Cetakan Kedua Pedoman Penilaian Obat Berbasis Sel Manusia
Cetakan Kedua Pedoman Penilaian Obat Berbasis Sel Manusia
PENILAIAN OBAT
BERBASIS SEL
MANUSIA
PEDOMAN PENILAIAN
OBAT BERBASIS SEL MANUSIA
Agustus 2020
PEDOMAN PENILAIAN
OBAT BERBASIS SEL MANUSIA
ISBN 978-602-415-036-5
Agustus 2020
i
penilaian obat berbasis sel assess human cell-based
manusia. Hal ini juga sejalan medicinal products. It is also
dengan rekomendasi Satuan aligned with the
Tugas Percepatan recommendation from The Task
Pengembangan Produk Biologi Force for the Acceleration of
bahwa diperlukan peraturan Biological Product Development
terkait persyaratan khasiat, that emphasizing the need of a
keamanan, mutu dan izin edar regulation containing the
produk berbasis sel, termasuk requirements of efficacy, safety,
sel punca (stem cell). quality, and marketing
authorization of human cell-
based medicinal products (stem
cell).
Menindaklanjuti kebutuhan Following up on the need for
regulasi dan pedoman dalam regulation and guidelines for the
penilaian obat berbasis sel assessment of human cell-based
manusia tersebut, Badan POM medicinal products, the
telah menyusun Peraturan Indonesian FDA has prepared
Badan POM No. 18 Tahun 2020 Regulation of the Indonesian
tentang Pedoman Penilaian FDA Number 18 Year 2020 on
Obat Berbasis Sel Manusia Guideline on the Evaluation of
yang dilengkapi dengan Human Cell-based Medicinal
lampiran berupa Pedoman Products which includes an
Penilaian Obat Berbasis Sel annex entitled Guideline on
Manusia. Pedoman tersebut Evaluation of Human Cell-based
memuat aspek analisis risiko, Medicinal Products. This
penilaian khasiat, keamanan guideline contains the aspects of
dan mutu obat berbasis sel risk analysis, and assessment of
manusia. Badan POM efficacy, safety, and quality of
berkomitmen agar pedoman human cell-based medicinal
penilaian obat berbasis sel products. Indonesian FDA is
manusia yang disusun menjadi committed to making the
panduan yang komprehensif guideline a become
dan aplikatif, baik bagi pelaku comprehensive and applicable
usaha maupun bagi evaluator guidance for all stakeholders.
di Badan POM.
Besar harapan kami bahwa It is expected that the
Pedoman Penilaian Obat Guideline on Evaluation of
Berbasis Sel Manusia dapat Human Cell-based Medicinal
ii
menunjang upaya untuk Products could support the
meningkatkan mutu, khasiat efforts in improving quality,
dan keamanan produk obat efficacy, and safety of human
berbasis sel manusia serta cell-based medicinal products
memberikan perlindungan and also provide better
yang lebih baik terhadap protection for public health,
kesehatan masyarakat yang which will eventually become a
pada akhirnya akan menjadi progressive step towards the
langkah progresif terhadap development of the human cell-
perkembangan industri obat based medicinal industry in
berbasis sel manusia di Indonesia.
Indonesia.
Penghargaan dan ucapan We would like to express our
terima kasih kami sampaikan upmost appreciation and
khususnya kepada Tim Ahli gratitude to the Expert and
dan Tim Penyusun Buku Reviewer Team of the Guideline
Pedoman Penilaian Obat on Evaluation of Human Cell-
Berbasis Sel Manusia yang Based Medicinal Products who
telah memberikan sumbangan have contributed their valuable
pikiran, waktu dan tenaga ideas, time and energy to enable
mereka sehingga the publication of this Guideline
memungkinkan penerbitan on Evaluation of Human Cell-
Pedoman Obat Berbasis Sel Based Medicinal Products. We
Manusia. Ucapan terima kasih would also like to thank all those
juga kami sampaikan kepada who supported and participated,
semua pihak yang mendukung either directly or indirectly, in the
dan berpartisipasi baik secara preparation and publication of
langsung atau tidak langsung this Guideline on Evaluation of
dalam penyusunan dan Human Cell-Based Medicinal
penerbitan buku Pedoman Products.
