Anda di halaman 1dari 40

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN TEKANAN


DARAH KARYAWAN DI KLINIK BPKP
PROVINSI BALI

Oleh:

NI NYOMAN ASTUTIARI
C2122172

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah merupakan indikator penting dalam sistem sirkulasi

tubuh yang menjadi parameter fisik kesehatan tubuh (Aditya, Riyadi, &

Darjat, 2016; Fitriani & Nilamsari, 2017). Tekanan darah menjadi faktor

penting dalam kesehatan karena pada kondisi tertentu tekanan darah bisa

mengalami perubahan dan menimbulkan gangguan umum pada pembuluh

darah, yakni hipertensi (Agustina & Sari, 2021). Hipertensi merupakan

kondisi meningkatnya tekanan darah di atas ambang batas normal dan

merupakan penyakit tidak menular (PTM) yang bersifat kronis dan dapat

menyebabkan komplikasi pada beberapa organ tubuh (Aprillia, 2020).

Kondisi hipertensi menjadi perhatian serius secara global karena merupakan

menjadi salah satu penyebab kematian utama di negara-negara maju maupun

negara berkembang (Mahmudah, 2019).

Hipertensi diperkirakan diderita 1,28 miliar orang dewasa usia 30-79

tahun di seluruh dunia dan sekitar 46% diperkirakan tidak menyadari dirinya

mengalami kondisi hipertensi (World Health Organization, 2023). Studi lim

tahunan yang diselengarakan Kementerian Kesehatan RI melalui Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyatakan bahwa jumlah penderita hipertensi

di Indonesia mencapai 34,1% meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 25,8%

pada tahun 2013 (Riskesdas, 2018). Jumlah penderita hipertensi di Provinsi


1
2

Bali diperkirakan mencapai 555.184 orang dengan Kota terbanyak penderita

hipertensi ada di Kota Denpasar yakni sebanyak 126.830 orang (Dinas

Kesehatan Provinsi Bali, 2022).

Terjadinya perubahan berupa peningkatan tekanan darah dapat terjadi

karena pengaruh berbagai faktor salah satunya adalah kondisi stres

(Setyawan, 2017). Stres dapat ditimbulkan dari berbagai peristiwa yang

dialami seseorang sebagai akibat ketidakmampuan dalam menghadapi

peristiwa yang terjadi (Safitri & Gilang, 2019). Umumnya, kondisi stres dapat

memicu hormon adrenalin dalam tubuh sehingga memabut jantung memompa

darah lebih cepat dan mengakibatkan tekanan darah meningkat (Kurniawan &

Sulaiman, 2019). Kondisi stres terjadi karena banyak peristiwa, adapun salah

satu kondisi stres yang dianggap berkontribusi pada perubahan tekanan darah

ialah stres kerja (Putri, 2018).

Stres kerja merupakan kesadaran khusus yang dialami terkait adanya

perasaan disfungsi pribadi sebagai hasil dari kondisi atau kejadian dalam

lingkungan kerja (Sudja’i, Issalillah, Khayru, Darmawan, & Amri, 2021).

Penelitian oleh Rusnoto & Hermawan (2018) mendapatkan bahwa stress

kerja yang terjadi karena adanya tuntutan pekerjaan membuat karyawan

menjadi tertekan dan rasa tertekan tersebut dapat membuat tekanan darah

menjadi meningkat. Stres kerja juga menimbulkan dampak psikologis seperti

adanya ketidakpuasan kerja, ketegangan, kecemasan perasaan kesal (Faridah,

Yulisetyaningrum, Rustono, & Hermawan, 2017). Respon psikologis dan

kondisi stres tersebut akan mengirimkan sinyal pada tubuh khusunya pada
3

otak yang kemudian bereaksi dengan mengeluarkan hormon stres berupa

hormon adrenalin dan kortisol, dimana peningkatan hormon tersebut memacu

jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat sehingga tekanan darah akan

meningkat (Nurwidhiana, Handari, & Latifah, 2018).

Studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Klinik BPKP Provinsi Bali

pada tanggal 20 Maret 2023 menunjukkan hasil pemeriksaan tekanan darah

didapatkan bahwa rata-rata tekanan darah karyawan di BPKP Provinsi Bali

adalah 130-140 mmHg pada sistole dan 80-90 mmHg pada diastole. Hasil

wawancara pada 10 karyawan BPKP Provinsi Bali didapatkan bahwa tujuh

dari 10 orang tersebut sering mengalami sakit kepala ketika bekerja, perasaan

bosan dan merasa beban atas tuntutan kerja yang harus diselesaikan,

sementara tiga orang lainnya mengatakan sering merasa cepat lelah, merasa

cepat tersinggung dan mudah marah. Hasil wawancara tersebut menunjukkan

bahwa sebagian besar responden mengeluhkan gejala adanya stres kerja.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, fenomena dan paparan teori serta studi-

studi terdahulu yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin mengetahui lebih

lanjut terkait hubungan stres kerja dengan tekanan darah karyawan di Klinik

BPKP Provinsi Bali.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “apakah ada hubungan

stres kerja dengan tekanan darah karyawan di Klinik BPKP Provinsi Bali?”
4

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres kerja

dengan tekanan darah karyawan di Klinik BPKP Provinsi Bali

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini diuraikan dalam beberapa poin

berikut:

a. Mengidentifikasi tingkat stres kerja yang dialami karyawan BPKP

Provinsi Bali

b. Mengidentifikasi tekanan darah sistole dan diastole karyawan BPKP

Provinsi Bali

c. Menganalisis hubungan stres kerja dengan tekanan darah karyawan di

Klinik BPKP Provinsi Bali

D. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini dapat meningkatkan pelayanan keperawatan

khususnya pada pelayanan edukasi dan informasi kesehatan pada klien

terkait adanya keterkaitan faktor stres dengan hasil pemeriksaan tekanan

darah

2. Masyarakat

Penelitian ini dapat menjadi media bacaan bagi masyarakat

(pekerja) dalam mempertahankan kondisi kesehatan agar tidak


5

mengalami masalah pada tekanan darah akibat mengalami stres dalam

bekerja.

3. Institusi Pendidikan

Penelitian ini dapat menjadi sebagai salah satu evidence based

dalam pembelajaran terkait faktor yang dapat mempengaruhi tekanan

darah seseorang.

4. Pengembangan Ilmu Keperawatan

Penelitian ini dapat bermanfaat dapat menjadi bukti hubungan

antara stres kerja dengan tekanan darah sehingga bisa menjadi salah satu

referensi dalam pengembangan ilmu keperawatan.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian berjudul “Hubungan Shift Kerja Dengan Tekanan Darah Pada

Perawat di Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam” (Rusdani &

Yulia, 2019). Penelitian tersebut merupakan penelitian kuantitatif dengan

desain penelitian analitik observasional menggunakan pendekatan cross

sectional. Subjek penelitian adalah perawat di Rumah Sakit Camatha

Sahidya Kota Batam Tahun 2018 sebanyak 98 sampel yang dipilih

menggunakan metode total sampling. Teknik pengumpulan data dengan

pengukuran tekanan darah dan kemudian dianalisis dengan analisis uji

Chi Square. Hasil Penelitian menunjukkan ada hubungan antara shift

kerja dengan tekanan darah pada perawat di Rumah Sakit Camatha

Sahidya Kota Batam tahun 2018 dengan nilai p=0.035(<0.05).


