Anda di halaman 1dari 62

BUKU SAKU

TIM PENYUSUN

Alya Zainah
Bayu Wiratama
Fitriana Rahmi
Laode Muhammad Indra
Kesuma
Nahdiya

DOSEN PEMBIMBING

apt. Difa Intannia, M. Farm-KLIN.


apt. Herningtyas Nautika Lingga,
S.Farm., M.Sc.
apt. Hayatun Izma, S.Farm.,
M.Pharm.Sci.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan buku saku tentang GERBANG BERSINAR
“Generasi Bangsa Bersih Dari Narkoba”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada


semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam
penyusunan buku ini.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat


kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa
penyampaian dalam buku saku ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki buku saku ini.

Banjarbaru, Juli 2023


Tim Penyusun

HALAMAN 01
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................ 1
Daftar Isi.......................................................................... 2
Definisi Narkoba.............................................................. 3
Klasifikasi Narkoba.......................................................... 5
Penyalahgunaan Narkoba................................................. 11
Faktor Risiko Narkoba..................................................... 15
Ciri Penyalahguna Narkoba.............................................. 17
Dampak Penyalahgunaan Narkoba.................................. 20
Aspek Hukum Penyalahgunaan Narkoba......................... 23
Deteksi Dini Penyalahgunaan Narkoba............................ 25
Upaya Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan
dan Peredaran Narkoba.................................................... 36
Kelembagaan Pembinaan Kegiatan Anti Narkoba........... 40
Rehabilitasi....................................................................... 43
Peran Kader Rehabilitasi.................................................. 56

HALAMAN 02
DEFINISI NARKOBA

HALAMAN 03
NARKOBA merupakan
singkatan dari Narkotika,
Psikotropika, dan Bahan
Adiktif lainnya.

Narkotika adalah obat yang digunakan dalam bidang


pengobatan dan pengembangan ilmu pengobatan, narkotika
dapat menyebabkan ketergantungan (adiktif). Narkotika
dapat merugikan masyarakat jika digunakan tanpa
pembatasan dan pengawasan dokter

Psikotropika adalah obat yang mempengaruhi sistem saraf,


mental, menenangkan, mengubah pikiran, perasaan ataupun
kelakuan seseorang

Zat Adiktif adalah bahan yang dapat menimbulkan kerugian


bagi orang yang mengkonsumsinya karena timbulnya efek
adiktif secara psikologis

HALAMAN 04
KLASIFIKASI NARKOBA

HALAMAN 05
Berdasarkan Golongan

Narkotika Golongan I
Biasanya digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan tetapi tidak
digunakan dalam terapi

Mempunyai potensi yang sangat


tinggi dapat mengakibatkan
Ganja ketergantungan

Contoh : Ganja, Opium, dan
Kokain

Narkotika Golongan II
Berkhasiat untuk pengobatan,
digunakan sebagai pilihan
terakhir dalam terapi dan
tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan

Mempunyai potensi tinggi


dapat mengakibatkan
Morfin ketergantungan

Contoh : Morfin

HALAMAN 06
Narkotika Golongan III

Berkhasiat untuk pengobatan dan


banyak digunakan dalam terapi
atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan

Mempunyai potensi yang ringan


dapat mengakibatkan
Kodein ketergantungan

Contoh : Kodein

Psikotropika Golongan I

Biasanya digunakan untuk ilmu


pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi

Berpotensi sangat kuat


mengakibatkan ketergantungan
Deskloroketamin
Contoh : Deskloroketamin

HALAMAN 07
Psikotropika Golongan II

Biasanya digunakan untuk


pengobatan dan/atau ilmu
pengetahuan

Berpotensi kuat mengakibatkan


ketergantungan

Contoh: Metilfenidat
Metilfenidat

Psikotropika Golongan III

Biasanya digunakan untuk


pengobatan dan/atau ilmu
pengetahuan

Berpotensi kuat mengakibatkan


ketergantungan
Pentobarbital Contoh : Pentobarbital

HALAMAN 08
Psikotropika Golongan IV

Biasanya digunakan sangat


luas untuk terapi dan/atau
ilmu pengetahuan

Berpotensi ringan
mengakibatkan
ketergantungan
Diazepam
Contoh: Diazepam

Kenali golongannya,
Hindari narkobanya, ya!

HALAMAN 09
Berdasarkan Pengaruh terhadap Susunan Saraf Pusat

Stimulan Depresan Halusinogen

Dapat Dapat menekan Dapat mengubah


meningkatkan aktivitas dari persepsi


aktivitas sistem sistem
saraf
saraf pusat, pusat,
seperti (kesadaran akan
seperti menurunkan kondisi sekitar),
meningkatkan

detak jantung pikiran, dan


detak jantung dan

dan tekanan menimbulkan perasaan,


darah, gelisah perasaan tenang menimbulkan


dan lebih Contoh:

banyak bicara
waspada

Fenobarbital
Contoh: dan tertawa

Nikotin Contoh: LSD

HALAMAN 10
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA

HALAMAN 11
PENYALAHGUNAAN OBAT-OBATAN
Gangguan penggunaan narkoba digambarkan dengan
penggunaan narkoba yang semakin meningkat disertai
dengan kecenderungan kecanduan yang jelas yang seringkali
sulit dikendalikan dan mengarahkan penggunanya untuk
melakukan berbagai upaya ​untuk mendapatkan narkoba,
terlepas dari risiko apa yang harus mereka hadapi. Individu
yang memiliki pola penggunaan narkoba yang menunjukkan
risiko ketergantungan dan masalah berisiko. Zat psikoaktif,
terutama NAPZA, memiliki efek yang serius bagi jaringan
otak, yaitu menghambat aktivitas fungsi otak (depresan),
merangsang kerja otak (stimulansia dan menimbulkan fantasi
(halusinogen). Interaksi obat—yang masuk ke tubuh manusia
—dengan otak sel saraf dapat mengubah perilaku manusia
karena otak merupakan pusat perilaku manusia. Jenis dan
sifat zat yang masuk ke dalam tubuh menentukan perubahan
perilaku.
Efek obat-obatan narkoba pada penggunanya dipengaruhi
oleh banyak faktor :

Jenisnya (depresan SSP atau


energizer SSP)

Dosisnya (hanya mabuk atau


overdose)

HALAMAN 12
Jangka waktu penggunaannya
(toleransi atau belum toleransi)

Obat-obatan narkoba lain yang


digunakan bersamaan

Situasi (sendiri atau dalam suatu


kelompok)

Keinginan pengguna terhadap


narkoba tersebut (ingin lepas kendali
agar lebih berani atau ingin tenang)

Narkoba masuk ke dalam tubuh dengan lebih dari satu cara,


seperti:
Dihisap melalui hidung
Dihirup melalui bibir (inhalasi, merokok)
Disuntikkan dengan jarum melalui pembuluh darah
Ditempelkan pada kulit (terutama lengan bagian dalam)
yang telah diiris-iris kecil dengan cutter
Mengunyah kemudian ditelan.

HALAMAN 13
FAKTOR RISIKO
NARKOBA

HALAMAN 14
Faktor Internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri


seseorang seperti kepribadian, gangguan psikologis,
pandangan atau keyakinan yang keliru serta kurangnya
religiusitas. Kepribadian yang beresiko lebih besar
menggunakan narkoba adalah seperti:

Rendahnya kepercayaan diri


Mudah kecewa
Pemurung, dan
Pendiam

Biasanya penyalahguna narkoba dimulai pada masa


remaja, hal ini karena remaja sedang mengalami
perubahan biologis, psikologis maupun sosial, sehingga
sangat rentan untuk menyalahgunakan narkoba.

HALAMAN 15
Faktor Eksternal

Merupakan faktor yang berasal dari luar atau


lingkungan sosial seperti:

Kondisi keluarga
Modernisasi
Lemahnya hukum, serta
Pengaruh pergaulan

Kondisi keluarga yang dapat menjadi faktor risiko anak


menggunakan narkoba adalah seperti komunikasi orang
tua dan anak kurang baik, orang tua yang bercerai,
orang tua kawin lagi, orang tua sangat sibuk dan kurang
perhatian, serta orang tua otoriter dan sebagainya.
Adapun modernisasi dianggap sebagai faktor penting
menyebabkan faktor stress, sehingga membuat anak
lebih sering menyalahgunakan narkoba.

HALAMAN 16
CIRI PENYALAHGUNA
NARKOBA

HALAMAN 17
Tanda Fisik

Jalan sempoyongan, berbicara cadel, bersikap apatis


(acuh tak acuh), terlihat mengantuk, dan lebih agresif

Apabila mengalami kelebihan dosis, maka bisa


menyebabkan nafas sesak, denyut jantung dan nadi
melambat, kulit jika diraba terasa dingin, bahkan tak
jarang sampai meninggal

Saat sedang ketagihan pengguna narkoba akan memiliki


ciri fisik seperti mata merah, hidung berair, sering
menguap, terasa sakit di seluruh tubuh, dan kesadaran
mulai menurun

Narkoba dapat menyebabkan pengaruh jangka panjang


jika dikonsumsi secara terus-menerus, diantaranya
adalah penampilan terlihat tidak sehat, tidak peduli
terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi mudah keropos,
dan menimbulkan bekas suntikan pada lengan.

HALAMAN 18
Perubahan Perilaku

Penurunan kualitas diri/prestasi ditempat kerja dan


disekolah secara perlahan maupun mendadak. seperti
suka membolos, lambat berpikir, dan tidak
menyelesaikan tugas yang diberikan

Terjadinya perubahan pola tidur seperti suka begadang

Sering berpergian sampai larut malam tanpa izin

Sering mengurung diri, berlama-lama di kamar mandi,


menghindar bertemu dengan anggota keluarga yang
lainnya

Sering meminta banyak uang tapi tidak jelas


penggunaannya, mengambil dan menjual barang
berharga milik sendiri atau keluarga, mencuri, terlibat
kekerasan dan sering berurusan dengan polisi.

Sering bersikap emosional, mudah


tersinggung, pemarah, kasar, berkelahi,
tertutup dan penuh rahasia.

