Anda di halaman 1dari 4

Di kediaman kumuh tanpa penjaga ataupun pelayan, perempuan berambut kusut menatap

kaca buram yang memantulkan bayangan dirinya tidak terima.

"Jika kau ingin mengirimku ke sini beri aku wadah yang bagus! Bukan seonggok sampah
yang menjadi tubuh baruku!" Teriaknya dan dengan sekali tinju kaca buram di
depannya hancur berkeping keping.

"Putri rasa pelayan sangat menyebalkan"

Tangannya memegang wajah kusam yang terasa berminyak dengan kesal, setidaknya dulu
kulitnya sawo matang tetapi bersih.

"Dia tidak mandi berapa lama? Hey putri Shuna, kau membebankan beban yang kau buat
sendiri"

Shuna menatap kediamannya yang terlihat seperti gudang, lalu menatap kebawah
melihat pakaian nya.

"Bukankah lebih baik pergi dari gudang ini? Apa yang Shuna asli pertahankan
disini?" Tanya Shuna sambil berjalan jalan mengelilingi kediaman, berharap
menemukan sesuatu yang menarik.

_ting!_

Dentingan keras di kepalanya membuat Shuna jatuh sambil memegang kepalanya.

_halo jiwa dari masa depan! Saya adalah sistem yang akan memberi anda misi dan
memberikan anda hadiah jika misi berhasil, tapi jika misi gagal saya akan
memberikan anda hukuman sambaran petir_

Shuna menatap kedepannya kesal, itu berarti dirinya harus menyelesaikan misi
bagaimanapun caranya, apa menurut sistem terkena sambaran petir bagaikan di gigit
semut yang sakit sebentar.

"Apa hadiahnya?"

Sistem di kepala Shuna merasa bingung, apakah orang ini tidak akan menyumpah
serapah dirinya?

_"Tergantung waktu, jika kau menyelesaikan misi dengan cepat maka hadiah yang di
peroleh semakin besar"_

_"misi pertama, pergi dari kediaman Ji. Batas waktu seminggu, dimulai dari
sekarang!"_

Shuna mengangguk mengerti, lalu berjalan kearah lemari pakaian yang sudah rapuh dan
membukannya.

"...."

"Kenapa semua baju ini terlihat seperti lap?" Keluh Shuna lalu mengambil pakaian
laki laki yang entah kenapa ada di lemari.

_"Bukankah semua baju yang ada di sini adalah bekas pakaian para putri dan tuan
muda?"_

"Oke, benar benar baju bekas"

Dengan setengah hati Shuna memakai pakaian bekas di tangannya.


_brak!_

"Shuna! Kau di panggil tuan besar"

"...."

Tangan Shuna yang sedang mengikatkan tali pinggang membeku, bisakah pelayan itu
mengetuk bukan mendobrak? Untung saja dirinya sudah memakai baju.

_"Kau benar benar dianggap sampah disini"_

"Ya, kau benar"

Shuna berjalan cepat kearah ruangan jendral Ji menurut ingatan yang di berikan
Shuna asli padanya.

Kakinya sangat gatal ingin menendang orang orang yang membicarakannya terang
terangan, bahkan pelayan rendahan sangat berani padanya.

_"Sabar sedikit Shuna, berubah menjadi harimau betinanya nanti saja agar bisa
menjadi kejutan"_

Shuna menghela nafasnya pelan lalu mengangguk kecil.

Tangan Shuna mengetuk pintu ruangan Jendral Ji pelan, berusaha terlihat lemah.

"Masuk!"

"Ayah"

"Panggil aku Jendral Ji, jangan berharap kau bisa memanggilku Ayah"

Shuna mengatupkan giginya pelan, menyedihkan sekali kehidupan Shuna asli, harus
balas dendam, titik!

"Jendral Ji, ada apa memanggil saya?"

"Kau mencoba membunuh putri Cinyi di kolam taman?"

What, Kapan coba? Dirinya aja dari tadi diam di kediaman dan tidak ada ingatan yang
masuk tentang Shuna asli yang mencoba membunuh putri Cinyi.

