Anda di halaman 1dari 33

BAB XI

PENGOLAHAN RUMPUT LAUT MENJADI ATC


(Alkali Treated Cottonii)

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mempelajari materi menerapkan pengolahan rumput laut menjadi ATC,
peserta didik diharapkan mampu menerapkan pengolahan rumput laut menjadi
ATC sesuai prosedur jika disiapkan bahan dan peralatan di bengkel
/Laboratorium dengan tepat

P EN G O LA H A N R U M PU T LA U T
PETA KONSEP
Jenis Rumput Laut
Penghasil ATC

Syarat Bahan Baku

Bahan Pembantu
M E N J AADTI C
Pengolahan ATC

Tahapan
Pengolahan ATC

Pengemasan ATC

Uji Mutu ATC

Penanganan
Limbah ATC

KATA KUNCI

ATC (Alkali Treated cottonii), karaginan, pengolahan, Eucheuma cottonii


MATERI PEMBELAJARAN

Pendahuluan

Sampai dengan tahun 1976, rumput laut hanya dihasilkan di daerah sub-
tropika. Tahun 1977, daerah-daerah tropika mulai membudidayakan rumput laut,
sehingga secara bertahap perdagangan rumput laut dunia didominasi oleh negara-
negara tropika.Selama ini dikenal tiga jenis rumput laut komersial: Pertama,
kelompok tanaman penghasil agar-agar, terutama adalah Gracilaria sp (G.gigas,
G.verucosa, G.lichenoides). Penghasil agar-agar lainnya adalah Gelidium sp,
Pterocladia sp dan Gelidiela sp yang pada umumnya diperoleh melalui panen
alam. Produk turunan yang paling terkenal di Indonesia adalah agar-agar kertas.
Kadang juga adalah agar-agar yang dipasarkan dalam bentuk bubuk dan batang.

Kedua, kelompok tanaman penghasil keraginan. Keraginan merupakan


polisacharida yang diekstrak dengan menggunakan air panas dari beberapa genera
rumput laut, seperti Chondrus, Gigartina, Eucheuma, Furcellarian dan
Phyllophora. Tanaman penghasil keraginan di Indonesia terutama adalah E.
Cottonii dan E. Spinosum. Penghasil keraginan lainnya adalah Hypnea sp dan
Eucheuma sp yang diperoleh melalui panen alam. Produk turunannya antara lain
digunakan dalam bidang pangan, farmasi dan penggunaan industrial lainnya.

Ketiga, kelompok tanaman penghasil alginat. Algin adalah polisacharida


alami, pembangun utama dinding sel rumput laut cokelat (Phaeophyceae). Ia
diekstrak dengan larutan alkalin. Kini, alginat digunakan secara luas pada industri
tekstil (50%), pangan (30%), paper coating, farmasi, kawas las dan sebagainya. Di
Indonesia, tanaman penghasil alginat terutama adalah Sargassum sp; lainnya
adalah Turbinaria sp. Keduanya diperoleh melalui panen alam.

Pemanfaatan rumput laut sebagai komoditas ekspor masih terbatas dalam


bentuk kering. Adapun jenis rumput laut yang digunakan sebagai bahan ekspor
adalah Euchema sp, Gracillaria sp. dan Gellidium sp. Seiring dengan peningkatan
volume ekspor yang semakin meningkat, Seiring dengan peningkatan volume
ekspor yang semakin meningkat, seharusnya rumput laut kering diolah menjadi
produk lain yang memilki nilai tambah sehingga dapat mengkatkan harga jual dan
devisa negara hasil ekspor rumput laut meningkat. Salah satu cara pengolahan
rumput laut agar memiliki nilai tambah yaitu dengan pengolahan rumput laut
menjadi Alkali Treated Cottonii (ATC) yang merupakan karaginan semi murni

ATC merupakan produk setengah jadi yang digunakan sebagai bahan baku
untuk olahan produk lain , seperti semi refined carraginan (SRC), Refined
Carragenan (RC) atau karaginan murni. Namun, jika dilihat dari proses dan
produk yang dihasilkan, pengolahan ATC sebenarnya merupakan cara
pengawetan rumput laut sekaligus memperbaiki mutu produk, terutama gel
strength (kekuatan gel)

Pengawetan metode ATC dilakukan dengan alkali panas sehingga rumput


laut lebih awet dan memiliki gel trenght yang lebih baik. Setelah diawetkan
dengan alkali panas, rumput laut dicuci, dikeringkan, lalu produknya dicacah
menjadi potongan –potongan kecil atau chips sehingga sering juga disebut ATC
Chips. Jika ATC ini digiling menjadi tepung, akan dihasikan tepung ATC
(seaweed Flour) yang sering juga disebut dengan ( Semi Refined Carragenan) .
ATC umumnya digunakan sebagai produk antara bahan baku untuk pengolahan
karaginan murni yang digunakan sebagai penstabil,pengental dan pengemulsi.
Karagina atau ATC dikenal sebagai bahan tambahan pada industry pangan dan
non pangan,keramik, coating,dsb. Pengolahan karaginan melalui ATC dapat
meningkatlkan kekuatan gel yang dimiliki karaginan. Produk ATC lebih lanjut
juga diguanakan sebagai pakan ternak di negera Erope. Pemanfaatan ATC
nmaupun karaginan terus mengalamai perlembangan di berbagai bidang, namum
indistri Indoensia belum bisa mencapai permintaan pasar.
Gambar 11.1. Contoh rumput laut yang telah diolah menjadi ATC
sumber:https://www.bi.go.id/id/umkm/kelayakan/pola-pembiayaan/industri/
Pages/PengolahanAgar-AgardanManisanRumputLaut.aspx)

Pengertian

Pemanfaatan rumput laut sebagai komoditas ekspor masih terbatas dalam


bentuk kering. Adapun jenis rumput laut yang digunakan sebagai bahan ekspor
adalah Euchema sp, Gracillaria sp. dan Gellidium sp. Seiring dengan peningkatan
volume ekspor yang semakin meningkat, Seiring dengan peningkatan volume
ekspor yang semakin meningkat, seharusnya rumput laut kering diolah menjadi
produk lain yang memilki nilai tambah sehingga dapat mengkatkan harga jual dan
devisa negara hasil ekspor rumput laut meningkat. Salah satu cara pengolahan
rumput laut agar memiliki nilai tambah yaitu dengan pengolahan rumput laut
menjadi Alkali Treated Cottonii (ATC) yang merupakan karaginan semi murni.