HALAMAN 19
DAMPAK
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA

HALAMAN 20
Secara Kognitif

Kualitas perhatian menurun


Tidak bisa berpikir secara realistis
Kesulitan dalam berkonsentrasi
Memiki gangguan pikiran serta sulit untuk menyelesaikan
suatu masalah

Secara Fisik

Selalu merasa kelelahan


Rentan terkena penyakit
Sering tremor
Merasa sakit yang berlebihan
Perubahan pola hidup seperti gangguan pada pola
makan dan tidur

HALAMAN 21
Secara Emosional

Mood yang mudah berubah-ubah


Berubahnya kepribadian secara mendadak
Sering berpikir hal-hal yang negatif
Depresi tanpa sebab
Tidak bertanggung jawab pada hal yang ia perbuat
Berkurangnya rasa percaya diri
Sering murung

Secara Sosial
Sering mengurung diri
Bersikap kasar
Munculnya rasa ingin berbuat kriminal
Suka pertentangan
Suka menipu
Berkomunikasi sering tidak nyambung
Tidak suka berada di keramaian
Peraturan hanya untuk dilanggar

HALAMAN 22
ASPEK HUKUM
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA

HALAMAN 23
Hukum Penyalahgunaan Narkoba pada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Pasal 111 ayat 2 .setiap orang yang tidak memiliki hak


atau melawan hukum untuk menanam, menyimpan,
memelihara dan menyediakan narkotika dalam bentuk
tanaman akan di tindak pidana dengan hukuman penjara
paling singkat 4 tahun dan paling lama 12 tahun dengan
denda paling sedikit Rp. 400 Juta dan paling lama Rp. 8
Milliyar

Pasal 111 ayat 2. setiap orang yang tidak memiliki hak


atau melawan hukum untuk menanam, menyimpan,
memelihara dan menyediakan narkotika dalam bentuk
tanaman yang sebagaimana yang dimkasud pada ayat 1
dengan berat timbangannya melebihi 1 (satu) kilogram
atau melebihi 5 (lima) batang pohon akan ditindak pidana
dengan hukuman penjara paling singkat 5 tahun dan paling
lama 20 tahun dengan denda maksimal Rp. 8 Milliyar + ⅓
(sepertiga)

HALAMAN 24
DETEKSI DINI
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA

HALAMAN 25
1. ALCOHOL, SMOKING, AND SUBSTANCE
INVOLVEMENT SCREENING TEST (ASSIST)
Instrumen yang dikembangkan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia untuk penyaringan alkohol, merokok, dan gangguan
penggunaan narkoba adalah ASSIST (Tes Skrining
Keterlibatan Alkohol, Merokok, dan Zat). ASSIST
dirancang untuk digunakan dalam rangkaian layanan
kesehatan primer, di mana orang yang menggunakan zat
berbahaya mungkin tidak terdeteksi atau menjadi lebih
buruk. ASSIST dibuat secara khusus untuk mengidentifikasi:
Individu yang memiliki pola penggunaan napza yang
menunjukkan risiko ketergantungan dan masalah
berisiko
Individu yang memiliki masalah dengan penggunaan
narkoba dan rencana tindak lanjut

Obat-obat yang diperhatikan meliputi:

Alkohol Benzodiazepine
Ganja Halusinogen
Tembakau/nikotin Sedatif
Metamfetamin Inhalants
Opioid/heroin Kokain

HALAMAN 26
a. Instrumen ASSIST
ASSIST terdiri dari 8 pertanyaan yang dilaksanakan oleh
pekerja layanan medis, dan membutuhkan sekitar 5-10 menit
untuk menyelesaikannya. Singkatnya, ASSIST terdiri dari
pertanyaan berikut ini:

Menanyakan zat apa yang telah


Pertanyaan 1
digunakan klien selama hidupnya.

Menanyakan tentang frekuensi


penggunaan narkoba dalam tiga bulan
Pertanyaan 2 terakhir, yang memberikan petunjuk
tentang zat-zat yang paling relevan
dengan status kesehatan saat ini.

Menanyakan tentang frekuensi


mengalami keinginan yang kuat atau
Pertanyaan 3 dorongan untuk menggunakan masing-
masing zat narkoba dalam tiga bulan
terakhir.

Menanyakan tentang frekuensi masalah


kesehatan, sosial, hukum atau
Pertanyaan 4
keuangan terkait penggunaan narkoba
dalam tiga bulan terakhir.

HALAMAN 27
Menanyakan tentang frekuensi dan
Pertanyaan 5 pemakaian mana dari tiap narkoba
yang mengganggu peran atau tanggung
jawab dalam tiga bulan terakhir.

Menanyakan apakah ada orang lain


yang pernah menyatakan keprihatinan
Pertanyaan 6 tentang penggunaan dari masing-
masing substansi dan kapan hal ini
terjadi.

Menanyakan apakah klien pernah


pernah mencoba mengurangi atau
Pertanyaan 7 menghentikan penggunaan suatu zat
narkoba, dan gagal dalam upaya itu,
dan kapan hal ini terjadi.

Menanyakan apakah klien pernah


Pertanyaan 8 menginfus zat apa pun dan kapan hal
ini terjadi.

