportunities for
dan berkomunikasi dengan organisasi lokal farmers and their families, yaitu rekomendasi
dan internasional seperti International Cocoa yang menyarankan agar Nestlé dapat

8
melengkapi atau membantu upaya usia 18 tahun sehingga dapat memastikan
pemerintah untuk menciptakan pendapatan keefektifan agenda ini.
alternatif bagi petani dan keluarganya dalam
Dalam program remediasi CLMRS,
jangka panjang. Pendapatan alternatif ini
mengedukasi para ibu di Pantai Gading juga
dapat berupa pelatihan kejuruan, pembangkit
menjadi salah satu agendanya. Selain
energi lokal dengan buah kakao dan dapat
peningkatan kesadaran terhadap bahaya
menghubungkan proyek sosial dengan bisnis
pekerja anak, Nestlé menganggap edukasi
inti Nestlé.
para ibu juga penting dikarenakan dengan
Dengan mengikuti rekomendasi CLMRS memberdayakan perempuan, para ibu dapat
dari FLA, Nestlé menjadi perusahaan pertama membantu anak-anak mereka agar terhindar
dalam industri kakao yang mulai menangani dari kegiatan bekerja di perkebunan kakao.
masalah pekerja anak secara komprehensif
Perbaikan pendidikan di Pantai Gading
melalui teknik CLMRS sebagai bagian dari
juga dilakukan oleh Nestlé. Daripada
Nestlé Cocoa Plan pada tahun 2012. Adapun
mengizinkan anak-anak untuk bekerja di
langkah-langkah dalam pelaksanaan CLMRS
perkebunan kakao, sekolah menjadi tempat
(Nestlé Cocoa Plan, 2017) ini yaitu pertama,
yang tepat bagi anak-anak untuk melakukan
Community Liaison Person (CLP) akan
aktivitas sehari-hari mereka. Untuk
mengunjungi rumah tangga dan pertanian
mengurangi peluang anak-anak bekerja di
untuk mengumpulkan informasi dasar
perkebunan kakao, salah satu caranya ialah
mengenai permasalahan pekerja anak.
dengan melakukan perbaikan pendidikan.
Selanjutnya, CLP akan berusaha mencari
Nestlé memberikan fasilitas akses ke
anak-anak yang sedang bekerja dalam
pendidikan dengan menyediakan tambahan
kondisi kerja yang berbahaya. Kemudian,
sekolah di Pantai Gading.
informasi-informasi ini akan masuk ke dalam
sistem informasi Nestlé. Selain memberikan fasilitas pendidikan
yang lebih layak, terdapat kendala lain yang
Selanjutnya terdapat agen yang bernama
sering dihadapi oleh anak-anak di Pantai
Child Labor Agent (CLA) yang akan
Gading yaitu permasalahan tidak adanya akta
memverifikasi dan memvalidasi semua
kelahiran. Akta kelahiran menjadi salah satu
informasi dan laporan oleh CLP. Selanjutnya,
syarat wajib untuk masuk ke jenjang
ICI sebagai komunitas yang bekerja sama
pendidikan menengah. Hal ini dilakukan untuk
dengan Nestlé akan menganalisa data-
mendukung anak-anak melanjutkan
datanya, mengidentifikasi, dan menawarkan
pendidikan mereka tanpa kendala lainnya.
aktivitas remediasi kepada penduduk sekitar.
Selain peran dari Nestlé, pemerintah Pantai
Kemudian, ICI dan petinggi di daerah tersebut
Gading juga berinisiatif untuk memberikan
akan mengimplementasikan atau memberikan
akta kelahiran dalam skala besar kepada
dukungan remediasi untuk anak-anak
masyarakat yang membutuhkan dan dapat
maupun orang tuanya. Yang terakhir, anak-
bermanfaat bagi anak-anak di Pantai Gading.
anak akan diawasi atau di monitor sampai