ATC (Alkali Treated Cottonii) adalah suatu proses pengolahan rumput laut
yang bertujuan untuk lebih mengawetkan rumput laut dan meningkatkan gel
strenght pada rumput laut dengan melalui proses alkalisasi dengan bantuan KOH.

Alkali Treated cottonii (ATC) merupakan produk olahan semi karaginan.


Tipe ATC berdasarkan cara atau proses pengolahannya terbagi menjadi tiga, yaitu
ATC Low Alkali, ATC Chips (ATC High Alkali), dan Seaweed Flour atau Semi
Refined Carrageenan (SRC) (Noor et al. 1990). Proses pengolahan rumput laut
menjadi ATC pada prinsipnya sangat sederhana yaitu dengan merebusnya dalam
larutan KOH 8 % pada suhu 80-85 0C selama 2 jam. Rumput laut kemudian
dinetralkan kembali dengan pencucian berulang-ulang, dipotongpotong, dan
dikeringkan sehingga diperoleh ATC yang berbentuk chips. Perebusan rumput
laut dalam larutan alkali dimaksudkan untuk meningkatkan titik leleh karaginan di
atas suhu pemasaknya sehingga tidak larut menjadi pasta dan untuk meningkatkan
kekuatan gel dari karaginan.

A. Jenis rumput laut penghasil ATC

Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor yang potensial untuk
dikembangkan. Rumput laut dapat dikelompokkan menjadi empat kelas
diantaranya yaitu alga hijau (Chlorophyceae), alga hijau biru (Cyanophyceae),
alga coklat (Phaeophyceae), dan alga merah (Rhodophyceae). Beberapa jenis
rumput laut memiliki nilai ekonomi tinggi, salah satunya yaitu berasal dari
golongan Rhodophyceae (ganggang merah) dan Phaeophyceaea (ganggang
coklat). Euchema cottonii merupakan salah satu contoh spesies rumput laut merah
yang sudah banyak dipergunakan sebagai bahan baku utama karaginan.
Klasifikasi Eucheuma cottonii menurut (Anggadiredja et al. 2006) adalah seperti
keterangan di bawah ini:

Kingdom : Plantae
Divisi : Rhodophyta
Kelas : Rhodophyceae
Ordo : Gigartinales
Famili : Solieriaceae
Genus : Eucheuma
Spesies : Eucheuma cottonii

Gambar 11.2 . Rumput laut jenis Euchuma cottonii


Sumber: http://darsatop.lecture.ub.ac.id/2015/10/rumput-laut-merah-euchema-
cottonii/

Eucheuma cottonii memiliki bentuk thallus yang bulat dan tegak, dengan
ukuran panjang 5-30 cm, transparan, warna coklat kekuningan sampai merah
kekuningan. Permukaan thallus tertutup oleh tonjolan yang berbentuk seperti duri-
duri runcing yang tidak beraturan, duri tersebut ada yang memanjang seolah
berbentuk seperti cabang. Tanaman Eucheuma cottonii tegak karena memiliki
percabangan yang rimbun. Alga ini tumbuh tersebar di perairan Indonesia pada
tempat-tempat yang sesuai dengan persyaratan tumbuhnya, antara lain substrat
batu, air jernih, ada arus atau terkena gerakan air lainnya, kadar garam antara 28-
36 % dan cukup mendapat sinar matahari. Alga yang diperoleh dari produksi
alami dan budidaya merupakan komoditas ekspor dan untuk konsumsi dalam
negeri.

Beberapa jenis Eucheuma memiliki peranan penting dalam dunia


perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak karaginan. Kadar karaginan
dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54 – 73 % tergantung pada jenis
dan lokasi tempat tumbuhnya. Jenis ini asal mulanya didapat dari perairan Sabah
(Malaysia) dan Kepulauan Sulu (Filipina). Selanjutnya dikembangkan ke berbagai
negara sebagai tanaman budidaya. Lokasi budidaya rumput laut jenis ini di
Indonesia antara lain Lombok, Sumba, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Lampung, Kepulauan Seribu, dan Perairan Pelabuhan Ratu

B. Syarat bahan baku

Sebagai bahan baku jenis Eucheuma yang akan digunakan harus memiliki
kesesuian standar baku mutu untuk diolah. Kriteria utama dari standar baku mutu
yaitu kadar air dan tingkat kebersihannya. Kadar air bahan baku yang baik sekitar
30-35% dengan kandungan bahan asing tidak lebih dari 5 %

Pabrik pengolahan ATC sering mengalami masalah pada kadar air, terutama
di musim hujan ketika pembudidaya rumput laut mendapatkan kesulitan untuk
mengeringkan rumput lautnya. Akibatnya rumput laut mengandung kadar air
tinggi bahkan hingga mencapai 40% pun masih diterima di tempat pengolahan
ATC. Resikonya rumput laut harus di jemur dahulu sampai mencapai kadar air
yang memenuhi standartsebelum diolah menjadi ATC. Jika kondisi diatas terjadi ,
biasanya harga rumput laut menjadi turun.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kulitas bahan baku salah satunya adalah
umur panen. Umur ideal panen rumput laut jenis Eucheuma adalah 45 hari.
Kurang dari itu maka gel strenght yang akan dihasilkan semakin rendah dan
biasanya di ikuti dengan remendemen yang rendah. Dengan demikian untuk
mendapatkan ATC yang berkualitas, pemenuhan terhadap bahan baku yang
berstandart harus diperhatikan secara meneluruh

Gambar. 11.3. Pemilihan dan penyortiran ATC-Chips


Sumber: http://www.trobos.com/detail-berita/2012/10/15/13/3600/pertumbuhan-
hilir-rumput-laut-lambat

C. Bahan pembantu pengolahan ATC

Proses pembuatan ATC juga memerlukan bahan pembantu yaitu kalium


hidroksida (KOH) yang berfungsi untuk meningkatkan kekuatan gel dari ATC
yang dihasilkan. Tingkat kemurnia KOH yang akan digunakan mempengaruhi
kualitas ATC yang akan dihasilkan. Namun perbedaan harga KOH berdasarkan
tingkat kemurniannya juga menjadi pertimbangan pihak industri dalam
memproduksi ATC
Gambar 11.3. Kalium hidroksida (KOH) Sumber:
Sumber:https://indonesian.alibaba.com/product-detail/factory-price-potassium-
hydroxide-koh-60614624981.html
D. Tahapan Pengolahan ATC

