Anda di halaman 1dari 15

Rantai Nilai Halal

Dr. Indra, S.Si, M.Si


Konsep Rantai Nilai (Value Chain)
• Konsep rantai nilai pertama kali diperkenalkan
Michael E. Porter (1985) untuk menggambarkan
bagaimana suatu produk bertransformasi mulai dari
bahan mentah sampai ke pelanggan akhir.
• Rantai nilai → serangkaian aktivitas utama maupun
pendukung.
• Aktivitas utama terdiri dari kegiatan logistik
masuk, operasi, logistik keluar, pemasaran dan
penjualan serta penyediaan jasa.
• Aktifitas pendukung terdiri dari infrastruktur
perusahaan, pengelolaan sumber daya manusia
(SDM), pengembangan teknologi, dan berbagai
kegiatan yang terkait lainnya.
Antara Rantai Nilai (Value Chain) dan Rantai Pasok
(Supply Chain)
• Rantai nilai (value chain) berkaitan erat dengan
rantai pasok (supply chain).
• Menurut Beamon B. (1998), rantai pasok merupakan
proses manufaktur yang terstruktur dimana bahan
mentah diubah menjadi barang jadi untuk selanjutnya
dikirim ke konsumen akhir.
• Rantai pasok terhubung satu sama lain, didukung
kemajuan teknologi, serta memerlukan pendekatan
integratif dan struktural untuk menyelesaikan
berbagai masalah (Porter, 1996).
• Menurut Chapra dan Meindl (2001), rantai pasok juga
mencakup komponen, namun tidak terbatas pada
komponen, pengembangan produk baru, pemasaran,
operasi, distribusi, keuangan serta layanan pelanggan.
Sumber: marksharetraining.co.id
Rantai Pasok Halal (Halal Supply Chain)

Rantai pasok halal terdiri dari empat


aktivitas utama yaitu pengadaan
(procurement) halal, manufaktur
(manufacturing) halal, distribusi
(distribution) halal dan logistik halal
(Rasi, et al.,2017)
Studi Kasus: Close Loop Halal Value Chain QSR Brands Malaysia
QSR Brands dikenal sebagai perusahaan yang meroperasikan lebih dari 830 gerai KFC di Malaysia,
Singapura, Brunei serta Kamboja dan lebih dari 475 gerai pizza hut di Malaysia dan Singapura. Selain
operasional restoran, QSR Brands secara ekstensif terlibat dalam peternakan breeder dan broiler,
pembenihan dan pemrosesan unggas melalui Ayamas serta sejumlah bisnis pendukung seperti
pembuatan kue, commissary dan produksi saus melalui anak perusahaannya yaitu Region Food
Industries yang memproduksi saus Life. Hal ini menjadikan QSR Brands operator makanan terintegrasi
vertikal di Malaysia mengadopsi konsep “From Halal Farm to Halal Fork”. QSR Brands menjamin
bahwa semua produk yang di produksinya dan dijualnya adalah halal. Shariah Advisory Council dari
QSR Brands secara ketat mengawasi seluruh rantai proses pembuatan makanan halal untuk memastikan
kepatuhan halal sesuai dengan standar halal.