HALAMAN 28
b. Interpretasi Hasil ASSIST
Untuk memulai diskusi (intervensi singkat) dengan klien
tentang penggunaan zat, ASSIST menghitung skor risiko
untuk setiap zat yang digunakan. Skor yang diperoleh untuk
setiap zat dikategorikan berdasarkan tingkat risiko "rendah",
"sedang", dan "tinggi". Tingkat risiko ini dapat digunakan
untuk menentukan jenis pengobatan yang paling cocok
untuk tingkat penggunaan NAPZA (seperti "tanpa
pengobatan", "intervensi singkat", atau "rujukan untuk
evaluasi ahli dan pengobatan'). Skor dihitung dengan
menjumlah setiap respons pertanyaan 2 sampai 7 untuk
setiap jenis obat narkoba dan zat lain.
Semua
Kategori Risiko Alkohol Zat Lain Selain
Alkohol

Risiko Rendah 0-10 0-3

Risiko Sedang 11-26 4-26

Risiko Tinggi 27+ 27+

HALAMAN 29
Risiko Rendah
Masalah yang terkait dengan penggunaan narkoba
dengan risiko kecil untuk pasien yang memiliki skor
keterlibatan obat spesifik 3 atau kurang dari 10. Mereka
menggunakan narkoba sesekali, sehingga saat ini mereka
tidak memiliki masalah kesehatan terkait penggunaan
narkoba. Namun, selama mereka terus menggunakan
narkoba dengan cara yang sama, mereka dapat
mengalami masalah kesehatan di masa depan.
Konseling, informasi, dan edukasi pencegahan
narkoba diberikan kepada pasien dengan skor ASSIST
risiko rendah, begitu pula penghargaan dan dorongan
untuk mengadopsi kebiasaan gaya hidup sehat. Pada
pasien berisiko rendah, stimulasi untuk pencapaian tugas
perkembangan sesuai usia dapat diberikan untuk
meningkatkan sumber koping adaptif. Perlu dicatat
bahwa jika skor ASSIST klien menunjukkan baik-baik
saja tetapi menunjukkan efek samping atau memiliki
masa lalu yang penuh dengan masalah penggunaan
narkoba, petugas kesehatan yang melakukan identifikasi
dini dapat memberikan catatan untuk ditindaklanjuti.
Informasi tentang obat-obatan, rokok dan alkohol harus
diberikan kepada klien dengan skor risiko rendah agar
mereka dapat:

HALAMAN 30
Meningkatkan kesadaran akan penggunaan dan
bahaya alkohol, rokok, dan narkoba lainnya.
Memastikan bahwa klien mengetahui konsekuensi
jika kembali menggunakan narkoba.

Risiko Sedang
Penggunaan obat berisiko sedang memiliki skor antara
4 dan 26 (11 dan 26 untuk alkohol). Skor ini
menunjukkan pasien yang mungkin sudah memiliki
masalah terhadap kesehatan dan masalah lainnya.
Kesehatan di masa mendatang dan masalah lainnya,
termasuk kemungkinan kecanduan akan terpengaruh
oleh penggunaan yang berkelanjutan. Pasien yang
memiliki masalah terkait penggunaan dan
ketergantungan narkoba di masa lalu akan berisiko lebih
besar.
Pasien dengan skor ASSIST risiko sedang harus
diberikan intervensi singkat serta materi/pamflet yang
berhubungan dengan masalah penggunaan narkoba
dengan mempertimbangkan hal berikut:
Intervensi harus dapat disesuaikan dan
mempertimbangkan tingkat risiko klien, masalah
spesifik, persiapan untuk berubah, serta waktu yang
tersedia.

HALAMAN 31
Apabila klien setuju, petugas bisa memulai intervensi
singkat atau meminta pertemuan tambahan untuk
membahas masalah penyalahgunaan zat secara lebih
mendalam.
Beberapa konsultasi dapat digunakan untuk
intervensi jika diperlukan.

Risiko Tinggi
Pasien dengan gangguan penggunaan narkoba yang
menerima skor 27 atau lebih dianggap berisiko tinggi
terhadap ketergantungan narkoba dengan adanya
masalah kesehatan, sosial, keuangan, hukum, dan
hubungan sosial. Selain itu, pasien yang menyuntikkan
obat rata-rata empat kali per bulan selama tiga bulan
terakhir biasanya berisiko tinggi. Pasien dengan skor
ASSIST berisiko tinggi membutuhkan sesuatu di luar
inter intervensi singkat, perlu evaluasi
lebih lanjut, dan perawatan yang
lebih terkonsentrasi dengan
mengacu pada ahli kesehatan
yang memberikan administrasi
pengobatan khusus narkoba atau
melalui Institusi Penerima Wajib
Lapor (IPWL).