Penilaian Obat Berbasis Sel
Manusia ini.
Jakarta, 28 Agustus/August 2020
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Chairperson of the Indonesian Food and Drug Authority
iii
TIM PENYUSUN REVIEWER TEAM
Pengarah: Advisors:
1. Kepala Badan POM 1. Chairperson of Badan POM
2. Deputi Bidang Pengawasan 2. Deputy Chairperson for
Obat NAPPZA Drugs, Narcotics,
Psychotropics and
Addictive Substances
Control
Ketua:
Direktur Standardisasi Obat Chairman:
NAPPZA Director of Standardisation of
Drugs, Narcotics, Psychotropics
and Addictive Substances
Control
Anggota/Member
1. Dra. Nurma Hidayati, Apt, M.Epid
2. Dian Putri Anggraweni, S.Si, Apt, M.Farm
3. Juliati, S.Si, Apt, M. Biomed
4. Dra. Herawati, Apt, M.Biomed
5. Dra. Ernawati Mangunatmaja, Apt
6. Hanny Musytika, S.Si, Apt, MPH
7. Anggi Tiarani, S.Si, Apt
8. Nita Widhatiningsih, S.Farm, Apt
9. Yopi Arpina, S.Farm, Apt
10. Nina Muhamad Kadri, S.Farm, Apt
iv
11. Widya Dwi Arini, S.Farm, Apt
12. Meysa Intan P, S.Farm, Apt
13. Yuly Proboningrum, S.Farm, Apt
14. Asri Nurfita, S.Farm, Apt
15. Anis Khilyatul Auliya, S. Farm, Apt
16. Shinta Ayu Nurfaradilla, S.Farm, Apt
17. Alsya Utami Rahayu, S.Farm, Apt
v
DAFTAR ISI TABLE OF CONTENT
vi
D. PENGEMBANGAN D. CLINICAL
KLINIK………………..….….96 DEVELOPMENT…….….….96
1. Aspek Umum……..…….96 1. General Aspects..……….96
2. Farmakodinamik……....98 2. Pharmacodynamics..…..98
3. Farmakokinetik……..….99 3. Pharmacokinetics..…….99
4. Studi Penentuan 4. Dose finding studies….101
Dosis……………..……..101
5. Efikasi Klinik……..…..103 5. Clinical Efficacy..……..103
6. Keamanan Klinik.....…106 6. Clinical Safety……....…106
E. FARMAKOVIGILANS DAN E. PHARMACOVIGILANCE
RENCANA MANAJEMEN AND RISK MANAGEMENT
RISIKO…….…………..…..110 PLAN ……………………….110
BAB III PENUTUP………….....111 CHAPTER III CLOSURE……...111
GLOSARIUM……………….......113 GLOSSARY…..………………....113
DAFTAR RUJUKAN……...……129 REFERENCES……….…………129
vii
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
REPUBLIK INDONESIA
-1-
-2-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN TENTANG PEDOMAN PENILAIAN
OBAT BERBASIS SEL MANUSIA.
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud
dengan:
1. Obat adalah obat jadi termasuk produk
biologi yang merupakan bahan atau
paduan bahan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem
fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan
dan peningkatan kesehatan, dan
kontrasepsi untuk manusia.
2. Obat Berbasis Sel Manusia adalah obat
yang berasal dari sel somatik dan/atau
produk rekayasa jaringan manusia,
tidak termasuk produk turunan yang
dihasilkan oleh sel tersebut, produk sel
punca autologus dan embrionik,
maupun produk darah.