Pengolahan ATC sebenarnya merupakan proses pengawetan yang diiringi


dengan perbaikan sifat bahan . Rumput laut diawetkan menggunakan bahan alkali
(KOH) sekaligus berperan meningkatkan gel srenght yang diikuti dengan
pengeringan. Garis besarnya, tahap proses pengolahannya adalah dengan
merendam rumput laut dalam larutan alkali panas (yang dipanaskan) selama
waktu tertentu. Setelah di netralkan, rumput laut dikeringkan. Untuk
menghasilkan ATC berbentuk chips, rumput laut yang telah diolah dipotong kecil-
kecil menjadi bentuk chips. Pemotongan dapat dilakukan sebelum atau setelah
pengeringan
Gambar 11.4. Proses alur pembuatan ATC chip
Sumber:http://www.jasuda.net/litbangdtl.php?judul=Proses%20Pengolahan%20
Rumput%20Laut%20menjadi%20ATC%20Chips&hlm=150

Berikut tahapan pengolahan ATC yang dilakukan pada rumput laut:

1. Pembersihan dan Sortasi

Rumput laut yang akan diolah menjadi ATC dibersihkan dari kotoran
seperti: pasir, garam, rumput laut jenis lain, benang, tali, dan sebagainya. Jika
perlu rumput laut dapat dicuci untuk memastikan bahwa tidak ada kotoran yang
terbawa, namun seringkali untuk menghemat biaya dan waktu pencucian tidak
dilakukan tetapi, diimbangi dengan pembersihan dan sortasi yang baik.

Jika dilakukan pencucian, proses pencucian rumput laut dilakukan di bak


pencucian yang dilapisi keramik / stainless dan dilengkapi dengan saluran
pembuangan air dibawahnya untuk memudahkan pergantian air
Gambar 11.5 Contoh bak pencucian rumput laut berbahan steinless
Sumber : http://seaweed.undip.ac.id/669/

a b
Gambar 11.6 . (a) pabrik pengolahan rumput laut (b) bak pencucian rumput laut
dilengkapi dengan kincir pencuci yang sudah di keramik
Sumber: https://ndkbluefin./2016/04/06/rumput-laut-ikon-baru-sumba-timur/

Untuk skala industri bak pencucian yang ideal adalah oval dengan panjang
sekitar 8m, lebar 3,4 m dan kedalaman 1,5. Dibagian tengah bak terdapat sekat
dengan panjang 7,6 m dan lebar 0,45 m. Di bagian tersebut ditempatkan motor
listrik penggerak kincir pencuci (paddle wheel), di bagian kanan dan kiri bak
pencuci
Gambar 11.6. Proses pengambilan rumput laut yang telah dicuci di bak pencucian
Sumber : https://togetheracount/2014/11/27/budidaya-rumput-laut-yang-terdapat-
di-sumba-timur/

Dalam proses pencucian, bak pencucian harus diisi air dan kincir pencuci
dinyalakan sehingga air berputar didalam bak. Kemudia rumput laut dimasukkan
kedalam bak pencucian dan dicuci selama 30 menit. Dengan adanya kincir
tersebut, rumput laut dapat tercuci dengan baik. Jumlah air bersih yang diperlukan
sekitar 6-7 kali dari berat rumput laut kering atau sampai seluruh rumput laut
dapat terendam dengan baik.

2. Perendaman dalam alkali panas

Setelah bersih, rumput laut direndam dalam larutan alkali panas.


Perendaman dalam larutan alkali ini disebut juga sebagai perebusan atau
pemasakan dalam larutan alkali. Larutan alkali yang digunakan adalah larutan
KOH dengan konsentrasi 8% dan jumlahnya sebanyak 6 kali dari berat rumput
laut kering yang diolah. Jika sekali proses menggunakan 850 kg rumput kering
yang diolah, diperlukan larutan KOH sebanyak 5,1m3.

Larutan KOH 8% disiapkan dengan memasukkan kristal KOH kedalam air


dan diaduk sampai larut. Larutan KOH ini dapat langsung disiapkan pada tangki
perebusan atau ditangki yang lain, lalu dialirkan ke dalam tangki perebus sesuai
jumlah ang diperlukan. Larutan KOH dipanaskan sampai suhu 70 – 80 0C, lalu
rumput laut dimasukkan kedalamnya. Jika rumput laut dicuci terlebih dahulu
maka rumput laut harus ditiriskan sebelumdimasukkan kedalam tangki perebus.
Biasanya rumput laut ditempatkan di dalam keranjang besi ang dimasukkan
kedalam tangki perebusbersama dengan keranjangnya. Perendaman atau
pemasakan ini dilakukan selama 2 -3 jam dan suhu diatur sekitar 70 0C. Larutan
KOH dapat digunakan berulang-ulang dengan memperhitungkan konsentrasi
KOH yang tersisa dari hasil pemasakan sebelumnya. Dengan demikian , akan
terjadi penghematan KOH. Suhu selama perendaman tidak boleh terlalu tinggi
karena akan menyebabkan rumput laut hancur menjadi bubur. Lebih baik suhu
agak rendah dan waktunya di perpanjang. Pengadukan boleh dilakukan sesekali
selama proses perendaman dan tidak boleh berlebihan. Menjaga agar rumput laut
tidak hancur sangat penting karena jika hancur akan menyebabkan banyak
karaginan terbuang bersamaan dengan air perebusan

Untuk proses perebusan dapat menggunakan tangki pemasak ang


kapasitasnya diatur sesuai kapasitas produksinya. Demi kemudahan proses dan
keamanan , untuk mengolah 850 kg rumput laut kering, diperlukan tangki
berdiameter 2,7 m dan tinggi 3,6 m atau volume sekitar 20 m 3.. Dalam proses
melibatkan bahan kimia yang keras dan suhu yang tinggi sehingga tangki dibuat
dari bahan stainless stell. Tangki dibuat sistem daoble jackets dengan media panas
dalam Jacket berupa oil/minyak/air untuk menghemat energi dan di lengkapi
dengan sistem pemipaan yang menghubungkan tangki ke sumber panas thermal
oil unit . Tangki juga dilengkapi dengan sistem pengendali (control panel) untuk
memudahkan pengendalia suhu dan panas selama proses pengolahan. Disebut
thermal oil unit karena dalam sistem ini oil sebagai media pemanas dan dialirkan
menuju tangki (double jacket) lalu memanaskan larutan KOH di dalam tangki.
Jadi, dengan unit ini tidak akan terjadi pemanasan langsungterhadap tangki
sehingga tangki lebih awet.