HALAMAN 32
1. A
2. TES URINE SEBAGAI PENUNJANG DETEKSI DINI
PENYALAHGUNAAN NAPZA
Upaya untuk mengetahui kandungan obat dalam tubuh
melalui pemeriksaan urin dilakukan sebagai pelengkap
deteksi dini. Rapid test urine adalah metode untuk melakukan
tes urin deteksi dini. Urine dianggap sebagai sampel yang
paling akurat untuk subjek dengan sasaran pelajar,
karyawan, dan masyarakat umum, oleh karena itu banyak
kegiatan tes urine yang menggunakan rapid test untuk deteksi
dini.
Urine merupakan salah satu sampel yang paling sering
digunakan untuk pemeriksaan berbagai zat obat. Namun,
beberapa contoh lain juga dapat digunakan untuk melihat
jenis bahan obat yang ada dalam tubuh manusia, seperti
ludah, keringat, darah, dan rambut. Saat ini pemeriksaan
rapid test urine dapat dilakukan dengan menggunakan 7
(tujuh) parameter, yaitu: opiat, kokain, carisoprodol, THC,
amfetamin, benzodiazepin, dan metamfetamin.
a. Pelaksanaan Tes Urin
Perlengkapan untuk mengambil sampel pada tes urin untuk
deteksi dini meliputi:

Wadah urin Penyerap Bluing agent (jika ada,


Kontainer plastik Label untuk mencegah dilusi
spesimen oleh donor)

HALAMAN 33
Pelaksanaan tes urin untuk identifikasi dini dilakukan
dalam 2 (dua) tahap, yaitu tes skrining narkotika dan/atau
tes untuk mengkonfirmasi narkotika. Apabila dalam tes
skrining
csncakf narkotika, sampel urin menunjukkan
hasil positif atau negatif. Setelah tes skrining
narkotika, tes konfirmasi narkotika dilakukan
paling lambat 1 x 24 jam jika hasilnya positif.
Hasil tes urin untuk deteksi dini bukan
diagnosis, sehingga tidak dikeluarkan untuk
kepentingan pasien.
b. Jangka Waktu Terdeteksi Zat dalam Urin

Jenis Zat Durasi Zat Obat dalam Urin

Alkohol Sampai 1 hari


Amfetamin dan
1-2 hari
Metamfetamin
Barbiturat 1-3 hari
3 hari; Penggunaan jangka
Benzodiazepine panjang dapat terdeteksi
hingga 7 hari
Heroin 1-2 hari

HALAMAN 34
Jenis Zat Durasi Zat Obat dalam Urin

Kanabinoid Sampai 60 hari


Kodein 2 hari
Kokain 2-4 hari
Metadon 3 hari
Morfin 2-5 hari

"Urin sering digunakan sebagai pemeriksaan


narkoba karena bersifat non infasif (tidak
menembus ke dalam tubuh), mudah, murah
dan metabolit suatu obat lebih banyak
terdapat pada urin dibandingkan dengan
darah"

HALAMAN 35
UPAYA PENCEGAHAN
PEMBERANTASAN
PENYALAHGUNAAN DAN
PEREDARAN NARKOBA

HALAMAN 36
Indikator Keberhasilan

1. Peran aktif keluarga dan


masyarakat dalam memerangi
penyalahgunaan narkoba semakin
meningkat, begitu pula dengan
kesadaran keluarga dan
masyarakat akan bahaya
penyalahgunaan narkoba
meningkat

2. Terdapat kegiatan pencegahan,


pemberantasan, penyalahgunaan,
dan peredaran gelap narkoba
(P4GN) di Desa/Kelurahan

3. Terdapat relawan anti narkoba di


Desa/Kelurahan.

HALAMAN 37
Proses Perencanaan dan Pelaksanaan dalam Upaya
Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba

Proses dan Upaya Pencegahan yang dapat dilakukan


keluarga:

1. Terjalinnya hubungan yang baik antara orang tua


dan anaknya. Hubungan yang baik dapat terjalin
dengan adanya komunikasi yang baik antar anak
dan orang tua.
2. Upaya dengan dilakukannya pengawasan terhadap
tumbuh dan kembangnya anak oleh orang tua.
Pengawasan ini penting dilakukan saat anak
menjelang usia dewasa.
3. Orang tua menjadi sandaran anak, diharapkannya
anak tidak kehilangan sosok orang tua disaat
tumbuh kembangnya.

HALAMAN 38
Proses dan Upaya Pencegahan yang dapat dilakukan
di desa:

1. Diprioritaskannya program dan kegiatan


pencegahan penyalahgunaan dan peredaraan
narkoba pada RPJM di Desa dan RKP di Desa
2. Dilakukannya revisi terhadap RPJM di Desa dan
RKP di Desa dan menjadikannya sebagai prioritas
kegiatan sebagai upaya percepatan
3. Dilakukannya akomodisasi terhadap bahan
pembahasan P4GN yang diberikan setiap tahunnya
oleh Badan Permusyawaratan Desa dalam
Musyawarah Desa

HALAMAN 39
KELEMBAGAAN PEMBINAAN
KEGIATAN ANTI NARKOBA

HALAMAN 40
Kelembagaan Pembinaan Kegiatan
Beberapa kegiatan pembinaan yang dilakukan

1. Diberikannya campaigne mengenai anti


penyalahgunaan narkoba
2. Diberikannya life skills dalam artian tindakan
yang tepat dalam menolak jenis narkoba baik dari
teman atau orang lain
3. Diberikannya kegiatan-kegiatan yang dapat
mengisi waktu luang remaja seperti kesenian,
olahraga dan kegiatan yang melatih hobi mereka
4. Dibentuknya perkumpulan remaja atau
masyarakat dalam upaya pendekatan agama,
seperti pengajian, kegiatan habsyi dan lain-lain.
5. Diberikannya pelatihan-pelatihan terkait upaya
dalam meningkatkan soft skills remaja
6. Dibentuknya kelompok remaja yang mampu
memberikan dampak positif bagi satu sama lain