3. Pendaftar adalah Industri Farmasi yang
telah mendapatkan izin Industri
Farmasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Evaluator adalah pegawai di lingkungan
Badan Pengawas Obat dan Makanan
yang berdasarkan surat penunjukan
dan surat tugas dari pejabat yang
berwenang bertugas untuk melakukan
evaluasi dan/atau penilaian terhadap
-4-
Pasal 2
(1) Pedoman Penilaian Obat Berbasis Sel
Manusia merupakan panduan bagi:
a. Evaluator dalam melakukan
evaluasi dan/atau penilaian Obat
Berbasis Sel Manusia;
b. Pendaftar dalam memenuhi
persyaratan pendaftaran Obat
Berbasis Sel Manusia; dan
c. Organisasi Riset dalam
melakukan pengembangan Obat
Berbasis Sel Manusia.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dalam rangka
registrasi Obat.
(3) Pedoman sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. analisis risiko;
b. pengembangan nonklinik;
c. pengembangan klinik;
d. aspek mutu dan proses
pembuatan; dan
e. farmakovigilans dan rencana
manajemen risiko.
(4) Pedoman sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Badan ini.
-5-
Pasal 3
Pelaksanaan Pedoman ini harus
memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur
mengenai :
a. kriteria dan tata laksana registrasi obat;
b. penilaian obat pengembangan baru;
dan/atau
c. tata laksana persetujuan uji klinik.
Pasal 4
Peraturan Badan ini mulai berlaku pada
tanggal diundangkan.
-7-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Juli 2020
ttd
PENNY K. LUKITO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 Juli 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BAB I CHAPTER I
PENDAHULUAN INTRODUCTION
B. TUJUAN B. OBJECTIVES
1. Memberikan panduan 1. To provide guidance on
tentang persyaratan the registration
pendaftaran obat berbasis requirements for human
sel manusia di Indonesia. CBMP in Indonesia.
- 14 -
BAB II CHAPTER II
PERSYARATAN TEKNIS TECHNICAL REQUIREMENTS
a. Sel a. Cells
Bahan sel berasal dari Donated cellular material
donor tunggal atau berbagai from single or pooled donors,
donor yang dikumpulkan. once processed (see 2.a) may
Bahan sel tersebut setelah be:
diproses (lihat butir 2. a.
Prosedur Penyiapan Sel)
dapat berupa:
1) Isolat sel primer tunggal 1) A single primary cell
yang digunakan langsung isolate used directly for
untuk obat berbasis sel the CBMP.
manusia.
2) Sel primer yang dikultur 2) Primary cells cultured for
untuk beberapa pasase a few passages before
sebelum digunakan being used for the CBMP.
untuk obat berbasis sel.
3) Sel dari sistem bank sel 3) Cells based on a well-
yang terdiri atas bank sel defined cell bank system
induk dan bank sel kerja. consisting of a master cell
bank and a working cell
bank.
- 21 -
dikarakterisasi dengan
baik;
b. Pemrograman ulang sel b. Reprogramming of
yang terdiferensiasi secara terminally differentiated
terminal (iPSC); cells (iPSCs);
c. Perbanyakan sel dalam c. Expansion under
kondisi yang mendukung conditions supporting
pertumbuhan sel yang tidak growth of undifferentiated
berdiferensiasi; cells;
d. Diferensiasi sel secara in d. In vitro differentiation of the
vitro; cells;
e. Pemurnian populasi sel e. Purification of the intended
yang aktif secara biologis biologically active cell
sesuai keinginan (misalnya population (e.g. removal of
penghilangan sel pluripoten undifferentiated pluripotent
yang tidak terdiferensiasi, cells, immune selection).
seleksi imun).
Perbanyakan dan Ex vivo expansion and
diferensiasi ex vivo populasi sel differentiation of stem cell
punca dianggap sebagai populations is considered to be
manipulasi yang substansial. substantial manipulation.
