Anda di halaman 1dari 12

MODUL AJAR

PROGRAM KEAHLIAN BROADCASTING DAN PERFILMAN

KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN HIDUP (K3LH) DALAM PROSES


PRODUKSI.

Bidang Keahlian : Seni dan Industri Kreatif


Mata Pelajaran : Dasar Dasar Broadcasting dan Perfilman
Fase/Kelas : E/X
Nama Penyusun : Riana Catursari
Instansi : SMK Muhammadiyah 5 Kepanjen
A. TUJUAN PEMBELAJARAN :
3.1 Memahami standar K3LH dalam proses produksi program radio, televisi dan film.
KRITERIA KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN:
3.1.1 Mengidentifikasi standar K3LH dalam proses produksi program radio, televisi dan film.
3.1.2 Mempresentasikan standar K3LH dalam proses produksi program radio, televisi dan
film.
3.2 Memahami penerapan K3LH dalam proses produksi program radio, televisi dan film.
KRITERIA KETERCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN:
3.2.1 Mengidentifikasi penerapan K3LH dalam proses produksi program radio, televisi dan
film.
3.2.2 Mempraktikkan penerapan K3LH dalam proses produksi program radio, televisi dan
film.

B. LANGKAH PEMBELAJARAN
PERTEMUAN 1
1. Peserta didik menyimak capaian dan tujuan pembelajaran yang akan diikuti dan garis
PENDAHULUAN

besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan.


2. Peserta didik merespon pertanyaan pemantik tentang protocol Kesehatan,
dilanjutkan dengan asesmen awal:
- Apa yang kalian ketahui tentang K3LH?
- Adakah standarnya?
- Bagaimana pererapan K3LH?
1. Peserta didik menyaksikan tayangan Video edukasi K3 Jenis Bahaya di Tempat Kerja,
melalui link https://youtu.be/Gu-fab7k6k8 dan memberikan tanggapan tentang
kemungkinan timbulnya bahaya kerja di lingkungan kerja Radio, Televisi dan Film.
2. Peserta didik menyimak paparan guru tentang identifikasi standar K3LH dalam proses
produksi Radio, Televisi dan Film.
3. Peserta didik diajak untuk mendiskusikannya dengan menuliskan di papan tulis
KEGIATAN INTI

contoh-contoh bahaya kerja di radio, televisi dan film. Guru membantu mengarahkan
peserta didik dengan mengajak peserta didik lain menyatakan pendapat/ persetujuan/
tidak kesetujuannya.
(Menganalisis dan mengevaluasi penalaran yang digunakannya dalam menemukan dan
mencari solusi serta mengambil keputusan.-Dimensi Bernalar Kritis)
4. Peserta didik diminta untuk membentuk kelompok dan membuat drama singkat
dengan tema K3LH dalam proses kerja Radio/ Televisi/ Film, menyusun naskah drama,
membagi peran dan memperagakannya di kelas. Peserta didik lain memberikan
apresiasi/ tanggapan, guru memberikan penguatan terkait cerita dan penerapan
tema.

1. Peserta didik membuat rangkuman / kesimpulan dan guru memberikan penguatan


PENUTUP/REFLEKS

terkait dengan materi yang dipelajari pada hari ini.


2. Peserta didik menerima penilaian/refleksi hasil kegiatan yang sudah dilaksanakan
dengan beberapa pertanyaan :
I

- Apakah yang menarik dari materi kita hari ini?


- Apakah kamu menyukai cara belajar kita hari ini?
1

3. Peserta didik menyimak rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.


Page
1. Apakah suasana pembelajaran dirasa menyenangkan?
REFLEKSI GURU

2. Apakah ada kendala pada penyampaian materi?


3. Apakah peserta didik tertarik dengan metode belajar?
4. Apakah pembelajaran berjalan sesuai rencana?
5. Bagaimana pencapaian rata-rata peserta didik dalam kegiatan pembelajaran ini?

ASESMEN AWAL:
• Mendeskripsikan K3LH dan menyebutkan standar serta penerapanya
• Mengidentifikasi bahaya-bahaya kerja yang mungkin terjadi dalam proses produksi radio,
televisi dan film
ASESMEN PROSES:
Membuat contoh penerapan identifikasi standar K3LH dalam proses produksi radio, televisi dan
film.
ASESMEN AKHIR:
Unjuk kerja mengkreasikan drama tentang standar K3LH dalam proses produksi radio, televisi
dan film.