6

2. Penelitian yang berjudul “Hubungan Beban Kerja dengan Kejadian

Hipertensi pada Petani di Wilayah Kerja Puskesmas Panti Kabupaten

Jember Tahun 2020” (Andriani, Rasni, Susanto, Susumaningrum, &

Siswoyo, 2021). Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menganalisis

hubungan beban kerja dengan kejadian hipertensi pada petani di wilayah

kerja Puskesmas Panti Kabupaten Jember. Metode penelitian

menggunakan desain cross sectional dengan sampel sebanyak 248

responden ditentukan melalui Stratified Random Sampling dengan.

Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner NASA-TLX (Task Load

Index) dan diukur menggunakan sphygmomanometer digital. Analisa

data menggunakan uji Chi Square dan didapatkan hasil tidak ada

hubungan beban kerja dengan kejadian hipertensi sistolik (X2 = 0.881; p

value = 0.830), dan hipertensi diastolik (X2 =0.650; p value =0.885).

3. Penelitian yang berjudul “Hubungan Kelelahan Kerja dengan Kejadian

Hipertensi pada Petani di Kecamatan Panti Kabupaten Jember” (Wijaya,

2021). Penelitian menggunakan desain analitik observasional dengan

pengumpulan data kuantitatif melalui pendekatan studi cross-sectional.

Jumlah sampel sebanyak 248 responden ditentukan dengan stratified

random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner kelelahan

kerja yaitu Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI) dan alat

sphygmomanometer digital. Data di analisis menggunakan uji Chi-

Square dan didapatkan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat

hubungan antara kelelahan kerja dengan kejadian hipertensi sistole (x2=


7

86,938; p value = <0,001) dan kejadian hipertensi diastole (x2= 20,964; p

value = <0,001) pada petani di Kecamatan Panti Kabupaten Jember.

Penelitian-penelitian di atas memiliki beberapa perbedaan dengan

penelitian yang akan dilakukan saat ini. Adapun perbedaan penelitian dapat

diidentifikasi pada:

1. Variabel penelitian, yaitu penelitian yang akan dilakukan menggunakan

variabel stres kerja sebagai variabel independen dan tekanan darah

sebagai variabel dependen.

2. Karakteristik sampel penelitian, yaitu penelitian saat ini akan melibatkan

karyawan (pekerja) di BPKP Provinsi Bali dengan jenis pekerjaan, tugas

serta beban yang berbeda dari sampel penelitian-penelitian terdahulu

lainnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Stres Kerja

1. Definisi

Stres kerja didefinisikan sebagai suatu kondisi dari interaksi

manusia dengan pekerjaannya berupa adanya ketegangan yang

menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang

mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seorang karyawan

(Asih, Widhiastuti, & Dewi, 2018). Stres kerja juga dapat didefinisikan

sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi tuntutan-tuntutan

pekerjaannya sehingga menimbulkan rasa tidak tenang dan tidak nyaman

(Septiani & Siregar, 2022). Definisi serupa disampaikan Stres kerja

merupakan respon individu terhadap pekerjaannya akibat

ketidakmampuan untuk melakukan kerja sehingga merasa tidak nyaman

dan tidak senang dengan pekerjaannya (Sisca et al., 2022). Peneliti

terdahulu yaitu Parashakti & Ekhsan (2022) dalam penelitiannya yang

berjudul “Peran Burnout sebagai Mediasi pada Pengaruh Stres Kerja

Terhadap Kinerja Karyawan” mengungkapkan bahwa stres kerja ialah

tekanan yang dirasakan karyawan karena tidak dapat memenuhi tugas

pekerjaannya (p=0,000).

8
9

2. Penyebab dan Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja

Stres Kerja dapat terjadi karena pengaruh beberapa hal berikut:

(Marliani, 2015)

a. Faktor lingkungan kerja

1) Kondisi lingkungan fisik

Kondisi lingkungan kerja fisik seperti ruangan yang terlalu

panas menyebabkan ketidaknyamanan karyawan dalam

melaksanakan pekerjaannya, suara bising seperti suara mesin

pabrik bisa memberikan andil yang besar terhadap munculnya

stress kerja sebab beberapa orang sangat sensitif pada kebisingan

dibandingankan dengan karyawan lain. Hal tersebut didukung

penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa ada hubungan

antara suasana kerja dengan stres kerja (p-value 0,028) sebab

lingkungan kerja yang baik dan kondusif dapat menciptakan

semangat kerja yang tinggi, membantu peningkatan produktivitas

sehingga pekerjaan menjadi nyaman dan menyenangkan serta

stres kerja tidak terjadi (Wahyudi, Marisdayana, & Husaini,

2020).

2) Manajemen yang tidak sehat

Banyak karyawan mengalami stress kerja ketika gaya

kepemimpinan para manajernya cenderung neurotis, yaitu

seorang pemimpin yang sangat sensitif, tidak percaya orang lain

(khususnya bawahan), perfeksionis, terlalu mendramatisasi


10

suasana hati atau peristiwa, selalu curiga terhadap bawahannya,

membesarkan peristiwa atau kejadian sepele dapat menyebabkan

karyawan tidak leluasa menjalankan pekerjaannya yang berujung

pada munculnya stres kerja. Penjelasaan tersebut didukung

penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa ada hubungan gaya

kepemimpinan dengan stres kerja (p=0,049) (Aulia, Muslim,

Faradisha, & Jayati, 2022)

b. Faktor pribadi dapat memicu timbulnya stres kerja, seperti:

1) Tidak adanya dukungan sosial

Stress akan muncul pada karyawan yang tidak mendapat

dukungan sosial berupa dukungan dari lingkungan pekerjaan

(seperti dukungan dari atasan, rekan kerja, ataupun bawahan)

serta dukungan dari keluarga. Teori tersebut sejalan dengan

penelitian yang mengungkapkan bahwa ada hubungan dukungan

sosial dengan stres kerja (p=0,000), dimana semakin tinggi

dukungan sosial yang diterimamaka semakin rendah juga tingkat

kecemasan dan stres yang dialami (Weken, Mongan, &

Kekenusa, 2020).

2) Tidak adanya kesempatan untuk berpartisispasi dalam

pengambilan keputusan di perusahaan atau organisasi.

