Anda di halaman 1dari 5

MERDEKA BELAJAR DI ERA DIGITAL

Pendahuluan
Pendidikan menjadi kebutuhan mendasar bagi terbentuknya suatu peradaban. Era
merdeka belajar memberikan kemerdekaan dalam berfikir baik untuk guru maupun siswa ,
membuka peluang dan tantangan bagi pendidikan dalam melahirkan peradaban baru. Peserta
didik di tiap satuan pendidikan diharapkan memiliki kemampuan yang unggul untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan peradaban. Pembelajaran dengan berorientasi pada
ketrampilan berfikir tingkat tinggi akhirnya menjadi alternatif bagi penyelenggara pendidikan
untuk memfasilitasi perkembangan kemampuan kritis bagi peserta didik. Selain
mempersiapkan peserta didik, pembelajaran berfikir tingkat tinggi dimasudkan agar peserta
didik dapat menggali lebih banyak potensi dalam diri pribadinya sebagai modal dalam
menghadapi perkembangan peradaban pada situasi berbeda di masa mendatang.

Urgensi Pembelajaran Berorientasi pada Ketrampilan Berpikir Tingkat Tinggi di Era


merdeka belajar dan Era Digital
Kebijakan merdeka belajar yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan menjadi usaha
strategis yang siap diterapkan oleh pemerintah dalam menghadapi dampak pandemic covid-19
bagi peserta didik. Sistem pendidikan dengan konsep merdeka belajar yang dirancang oleh
Mendikbud (Nadim Makarim) mengambil pemikiran yang dikembangkan oleh John Dewey
berlandaskan bahwa manusia harus mengikuti perkembangan zaman yang terus berubah
(Faiz, Aiman dan Imas Kurniawaty, 2020:163). Kebijakan merdeka belajar menawarkan
budaya belajar yang mandiri dengan memanfaatkan teknologi informasi sesuai kebutuhan
hidup. Peserta didik pada satuan tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi perlu
menyesuaikan diri dengan situasi baru dalam proses belajar era merdeka belajar masa kini.
Situasi pandemik Covid-19 memaksa pendidik untuk melakukan aktivitas
pembelajaran secara tidak langsung melalui media berbasis online dengan memanfaatkan
kecanggihan teknologi informasi. Pendidikan melalui media berbasis online memberikan
peluang bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri dengan pembinaan dan
bimbingan dari para pendidik pada tingkat dasar hingga pendidikan tinggi. Peserta didik
membutuhkan bentuk pendidikan yang tepat agar mampu menyesuaikan kondisi pribadi
dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam pendidikan era merdeka belajar. Pembelajaran
berorientasi pada ketrampilan berpikir tingkat tinggi menjadi salah satu alternatif bagi peserta
didik untuk membekali aspek fisik dan psikis agar mampu menyesuaikan diri dalam
pendidikan di era merdeka belajar.
Pengajar sebagai kunci keberhasilan pendidikan, dituntut mampu beradaptasi dengan
perkembangan teknologi sehingga memiliki kompetensi dan ketrampilan untuk menerapkan
model atau strategi pembelajaran yang berorientasi pada ketrampilan berfikir tingkat tinggi.
Beberapa bentuk strategi pendidikan yang mengarahkan berpikir kritis atau pembelajaran
yang berorientasi pada ketrampilan berfikir tingkat tinggi contohnya problem based learning,
project based learning, discovery learning.. Selain itu di era merdeka belajar dan era digital
dalam pandemik covid-19 perlu menerapkan metode blanded learning yaitu dengan
menggabungkan antara pembelajaran tatap muka dan secara virtual.
Pengembangan pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi
atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan program yang dikembangkan sebagai
upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan
meningkatkan kualitas lulusan. Program ini dikembangkan mengikuti arah kebijakan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang pada tahun 2018 telah terintegrasi Penguatan
Pendidikan Karakter dan pembelajaran berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS)(Ariyana,dkk, 2018:2).