PERTEMUAN 2
PENDAHULUAN

1. Peserta didik menjawab pertanyaan pemantik, sudahkah menerapkan K3LH di kelas


ini?
2. Asesmen awal mengungkit drama peran tentang K3LH yang dilaksanakan di
pertemuan sebelumnya, peserta didik diminta menjawab, nyamankah drama yang
dilakoni? Apakah kenyamanan dalam bekerja termasuk standar K3LH?

1. Peserta didik diminta untuk menyampaikan pendapatnya setelah mengetahui tentang


standar K3LH dalam proses produksi radio, televisi dan film tentang kemungkinan
penerapannya.
2. Peserta didik diminta membentuk kelompok untuk melakukan pengamatan terhadap
lingkungan sekolah khususnya laboratorium broadcasting dan perfilman, dengan
tujuan mengetahui apakah standar K3LH telah terpenuhi.
3. Masing-masing kelompok menyusun laporan pengamatan berupa kesesuaian
KEGIATAN INTI

penerapan standar K3LH serta membuat usulan untuk hal-hal yang belum standar/
sesuai, dalam bentuk peta konsep dan peserta didik berkelompok mempresentasikan
di kelas secara bergantian, yang lain memberikan tanggapan (P3 dimensi kreatif:
Menghasilkan gagasan yang beragam untuk mengekspresikan pikiran dan/atau
perasaannya, menilai gagasannya, serta memikirkan segala risikonya dengan
mempertimbangkan banyak perspektif seperti etika dan nilai kemanusiaan ketika
gagasannya direalisasikan)
4. Setelah mendapat tanggapan dari peserta didik lain serta penguatan guru, masing-
masing kelompok membuat kreasi berupa poster yang berisi pengingat, peringatan
atau tata cara penggunaan alat, yang berkaitan dengan penerapan K3LH di
laboratorium.
2
Page
1. Peserta didik membuat simpulan materi hari ini dan penguatan dari guru, dilanjutkan
PENUTUP/REFLEKSI

refleksi hasil kegiatan yang sudah dilaksanakan tentang hal yang belum dipahami dan
bagian mana dari pembelajaran hari ini yang paling disukai dan tidak disukai?
2. Peserta didik mengakhiri pembelajaran setelah diingatkan apa saja yang harus
disiapkan untuk pertemuan selanjutnya
REFLEKSI

1. Apakah semua peserta didik dapat mengikuti pembagian waktu pembelajaran?


GURU

2. Apakah proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lancar?


3. Apakah seluruh peserta didik dapat memenuhi kompetensi pembelajaran hari ini?

ASESMEN AWAL :
Mengemukakan pendapat tentang penerapan K3LH.
ASESMEN PROSES :
Melakukan pengamatan terhadap penerapan K3LH di lingkungan sekolah khususnya
laboratorium broadcasting dan perfilman.
ASESMEN AKHIR :
Menyusun laporan pengamatan berupa kesesuaian penerapan standar K3LH di sekolah,
khususnya di laboratorium broadcasting dan perfilman.

LAMPIRAN
INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK DALAM KEGIATAN DISKUSI

Alternatif Jawaban
NO Pernyataan
SA A CA KA SKA
1 Peserta didik tidak terpengaruh dengan situasi di
luar kelas
2 Peserta didik berdiskusi dengan peserta didik lain
tentang materi yang disampaikan
3 Peserta didik spontan bekerja apabila diberikan
tugas
4 Peserta didik menjawab pertanyaan temannya
5 Peserta didik membantu temannya yang mengalami
kesulitan dalam memecahkan masalah
6 Peserta didik bertanya dengan temannya terkait
dengan hal yang belum dimengerti
7 Peserta didik mencoba memperbaiki kesalahan
temannya dalam memecahkan masalah
8 Peserta didik bekerja sesuai dengan hasil diskusi
dengan temannya
9 Peserta didik mengungkapkan pendapat dalam
diskusi
10 Peserta didik berusaha memperbaiki pendapat
3

temannya yang kurang tepat


Page
11 Peserta didik mencatat hasil tugas kelompok
12 Peserta didik memecahkan masalah dalam kelompok
13 Peserta didik membuat kesimpulan dalam kelompok
14 Peserta didik mengancungkan tangan untuk
memberikan tanggapan terhadap presentasi
kelompok lainnya
15 Peserta didik memberikan tanggapan terhadap
jawaban yang diberikan oleh penyaji