Kontrol panel berfungsi untuk mengendalikan suhu sehingga proses


pemanasan pada thermal unit akan berhenti secara otomatis ketika suhu telah
tercapai dan hanya akan menyala lagi jika suhu turun. Disisi lain dengan tangki
double jackets tidak banyak panas terbuang sehingga proses pemanasan menjadi
sangat efesien dan hemat energi.

Selain tangki , thermal oil unit merupakan salah satu bagian utama yang penting
dalam proses pengolahan ATC karena unit berfungsi untuk memasok panas .
Thermal oil unit yang digunakan berkapasitas 600.000kkal/jam yang dilengkapi
dengan unit pemanas (burner) dengan daya listrik1.500 W dan penggunaan bahan
bakar solar sebanyak 50 liter/jam. Sumber bahan bakar dapat diganti
menggunakan gas.

Gambar 11.7. Bak untuk menimpan KOH dan tangki pemasaknya


Sumber : https://docplayer.info/50195498-Proses-produksi-karaginan-skala-pilot-
plant-dari-rumput-laut-kappaphycus-alvarezii-dan-pemetaan-potensinya-sitti-
nurmiah.html
Gambar 11.8. Thermal oil unit
Sumber:http://hargamesinpertanian.co.id/index.php?route=product/
category&path=282

3. Pencucian

Setelah pemasakan selama 2-3 jam dalam larutan KOH panas, rumput laut
diangkat berikut keranjangnya, lali rumput laut dimasukkan ke dalam bak oval
pencuci. Pencucian dilakukan berulang-ulang dengan air tawar hingga pH netral
(pH 7 – 8). Biasanya, 4-5 kali pencucian sudah mulai netral proses penetralan pH
di dalam bak pencucian ini dapat berlangsung lebih cepat karena adanya
perputaran air sekaligus pengadukan dengan bantuan kincir pencuci.
Untuk menghemat, air bekas cucian ini dapat digunakan kembali. Air dari
pencucian pertama hingga kedua masih cukup banyak mengandung KOH
sehingga bisa digunakan untuk mencuci rumput laut kering pada awal proses. Sisa
KOH yang ada akan ikut memperbaiki gel strengh. Sementatra itu, air sisa
pencucian selanjutnya dapat digunakan untuk keperluan lain seperti pencucian
fasilitas dan sebagainya.

4. Pengeringan dan Pemotongan

Rumput laut yang telah dicuci sampai netral, lalu ditiriskan dan siap
dikeringkan.penegringan dapat dilakukan setelah pencucian dan setelah kering
dilakukan pemotongan/pencacahan. Namun, rumput laut bisa juga dipotong
dahulu setelah dicuci, lalu dikeringkan. Jika rumput laut dikeringkan dahulu, lalu
dipotong (Wibowo et al.,2012), rendemen ATC akan lebih tinggi (34%), tetapi gel
strengh lebih rendah (600). Jika dipotong dahulu, lalu dikeringkan, akan
rendemen ATC lebih rendah (30%), tetapi gel strengh lebih tinggi (>1.000). Jadi,
jika gel strengh ATC yang tinggi tidak menjadi tuntutan, rumput laut dikeringkan
dahulu setelah pemasakan, lalu dipotong-potong sehingga diperoleh rendemen
tinggi.
Proses pengeringan umumnya dilalkukan dengan 2 cara yaitu secara alami
dan menggunakan mesin pengering. Pengeringan secara alami memerlukan biaya
yang relatif murah dan chips yang dihasilkan relatif lebih seragam warnanya
karena proses pengeringan berlangsung lambat seta panas yang diterima oleh
chips merata. Kombinasi antara kedua teknik pengeringan dapat dilakukan untuk
mempercepat proses pengeringan dan untuk mengatasi kendala cuaca, terutama
saat musim hujan. Caranya adalah dengan pengeringan mekanis setelah rumput
laut dicuci, lalu setelah kering, pengeringan dilanjutkan dengan penjemuran.
Penjemuran atau pengeringan dilakukan dengan menebas rumput laut di
atas para-para atau di atas lapangan yang dialasi terpal dengan ketebalan sekitar 1-
3 cm. Penjemuran dilakukan selama 1 hari apabila matahari cukup terik. Apabila
cuaca mendung, pengeringan memakan waktu sekitar 2 – 3 hari. Selama
penjemuran,rumput laut dibolak-balik agar pengeringan berlangsung cepat dan
merata. Selama penjemuran, rumput laut tidak boleh terkena air tawar, baik air
hujan maupun air embun karena akan menyebabkan mutu produk menurun.
Kadar air produk yang telah kering sekitar 17 – 22%.

Gambar 11.9. Pengeringan ATC-Chips rumput laut


Sumber: https://docplayer.info/82781552-Kata-pengantar-september-tim-
penyusun-modul-ibikk.html
Pemotongan rumput laut menjadi bentuk ATC chips dilakukan secara
mekanik dengan menggunakan chopper machine. Pemotongan rumput laut
bertujuan untuk memperkecil ukuran rumput laut sekitar 3 mm sehingga dapat
memudahkan proses pengangkutan, penyortiran, penggilingan, dan packing.
Selanjutnya dilakukan sortasi untuk memisahkan kotoran yang masih menempel
pada ATC. Penyortiran atau pembersihan perlu dilakukan karena presentase
kotoran termasuk dalam penilaian atau kriteria mutu yang dipersyaratkan yaitu
kurang dari 5%

a b
Gambar 11.10. (a) Proses pemotongan dan (b) penyortiran ATC
Sumber: https://www.seputar-ntt.com/pemkab-sabu-raijua-berhasil-uji-coba-
pengolahan-rumput-laut/

5. Pengemasan

Jika pengeringan dilakukan setelah prose pemotongan, ATC tidak perlu


segera dikemas tetapi dibiarkan dingin terlebih dahulu di udara terbuka. Jika
pemotongan dilakukan setelah pengeringan, ATC langsung dikemas setelah
dipotong. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan karung anyaman plastik
seperti mengemas beras. Kemudian, bagian ujung yang terbuka dijahit.

Gambar 11.11. Proses pengemasan ATC


Sumber: https://maritimindonesia.co.id/2017/08/kultur-jaringan-rumput-laut-kkp-
siap-dukung-skpt-di-sumba-timur/

E. Standar Mutu Rumput Laut Kering

Mutu ATC yang dihasilkan tergantung mutu rumput laut Euchema sp.
sebagai bahan bakunya. Dalam perdagangan rumput laut di Indonesia, terdapat
standar mutu rumput laut kering yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi
Nasional, yaitu SNI 2690.1.2009. Rumput laut kering harus bersih, bebas dari
sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan
kesehatan. Persyaratan mutu tersebut meliputi parameter sensori, kadar air, clean
anhydrous weed (CAW), dan fisik (benda asing).
Dalam standar perdagangan rumput laut antara lain dinyatakan bahwa
benda asing yang terdiri atas pasir, batu karang, dan lainnya tidak lebih dari 5%
dan kadar air 30 – 35%. Kadar air yang terlalu tinggi (>37%) akan menyebabkan
tingkat penyusutan yang tinggi selama perjalanan, terutama yang menggunakan
kontainer. Selain itu, kotoran seperti pasir atau lumut akan lebih mudah
menempel. Kadar air yang optimal akan sangat membantu meningkatkan
rendemen (yield)

Tabel 11.1. Persyaratan mutu rumput laut kering berdasarkan sni 2690.1.2009
Jenis Uji Satuan Euchema sp.
a. Sensori Angka (1-9) 7
b. Kimia :
- Kadar air % fraksi massa 30 – 35
- Clean anhydrous weed % fraksi massa Minimal 30
(CAW)
c. Fisik :
- Benda asing % fraksi massa Maksimal 5

Penilaian sensori rumput laut kering terlihat menggunakan 3 atribut mutu


yaitu kenampakan, bau, dan tekstur. Secara sensoris, rumput laut kering memiliki
karakteristik yang bersih, transparan mengilat, warna spesifik jenis, thallus besar
spesifik jenis, bau spesifik jenis rumput laut, dan tekstur tidak mudah patah antara
batang dan cabang (thallus).

Tabel 11.2. Penilaian sensori rumput laut kering (score sheet)


Atribut Mutu Sensori Nilai
1. Kenampakan
Bersih, warna spesifik jenis merata, cerah 9
Sedikit kurang bersih, warna spesifik jenis merata, kurang 7
cerah
Kurang bersih, warna spesifik jenis tidak merata, kurang cerah 5
Kotor, warna spesifik jenis tidak merata, kusam 3
Kotor, warna spesifik jenis tidak merata, sangat kusam 1
2. Bau
Spesifik jenis rumput laut 9
Spesifik jenis rumput laut berkurang 7
Netral 5
Agak amis, sedikit apek 3
Amis dan Apek 1

Atribut Mutu Sensori Nilai


3. Tekstur
Kering merata, liat tidak mudah dipatahkan 9
Cukup kering, kurang merata, liat tidak mudah 7
dipatahkan
Lembab,liat agak mudah dipatahkan 5
Mudah dipatahkan 3
Mudah sekali dipatahkan 1

F. Penanganan Limbah

Pada proses pembuatan ATC, perbandingan antara bahan baku dengan air
pada tahap netralisasi (setelah ekstraksi alkali rumput laut) mencapai 1 : 40 (w/v)
sehingga limbah cair yang dihasilkan sangat besar. Hal ini menimbulkan masalah
serius terhadap pencemaran lingkungan. Hal itu karena limbah cair yang
dihasilkan dari proses pengolahan ATC memiliki karakteristik alkalinitas yang
tinggi pH antara 12 – 13, memiliki kandungan organik, serta padatan terlarut yang
tinggi. Dengan demikian, pembuangan limbah ke lingkungan tanpa melalui proses
penanganan yang baik akan mengancam keberlangsungan ekosistem yang berada
di sekitarnya.
Dengan melakukan daur ulang pada limbah cair, pengolahan ATC akan
mengefisienkan penggunaan air sekaligus mengurangi masalah pencemaran
lingkungan. Daur ulang limbah cair dapat menurunkan jumlah Total Dissolve
Solid (TDS) dan Biologycal Oxygen (BOD) hingga 56,60% dan 60,66%. Selain
itu, nilai pH, kekeruhan, bau, warna limbah juga akan menurun. Dengan
pengolahan tersebut, limbah cair dapat didaur ulang hingga 5 kali untuk proses
pengolahan ATC selanjutnya.

G. Sanitasi dan Hygiene Pabrik Pengolahan ATC

Setiap usaha pengolahan hasil perikanan harus menerapkan cara produksi


pangan olahan yang baik (GMP/Good Manufacturing Practice) yang telah diatur
dalam keputusan Menteri Kesehatan RI No. 23/Men.Kes/SK/I/2010. Begitu pula
dalam pengolahan rumput laut menjadi ATC harus memperhatikan cara produksi
pangan olahan yang baik pula. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah
mengeluarkan pengaturan No. Per. 19/MEN/2010 tentang pengadilan sistem
jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan.
Sanitasi dan hygiene merupakan aspek yang sangat pentiing sebagai
jaminan bagi konsumen atas keamanan konsumsi produk yang dihasilkan.
Produsen makanan atau bahan makanan harus menjamin konsumen dari bahan
bahaya, baik biologis, kimia, maupun fisik. Bahaya biologis terkait dengan
cemaran mikroba penyebab penyakit, virus, maupun parasit. Bahaya kimia terkait
dengan cemaran mikroba penyebab penyakit, virus, maupun parasit. Bahaya kimia
terkait dengan adanya residu bahan kimia berbahaya yang ada dalam produk dan
bisa membahayakan konsumen. Sementara itu, bahaya fisik termasuk di dalamnya
terkontaminasinya produk oleh benda-benda berbahaya seperti pecahan gelas,
potongan kayu, dan paku. Berikut persyaratan sanitasi ruang produksi:
1. Ruang kerja cukup luas agar semua proses dapat berjalan lancar.
2. Rancang bangun harus sedemikian rupa sehingga memudahkan pembersihan
dan pengawasan hygiene produk.
3. Bangunan dan peralatan harus dirancang untuk mencegah masuknya tikus dan
kontaminasi lainnya seperti asap dan debu.
4. Bangunan dan peralatan harus dirancang agar diperoleh hygiene yang baik
dengan cara mengatur aliran proses dari saat bahan tiba sampai prosuk akhir.