Sel punca yang diperbanyak Expanded stem cells are often
umumnya diberikan kepada administered in an
pasien dalam bentuk yang undifferentiated state, have
belum berdiferensiasi dan renewal capability and lineage
mampu membelah diri setelah commitment. In such cases, the
perbanyakan sel dan potential for tumour formation
mempunyai lineage commitment. might demand additional testing
Dalam kasus tersebut, during development.
diperlukan pengujian tambahan Appropriate tests should be
selama pengembangan produk conducted to minimize the risk
untuk mengetahui potensi of transformation and tumour
pembentukan tumor. Pengujian formation, in particular when
yang tepat harus dilakukan using embryonic stem cells or
untuk meminimalkan risiko iPSCs.
transformasi dan pembentukan
- 33 -
3) Cell culture
3) Kultur sel
During in vitro cell
Selama pembiakan sel
culture, consideration
secara in vitro, perhatian
should be given to ensure
harus diberikan untuk
acceptable growth and
memastikan pertumbuhan
manipulation of the isolated
dan manipulasi sel yang
cells. The processing steps
diisolasi dapat diterima atau
should be properly designed
sesuai persyaratan.
to preserve the integrity and
Tahapan proses harus
control the function of the
dirancang dengan benar
cells. The procedures for any
untuk menjaga integritas
manipulation should be
dan mengontrol fungsi sel.
documented in detail and
Prosedur setiap manipulasi
closely monitored according
harus didokumentasi secara
to specific process controls.
rinci dan diawasi secara
The duration of cell culture
ketat sesuai dengan kontrol
and maximum number of cell
proses spesifik. Lama
passages should be clearly
pembiakan sel dan jumlah
specified and validated. The
maksimum pasase sel harus
relevant genotypic and
ditentukan dengan jelas dan
phenotypic characteristics of
divalidasi. Karakteristik
the primary cell cultures, of
genotip dan fenotip kultur
the established cell lines and
sel primer yang relevan dari
the derived cell clones should
sel lestari mapan dan klon
be defined and their stability
sel turunan harus
with respect to culture
didefinisikan dan
longevity determined.
stabilitasnya terkait dengan
usia kultur ditentukan.
Consistency/
Konsistensi/
repeatability of the cell
pengulangan proses
culture process should be
pembiakan sel harus
demonstrated and the
dibuktikan dan kondisi
culture conditions including
- 36 -
3. Karakterisasi 3. Characterisation
Karakterisasi obat berbasis The characterisation of a
sel harus mencakup semua CBMP should encompass all the
- 39 -
a. Identitas a. Identity
Komponen seluler Cellular Component
Identitas komponen The identity of the
seluler harus dikarakterisasi cellular components,
dalam hal profil fenotip depending on the cell
dan/atau genotip, population and origin,
tergantung pada populasi should be characterised in
dan sumber sel. terms of phenotypic and/or
genotypic profiles.
Ketika menentukan When addressing the
fenotip sel, penanda yang phenotype of the cells,
sesuai dapat digunakan relevant markers could be
disertai dengan justifikasi. used, where justified. These
Pemilihan penanda ini dapat markers may be based on
- 42 -
c. Cemaran c. Impurities
Cemaran terkait produk atau Product or process-related
proses
Selama produksi obat During the production of
berbasis sel, berbagai a CBMP, variable amounts
cemaran baik pada produk of impurities, product- and
atau terkait proses dapat process-related, may be
ditemui pada obat jadi. introduced into the final
Setiap reagen yang diketahui product. Any reagents
berbahaya pada manusia known to be harmful in
harus dianalisis dalam humans should be analysed
produk jadi (atau dalam in the final product (or in
masing-masing komponen, individual components if
jika tidak memungkinkan) otherwise not possible) and
- 48 -
d. Potensi d. Potency
Uji potensi yang sesuai It is strongly
sangat direkomendasikan recommended that the
untuk dikembangkan sedini development of a suitable
mungkin. Uji potensi potency assay be started as
tersebut sebaiknya sudah soon as possible. Preferably,
tersedia ketika bahan untuk a suitable potency assay
uji klinik fase I diproduksi should already be in place
- 50 -
Imunoterapi Immunotherapy
Uji potensi obat berbasis Potency assays of cell-
sel untuk penggunaan based medicinal products
imunoterapetik dilakukan intended for immune-
berdasarkan pada therapeutic use will be
mekanisme imun yang based on complex immune
kompleks yang mungkin mechanisms which may be
diperumit dengan formulasi complicated by multi-
multi-antigen dan antigen formulations and
variabilitas bahan awal. inherent variability of the
Pengujian potensi untuk starting material. Potency
obat imunoterapi berbasis assays for immunotherapy
sel dapat mengacu pada based medicinal products
pedoman yang berlaku. should refer to applicable
requirement.