HALAMAN 41
Kelembagaan Pembinaan Kegiatan
Pusat
Adapun kegiatan kelembagaan
pembinaan dan pengembangan
pemberdayaan lembaga sebagai
upaya terhadap pencegahan Provinsi
penyalahgunaan narkoba.
Kelembagaan yang berperan
dalam kegiatan antara lain
Kabupate/Kota
terbagi menjadi beberapa
tingkat yakni di tingkat pusat,
tingkat provinsi, tingkat
kabupaten/ kota dan tingkat
Desa/ Kelurahan
desa/ kelurahan.

HALAMAN 42
REHABILITASI

HALAMAN 43
DEFINISI REHABILITASI
Rehabilitasi adalah proses jangka pendek dan jangka
panjang untuk membantu orang dengan gangguan
penggunaan narkoba mengubah perilaku mereka sehingga
mereka siap untuk bergabung kembali dengan masyarakat.
Rehabilitasi juga merupakan upaya perbaikan berbasis bukti
(intervensi) yang mencakup klinis, psikososial atau
kombinasi keduanya. Menurut definisi yang berbeda,
rehabilitasi narkoba adalah pengobatan represif bagi
pecandu narkoba.
Tujuannya adalah untuk membantu klien menjaga kondisi
bebas narkoba dan membangun kembali fungsi fisik, mental
dan sosial. Langkah-langkah pemulihan difokuskan pada
korban penggunaan narkoba untuk membangun kembali
atau menumbuhkan kapasitas
fisik, mental dan sosial korban
yang bersangkutan. Selain
menyembuhkan, pemulihan
juga merupakan pengobatan
bagi para pecandu narkoba,
agar dapat pulih dari
ketergantungannya terhadap
narkoba.

HALAMAN 44
Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi medis adalah rangkaian
pengobatan terkoordinasi untuk
membebaskan pecandu dari
ketergantungan narkoba. Rehabilitasi
medis dapat dilakukan di rumah sakit
yang ditunjuk oleh Mentreri
Kesehatan. Terlepas dari terapi atau
perawatan melalui rehabilitasi medis,
proses penyembuhan dapat dilakukan
oleh daerah setempat melalui
pendekatan keagamaan dan
tradisional.

Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi sosial adalah suatu
rangkaian pengobatan yang
terkoordinasi baik secara fisik, mental
maupun sosial dengan tujuan agar
mantan pecandu narkoba dapat
kembali berkegiatan sosial dalam
kehidupan masyarakat.

HALAMAN 45
1. A
2. D
TAHAPAN TERAPI REHABILITASI
Umumnya, tahapan terapi rehabilitasi umumnya dapat
dibagi atas beberapa fase berikut:

Fase Penilaian (Assesment Phase)


Pada tahap ini perlu dilakukan evaluasi psikiatri yang
komprehensif.

Yang perlu dinilai adalah:


Evaluasi sistematis dari tingkat keracunan,
keparahan putus zat, dosis terbesar zat yang
digunakan terakhir, lamanya waktu sejak
penggunaan terakhir, timbulnya gejala,
frekuensi dan durasi penggunaan, dan efek
subjektif dari semua obat.
Riwayat medik dan psikiatri umum
Riwayat gangguan penggunaan narkoba dan
terapi sebelumnya.
Riwayat keluarga dan sosial ekonomi
Pemeriksaan urin untuk jenis-jenis narkoba yang
disalahgunakan
Skrining penyakit infeksi seperti HIV,
tuberkulosis, hepatitis

HALAMAN 46
Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi)
Prosedur atau proses medis untuk membantu klien
mengatasi gejala penarikan obat dikenal sebagai
detoksifikasi. Pada tahap ini, seluruh kesehatannya baik
fisik maupun mental, diperiksa oleh dokter terlatih. Dokter
menyimpulkan apakah pecandu harus diberikan obat
tertentu untuk mengurangi efek samping putus obat (sakau)
yang dia alami. Pemberian obat bergantung pada jenis obat
dan keseriusan efek samping putus obat.

Tahap ini memiliki beberapa variasi:


Rawat Inap dan Rawat Jalan
Cold Turkey, artinya pecandu langsung berhenti
menggunakan narkoba, dengan mengurung pecandu
dalam masa putus obat tanpa memberikan obat.
Terapi simptomatis
Rapid Detoxification, Ultra Rapid Detoxification
Detoxifikasi dengan menggunakan : Kodein dan
ibuprofen, Klontrex (klonidin dan naltrexon),
Bufrenorfin, Metadon.

HALAMAN 47
Tahap Rehabilitasi Nonmedis (Sosial)
Ditahap ini pecandu terdaftar dan
ikut dalam program rehabilitasi. Di
Indonesia, tempat-tempat rehabilitasi
telah banyak dibangun. Di tempat
rehabilitasi ini, pecandu menjalani
berbagai program seperti therapeutic
communities (TC), 12 steps (dua belas
Rehabilitation Center tahap), pendekatan keagamaan, dan
lainnya.