Pembelajaran abad 21 menggunakan istilah yang dikenal sebagai 4Cs (critical
thinking, communication, collaboration, and creativity), adalah empat keterampilan yang
telah diidentifikasi sebagai keterampilan abad ke-21 (P21) sebagai keterampilan sangat
penting dan diperlukan untuk pendidikan abad ke-21.(Ariyana,dkk, 2018:14). Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan berpikir kritis melalui pembelajaran
berorientasi pada ketrampilan berfikir tingkat tinggi menjadi proyeksi kebutuhan di abad 21.
Situasi pembelajaran mandiri di era merdeka belajar semakin memperkokoh kebutuhan
peserta didik akan pendidikan berpikir kritis. Selain memberikan dukungan dalam proses
pembelajaran, pembelajaran berorientasi pada ketrampilan berfikir tingkat tinggi juga
membantu peserta didik untuk menggali dan melatihkan potensi-potensi lain dalam dirinya
yang dapat digunakan untuk mencapai aktualisasi diri sehingga sangat urgen, apabila
pembelajaran di era digital dan era merdeka belajar ini menggunakan pembelajaran yang
berorientasi pada ketrampilan berpikir tingkat tinggi dan dikombinasikan dengan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK).
Pembelajaran yang berorientasi pada ketrampilan berpikir tingkat tinggi juga
memberikan dampak positif sebagaimana penelitian dalam Journal of Empirical Research in
Islamic Education oleh Siti Asfiyah (2021:118) yang berjudul Implementasi Penilaian
Berbasis High Order Thinking Skills pada Mapel PAI dalam Meningkatkan Berpikir Kritis
dan Kreatif Siswa di Tingkat SMP memberi kesimpulan bahwa penerapan penilaian
bermuatan HOTS mampu memberikan kontribusi dan dampak positif terhadap prestasi belajar
siswa khususnya pada mata pelajaran pendidikan agama Islam .Penerapan penilaian
bermuatan HOTS di tingkat Sekolah Menengah Pertama mampu menjadikan siswa berpikir
lebih sistematis, belajar menganalisis permasalahan dari berbagai sudut pandang yang
berbeda, bersikap lebih percaya diri dalam menyeleasikan permasalahan, dan meningkatkan
keterampilan berpikir kritis-kreatif
Berdasarkan penelitian tersebut pembelajaran yang berorientasi pada ketrampilan
berpikir tingkat tinggi (HOTS) memberikan dampak positif pada kegiatan pembelajaran
pendidikan agama Islam, siswa semakin terbiasa berpikir kritis-kreatif dan mampu
menganalisis berbagai masalah yang dihadapinya serta dapat menghubungkan dengan
keadaan yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga diharapkan dapat
menghadapi permasalahan kehidupan yang lebih kompleks pada masa mendatang. Dampak
positif yang lain ,siswa lebih kritis, misalnya dalam materi yang kaitannya dengan bab
thaharah, siswa belajar bagaimana bersuci dari hadats dan najis dalam keadaan biasa serta
belajar memecahkan masalah thaharah yang lebih kompleks misalnya saat sakit keras
sehingga harus tayamum.Berdasarkan pengalaman tersebut diharapkan tujuan pembelajaran
pendidikan agama Islam dapat tercapai , sehingga mampu membentuk siswa yang tidak hanya
terampil mengingat, menyatakan kembali, akan tetapi mereka menguasai aspek afektif,
kognitif, psikomotorik dan mampu mengaplikasikan materi pendidikan agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Ariyana, Yoki,. 2019. Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Ketrampilan Berfikir
Tingkat Tinggi. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Asfiyah, Siti. “Implementasi Penilaian Berbasis High Order Thinking Skills pada Mapel PAI
dalam Meningkatkan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa di Tingkat SMP”. dalam
Journal of Empirical Research in Islamic Education. Vol. 9. No. 1. Kudus:IAIN
Kudus.
Faiz, Aiman dan Imas Kurniawaty. “Konsep Merdeka Belajar Pendidikan Indonesia dalam
Perspektif Filsafat Progresivisme”. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 12.
No. 2. FKIP Universitas Islam Balitar.

Anda mungkin juga menyukai