"Jendra Ji, saya ada di kediaman tanpa keluar dari kemarin" bela Shuna, Jendral Ji
mengebrak meja kerjanya keras, Shuna tersentak.

"Berhenti membela diri!"

"Saya benar benar tidak keluar dari kediaman, anda bisa bertanya pada pelayan yang
ada di taman, saya tidak masuk ke taman"

"Semua pelayan di taman bersaksi melihatmu mendorong putri Cinyi ke kolam, dan kau
langsung melarikan diri"

"Itu bohong"

"Kau tidak memiliki saksi, kau akan di asingkan di gunung spiritual selama 5 tahun"

Pikiran Shuna sudah tertawa terbahak, di asingkan? Bahkan tanpa perlu Jendral Ji
mengirimnya ke gunung spiritual dirinya sudah di asingkan.

Ide hebat melintas di pikiran Shuna, dengan cepat Shuna duduk di bawah dan
menunduk.

"Saya memutuskan hubungan dengan keluarga, saya memang pantas di asingkan dan pergi
dari kehidupan keluarga yang kuat, saya hanya seorang putri yang marindiannya
terblokir, mohon Jendral Ji memberi saya izin"

Jendral Ji mengangguk puas, mengasingkan adalah perbuatan sia sia dan akan membawa
kembali sampah keluarganya kembali, lebih baik memutuskan hubungan keluarga.

Tangannya dengan cepat menulis di kertas dan menuliskan perjanjian pemutusan dengan
beberapa syarat.

"Kau tidak boleh kembali ke keluarga Ji, membawa nama keluarga Ji untuk segala
urusan dan margamu keluarga Ji akan di cabut dari namamu. Apa syaratmu?" Tanya
Jendral Ji sambil menyodorkan kertas yang terdapat perjanjian yang baru saja di
buatnya dan bulu merak bertinta.

Shuna mengambil kertas itu dan menulis beberapa syarat yang di inginkan sambil
membaca syaratnya.

"Keluarga Ji tidak boleh mengambil saya kembali di masa depan dan jangan membawa
nama saya di masa depan"

Jendral Ji tersenyum remeh, itu tidak akan pernah terjadi bahkan dalam mimpi sekali
pun.

"Jika salah satu dari kau dan keluarga Ji melanggar maka pihak yang melanggar harus
membayar denda sebanyak 10 ribu koin emas, 10 ribu koin perak dan 10 ribu koin
perunggu, bagaimana jendral Ji?" Tanya Shuna, jendral Ji menaikan alisnya bingung,
merasa aneh dengan denda yang di tentukan oleh Shuna.

10 ribu koin emas sangat banyak, bahkan pendapatan keluarga setahun hanya 1 ribu.

"Baiklah" ucap Jendral, lagipula keluarga Ji tidak akan melanggar 2 syarat yang di
buat Shuna.

Keluarga jendral besar Ji tidak akan membawa nama seorang sampah dalam segala
urusan dan tidak pernah akan membawa kembali sampah yang keluar.

Shuna yang menentukan denda begitu besar tapi dirinya yang akan melanggar, ini akan
menjadi keuntungan keluarga Ji.

Shuna menempelkan ibu jarinya yang sudah di baluri tinta hitam ke bagian bawah
kertas perjanjian dan jendral Ji melakukan hal yang sama.

Jendral Ji membuat dua, satu untuk keluarga Ji dan satu untuk Shuna, Shuna
menggulung kertas perjanjian dan memasukannya ke saku celana.

"Terima kasih Jendral Ji untuk 14 tahun ini" ucap Shuna, tubuhnya membungkuk 90
derajat dan berbalik pergi.

Jendral Ji memanggil pengawal yang berdiri tegap di ujung ruangan.

"Beritahu semua anggota keluarga jika seonggok sampah akan segara pergi dari
kediaman Jendral Ji"
"Baik Jendral Ji"

Anda mungkin juga menyukai