9
Mengadvokasi Evaluasi Kemajuan Sebagai FLA melaporkan beberapa poin mengenai
Strategi Pelaporan (Reporting) perubahan yang terjadi dalam rantai pasokan
Nestlé di Pantai Gading. Secara garis besar,
FLA menyimpulkan bahwa Nestlé telah
Winston (2017) di dalam tulisannya yang mengalami beberapa kemajuan. Dalam
berjudul “NGO Strategies for Promoting laporannya (Fair Labor Association, 2017),
Corporate Social Responsibility”, menjelaskan FLA mengungkapkan bahwa Nestlé telah
bahwa pendekatan audit dan pelaporan sosial melakukan tindakan remediasi meliputi
menjadi salah satu strategi dari organisasi pembagian perlengkapan sekolah,
non-pemerintah untuk mendorong memfasilitasi akses akta kelahiran,
perusahaan melakukan CSR atau Corporate memberikan beberapa kegiatan yang dapat
Social Responsibility. Hal ini dikarenakan menghasilkan pendapatan bagi perempuan,
perusahaan tidak dapat memantau kepatuhan dan juga mendirikan sekolah untuk anak-anak
terhadap kode etik yang diadopsi secara di Pantai Gading.
sukarela sehingga perlu diaudit secara
Namun, FLA menilai untuk mengatasi
independen dengan teratur oleh auditor luar
masalah pekerja anak, dibutuhkan
yang kredibel.
pembangunan ketahanan ekonomi petani dan
Dalam penelitian ini, auditor luar yang pekerja untuk mengurangi perubahan harga
kredibel yang dipilih oleh Nestlé ialah FLA kakao. Walaupun Nestlé telah melakukan
(Fair Labor Association). Setelah adanya serangkaian kegiatan untuk mengurangi
perubahan perilaku dari Nestlé, FLA juga beberapa permasalahan yang ada, dalam
melakukan pelaporan mengenai kemajuan beberapa wawancara dengan para petani
yang terjadi terhadap kasus pekerja anak di masih ditemukan permasalahan dalam
Pantai Gading. menyekolahkan anak-anak mereka.

Setiap tahunnya, FLA melakukan Dalam temuannya, beberapa anggota


pemantauan eksternal secara independen masyarakat mengatakan bahwa mereka
dan memberikan laporan khusus mengenai sadar akan kebijakan pekerja anak dan ingin
perubahan yang terjadi dalam rantai pasokan mematuhinya tetapi mereka kekurangan
Nestlé. Nestlé sendiri telah mengembangkan tenaga kerja. Hal ini disebabkan oleh
Child Labor Monitoring and Remediation rendahnya pendapatan kakao, tenaga kerja
System (CLMRS) dalam Nestlé Cocoa Plan- yang semakin tua, pemuda yang banyak
nya. Untuk memverifikasi dan melakukan migrasi ke kota-kota terdekat
mengidentifikasi risiko tenaga kerja dan hak untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan
asasi manusia dalam rantai pasokan Nestlé, dan kesempatan kerja yang lebih baik.
FLA membandingkan kondisi kerja dengan Alasan-alasan inilah yang membuat para
kode etik tempat kerja atau code of conduct keluarga berhenti menyekolahkan anak-anak
FLA khususnya di perkebunan kakao. mereka dan kembali mempekerjakan mereka.
Maka dari itu, kesadaran dari masyarakat di