e. Tumorigenisitas e. Tumourigenicity
Tumorigenisitas obat The tumourigenicity of
berbasis sel berbeda dari CBMP differs from the
obat kimia yaitu dapat classical pharmaceutics as
terjadinya transformasi pada the transformation can also
komponen sel produk happen in the cellular
(misalnya ketidakstabilan component of the product
kromosom) dan terjadinya (e.g. chromosomal
tidak hanya pada pasien instability) and not only in
yang diterapi. Jika risiko the treated individual. If the
transformasi sel dan potensi risk of cellular
tumorigenisitas dapat transformation and
diprediksi, komponen sel subsequent potential for
harus dievaluasi potensi tumourigenicity can be
- 57 -
7. Ketertelusuran 7. Traceability
Sistem untuk A system allowing
penelusuran secara complete traceability of the
komprehensif terhadap patient as well as the
pasien, produk dan bahan product and its starting
awal merupakan hal penting materials is essential to
untuk memantau monitor the safety and
keamanan dan efikasi obat efficacy of CBMP. The
berbasis sel. Pembentukan establishment and
dan pemeliharaan sistem maintenance of that system
tersebut harus dilakukan should be done in a way to
dengan cara yang dapat ensure coherence and
menjamin koherensi dan compatibility with
kompatibilitas dengan traceability and vigilance
ketertelusuran dan requirements laid down in
persyaratan vigilans yang applicable guideline.
terdapat pada pedoman
yang berlaku.
Untuk menjamin In order to guarantee
anonimitas, dalam sistem anonymity, the traceability
ketertelusuran dapat system could use two tiered
digunakan dua sistem system which link the
berjenjang yang traceability of the donation
- 75 -
8. Komparabilitas 8. Comparability
Pengembangan obat Development of a CBMP
berbasis sel dapat may encompass changes in
mencakup perubahan the manufacturing process
proses produksi yang that might have an impact
- 76 -
C. PENGEMBANGAN C. NON-CLINICAL
NONKLINIK DEVELOPMENT
Pelaksanaan pengujian The scrutiny applied during
nonklinik harus non-clinical testing should take
mempertimbangkan sifat obat into account the nature of the
berbasis sel dan risiko pada CBMP and be proportional to the
penggunaan klinis. risk expected to be associated
with clinical use.
Keragaman obat berbasis sel The variability of CBMP
harus tercermin pada studi should be reflected in the non-
nonklinik. Persyaratan umum clinical studies. Conventional
yang diuraikan pada dokumen requirements as detailed in non-
nonklinik untuk pengujian clinical document for
farmakologi dan toksikologi pharmacological and
tidak selalu dapat diterapkan. toxicological testing of medicinal
Ketidaksesuaian terhadap products may not always be
persyaratan umum tersebut appropriate. Any deviation from
harus dijustifikasi. Jika sel these requirements shall be
dalam obat berbasis sel manusia justified. If cells in a CBMP have
telah dimodifikasi secara been genetically modified, non-
genetik, pengembangan clinical development must be
nonklinik harus dilakukan performed in compliance with
sesuai dengan pedoman yang guidance available on gene
tersedia untuk obat dengan transfer medicinal products, i.e.
transfer gen, seperti EMA Note seperti EMA Note for Guidance
for Guidance on the Quality, on the Quality, Preclinical and
Preclinical and Clinical Aspects of Clinical Aspects of Gene Transfer
Gene Transfer Medicinal Medicinal Products
Products (CPMP/BWP/3088/99).
(CPMP/BWP/3088/99).