Tahap Bina Lanjut (After Care)


Tahap ini merupakan layanan pascarehab. Tahap ini bisa
dalam bentuk rawat jalan, di mana pecandu bisa kembali
bersekolah atau bekerja sambil tetap di
bawah pengawasan intensif (rumah
damping), di mana pecandu melanjutkan
program 12 steps dan TC serta diberikan
kegiatan sesuai minat dan bakatnya yang
dapat mengisi kekosongan dalam jadwal
harian mereka.

HALAMAN 48
1. Rehabilitasi Jangka Pendek (Short Term)
Bergantung pada kondisi dan kebutuhan pasien,
perawatan dapat memakan waktu mulai dari satu
hingga tiga bulan. Pendekatan yang dapat
dilakukan ke arah klinis dan psikososial. Evaluasi
menyeluruh, termasuk pemeriksaan medis
penunjang, dilakukan dengan masalah medis yang
menjadi fokus utama.

2. Rehabilitasi Jangka Panjang (Long Term)


Lama rehabilitasi jangka panjang adalah sekitar 6
bulan atau lebih. Untuk situasi ini, program terapi
yang direncanakan adalah Therapeutic Community
(TC) yang menggunakan pendekatan perubahan
perilaku. Therapeutic Community (TC) disarankan
untuk pasien yang memiliki masalah yang
melibatkan obat-obatan untuk waktu yang lama
dan telah berulang kali kambuh atau
menganggapnya sulit untuk bisa bebas dari
narkoba.

HALAMAN 49
Apa saja sih program
rehabilitasi narkoba?

Program rehabilitasi narkoba ada


3, yaitu terapi substitusi opioid,
therapeutic community (TC), dan
12 steps.

HALAMAN 50
Terapi Substitusi Opioid
Terapi pemeliharaan adalah nama lain untuk terapi
substitusi opioid. Pengobatan ini digunakan untuk pasien
ketergantungan heroin (opioda). Pecandu keras opioda
adalah mereka yang telah menyuntikkan opioid untuk
waktu yang lama, biasanya mengalami kekambuhan jangka
panjang yang memerlukan perawatan berkelanjutan.
Kebutuhan heroin (narkotika ilegal) diganti dengan
narkotika legal. Beberapa obat yang sering digunakan
adalah kodein, buprenorphin, metadon, dan nalrekson. Obat
ini diberikan kepada pecandu dalam dosis yang disesuaikan
dengan kebutuhannya dan dosis dikurangi secara bertahap.

Dengan penurunan dosis


secara bertahap

ILEGAL LEGAL

HALAMAN 51
Therapeutic Community (TC)
Program TC merupakan program dengan pendekatan
perilaku yang menggunakan sistem penghargaan
(reward/reinforcement) dan hukuman (punishment) untuk
mengubah perilaku. Selain itu, pendekatan kelompok juga
digunakan. Kelompok berfungsi sebagai media untuk
mengubah perilaku. Program TC aturan yang sangat
mengikat untuk setiap pasien untuk menjalankannya dan
terdapat sanksi jika mereka melanggar aturan. Program
dengan struktur yang ketat.

Metode 12 Steps (12 Langkah)

Program 12 Langkah berfokus pada bagaimana


mempraktekkan langkah-langkah ini dalam kehidupan
sehari-hari. Langkah-langkah tersebut menjadi pedoman
dalam menjalani kehidupan sebagai seorang pecandu yang
ingin menjaga kebersihan dirinya dan membina perjalanan
spiritualnya. Pecandu akan dapat mengendalikan penyakit
dan mencegah kekambuhan sepanjang hidupnya jika
mengikuti langkah-langkah ini. Setiap langkah bertujuan
untuk mengatasi aspek tertentu dari penyakit kecanduan.

HALAMAN 52
Berikut adalah contoh 12 (Dua Belas) langkah seperti yang
tertera dalam program Narcotic Anonymous (NA) yaitu :

Kita mengakui bahwa kita tidak berdaya terhadap


1 adiksi kita, sehingga hidup kita menjadi tidak
terkendali.

Kita menjadi yakin bahwa ada kekuatan yang lebih


2 besar dari kita sendiri yang dapat mengembalikan
kita kepada kewarasan

Kita membuat keputusan menyerahkan kemauan


3 dan arah kehidupan kita kepada kasih Tuhan
sebagaimana kita memahami-Nya

Kita membuat inventaris moral diri kita sendiri


4 secara penuh, memyeluruh dan tanpa rasa gentar

Kita mengakui kepada Tuhan, kepada diri kita


5 sendiri dan kepada seorang manusia lainnya, setepat
mungkin sifat dari kesalahan-kesalahan kita

Kita siap sepenuhnya agar Tuhan menyingkirkan


6 semua kecacatan karakter kita.