Hal ini berkaitan dengan hak dan kewenangan karyawan

dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya, yakni banyak

karyawan mengalami stress kerja ketika mereka tidak dapat


11

memutuskan persoalan yang menjadi tanggung jawab dan

kewenangannya. Stress kerja juga dapat terjadi ketika karyawan

tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut

diri karyawan. Penjelasaan tersebut didukung penelitian

terdahulu yang menyatakan bahwa pemimpin yang baik

(demokratis) akan memberikan kesempatan kepada pegawai

untuk mengomunikasikan ide dan pendapat mereka sehingga

membuat pegawai merasa kalau keberadaan mereka dibutuhkan

oleh organisasi (p=0,049) (Aulia et al., 2022)

3) Tipe Kepribadian.

Karyawan dengan kepribadian tipe A cenderung mengalami

stress dibandingkan dengan kepribadian tipe B karena

kepribadian tipe A ini sering merasa diburu-buru dalam

melaksanakan pekerjaannya, tidak sabar, konsentrasi pada lebih

dari satu pekerjaan pada waktu yang sama, cenderung tidak puas

terhadap hidup, cenderung berkompetisi dengan karyawan lain

meskipun dalam situasi yang non kompetitif. Hal tersebut

didukung dan sejalan dengan penelitian terdahulu yang

mengungkakan bahwa ada hubungan tipe kepribadian dengan

stres kerja yakni apabila karyawan semakin memiliki

kecendrungan perilaku sesuai dengan ciri-ciri kepribadian

introvert, maka semakin tinggi stres kerja yang akan dialami oleh

karyawan (p=0,001) (Maulina & Lukito, 2020)


12

4) Peristiwa/pengalaman pribadi

Stres kerja sering disebabkan pengalaman pribadi yang

menyakitkan, kematian pasangan, perceraian, sekolah, anak sakit

atau gagal sekolah, kehamilan tidak diinginkan, peristiwa

traumatis, atau menghadapi masalah pelanggran hukum. Hal

tersebut dibuktikan oleh penelitian terdahulu yang menyatakan

bahwa terdapat pengaruh loneliness terhadap job stress pekerja

(p=0,034) (Trisnasari & Wicaksono, 2021).

3. Gejala Stres Kerja

Stres Kerja dapat ditunjukkan oleh beberapa gejala berikut:

(Robbins dan Timothy dalam Asih et al., 2018)

a. Gejala Fisiologis

Stres dapat menimbulkan perubahan pada metabolism tubuh

seperti meningkatkan fungsi jantung, tingkat pernapasan dan tekanan

darah, membawa sakit kepala bahkan apabila berlangsung lama

dapat menimbulkan serangan jantung. Teori di atas didukung oleh

penelitian terdahulu dari Rusnoto & Hermawan (2018) yang

mengungkakan bahwa stres kerja menimbulkan gejala fisiologis

salah satunya peningkatan tekanan darah (p=0,000).

b. Gejala Psikologis

Stres memperlihatkan dirinya sendiri dalam keadaan psikologis

seperti ketegangan, kecemasan, sifat lekas marah, kebosanan, dan


13

penundaan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang

menemukan bahwa stress kerja dapat menimbulkan gejala kejenuhan

(burnout) (p=0,002)(Wardhani, Muchtar, & Farhiyani, 2020)

c. Gejala Perilaku

Gejala stres yang terkait dengan perilaku meliputi penurunan

dalam produktivitas, ketidakhadiran, dan tingkat perputaran

karyawan, demikian pula dengan perubahan dalam kebiasaan makan,

meningkatnya merokok atau konsumsi alkohol, pidato yang cepat

dan gelisah, dan gangguan tidur. Kondisi yang dijelaskan di atas

didukung oleh penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa stres

kerja mempengaruhi kualitas tidur karena kondisi stres menyebabkan

penurunan semua kinerja organ tubuh yang di pengaruhi dan

dikontrol oleh otak sehingga berdampak terhadap kesusahan

memulai tidur (p=0,000) (Susanti, Kusuma, & Rosdiana, 2021)

4. Tingkatan Stres Kerja

Tingkatan stres kerja dapat dibagi menjadi tiga, diantaranya:

(Priyoto, 2014)

a. Stres Ringan

Stres ini merupakan stres yang biasa dialami seseorang dan

biasanya berlangsung dalam beberapa menit hingga jam dengan ciri-

ciri atau gejala yang tidak terlalu spesifik, namun terkadang dapat

ditunjukkan dengan adanya rasa kelelahan. Pernyataan tersebut


14

didukung secara empirik oleh penelitian terdahulu yang

mendapatkan bahwa ada kecenderungan hubungan antara stres kerja

dan kelelahan kerja, dimana semakin tinggi tingkat stres kerja yang

dirasakan oleh pekerja maka semakin tinggi kelelahan kerja pada

pekerja (p=0,000) (Widyastuti, 2018)

b. Stres Sedang

Jenis stres ini bisa bertahan beberapa jam hingga hari dengan

gejala ketidaknyamanan pada perut, mulas, otot tegang dan kesulitan

tidur. Hal tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang

menemukan bahwa sebagian besar karyawan mengalami stres kerja

dengan gejala adanya gangguan lambung dan usus seperti keluhan

maag (gastritis), buangair besar tidak teratur (diare), keteganganotot-

otot semakin terasa, perasaan ketidaktenangan dan ketegangan

emosional semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia)

(p=0,039) (Zulkifli, Rahayu, & Akbar, 2019)

c. Stres Berat

Jenis stres ini bisa bertahan beberapa minggu hingga beberapa

bulan dengan ciri-ciri yang muncul adalah kesulitan aktivitas,

hubungan sosial yang rusak, masalah tidur, penurunan perhatian,

kelelahan, ketakutan, ketidakmampuan untuk melakukan tugas-tugas

sederhana. Kondisi yang dijelaskan di atas sejalan dengan penelitian

Rusnoto & Hermawan (2018) yang menemukan bahwa sebagian

besar karyawan memiliki stres kerja berat (53,1%) dengan gejala


15

ketidakpuasan kerja mengakibatkan ketegangan, kecemasan,

kejengkelan, kejenuhan dan sikap yang suka menunda-nunda

pekerjaan, menurunnya tingkat produktivitas, tidak bersemangat

dalam bekerja yang berdampak bagi kesehatananya yaitu sakit

kepala, tekanan darang tinggi, sakit maag, mudah kaget, kaku leher

belakang sampai punggung (p=0,000)

5. Dampak

Tarwaka & Bakri (2019) dalam Asmoro & Siregar (2022)

menjelaskan bahwa stres kerja dapat berdampak buruk bagi status

kesehatan, diantaranya:

a. Pada Individu

Stres kerja dapat membuat individu menjadi mudah tersinggung,

gelisah, curiga, sakit kepala, sulit tidur, hipertensi, serangan jantung

dan perubahan fisiologis lainnya. Teori di atas sejalan dengan

penelitian terdahulu yang mendapatkan bahwa stres kerja dapat

berdampak pada perasaan kelelahan, semakin tinggi tingkat stres

kerjayang dirasakan oleh pekerja maka semakin tinggi kelelahan kerja

yang dirasakan (p=0000)

b. Pada Organisasi

Stres di tempat kerja dapat mengakibatkan ketidakhadiran

karyawan, kualitas pekerjaan yang buruk, hubungan kerja tidak baik,


16

menggangu kinerja kerja dan meningkatkan risiko kecelakaan kerja

(Rudyarti, 2020).