Sumber: www.qsrbrands.com
Infrastruktur Pendukung Rantai Nilai Halal

Kawasan Industri Halal


Pelabuhan Halal
Logistik Halal
2. Tersedianya sarana dan prasarana yang secara
Kawasan Industri Halal fungsi atau lokasi bersifat terintegrasi dan mendukung
kegiatan industri untuk memenuhi persyaratan halal
• Saat ini Indonesia sudah memiliki ketentuan mengenai dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
pembentukan Kawasan Industri Halal (KIH) yang dapat mengenai jaminan produk Halal.
menjadi rujukan para pengelola Kawasan industri. 3. Mempunyai tim manajemen halal, yang paling sedikit
• Kriteria pembetukan Kawasan Industri Halal (KIH) terdiri atas satu orang manajer halal dan satu orang
berdasarkan Permenperin No. 17 Tahun 2020 tentang sebagai penyelia halal dimana tim ini bertugas untuk
Tata Cara Memperoleh Surat Keterangan dalam Rangka melaksanakan kebijakan halal, mengidentifikasi bahan
Pembentukan Kawasan Industri Halal meliputi: yang digunakan perusahaan industri dan
mengkoordinasikan penyelia halal perusahaan industri
1. Merupakan Kawasan Industri (KI) yang: untuk memperoleh sertifikat halal.
a. Seluruh kaveling industrinya dialokasikan untuk
perusahaan industri yang menghasilkan produk halal
b. Sebagian kaveling industrinya dialokasikan untuk
perusahaan industri yang menghasilkan produk Halal
serta sarana dan prasarana terletak dalam satu
hamparan
c. Kaveling industrinya menyediakan sarana distribusi
bahan baku, bahan penolong dan barang jadi yang
terintegrasi bagi perusahan industri yang menghasilkan
produk halal serta sarana dan prasarana yang tidak
terletak pada satu hamparan
Logistik Halal
• Tujuan dari logistik adalah untuk memastikan konsumen • Untuk memastikan penerapan logistik Halal, Lodhi
dapat mengonsumsi produk tepat waktu, tepat jumlah, dan (2009) mengungkapkan bahwa seluruh tahapan
dalam kondisi yang baik. utama dalam aktivitas logistik dan rantai pasok dari
semua produk Halal harus dilindungi dari produk
• Manajemen logistik melibatkan serangkaian aktivitas,
atau zat non-halal hingga tiba di tujuan akhir.
yaitu transportasi, penyimpanan dan pergudangan,
manajemen inventaris, manajemen material,
penjadwalan produk, dan layanan pelanggan (Talib dan
Hamid, 2013).
• Risiko kontimasi halal dapat terjadi di seluruh rangkaian
rantai pasok.
→ proses logistik menjadi salah satu aspek yang perlu
diperhatikan untuk menjamin kehalalan produk saat
mencapai konsumen akhir.
• Menurut Tieman et al. (2012), sebagian besar aktivitas
pengendalian untuk menjamin kehalalan dalam rantai
pasok halal dilakukan di gudang, transportasi, dan terminal.
→ logistik halal perlu diterapkan untuk memenuhi
standar halal.
Pelabuhan Halal
• Pelabuhan memainkan peran penting sebagai Sistem logistik halal, pelabuhan halal serta
platform logistik dalam rantai pasok halal. infrastruktur pendukung industri halal lainnya
akan mendorong halal traceability global secara
• Pelabuhan berperan sebagai pintu gerbang
efisien dan pencapaian skala ekonomi yang
penanganan logistik kargo yang dilakukan melalui
lebih baik, sehingga akan memperkuat kerangka
empat sistem yaitu, transfer, pengiriman/penerimaan,
rantai nilai halal dunia.
kapal, dan penyimpanan (Canamero, 2000).

• Saat ini Indonesia belum memiliki halal port yang


definitif. Berbeda dengan Malaysia yang saat ini
memimpin peringkat industri halal global dalam
beberapa tahun terakhir, yang telah memiliki
pelabuhan halal yang beroperasi secara global

• Pendirian pelabuhan halal (halal port) ditujukan untuk


memastikan integritas produk halal dan pada akhirnya
meningkatkan kinerja keseluruhan rantai pasok halal.
Faktor Penentu Keberhasilan Rantai Nilai Halal
• Dalam industri halal, keberhasilan manajemen rantai
pasok halal bergantung pada definisi yang jelas
mengenai halal, persyaratan dalam proses halal,
prosedur, pelacakan (tracking) dan penelusuran
(tracing) baik hulu dan hilir, samak, pengemasan dan
pelabelan, organisasi (kolaborasi) dan sertifikasi halal.