Tujuan dari studi nonklinik The objectives of the non-
adalah untuk membuktikan clinical studies are to
prinsip, serta menjelaskan demonstrate proof-of-principle,
perkiraan efek farmakologi dan define the pharmacological and
toksikologi terhadap respons toxicological effects predictive of
manusia, baik sebelum maupun the human response, not only
selama uji klinik. Sasaran dari prior to initiation of clinical
berbagai studi ini antara lain: trials, but also throughout
- 79 -
1. Farmakologi 1. Pharmacology
a. Farmakodinamik Primer a. Primary pharmaco-
dynamics
Studi nonklinik harus Non-clinical studies
memadai agar dapat should be adequate to
menunjukkan pembuktian demonstrate the proof of
prinsip dari obat berbasis principle of the CBMP. The
sel manusia. Berbagai efek principal effects should be
utama harus dapat identified in non-clinical
diidentifikasi pada studi studies in a suitable model
nonklinik menggunakan in vitro or in vivo.
model in vitro atau in vivo
yang sesuai.
Untuk mengidentifikasi Reasonably justified
reaksi farmakodinamik obat markers of biological
berbasis sel manusia pada activity should be used to
inang yang dituju, harus adequately identify the
digunakan penanda pharmacodynamic action of
aktivitas biologi yang sesuai the CBMP in the host.
dan terjustifikasi.
- 81 -
e. Interaksi e. Interactions
Perlu dilakukan The interaction of the
pemantauan terhadap applied cells or surrounding
interaksi antara sel yang tissue with the non-cellular
digunakan atau jaringan di structural components and
sekitarnya dengan other bioactive molecules as
komponen struktur well as the integration of the
nonselular dan molekul CBMP with the surrounding
bioaktif lainnya, serta tissue should be monitored.
integrasi obat berbasis sel
manusia dengan jaringan
sekitarnya.
2. Toksikologi 2. Toxicology
Kebutuhan untuk The need for toxicological
dilakukannya studi toksikologi studies depends on the product.
tergantung pada produk. Jika However, as conventional study
studi konvensional tidak designs may not be appropriate,
memungkinkan, diperlukan the scientific justification for the
model pengujian lain atau tanpa
- 90 -
2. Farmakodinamik 2. Pharmacodynamics
Walaupun mekanisme Even if the mechanism of
kerja belum diketahui secara action is not understood in
rinci, efek utama obat detail, the main effects of the
berbasis sel manusia harus CBMP should be known.
sudah diketahui. Uji When the purpose of the
efektifitas obat berbasis sel CBMP is to correct the
manusia harus dilakukan function of deficient or
bila produk tersebut destroyed cell/tissue, then
mempunyai indikasi untuk functional tests should be
memperbaiki fungsi atau implemented. If the intended
mengatasi kerusakan use of the CBMP is to
sel/jaringan. Jika tujuan dari restore/replace cell/tissues,
penggunaan obat berbasis sel with an expected lifelong
manusia adalah untuk functionality, structural/
mengembalikan atau histological assays may be
mengganti sel/jaringan (yang potential pharmacodynamic
diharapkan dapat berfungsi markers. Suitable
untuk jangka panjang), maka pharmacodynamic markers,
hasil pengujian struktur/ such as defined by
histologis dapat digunakan microscopic, histological,
sebagai penanda imaging techniques or
farmakodinamika. Penanda enzymatic activities, could be
farmakodinamika yang used.
sesuai, seperti yang diperoleh
secara mikroskopik,
histologis, teknik pencitraan
atau aktivitas enzimatik,
dapat digunakan.
Penanda biologis yang The selected biomarkers
dipilih harus dapat should permit delineation of
menunjukkan status the differentiation status of
diferensiasi produk berbasis the stem cell-based product
sel punca saat pemberian at time of patient
pada pasien serta administration as well as
memfasilitasi pemantauan in facilitate in vivo monitoring
vitro setelah diberikan. once administered.
- 99 -
3. Farmakokinetik 3. Pharmacokinetics
Studi ADME konvensional Conventional ADME
biasanya tidak relevan untuk studies are usually not
obat berbasis sel manusia. relevant for human CBMP.