Keterangan:
SA = Sangat Aktif
A = Aktif
CA = Cukup Aktif
KA = Kurang Aktif
SKA = Sangat Kurang Aktif

INSTRUMEN PENILAIAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK DALAM KEGIATAN PENGAMATAN


Alternatif
No Kriteria Jawaban
Ya Tidak
1 Peserta didik siap untuk melakukan pengamatan.
2 Peserta didik mengetahui hal-hal yang akan diamati.
3 Peserta didik melakukan proses pengamatan.
4 Peserta didik memiliki hasil dari pengamatan.
5 Peserta didik menyusun laporan pengamatan.

1. Penilaian Profil Pelajar Pancasila

N Siudah Mulai Belum Ber


o Aspek yang dinilai Berkembang Berkembang kembang

1 Membangun tim dan mengelola kerjasama untuk


mencapai tujuan bersama sesuai dengan target
yang sudah ditentukan).
2 Menghasilkan gagasan yang beragam untuk
mengekspresikan pikiran dan/atau
perasaannya, menilai gagasannya, serta
memikirkan segala risikonya dengan
mempertimbangkan banyak perspektif seperti
etika dan nilai kemanusiaan ketika gagasannya
direalisasikan
4
Page
BAHAN PEMBELAJARAN:

STANDAR K3LH DALAM PROSES PRODUKSI PROGRAM RADIO, TELEVISI DAN FILM

Menurut International Labour Organization (ILO) kesehatan keselamatan kerja atau


Occupational Safety and Health adalah meningkatan dan memelihara derajat tertinggi semua
pekerja baik secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial di semua jenis pekerjaan, mencegah
terjadinya gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan, melindungi pekerja pada setiap
pekerjaan dari risiko yang timbul dari faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan,
menempatkan dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuai dengan kondisi fisologis
dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan dengan pekerja dan
setiap orang dengan tugasnya. Definisi K3 yang disampaikan oleh ILO berbeda dengan yang
disampaikan oleh Occupational Safety Health Administrasi (OSHA). Pengertian K3 menurut OSHA
adalah kesehatan dan keselamatan kerja adalah aplikasi ilmu dalam mempelajari risiko
keselamatan manusia dan properti baik dalam industri maupun bukan. Kesehatan keselamatan
kerja merupakan mulitidispilin ilmu yang terdiri atas fisika, kimia, biologi dan ilmu perilaku dengan
aplikasi pada manufaktur, transportasi, penanganan material bahaya.

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH) mutlak dipahami dalam
mengoperasikan alat-alat yang dipergunakan. Pemerintah mengatur K3LH berdasarkan PP RI
Nomor 50 Tahun 2012, yang merupakan segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.

Tujuan penerapan K3LH adalah untuk meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan


dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi; mencegah dan
mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,
pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta menciptakan tempat kerja yang
aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas. Penerapan K3LH memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan serta konvensi atau standar internasional.

Dalam proses produksi radio, televisi dan film, peralatan yang dipergunakan banyak
berhubungan dengan listrik, sehingga mutlak semua pekerja radio, televisi dan film harus
memahami standar K3LH di bidang kelistrikan.

Dalam bidang kelistrikan, ada beberapa hal serius yang sangat perlu diperhatikan, seperti
misalnya : kebakaran yang terjadi akibat arus listrik, sengatan listrik, kecelakaan yang terjadi akibat
terpapar arus listrik atau api akibat kebakaran, dan ledakan yang kemungkinan terjadi akibat
penggunaan alat-alat kelistrikan yang tidak sesuai dengan standar yang berlaku.

Sesuai dengan tujuan K3LH pada umumnya, K3LH bidang kelistrikan dimaksudkan untuk
melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja serta orang-orang lain yang terlibat di
lingkungan kerja yang berpotensi terkena dampak bahaya kelistrikan.