B. Konsep Tekanan Darah

1. Definisi

Tekanan darah didefinisikan sebagai jumlah tenaga darah yang

ditekan terhadap dinding arteri oleh jantung (Potter, Perry, Stockert, &

Hall, 2019). Tekanan darah merupakan tekanan dari darah yang dipompa

oleh jantung terhadap dinding arteri, dicatat sebagai dua nilai berbeda

yaitu tekanan darah sistolik (saat ventrikel berkontraksi dan

mengeluarkan darah ke arteri) dan tekanan darah diastolik (terjadi saat

ventrikel berelaksasi dan terisi oleh darah dari atrium) (Prayoga,

Nugraheni, Probosari, & Syauqy, 2022). Tekanan darah merupakan

kondisi ukuran yang dapat menentukan kekuatan jantung untuk

memompa darah ke seluruh tubuh (Nursiam, Mayetti, & Deswita, 2022).

Penelitian terdahulu oleh Gultom & Batubara (2022) mengungkapkan hal

serupa bahwa tekanan darah merupakan yang terdengar ketika jantung

memompa darah terdiri dari tekanan darah sistolik yang diukur pada saat

terdengar suara pembuluh darah yang tiba-tiba mengembang setelah

kolaps (suara pertama kali mulai terdengar di stetoskop) dan tekanan

darah diastolik yang terdengar terakhir kali saat hilangnya suara, dapat

diukur dengan tensimeter (p=0,001).


17

2. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Price dalam Nugraheni (2019) menjelaskan bahwa tekanan darah

tidak selalu konstan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:

a. Usia

Usia dikatakan dapat mempengaruhi tekanan darah karena

tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan, dimana

lansia dapat memiliki tekanan darah yang lebih tinggi (meningkat)

karena adanya pengaruh dari penurunan fungsi pada sistem

kardiovaskuler, seperti katup jantung yang menebal dan menjadi kaku

yang membuat pembuluh darah kehilangan elastisitas sehingga

meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang membuat

tekanan darah menjadi meningkat.

b. Stres

Perasaan takut, nyeri dan stress emosi dapat mengakibatkan

stimulasi simpatik yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung

dan tahanan vaskular perifer, dimana efek stimulasi simpatik inilah

yang padaakhirnya dapat meningkatkan tekanan darah

c. Medikasi

Banyak medikasi yang secara lansung ataupun tidak langsung

dapat mempengaruhi tekanan darah, misalnya golongan medikasi

analgesic narkotik yang dapat menurunkan tekanan darah


18

d. Jenis Kelamin

Secara klinis terdapat perbedaan yang signifikan dari tekanan

darah pada perempuan dan laki-laki, dimana pria cenderung memiliki

tekanan darah yang lebih tinggi sedangkan pada wanita yang sudah

menopause akan lebih cenderung memiliki tekanan darah yang lebih

tinggi dari pada pria usia tersebut

3. Klasifikasi Tekanan Darah

The Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (Noviyanti &

Kusudaryati, 2022).

Tabel 2.1
Klasifikasi Tekanan Darah
Classification Systolic Blood Diastolic Blood
Pressure (mmHg) Pressure (mmHg)
Normal 120-139 and 80
Pre hipertensi 140 or >80-90
Hipertensi Stadium I >140-159 or >90-99
Hipertensi Stadium II ≥160 or ≥100

4. Cara Mengukur Tekanan Darah

Tekanan darah harus diukur dengan seksama dengan posisi pasien

tenang, dalam posisi duduk atau terlentang dan tidak sambil berbicara

(Jati, 2020). Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan beberapa

tahapan berikut: (Dunggio, Setyowati, Ratulangi, & Ruaida, 2021;

Hidayat, 2021)
19

a. Tahap Persiapan

Siapkan alat pengukuran tekanan darah berupa tensimeter air

raksa dengan stetoskop atau tensimeter digital yang dilengkai manset

serta buku catatan untuk mencatat hasil pemeriksaan tekanan darah.

b. Tahap Kerja

1) Cuci tangan sebelum dilakukan pemeriksaan

2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

3) Atur posisi pasien dengan posisi duduk santai dan rileks, tangan

pasien diletakkan di atas meja

4) Posisikan lengan atas setinggi jantung dengan telapak tangan

menghadap ke atas

5) Gulung lengan baju bagian atas

6) Palpasi arteri brachialis dan pasang manset (tensimeter air raksa

maupun digital) 2,5 cm di atas nadi (arteri) brachialis

7) Lanjutkan pengukuran dengan tahap berikut:

a) Pada tensimeter air raksa:

Pasang stetoskop dengan meletakkan diafragma stetoskop di

atas arteri brachialis, kemudian palpasi nadi radialis sambil

pompa manset dengan kecepatan rata-rata 20 mmHg hingga

denyut nadi radialis menghilang, selanjutnya lepaskan tekanan

manset dengan kecepatan 2-3 mmHg per detik, dengarkan

dengan stetoskop hasil denyutan pertama atau Korotkoff I


20

yang menunjukkan tekanan sistolik dan Korotkoff IV/V

menunjukkan tekanan diastolik

b) Pada tensimeter digital:

Tekan tombol Startt/Stop untuk mengaktifkan alat, tunggu

beberapa detik hingga layar tensimeter menunjukkan hasil

pengukuran

8) Catat hasil pemeriksaan

9) Rapikan pasien

10) Cuci tangan

C. Kerangka Teori

Faktor yang
Mempengaruhi:
1. Faktor
lingkungan
kerja
2. Faktor pribadi
Stimulasi
simpatik, Sistole
peningkatan Tekanan
Stres Kerja curah jantung dan Darah
tahanan vaskular Diastole
perifer

Faktor yang
Mempengaruhi:
1. Usia
2. Stres
3. Medikasi
4. Jenis Kelamin

Gambar 2.1
Hubungan Stres Kerja Dengan Tekanan Darah Karyawan di Klinik BPKP Provinsi Bali
Sumber: Asmoro & Siregar (2022); Marliani (2015); Nugraheni (2019); Prayoga et al.,
(2022); Tarwaka & Bakri (2019)
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan bentuk abstraksi yang memberikan

penjelasan secara teoritis mengenai keterkaitan variabel-variabel yang diteliti

yaitu variabel independen dan dependen (Norfai, 2021). Variabel penelitian

adalah sebuah konsep yang dioperasionalkan, terdiri dari Independent

variable atau variabel yang menyebabkan adanya perubahan terhadap variabel

lain dan dependent variable yang dikenal sebagai variabel akibat (effect)

merupakan variabel yang berubah/dipengaruhi oleh variabel lain (Swarjana,

2015). Independent variable pada penelitian ini ialah stres kerja dan

dependent variable penelitian ini ialah tekanan darah. Hubungan antara dua

variable diatas terlihat pada sekema di bawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Stres Kerja Tekanan Darah

Faktor yang
Mempengaruhi:
1. Usia
Keterangan : 2. Stres
3. Medikasi
: diteliti 4. Jenis Kelamin

: tidak diteliti
: garis hubungan

Gambar 3.1
Hubungan Stres Kerja Dengan Tekanan Darah Karyawan di Klinik BPKP Provinsi Bali

21
22

B. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan sementara tentang solusi dari masalah

yang diajukan dengan kebenaran jawaban yang akan dibuktikan secara

empirik dengan penelitian yang akan dilakukan (Siregar et al., 2021).

Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan stres kerja dengan tekanan

darah karyawan di Klinik BPKP Provinsi Bali

C. Definisi Operasional

Definisi oprasional merupakan batasan definisi pada setiap variabel

yang akan diteliti, dengan tujuan menghindari terjadinya kerancuan dalam

pengukuran variabel, menganalisis data, menginterprtasikan hasil serta

membuat kesimpulan dari penelitian yang dilakukan (Nursalam, 2016).

Definisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 3.1
Definisi Operasional Hubungan Stres Kerja Dengan Tekanan Darah Karyawan di Klinik
BPKP Provinsi Bali
Variabel Definisi
Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Pelitian Operasional
Stres Kerja Respon tidak Kuesioner Stres 1. Tidak stres Ordinal
nyaman dan tidak Kerja Survey jika skor 30
menyenangkan Diagnosis 2. Stres ringan
bahkan terkait rasa Stress jika skor 31-
letih/rasa beban 60
yang dialami 3. Stres sedang
karyawan BPKP jika skor 61-
Provinsi terkait 150
pekerjaannya 4. Stres berat
selama bekerja jika skor
>150
Tekanan Tekanan yang Spignomano- 1. Normal, jika Ordinal
Darah menunjukkan meter dan tekanan darah
banyaknya darah stetoskop 120-139/80
yang dipompa 2. Pre
jantung ke seluruh Hipertensi,
23

tubuh, diukur pada jika tekanan


posisi duduk darah
menggunakan 140/>80-90
Sphygnomanometer 3. Hipertensi
dan stetoskop pada Stadium I,
tekanan systole dan jika tekanan
diastole darah >140-
159/>90-99
4. Hipertensi
Stage II, jika
tekanan darah
≥160/≥1100
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian korelasional untuk mengetahui

hubungan antara dua variabel atau lebih (Nursalam, 2016). Penelitian ini

menggunakan rancangan Cross Sectional yaitu rancangan penelitian dimana

variabel independen dan variabel dependen dikumpulkan bersamaan pada satu

saat tertentu (Adiputra et al., 2021). Peneliti akan melakukan penilaian stres

kerja dan tekanan darah hanya satu kali sehingga tidak ada tindak lanjut

terhadap responden serta tidak akan dilakukan pengukuran lagi dikemudian

hari.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan sesuatu yang karakteristiknya

mungkin diselidiki/diteliti (Hariyati, 2020). Populasi penelitian ini adalah

seluruh karyawan di BPKP Provinsi Bali yang berjumlah 93 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi target penelitian

(Hariyati, 2020). Sampel pada penelitian ini dipilih berdasarkan teknik

sampling jenis nonprobability sampling yaitu purposive sampling yang

24
25

merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan atau kriteria

tertentu, yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi (Carse, 2018).

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,

2016). Kriteria inklusi penelitian ini adalah:

1) Responden merupakan karyawan dan bekerja di BPKP Provinsi

Bali

2) Bersedia menjadi responden dengan menandatangi informed

consent

3) Mampu berkomunikasi dengan baik

4) Dalam kodisi sehat (tidak mengalami keluhan kesehatan)

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab

(Nursalam, 2016). Kriteria eksklusi penelitian adalah:

1) Responden dalam masa cuti selama penelitian berlangsung

2) Responden yang memiliki riwayat/komplikasi penyakit jantung

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus

Slovin karena jumlah populasi kurang 1000: (Sugiyono, 2017)


26

n= N
1+Ne2

n= 93
1+93(0,1)2

n= 93
1,93

n= 48,1865284974 dibulatkan menjadi 48 orang

Keterangan :
n = Besar sampel
N = jumlah populasi
e = presisi/kelonggaran ketidaktelitian (0,1)

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Klinik BPKP Provinsi Bali yang

terletak di Jl. Tantular No.3054, Panjer, Denpasar Selatan, Kota Denpasar.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus-September 2023 (jadwal

penelitian terlampir).

E. Etika Penelitian

Peneliti akan melakukan uji etik penelitian di Komisi Etik Penelitian

Kesehatan (KEPK) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Usada Bali. Peneliti

akan memperhatikan prinsip etika penelitian, diantaranya: (Komite Etik

Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional, 2017)


27

1. Nilai Sosial dan/atau Nilai Klinis

Penelitian ini berdampak positif bagi tidak hanya bagi responden

namun juga bagi masyarakat ditempat penelitian dan memiliki fenomena

kebaruan (novelty) yaitu terkait adanya pengetahuan tentang hubungan

stres kerja dengan tekanan darah sehingga responden nantinya dapat

mengontrol kondisi stres untuk menjaga tekanan darah dalam rentang

stabil dan normal

2. Nilai Ilmiah

Informasi terkIt stres kerja dan tekanan darah yang akan ditampilkan

pada penelitian ini dapat menghasilkan informasi serta hasil yang valid

sebab instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data telah

terbukti valid dan handal.

3. Pemerataan Beban dan Manfaat

Responden pada penelitian ini tidak memiliki risiko dan beban

tersendiri responden masih berhak mendapatkan pelayanan kesehatan

seperti karyawan-karyawan lainnya bahkan reponden nantinya aka

mendapatkan manfaat berupa bertambahnya Pengetahuan dan informasi

terkait keterkaitan stres kerja dengan tekanan darah

4. Potensi Risiko dan Manfaat

Penelitian ini memiliki manfaat yang lebih besar dibandingkan risiko

yang dapat terjadi karena peneliti tidak memberikan intervensi apapun

yang dapat membahayakan responden yang terlibat dalam penelitian ini.


28

5. Bujukan (Inducements), Keuntungan Finansial dan Biaya Pengganti

Peneliti tidak memberikan biaya terkait pengobatan atau pelayanan

kesehatan yang dijalani responden. Responden penelitian ini akan

mendapatkan bingkisan sebagai bentuk ucapan terimakasih atas kesediaan

berpartisipasi dalam penelitian

6. Perlindungan Privasi dan Kerahasiaan

Seluruh data yang didapatkan pada penelitian ini akan dijaga

kerahasiaannya dengan pemberian kode-kode tertentu yang hanya

diketahui oleh peneliti dan seluruh data akan disimpan dalam software

berisi password yang hanya diketahui oleh peneliti.

7. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP/Informed Consent)

Peneliti akan memberikan penjelasan terkait manfaat, tujuan dan

teknik penelitian yang akan dilakukan serta memberikan informed consent

kepada responden yang telah bersedia untuk berpartisipasi pada penelitian.

F. Alat Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

instrumen untuk Survey Diagnosis Stress menilai stres kerja dan lembar

observasi pemeriksaan tekanan darah untuk menilai tekanan darah

responden. Kuesioner Survey Diagnosis Stress terdiri dari 30 pertanyaan

terkait stres kerja menggunakan skala likert dari rentang 1 hingga 7.

Kuesioner ini akan diisi sendiri oleh responden dengan memberikan tanda
29

checklist (√) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan kondisi responden.

Penilaian stres kerja dibagi menjadi empat kategori yaitu tidak stres (skor

30), stres ringan (skor 31-60), stres sedang (skor 61-150) dan stres berat

(skor >150).

Instrumen lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi pengukuran tekanan darah. Lembar observasi ini berbentuk

tabel yang berisi beberapa kolom seperti nomor, kolom inisial, jenis

kelamin, usia serta berisi kolom hasil pemeriksan tekanan darah sistolik

dan diastolik. Lembar observasi ini diisi sendiri oleh peneliti berdasarkan

hasil pengukuran langsung menggunakan sphygmomanometer dan

stetoskop.

2. Validitas dan Reliabilitas

Peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas karena

penelitian ini menggunakan instrumen Survey Diagnosis Stress yang telah

baku dan telah terbukti valid dan reliabel.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti akan melakukan beberapa tahap pengumpulan data yang perlu

dilakukan saat melakukan penelitian, antara lain:

1. Pengumpulan Data Secara Administrasi

a. Peneliti akan melakukan uji etik penelitian terlebih dahulu

b. Peneliti selanjutnya akan mengajukan surat permohonan ijin

penelitian dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Usada Bali ke


30

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Kota Denpasar

c. Permohonan ijin selanjutnya dimohonkan kepada Penanggung Jawab

Klinik BPKP Provinsi Bali

2. Pengumpulan Data Secara Teknis

a. Peneliti datang ke Klinik BPKP Provinsi Bali untuk menyampaikan

maksud dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan

b. Peneliti kemudian mulai mencari responden dan mempertimbangkan

responden yang sesuai dengan kriteria inklusi penelitian

c. Responden yang memenuhi kriteria penelitian akan diberikan

penjelasaan terkait tujuan, manfaat dan teknis penelitian yang akan

dilakukan

d. Peneliti akan melakukan pendekatan dan menanyakan kesediaan

untuk ikut dalam penelitian

e. Responden yang telah setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian

akan diminta untuk menandatangi lembar informed consent

f. Peneliti kemudian memberikan kuesioner penelitian dan menjelaskan

cara pengisian kuesioner

g. Peneliti memberikan kesempatan responden untuk mengisi kuesioner

selama ±15 menit

h. Setelah mengisi kuesioner, peneliti akan meengukur tekanan darah

responden dalam posisi duduk dengan menggunakan

sphygmomanometer dan stetoskop


31

i. Peneliti kemudian mencatat hasil yang didapatkan pada lembar atau

format yang tersedia.

j. Peneliti selanjutnya akan melakukan pengolahan data dan analisa data

H. Pengolahan Data

1. Pengumpulan data

Data yang telah terkumpul akan dilakukan pengolahan data dengan

tahapan-tahapan berikut: (Swarjana, 2015).

a. Editing

Peneliti akan memeriksa kelengkapan pengisian lembar

kuesioner dan tidak akan melakukan penggantian atau penafsiran

jawaban pada kuesioner yang terkumpul

b. Coding

Peneliti akan memberikan kode pada setiap jawaban

kuesioner untuk memudahkan proses pengolahan data dengan

kode-kode beikut:

1) Jenis kelamin laki-laki (kode 1), jenis kelamin perempuan (kode 2)

2) Tidak stres (kode 1), stres ringan (kode 2), stres sedang (kode 3),

stres berat (kode 4)

3) Tekanan darah normal (kode 1), pre hipertensi (kode 2), hipertensi

stadium I (kode 3), hipertensi stadium II (kode 4)


32

c. Entry Data

Peneliti akan memasukkan semua data yang telah lengkap ke

dalam satu tabel microsoft excel kemudian di analisis dengan

menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) 20 for

windows. Dalam entry data, peneliti harus teliti dalam memastikan

agar tidak ada data yang tertinggal.

d. Cleaning

Peneliti akan melakukan pemeriksaan dan memastikan

bahwa data yang telah dimasukkan bebas dari kesalahan pada

pengkodean maupun pembacaan kode, sehingga diharapkan data

benar-benar siap untuk dilakukan analisa dan tidak ada missing

data.

2. Analisis Data

Data yang telah didapatkan diolah dan dianalisisi dengan

menggunakan bantuan program aplikasi analisis data SPSS versi 22.0.

Data yang dianalisis merupakan data univariat dan bivariat.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang bertujuan untuk

mengetahui distribusi frekuensi pada setiap variabel penelitian atau

hanya menndeskripsikan masing-masing variabel penelitian (Hulu &

Sinaga, 2019). Analisa data yang digunakan adalah descriptive

statistic yang bertujuan untuk mencari distribusi frekuensi dan


33

proporsi dan nantinya ditampilkan menggunakan tabel frekuensi.

Analisis univariat pada penelitian ini menampilkan distribusi

frekuensi karakteristik responden, kategori stres kerja dan tekanan

darah responden

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang digunakan untuk

menguji hubungan antara variabel independent dan variabel dependen

(Hulu & Sinaga, 2019). Analisis uji akan menggunakan uji Rank

Spearman karena variabel independen dan variabel dependen

penelitian ini menggunakan skala ordinal. Tingkat signifikan yang

peneliti tetapkan yaitu α sebesar 0,05, apabila p value ≤ α berarti Ha

diterima dan H0 ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan,

dan jika p value >α berarti Ha ditolak dan H0 diterima artinya tidak ada

hubungan yang signifikan. Pedoman interpretasi korelasi Rank

Spearman adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2016)

1) Signifikansi hubungan antara dua variabel

a) Probabilitas ≤ 0,05 artinya ada hubungan yang signifikan

antara variabel independen dan variabel dependen.

b) Probabilitas > 0,05 artinya tidak ada hubungan yang

signifikan antara variabel independen dan variabel dependen.