Dalam proses produksi ATC; kebersihan bahan baku, perlatan, sarana


produksi, dan produk yang dihasilkan harus diupayakan sebaik mungkin.
Peralatan yang digunakann dalam industri pangan sebaiknya menggunakan bahan
yang berasal dari stainlees steel yang tingkat korosifitasnya sangat kecil sehingga
akan memudahkan perawatan. Selain itu, dengan alasan tingkat keamanan pangan,
lapisan stainlees steel tidak akan mengontaminasi produk yang sedang diproses.
Semua peralatan yang digunakan harus dicuci dengan detergen setelah
proses produsi selesai, dibilas sampai bersih, dan dilap dengan kain sampai
kering. Dalam hal ini, sanitasi adalah langkah pemberian sanitizer secara kimia
atau perlakuan fisik yang dapat mereduksi popoulasi mikroba pada fasilitas dan
peralatan pabrik. Paling tidak, terdapat 4 macam desinfektan yang lazim
digunakan dalam proses pengolahan pangan yang dibedakan menurut komponen
utama yang dikandungnya, yaitu desinfektan berbahan dasar klorin, desinfektan
berbahan dasar iodin, senyawa amonium kuartener (Quats), dan sufaktan anionik
asam. Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam penggunaan desinfektan
karena berpengaruh terhadap efektivitas. Faktor tersebut antara lain waktu kontak,
suhu, konsentrasi, pH, kebersihan alat, dan ada tidaknya bahan pengganggu.
Waktu kontak minum yang efektif bagi proses desinfeksi adalah 2 menit dan ada
interval 1 menit antara desinfeksi dengan penggunaan alat. Suhu yang disarankan
untuk desinfeksi antara 21,1 – 37,80C.
Desain lantai pabrik harus dibuat dengan kemiringan yang cukup untuk
memudahkan pencucian dan penyemprotan. Penyemprotan lantai sebaiknya
dilakukan selesai proses produksi disertai dengan penyikatan untuk membersihkan
sisa-sisa proses ekstraksi ATC. Untuk menjaga lingkungan pabrik dari
perkembangan bakteri, dapat dilakukan dengan klorinasi. Klorinasi dalam pabrik
tidak perlu seketat pada pabrik pengolahan ikan karena keraginan bukanlah
sumber nutrisi yang baik untuk perkembangan jumlah bakteri. Klorinasi dapat
dilakukan dengan larutan klorin 100 ppm yang dilakukan 3 – 7 hari sekali,
tergantung kondisi pengolahan serta harus mempertimbangkan biaya serta
keselamatan peralatan pengolahan dan korosi. Menjaga kondisi pabrik agar tetap
kering merupakan salah satu upaya untuk mencegah berkembangnya jumlah
bakteri yang tidak dikehendaki.
Hygiene karyawan dalam pengolahan ATC juga perlu diperhatikan karena
langsung berhubungan dengan produk yang diolah. Penggunaan baju kerja serta
penutup kepala dan mulut sangat dianjurkan untuk mencegah kontaminasi produk
dari rambut serta bakteri dari mulut karyawan. Karyawan juga tidak
diperkenankan memakai perhiasan selama bekerja untuk menghindari jatuhnya
bagian perhiasan ke dalam produk dan dapat menjadi ancaman bahaya fisik.
Pekerja pada pengolahan industri pangan sebaiknya memakai sarung tangan
plastik steril. Hal itu karena luka-luka atau iritasi yang ada pada kulit adalah
tempat yang baik bagi sejumlah besar bakteri Staphylococcus aureus sehingga
harus ditutup. Batuk atau bersin disekitar bahan pangan juga sebaiknya dihindari
dan tangan tidak boleh bersentuhan langsung dengan muka dan hidung. Hal ini
yang harus diperhatikan adalah desain pabrik untuk menghindari masuknya
binatang seperti tikus yang dapat menyebabkan kontaminasi produk. Tikus-tikus
ini dapat menjadi pembawa bakteri berbahaya bagi manusia seperti Salmonella
typhimurium, S. Enteriditis, dan S. Newport. Kontrol terhadap tikus pentingdan
harus dijaga dari bahan baku, produk ATC, penjemuran, serta gudang barang.
CAKRAWALA

“ATC-Chips”
Merupakan olahan dari rumput laut jenis
Eucheuma cottonii. Harga rumput laut
kering yang belum melewati proses
pengolahan hanya berkisar Rp. 15.000 –
20.000/kg. Tahukah kalian bahwa
Dengan mengolah rumput laut menjadi
ATC dipasaran luar negeri harga ATC
berkisar antara US$8,20 - US$8,58 /kg
Gambar. ATC-Chips
Sumber: https://indonesian.alibaba.com/product-detail/alkali-treated-chips-atc--
50038592223.html

Salah satu cara untuk memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dapat di
penuhi dengan memilih bahan baku yang baik, dengan tingkat kekeringan rumput
laut max 30%
JELAJAH INTERNET

Untuk mengetahui lebih luas mengenai pengolahan rumput


laut menjadi ATC kalian dapat mempelajarinya secara
mandiri dari internet. Dari internet kita dapat mengetahui
lebih luas lagi hasil olahan produk pangan rumput laut disertai
video pembelajarannya. Salah satunya website yang dapat kita
kunjungi untuk menambah pengetahuan dan pemahaman
kalian adalah sebagai berikut :
http://www.jasuda.net/litbangdtl.php?judul=Proses%20Pengolahan%20Rumput
%20Laut%20menjadi%20ATC%20Chips&hlm=150
LEMBAR PRAKTIKUM