K3 kelistrikan bertujuan pula untuk membuat instalasi kelistrikan yang aman untuk dapat
memberikan keselamatan pada bangunan dan isi di dalamnya. Kemudian, K3 listrik juga
5
Page
mendukung agar terbentuknya lingkungan dan tempat kerja yang sehat serta selamat agar dapat
meningkatkan produktivitas.

Oleh karena itu, penerapan K3 listrik sangat penting dilakukan sebagai salah satu langkah
dalam menanggulangi kecelakaan kerja. Ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi
jumlah kecelakaan kerja yang terkait dengan kelistrikan, yaitu :
1. Evaluasi Risiko
Dalam rangka mengurangi kecelakaan pada tempat kerja, harus dilakukan penilaian
terhadap tingkat risiko yang dihadapi. Evaluasi risiko wajib dilakukan untuk bisa memahami
risiko-risiko apa yang mungkin bisa muncul di lokasi kerja. Evaluasi memang penting
dilakukan agar diketahui secara pasti risiko-risiko apa saja yang mungkin bisa terjadi di
lingkungan tempat kerja. Dengan evaluasi yang baik, penanganan dan perawatan
kelistrikan bisa dilakukan secara tepat dan terarah. Namun, perlu diketahui juga jika risiko
bisa saja berbeda tergantung dengan tempat pekerjaan.
2. Meminimalisasi Tingkat Risiko Kecelakaan
Setelah melakukan evaluasi terhadap risiko kelistrikan yang bisa terjadi, maka selanjutnya
adalah usaha dalam meminimalisasi tingkat risikonya. Ada beberapa usaha yang harus
diperhatikan, seperti :
• Mutu SDM
• Kelengkapan Alat Pengaman
• Penggunaan Peralatan Sesuai Standar
• Instalasi Alat-Alat Kelistrikan
• Tahapan Pekerjaan yang Aman

Penerapan K3 listrik dilakukan di setiap perusahaan, apalagi yang sangat bersinggungan


dengan bidang kelistrikan, seperti broadcasting dan juga perfilman. Pengaplikasian K3 listrik
secara serius penting dilakukan untuk memberikan jaminan keamanan dan keselamatan kerja bagi
seluruh tenaga kerja yang bertugas.

Penerapannya meliputi penetapan kebijakan K3 yang dilaksanakan oleh penanggung


jawab kegiatan (proses produksi) yang mencakup tinjauan awal keadaan K3, pengawasan dan
perhatian kepada tingkat kinerja manajemen K3 secara berkala, dan mempertimbangkan masukan
dari masing-masing pekerja. Perencanaan K3 dilaksanakan dalam rangka menghasilkan sistem
manajemen K3 yang telah dirancang dan ditetapkan oleh perusahaan yang mengacu pada
kebijakan-kebijakan K3 yang telah dilaksanakan.

Dalam pelaksanaan Sistem Manjemen K3, harus difasilitasi dengan sarana, prasarana dan
SDM terbaik yang telah memiliki sertifikasi kompetensi di bidang K3 dan surat izin kewenangan
K3. Adanya evaluasi K3 juga perlu dilakukan salah satunya dengan pemantauan kinerja K3.
Pemantauan dilakukan dengan cara pemeriksaan, pengetesan peralatan K3, pengukuran, dan
audit internal SMK3 yang dilaksanakan oleh SDM kompeten serta independen. Hasil pemantauan
kinerja K3 kemudian dilaporkan kepada perusahaan yang kemudian digunakan sebagai langkah
perbaikan.

Salah satu undang-undang yang mengatur tentang kewajiban perusahaan untuk menjamin
6

kesehatan pekerjanya adalah Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003. Undang-


Page

undang tersebut berisi kewajiban perusahaan dalam memeriksakan kesehatan para pekerjanya,
termasuk kesehatan fisik dan mentalnya. Pemeriksaan kesehatan ini juga wajib dilakukan secara
rutin.

Untuk dapat mencegah kecelakaan kerja, sebuah perusahaan juga wajib menerapkan
beberapa hal, di antaranya adalah :
• Pengawasan risiko kecelakaan pada tempat kerja
• Praktik SOP yang benar dan tepat di lingkungan kerja
• Pengontrolan faktor-faktor yang berpotensi menyebabkan risiko kecelakaan
• Edukasi K3 terhadap seluruh tenaga kerja
• Pemasangan rambu-rambu peringatan bahaya di lingkungan kerja.