2) Kekuatan hubungan antara dua variabel

a) 0,00-0,199 : Korelasi sangat lemah

b) 0,20-0,399 : Korelasi lemah


34

c) 0,40-0,599 : Korelasi sedang

d) 0,60-0,799 : Korelasi kuat

e) 0,80-1,000 : Korelasi sangat kuat

3) Arah hubungan antara dua variabel

a) Korelasi positif (+): Menunjukkan arah yang sama antar

variabel, artinya jika semakin besar nilai satu variabel, maka

semakin besar nilai variabel lainnya.

b) Korelasi negatif (-): Menunjukkan arah yang berlawanan

antar variabel, artinya jika semakin besar nilai satu variabel,

maka semakin kecil nilai variabel lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, I. M. S., Trisnadewi, N. W., Oktaviani, N. P. W., Munthe, S. A., Hulu,


V. T., Budiastutik, I., Suryana, S. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Medan: Yayasan Kita Menulis.

Aditya, Riyadi, M. A., & Darjat. (2016). Rancang Bangun Alat Pengukur Tekanan
Darah Otomatis Pada Pergelangan Tangan Nenggunakan Metode
Oscillometry Berbasis Arduino Mega 2560. Jurusan Teknik Elektro,
Universitas Diponegoro Semarang, 5(1), 1–7. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/transient/article/view/11433

Agustina, N., & Sari, I. M. (2021). Jus Semangka Sebagai Upaya Penurunan
Tekanan Darah Penderita Hipertensi Dengan Media Booklet. Surakarta:
Universitas ’Aisyiyah Surakarta.

Andriani, A., Rasni, H., Susanto, T., Susumaningrum, L. A., & Siswoyo, S.
(2021). Hubungan Beban Kerja dengan Kejadian Hipertensi pada Petani di
Wilayah Kerja Puskesmas Panti Kabupaten Jember Tahun 2020. Jurnal Citra
Keperawatan, 9(1), 48–60. Retrieved from https://ejurnal-
citrakeperawatan.com/index.php/JCK/article/view/129

Aprillia, Y. (2020). Gaya Hidup dan Pola Makan Terhadap Kejadian Hipertensi.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 12(2), 1044–1050.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.459

Asih, G. Y., Widhiastuti, H., & Dewi, R. (2018). Stres Kerja. Semarang:
Semarang University Press.

Asmoro, M. P., & Siregar, T. (2022). Terapi Self Healing Menggunakan Metode
Expressive Writing Therapy untuk Mengatasi Stres Kerja Perawat.
Sukoharjo: Pradina Pustaka.

Aulia, A., Muslim, F. O., Faradisha, J., & Jayati, T. (2022). Hubungan Gaya
Kepemimpinan Dengan Stres Kerja Pada Guru Di SMK XYZ Padang Tahun
2022. Prepotif: Jurnal Kesehatan 6(3).

Carse, H. S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Pendidikan (1st ed.).


Yogyakarta: Penebar Media Pustaka.

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2022). Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun
2021. Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi Bali.

Dunggio, A. R. S., Setyowati, S. E., Ratulangi, J. I. L., & Ruaida, N. (2021). Buku
Saku Kader Pencegahan Dan Pengendalian Potensi Stroke. Ponorogo:
Gracias Logis Kreatif.
Faridah, U., Yulisetyaningrum, Rustono, & Hermawan, H. (2017). Hubungan
Stress Kerja Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pekerja Buruh Di Wilayah
Kerja Puskesmas Kaliwungu Kudus. Indonesia Jurnal Perawat, 2(2), 74–79.
Retrieved from
https://ejr.stikesmuhkudus.ac.id/index.php/ijp/article/view/438/335

Fitriani, N., & Nilamsari, N. (2017). Factors Associated With Blood Pressure on
Shift Workers and Non-Shift Workers in Pt. X Gresik. Journal of Industrial
Hygiene and Occupational Health, 2(1), 57.
https://doi.org/10.21111/jihoh.v2i1.1273

Gultom, A. B., & Batubara, A. (2022). Stress dan Tekanan Darah pada Pasien
Wanita dengan Hipertensi Agustina Boru Gultom. Jurnal Penelitian
Kesehatan Suara Forikes, 13(5), 848–851. Retrieved from http://forikes-
ejournal.com/index.php/SF

Hariyati, N. R. (2020). Metodologi Penelitian Karya Ilmiah. Sidoarjo: Penerbit


Graniti.

Hidayat, A. A. (2021). Keperawatan Dasar 2; Untuk Pendidikan Ners. Surabaya:


Health Books Publishing.

Hulu, V. T., & Sinaga, T. R. (2019). Analisis Data Statistik Parametrik Aplikasi
Spss Dan Statcal: Sebuah Pengantar Untuk Kesehatan. Medan: Yayasan
Kita Menulis.

Jati, B. M. E. (2020). Pengantar Fisika Kedokteran. Yogyakarta: UGM Press.

Komite Etik Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nasional. (2017). Etika


Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kurniawan, I., & Sulaiman. (2019). Hubungan Olahraga, Stress dan Pola Makan
dengan Tingkat Hipertensi di Posyandu Lansia di Kelurahan Sudirejo I
Kecamatan Medan Kota. Journal of Health Science and Physiotherapy, 1(1),
10–17.

Mahmudah, S. (2019). Sari Buah Pepaya (Carica Papaya L) Untuk


Mengendalikan Tekanan Darah Pada Lansia. Prosiding Seminar Nasional …,
(11), 162–183. Retrieved from
http://jurnal.poltekkeskhjogja.ac.id/index.php/PSN/article/view/362

Marliani, R. (2015). Psikologi Industri & Organisasi. Bandung: Pustaka Setia.

Maulina, F. Q., & Lukito, H. (2020). Pengaruh Tipe Kepribadian, Beban Kerja,
dan Gaya Kepemimpinanterhadap Stres Kerja Karyawan BRI Cabang
Pasaman Barat. Jurnal Manajemen Strategi Dan Simulasi Bisnis (JMASSBI),
1(1).
Norfai. (2021). Kesulitan dalam Menulis Karya Tulis Ilmiah, Kenapa Bingung ?
Klaten: Lakeisha.

Noviyanti, R. D., & Kusudaryati, D. P. D. (2022). Teh Daun Jati Cina dan Daun
Alpukat Kaya Manfaat bagi Kesehatan Lansia. Pekalongan: Penerbit NEM.

Nugraheni, A. (2019). Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Perubahan Tekanan


Darah Pada Penderita Hipertensi Di Kelompok Prolanis Wilayah Kerja
Puskesmas Sukorejo. Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Retrieved from http://eprints.umpo.ac.id/5410/

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis.


Jakarta: Salemba Medika.

