Bab 11 232 Smkn3 Tarakan
Bab 11 232 Smkn3 Tarakan
TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi menerapkan pengolahan rumput laut menjadi ATC,
peserta didik diharapkan mampu menerapkan pengolahan rumput laut menjadi
ATC sesuai prosedur jika disiapkan bahan dan peralatan di bengkel
/Laboratorium dengan tepat
P EN G O LA H A N R U M PU T LA U T
PETA KONSEP
Jenis Rumput Laut
Penghasil ATC
Bahan Pembantu
M E N J AADTI C
Pengolahan ATC
Tahapan
Pengolahan ATC
Pengemasan ATC
Penanganan
Limbah ATC
KATA KUNCI
Pendahuluan
Sampai dengan tahun 1976, rumput laut hanya dihasilkan di daerah sub-
tropika. Tahun 1977, daerah-daerah tropika mulai membudidayakan rumput laut,
sehingga secara bertahap perdagangan rumput laut dunia didominasi oleh negara-
negara tropika.Selama ini dikenal tiga jenis rumput laut komersial: Pertama,
kelompok tanaman penghasil agar-agar, terutama adalah Gracilaria sp (G.gigas,
G.verucosa, G.lichenoides). Penghasil agar-agar lainnya adalah Gelidium sp,
Pterocladia sp dan Gelidiela sp yang pada umumnya diperoleh melalui panen
alam. Produk turunan yang paling terkenal di Indonesia adalah agar-agar kertas.
Kadang juga adalah agar-agar yang dipasarkan dalam bentuk bubuk dan batang.
ATC merupakan produk setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku
untuk olahan produk lain , seperti semi refined carraginan (SRC), Refined
Carragenan (RC) atau karaginan murni. Namun, jika dilihat dari proses dan
produk yang dihasilkan, pengolahan ATC sebenarnya merupakan cara
pengawetan rumput laut sekaligus memperbaiki mutu produk, terutama gel
strength (kekuatan gel)
Pengertian
ATC (Alkali Treated Cottonii) adalah suatu proses pengolahan rumput laut
yang bertujuan untuk lebih mengawetkan rumput laut dan meningkatkan gel
strenght pada rumput laut dengan melalui proses alkalisasi dengan bantuan KOH.
Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor yang potensial untuk
dikembangkan. Rumput laut dapat dikelompokkan menjadi empat kelas
diantaranya yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga hijau biru (Cyanophyceae),
alga coklat (Phaeophyceae), dan alga merah (Rhodophyceae). Beberapa jenis
rumput laut memiliki nilai ekonomi tinggi, salah satunya yaitu berasal dari
golongan Rhodophyceae (ganggang merah) dan Phaeophyceaea (ganggang
coklat). Euchema cottonii merupakan salah satu contoh spesies rumput laut merah
yang sudah banyak dipergunakan sebagai bahan baku utama karaginan.
Klasifikasi Eucheuma cottonii menurut (Anggadiredja et al. 2006) adalah seperti
keterangan di bawah ini:
Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma cottonii
Eucheuma cottonii memiliki bentuk thallus yang bulat dan tegak, dengan
ukuran panjang 5-30 cm, transparan, warna coklat kekuningan sampai merah
kekuningan. Permukaan thallus tertutup oleh tonjolan yang berbentuk seperti duri-
duri runcing yang tidak beraturan, duri tersebut ada yang memanjang seolah
berbentuk seperti cabang. Tanaman Eucheuma cottonii tegak karena memiliki
percabangan yang rimbun. Alga ini tumbuh tersebar di perairan Indonesia pada
tempat-tempat yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya, antara lain substrat
batu, air jernih, ada arus atau terkena gerakan air lainnya, kadar garam antara 28-
36 % dan cukup mendapat sinar matahari. Alga yang diperoleh dari produksi
alami dan budidaya merupakan komoditas ekspor dan untuk konsumsi dalam
negeri.
Sebagai bahan baku jenis Eucheuma yang akan digunakan harus memiliki
kesesuian standar baku mutu untuk diolah. Kriteria utama dari standar baku mutu
yaitu kadar air dan tingkat kebersihannya. Kadar air bahan baku yang baik sekitar
30-35% dengan kandungan bahan asing tidak lebih dari 5 %
Pabrik pengolahan ATC sering mengalami masalah pada kadar air, terutama
di musim hujan ketika pembudidaya rumput laut mendapatkan kesulitan untuk
mengeringkan rumput lautnya. Akibatnya rumput laut mengandung kadar air
tinggi bahkan hingga mencapai 40% pun masih diterima di tempat pengolahan
ATC. Resikonya rumput laut harus di jemur dahulu sampai mencapai kadar air
yang memenuhi standartsebelum diolah menjadi ATC. Jika kondisi diatas terjadi ,
biasanya harga rumput laut menjadi turun.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kulitas bahan baku salah satunya adalah
umur panen. Umur ideal panen rumput laut jenis Eucheuma adalah 45 hari.
Kurang dari itu maka gel strenght yang akan dihasilkan semakin rendah dan
biasanya di ikuti dengan remendemen yang rendah. Dengan demikian untuk
mendapatkan ATC yang berkualitas, pemenuhan terhadap bahan baku yang
berstandart harus diperhatikan secara meneluruh
Rumput laut yang akan diolah menjadi ATC dibersihkan dari kotoran
seperti: pasir, garam, rumput laut jenis lain, benang, tali, dan sebagainya. Jika
perlu rumput laut dapat dicuci untuk memastikan bahwa tidak ada kotoran yang
terbawa, namun seringkali untuk menghemat biaya dan waktu pencucian tidak
dilakukan tetapi, diimbangi dengan pembersihan dan sortasi yang baik.
a b
Gambar 11.6 . (a) pabrik pengolahan rumput laut (b) bak pencucian rumput laut
dilengkapi dengan kincir pencuci yang sudah di keramik
Sumber: https://ndkbluefin./2016/04/06/rumput-laut-ikon-baru-sumba-timur/
Untuk skala industri bak pencucian yang ideal adalah oval dengan panjang
sekitar 8m, lebar 3,4 m dan kedalaman 1,5. Dibagian tengah bak terdapat sekat
dengan panjang 7,6 m dan lebar 0,45 m. Di bagian tersebut ditempatkan motor
listrik penggerak kincir pencuci (paddle wheel), di bagian kanan dan kiri bak
pencuci
Gambar 11.6. Proses pengambilan rumput laut yang telah dicuci di bak pencucian
Sumber : https://togetheracount/2014/11/27/budidaya-rumput-laut-yang-terdapat-
di-sumba-timur/
Dalam proses pencucian, bak pencucian harus diisi air dan kincir pencuci
dinyalakan sehingga air berputar didalam bak. Kemudia rumput laut dimasukkan
kedalam bak pencucian dan dicuci selama 30 menit. Dengan adanya kincir
tersebut, rumput laut dapat tercuci dengan baik. Jumlah air bersih yang diperlukan
sekitar 6-7 kali dari berat rumput laut kering atau sampai seluruh rumput laut
dapat terendam dengan baik.
Selain tangki , thermal oil unit merupakan salah satu bagian utama yang penting
dalam proses pengolahan ATC karena unit berfungsi untuk memasok panas .
Thermal oil unit yang digunakan berkapasitas 600.000kkal/jam yang dilengkapi
dengan unit pemanas (burner) dengan daya listrik1.500 W dan penggunaan bahan
bakar solar sebanyak 50 liter/jam. Sumber bahan bakar dapat diganti
menggunakan gas.
3. Pencucian
Setelah pemasakan selama 2-3 jam dalam larutan KOH panas, rumput laut
diangkat berikut keranjangnya, lali rumput laut dimasukkan ke dalam bak oval
pencuci. Pencucian dilakukan berulang-ulang dengan air tawar hingga pH netral
(pH 7 – 8). Biasanya, 4-5 kali pencucian sudah mulai netral proses penetralan pH
di dalam bak pencucian ini dapat berlangsung lebih cepat karena adanya
perputaran air sekaligus pengadukan dengan bantuan kincir pencuci.
Untuk menghemat, air bekas cucian ini dapat digunakan kembali. Air dari
pencucian pertama hingga kedua masih cukup banyak mengandung KOH
sehingga bisa digunakan untuk mencuci rumput laut kering pada awal proses. Sisa
KOH yang ada akan ikut memperbaiki gel strengh. Sementatra itu, air sisa
pencucian selanjutnya dapat digunakan untuk keperluan lain seperti pencucian
fasilitas dan sebagainya.
Rumput laut yang telah dicuci sampai netral, lalu ditiriskan dan siap
dikeringkan.penegringan dapat dilakukan setelah pencucian dan setelah kering
dilakukan pemotongan/pencacahan. Namun, rumput laut bisa juga dipotong
dahulu setelah dicuci, lalu dikeringkan. Jika rumput laut dikeringkan dahulu, lalu
dipotong (Wibowo et al.,2012), rendemen ATC akan lebih tinggi (34%), tetapi gel
strengh lebih rendah (600). Jika dipotong dahulu, lalu dikeringkan, akan
rendemen ATC lebih rendah (30%), tetapi gel strengh lebih tinggi (>1.000). Jadi,
jika gel strengh ATC yang tinggi tidak menjadi tuntutan, rumput laut dikeringkan
dahulu setelah pemasakan, lalu dipotong-potong sehingga diperoleh rendemen
tinggi.
Proses pengeringan umumnya dilalkukan dengan 2 cara yaitu secara alami
dan menggunakan mesin pengering. Pengeringan secara alami memerlukan biaya
yang relatif murah dan chips yang dihasilkan relatif lebih seragam warnanya
karena proses pengeringan berlangsung lambat seta panas yang diterima oleh
chips merata. Kombinasi antara kedua teknik pengeringan dapat dilakukan untuk
mempercepat proses pengeringan dan untuk mengatasi kendala cuaca, terutama
saat musim hujan. Caranya adalah dengan pengeringan mekanis setelah rumput
laut dicuci, lalu setelah kering, pengeringan dilanjutkan dengan penjemuran.
Penjemuran atau pengeringan dilakukan dengan menebas rumput laut di
atas para-para atau di atas lapangan yang dialasi terpal dengan ketebalan sekitar 1-
3 cm. Penjemuran dilakukan selama 1 hari apabila matahari cukup terik. Apabila
cuaca mendung, pengeringan memakan waktu sekitar 2 – 3 hari. Selama
penjemuran,rumput laut dibolak-balik agar pengeringan berlangsung cepat dan
merata. Selama penjemuran, rumput laut tidak boleh terkena air tawar, baik air
hujan maupun air embun karena akan menyebabkan mutu produk menurun.
Kadar air produk yang telah kering sekitar 17 – 22%.
a b
Gambar 11.10. (a) Proses pemotongan dan (b) penyortiran ATC
Sumber: https://www.seputar-ntt.com/pemkab-sabu-raijua-berhasil-uji-coba-
pengolahan-rumput-laut/
5. Pengemasan
Mutu ATC yang dihasilkan tergantung mutu rumput laut Euchema sp.
sebagai bahan bakunya. Dalam perdagangan rumput laut di Indonesia, terdapat
standar mutu rumput laut kering yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi
Nasional, yaitu SNI 2690.1.2009. Rumput laut kering harus bersih, bebas dari
sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan
kesehatan. Persyaratan mutu tersebut meliputi parameter sensori, kadar air, clean
anhydrous weed (CAW), dan fisik (benda asing).
Dalam standar perdagangan rumput laut antara lain dinyatakan bahwa
benda asing yang terdiri atas pasir, batu karang, dan lainnya tidak lebih dari 5%
dan kadar air 30 – 35%. Kadar air yang terlalu tinggi (>37%) akan menyebabkan
tingkat penyusutan yang tinggi selama perjalanan, terutama yang menggunakan
kontainer. Selain itu, kotoran seperti pasir atau lumut akan lebih mudah
menempel. Kadar air yang optimal akan sangat membantu meningkatkan
rendemen (yield)
Tabel 11.1. Persyaratan mutu rumput laut kering berdasarkan sni 2690.1.2009
Jenis Uji Satuan Euchema sp.
a. Sensori Angka (1-9) 7
b. Kimia :
- Kadar air % fraksi massa 30 – 35
- Clean anhydrous weed % fraksi massa Minimal 30
(CAW)
c. Fisik :
- Benda asing % fraksi massa Maksimal 5
F. Penanganan Limbah
Pada proses pembuatan ATC, perbandingan antara bahan baku dengan air
pada tahap netralisasi (setelah ekstraksi alkali rumput laut) mencapai 1 : 40 (w/v)
sehingga limbah cair yang dihasilkan sangat besar. Hal ini menimbulkan masalah
serius terhadap pencemaran lingkungan. Hal itu karena limbah cair yang
dihasilkan dari proses pengolahan ATC memiliki karakteristik alkalinitas yang
tinggi pH antara 12 – 13, memiliki kandungan organik, serta padatan terlarut yang
tinggi. Dengan demikian, pembuangan limbah ke lingkungan tanpa melalui proses
penanganan yang baik akan mengancam keberlangsungan ekosistem yang berada
di sekitarnya.
Dengan melakukan daur ulang pada limbah cair, pengolahan ATC akan
mengefisienkan penggunaan air sekaligus mengurangi masalah pencemaran
lingkungan. Daur ulang limbah cair dapat menurunkan jumlah Total Dissolve
Solid (TDS) dan Biologycal Oxygen (BOD) hingga 56,60% dan 60,66%. Selain
itu, nilai pH, kekeruhan, bau, warna limbah juga akan menurun. Dengan
pengolahan tersebut, limbah cair dapat didaur ulang hingga 5 kali untuk proses
pengolahan ATC selanjutnya.
“ATC-Chips”
Merupakan olahan dari rumput laut jenis
Eucheuma cottonii. Harga rumput laut
kering yang belum melewati proses
pengolahan hanya berkisar Rp. 15.000 –
20.000/kg. Tahukah kalian bahwa
Dengan mengolah rumput laut menjadi
ATC dipasaran luar negeri harga ATC
berkisar antara US$8,20 - US$8,58 /kg
Gambar. ATC-Chips
Sumber: https://indonesian.alibaba.com/product-detail/alkali-treated-chips-atc--
50038592223.html
Salah satu cara untuk memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dapat di
penuhi dengan memilih bahan baku yang baik, dengan tingkat kekeringan rumput
laut max 30%
JELAJAH INTERNET
Lembar kerja 1
Lembar kerja Siswa (LKS)/WORKSHEET
I.Tujuan
1. Siswa dapat menyiapkan alat dan bahan pengolahan rumput laut menjadi
ATC
2. Siswa mampu melakukan pengolahan rumput laut menjadi ATC
II. Alat
1. Panci stainless
2. Kompor
3. pH meter
4. Thermometer
5. Timer
6. Batang pengaduk
7. Pisau
8. Talenan
9. Timbangan
10. Baskom
11. Gelas ukur
12. Kaos tangan karet
13. Masker
III. Bahan
1. Rumput laut kering
2. Air tawar
3. Kalium Hidroksida (KOH)
Nilai Keterangan
...................,................
........
........................ ..........................
Nis NIP.
Lembar kerja 2
Lembar kerja Siswa (LKS)/WORKSHEET
I. Tujuan
1. Siswa dapat menyiapkan alat dan bahan dalam pengeringan rumput laut
ATC
2. Siswa mampu melakukan pengeringan rumput laut ATC
II. Alat
1. Timbangan
2. Garpu tala/pengeruk
3. Kaos tangan
4. Plastik/terpal
5. Ember
6. Gerobak
III. Bahan
1.Rumput laut ATC
V.Langkah Kerja
Nilai Keterangan
........................ ......................
Nis NIP
Lembar kerja 3
Lembar kerja Siswa (LKS)/WORKSHEET
I. Tujuan
1. Siswa dapat menyiapkan alat dan bahan dalam pengemasan rumput laut
kering ATC
2. Siswa mampu melakukan pengemasan rumput laut kering ATC
II. Alat
1. Modul/buku
2. Timbangan
3. Ember
4. Alat pengayak/saringan
5. Kaos tangan
6. Jarum
7. Benang/tali nilon
8. Alat tulis
III. Bahan
1.Rumput laut kering ATC
2. Karung Goni/Karung plastik/Bahan pengemas
V.Langkah Kerja
1. Siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan sebelum melakukan pengemasan
rumput laut
2. Timbang berat kering rumput laut ATC
3. Ayaklah rumput laut untuk memisahkannya dari kotoran yang masih melekat
4. Timbanglah rumput laut setelah pengayakan
5. Kemaslah rumput laut kedalam karung goni/karung plastik /bahan kemasan
lain yang telah disediakan
6. Timbanglah rumput laut yang telah dimasukkan ke dalam karung
7. Berat rumput laut = Berat total – Berat karung
8. Tulislah dikertas label : Jenis rumput laut, Berat Bersih, Kode Kelompok
9. Simpanlah karung yang berisi rumput laut ATC ditempat yang kering dan
baik.
VI. Hasil
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................
VII. Pembahasan
....................................................................................................................................
............
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
........................................................................
VIII. Kesimpulan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................
IX. Penilaian
Nilai Keterangan
...................,................
........
........................ ..........................
Nis NIP.
RANGKUMAN
Dari pembelajaran pada bab ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. ATC merupakan produk setengah jadi yang digunakan sebagai bahan
baku untuk olahan produk lain , seperti semi refined carraginan (SRC),
Refined Carragenan (RC) atau karaginan murni. Namun, jika dilihat dari
proses dan produk yang dihasilkan, pengolahan ATC sebenarnya
merupakan cara pengawetan rumput laut sekaligus memperbaiki mutu
produk, terutama gel strength (kekuatan gel)
2. Pengawetan metode ATC dilakukan dengan alkali panas sehingga rumput
laut lebih awet dan memiliki gel trenght yang lebih baik. Setelah
diawetkan dengan alkali panas, rumput laut dicuci, dikeringkan, lalu
produknya dicacah menjadi potongan –potongan kecil atau chips sehingga
sering juga disebut ATC Chips.
3. ATC umumnya digunakan sebagai produk antara bahan baku untuk
pengolahan karaginan murni yang digunakan sebagai penstabil,pengental
dan pengemulsi. Karagina atau ATC dikenal sebagai bahan tambahan pada
industry pangan dan non pangan,keramik, coating,dsb.
4. Rhodophyceae (ganggang merah) merupakan jenis rumput laut yang ada di
indonesia. Euchema cottonii merupakan salah satu contoh spesies rumput
laut merah yang sudah banyak dipergunakan sebagai bahan baku utama
ATC
5. Beberapa jenis Eucheuma memiliki peranan penting dalam dunia
perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak karaginan. Kadar
karaginan dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54 – 73 %
tergantung pada jenis dan lokasi tempat tumbuhnya.
6. Berikut tahapan pengolahan ATC yang dilakukan pada rumput laut:
Pembersihan dan Sortasi, perendaman dalam alkali panas, pencucian,
pengeringan dan pemotongan, dan pengemasan
7. Rumput laut kering harus bersih, bebas dari sifat-sifat alamiah lain yang
dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan kesehatan. Persyaratan
mutu tersebut meliputi parameter sensori, kadar air, clean anhydrous weed
(CAW), dan fisik (benda asing).
8. Dalam standar perdagangan rumput laut antara lain dinyatakan bahwa
benda asing yang terdiri atas pasir, batu karang, dan lainnya tidak lebih
dari 5% dan kadar air 30 – 35%. Kadar air yang terlalu tinggi (>37%) akan
menyebabkan tingkat penyusutan yang tinggi selama perjalanan, terutama
yang menggunakan kontainer.
9. Dengan melakukan daur ulang pada limbah cair, pengolahan ATC akan
mengefisienkan penggunaan air sekaligus mengurangi masalah
pencemaran lingkungan. Daur ulang limbah cair dapat menurunkan jumlah
Total Dissolve Solid (TDS) dan Biologycal Oxygen (BOD) hingga 56,60%
dan 60,66%. Selain itu, nilai pH, kekeruhan, bau, warna limbah juga akan
menurun. Dengan pengolahan tersebut, limbah cair dapat didaur ulang
hingga 5 kali untuk proses pengolahan ATC selanjutnya.
10. Hygiene karyawan dalam pengolahan ATC juga perlu diperhatikan karena
langsung berhubungan dengan produk yang diolah. Penggunaan baju kerja
serta penutup kepala dan mulut sangat dianjurkan untuk mencegah
kontaminasi produk dari rambut serta bakteri dari mulut karyawan.
TUGAS MANDIRI
PENILAIAN MANDIRI
Kerjakanlah soal –soal dibawah ini dengan baik dan benar
1. Jelaskan apa yang kalian ketahu tentang ATC!
2. Mengapa dalam proses pengolahan rumput laut menjadi ATC, menggunakan
larutan alkali?
3. Jelaskan perbandingan antara air dan rumput laut yang akan diolah menjadi
ATC!
4. Apa tujuan utama dilakukan pengolahan rumput laut kering menjadi produk
ATC!
5. Apa yang kalian ketahu tentang bahan pembantu/penolong!
6. Jelaskan tipe ATC berdasarkan cara atau proses pengolahannya!
7. Jelaskan morfologi dari Eucheuma cottonii!
8. Jelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kulitas bahan baku ATC!
9. Mengapa pencucian rumput laut yang telah menjadi ATC harus berulang –
ulang!
10. Jelaskan cara penanganan ATC-chips yang di simpan digudang!
REFLEKSI
Setelah mempelajari dan memahami pengolahan rumput laut menjadi ATC pada
bab ini, menurut anda apakah anda telah menguasai seluruh materi pembelajaran
ini? Jika ada materi yang belum dikuasai tulis materi apa saja. Anda boleh
berdiskusi dengan teman maupun guru anda sehingga pemahaman anda pada
materi ini bisa anda gunakan untuk mengikuti materi selanjutnya