Umumnya, kecelakaan kerja juga dipengaruhi oleh faktor SDM yang kurang disiplin
sehingga teledor dalam bekerja. Selain itu, terkadang SDM yang ada juga kurang memahami
peraturan yang berlaku. Sikap kerja yang baik juga harus diterapkan meliputi:
• Kooperatif (cooperative)
• Perhatian pada detil (Attention to Details)
• Berorientasi prestasi (Achievement Oriented)
• Fleksibel (Flexible)
• Adaptif (Adaptable)
• Berpikiran terbuka (open minded)
• Kreatif (creative)

Penyebab kebakaran tertinggi di Indonesia adalah adanya korsleting listrik. Hal-hal


kelistrikan yang harus diperhatikan dalam proses produksi radio, televisi dan film adalah:
1. Tegangan dan arus listrik.
2. Voltase.
3. Baterai.
4. Hambatan listrik.
5. Rangkaian listrik.

Pemahaman tersebut akan sangat berguna pada penggunaan peralatan kerja radio,
televisi dan film.

PENYAKIT AKIBAT KERJA

PENYAKIT AKIBAT KERJA


• General disease (penyakit umum) :
penyakit yang mengenai pada masyarakat umum (general disease).
Misal : influenza, sakit kepala
• Work related disease (peny.terkait kerja) :
penyakit yang berhubungan / terkait dengan pekerjaan, namun bukan akibat
karena pekerjaan.
Misal : asma, TBC, hipertensi
• Occupational disease (peny. akibat kerja) :
penyakit yang disebabkan karena pekerjaannya / lingkungan kerja.
7

Misal : keracunan Pb, asbestosis, silikosis


Page
Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja:
1. Faktor Fisika :
• Suara tinggi/bising : Ketulian
• Temperatur/suhu tinggi : Heat Cramp, Heat Exhaustion, Heat Stroke.
• Temperatur rendah : Frosbite
• Radiasi Non Mengion : Infra merah (katarak), ultraviolet (konjungtivitis).
• Radiasi Mengion : radioaktrif/beta/gama/X (kerusakan sel tubuh manusia)
• Tekanan udara tinggi : Coison Disease
• Getaran lokal : Reynaud’s Disease, Polineuritis
• Getaran umum : Gangguan proses metabolisme.

2. Faktor Kimia :
• Asal :
– bahan baku
– bahan tambahan
– hasil antara
– hasil samping
– hasil (produk)
– sisa produksi atau
– bahan buangan.

• Bentuk :
– Padat
– Cair
– Gas
– Uap
– Partikel.
• Jalan masuk :
– Inhalasi = rute paling sering
– Penelanan = tidak lazim
– Penyerapan kulit dan selaput lendir = lebih sering terjadi
• Efek thd tubuh :
– Iritasi
– Alergi
– Korosif
– Asphyxia
– keracunan sistemik
– Kanker
– kerusakan / kelainan janin
– Pneumoconiosis
– efek bius (narkose)
– Pengaruh genetic.
8

3. Faktor Biologi
Page

4. Faktor Ergonomi/fisiologi:
Penyebab : cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja , kontruksi tidak
ergonomis. Efek thd tubuh : kelelahan fisik, nyeri otot, deformitas tulang,
perubahan bentuk, dislokasi.
5. Faktor Psikososial:
Penyebab : Organisasi kerja (type kepemimpinan, Hubungan kerja, Komunikasi,
keamanan, Type kerja (monoton, berulang-ulang, kerja berlebihan, kerja kurang,
kerja shif, terpencil). Akibat : stress, psikosomatis, somatis.