Lembar kerja 1
Lembar kerja Siswa (LKS)/WORKSHEET

Judul :Melakukan pengolahan rumput laut menjadi ATC


Mata Pelajaran/Kompetensi : Teknik Pengolahan Rumput laut
Kompetensi Dasar : Mengolah Rumput Laut Menjadi ATC
Kelas : XI ARL
Alokasi Waktu : 7 x 45 menit

I.Tujuan
1. Siswa dapat menyiapkan alat dan bahan pengolahan rumput laut menjadi
ATC
2. Siswa mampu melakukan pengolahan rumput laut menjadi ATC

II. Alat
1. Panci stainless
2. Kompor
3. pH meter
4. Thermometer
5. Timer
6. Batang pengaduk
7. Pisau
8. Talenan
9. Timbangan
10. Baskom
11. Gelas ukur
12. Kaos tangan karet
13. Masker

III. Bahan
1. Rumput laut kering
2. Air tawar
3. Kalium Hidroksida (KOH)

IV.Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Gunakan pakaian kerja saat melakukan kegiatan di lapangan sesui kaidah
K3
2. Lakukan kegiatan dengan berhati-hati
3. Jaga kebersihan lingkungan dan alat praktik
4. Kembalikan peralatan praktik ke tempat semula dalam kondisi kering,
bersih dan rapi
V.Langkah Kerja
1. Siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan sebelum melakukan praktik
pengolahan ATC
2. Cucilah rumput laut sambil dibersihkan dari kotoran, seperti pasir, batu-
batuan, kemudian dipisahkan dari jenis yang satu dengan yang lain.
3. Timbanglah rumput laut yang telah bersih seberat 200 gr
4. Timbanglah KOH seberat 200-400 gr
5. Siapkan air tawar untuk membuat larutan KOH konsentrasi 80% sebanyak
6-8 kali berat rumput laut (sampai rumput laut terendam semua)
6. Panaskan larutan KOH sampai mencapai suhu 70-800C
7. Masukkan rumput laut kedalam larutan KOH tersebut
8. Masaklah rumput laut selama kurang lebih 2- 3 jam
9. Cucilah rumput laut berulang –ulang dengan air tawar hingga pH netral (7-
8)
10. Potonglah rumput laut dengan ukuran 5-7 cm
11. Keringkan rumput laut di bawah sinar matahari/menggunakan oven
12. Lakukan penyortiran sebelum di kemas
13. Lakukan pengemasan ATC
V. Hasil
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................
VI. Pembahasan
....................................................................................................................................
............
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
........................................................................
VII. Kesimpulan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................
VIII. Penilaian

Nilai Keterangan

...................,................
........

Peserta Didik Guru

........................ ..........................
Nis NIP.

Lembar kerja 2
Lembar kerja Siswa (LKS)/WORKSHEET

Judul :Melakukan pengeringan rumput laut ATC


Mata Pelajaran/Kompetensi :Teknik Pengolahan Rumput Laut
Kompetensi Dasar :Mengolah Rumput laut Menjadi ATC
Kelas : XI
Alokasi Waktu : 21 x 45 Menit

I. Tujuan
1. Siswa dapat menyiapkan alat dan bahan dalam pengeringan rumput laut
ATC
2. Siswa mampu melakukan pengeringan rumput laut ATC

II. Alat
1. Timbangan
2. Garpu tala/pengeruk
3. Kaos tangan
4. Plastik/terpal
5. Ember
6. Gerobak

III. Bahan
1.Rumput laut ATC

IV. Kesehatan dan Keselamatan Kerja


1. Gunakan pakaian kerja saat melakukan kegiatan di lapangan sesui kaidah K3
2. Lakukan kegiatan dengan berhati-hati
3. Jaga kebersihan lingkungan dan alat praktik
4. Kembalikan peralatan praktik ke tempat semula dalam kondisi kering, bersih
dan rapi

V.Langkah Kerja

1. Siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan sebelum melakukan pengeringan


rumput laut
2. Bersihkanlah rumput laut dari kotoran
3. Bersihkanlah tempat yang akan dijadikan sebagai sarana penjemuran
4. Timbanglah berat rumput laut sebelum dijemur
5. Bawalah rumput ke lokasi penjemuran dengan meggunkan gerobak/ember
6. Lakukanlah Pengeringan/Penjemuran dengan menabur rata rumput laut
(ketebalan ±3cm)
7. Catatlah dan dokumtasikan perubahan warna dan fisik rumput laut ATC selama
pengeringan
8. Timbanglah berat rumput laut ATC setelah dikeringkan
9. Hitunglah remendemen dari rumput laut tersebut
VI.Hasil
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................
VII. Pembahasan
....................................................................................................................................
............
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
........................................................................
VIII. Kesimpulan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................
IX. Penilaian

Nilai Keterangan

Peserta Didik Guru

........................ ......................
Nis NIP

Lembar kerja 3
Lembar kerja Siswa (LKS)/WORKSHEET

Judul :Melakukan pengemasan rumput laut kering


Mata Pelajaran/Kompetensi : Teknik Pengolahan Rumput Laut
Kompetensi Dasar : Mengolah rumput laut menjadi ATC
Kelas : XI
Alokasi Waktu : 7 x 45 menit

I. Tujuan
1. Siswa dapat menyiapkan alat dan bahan dalam pengemasan rumput laut
kering ATC
2. Siswa mampu melakukan pengemasan rumput laut kering ATC

II. Alat
1. Modul/buku
2. Timbangan
3. Ember
4. Alat pengayak/saringan
5. Kaos tangan
6. Jarum
7. Benang/tali nilon
8. Alat tulis

III. Bahan
1.Rumput laut kering ATC
2. Karung Goni/Karung plastik/Bahan pengemas

IV.Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Gunakan pakaian kerja saat melakukan kegiatan di lapangan sesui kaidah K3


2. Lakukan kegiatan dengan berhati-hati
3. Jaga kebersihan lingkungan dan alat praktik
4. Kembalikan peralatan praktik ke tempat semula dalam kondisi kering, bersih
dan rapi

V.Langkah Kerja
1. Siapkan peralatan dan bahan yang diperlukan sebelum melakukan pengemasan
rumput laut
2. Timbang berat kering rumput laut ATC
3. Ayaklah rumput laut untuk memisahkannya dari kotoran yang masih melekat
4. Timbanglah rumput laut setelah pengayakan
5. Kemaslah rumput laut kedalam karung goni/karung plastik /bahan kemasan
lain yang telah disediakan
6. Timbanglah rumput laut yang telah dimasukkan ke dalam karung
7. Berat rumput laut = Berat total – Berat karung
8. Tulislah dikertas label : Jenis rumput laut, Berat Bersih, Kode Kelompok
9. Simpanlah karung yang berisi rumput laut ATC ditempat yang kering dan
baik.