10
Pantai Gading harus lebih ditingkatkan lagi rekomendasi yang diberikan oleh FLA,
dengan program yang berkelanjutan dari Nestlé membuat perubahan perilaku yang
Nestlé. dapat dicerminkan melalui CSR Nestlé
Cocoa Plan. Strategi yang terakhir ialah
dengan melakukan strategi reporting
dengan memberikan pelaporan mengenai
perubahan perilaku dari Nestlé.
5. KESIMPULAN
Dengan CSR dari Nestlé serta kerja
Berdasarkan hasil penemuan
samanya dengan beberapa pihak seperti
sebelumnya, Peneliti menemukan bahwa isu
pemerintah Pantai Gading, masyarakat
pekerja anak di Pantai Gading disebabkan
lokal, dan juga komunitas yang bergerak
oleh beberapa faktor pendorong yang lebih
dalam bidang pekerja anak, Nestlé dapat
kompleks yang membuat anak-anak rentan
memberikan beberapa perubahan dalam
terhadap eksploitasi di perkebunan kakao.
kehidupan masyarakat dan anak-anak di
Dalam membantu pemerintah Pantai Gading
perkebunan kakao di Pantai Gading.
untuk mengurangi jumlah pekerja anak di
Walaupun angka pekerja anak di Pantai
Pantai Gading, terdapat beberapa aktor
Gading masih ada, namun, perubahan yang
penting yang terlibat seperti perusahaan
terjadi dan kontribusi yang diberikan oleh
multinasional dan organisasi non-
Nestlé diharapkan dapat berjalan dan
pemerintah.
berlangsung secara berkelanjutan demi
Dalam penelitian ini, Fair Labor
menekan angka pekerja anak di Pantai
Association (FLA) mendorong Nestlé untuk
Gading.
melakukan CSR dalam bidang pekerja anak
demi membantu mengurangi angka pekerja
6. DAFTAR PUSTAKA
anak di Pantai Gading. FLA, sebuah
organisasi non-pemerintah yang bergerak Arenas, D., Lozano, J. M., & Albareda, L.
dalam bidang pekerja membuat beberapa (2009). The Role of NGOs in CSR:
Mutual Perceptions Among
strategi untuk mendorong Nestlé sebagai
Stakeholders. Journal of Business
sebuah perusahaan yang bergerak dalam Ethics, 88(1), 175–197.
bidang makanan terutama yang berbahan https://doi.org/10.1007/s10551-009-
0109-x
dasar kakao untuk memperbaiki CSR
perusahaannya. Fair Labor Association. (2017). Independent
External Monitoring of Nestlé ʼ S
FLA menjalankan strategi audit
Cocoa Supply Chain in Ivory Coast.
dengan melakukan investigasi pada rantai July, 9–12.
pasokan Nestlé di perkebunan kakao di
Finding The Worst Forms Of Child Labor.
Pantai Gading. Kemudian, FLA sebagai (2011).
aktor swasta yang memiliki otoritas swasta
FLA. (2011). Nestlé Taps Fair LAbor
memberikan beberapa rekomendasi yang Association To Map Cocoa Supply
akan dijalankan oleh Nestlé. Dengan Chain, Accelerate Progress In
Eliminating Child Labor.

11
https://www.fairlabor.org/blog/entry/ne
stlé-taps-fair-labor-association-map-
cocoa-supply-chain-accelerate-
progress-eliminating

FLA. (2012). Nestlé’s Cocoa Suply Chain In


The Ivory Coast: 2011.
https://www.fairlabor.org/report/Nestlé
s-cocoa-supply-chain-ivory-coast-
2011

Green, J. F. (2010). Private standards in the


climate regime: The greenhouse gas
protocol. Business and Politics, 12(3).
https://doi.org/10.2202/1469-
3569.1318

Green, J. F. (2013). A Theory of Private


Authority. Rethinking Private
Authority.
https://doi.org/10.23943/princeton/978
0691157580.003.0002

Hawksley, H. (2012). Nestlé “failing” on child


Labor abuse, says FLA report.
https://www.bbc.com/news/world-
africa-18644870

Nestlé. (2009). Nestlé Cocoa Plan Promotes


Better Farming , Better Lives , Better
Cocoa. 1–4.

Nestlé Cocoa Plan. (2017). Tackling Child


Labor: 2017 Report. 53.
https://www.Nestlécocoaplanreport.co
m/sites/default/files/2017-
10/NestléCocoaPlanReport2017_EN_
0.pdf

Sari, S. (2014). Apple Role Through Fair


Labor Association (FLA) in Order to
Fixing Foxconn’s Sweatshop in China.
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
UNPAR, 10(2), 98217.
https://doi.org/10.26593/jihi.v10i2.131
7.

Winston, M. (2017). NGO strategies for


promoting corporate social
responsibility. Corporate Social
Responsibility, 427–443.

12

Anda mungkin juga menyukai