Dianosis Penyakit Akibat Kerja masih rendah:


• Tak ada PAK (tidak terjadi kasus)
• Tak terdiagnosis :
– tidak tahu/bisa diagnosis PAK
– data pendukung tidak ada
• Tak dilaporkan :
– tak memahami ketentuan
– kebijakan perusahaan KHAWATIR GANTI RUGI
– dilaporkan sebagai penyakit umum
• Data awal tidak ada (Riwkes awal tidak dilakukan)
• Riwkes tidak dilakukan atau tidak sesuai
• Monitoring lingkungan kerja tidak dilakukan atau
dilakukan tapi tidak sesuai dengan faktor lingkungan kerja

Langkah Mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja


1. Diagnosis klinis
2. Menentukan hubungan sebab akibat (cara kerja, sifat pekerjaan, jenis pajanan, dengan
interview : riwayat pekerjaan, riwayat penyakit )
3. Jumlah pajanan yang dialami
4. Kemungkinan penyebab lain
5. Menetapkan diagnosis PAK

Pelayanan Promotif.
Peningkatan kesehatan (promotif) pada pekerja dimaksudkan agar keadaan fisik dan
mental pekerja senantiasa dalam kondisi baik.
Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sehat dengan tujuan untuk
meningkatkan kegairahan kerja, mempertinggi efisiensi dandaya produktifitas tenaga
kerja

Kegiatannya antara lain meliputi:


1. Pendidikan dan penerangan tentang kesehatan kerja.
2. Pemeliharaan dan peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat.
3. Peningkatan status kesehatan (bebas penyakit) pada umumnya.
4. Perbaikan status gizi.
5. Konsultasi psikologi.
6. Olah raga dan rekreasi.
9
Page

Pelayanan Preventif.
Pelayanan ini diberikan guna mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, penyakit
menular dilingkungan kerja dengan menciptakan kondisi pekerja dan mesin atau tempat
kerja agar ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun lingkungan kerja yang memadai dan
tidak menyebabkan sakit atau mebahayakan pekerja serta menjaga pekerja tetap sehat.
Kegiatannya antara lain meliputi:
1. Pemeriksaan kesehatan yang terdiri atas:
a. Pemeriksaan awal/sebelum kerja.
b. Pemeriksaan berkala.
c. Pemeriksaan khusus.
2. Imunisasi.
3. Kesehatan lingkungan kerja.
4. Perlindungan diri terhadap bahaya dari pekerjaan.
5. Penyerasian manusia dengan mesin dan alat kerja.
6. Pengendalian bahaya lingkungan kerja agar ada dalam kondisi aman (pengenalan,
pengukuran dan evaluasi).

Pelayanan Kuratif.
Pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja yang menderita sakit akibat kerja dengan
pengobatan spesifik berkaitan dengan pekerjaannya maupun pengobatan umumnya
serta upaya pengobatan untuk mencegah meluas penyakit menular dilingkungan
pekerjaan. Pelayanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sudah memperlihatkan
gangguan kesehatan/gejala dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh
dan mencegah komplikasi atau penularan terhadap keluarganya ataupun teman kerjanya.
Kegiatannya antara lain meliputi:
1. Pengobatan terhadap penyakit umum.
2. Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

Pelayanan Rehabilitatif.
Pelayanan ini diberikan kepada pekerja karena penyakit parah atau kecelakaan parah
yang telah mengakibatkan cacat, sehingga menyebabkan ketidakmampuan bekerja
secara permanen, baik sebagian atau seluruh kemampuan bekerja yang biasanya mampu
dilakukan sehari-hari.
Kegiatannya antara lain meliputi:
1. Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan kemampuannya yang masih
ada secara maksimal.
2. Penempatan kembali tenaga kerja yang cacat secara selektif sesuai kemampuannya.
3. Penyuluhan pada masyarakat dan pengusulan agar mau menerima tenaga kerja
yang cacat akibat kerja.

SUMBER BAHAN PEMBELAJARAN:


1. Buku Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Kelistrikan, Ketut Ima Ismara, Eko Prianto,
2016.
2. Buku Dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Anita Dewi PS, UPT Penerbitan UNEJ,
2012.
3. Buku Penyakit Akibat Kerja, Dr. dr. Anies, MKes, PKK, 2005.
10

4. Undang-undang RI No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


Page

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/MEN/1996.


6. Video edukasi K3 Jenis Bahaya di Tempat Kerja, Istiyan Wijayanto
7. https://youtu.be/Gu-fab7k6k8
8. Utamakan Keselamtan Dan Kesehatan Kerja (K3 Dalam Bekerja), Birkompu Surabaya -
Kementerian PUPR, https://youtu.be/Y66S1fpJOG8

11
Page

Anda mungkin juga menyukai