Perlu dilakukan pengkajian Study requirements, possible
terhadap persyaratan studi, methodologies and their
terhadap viabilitas, feasibility shall be discussed,
proliferasi/ diferensiasi, attention being paid to
- 100 -
E. FARMAKOVIGILANS DAN A.
E. PHARMACOVIGILANCE
RENCANA MANAJEMEN AND RISK MANAGEMENT
RISIKO PLAN
Farmakovigilans rutin dan The routine
ketertelusuran suatu produk pharmacovigilance and
harus dijelaskan dalam Rencana traceability of the product
Manajemen Risiko (RMP). Obat should be described in the Risk
berbasis sel manusia mungkin Management Plan (RMP). CBMP
membutuhkan studi jangka may need special long-term
panjang untuk memantau isu studies to monitor specific safety
keamanan spesifik, termasuk issues, including loss of efficacy.
penurunan potensi/efikasi.
Isu keamanan jangka The long-term safety issues,
panjang, seperti infeksi, such as infections,
imunogenisitas/ imunosupresi immunogenicity/
dan transformasi keganasan immunosuppression and
selama penggunaan in vivo malignant transformation as
terkait peralatan well as the in vivo durability of
medis/komponen biomaterial the associated medical device/
harus tercantum dalam RMP. biomaterial component should
Studi farmakoepidemiologi be addressed in the RMP.
khusus diperlukan. Persyaratan Special
khusus ditentukan berdasarkan pharmacoepidemiological
karakteristik biologis obat studies may be needed. The
berbasis sel manusia. specific requirements are linked
Ketertelusuran lini donor-obat to the biologic characteristics of
berbasis sel manusia-penerima the cell-based product.
untuk produk alogenik atau Traceability in the donor-
obat berbasis sel manusia- product-recipient axis, or of the
penerima untuk produk product-recipient for autologous
otologus dibutuhkan untuk products, is required in all
semua kondisi sesuai ketentuan circumstances as described in
yang berlaku. applicable regulations.
Pemantauan keamanan obat Safety monitoring of Human
berbasis sel manusia dilakukan cell-based Medicinal products is
berdasarkan ketentuan carried out based on regulations
peraturan perundang-undangan and guideline related to
terkait farmakovigilans. pharmacovigilance.
- 111 -
ttd
PENNY K. LUKITO
- 113 -
GLOSARIUM C. GLOSSARY
bersentuhan langsung
dengan produk atau tidak.
7. Bank sel adalah 7. Cell Bank is a set of
sekumpulan wadah yang containers consisting of an
layak yang terdiri dari even composition and
komposisi yang merata dan stored under specified
disimpan dalam kondisi conditions. Each container
yang ditetapkan. Setiap represents an aliquot from a
wadah mewakili aliquot dari single pool of cells.
pool tunggal sel.
8. Bank sel induk (BSI) adalah 8. Master cell bank is aliquot
aliquot dari pool tunggal sel from single pool cell which
yang umumnya telah have genrally been prepared
disiapkan dari klon sel from selected cell clones
yang dipilih dalam kondisi under specified conditions,
yang ditentukan, dibagi ke divided into several
beberapa wadah dan containers, and stored
disimpan di bawah kondisi under predetermined
yang telah ditetapkan. BSI conditions. Master cell bank
digunakan untuk is used to prepare all
menurunkan semua bank working cell bank.
sel kerja.
9. Bank sel kerja (BSK) adalah 9. Working cell bank is
Pool homogen dari homogeneous pool of
mikroorganisme atau sel, microorganisms or cells,
yang terdistribusi secara which evenly distributed to
merata ke sejumlah wadah a number of containers
yang berasal dari BSI yang originating from master
disimpan sedemikian rupa bank cell which are stored
untuk memastikan in a such ways to ensure
stabilitas dan untuk stability and for use in
digunakan dalam produksi. production.
10. Cryptic adalah bentuk 10. Cryptic is mysterious or
misterius atau tidak obscure form.
diketahui.
11. Cryoconservation adalah 11. Cryoconservation is
a. pengumpulan dan a. the collection and deep-
pembekuan semen, freezing of semen, ova,
- 116 -
DAFTAR RUJUKAN/REFERENCES
www.pom.go.id
@bpom_ri
Badan Pengawas Obat dan
Makanan