HALAMAN 53
Kita dengan rendah hati memohon pada-Nya untuk
7 menyingkirkan semua kekurangan-kekurangan kita

Kita membuat daftar orang-orang yang telah kita


8 sakiti dan menyiapkan diri untuk meminta maaf
kepada mereka semua

Kita menebus kesalahan kita secara langsung kepada


orang-orang tersebut bilamana memungkinkan
9 kecuali bila melakukannya akan justru melukai
mereka atau orang lain

Kita secara terus menerus melakukan inventarisasi


10 pribadi kita dan bilaman kita bersalah segera
mengakui kesalahan kita

Kita melakukan pencarian melalui doa dan meditasi


untuk memperbaiki kontak sadar kita dengan Tuhan
11 sebagaimana kita memahami-Nya, berdoa hanya
untuk mengetahui kehendaknya atas diri kita dan
kekuatan untuk melaksanakannya

HALAMAN 54
Setelah mengalami pencerahan spiritual sebagai hasil
dari langkah-langkah ini kita mencoba
12 menyampaikan pesan ini kepada para pecandu dan
untuk menerapkan prinsip-prinsip ini dalam segala
hal yang kita lakukan.

"Dengan adanya UU No. 35 Tahun 2009


tentang Narkotika artinya masyarakat
maupun para pecandu tidak perlu takut lagi
untuk melaporkan diri, karena pecandu
narkoba hanya akan diproses untuk
menjalani rehabilitasi dan tidak akan
dijatuhi hukuman pidana"

"Yuk ikut rehabilitasi untuk


hidup yang lebih baik"

HALAMAN 55
PERAN KADER
REHABILITASI

HALAMAN 56
Pengertian Kader

Kader merupakan laki-laki atau wanita yang dipilih oleh


masyarakat, mau dan mampu bekerjasama dalam berbagai
kegiatan kemasyarakatan secara sukarela. Kader adalah
salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam
pelayanan kesehatan di masyarakat.

Peran Kader

Kader anti narkoba di lingkungan masyarakat berperan


dalam membantu tetangga di lingkungannya agar tidak
terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba, kader juga
diharapkan nantinya mampu
menjembatani antara
masyarakat yang
menyalahgunakan narkoba
dengan pihak BNN yang
nantinya akan menjalani
rehabilitasi di BNN tanpa
adanya proses hukum.

HALAMAN 57
Tugas dan Tanggung Jawab Kader

Kader anti narkoba tidak hanya cukup memiliki


pengetahuan tentang bahaya narkoba saja, melainkan perlu
dukungan pengetahuan lainnya seperti agama, teknik
komunikasi yang didukung dengan publik speaking yang
baik, bahasa tubuh untuk melakukan penyuluhan pada
masyarakat. Mereka yang ditunjuk sebagai kader anti
narkoba haruslah memiliki kesadaran dan tanggung jawab
serta berperan aktif dan bekerjasama dengan seluruh aparat
baik kepolisian maupun BNN bila mencurigai, mengetahui,
dan melihat upaya penyalahgunaan narkoba.

HALAMAN 58
DAFTAR PUSTAKA

BNN. 2012. Buku Pencegahan Narkoba Sejak Usia Dini. Badan


Narkotika Nasional Republik Indonesia, Jakarta.
Hayyun, N. A. S. 2021. Pengaruh Narkoba Bagi Remaja dan
Pelajar. IIK Strada Indonesia, Kediri.
Inassa, I. 2019. Kegiatan Tes Urine sebagai Upaya P4GN di
Instansi Pemerintahan oleh BNNP Jawa Timur (Studi Kasus di
Kantor Bea Cukai Surabaya). Medical Technology and Public
Health Journal. 3: 148-163.
Lum, G & B. Mushlin. 2004. Urine Drug Testing: Approaches
to Screening and Confirmation Testing. Lab Med. 35: 368–373.
Putri, D. A. H & I. K. W. Yasa, 2022. Pemandu di Belantara
Narkoba: Strategi Komunikasi Terapeutik Konselor Adiksi.
Nilacakra, Bandung.
Sadikin, A & Nurlinda. 2018. Penyalahgunaan Narkoba dan
Psikotropika di Kalangan Remaja. Jurnal Ushuluddin Adab dan
Dakwah. 1: 64-75.
Sari, D. M. 2017. Peran Kader Anti Penyalahgunaan Narkoba
Berbasis Pelajar Oleh Badan Narkotika Nasional Surabaya.
Jurnal Promkes. 5: 128–140.

HALAMAN 59
DAFTAR PUSTAKA

Sholihah. Q. 2013. Efektivitas Program P4GN Terhadap


Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 9: 153-159.
Syamsuni. H. A. 2006. Ilmu Resep. EGC, Jakarta.
VisiMedia. 2006. Menecgah Terjerumus Narkoba. Tim Visi
Media, Jakarta.

WHO. 2010. The Alcohol, Smoking and Substance Involvement


Screening Test (ASSIST): Manual for Use in Primary Care.
Geneva, Switzerland.

HALAMAN 60
KARYA PDWA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BUKU SAKU

GERBANG BERSINAR
INFORMASI KONTAK

Program Studi Farmasi


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lambung Mangkurat
Alamat: Jl. A. Yani Km.36 Banjarbaru 70714
Telp. (0511) 4773 112
Fax. (0511) 4782899

Anda mungkin juga menyukai