• Untuk memastikan keberhasilan rantai pasokan halal


dan meminimalkan risiko kontaminasi silang (antara
halal dan haram), operasi pengangkutan, penyimpanan,
dan penanganan harus mematuhi hukum Syariah
(hukum Islam) dan memenuhi persyaratan dari lokasi
pasar yang ditargetkan (Tieman et al., 2012).
Faktor Penentu Keberhasilan Rantai Nilai Halal
• Dukungan Pemerintah → Di Indonesia • Teknologi Informasi → Teknologi informasi
sendiri sudah terdapat regulasi yang merupakan faktor yang sangat penting dalam
menaungi implementasi jaminan produk rantai pasok, karena dapat meningkatkan
halal di Indonesia, diantaranya: kinerja rantai pasok, yang memungkinkan
• UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk efisiensi rantai pasok, dan memungkinkan
Halal integrasi rantai pasok yang lebih besar
• UU No. 11 Tahun 2020 Cipta Kerja, dan (Hammant, 1995).
• PP No. 39 Tahun 2021 tentang • Teknologi informasi memiliki kemampuan
Penyelenggaraan Jaminan Bidang Produk
Halal untuk meningkatkan rantai pasok halal,
mencegah pengangkutan yang tidak
• Aset Khusus → Kunci dalam perlu, pengorganisasian rantai pasok yang
ketersediaan aset khusus (dedicated) lebih baik dan meningkatkan kinerja halal
adalah pemisahan total antara produk sampai ke tujuan akhir (Tieman, 2009).
halal dan non-halal dalam keseluruhan
proses distribusi, mulai dari transportasi,
pergudangan, atau peralatan.
Faktor Penentu Keberhasilan Rantai Nilai Halal
• Sumber Daya Manusia (SDM) → Dukungan • Kolaborasi Vertikal dan Horisontal
SDM yang berkualitas dalam pengembangan • Integrasi dan kolaborasi merupakan aktivitas
rantai nilai halal menjadi bagian yang sangat utama dalam rangkaian kegiatan manajemen
penting dan esensial. rantai pasok
→ SDM merupakan tulang punggung dalam • Integrasi dan kolaborasi ini sangat diperlukan
seluruh rangkaian aktivitas rantai nilai halal untuk mencapai aliran produk, layanan,
dimana SDM yang terlatih memperkuat informasi serta keputusan yang efektif dan
implementasi rantai nilai halal di dalam efisien, untuk memberikan nilai optimal kepada
industri. para pelanggan yang menjadi pengguna dari
produk halal.
• Kolaborasi rantai pasok terdiri dari:
• Sertifikasi, Pedoman dan Standar Halal • Kolaborasi vertikal yaitu kolaborasi eksternal
→ Sertifikasi halal adalah simbol dalam lini rantai pasok seperti dengan
jaminan bagi konsumen dan bisnis pemasok dan pelanggan.
dalam memastikan kehalalan dalam • Kolaborasi horizontal merupakan kolaborasi
seluruh rangkaian rantai nilai halal eksternal dengan pesaing atau non-pesaing
dari organisasi atau entitas lain.
Faktor Penentu Keberhasilan Rantai Nilai Halal
• Ketertelusuran Halal (Halal Traceability)
• Untuk menjamin integritas produk halal dibutuhkan
informasi yang handal mengenai seluruh kegiatan
yang dilakukan dalam rantai nilai/rantai pasok dalam
menghasilkan produk, dimulai dari seluruh sumber
bahan baku sampai dengan distribusi produk sampai
ke tangan konsumen untuk mengetahui status halal
dari produk tersebut.
• Traceability halal dapat dijadikan media untuk
melacak status kehalalan dari suatu produk dengan
menyimpan jejak seluruh informasi kegiatan dalam
menghasilkan produk mulai dari hulu yaitu asal usul
bahan baku sampai ke hilir (Zulfakar et al., 2012).
TUGAS INDIVIDU

1. Jelaskan yang dimaksud dengan rantai nilai halal.

2. Jelaskan yang dimaksud dengan kawasan industri halal

3. Jelaskan yang dimaksud dengan logistik halal

4. Bagaimana urgensi pengembangan pelabuhan halal (halal port) dalam


keseluruhan rantai nilai halal

5. Jelaskan faktor-faktor kesuksesan dalam rantai nilai halal.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai