Sebelum masuk kepada teori Public Relations, ada baiknya kita review lagi pengertian
teori. Teori adalah kumpulan pemikiran, ide- ide uuntuk membantu pemahaman tentang
sesuatu serta mampu menjelaskan mengenai hubungan – hubungan satu fenomena dengan
fenomena yang lain. Pemikiran dan ide- ide tersebut diawali dengan adanya dugaan atau
perkiraan yang disadari atau tidak disadari. Kemudian dilakukan pembuktian untuk
Manfaat teori bagi profesi PR adalah memberikan banyak variasi cara atau tekhnik
komunikasi yang dikembangkan dari teori- teori dasar. Selain itu juga membuat program dan
kampanye PR akan lebih efisien dan efektif. Dalam konteks yang lebih luas, teori akan
memberikan yang terbaik terhadap peranan PR dalam masyarakat yakni sebagai pembela atau
James Grunig adalah seorang pakar PR terkenal dari Universitas Maryland yang banyak
menyumbang sejumlah teori untuk Public Relations. Salah satu teorinya yaitu teori situasional.
Hal ini sebagaimana tercantum dalam Paper Emas IPRA No.12. Teori situasional
Grunig fokus pada identifikasi masalah- masalah di sekitar publik yaitu isu- isu situasional.
ciptakan merupakan teori yang membantu memecahkan masalah tersebut, agar perusahaan
tidak hanya berorientasi pada penjualan produk tapi juga memperhatikan publik mereka. Publik
c. Single-Issue Public : publik- publik yang aktif hanya pada satu isu atau sebagian kecil.
d. Hot-Issue Public : publik- publik yang hanya tertarik pada isu tunggal yang melibatkan
orang- orang terdekatnya dalam populasi dan diterima karena peliputan media massa secara
luas.
Grunigg dan Hunt (Lattimore, 2010:54) dalam teorinya menyatakan bahwa publik secara
aktif mencari dan memproses informasi tentang organisasi atau isu yang menarik bagi mereka
Ada 3 variabel yang mempengaruhi publik dalam menerima dan memproses informasi dari
1. Pengenalan masalah: publik yang berhadapan dengan sebuah isu, pertama kali harus
2. Pengenalan Kendala: variabel ini menjelaskan bagaimana publik mempresepsi kendala yang
mungkin akan mereka alami saat mencari solusi terhadap sebuah masalah. Jika mereka
memiliki kemampuan dalam mempengaruhi sebuah isu, maka mereka akan mencari dan
3. Tingkat keterlibatan: variabel ini mengacu kepada seberapa jauh jumlah individu peduli
terhadap sebuah isu. Jika mereka sangat peduli maka mereka akan merespon isu tersebut.
Demikian sebaliknya.
Pada tahun 1988, beredar rumor bahwa susu Dancow yang diproduksi oleh Nestle
dinyatakan terdapat campuran lemak babi didalamnya. Tentu saja di Indonesia yang mayoritas
beragama Islam rumor ini sama berbahayanya dengan rumor bahwa di dalam susu terkandung
racun. Bagi umat Islam babi adalah binatang yang dilarang untuk dikonsumsi dan ini adalah
perihal keimanan yang tidak dapat diganggu gugat. Pihak manajemen segera melakukan reaksi
yang baik.
Penanganan terhadap pencederaan citra ini diuntungkan karena pada waktu itu televisi
masih tunggal yaitu TVRI dan dominasi pemerintah yang besar. Kecepatan pihak Nestle
merupakan sebagian dari solusi terhadap merebaknya pendapat umum yang menolak susu
Dancow. Tak berselang lama, pihak manajemen Nestle segera mendatangkan alat pendeteksi
kehalalan dari Malaysia . Pilihan alat berasal dari Malaysia adalah karena beberapa
pertimbangan. Yang pertama dan utamanya karena Malaysia yang lebih dulu memberlakukan
kehalalan produk karena merupakan negara Islam. Pemilihan negara Malaysia jelas langkah
yang cerdas, karena meskipun mesin ini bisa didapat darimanapun akan tetapi efek terhadap
anatomi bahan pembicaraan publik di Indonesia jelas berbeda. Nestle seakan mendeklarasikan
kepada publik bahwa pihaknya benar-benar tidak gentar untuk diuji oleh alat yang absah dari
negara Islam. Langkah selanjutnya adalah segera menghadirkan di ranah publik figur-figur
publik yang merupakan simbol- simbol Islam. Nestle tidak tanggung tanggung dalam
mengupayakan perlawanan terhadap rumor tersebut. Tercatat misalnya Menteri Agama, ketua
Majelis Ulama Islam selain tokoh-tokoh yang dianggap simbol kerakyatan seperti menteri
Koperasi dan Ketua Gabungan koperasi Susu Indonesia juga tokoh-tokoh agama lainnya.
Mereka bukan hanya berbicara di depan TVRI akan tetapi juga mempertontonkan minum susu
Dancow di depan TVRI. Kasus ini menarik karena strategi Dancow yang jelas-jelas tidak
melawan rumor dengan mengatakannya mengklarifikasi sendiri akan tetapi justru dengan
mendorong pihak ketiga untuk berpromosi mengenai halalnya susu Dancow. Dengan
menggunakan pihak ketiga dalam membersihkan dugaan-dugaan dan rumor yang beredar di
masyarakat kiranya termasuk cara yang efektif. Apalagi bila pihak ketiga tersebut merupakan
tinggi karena posisinya yang dianggap netral dan berjarak dengan perusahaan.
Analisis :
• Krisis
Pada tahun 1988, beredar rumor bahwa susu Dancow yang diproduksi oleh Nestle
dinyatakan terdapat campuran lemak babi didalamnya. Tentu saja di Indonesia yang mayoritas
beragama Islam rumor ini sama berbahayanya dengan rumor bahwa di dalam susu terkandung
racun. Bagi umat Islam babi adalah binatang yang dilarang untuk dikonsumsi dan ini adalah
bahwa produk susu Dancow menggunakan campuran lemak babi di dalam nya.
Ada 2 langkah yang dilakukan dancow untuk mengatasi krisis ini, yakni:
1. pihak manajemen Nestle segera mendatangkan alat pendeteksi kehalalan dari Malaysia .
Pilihan alat berasal dari Malaysia adalah karena beberapa pertimbangan. Yang pertama dan
utamanya karena Malaysia yang lebih dulu memberlakukan kehalalan produk karena
merupakan negara Islam. Pemilihan negara Malaysia jelas langkah yang cerdas, karena
meskipun mesin ini bisa didapat darimanapun akan tetapi efek terhadap anatomi bahan
pembicaraan publik di Indonesia jelas berbeda. Nestle seakan mendeklarasikan kepada publik
bahwa pihaknya benar-benar tidak gentar untuk diuji oleh alat yang absah dari negara Islam.
2. Langkah selanjutnya adalah segera menghadirkan di ranah publik figur-figur publik yang
merupakan simbol- simbol Islam. Nestle tidak tanggung tanggung dalam mengupayakan
perlawanan terhadap rumor tersebut. Tercatat misalnya Menteri Agama, ketua Majelis Ulama
Islam selain tokoh-tokoh yang dianggap simbol kerakyatan seperti menteri Koperasi dan Ketua
Gabungan koperasi Susu Indonesia juga tokoh-tokoh agama lainnya. Mereka bukan hanya
berbicara di depan TVRI akan tetapi juga mempertontonkan minum susu Dancow di depan
TVRI. Kasus ini menarik karena strategi Dancow yang jelas-jelas tidak melawan rumor dengan
mengatakannya mengklarifikasi sendiri akan tetapi justru dengan mendorong pihak ketiga
untuk berpromosi mengenai halalnya susu Dancow. Dengan menggunakan pihak ketiga dalam
membersihkan dugaan-dugaan dan rumor yang beredar di masyarakat kiranya termasuk cara
yang efektif
Adanya isu lemak babi dalam kandungan susu Dancow membuat publik/ konsumen ragu
mayoritas di Indonesia adalah muslim, maka dengan adanya isu lemak babi yang terkandung
dalam susu Dancow membuat panik dan kontroversi, juga mengundang kecurigaan organisasi
keagamaan dan diekspos dengan gencar oleh media massa, sehingga susu Dancow sempat
Kasus Dancow dengan isu tersebut ditinjau dari teori situasional dimana teori tersebut yang
berusaha menjelaskan mengapa publik aktif kepada isu-isu tertentu yang berkaitan dengan
perusahaan, dan menjelaskan bagaimana suatu organisasi terhubung dengan isu tersebut.
Dalam hal ini PR perusahaan berperan dalam perencanaan strategi komunikasi untuk
Maka dalam kasus dancow tersebut dalam mengalami isu yang kontroversial itu
menjelaskan mengapa publik berespon terhadap permasalahan dancow karena publik merasa
terkait dengan produk dancow yang biasa dikonsumsi oleh konsumen dancow, dan pihak
dancow pun mencari jalan keluar untuk menyelasaikan kasus tersebut, maka dengan teori ini
membantu memecahkan masalah tersebut, agar pihak perusahaan Dancow tidak hanya
• Langkah Pemecahannya
Pemecahan isu tersebut, Dancow dengan strategi komunikasi nya yang tepat dan kerja
sama tim penanganan krisis yang handal kasus tersebut cepat tertangani. Ketika itu pihak
Nestle menghadirkan Ketua Majelis Ulama Indonesia dan beberapa media massa terkemuka
untuk hadir dalam acara kunjungan pabrik,untuk melihat langsung proses produksi susu
Dancow. Pada kesempatan tersebut, pihak Nestle juga menjelaskan mengenai bahan yang
diduga tidak halal, ekspos media massa atas kunjungan pabrik tersebut pada akhirnya mampu
Dancow. Juga satu hal yang mempercepat proses pemulihan kepercayaan konsumen kepada
Dancow adalah memanfaatkan pihak ke tiga baik dari Malaysia, MUI, dan pejabat pemerintah
Model :
Analisis :
Kasus Dancow yang terkait isu tersebut yang ditinjau dari model diatas, dimana
Corporate Reputation Ini berarti untuk membuat suatu reputasi benar-benar harus memiliki
langkah dan perencanaan yang tepat dan berjalan terus menerus dengan menjadi pendengar apa
yang dikatakan para stakeholder perusahaan dan peka terhadap segala respon publik, dancow
melakukan perbaikan dan peningkatan reputasi setelah mengalami krisis karena isu tersebut
kembali setelah isu tersebut dibenak masyarakat indonesia dengan melakukan pihak ketiga
dimana dancow memanfaatkan pihak-pihak yang dianggap memiliki kredibilitas yang terkait
dengan isu tersebut yakni dari Malaysia, MUI, dan pejabat pemerintah untuk meyakinkan
tersebut bahwa tidak ada unsur lemak babi dan dengan kandungan yang halal. Responsibility,
yakni dancow mengundang media massa terkemuka untuk hadir dalam acara kunjungan
pabrik,untuk melihat langsung proses produksi susu Dancow. Pada kesempatan tersebut, pihak
Nestle/Dancow juga menjelaskan mengenai bahan yang diduga tidak halal, ekspos media
massa atas kunjungan pabrik tersebut. Hal ini merupakan aksi dari responsibility perusahaan
dancow guna meredam kecurigaan konsumen dan secara bertahap konsumen kembali
mengonsumsi Dancow.
Pertama, objek mengetahui (melihat atau mendengar) upaya yang dilakuakn perusahaan dalam
membentuk citra perusahaan. Kedua, memperlihatkan upaya perusahaan tersebut. Ketiga,
setelah adanya perhatian objek mencoba memahami semua yang ada pada upaya perusahaan.
Keempat, terbentuknya citra perusahaan pada objek yang kemudian tahap kelima, citra
perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku objek sasaran dalam hubungan dengan
perusahaan.
Citra perusahaan dipandang sebagai salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi efektifitas pemasaran perusahaan. Oleh karena itu sangat layak apabila citra
dipandang sebagai salah satu aset terpenting yang dimiliki oleh perusahaan atau organisasi.