Nursiam, Y., Mayetti, M., & Deswita, D. (2022). Karakteristik Responden Selama
Pengambilan Darah Vena terhadap Tekanan Darah pada Anak. Jurnal
Keperawatan Silampari, 5(2), 887–892.
https://doi.org/10.31539/jks.v5i2.3560

Nurwidhiana, N., Handari, S. R. tri, & Latifah, N. (2018). Hubungan Antara Stres
Kerja Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pengemudi Ojek Online Dan Ojek
Pangkalan Di Kota Bekasi Tahun 2017. Environmental Occupational Health
and Safety Journal, 1(1), 29–38.

Parashakti, R. D., & Ekhsan, M. (2022). Peran Burnout sebagai Mediasi pada
Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Jesya (Jurnal Ekonomi &
Ekonomi Syariah), 5(1), 365–373. https://doi.org/10.36778/jesya.v5i1.609

Potter, P. A., Perry, A. G., Stockert, P. A., & Hall, A. (2019). Dasar-Dasar
Keperawatan (9th Ed; D. Deswani, E. Novieastari, K. Ibrahim, & S.
Ramdaniati, Eds.). Singapore: Elsevier Ltd.

Prayoga, E. A., Nugraheni, A., Probosari, E., & Syauqy, A. (2022). Pengaruh
Pemberian Kurma Ajwa (Phoenix Dactylifera) Terhadap Tekanan Darah
Pada Lansia. Journal of Nutrition College, 11(1), 87–97.
https://doi.org/10.14710/jnc.v11i1.32573

Priyoto. (2014). Konsep Manajemen Stress. Yogyakarta: Nuha Medika.

Putri, R. (2018). Faktor Resiko Hipertensi Ditinjau Dari Stres Kerja Dan
Kelelahan Pada Anggota Polisi Daerah Riau. Psychopolytan : Jurnal
Psikologi, 2(1), 36–48. Retrieved from
http://ojsbimtek.univrab.ac.id/index.php/psi/article/view/695

Riskesdas. (2018). Hasil Utama RISKESDAS 2018. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI. Retrieved from http://repository.litbang.kemkes.go.id/3514/

Rudyarti, E. (2020). Analisis hubungan stres kerja, umur, masa kerja dan iklim
kerja dengan perasaan kelelahan kerja pada perawat. In Prosiding Seminar
Nasional Kesehatan Masyarakat 2022, 1(1), 240–249.

Rusdani, & Yulia, L. (2019). Hubungan Shift Kerja Dengan Tekanan Darah Pada
Perawat di Rumah Sakit Camatha Sahidya Kota Batam. Zona Kedokteran,
9(1), 10–17.

Rusnoto, R., & Hermawan, H. (2018). Hubungan Stres Kerja Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pekerja Pabrik Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwungu.
Jurnal Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 9(2), 111–117.

Safitri, A. E., & Gilang, A. (2019). Pengaruh Stres Kerja Terhadap Produktivitas
Kerja Karyawan Pada PT.Telkom Witel Bekasi. Jurnal Ecodemica, 3(2),
170–180.

Septiani, L. D., & Siregar, T. (2022). Terapi Spiritual Emotional Freedom


Technique (SEFT) untuk Mengatasi Stres Kerja Perawat. Sukoharjo: Pradina
Pustaka.

Setyawan, A. B. (2017). Hubungan Antara Tingkat Stres Dan Kecemasan Dengan


Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Klinik Islamic Center Samarinda. Jurnal
Ilmu Kesehatan, 5(1), 1–8.

Siregar, M. H., Susanti, R., Indriawati, R., Panma, Y., Hanaruddin, D. Y.,
Adhiwijaya, A., … Renaldi, R. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan.
Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.

Sisca, Indiyati, D., Sinaga, D. S., Sary, F. P., Wulansari, P., Rahmasari, L. F., …
Fitriani, A. (2022). Psikologi Industri dan Organisasi. Bandung: Widina
Bhakti Persada Bandung.

Sudja’i, Issalillah, F., Khayru, R. K., Darmawan, D., & Amri, M. W. (2021).
Hubungan Modal Sosial, Modal Psikologi, Modal Diri Karyawan Dan Stres
Kerja. Jurnal Baruna Horizon, 4(2), 84–88.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Susanti, E., Kusuma, F. H. D., & Rosdiana, Y. (2021). Hubungan tingkat stres
kerja dengan kualitas tidur pada perawat di Puskesmas Dau Malang. Nursing
News, 2(3), 164–173. Retrieved from Kualitas tidur, perawat, stres kerja.

Swarjana, I. K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan [Edisi Revisi]:


Tuntunan Praktis Pembuatan Proposal Penelitian untuk Mahasiswa
Keperawatan, Kebidanan dan Profesi Bidang Kesehatan Lainnya (II).
Yogyakarta: Andi.

Tarwaka, S. H., & Bakri, L. S. (2019). Ergonomi Industri, Dasar-dasar


Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan
Press.

Trisnasari, S. A., & Wicaksono, D. A. (2021). Pengaruh Loneliness terhadap Job


Stress Pekerja Work from Home (WFH) pada Masa Pandemi Covid-19.
Buletin Riset Psikologi Dan Kesehatan Mental (BRPKM), 1(2), 1218–1226.
https://doi.org/10.20473/brpkm.v1i2.28444

Wahyudi, R. N., Marisdayana, R., & Husaini, A. (2020). Faktor-Faktor Yang


Berhubungan Dengan Stres Kerja Pada Guru Sdlb Negeri 1 Kota Jambi
Tahun 2020. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 6(2), 764.
https://doi.org/10.33143/jhtm.v6i2.982

Wardhani, U. C., Muchtar, R. S. U., & Farhiyani, A. (2020). Hubungan Stres


Kerja dengan Kejenuhan (Burnout) Kerja Pada Perawat. Jurnal Amanah
Kesehatan, 2(1), 83–97. https://doi.org/10.55866/jak.v2i1.48

Weken, M. E., Mongan, A. E., & Kekenusa, J. S. (2020). Hubungan antara Beban
Kerja, Konflik Peran, dan Dukungan Sosial dengan Stres Kerja Pada Guru di
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Manado Pada Masa Pandemi Covid-19.
Public Health and Community Medicine, 1(2016), 80–88. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ijphcm/article/view/32139

Widyastuti, A. D. (2018). Hubungan Stres Kerja dengan Kelelahan Kerja pada


Pekerja Area Workshop Konstruksi Box Truck. The Indonesian Journal of
Occupational Safety and Health, 6(2), 216.

Wijaya, A. (2021). Hubungan Kelelahan Kerja dengan Kejadian Hipertensi pada


Petani di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. Digital Repository
Universitas Jember, (September 2019).

World Health Organization. (2023). Hypertension. World Health Organization.


Retrieved from
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension

Zulkifli, Z., Rahayu, S. T., & Akbar, S. A. (2019). Hubungan Usia, Masa Kerja
dan Beban Kerja Dengan Stres Kerja Pada Karyawan Service Well Company
PT. ELNUSA TBK Wilayah Muara Badak. KESMAS UWIGAMA: Jurnal
Kesehatan Masyarakat, 5(1), 46–61.

Anda mungkin juga menyukai