VI. Hasil
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................
VII. Pembahasan
....................................................................................................................................
............
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
........................................................................
VIII. Kesimpulan
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
......................................................
IX. Penilaian
Nilai Keterangan

...................,................
........

Peserta Didik Guru

........................ ..........................
Nis NIP.
RANGKUMAN
Dari pembelajaran pada bab ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. ATC merupakan produk setengah jadi yang digunakan sebagai bahan
baku untuk olahan produk lain , seperti semi refined carraginan (SRC),
Refined Carragenan (RC) atau karaginan murni. Namun, jika dilihat dari
proses dan produk yang dihasilkan, pengolahan ATC sebenarnya
merupakan cara pengawetan rumput laut sekaligus memperbaiki mutu
produk, terutama gel strength (kekuatan gel)
2. Pengawetan metode ATC dilakukan dengan alkali panas sehingga rumput
laut lebih awet dan memiliki gel trenght yang lebih baik. Setelah
diawetkan dengan alkali panas, rumput laut dicuci, dikeringkan, lalu
produknya dicacah menjadi potongan –potongan kecil atau chips sehingga
sering juga disebut ATC Chips.
3. ATC umumnya digunakan sebagai produk antara bahan baku untuk
pengolahan karaginan murni yang digunakan sebagai penstabil,pengental
dan pengemulsi. Karagina atau ATC dikenal sebagai bahan tambahan pada
industry pangan dan non pangan,keramik, coating,dsb.
4. Rhodophyceae (ganggang merah) merupakan jenis rumput laut yang ada di
indonesia. Euchema cottonii merupakan salah satu contoh spesies rumput
laut merah yang sudah banyak dipergunakan sebagai bahan baku utama
ATC
5. Beberapa jenis Eucheuma memiliki peranan penting dalam dunia
perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak karaginan. Kadar
karaginan dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54 – 73 %
tergantung pada jenis dan lokasi tempat tumbuhnya.
6. Berikut tahapan pengolahan ATC yang dilakukan pada rumput laut:
Pembersihan dan Sortasi, perendaman dalam alkali panas, pencucian,
pengeringan dan pemotongan, dan pengemasan
7. Rumput laut kering harus bersih, bebas dari sifat-sifat alamiah lain yang
dapat menurunkan mutu serta tidak membahayakan kesehatan. Persyaratan
mutu tersebut meliputi parameter sensori, kadar air, clean anhydrous weed
(CAW), dan fisik (benda asing).
8. Dalam standar perdagangan rumput laut antara lain dinyatakan bahwa
benda asing yang terdiri atas pasir, batu karang, dan lainnya tidak lebih
dari 5% dan kadar air 30 – 35%. Kadar air yang terlalu tinggi (>37%) akan
menyebabkan tingkat penyusutan yang tinggi selama perjalanan, terutama
yang menggunakan kontainer.
9. Dengan melakukan daur ulang pada limbah cair, pengolahan ATC akan
mengefisienkan penggunaan air sekaligus mengurangi masalah
pencemaran lingkungan. Daur ulang limbah cair dapat menurunkan jumlah
Total Dissolve Solid (TDS) dan Biologycal Oxygen (BOD) hingga 56,60%
dan 60,66%. Selain itu, nilai pH, kekeruhan, bau, warna limbah juga akan
menurun. Dengan pengolahan tersebut, limbah cair dapat didaur ulang
hingga 5 kali untuk proses pengolahan ATC selanjutnya.
10. Hygiene karyawan dalam pengolahan ATC juga perlu diperhatikan karena
langsung berhubungan dengan produk yang diolah. Penggunaan baju kerja
serta penutup kepala dan mulut sangat dianjurkan untuk mencegah
kontaminasi produk dari rambut serta bakteri dari mulut karyawan.

TUGAS MANDIRI

Setelah mempelajari materi tentang mengolah rumput laut menjadi ATC,


lakukanlah observasi di lingkungan sekitar anda amatilah kegiatan yang dilakukan
oleh masyarakat /UMKM /Industri pengolahan rumput laut yang berkaitan dengan
mengolah rumput laut menjadi ATC, Kemudian lakukanlah tugas dibawah ini:
1. Dokumentasikan semua kegiatan yang kalian amati
2. Catatlah beberapa kegiatan yang mereka lakukan yang tidak didapatkan di
kegiatan pembelajaran
3. Diskusikanlah hal tersebut dengan kelompokmu dan presentasekan di depan
kelas pada pertemuan selanjutnya

PENILAIAN MANDIRI
Kerjakanlah soal –soal dibawah ini dengan baik dan benar
1. Jelaskan apa yang kalian ketahu tentang ATC!
2. Mengapa dalam proses pengolahan rumput laut menjadi ATC, menggunakan
larutan alkali?
3. Jelaskan perbandingan antara air dan rumput laut yang akan diolah menjadi
ATC!
4. Apa tujuan utama dilakukan pengolahan rumput laut kering menjadi produk
ATC!
5. Apa yang kalian ketahu tentang bahan pembantu/penolong!
6. Jelaskan tipe ATC berdasarkan cara atau proses pengolahannya!
7. Jelaskan morfologi dari Eucheuma cottonii!
8. Jelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi kulitas bahan baku ATC!
9. Mengapa pencucian rumput laut yang telah menjadi ATC harus berulang –
ulang!
10. Jelaskan cara penanganan ATC-chips yang di simpan digudang!

REFLEKSI

Setelah mempelajari dan memahami pengolahan rumput laut menjadi ATC pada
bab ini, menurut anda apakah anda telah menguasai seluruh materi pembelajaran
ini? Jika ada materi yang belum dikuasai tulis materi apa saja. Anda boleh
berdiskusi dengan teman maupun guru anda sehingga pemahaman anda pada
materi ini bisa anda gunakan untuk mengikuti materi selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai