TIM PENYUSUN
Alya Zainah
Bayu Wiratama
Fitriana Rahmi
Laode Muhammad Indra
Kesuma
Nahdiya
DOSEN PEMBIMBING
Tim Penyusun
HALAMAN 01
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................ 1
Daftar Isi.......................................................................... 2
Definisi Narkoba.............................................................. 3
Klasifikasi Narkoba.......................................................... 5
Penyalahgunaan Narkoba................................................. 11
Faktor Risiko Narkoba..................................................... 15
Ciri Penyalahguna Narkoba.............................................. 17
Dampak Penyalahgunaan Narkoba.................................. 20
Aspek Hukum Penyalahgunaan Narkoba......................... 23
Deteksi Dini Penyalahgunaan Narkoba............................ 25
Upaya Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan
dan Peredaran Narkoba.................................................... 36
Kelembagaan Pembinaan Kegiatan Anti Narkoba........... 40
Rehabilitasi....................................................................... 43
Peran Kader Rehabilitasi.................................................. 56
HALAMAN 02
DEFINISI NARKOBA
HALAMAN 03
NARKOBA merupakan
singkatan dari Narkotika,
Psikotropika, dan Bahan
Adiktif lainnya.
HALAMAN 04
KLASIFIKASI NARKOBA
HALAMAN 05
Berdasarkan Golongan
Narkotika Golongan I
Biasanya digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan tetapi tidak
digunakan dalam terapi
Narkotika Golongan II
Berkhasiat untuk pengobatan,
digunakan sebagai pilihan
terakhir dalam terapi dan
tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan
Contoh : Morfin
HALAMAN 06
Narkotika Golongan III
Contoh : Kodein
Psikotropika Golongan I
HALAMAN 07
Psikotropika Golongan II
Contoh: Metilfenidat
Metilfenidat
HALAMAN 08
Psikotropika Golongan IV
Berpotensi ringan
mengakibatkan
ketergantungan
Diazepam
Contoh: Diazepam
Kenali golongannya,
Hindari narkobanya, ya!
HALAMAN 09
Berdasarkan Pengaruh terhadap Susunan Saraf Pusat
banyak bicara
waspada
Fenobarbital
Contoh: dan tertawa
HALAMAN 10
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA
HALAMAN 11
PENYALAHGUNAAN OBAT-OBATAN
Gangguan penggunaan narkoba digambarkan dengan
penggunaan narkoba yang semakin meningkat disertai
dengan kecenderungan kecanduan yang jelas yang seringkali
sulit dikendalikan dan mengarahkan penggunanya untuk
melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan narkoba,
terlepas dari risiko apa yang harus mereka hadapi. Individu
yang memiliki pola penggunaan narkoba yang menunjukkan
risiko ketergantungan dan masalah berisiko. Zat psikoaktif,
terutama NAPZA, memiliki efek yang serius bagi jaringan
otak, yaitu menghambat aktivitas fungsi otak (depresan),
merangsang kerja otak (stimulansia dan menimbulkan fantasi
(halusinogen). Interaksi obat—yang masuk ke tubuh manusia
—dengan otak sel saraf dapat mengubah perilaku manusia
karena otak merupakan pusat perilaku manusia. Jenis dan
sifat zat yang masuk ke dalam tubuh menentukan perubahan
perilaku.
Efek obat-obatan narkoba pada penggunanya dipengaruhi
oleh banyak faktor :
HALAMAN 12
Jangka waktu penggunaannya
(toleransi atau belum toleransi)
HALAMAN 13
FAKTOR RISIKO
NARKOBA
HALAMAN 14
Faktor Internal
HALAMAN 15
Faktor Eksternal
Kondisi keluarga
Modernisasi
Lemahnya hukum, serta
Pengaruh pergaulan
HALAMAN 16
CIRI PENYALAHGUNA
NARKOBA
HALAMAN 17
Tanda Fisik
HALAMAN 18
Perubahan Perilaku
HALAMAN 19
DAMPAK
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA
HALAMAN 20
Secara Kognitif
Secara Fisik
HALAMAN 21
Secara Emosional
Secara Sosial
Sering mengurung diri
Bersikap kasar
Munculnya rasa ingin berbuat kriminal
Suka pertentangan
Suka menipu
Berkomunikasi sering tidak nyambung
Tidak suka berada di keramaian
Peraturan hanya untuk dilanggar
HALAMAN 22
ASPEK HUKUM
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA
HALAMAN 23
Hukum Penyalahgunaan Narkoba pada Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
HALAMAN 24
DETEKSI DINI
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA
HALAMAN 25
1. ALCOHOL, SMOKING, AND SUBSTANCE
INVOLVEMENT SCREENING TEST (ASSIST)
Instrumen yang dikembangkan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia untuk penyaringan alkohol, merokok, dan gangguan
penggunaan narkoba adalah ASSIST (Tes Skrining
Keterlibatan Alkohol, Merokok, dan Zat). ASSIST
dirancang untuk digunakan dalam rangkaian layanan
kesehatan primer, di mana orang yang menggunakan zat
berbahaya mungkin tidak terdeteksi atau menjadi lebih
buruk. ASSIST dibuat secara khusus untuk mengidentifikasi:
Individu yang memiliki pola penggunaan napza yang
menunjukkan risiko ketergantungan dan masalah
berisiko
Individu yang memiliki masalah dengan penggunaan
narkoba dan rencana tindak lanjut
Alkohol Benzodiazepine
Ganja Halusinogen
Tembakau/nikotin Sedatif
Metamfetamin Inhalants
Opioid/heroin Kokain
HALAMAN 26
a. Instrumen ASSIST
ASSIST terdiri dari 8 pertanyaan yang dilaksanakan oleh
pekerja layanan medis, dan membutuhkan sekitar 5-10 menit
untuk menyelesaikannya. Singkatnya, ASSIST terdiri dari
pertanyaan berikut ini:
HALAMAN 27
Menanyakan tentang frekuensi dan
Pertanyaan 5 pemakaian mana dari tiap narkoba
yang mengganggu peran atau tanggung
jawab dalam tiga bulan terakhir.
HALAMAN 28
b. Interpretasi Hasil ASSIST
Untuk memulai diskusi (intervensi singkat) dengan klien
tentang penggunaan zat, ASSIST menghitung skor risiko
untuk setiap zat yang digunakan. Skor yang diperoleh untuk
setiap zat dikategorikan berdasarkan tingkat risiko "rendah",
"sedang", dan "tinggi". Tingkat risiko ini dapat digunakan
untuk menentukan jenis pengobatan yang paling cocok
untuk tingkat penggunaan NAPZA (seperti "tanpa
pengobatan", "intervensi singkat", atau "rujukan untuk
evaluasi ahli dan pengobatan'). Skor dihitung dengan
menjumlah setiap respons pertanyaan 2 sampai 7 untuk
setiap jenis obat narkoba dan zat lain.
Semua
Kategori Risiko Alkohol Zat Lain Selain
Alkohol
HALAMAN 29
Risiko Rendah
Masalah yang terkait dengan penggunaan narkoba
dengan risiko kecil untuk pasien yang memiliki skor
keterlibatan obat spesifik 3 atau kurang dari 10. Mereka
menggunakan narkoba sesekali, sehingga saat ini mereka
tidak memiliki masalah kesehatan terkait penggunaan
narkoba. Namun, selama mereka terus menggunakan
narkoba dengan cara yang sama, mereka dapat
mengalami masalah kesehatan di masa depan.
Konseling, informasi, dan edukasi pencegahan
narkoba diberikan kepada pasien dengan skor ASSIST
risiko rendah, begitu pula penghargaan dan dorongan
untuk mengadopsi kebiasaan gaya hidup sehat. Pada
pasien berisiko rendah, stimulasi untuk pencapaian tugas
perkembangan sesuai usia dapat diberikan untuk
meningkatkan sumber koping adaptif. Perlu dicatat
bahwa jika skor ASSIST klien menunjukkan baik-baik
saja tetapi menunjukkan efek samping atau memiliki
masa lalu yang penuh dengan masalah penggunaan
narkoba, petugas kesehatan yang melakukan identifikasi
dini dapat memberikan catatan untuk ditindaklanjuti.
Informasi tentang obat-obatan, rokok dan alkohol harus
diberikan kepada klien dengan skor risiko rendah agar
mereka dapat:
HALAMAN 30
Meningkatkan kesadaran akan penggunaan dan
bahaya alkohol, rokok, dan narkoba lainnya.
Memastikan bahwa klien mengetahui konsekuensi
jika kembali menggunakan narkoba.
Risiko Sedang
Penggunaan obat berisiko sedang memiliki skor antara
4 dan 26 (11 dan 26 untuk alkohol). Skor ini
menunjukkan pasien yang mungkin sudah memiliki
masalah terhadap kesehatan dan masalah lainnya.
Kesehatan di masa mendatang dan masalah lainnya,
termasuk kemungkinan kecanduan akan terpengaruh
oleh penggunaan yang berkelanjutan. Pasien yang
memiliki masalah terkait penggunaan dan
ketergantungan narkoba di masa lalu akan berisiko lebih
besar.
Pasien dengan skor ASSIST risiko sedang harus
diberikan intervensi singkat serta materi/pamflet yang
berhubungan dengan masalah penggunaan narkoba
dengan mempertimbangkan hal berikut:
Intervensi harus dapat disesuaikan dan
mempertimbangkan tingkat risiko klien, masalah
spesifik, persiapan untuk berubah, serta waktu yang
tersedia.
HALAMAN 31
Apabila klien setuju, petugas bisa memulai intervensi
singkat atau meminta pertemuan tambahan untuk
membahas masalah penyalahgunaan zat secara lebih
mendalam.
Beberapa konsultasi dapat digunakan untuk
intervensi jika diperlukan.
Risiko Tinggi
Pasien dengan gangguan penggunaan narkoba yang
menerima skor 27 atau lebih dianggap berisiko tinggi
terhadap ketergantungan narkoba dengan adanya
masalah kesehatan, sosial, keuangan, hukum, dan
hubungan sosial. Selain itu, pasien yang menyuntikkan
obat rata-rata empat kali per bulan selama tiga bulan
terakhir biasanya berisiko tinggi. Pasien dengan skor
ASSIST berisiko tinggi membutuhkan sesuatu di luar
inter intervensi singkat, perlu evaluasi
lebih lanjut, dan perawatan yang
lebih terkonsentrasi dengan
mengacu pada ahli kesehatan
yang memberikan administrasi
pengobatan khusus narkoba atau
melalui Institusi Penerima Wajib
Lapor (IPWL).
HALAMAN 32
1. A
2. TES URINE SEBAGAI PENUNJANG DETEKSI DINI
PENYALAHGUNAAN NAPZA
Upaya untuk mengetahui kandungan obat dalam tubuh
melalui pemeriksaan urin dilakukan sebagai pelengkap
deteksi dini. Rapid test urine adalah metode untuk melakukan
tes urin deteksi dini. Urine dianggap sebagai sampel yang
paling akurat untuk subjek dengan sasaran pelajar,
karyawan, dan masyarakat umum, oleh karena itu banyak
kegiatan tes urine yang menggunakan rapid test untuk deteksi
dini.
Urine merupakan salah satu sampel yang paling sering
digunakan untuk pemeriksaan berbagai zat obat. Namun,
beberapa contoh lain juga dapat digunakan untuk melihat
jenis bahan obat yang ada dalam tubuh manusia, seperti
ludah, keringat, darah, dan rambut. Saat ini pemeriksaan
rapid test urine dapat dilakukan dengan menggunakan 7
(tujuh) parameter, yaitu: opiat, kokain, carisoprodol, THC,
amfetamin, benzodiazepin, dan metamfetamin.
a. Pelaksanaan Tes Urin
Perlengkapan untuk mengambil sampel pada tes urin untuk
deteksi dini meliputi:
HALAMAN 33
Pelaksanaan tes urin untuk identifikasi dini dilakukan
dalam 2 (dua) tahap, yaitu tes skrining narkotika dan/atau
tes untuk mengkonfirmasi narkotika. Apabila dalam tes
skrining
csncakf narkotika, sampel urin menunjukkan
hasil positif atau negatif. Setelah tes skrining
narkotika, tes konfirmasi narkotika dilakukan
paling lambat 1 x 24 jam jika hasilnya positif.
Hasil tes urin untuk deteksi dini bukan
diagnosis, sehingga tidak dikeluarkan untuk
kepentingan pasien.
b. Jangka Waktu Terdeteksi Zat dalam Urin
HALAMAN 34
Jenis Zat Durasi Zat Obat dalam Urin
HALAMAN 35
UPAYA PENCEGAHAN
PEMBERANTASAN
PENYALAHGUNAAN DAN
PEREDARAN NARKOBA
HALAMAN 36
Indikator Keberhasilan
HALAMAN 37
Proses Perencanaan dan Pelaksanaan dalam Upaya
Mencegah Terjadinya Penyalahgunaan dan Peredaran
Gelap Narkoba
HALAMAN 38
Proses dan Upaya Pencegahan yang dapat dilakukan
di desa:
HALAMAN 39
KELEMBAGAAN PEMBINAAN
KEGIATAN ANTI NARKOBA
HALAMAN 40
Kelembagaan Pembinaan Kegiatan
Beberapa kegiatan pembinaan yang dilakukan
HALAMAN 41
Kelembagaan Pembinaan Kegiatan
Pusat
Adapun kegiatan kelembagaan
pembinaan dan pengembangan
pemberdayaan lembaga sebagai
upaya terhadap pencegahan Provinsi
penyalahgunaan narkoba.
Kelembagaan yang berperan
dalam kegiatan antara lain
Kabupate/Kota
terbagi menjadi beberapa
tingkat yakni di tingkat pusat,
tingkat provinsi, tingkat
kabupaten/ kota dan tingkat
Desa/ Kelurahan
desa/ kelurahan.
HALAMAN 42
REHABILITASI
HALAMAN 43
DEFINISI REHABILITASI
Rehabilitasi adalah proses jangka pendek dan jangka
panjang untuk membantu orang dengan gangguan
penggunaan narkoba mengubah perilaku mereka sehingga
mereka siap untuk bergabung kembali dengan masyarakat.
Rehabilitasi juga merupakan upaya perbaikan berbasis bukti
(intervensi) yang mencakup klinis, psikososial atau
kombinasi keduanya. Menurut definisi yang berbeda,
rehabilitasi narkoba adalah pengobatan represif bagi
pecandu narkoba.
Tujuannya adalah untuk membantu klien menjaga kondisi
bebas narkoba dan membangun kembali fungsi fisik, mental
dan sosial. Langkah-langkah pemulihan difokuskan pada
korban penggunaan narkoba untuk membangun kembali
atau menumbuhkan kapasitas
fisik, mental dan sosial korban
yang bersangkutan. Selain
menyembuhkan, pemulihan
juga merupakan pengobatan
bagi para pecandu narkoba,
agar dapat pulih dari
ketergantungannya terhadap
narkoba.
HALAMAN 44
Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi medis adalah rangkaian
pengobatan terkoordinasi untuk
membebaskan pecandu dari
ketergantungan narkoba. Rehabilitasi
medis dapat dilakukan di rumah sakit
yang ditunjuk oleh Mentreri
Kesehatan. Terlepas dari terapi atau
perawatan melalui rehabilitasi medis,
proses penyembuhan dapat dilakukan
oleh daerah setempat melalui
pendekatan keagamaan dan
tradisional.
Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi sosial adalah suatu
rangkaian pengobatan yang
terkoordinasi baik secara fisik, mental
maupun sosial dengan tujuan agar
mantan pecandu narkoba dapat
kembali berkegiatan sosial dalam
kehidupan masyarakat.
HALAMAN 45
1. A
2. D
TAHAPAN TERAPI REHABILITASI
Umumnya, tahapan terapi rehabilitasi umumnya dapat
dibagi atas beberapa fase berikut:
HALAMAN 46
Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi)
Prosedur atau proses medis untuk membantu klien
mengatasi gejala penarikan obat dikenal sebagai
detoksifikasi. Pada tahap ini, seluruh kesehatannya baik
fisik maupun mental, diperiksa oleh dokter terlatih. Dokter
menyimpulkan apakah pecandu harus diberikan obat
tertentu untuk mengurangi efek samping putus obat (sakau)
yang dia alami. Pemberian obat bergantung pada jenis obat
dan keseriusan efek samping putus obat.
HALAMAN 47
Tahap Rehabilitasi Nonmedis (Sosial)
Ditahap ini pecandu terdaftar dan
ikut dalam program rehabilitasi. Di
Indonesia, tempat-tempat rehabilitasi
telah banyak dibangun. Di tempat
rehabilitasi ini, pecandu menjalani
berbagai program seperti therapeutic
communities (TC), 12 steps (dua belas
Rehabilitation Center tahap), pendekatan keagamaan, dan
lainnya.
HALAMAN 48
1. Rehabilitasi Jangka Pendek (Short Term)
Bergantung pada kondisi dan kebutuhan pasien,
perawatan dapat memakan waktu mulai dari satu
hingga tiga bulan. Pendekatan yang dapat
dilakukan ke arah klinis dan psikososial. Evaluasi
menyeluruh, termasuk pemeriksaan medis
penunjang, dilakukan dengan masalah medis yang
menjadi fokus utama.
HALAMAN 49
Apa saja sih program
rehabilitasi narkoba?
HALAMAN 50
Terapi Substitusi Opioid
Terapi pemeliharaan adalah nama lain untuk terapi
substitusi opioid. Pengobatan ini digunakan untuk pasien
ketergantungan heroin (opioda). Pecandu keras opioda
adalah mereka yang telah menyuntikkan opioid untuk
waktu yang lama, biasanya mengalami kekambuhan jangka
panjang yang memerlukan perawatan berkelanjutan.
Kebutuhan heroin (narkotika ilegal) diganti dengan
narkotika legal. Beberapa obat yang sering digunakan
adalah kodein, buprenorphin, metadon, dan nalrekson. Obat
ini diberikan kepada pecandu dalam dosis yang disesuaikan
dengan kebutuhannya dan dosis dikurangi secara bertahap.
ILEGAL LEGAL
HALAMAN 51
Therapeutic Community (TC)
Program TC merupakan program dengan pendekatan
perilaku yang menggunakan sistem penghargaan
(reward/reinforcement) dan hukuman (punishment) untuk
mengubah perilaku. Selain itu, pendekatan kelompok juga
digunakan. Kelompok berfungsi sebagai media untuk
mengubah perilaku. Program TC aturan yang sangat
mengikat untuk setiap pasien untuk menjalankannya dan
terdapat sanksi jika mereka melanggar aturan. Program
dengan struktur yang ketat.
HALAMAN 52
Berikut adalah contoh 12 (Dua Belas) langkah seperti yang
tertera dalam program Narcotic Anonymous (NA) yaitu :
HALAMAN 53
Kita dengan rendah hati memohon pada-Nya untuk
7 menyingkirkan semua kekurangan-kekurangan kita
HALAMAN 54
Setelah mengalami pencerahan spiritual sebagai hasil
dari langkah-langkah ini kita mencoba
12 menyampaikan pesan ini kepada para pecandu dan
untuk menerapkan prinsip-prinsip ini dalam segala
hal yang kita lakukan.
HALAMAN 55
PERAN KADER
REHABILITASI
HALAMAN 56
Pengertian Kader
Peran Kader
HALAMAN 57
Tugas dan Tanggung Jawab Kader
HALAMAN 58
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN 59
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN 60
KARYA PDWA
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BUKU SAKU
GERBANG BERSINAR
INFORMASI KONTAK