Anda di halaman 1dari 120

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) II


PELAKSANAAN DAN EVALUASI PENYULUHAN PERTANIAN
DI DESA KRUWISAN KECAMATAN KLEDUNG
KABUPATEN TEMANGGUNG PROVINSI JAWA TENGAH

OLEH :

AVIAD REZQIANO PRADINATA


NIRM. 03.01.19.0078

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA-MAGELANG
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) II
PELAKSANAAN DAN EVALUASI PENYULUHAN PERTANIAN
DI KECAMATAN KLEDUNG KABUPATEN TEMANGGUNG
PROVINSI JAWA TENGAH

OLEH :

AVIAD REZQIANO PRADINATA


NIRM. 03.01.19.0078

Meyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Miftakhul Arifin, M.Pd. Dr. Epsi Euriga, SE., M.Sc.


NIP. 195805051987031001 NIP. 19212272009122005

Mengetahui :
Ketua Jurusan Pertanian

Dr. Endah Puspitojati, S.TP. MP.


NIP. 19810228 200501 2 003

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat Nya Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) II dapat diselesaikan, yang
merupakan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
II. Dengan selesainya laporan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima
kasih kepada Ir. Miftakhul Arifin, M.Pd. selaku Pembimbing I dan Dr. Epsi
Euriga, SE., M.Sc. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan.
Terima kasih yang sama juga penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Bambang Sudarmanto S.Pt. MP. selaku Direktur Politeknik Pembangunan
Pertanian Yogyakarta-Magelang.
2. Mohamad Kholil S.PKP., M,Si. Selaku Koordinator Penyuluh Pertanian BPP
Kecamatan Kledung sekaligus Pembimbing Eksternal.
3. Dr. Endah Puspitojati S.TP. MP. selaku Ketua Jurusan Pertanian Yogyakarta.
4. Sukadi S.ST. M.Si, selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian
Berkelanjutan.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penulisan proposal ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan. Namun demikian,
semoga bermanfaat bagi pihak yang berkenan membacanya.

Yogyakarta, 6 Agustus 2022


Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER ……………………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN
……………………………………………… ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... v
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1
A. Latar Belakang ..…….………………...……………………………… 1
B. Tujuan ………………….……………………..……………………… 2
C. Manfaat …………………...…………………………..……………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…….……………………………………... 3
A. Menetapkan Media Penyuluhan Pertanian……..…………………….. 3
B. Menetapkan Metode Penyuluhan Pertanian ……………...………….. 5
C. Evaluasi Penyuluhan Pertanian …………..………………………….. 13
BAB III METODE PELAKSANAAN…………………………………..… 19
A. Waktu dan Tempat…………………………………………………… 19
B. Materi Kegiatan……………………………………………………….. 19
C. Prosedur Pelaksanaan ………………………………………………… 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………… 25
A. Gambaran Umum …………………………………………………….. 25
B. Hasil Kegiatan ……………………………………………………….. 26
BAB V PENUTUP…………………………………………………………. 49
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 49
B. Saran …………………………………………………………………. 49
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 51
LAMPIRAN ………………………………………………………………. 52

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Acuan Alat Peraga Penyuluhan Pertanian 5


1
Tabel 2. Klasifikasi Metode Demonstrasi 0
1
Tabel 3. Materi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan II 9
2
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan PKL II 2
2
Tabel 5. Penggunaan Lahan Desa Kruwisan 5
2
Tabel 6. Curah Hujan Desa Kruwisan Tahun 2017-2021 5
2
Tabel 7. Rincian Materi Penyuluhan 7
2
Tabel 8. Tabel Penetapan Metode Penyuluhan 9
3
Tabel 9. Skor Penetapan Metode Penyuluhan 0
3
Tabel 10. Rumusan Tujuan Penyuluhan 2
3
Tabel 11. Alat Peraga Penyuluhan Pengenalan OPT Bawnag Putih 3
3
Tabel 12. Daftar Petugas Terlibat 3
3
Tabel 13. Kriteria Jawaban Pre Test dan Post Test 4
3
Tabel 14. Klasifikasi Penilaian Pengetahuan dan Sikap Petani 5
3
Tabel 15. Umur Responden Evaluasi Hasil Penyuluhan 5

v
3
Tabel 16. Kedudukan Responden Evaluasi Hasil Penyuluhan 6
3
Tabel 17. Pendidikan Responden Evaluasi Hasil Penyuluhan 7
3
Tabel 18. Evaluasi Lapangan Pelaksanaan Penyuluhan 8
4
Tabel 19. Alat Peraga Penyuluhan Good Agriculutral Practice Bawang Putih 2
4
Tabel 20. Kisi-kisi Instrumen Evaluasi Dampak Penyuluhan 3
4
Tabel 21. Umur Responden Evaluasi Dampak Penyuluhan 4
4
Tabel 22. Pendidikan Responden Evaluasi Dampak Penyuluhan 5
4
Tabel 23. Kedudukan Responden Evaluasi Dampak Penyuluhan 6

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jurnal Harian Kegiatan 57


Lampiran 2 Matrik RKTP Penyuluhan Desa Kruwisan 60
Lampiran 3 Sinopsis Penyuluhan Pertanian 67
Lampiran 4 Materi Penyuluhan 68
Lampiran 5 Madia Penyuluhan 75
Lampiran 6 Lembar Persiapan Menyuluh 78
Lampiran 7 Lembar Evaluasi Lapangan 80
Lampiran 8 Daftar Petugas Yang Terlibat 81
Lampiran 9 Kisi Kisi Evaluasi Hasil Penyuluhan 82
Lampiran 10 Data Kuisioner Evaluasi Hasil 85
Lampiran 11 Lembar Pre Test- Post Test 87
Lampiran 12 Data Kualitatif Responden Evaluasi Hasil 89
Lampiran 13 Materi Penyuluhan Good Agricultural Practice 90
Bawang Putih (Evaluasi Dampak)
Lampiran 14 Kisi Kisi Evaluasi Dampak 106
Lampiran 15 Lembar Evaluasi Dampak 108
Lampiran 16 Olah data kuisioner Evaluasi Dampak 110
Lampiran 17 Olah data kualitatif responden evaluasi dampak 112
Lampiran 18 Dokumentasi Kegiatan Pelaksanaan Penyuluhan Dan 114
Evaluasi Hasil
Lampiran 19 Dokumentasi Kegiatan Evaluasi Dampak 115

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta- Magelang
sebagai penyelenggara pendidikan tinggi bidang penyuluhan pertanian di
lingkungan Kementerian Pertanian bertujuan menghasilkan Penyuluh
Pertanian Ahli dan Praktisi Agribisnis yang akan bermitra dengan pelaku
utama dan pelaku usaha.
Proses pembelajaran di Polbangtan terdiri atas kuliah klasikal dan praktik
mata kuliah. Selain praktik mata kuliah dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) II yang dilaksanakan pada semester VI. Praktik Kerja Lapangan (PKL)
II dirancang sebagai bagian dari kegiatan proses pembelajaran di Polbangtan,
dengan capaian pembelajaran tentang pelaksanaan dan evaluasi penyuluhan
dilaksanakan dengan bobot 4 (empat) Satuan Kredit Semester (SKS) atau
sepadan dengan 30 hari kerja efektif.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Kledung
Dalam Angka 2018, bahwa Kecamatan Kledung memiliki sawah seluas 247
hektare (ha) yang terdiri dari lahan sawah irigasi teknis dan non teknis.
Produksi unggulan bidang pertanian di Kecamatan Kledung pada sektor
tanaman pangan komoditas padi dan hortikultura berupa sayuran. Maka dari
itu perlu adanya kegiatan yang dapat meningkatkan kapasitas petani serta
mahasiswa itu sendiri melalui Praktik Kerja Lapangan dengan bekerja sama
dengan Balai Penyuluhan Pertanian Kledung

B. Tujuan
Kegiatan PKL II bertujuan agar Mahasiswa memiliki kompetensi
Penyuluh Pertanian yang profesional, meliputi aspek:

1
1. Pengetahuan, menganalisis permasalahan pada kelompok tani/gabungan
kelompok tani, dan meningkatkan kemampuan dalam merencanakan
kegiatan penyuluhan.
2. Keterampilan, merencanakan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan
secara partisipatif.
3. Sikap, menumbuhkan jiwa Penyuluh Profesional.
Dalam pelaksanaannya, tujuan PKL II ini secara terstruktur agar
menyelesaikan tagihan, diantaranya agar mampu menetapkan media
penyuluhan pertanian, menetapkan metode penyuluhan pertanian,
melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian, mengevaluasi pelaksanaan
penyuluhan pertanian yang dilaksanakan, serta mengevaluasi dampak
penyuluhan pertanian (kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh penyuluh
terdahulu).

C. Manfaat
Bagi mahasiswa:
1. meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam menetapkan prioritas
permasalahan pada kelompok tani/gabungan kelompok tani;
2. meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan dan
mengevaluasi kegiatan penyuluhan pertanian bagi pelaku utama dan
pelaku usaha, serta menyusun instrumen penyuluhan;
3. mewujudkan jiwa Penyuluh profesional.
Bagi pihak terkait seperti instansi pemerintah, petani dan stakeholder adalah
untuk membantu menyelesaikan tugas/pekerjaan yang dilakukan instansi
pelaku utama dan pelaku usaha.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Menetapkan Media Penyuluhan Pertanian


Menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, materi penyuluhan pertanian
didefinisikan sebagai bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para
penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang
meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum,
dan kelestarian lingkungan.
Media penyuluhan merupakan suatu benda yang dikemas sedemikian
rupa untuk memudahkan penyampaian materi kepada sasaran, agar sasaran
dapat menyerap pesan dengan mudah dan jelas (Redono. 2013).
Materi yang telah dipilih untuk disampaikan kepada sasaran selanjutnya
disusun dalam Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) dan Sinopsis. Penyusunan
LPM dimaksudkan untuk memudahkan Penyuluh menyampaikan materi
penyuluhannya, karena didalam LPM dicantumkan hal-hal yang akan
digunakan dan disampaikan kepada sasaran terkait dengan materi
penyuluhan. Sinopsis berasal dari kata synopical yang artinya ringkas.
Berdasarkan asal kata tersebut, sinopsis diartikan sebagai ringkasan suatu
materi tulisan yang panjang (baik fiksi maupun non-fiksi) dan sinopsis itu
sendiri ditulis dalam bentuk narasi. Sinopsis terdiri dari dua versi, yaitu
sinopsis yang ditulis untuk meringkas karya yang sudah ada atau sudah ditulis
secara lengkap, dan sinopsis yang ditulis untuk persiapan menulis suatu
gagasan yang akan dituangkan dalam bentuk fiksi maupun non-fiksi. Tujuan
penyusunan sinopsis yaitu untuk meringkas bahan-bahan materi penyuluhan
sehingga menjadi lebih singkat, padat, mudahdipahami, dan terhindar dari
bahan-bahan yang kurang relevan dengan topik yangtelah ditetapkan.
Mardikanto (2009) menuliskan bahwa dalam kegiatan penyuluhan
pertanian perlengkapan penyuluh sangat penting untuk membantu kelancaran
pelaksanaan penyuluhan maupun untuk memperjelas materi yang
disampaikan agar mudah diingat dan dipahami oleh masyarakat penerima

3
manfaatnya. Perlengkapan penyuluh tersebut berupa alat penyuluhan dan alat
bantu peraga. Alat bantu penyuluhan yang merupakan alat-alat atau
perlengkapan penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna
memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan itu
dilaksanakan. Mardikanto (1985) dalam Mardikanto (2013) menjelaskan
bahwa alat peraga adalah alat atau benda yang dapat diamati, didengar,
diraba, atau dirasakan oleh indera manusia, yang berfungsi sebagai alat untuk
meragakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan (oleh
penyuluh) guna membantu proses belajar penerima manfaat penyuluhan agar
materi penyuluhan lebih mudah diterima dan dipahami oleh penerima
manfaat penyuluhan yang bersangkutan.
Sunaryo (1978) dalam Mardikanto (2013) selanjutnya mengemukakan
bahwa alat peraga penyuluhan sebenarnya tidak sekedar berfungsi sebagai
alat peraga atau penjelas, melainkan memiliki fungsi untuk menarik
perhatian atau memusatkan perhatian penerima manfaat, sehingga lebih
konsentrasi; memperjelas pengertian tentang segala sesuatu yang disampaikan
oleh penyuluh; membuat penyuluh lebih efektif; menghemat waktu yang
diperlukan penyuluh untuk memperjelas materi yang disampaikan; serta
memberikan kesan yang lebih mendalam.
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat peraga didalam
pelaksanaan penyuluhan pertanian adalah pemilihan alat peraga yang efektif
dan efisien untuk tujuan perubahan perilaku sasaran yang diinginkan
penyuluhnya (Mardikanto. 1993). Pengetahuan seperti ini sangat penting,
karena tidak semua alat peraga selalu tersedia atau mudah disediakan oleh
penyuluhya pada sembarang tempat dan waktu; alat peraga yang mahal tidak
selalu menjadi jaminan sebagai alat peraga yang efektif untuk tujuan
perubahan perilau tertentu; serta untuk tujuan perubahan perilaku tertentu,
tersedia banyak alternatif alat peraga yang dapat digunakan tetapi dengan
tingkat efektivitas dan tingkat kemahalan yang berbeda.
Berdasarkan hal tersebut Mardikanto (1985) dalam Mardikanto (1993)
memberikan acuan dalam pemilihan alat peraga penyuluhan sebagaimana
termuat dalam tabel berikut ini.

4
Tabel 1. Acuan Alat Peraga Penyuluhan Pertanian
Ragam Alat Aspek Perilaku Yang Dipengaruhi
Peraga Sikap Pengetahuan Keterampilan
Benda Model, Specimen, Contoh dan Model Contoh dan Model
dan Sampel
Barang cetakan Poster, Placard, Brosur, Folder, Flip- Brosur, Flip-chart,
Selebaran, dan Photo chart, Leaflet, dan Flanegraph, Folder,
Flanelgraph dan Leaflet
Gambar yang Video & TV, Movie Tranparancy, Slide Video dan TV, Slide
diproyeksikan film, Film strip, Film film video dan TV, film, dan Film strip
slide serta Film strip
Pendekatan Tak-langsung dan Langsung dan Langsung dan Tak-
Langsung Tak-langsung langsung

Berdasarkan tabel tersbut, terdapat 5 (lima) ragam alat peraga yang dapat
digunakan dan disesuaikan dengan perubahan perilaku yang akan akan
dipengaruhi. Keberhasilan penggunaan alat peraga juga sangat bergantung
dengan kepiawaian penyuluh dalam memanfaatkannya.

B. Menetapkan Metode Penyuluhan Pertanian


Soesmono (1975) dalam Mardikato dan Sri (1979) menyatakan bahwa
metode penyuluhan pertanian adalah cara yang sudah direncanakan
sebelumnya untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Upaya
untuk mengembangkan keefektifan metode, pemilihan dan penggunaan
metode harus didasarkan atas kondisi petani. Terdapat enam kondisi yang
berkaitan dengan perubahan, yakni Perhatian, Minat, Kepercayaan, Hasrat,
Tindakan, dan Kepuasan.
Menurut Sujono (2013) prinsip-prinsip dalam metode penyuluhan
merupakan suatu pernyataan yang dijadikan sebagai pendoman dalam
pengambilan keputusan dan dilaksanakan secara konsisten. Oleh karena itu
harus memperhatikan prinsip-prinsip penyuluhan sebagai proses pembelajaan,
yaitu mengerjakan atau melakukan, artinya kegiatan penyuluhan harus
sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk menerapkan sesuatu; akibat
atau dampak, artinya kegiatan pertanian harus memberikan dampak yang
memberikan pengaruh baik; tindak lanjut, artinya kegiatan penyuluhan harus
memberikan tindaklanjut sebagai wujud nyata penerapan materi penyuluhan;

5
minat dan kebutuhan, artinya penyuluhan mengacu kepada minat dan
kebutuhan petani; organisasi masyarakat bawah, artinya penyuluhan
melibatkan organisasi masyarakat yaitu kelompok tani; budaya, artinya
penyuluhan harus memperhatikan budaya yang ada di masyarakat; perubahan
budaya, artiya penyuluhan akan mengakibatkan perubahan budaya, pola pikir
kebiasaan dan lain-lain; kerjasama dan partisipasi, artinya penyuluhan
sebaiknya menggerakkan partisipasi masyarakat dan menumbuhkan
bekerjasama dan melaksanakan penyuluhan dan kegiatan lainya; demokrasi,
artinya dalam penyuluhan memberikan kesempatan kepada petani unuk
bermusyawarah; belajar sambil bekerja, artinya dalam penyuluhan pertanian
petani dapat belajar sambil berbuat, belajar mencari pengalaman dari yang
dikerjakan; penggunaan metode yang sesuai, artinya penyuluhan dan
penerapan metode yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan;
kepemimpinan, artinya penyuluh dapat mengembangkan dan menumbuhkan
jiwa kepemimpinan petani; spesialis, artinya penyuluh orang yang telah
meguasi teknik komunikasi, metode, media, psikologi, dan managemen
pembelajaran.

1. Dasar Pertimbangan Pemilihan Metode


Menurut Sujono (2013) dalam penyuluhan pertanian perlu dilakukan
pemilihan metode yang tepat sehingga memberikan hasil seperti yang
diinginkan. Faktor yang menjadi dasar pertimbangan pemilihan metode
adalah sebagai berikut.
a. Keadaan Sasaran
Keadaan sasaran merupakan profil sasaran (petani) sehingga
diketahui latar belakang sasaran yang berguna dalam kelancaran
penyuluhan. Profil sasaran yang penting adalah tingkat pendidikan,
tingkat ketrampilan, sikap jumlah anggota keluarga, penyuluhan
yang pernah diikuti, keadaan sosial budaya, dan sebagainya.
Semakin tinggi tingkat pendidikan sasaran penyuluh lebih leluasa
memilih metode yang dilaksanakan. Hal ini karena pada tingkat
penerimaan dengan berbagai metode relatif lebih mudah diterima
sasaran. Hal ini berbeda dengan tingkat pendidikan sasaran yang

6
relatif rendah, penyuluh harus menyesuaikan metode yang mudah
diterima sasaran.(Sujono. 2013).

b. Kemampuan Penyuluh
Penyuluh memiliki kemampuan yang akan menentukan tingkat
keberhasilan dalam penyuluhan karena menyangkut tingkat
penguasaan materi, keahlian penerapan metode, pemilihan media,
penguasaan sasaran, kepandaian berkomunikasi, penggunaan alat
bantu, alat peraga, penguasaan sasaran, dan sebagainya. Penyuluh
mempunyai peran yang strategis yaitu sebagai fasilitator,
organisator, dinamisator dan sebagainya. Tingkat pengalaman
penyuluh akan berpengaruh terhadap proses penyuluhan. Penyuluh
senior dengan masa kerja lebih 5 tahun memiliki kemampuan yang
memadai dalam penguasaan sasaran, diskusi, dan sebagainya.
Tingkat pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti akan
membantu dalam penguasaan materi, karena dalam proses
penyuluhan penguasaan materi merupakan syarat mutlak yang harus
dimiliki. Tingkat pendidikan dan pelatihan yang memadai akan
membuat percaya diri bagi penyuluh dan mendukung suksesnya
penyuluhan (Sujono. 2013).

c. Keadaan Daerah atau Wilayah


Menurut Sujono (2013) keadaan daerah menggambarkan
kondisi riil wilayah petani dan sangat kompleks yang berkaitan
dengan penyuluhan. Kondisi tersebut meliputi keadaan topografi,
usaha tani, sarana, peralatan, dan sebagainya. Data-data keadaan
wilayah membantu sebagai dasar penetapan metode penyuluhan
sehingga akan lancar. Keadaan wilayah dapat diperoleh melalui
observasi langsung ke lapangan, pengambilan data di BPP, kantor
kecamatan, kantor desa, wawancara dengan tokoh masyarakat dan
sebagainya. Data keadaan wilayah setiap tahun dapat berubah sesuai
dengan perkembangan yang ada. Usaha tani petani setiap tahun

7
relatif tetap, namun pada kondisi tertentu dapat berubah sesuai
dengan perkembangan yang ada.

d. Biaya dan Sasaran


Biasanya dalam penyuluhan akan berkaitan dengan jumlah atau
besarnya biaya yang diperlukan dan sumber biaya. Besarnya biaya
yang diperlukan tergantung dari bentuk penyajian dan untuk
penyajian ini akan berkaitan dengan metode yang ditetapkan.
Penyajian dalam bentuk praktik juga tergantung macam praktiknya.
Semakin banyak bahan dan alat, semakin mahal harga barang, maka
akan semakin tinggi biaya yang disiapkan. Sumber biaya dalam
penyuluhan biasanya dari pemerintah, kelompok, atau swasta serta
sumber lainnya (Sujono. 2013).

e. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah memiliki kebijakan yang bersifat nasional dan lokal.
Kebijakan yang bersifat nasional adalah dari pemerintah pusat.
Pemerintah daerah tingkat provinsi dan tingkat kabupaten juga
memiliki program tersendiri yang tidak terkait langsung dengan
pemerintah pusat sehingga terbit Surat Keputusan (SK) Gubernur,
Surat Keputusan (SK) Bupati, dan sejenisnya. Kegiatan penyuluhan
akan mengacu kebijakan pemerintah yang ada sehingga akan
mendukung kebijakan tersebut (Sujono, 2013).

f. Materi
Sujono (2013) memaparkan bahwa materi penyuluhan
memegang peranan penting dalam keberhasilan penyuluhan.
Terdapat materi yang penyajiannya harus dengan praktekkan, namun
terdapat pula materi yang penyajiannya dalam bentuk teori. Kedua
bentuk penyajian tersebut harus diupayakan agar dapat diterima
dengan mudah oleh petani. Materi yang disampaikan akan membawa
manfaat bagi petani secara ekonomi. Bila materi tidak

8
menguntungkan, maka materi tersebut akan ditolak petani. Bila
materi memberikan keuntungan yang memadai, maka berkaitan
dengan metode apapun yang digunakan akan diterima. Berkaitan
dengan tujuan yang ingin dicapai, bila dalam penyuluhan penyuluh
berkeinginan sasaran untuk sampai pada tingkat mengetahui maka
dengan metode ceramah, diskusi akan tercapai. Tetapi bila
diharapkan sasaran sampai pada tingkat terampil, maka harus dengan
yang menggunakan praktek. Sasaran akan terampil bila melakukan
kegiatan praktek. Metode yang melakukan praktek harus didata
kemudian atas dasar pertimbangan yang lain baru ditetapkan.

2. Macam-macam Metode Penyuluhan Pertanian


Menurut Mardikanto dan Sri (1979) penyuluhan pertanian adalah
merupakan suatu sistem komunikasi pembangunan yang terutama
ditujukan kepada masyarakat petani dan segenap keluarganya. Berikut ini
adalah macam-macam metode penyuluhan pertanian

a. Kunjungan
Menurut Sujono (2013) anjangsana merupakan kunjungan
terencana penyuluh kepada sasaran baik di rumah atau ditempat
usaha tani sasaran dengan tujuan menumbuhkan kepercayaan diri
petani dan keluarganya. Anjangsana merupakan kegiatan terencana
yang berarti bahwa anjangsana ini dilakukan dengan persiapan yang
matang. Persiapan sebelum anjangsana meliputi waktu kunjungan,
tempat, koordinasi dengan sasaran, materi, alat peraga dan alat
bantu, alat dan bahan penyuluhan. Dalam kunjungan akan
menentukan metode penyuluhan media, materi, kesempatan
penyuluh, keadaan sasaran, jenis kegiatan usahatani, serta
ketersediaan alat dan perlengkapan lainnya (alat transport,
komunikasi, alat peraga). Hal yang penting dalam kunjungan adalah
materi, sebaiknya disesuaikan dengan permasalahan, serta
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani.

9
b. Demonstrasi
Padmomihardjo (2004) dalam Sujono (2013) menjelaskan
bahwa demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di lapangan
untuk memperlihatkan, membuktikan secara nyata tentang cara dan
atau hasil penerapan teknologi pertanian yang telah terbukti
menguntungkan bagi petani. Berdasarkan pengertian tersebut dikenal
demonstrasi cara dan demonstrasi hasil. Demonstrasi cara
merupakan bentuk metode penyuluhan dengan tujuan agar peserta
mengetahui praktek menerapkan teknologi baru. Tujuan demonstrasi
cara adalah mengenalkan adanya teknologi baru yang dapat
memberikan keuntungan pada petani, menyakinkan orang-orang
bahwa sesuatu cara kerja tertentu akan berguna dan praktis.
Tabel 2. Klasifikasi Metode Demonstrasi

Tahapan Pelaksana yang Macam Kegiatan


Luas Areal
Metode Terlibat yang Dilaksanakan

Demonstrasi 0,1 Ha Kontak tani dan Keterampilan teknik


Plot (Demplot) keluarganya. berusaha tani
(termasuk peralatan
dan sarana produksi
yang digunakan)
Demonstrasi 3-5 Ha Kelompok tani dan Demplot ditambah
Farm (Dem pimpinan non dengan adanya
farm) formal. kerjasama petani di
dalam kelompoknya.
Demonstrasi 25-100 Ha Gabungan Dem Farm ditambah
Area (Dem kelompok dan denga kegiatan
Area) pimpinan formal. usahatani dalam arti
luas.
Demonstrasi 600-1000 Ha Badan Usaha Unit Dem area ditambah
Unit (Dem Desa/ Koperasi Unit penguasaan dan
Unit) Desa (BUUD/ KUD) pengolahan hasil serta
pimpinan formal dan pemasarannya.
lembaga-lembaga
pelayanan yang lain.
Berdasarkan tabel tersebut, luas areal mempengaruhi
domenstrasi yang akan dilakukan. Pelaksana yang terlibat dalam
demonstrasi dalam luasasn tertentu juga berbeda sehingga dalam
kebijakan yang mungkin akan diambil dan dampak perubahan yang
akan dirasakan juga akan berbeda.

10
c. Sekolah Lapang
Sekolah Lapang (SL) adalah salah satu metode penyuluhan
pertanian yang kegiatannya berada di tempat usaha tani didukung
dengan sarana belajarnya, dilengkapi dengan kurikulum yang rinci
dan terpadu serta belajar selama satu siklus tertentu. Prinsip dalam
Sekolah Lapangan ini adalah bersifat kemitraan, perencanaan
disusun bersama dalam kelompok tani, keputusan diambil secara
bersama dari anggota kelompok, belajar lewat pengalaman karena
petani melakukan, mengalami dan menemukan sendiri (Sujono.
2013).

d. Pameran
Pameran merupakan metode penyuluhan pertanian yang
bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan minat akan teknologi
baru dengan sasaran para petani secara massal. Pengunjung pameran
adalah beragam, mereka mempunyai pekerjaan sebagai petani
ataupun bukan petani. Pameran dapat memperlihatkan hasil
penerapan teknologi, cara kerja dan mengajak pengunjung untuk ikut
melaksanakan atau mencontoh apa yang dilihatnya. Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pameran menarik yaitu
materi, penampilan, desain atau tata letak, dukungan alat bantu dan
peraga, adanya barang yang dapat dinikmati, kuis, buku tamu,
hadiah, dan lain-lain (Sujono. 2013).

e. Kunjungan Pertemuan Petani


Pertemuan petani merupakan wadah bagi petani untuk
berkumpul saling memberi informasi dan merencanakan kegiatan
yang akan datang. Dalam pertemuan petani, penyuluh dapat
mempergunakan untuk mengkomunikasikan berbagai hal yang
sifatnya informasi, instruksi, larangan, atau lainnya. Pertemuan dapat
dilakukan di rumah petani, lahan usahatani, gubuk atau tempat lain

11
yang memadai. Waktu pertemuan dapat siang, sore, atau malam
tergantung waktu luang petani. Waktu kerja petani biasanya pagi
atau sore dan sebaiknya tidak mengganggu kesibukan petani.
Pertemuan petani tersebut biasanya dikuti petani sehamparan atau
sewilayah dan memiliki keragaman pendidikan, pengalaman,
kemampuan ekonomi, dan lain-lain. Oleh karena itu, penyuluh dalam
melaksanakan pertemuan harus memerhatikan hal tersebut. Atas
dasar keragaman tersebut penyuluh dituntut untuk sabar melayani
petani dalam berdiskusi karena dapat terjadi perbedaan pendapat dan
keluar dari materi bahasan (Sujono. 2013).

f. Temu Usaha
Temu usaha adalah pertemuan antara petani selaku produsen
dengan pengusaha selaku pembeli produksi petani. Adanya temu
usaha ini sebagai salah satu usaha mengatasi pemasaran hasil petani
yang kurang memuaskan. Biasanya pada waktu panen harga turun
dan waktu tidak panen harga naik. Pada komoditi tertentu harga jual
juga ditentukan kualitas barang yang akan dijual. Proses temu usaha
ini diawali dengan penjelasan atau informasi dari petani akan jenis
komoditi yang ada, jumlah barang, kualitas, harga jual, dan lain-lain.
Pengusaha menanggapi paparan petani dengan menjelaskan jenis
barang yang diminta, jumlah, kualitas, harga beli, dan lain-lain.
Kualitas biasanya memegang peran yang penting dalam temu usaha.
Hal ini menjadi catatan khusus bagi penyuluh untuk dapat mencari
teknologi agar kualitas seperti yang diminta pengusaha (Sujono.
2013).

g. Kursus Tani
Kursus tani adalah kegiatan belajar dan mengajar bagi para
petani dengan materi disusun dalam kurikulum yang dijabarkan di
jadwal dalam waktu tertentu dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petani. Tujuan kursus tani adalah

12
untuk membekali pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan
menumbuhkan sikap positif, mengembangkan sikap kepemimpinan
petani, menumbuhkan kemitraan, menumbuhkan kerjasama
(Sujono. 2013).

h. Karyawisata
Karyawisata adalah suatu perjalanan bersama yang dilakukan
oleh kelompok tani, untuk belajar sambil melakukan, penerapan
teknologi dalam keadaan yang sesungguhnya. Pada kegiatan ini
kelompok tani melakukan perjalanan dengan tujuan menyebarkan
teknologi yang telah diterapkan kepada kelompok lain yang belum
menerapkan. Tujuan karya wisata ini adalah meningkatkan peran
kelompok tani dalam proses materi teknologi, menyebarkan materi
teknologi oleh petani kepada petani lain agar usahataninya lebih baik
penyebaran. Selain itu juga meningkatkan jaringan antarpetani atau
kelompok tani untuk menjalin kerjasama, meningkatkan rasa percaya
diri akan kemampuan menerapkan teknologi, memberikan
kesempatan kepada petani untuk belajar sambil melakukan sendiri
hasil penerapan, suatu teknologi demonstrasi suatu ketrampilan, alat
baru dan sebagainya serta membantu peserta mengebal masalah,
menumbuhkan minat dan perhatian, serta motivasi untuk melakukan
sesuatu sendiri (Sujono. 2013).

C. Evaluasi Penyuluhan Pertanian


1. Pengertian Evaluasi
Menurut Hornby dan Pranwell (1972) dalam Mardikanto (1993) kata
“evaluasi” dalam kehidupan sehari-hari sering diartikan sebagai padanan
kata dari “penilaian”, yaitu sutau tindakan pengambilan keputusan untuk
menilai suatu obyek, keadaan, peristiwa, atau kegiatan tertentu yang
sedang diamati. Frutchey (1973) mengemukakan dalam Mardikanto
(1993) bahwa kegiatan evaluasi selalu mencakup kegiatan obserasi
(pengamatan), membanding-bandingkan antara hasil pengamatan dengan

13
pedoman-pedoman yang ada, dan pengambilan keputusan atau penilaian
atas obyek yang diamati. Evaluasi harus dilakukan berdasarkan data atau
fakta, bukan berdasarkan pada praduga atau intuisi seseorag (yang
melakukan evaluasi) dan evaluasi harus menggunakan pedoman-
pedoman tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

2. Tujuan dan Manfaat Evaluasi


Stufflebeam (1971) dalam Mardikanto (1993) mengemukakan
bahwa pada dasarnya tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui seberapa
jauh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai atau menyimpang
dari pedoman yang ditetapkan atau untuk mengetahui tingkat
kesenjangan (diskrepansi) antara keadaan yang telah dicapai dengan
keadaan yang dikehendaki atau seharusnya dapat dicapai sehingga
dengan demikian akan dapat diketahui tingkat efektivitas dan efisiensi
kegiatan yang telah dilaksanakan.
Manfaat dari evaluasi adalah untuk menentukan tingkat perubahan
perilaku petani, untuk perbaikan program, sarana, prosedur,
pengorganisasian dan pelaksanaan penyuluhan pertanian serta untuk
penyempurnaan kebijakan penyuluhan pertanian.

3. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai suatu keadaan, gejala,
peristiwa, atau kegiatan-kegiatan tertentu, dengan menggunakan
landasan-landasan tertentu. Karena itu, Mardikanto (1993) menjelaskan
bahwa kegiatan evaluasi harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi
sebagai berikut.
Kegiatan Evaluasi harus merupakan bagian integral yang tak
terpisahkan dari kegiatan perencanaan program. Artinya tujuan evaluasi
harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai yang telah dinyatakan
dalam perencanaan programnya. Setiap evaluasi harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut.

14
a. Objektif, artinya selalu berdasarkan pada fakta. Menggunakan
pedoman tertentu yang telah dibakukan. Menggunakan metode
pengumpulan data yang tepat dan teliti.
b. Menggunakan alat ukur yang tepat (valid dan sahih) serta dapat
dipercaya (teliti dan reliabel).
c. Setiap evaluasi harus menggunakan alat ukur yang berbeda untuk
mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula. Contohnya adalah
perumusan daftar pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan harus
dibedakan dengan yang digunakan untuk mengetahui sikap dan
pengukuran keterampilan tidak cukup dengan menggunakan daftar
pertanyaan saja.

Evaluasi harus dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut.


a. Data kuantitatif, agar dengan jelas dapat diketahui tingkat
pencapaian tujuan dan tingkat penyimpangan pelaksanaannya.
b. Uraian kualitatif, agar dapat diketahui faktor-faktor penentu
keberhasilan, penyebab kegagalan, dan faktor penunjang serta
penghambat keberhasilan tujuan program yang direncanakan.
c. Evaluasi harus efektif dan efisien, artinya evaluasi harus
menghasilkan temuan-temuan yang dapat dipakai untuk
meningkatkan efektifitas (tercapainya tujuan) program. Evaluasi
harus mempertimbangkan ketersediaan sumberdayanya sehingga
tidak terjebak pada kegiatan-kegiatan yang terlalu rinci tetapi tidak
banyak manfaatnya bagi tercapainya tujuan, melainkan harus
dipusatkan kepada kegiatan-kegiatan yang strategis (memiliki
dampak yang luas dan besar bagi tercapainya tujuan program).

4. Jenis-Jenis Evaluasi
Menurut Mardikanto (2013) terdapat beberapa jenis evaluasi dalam
kegiatan penyuluhan pertanian, yaitu Evaluasi Formatif dan Evaluasi
Sumatif, on-going evaluation dan ex-post evaluation, evaluasi internal
dan eksternal, evaluasi internal dan eksternal, evaluasi teknis dan

15
ekonomi, evaluasi program, pemantauan dan evaluasi dampak program,
serta pendekatan sistem dalam evaluasi.
a. Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif
Taylor (1976) dalam Mardikanto (2013) mengemukakan bahwa
evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan terhadap
program atau kegiatan yang telah dirumuskan, sebelum program atau
kegiatan itu sendiri dilaksanakan. Evaluasi sumatif merupakan
kegiatan evaluasi yang dilakukan setelah program selesai
dilaksanakan.

b. On- Going Evaluation dan Ex-Post Evaluation


On-going evaluation adalah evaluasi yang dilaksanakan pada
saat program atau kegiatan itu masih/sedang dilaksanakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan pelaksanaan kegiatan
dibanding program atau rencana yang telah ditetapkan, sekaligus
segera merumuskan langkah-langkah pengamanan untuk
mengantisipasinya. Ex-post evaluation yaitu evaluasi yang
dilaksanakan pada saat program atau kegiatan yang direncanakan
telah selesai dikerjakan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa
jauh tujuan telah dicapai, dan seberapa jauh telah terjadi
penyimpangan didalam pelaksanaannya (Mardikanto. 2013).

c. Evaluasi Internal dan Eksternal


Dalam evaluasi intern, evaluasi dilakukan oleh orang-orang
atau aparat yang terlibat langsung dengan program yang
bersangkutan (administrator program, penanggungjawab program,
pelaksana program) atau yang terdapat di dalam suatu organisasi
pemilik/pelaksana program, yang memang memiliki fungsi atau
tugas untuk melakukan evaluasi dalam organisasi
pemilik/pelaksana program tersebut (aparat inspektorat, aparat
biro/bagian pengawasan, aparat pemantauan dan evaluasi).
Evaluasi ekstern adalah evaluasi yang dilaksanakan oleh pihak luar

16
(di luar organisasi pemilik/pelaksana program). Inisiatif
dilakukannya evaluasi dapat muncul dari pihak luar atau justru
diminta oleh pemilik/pelaksana program yang bersangkutan
(Mardikanto. 2013).

d. Evaluasi Teknis dan Ekonomi


Evaluasi teknis (fisik) adalah kegiatan evaluasi yang sasaran dan
ukurannya menggunakan ukuran-ukuran teknis (fisik), seperti
seberapa jauh volume kegiatan telah dapat diselesaikan, seberapa
jauh persyaratan teknis telah ditepati, berapa jumlah orang yang
terlibat/terjangkau oleh program yang dilaksanakan, dan lain-lain
Evaluasi ekonomi (keuangan) merupakan kegiatan evaluasi yang
sasarannya adalah pengelolaan keuangan dan menggunakan ukuran-
ukuran ekonomi, seperti seberapa jauh administrasi keuangan telah
dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku, berapa persen
realisasi pengeluaran yang telah dilaksanakan, dan lain-lain
(Mardikanto, 2013)

e. Evaluasi Program, Pemantauan dan Evaluasi Dampak Program


Rossi, dkk (1979) dalam Mardikanto (2013) mengenalkan tiga
tipe evaluasi yaitu dengan membedakan kegiatan evaluasi dalam
evaluasi terhadap program, pemantauan atau monitoring, dan
evaluasi terhadap dampak program.
1) Evaluasi Program
Evaluasi program adalah evaluasi yang dilakukan untuk
mengkaji kembali draft/usulan program yang sudah
dirumuskan sebelum program itu dilaksanakan. Tujuannya
untuk mengkaji kembali keterandalan program dan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan pedoman-
pedoman /patokan-patokan yang diberikan (Mardikanto.
2013). Evaluasi program biasanya dilakukan untuk

17
kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka
menentukan kebijakan selanjutnya.

2) Pemantauan Program
Pemantauan program diartikan sebagai proses
pengumpulan informasi (data, fakta) dan pengambilan
keputusan-keputusan yang terjadi selama proses pelaksanaan
program, dengan maksud untuk menghindari terjadinya
keadaan-keadaan kritis yang akan mengganggu pelaksanaan
program, sehingga program tersebut tetap dapat dilaksanakan
seperti yang direncanakan demi tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan (Cernea dan epping. 1977 dalam Mardikanto.
2013).
Pemantauan program juga menelaah seberapa jauh
kegiatan pelayanan dan penyaluran sarana yang diperlukan dan
seberapa jauh pelaksanaan program dapat memberikan
kepuasan kepada sasarannya. Karena itu, melalui pemantauan
akan diketahui kendala-kendala yang ditemui, serta
sumberdaya yang dibutuhkan selama pelaksanaan program.
(Mardikanto. 2013)

3) Evaluasi Dampak Program


Evaluasi dampak diarahkan untuk mengevaluasi dampak
dari program kegiatan yang telah dilaksanakan berdasarkan
tujuan program yang telah direncanakan sebelumnya. Karena
itu, Rossi, dkk (1979) dalam Mardikanto (2013)
mengingatkan agar tujuan program yang direncanakan jelas
dan mudah diukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan
program yang bersangkutan, serta semua kegiatan harus
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga tidak

18
menimbulkan pertanyaan yang dapat mempengaruhi
keberhasilan program.

19
BAB III
METODE PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat


Kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) II ini akan dilaksanakan mulai
tanggal 1-31 Juli 2022. Tempat kegiatan ini di Kecamatan Kledung,
Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.

B. Materi Kegiatan
Materi kegiatan berupa elemen kompetensi dan tagihan yang diharapkan
dari PKL II ini, dari materi yang ada dan disesuaikan dengan tagihan serta
dengan petunjuk teknis yang sudah ada, diharapkan memenuhi capaian yang
diharapkan. Adapun capaian yang diharapkan adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Materi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan II
Unit Elemen Kompetensi Mahasiswa Kegiatan PKL
Kompetensi Kompetensi
Menerapkan Menyiapkan Mengidentifikasi sasaran Menyiapkan
Media Media Menetapkan jenis media yang media
Penyuluhan akan diperlukan
Pertanian
Menggunakan Menjelaskan standar teknis Menggunakan
Media penggunaan media media
Menyesuaikan media
Menetapkan Mengidentifikasi karakteristik Mempersiapkan
Metode sasaran pelaksanaan
Memilih metode penyuluhan Penyuluhan
berdasarkan materi dan media Pertanian
sesuai dengan tujuan dan
Menerapkan karakteristik sasaran
Metode
Penyuluhan
Pertanian Menggunakan Menyiapkan LPM Melaksanakan
metode Menetapkan metode yang akan penyuluhan
dipakai dalam kegiatan pertanian
penyuluhan

19
Merencanakan Merumuskan tujuan evaluasi Mempersiapkan
kegiatan Menyiapkan instrumen Evalusi
evaluasi evalusi
Menentukan kegiatan
penyuluhan yang akan
dievaluasi
Memilih metode evaluasi
Menetapkan sampel yang akan
dievaluasi

Mengevaluasi
Pelaksanaan
Penyuluhan Menetapkan Merekapitulasi data Melaksanakan
Pertanian hasil evaluasi Menyusun data dalam bentuk Evaluasi
tabulasi
Menganalisis data sesuai
dengan tujuan evaluasi
Menetapkan hasil evaluasi

Menyusun Menjelaskan sistematika Menyusun


laporan hasil penulisan laporan evaluasi laporan evaluasi
evaluasi
Merencanakan Merumuskan tujuan evaluasi Mempersiapan
evalusi dampak dampak evaluasi dampak
Menyiapkan instrumen evalusi
dampak
Menetapkan metode evaluasi
Mengevaluasi dampak
dampak Menetapkan sampel evaluasi
Penyuluhan dampak
Pertanian
Mengumpulkan Menyusun instrumen yang Melaksanakan
data evaluasi sudah diuji validitas dan evaluasi dampak
dampak reabilitasnya
Mengumpulkan data evaluasi
dampak

Menganalisis Menyusun data dalam bentuk Menyusun Laporan


data evaluasi tabulasi Evaluasi Dampak
dampak Menganalisis data hasil tabulasi
sesuai dengan metode analisis
yang dipilih
Menginterpretasikan data hasil
analisis
Merumuskan rekomendasi hasil
analisis
Menyusun laporan hasil evaluasi
dampak

20
C. Prosedur Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan PKL II ini, prosedur pelaksanaannya adalah sebagai
berikut.
1. Penetapan lokasi PKL II
Lokasi PKL II di wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) di lokasi Food Estate (FE) Provinsi
Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Temanggung dan Kabupaten
Wonosobo.
Desa tempat kegiatan PKL II mempertimbangkan karakteristik desa
sebagai desa yang aktif melaksanakan kegiatan penyuluhan dan
diutamakan yang mendukung Program Food Estate (FE) dan Kostratani.
Sasaran PKL II yaitu kelompok tani/gabungan kelompok tani (gapoktan)
di wilayah dusun/desa setempat.

2. Survey Calon Lokasi PKL II


Survei lokasi PKL II dilakukan oleh panitia pelaksana PKL yang
telah ditetapkan oleh Direktur Polbangtan.

3. Pembekalan
Pembekalan diberikan kepada mahasiswa dan dilaksanakan di
kampus Polbangtan dan di lokasi PKL II. Pembekalan dimaksudkan
untuk menginformasikan lokasi PKL II masing- masing mahasiswa yang
sudah ditetapkan, dan menyamakan persepsi tentang pelaksanaan PKL II,
terutama berkaitan materi yang perlu dikuasai berdasarkan hasil
identifikasi lapangan dan mekanisme pelaksanaan tugas selama berada di
lapangan. Pembekalan diberikan oleh Dosen yang kompetensinya relevan
dengan materi.

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan PKL II di desa sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan oleh Direktur Polbangtan Yogyakarta-Magelang, dengan

21
bimbingan dosen pembimbing Internal dan pembimbing eksternal.
Alokasi waktu efektif pelaksanaan PKL II adalah 30 hari.
Pelaksanaan di lapangan dilakukan oleh mahasiswa secara mandiri.
Mahasiswa menerapkan materi sesuai dengan rencana kegiatan pada
proposal yang telah disusun. Metode Pelaksanaan PKL II adalah sebagai
berikut:
1. Magang di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP);
2. Pendekatan individu, kelompok atau masal;
3. Pendekatan partisipatif atau metode lainnya;
4. Focus Discussion Group (FGD) menyusun programa penyuluhan
tingkat desa dan Rencana Kerja Tahuna Penyuluh (RKTP).
Materi kegiatan PKL II yang harus diselesaikan adalah 20 elemen
kompetensi yang kemudian penyelesaiannya disesuaikan dengan alokasi
waktu pelaksanaan PKL II sebagaimana tertuang dalam jadwal yang
dibuat oleh mahasiswa.
Pelaksanaan kegiatan dilapangan dalam mencapai elemen
kompetensi dan tagihan selama waktu efektif disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan PKL II
No Tanggal Kegiatan Keterangan
1 1 Juli 2022 Menuju Lokasi PKL -
2 2-5 Juli 2022 Koordinasi bersama Koordinasi Kegiatan
Pembimbing Eksternal dan PKL II
Pemerintah Desa
3 6 Juli 2022 Metetapkan Materi Penyuluhan Tempat BPP Kledung
Pertanian didampingi
Pembimbing
Eksternal
4 7 Juli 2022 Menetapkan Metode Tempat BPP Kledung
Penyuluhan Pertanian didampingi
Pembimbing
Eksternal
5 8-9 Juli 2022 Membuat Media Penyuluhan Tempat BPP Kledung
Pertanian didampingi
Pembimbing
Eksternal
6 8-9 Juli 2022 Membuat Sinopsis Tempat BPP Kledung
didampingi
Pembimbing
Eksternal
7 8-9 Juli 2022 Membuat Lembar Penyuluhan Tempat BPP Kledung
Pertanian didampingi

22
Pembimbing
Eksternal
8 11-15 Juli 2022 Melaksanakan Penyuluhan Kelompok Tani
Pertanian (Pertemuan Kecamatan Kledung
Kelompok Tani I)
9 11-15 Juli 2022 Membuat Instrumen Evaluasi Kelompok Tani
Hasil Pelaksanaan Penyuluhan Kecamatan Kledung
Pertanian
10 11-15 Juli 2022 Menetapkan dan Melaksanakan Tempat BPP Kledung
Metode Evaluasi Hasil didampingi
Pelaksanaan Penyuluhan Pembimbing
Pertanian Eksternal
11 16 Juli 2022 Tabulasi Hasil Evaluasi Tempat BPP Kledung
Pelaksanaan Penyuluhan didampingi
Pertanian Pembimbing
Eksternal
12 17 Juli 2022 Analisis Data Hasil Evaluasi Tempat BPP Kledung
Pelaksanaan Penyuluhan didampingi
Pertanian Pembimbing
Eksternal
13 17 Juli 2022 Menyusun Laporan Evaluasi Tempat BPP Kledung
Hasil Pelaksanaan Penyuluhan didampingi
Pertanian Pembimbing
Eksternal
14 18 - 22 Juli 2022 Membuat instrumen evaluasi Tempat BPP Kledung
dampak penyuluhan pertanian didampingi
Pembimbing
Eksternal
15 19 - 22 Juli 2022 Menetapkan dan Melaksanakan Kelompok Tani
metode evaluasi dampak Kecamatan Kledung
penyulan pertanian (Pertemuan
Kelompok Tani II)
16 23 Juli 2022 Tabulasi Data Hasil Evaluasi Tempat BPP Kledung
Dampak Penyuluhan Pertanian didampingi
Pembimbing
Eksternal
17 24 Juli 2022 Analisis Data Hasil Evaluasi Tempat BPP Kledung
Dampak Penyuluhan Pertanian didampingi
Pembimbing
Eksternal
18 25-26 Juli 2022 Membuat Laporan Evaluasi Tempat BPP Kledung
Dampak Penyuluhan Pertanian didampingi
Pembimbing
Eksternal
19 27-30 Juli 2022 Koordinasi bersama Tempat BPP Kledung
Pembimbing Eksternal dan didampingi
Pemerintah Desa dan Pembimbing
Pembuatan Laporan PKL Eksternal
20 31 Juli 2022 Kembali Ke Kampus Jurusan -
Pertanian Politeknik
Pembangunan Pertanian
Yogyakarta Magelang

5. Penyusunan Laporan

23
Mahasiswa wajib menyusun laporan PKL II dengan bimbingan
dosen. Laporan PKL II didasarkan hasil kegiatan PKL II sesuai materi
yang telah ditetapkan dalam proposal dan dibuat rangkap 4 (empat).

24
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum
1. Kondisi Geografi
a. Lokasi dan Batas - Batas
Lokasi Desa Kruwisan terletak di lereng gunung Sindoro
tepatnya di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung dengan
batas-batas sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Kwadungan Gunung
2) Sebelah Timur : Desa Kruwisan
3) Sebelah Selatan : Desa Jambu
4) Sebelah Barat : Desa Canggal

b. Keadaan Tanah dan Penggunaan Lahan


Desa Kruwisan terletak di lereng gunung Sumbing dengan tinggi
tempat berkisar 1000 s/d 2000 m/dpl.Topografi tanah Desa Kruwisan
merupakan tanah miring bergelombang.
Tabel 5. Penggunaan Lahan Desa Kruwisan
No Penggunaan Lahan Luas Lahan ( Ha )
1 Tegal 33
2 Pekaranagan/Bangunan 431,44
3 Hutan 467,44
4 Lain Lain 1,1

2. Iklim
a. Curah Hujan
Berdasarkan data curah hujan di Kecamatan Kledung selama lima
tahun terakhir (2017-2021).
Tabel 6. Curah Hujan Desa Kruwisan Tahun 2017-2021
2017 2018 2019 2020 2021
No Bulan
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
1. Januari 342 28 304 19 626 28 497 26 636.5 31
2. Februari 384 18 366 22 716 25 692 26 450.5 28
3. Maret 592 25 366 21 377 24 484 22 573.9 31

25
4. April 547 23 336 26 491 22 168 15 331.7 31
5. Mei 91 8 303 27 241 11 98 11 114.2 14
6. Juni 215 12 221 15 233 10 10 2 - -
7. Juli 159 13 145 13 66 4 0 0 - -
8. Agustus 2 1 93 10 24 2 0 0 3 3
9. September 2 1 389 19 59 6 0 0 - -
10 Oktober 1 1 550 27 179 13 7 1 60.5 5
. November 192 13 379 23 560 25 262 12 101.5 13
11 Desember 413 20 536 27 351 18 362 21 403 19
12
JUMLAH 3340 18 3987 249 3923 188 2580 136 2674. 175
0 8
RATA-RATA 117 13 232 21 327 16 215 11 297 19

b. Suhu dan Kelembaban


Wilayah Desa Kruwisan merupakan daerah bergelombang
dengan ketinggian 800-2000 m dpl. Suhu rata-rata 25 0C. kelembaban
yaitu antara 66,3 % - 69,43 % atau rata-rata 68,69% (Laboratorium
tanaman Kedu).
Dengan keadaan suhu dan kelembaban yang demikian sangat
mendukung perkebangan usaha pertanian di wilayah ini. Sumber daya
alam yang ada harus dimanfaatkan secara optimal serta harus
dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia yaitu
pengetahuan, ketrampilan dan penerapan teknologi usaha tani yang
berwawasan lingkungan.

B. Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) II yang telah dilaksanakan
adalah menyelesaikan tagihan dalam bentuk elemen kompetensi. Berikut ini
adalah hasil pelaksanaan PKL II di Desa Kruwisan, Kecamatan Kledung,
KabupatenTemanggung, Provinsi Jawa Tengah.
1. Menyusun Materi Penyuluhan Pertanian
Materi yang disampaikan adalah Pengenalan Organisme Penganggu
Tanaman Komoditas Bawang Putih. Berikut adalah rincian meteri yang
disampaikan

26
Tabel 7. Rincian Materi Penyuluhan
Bagian Materi
Pendahulua Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan
n komoditas sayuran unggulan memiliki cita rasa dan
manfaat yang tidak dapat digantikan oleh produk
lainnya. Komoditas bawang putih sangat berpeluang
untuk menjadi sumber pendapatan dan pemberi
kesempatan kerja yang memberikan kontribusi tinggi
terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Belum
meluasnya pertanaman bawang putih di Indonesia
karena petani belum terbiasa menanam komoditas
tersebut dan terdapat kendala Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT).
Isi Hama pada bawang putih dinamis
keberadaannya karena ekosistem pertanaman
bawang putih juga merupakan ekosistem dinamis.
Karakteristik OPT Bawang Putih
daya keperidian tinggi
mortalitas alamiah rendah
siklus hidup singkat
cenderung bermigrasi
daya adaptasi pada habitat baru kuat,
daya kompetisi antar spesies rendah,
ukuran tubuh (relatif) kecil.
Oleh karena itu, sering terjadi peledakan OPT
pada kondisi ekosistem yang mendukung. Terdapat
beberapa OPT penting tanaman bawang putih, yang
meliputi sebagai berikut.
Penyakit moler atau layu Fusarium (Twisting
Disease)
Penyakit ngelumpruk (Stemphylium leaf blight)
Penyakit trotol atau bercak ungu (Purple blotch)

27
Penyakit otomatis atau antraknose (Antracnose)
Penyakit embun bulu atau tepung palsu (Downy
mildew)
Bercak Daun
Mati Pucuk
Virus Mosaik Bawang
Trips
Ulat Bawang
Lalat Pengorok Daun
Ulat tanah

Penutup Standar pengendalian organisme pengganggu


tanaman adalah lakukan pengamatan berkala, tentukan
jenis tindakan yang perlu segera, pengendalian OPT
saat ambang batas ekonomi, Gunakan Agensia Hayati.

2. Membuat Media Penyuluhan Pertanian


Media yang dibuat adalah booklet. Pemilihan media berdasarkan
tingkat adopsi petani, karena mayoritas petani berpendidikan Sekolah
Menengah Pertama atau sederajat, maka media dalam bentuk tulisan
dapat diterima, serta untuk menggugah komitmen petani untuk
menerapkan materi yang disuluhkan maka media sesungguhnya adalah
pilihan yang terbaik. Media yang digunakan dalam penyuluhan
pengenalan OPT Bawnag putih dibubuhkan dalam lampiran 5.

3. Menetapkan Dan Menggunakan Metode Penyuluhan Pertanian


Penetapan metode yang digunakan dalam penyuluhan pertanian
adalah dengan melakukan analisis menggunakan matrik/model urutan
penetapan metode, dimana dilakukan skoring terhadap keadaan sasaran,
keadaan penyuluh, keadaan wilayah, biaya dan sarana, kebijakan
pemerintah, serta materi yang disampaikan, yang dirincikan sebagai
berikut.

28
Tabel 8. Tabel Penetapan Metode Penyuluhan
Dasar
No Indikator Nilai/Hasil Kesimpulan
Pertimbangan
1 Keadaan Pendidikan SD-SMA Tingkat pendidikan rata-
sasaran rata SD hingga SMA,
Pekerjaan Petani petani memiliki
pengalaman bertani antara
Pengalaman Lebih dari 15-20 tahun, telah
bertani 15-30 tahun mengikuti kegiatan
penyuluhan berupa
Penyuluhan yang Pertemuan, pertemuan, SLPTT,
pernah diikuti SLPTT, SLPHT.
SLPHT,
Demonstrasi Dapat mengikuti berbagai
Luas Usaha Tani macam metode.
0,5-2 Ha2
2 Penyuluh Pendidikan SMK Tingkat pendidikan
Pertanian penyuluh.
Masa Kerja Pelatihan yang diikuti
- adalah SL-PTT, SL-PHT,
Usia LAKUSUSI dan lain-lain
21 Tahun Pengalaman bekerja
Jenis Kelamin belum ada .
Laki-laki
Bidang Keahlian Sudah memadai untuk
Pertanian melaksanakan berbagai
macam metode.
3 Keadaan Keadaan Dataran Kondisi wilayahnya datar
Wilayah hamparan tinggi dengan luasan wilayah
lebih dari 150 ha dengan
Peruntukan Ladang komoditas unggulan
Lahan tembakau, cabai, dan
bawang putih
Luas Wilayah Luas
wilayah 160
Ha Bisa menerapkan
berbagai metode untuk
Komoditi yang Cabai, meningkatkan
diusahakan/ pola Bawang produktivitas
tanam Putih,
Tembakau
4 Biaya dan Sumber biaya Swadaya Biaya dan sarana dengan
sarana cara swadaya kelompok.
Jumlah biaya Rp. 100.000 Sudah memadai untuk
melaksanakan berbagai
macam metode.
5 Kebijakan Kebijakan Ada Kebijakan pemerintah
Pemerintah Pemerintah Pusat masih dipergunakan
sebagai acuan kelompok.
Kebijakan Pemda
Tk II Ada

Perdes
Ada
6 Materi Macam materi Pemeliharaa Materi yang disampaikan
n - OPT sesuai dengan kondisi
Penting yang dihadapi kelompok.

29
Dasar
No Indikator Nilai/Hasil Kesimpulan
Pertimbangan
tanaman
bawang
putih
Tujuan
penyampaian Pengetahuan
materi (PSK) Dan Minat

Judul Materi
Pengenalan
OPT Penting
tanaman
bawang
putih

Rekapitulasi skor pertimbangan pemilihan metode penyuluhan


adalah sebagai berikut.

Tabel 9. Skor Penetapan Metode Penyuluhan


Aspek yang dinilai Ceramah Demostrasi Bimbingan Studi
Cara Teknis Banding
Sasaran *** ** *** **
Penyuluh *** ** ** **
Keadaan Wilayah *** *** *** ***
Biaya dan Sarana *** * * *
Kebijakan *** *** ** **
Materi *** * * *
Jumlah Skor 18 12 12 11

Berdasarkan kategori serta data dan hasil rekapitulasi skor dari


matriks/model urutan penetapan metode, maka diambil kesimpulan atau
ditetapkan bahwa jenis metode yang digunakan adalah pertemuan/
ceramah dan disuksi.

4. Mempersiapkan Penyuluhan Pertanian


Mempersiapkan kegiatan penyuluhan adalah kegiatan yang
harus dilakukan sebelum melakukan penyuluhan pertanian. Persiapan
yang dilakukan adalah menyiapkan materi, merumuskan tujuan
penyuluhan, menyusun lembar persiapan menyuluh, menentukan petani
peserta penyuluhan, menentukan tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan,
membuat daftar alat peraga, menyiapkan lembar evaluasi pre dan post

30
test, serta menyiapkan petugas yang akan dilibatkan dalam kegiatan
penyuluhan.
Materi yang telah disiapkan, disusun dari berbagai sumber yang
dapat dipercaya. Sumber yang diambil adalah dari buku serta anjuran dari
pemerintah dalam bentuk buklet maupun selebaran. Materi yang disusun
juga harus disesuaikan dengan rumusan tujuan penyuluhan yang
dilakukan, sehingga materi yang disusun sesuai dengan harapan
penyuluh. Adapun tujuan penyuluhan yang dilakukan adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap petani dalam pengenalan OPT
bawang putih. Materi penyuluhan dibubuhkan dalam lampiran 4.
Materi yang telah dipilih untuk disampaikan kepada peserta harus
disampaikan secara tuntas sesuai materi tersebut. Penyusunan lembar
persiapan menyuluh (LPM) dimaksudkan sebagai acuan untuk
mempermudah penyuluh dalam menyampaikan materi, LPM setidaknya
memuat judul, tujuan, metode, media, waktu, alat bantu, uraian kegiatan,
serta estimasi waktu penyuluhan pertanian. LPM Pengenalan OPT
Bawang Putih dibubuhkan dalam lampiran 6.
Petani peserta penyuluhan yang akan menghadiri kegiatan perlu
dilakukan pendataan terlebih dahulu, hal ini berkaitan dengan persiapan
terhadap media tercetak yang akan dibagikan ke masing-masing peserta.
Tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan penyuluhan perlu dipersiapkan,
hal ini berkaitan untuk persiapan undangan peserta penyuluhan, sumber
daya yang ada di tempat penyuluhan serta pengaturan jadwal yang ada
dipenyuluh maupun pada peserta penyuluhan. Tempat dan waktu
disepakati bersama penyuluh dan petani peserta penyuluhan.
Daftar alat peraga perlu dibuat sehingga semua kebutuhan
penyuluhan yang akan digunakan sebagai peraga penyuluhan dapat
disiapkan dan kekurangan alat peraga saat penyuluhan dapat
diminimalisir. Hal lainnya yang perlu disiapkan adalah lembar evaluasi
pre dan post test, terutama pada jumlah eksemplar yang akan dibuat
disesuaikan dengan jumlah peserta penyuluhan. Petugas yang akan

31
dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan juga harus disiapkan sehingga kita
dapat membagi tugas dalam kegiatan penyuluhan tersebut.

5. Melakukan Kegiatan Penyuluhan Pertanian


a. Waktu
Penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih dilakukan pada hari
Rabu, 20 Juli 2022. Pukul 14.00-16.00 WIB.

b. Tempat
Penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih dilaksanakan di
Kelompok Tani Sapta Mandiri yang bertempat di,
Desa : Kruwisan
Kecamatan : Kledung
Kabupaten : Temanggung
Provinsi : Jawa Tengah

c. Rumusan Tujuan Penyuluhan Pertanian


Tujuan dari diadakan kegiatan penyuluhan ini ialah untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap petani dalam melaksanakan
pengendalian organisme penggganggu tanaman bawang putih secara
terpadu, Dengan rumusan Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
sebagai berikut.
Tabel 10. Rumusan Tujuan Penyuluhan
No Audience Behaviour Condition Degree
1 Petani mengetahui Macam macam secara benar dan
OPT Penting lengkap
Bawang Putih
2 Petani mengetahui Teknik mitigasi secara benar dan
OPT Penting lengkap
Bawang Putih
3 Petani berminat Melaksanakan Secara terpadu
Pengelolaan OPT
dilahan
pertanamannya

32
d. Alat dan Bahan Penyuluhan Pertanian
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan
penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut.
Tabel 11. Alat Peraga Penyuluhan
No Alat Peraga/Bahan Jumlah Satuan
1 LCD Proyektor 1 Unit
2 Layar Pancaran Proyekto 1 Unit
3 Booklet 10 Eksemplar
4 Lembar Pretest 10 Eksemplar
5 Lembar Postest 10 Eksemplar

e. Peserta Penyuluhan
Daftar hadir peserta penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih
di Kelompok tani Sapta Mandiri, Desa Kruwisan, Kecamatan
Kledung dibubuhkan dalam lampiran.

f. Lembar Evaluasi
Lembar Evaluasi berupa kuisioner pre-test dan post test
penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok tani Sapta
Mandiri, Desa Kruwisan, Kecamatan Kledung dibubuhkan dalam
lampiran 7 dan 11.

g. Daftar Petugas
Adapun daftar petugas yang terlibat dalam penyuluhan
Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok tani Sapta Mandiri,
Desa Kruwisan, Kecamatan Kledung adalah sebagai berikut.
Tabel 12. Daftar Petugas Terlibat
No Nama Jabatan Keterangan
1 Mohamad Kholid Koordinator BPP/ Pengarah
S,PKP., M.Si. Pembimbing Eksternal
2 Heriyanto PPL WKPP Desa Kruwisan Pengarah
3 Aviad Rezqiano P. Mahasiswa PKL 2 Pemateri
4 Anjas Putra P. Mahasiswa PKL 2 Dokumentasi
5 Adella Fitriani Mahasiswa PKL 2 Notulis

6. Melakukan Evaluasi Hasil Penyuluhan Pertanian


a. Tujuan Evaluasi Hasil Penyuluhan Pertanian

33
Rumusan tujuan evaluasi hasil penyuluhan adalah sebagai
berikut.
1) Mengukur peningkatan pengetahuan petani terhadap organisme
penganggu tanaman bawng putih sebelum dan setelah
penyuluhan.
2) Mengukur peningkatan sikap petani terhadap organisme
penganggu tanaman bawng putih sebelum dan setelah
penyuluhan.

b. Populasi dan Sampel


Setelah pemilihan lokasi, selanjunya pengambilan sampel
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Menentukan karakteristik populasi, populasi dalam kegiatan
evaluasi penyuluhan ini anggota Kelompok Tani Sapta Mandiri
Desa Kruwisan Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung
Provinsi Jawa Tengah.
2) Menentukan sampel, sampel dipilih sebanyak 10 petani untuk
dijadikan responden.

c. Indikator dan Parameter


Alat ukur yang akan digunakan untuk Evaluasi ini adalah berupa
instrumen. Di dalam instrumen diantaranya terdapat Variabel,
Indikator, parameter dan skor. Intrumen ini nantinya akan
dikembangkan berupa kuesioner tertutup. Kisi-kisi instrumen adalah
gambaran umum instrumen yang akan di sebarkan kepada
responden.
Berikut adalah tabel kriteria jawaban item soal pengetahuan dan
sikap.
Tabel 13. Kriteria Jawaban Pre Test dan Post Test
Kategori Pengetahuan Sikap Nilai
Tinggi Benar (Sangat Tepat) Setuju 1
Rendah Salah (Tidak Tepat) Tidak Setuju 0

34
d. Metode Analisis Data
Analisis data menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian
yang menggunakan sampel tetapi hasil penelitian tidak dimaksudkan
sebagai kesimpulan (generalisasi) dari populasi penelitian. Statistik
deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran
terhadap obyek yang diteliti melalui sampel atau populasi
sebagaimana adanya (Sugiyono, 2009).
Adapun cara analisis data kuisioner yang digunakan yaitu
melalui metode Analisis Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif yaitu
statistik yang digunakan untuk analisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul.
Data yang terkumpul selanjutnya dimasukan kedalam tabulasi data.
Adapun skala pilihan jawaban dan pembobotan yang digunakan
untuk penilaian ini dapat dilihat pada berikut ini,
Tabel 14. Klasifikasi Penilaian Pengetahuan dan Sikap Petani
Pengetahuan Sikap Nilai Interval
Baik Sekali Sangat Setuju Nilai (4) Skor 81,25 % - 100 %
Baik Setuju Nilai (3) Skor 62,50 % - 81,24 %
Cukup Tidak Setuju Nilai (2) Skor 43,75 % - 62,49 %
Kurang Baik Sangat Tidak Setuju Nilai (1) Skor 25,00 % - 43,74 %

e. Karakteristik Responden
1) Umur Responden
Umur merupakan parameter penting untuk mengetahui
produktivitas tenaga kerja. Menurut Suranto (2010) dalam
Purwanto (2015), usia manusia berdasarkan produktivitas kerja
dapat dibedakan 3 kelompok umur yaitu umur belum produktif
(<15 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan umur pasca
produktif (>64 tahun). Klasifikasi responden berdasarkan umur
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 15. Umur Responden Evaluasi Hasil Penyuluhan
No Umur (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)
1 <15 0 0

35
2 15-64 10 100
3 >64 0 0
Total 10 100
Berdasarkan tabel umur responden dapat diketahui bahwa
petani responden di Desa Kruwisan yang berumur <15 tahun
tidak ada, dan petani yang berumur 15 – 64 tahun sebanyak 10
orang atau 100% ini dikatakan umur yang produktif. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Suranto (2010) dalam Purwanto
(2015) yang menyatakan bahwa umur produktif merupakan
modal utama bagi pembangunan pertanian. Dengan umur
produktif diharapkan masih mempunyai semangat dan kekuatan
fisik untuk berusaha tani, ditambah lagi dengan pengalaman
yang dimiliki oleh petani.

2) Kedudukan Dalam Kelompok


Kedudukan dalam kelompok merupakan faktor yang
penting bagi petani dalam melakukan usaha tani. Kedudukan
dalam kelompok dapat menggambarkan keaktifan petani,
sehingga hal ini dapat berpengaruh secara tidak langsung pada
kemudahan dalam mengadopsi teknologi-teknologi terapan yang
berkembang dalam dunia usaha tani. Klasifikasi responden
berdasarkan kedudukan dalam kelompok dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 16. Kedudukan Responden Evaluasi Hasil Penyuluhan
Kedudukan Dalam Jumlah
No Persentase (%)
Kelompok Responden
1 Pengurus 2 20
2 Anggota 8 80
Total 10 100

Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh dari tabel


tersebut menunjukkan Kedudukan dalam kelompok responden
di Kelompok Tani Sapta Mandiri Desa Kruwisan Kecamatan
Kledung secara umum. Dari 10 petani responden yang
berkedudukan sebagai pengurus sebanyak 2 responden (20%)

36
dan yang berkedudukan sebagai anggota sebanyak 8 responden
(80%).

3) Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang penting bagi
petani dalam melakukan usaha tani. Pendidikan dapat
berpengaruh langsung pada kemudahan dalam mengadopsi
teknologi-teknologi terapan yang berkembang dalam dunia
usaha tani. Walaupun pendidikan yang petani miliki tidak dapat
didapat sepenuhnya dari pendidikan formal melainkan lebih
banyak diperoleh melalui eksperimen atau pengalaman dan
belajar langsung kepada penyuluh dan teman-teman petani yang
telah sukses. Sehingga lebih cepat dalam meningkatkan
ekonomi keluarga untuk mencapai kesejahteraan. Klasifikasi
responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 17. Pendidikan Responden Evaluasi Hasil Penyuluhan
Tingkat Jumlah Persentase
No
Pendidikan Responden (%)
1 SD 0 0
2 SLTP 8 80
3 SLTA 2 20
4 Perguruan Tinggi 0 0
Total 10 100
Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh, tingkat
pendidikan petani peserta penyuluhan di Kelompok Tani Sapta
Mandiri Desa Kruwisan Kecamatan Kledung, dari 10 petani
responden yang tamat SLTP sebanyak 8 orang (80%), serta yang
berpendidikan SLTA sebanyak 2 orang (80%). Jadi tingkat
pendidikan di lokasi pengkajian lebih didominasi tamatan
SLTA, artinya dari segi pendidikan peserta penyuluhan sudah
memadai. Kondisi tersebut menunjukkan salah satu faktor
pendukung bagi sumberdaya manusia karena faktor pendidikan
dapat mempengaruhi tingkat adopsi teknologi.

37
f. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
1) Evaluasi Lapangan Pelaksanaan Penyuluhan
Pengecekkan terhadap pelaksanaan penyuluhan Pengenalan
OPT Bawang Putih di Kelompok Tani Sapta Mandiri meliputi
kelengkapan administrasi dan seluruh berkas yang dibutuhkan
pada saat penyuluhan. Berdasarkan tinjauan lapangan yang
dilakukan, pelaksanaan penyuluhan Pengenalan OPT Bawang
Putih di Kelompok Tani Sapta Mandiri didapatkan hasil sebagai
berikut.
Tabel 18. Evaluasi Lapangan Pelaksanaan Penyuluhan
Keterangan
No Tahapan
Ada Tidak ada
1 Materi yang akan disuluhkan √
2 Rumusan tujuan penyuluhan √
3 Lembar Persiapan Menyuluh √
4 Petani Peserta Penyuluhan √
(Presensi)
5 Tempat Kelompok Tani Sapta Madiri Desa
Kruwisan Kecamatan Kledung
6 Waktu 20 Juli 2022
7 Daftar Alat peraga Booklet
8 Lembar valuasi Kegiatan √
(Pra dan pasca tes)
9 Daftar petugas yang terlibat √
10 Foto kegiatan penyuluhan √
pertanian

2) Evaluasi Pengetahuan
Pengetahuan petani merupakan kemampuan petani dalam
memahami hal-hal yang berhubungan dengan mengetahui,
memahami, dan menerapkan. Pengukuran tingkat pengetahuan
petani menggunakan kuesioner dengan mengambil rujukan dari
materi yang disampaikan oleh penyuluh mengenai materi
penyuluhan yang telah diberikan kepada petani. Materi yang
disampaikan oleh penyuluh tentang Pengenalan OPT Bawang
Putih di Kelompok Tani Sapta Mandiri. Berdasarkan materi

38
yang telah diberikan tersebut melalui 10 butir pernyataan untuk
dinilai oleh 10 responden. Dirincikan pada diagram berikut.

BAIK CUKUP SA N GA T BAIK

1; 10% 1

10; 100%
9; 90%

Pre-test Post Test

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa pre test


pengetahuan 90% memiliki pengetahuan yang baik dan 10%
petani memiliki pengetahuan cukup utuk OPT Bawang Putih,
sedangkan Post-test seluruh responden memiliki pengetahuan
yang sangat baik terhadap OPT Bawang Putih.
Berdasarkan hasil pengujian statistik Wilcoxon didapatkan
hasil sebagai berikut.
Pengetahuan
POSTTEST - PRETEST
Z -2.913a
Asymp. Sig. (2-tailed) .004
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Nilai signifikansi post test terhadap pre test adalah 0,004


yang artinya terdapat perbedaan nyata antara pengetahuan petani
tentang OPT Bawang Putih sebelum dan setelah penyuluhan
Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok Tani Sapta
Mandiri.
Hasil ini juga berarti metode ceramah dan muatan materi
yang digunakan dan disampaikan tepat dengan sasaran petani.

39
3) Evaluasi Sikap
Sikap petani merupakan kemampuan petani yang lebih
mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi berbeda
dengan penalaran yang berhubungan dengan menerima,
partisipasi, dan menilai. Pengukuran tingkat sikap petani
menggunakan kuesioner dengan mengambil rujukan dari materi
yang disampaikan oleh penyuluh mengenai yang telah diberikan
kepada petani tentang Pengenalan OPT Bawang Putih di
Kelompok Tani Sapta Mandiri.. Berdasarkan materi yang telah
disampaikan tersebut dibuat 10 butir pernyataan yang kemudian
dinilai oleh 10 responden. Dirincikan pada diagram berikut.

Post Test
Pre Test

10% 20%

70% 100%

Tidak Setuju Setuju Tidak Setuju Setuju


Sangat Setuju Sangat Setuju

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa pre test


sikap 70% memiliki sikap yang setuju, 20 % sangat setuju dan
10% petani memiliki sikap tidak setuju utuk OPT Bawang Putih,
sedangkan Post-test seluruh responden memiliki sikap yang
sangat setuju terhadap pengenalan OPT Bawang Putih.
Berdasarkan hasil pengujian statistik Wilcoxon didapatkan
hasil sebagai berikut.
Sikap
POSTEST - PRETEST
Z -2.827a
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Nilai signifikansi post test terhadap pre test adalah 0,005


yang artinya terdapat perbedaan nyata antara sikap petani

40
tentang OPT Bawang Putih sebelum dan setelah penyuluhan
Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok Tani Sapta
Mandiri.

7. Melakukan Evaluasi Dampak Penyuluhan Pertanian


a. Rumusan Tujuan Evaluasi Dampak
Rumusan tujuan evaluasi dampak penyuluhan adalah sebagai
berikut.
1) Mengukur tingkat perubahan dampak pada aspek ekonomi dari
program penyuluhan Good Agriculutral Practice Bawang Putih
di Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan Kecamatan
Kledung, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.
2) Mengukur tingkat perubahan dampak penerapan dari program
penyuluhan Good Agriculutral Practice Bawang Putih di
Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan Kecamatan
Kledung, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.

b. Data Kegiatan Penyuluhan


1) Tujuan
Tujuan dari diadakan kegiatan penyuluhan ini ialah untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap petani dalam
melaksanakan good agricultural practice tanaman bawang putih
dari 45%-60 %

2) Waktu dan Tempat


Penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih dilakukan
sepanjang bulan November 2020 hingga Februari 2021.
Penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih dilaksanakan
bertempat di,
a) Desa : Kruwisan
b) Kecamatan : Kledung
c) Kabupaten : Temanggung
d) Provinsi : Jawa Tengah

41
3) Alat dan Bahan
Tabel 19. Alat Peraga Penyuluhan Good Agriculutral Practice
Bawang Putih
No Alat Peraga/Bahan Jumlah Satuan
1 LCD Proyektor 1 Unit
2 Layar Pancaran Proyektor 1 Unit
3 Leaflet 10 Eksemplar
4 Media Sesungguhnya - -

4) Materi Yang Disampaikan


Materi yang disampaikan adalah SOP Budidaya Bawang
Putih yang dibubuhkan dalam lampiran 13.

5) Metode Penyuluhan
Metode Demonstrasi dengan peragaan suatu teknologi
(bahan, alat atau cara) dan atau hasil penerapannya secara nyata
yang dilakukan oleh demonstrator kepada pelaku utama dan
pelaku usaha. Demonstrasi plot (Demplot) adalah peragaan
penerapan teknologi oleh petani perorangan di lahan
usahataninya.

c. Waktu dan Tempat Evaluasi


Kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian ini dilaksanakan dari
27 Juli 2022. Pelaksanaan kegiatan evaluasi ini berlokasi di
Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan, Kecamatan
Kledung, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah.

d. Sasaran Evaluasi
Sasaran kegiatan evaluasi damp penyuluhan pertanian adalah
para petani bawang putih di Kelompok Tani Tri Manunggal Desa

42
Kruwisan, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Provinsi
Jawa Tengah. dengan jumlah sebanyak 10 petani. Petani tersebut
merupakan perwakilan dari masing-masing kelompok taninya yang
telah menerima materi penyuluhan Good Agricultural Practice
Bawang Putih.

e. Populasi dan Sampel


Populasi (universe) ialah jumlah keseluruhan dari unit analisis
yang ciri-cirinya akan diduga. Sugiyono (2013) menyatakan bahwa
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi pada kegiatan evaluasi ini adalah petani
bawang putih di Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan,
Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa
Tengah yang telah menerima materi penyuluhan Good
Agricultural Practice Bawang Putih.
Sampel adalah sebagian individu dan populasi yang
karakteristiknya diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan
populasi. Sampel yang digunakan dalam kegiatan evaluasi
penyuluhan pertanian ini berjumlah 10 sampel. Pengambilan
sampel menggunakan metode puposive Sampling. Petani yang
dijadikan sampel telah mengikuti penyuluhan Good Agricultural
Practice Bawang Putih.
f. Variabel, Indikator, dan Skala Pengukuran
Alat ukur yang akan digunakan untuk Evaluasi ini adalah berupa
instrumen. Di dalam instrumen diantaranya terdapat Variabel,
Indikator, parameter dan skor. Intrumen ini nantinya akan
dikembangkan berupa kuesioner tertutup. Kisi-kisi instrumen adalah
gambaran umum instrumen yang akan di sebarkan kepada
responden.
Tabel 20. Kisi-kisi Instrumen Evaluasi Dampak Penyuluhan

43
No Variabel Parameter Skala
1 2 3
1 Keuntungan Usaha Tani
2 Ekonomi Pengeluaran Usaha Tani
3 Produktivitas Bawang Putih
4 Jarak tanam
5 Penggunaan Benih
6 Persiapan lahan
Penerapan Teknis
7 Pemupukan
Budidaya
8 Penyiangan
9 Pengendalian Hama
10 Panen
Keterangan
1 : Menurun
2 : Tetap
3 : Meningkat

g. Hasil Evaluasi Dampak


1) Karakteristik Responden
a) Umur
Umur merupakan parameter penting untuk mengetahui
produktivitas tenaga kerja. Menurut Suranto (2010) dalam
Purwanto (2015), usia manusia berdasarkan produktivitas
kerja dapat dibedakan 3 kelompok umur yaitu umur belum
produktif (<15 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan
umur pasca produktif (>64 tahun). Klasifikasi responden
berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 21. Umur Responden Evaluasi Dampak Penyuluhan
No Umur Jumlah Responden Persentase (%)
1 <15 0 0
2 15-64 10 100
3 >64 0 0
Total 10 100
Berdasarkan tabel umur responden dapat diketahui
bahwa petani di Kelompok Tani Tri Manunggal Desa
Kruwisan yang berumur <15 tahun tidak ada, dan petani
yang berumur 15 – 64 tahun sebanyak 10 orang atau 100%
ini dikatakan umur yang produktif. Hal tersebut sesuai

44
dengan pendapat Suranto (2010) dalam Purwanto (2015)
yang menyatakan bahwa umur produktif merupakan modal
utama bagi pembangunan pertanian. Dengan umur produktif
diharapkan masih mempunyai semangat dan kekuatan fisik
untuk berusaha tani, ditambah lagi dengan pengalaman
yang dimiliki oleh petani.

b) Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang penting
bagi petani dalam melakukan usaha tani. Pendidikan dapat
berpengaruh langsung pada kemudahan dalam mengadopsi
teknologi-teknologi terapan yang berkembang dalam dunia
usaha tani. Walaupun pendidikan yang petani miliki tidak
dapat didapat sepenuhnya dari pendidikan formal melainkan
lebih banyak diperoleh melalui eksperimen atau
pengalaman dan belajar langsung kepada penyuluh dan
teman-teman petani yang telah sukses. Sehingga lebih cepat
dalam meningkatkan ekonomi keluarga untuk mencapai
kesejahteraan. Klasifikasi responden berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 22. Pendidikan Responden Evaluasi Dampak
Penyuluhan
Tingkat
No Jumlah Responden Persentase (%)
Pendidikan
1 SD 1 10
2 SLTP 3 30
3 SLTA 6 60
4 Perguruan Tinggi 0 0
Total 10 100

Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh, tingkat


pendidikan petani peserta penyuluhan di Kelompok Tani Tri
Manunggal Desa Kruwisan, dari 10 petani responden yang
tamat SD sebanyak 1 orang (10%), berpendidikan SLTP

45
sebanyak 3 orang (30%), serta yang berpendidikan SLTA
sebanyak 6 orang (60%). Jadi tingkat pendidikan di lokasi
pengkajian lebih didominasi tamatan SLTA, artinya dari
segi pendidikan peserta penyuluhan sudah memadai.
Kondisi tersebut menunjukkan salah satu faktor pendukung
bagi sumberdaya manusia karena faktor pendidikan dapat
mempengaruhi tingkat adopsi teknologi.

c) Kedudukan Dalam Kelompok


Kedudukan dalam kelompok merupakan faktor yang
penting bagi petani dalam melakukan usaha tani.
Kedudukan dalam kelompok dapat menggambarkan
keaktifan petani, sehingga hal ini dapat berpengaruh secara
tidak langsung pada kemudahan dalam mengadopsi
teknologi-teknologi terapan yang berkembang dalam dunia
usaha tani. Klasifikasi responden berdasarkan kedudukan
dalam kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 23. Kedudukan Responden Evaluasi Dampak
Penyuluhan
Jumlah Persentase
No Kedudukan
Responden (%)
1 Pengurus 1 10
2 Anggota 9 90
Total 10 100
Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh dari tabel
tersebut menunjukkan Kedudukan dalam kelompok
responden di Kelompok Tani Tri Manunggal Desa
Kruwisan secara umum. Dari 10 petani responden yang
berkedudukan sebagai pengurus sebanyak 1 responden
(10%) dan yang berkedudukan sebagai anggota sebanyak 9
responden (90%).

2) Dampak Ekonomi

46
Analisis dampak ekonomi dari penyuluhan Good
Agricultural Practice Bawang Putih Di Kelompok Tani Tri
Manunggal Desa Kruwisan Kecamatan Kledung Kabupaten
Temanggung Provinsi Jawa Tengah menggunaan beberapa item
pernyataan sebagai berikut.
a) Apakah keuntungan usaha tani bawang putih meningkat?
b) Apakah pengeluaran usaha tani bawang putih meningkat?
c) Apakah produktivitas bawang putih meningkat?

Melalui 3 butir pertanyaan dengan 10 responden yang terdiri


dari petani dan penyuluh ditemukan data peningkatan aspek
ekonomi yang dapat dilihat pada diagram berikut.

Aspek eKONOMI

Meningkat
30%
Tetap
40%

Menurun
30%

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 30%


responden merasakan adanya peningkatan ekonomi, 40% tetap, dan
30 % menurun. Hal ini menandakan bahwa kegiatan penyuluhan
yang diadakan memberikan dampak yang berbeda bagi aspek
ekonomi petani di Kelompok Tani Tri Manunggal.

3) Dampak Penerapan Teknis


Analisis dampak perilaku dari penyuluhan Good
Agricultural Practice Bawang Putih Di Kelompok Tani Tri
Manunggal Desa Kruwisan Kecamatan Kledung Kabupaten

47
Temanggung Provinsi Jawa Tengah menggunaan beberapa item
pernyataan sebagai berikut.
a) Apakah bapak/ibu sudah menerapkan jarak tanam dengan
rekomendasi 15 x15 cm ?
b) Apakah bapak/ibu sudah menggunakan benih unggul
dengan rekomendasi 80-100 kg/rol?
c) Apakah bapak/ibu sudah menerapkan olah tanah sempurna
dengan rekomendasi membalik tanah minimal 1 kali selama
musim tanam?
d) Apakah bapak ibu/melakukan pemupukan berimbang
dengan rekomendasi di parit pada 15 HST dan 35 HST?
e) Apakah bpk/ibu melakukan penyiangan dengan
rekomendasi secara mekanis minimal 3 kali selama musim
tanam?
f) Apakah bapak ibu menerapkan pengendalian hama terpadu?
g) Apakah bapak/ibu melakukan pemanenan pada saat yang
tepat dengan rekomendasi mutu fisik yang baik?

Melalui 7 butir pertanyaan dengan 10 responden yang terdiri


dari petani dan penyuluh ditemukan data peningkatan aspek
perilaku yang dapat dilihat pada diagram berikut.

Perilaku

100%
Menerapkan Sesuai Rekomendasi Menerapkan Tidak Sesuai Rekomendasi
Tidak Menerapkan

48
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 100%
responden merasakan adanya peningkatan perilaku budidaya
tanaman bawang putih yang baik (Good Agriculural Practice) di
lahan pertanamannya. Hal ini menandakan bahwa kegiatan
penyuluhan yang diadakan memberikan dampak peningkatan
perilaku bagi petani Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan
Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung.

49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil pelaksanaan evaluasi penyuluhan selama PKL II
di Desa Kruwisan, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa
Tengah dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Sinopsis menggunakan materi Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok
tani Sapta Mandiri. Media yang digunakan adalah media cetak (booklet).
2. Metode penyuluhan yang digunakan adalah metode ceramah.
3. Evaluasi hasil penyuluhan pertanian menunjukkan pengetahuan petani
mengalami kenaikkan yang signifikan hingga mencapai 100% responden
petani tahu tentang OPT Bawang Putih.
4. Evaluasi hasil penyuluhan pertanian menunjukkan sikap petani mengalami
kenaikkan yang signifikan 100 % responden sangat setuju dengan konsep
pengendalian OPT Bawang Putih.
5. Bahwa 30% responden merasakan adanya penurunan ekonomi, 40% tetap, dan 30
% meningkat. Hal ini menandakan bahwa kegiatan penyuluhan tentang good
agriculutral practice bawang putih yang diadakan belum secara luas memberikan
dampak yang berkelanjutan bagi aspek ekonomi petani.
6. Bahwa 100% responden merasakan adanya peningkatan penerapan teknis good
agriculutral practice bawang putih , hal ini menandakan bahwa kegiatan
penyuluhan yang diadakan memberikan dampak yang berkelanjutan bagi aspek
perilaku petani.

B. Saran
1. Diharapkan peran aktif dan transparansi dari Pelaku Utama sehingga
mempermudah dalam melakukan penggalian informasi yang diperlukan dalam
kegiatan perencanaan penyuluhan pertanian.
2. Diharapkan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani dapat menyediakan
data tertulis sehingga memudahkan dalam penyusunan Programa Penyuluhan
Pertanian.

53
3. Diharapkan mahasiswa lebih terampil lagi dalam menetapkan materi serta metode,
dan lebih kreatif lagi dalam membuat media penyuluhan.
4. Perlu diadakan pendampingan secara kontinyu sehingga minat petani dalam
menerapkan Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok Tani Sapta Mandiri
dapat berkelanjutan.
5. Perlu adanya model atau pembanding sebagai stimulan petani yang lain
sehingga kegiatan dapat ditiru serta manfaatnya dapat dirasakan oleh rumah
tangga tani yang lainnya.
6. Penerapan Pengendalian OPT Secara terpadu sesuai dengan rekomendasi akan
menghasilkan hasil yang lebih baik, sehingga perlu digalakkan kembali
inovasi-inovasi baru terkait pengendalian OPT.
7. Perlunya penguatan koordinasi antara evaluator, penyuluh, dan petani.
Berdasarkan pengalaman di lapangan sering terjadi salah paham antara
penyuluh, evaluator, dan petani sehingga menyulitkan dalam pelaksanaan
evaluasi.
8. Hasil evaluasi yang telah disusun ini sangat diharapkan bisa menjadi
masukan terhadap pemangku kepentingan sebagai upaya mewujudkan sektor
pertanian di Desa Kruwisan pada khususnya dan Kecamatan Kledung pada
umumnya.

54
DAFTAR PUSTAKA

Citerawati, Yetti Wira. 2012. Media Penyuluhan. Diakses pada 1 Juli 2022.
https://adingpintar.files.wordpress.com/2012/03/media-penyuluhan.pdf

Mardikanto, Totok, Sri Sutarni. 1979. Petunjuk Penyuluhan Pertanian. Surabaya : Usaha
Nasional.

Mardikanto, Totok. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta; Universitas


Negeri Sebelas Maret Press

Mardikanto, Totok. 2013. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta : Universitas Negeri


Sebelas Maret Press.

Peraturan Menteri Pertanian No 47. 2016. Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan


Pertanian. Jakarta : Kementerian Pertanian Republik Indonesia

Redono, Cucuk. 2013. Media Penyuluhan Pertanian I. Yogyakarta : CV. Prineka

Sujono. 2013. Metode Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta : CV. Prineka.

Tim Penyusun. 2022. Petunjuk Teknis Praktik Kerja Lapangan (PKL) II Tahun
Akademik 2021/2022. Yogyakarta : Politeknik Pembangunan Pertanian
Yogyakarta-Magelang;

55
LAMPIRAN

56
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan

57
58
Lampiran 2. Matrik RKTP Penyuluhan Desa Kruwisan
MATRIK RKTP
DESA KRUWISAN KECAMATAN KLEDUNG
KABUPATEN TEMANGGUNG
TAHUN 2022
Sasaran Kegiata
Petuga
Pelaku Utama Pelaku s
N Usaha (Orang
Keadaan Tujuan Masalah ) Kegiatan
o Materi Vol Lokasi
W / Metode
Tarun Tani
Tan L P L P
a Tani Dewasa
i
1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 13 14 15
0 1
I
1 Jagung
Produktifitas Supaya - Baru 40 % yang - Penggunaa - Demarea 4x Kruwisa
baru produktifitas menggunakan n pupuk - Demplot 4 unit
mencapai mencapai 4,5 verietas unggul berimbang, - Kunjungan 120 x
36,5 kw/ha kw/ha local, komposit dan varitas
dan hibrida unggul
- Baru 65% yang /hibrida
3 1
melaksanakan 220 430 1600 6 1 - Pengendali
2 2
pupuk berimbang an hama
- Baru 45% yang penyakit
melakukan
pemeliharaan yang
sesuai dengan
anjuran

II

59

1 Bawang
merah Supaya - Baru 80 % petani - Pemupuka - Demplot - 4 unit Kruwisa
Produktifitas produtifitas yang melakukan n
baru mencapai 105 pemupukan berimbang - Demplot - 4 unit
mencapai kw/ha berimbang - Pengendali
88,2 kw/ha - Baru 70% petani an hama
yang melakukan dan
1
pengendalian hama 690 55 1400 4 8 1 penyakit - Dem cara - 4 unit
5
penyakit yang secara
benar terpadu
- Baru 40% - Melakukan
melakukan paska paska
panen yang benar panen dan
1 Bawang
merah Supaya - Baru 80 % petani - Pemupuka - Demplot - 4 unit Kruwisan Januari - Swadaya - Gapoktan
Produktifitas produtifitas yang melakukan n s/d - APBD - Koordinator - Kelompok
baru mencapai 105 pemupukan berimbang - Demplot - 4 unit Desemb - APBN PPL Tani
mencapai kw/ha berimbang - Pengendali er - PPL Wilbin
88,2 kw/ha - Baru 70% petani an hama - Kades
yang melakukan dan
1
pengendalian hama 690 55 1400 4 8 1 penyakit - Dem cara - 4 unit
5
penyakit yang secara
benar terpadu
- Baru 40% - Melakukan
melakukan paska paska
panen yang benar panen dan
- pengolahan
hasil
2 Cabe
Produktifitas Supaya - Baru 90% petani - pemupukan - Demplot - 12 unit Semua Januari - Swadaya - Gapoktan
baru produktifitas melakukan berimbang Desa s/d - APBD - Koordinator - Kelompok
mencapai 96 cabe besar pemupukan - pemelihara - Demplot - 12 unit Desemb - APBN PPL Tani
kw/ha (cabe mencapai 100 berimbang an tanaman er - PPL Wilbin
besar) dan kw/ha - Baru 70% petani cabe - Demplot - 12 unit - Kades
70 kw/ ha melakukan - pengendali
2
( cabe pemeliharaan yang 230 155 1130 5 5 1 an hama
5
rawit ) benar dan - Demplot - 12 unit
- Baru 75% petani penyakit
melakukan
pengendalian hama
penyakit dengan
benar
-
3 Kobis 265 54 255 1 3 6 -
-Baru 60% petani
60
Produktifitas Supaya membuat - Pembibitan - Demplot - 6 unit - Kruwisan Januari - Swadaya - Gapoktan
baru produktifitas pembibitan sendiri - Fermentasi - Demcar - 6 unit s/d - APBD - Koordinator - Kelompok
mencapai mencapai -Baru 60% petani pupuk Desemb - APBN PPL Tani
250 kw/ha 260kw/ha pakai pupuk kandang - Demplot - 6 unit er - PPL Wilbin
kandang matang - Pupuk - Demplot - 6 unit - Kades
-Baru 50% petani berimbang
melakukan - Pengendali
pemupukan an hama
5
berimbang penyakit
-Baru 75% petani
melakukan
pengendalian hama
penyakit yang
benar

4 Tomat
Produktifitas Supaya - Baru 80% petani - Pembibitan - Demplot - 5 unit Kruwisan Januari - Swadaya - Koordinator - Gapoktan
baru produktifitas membuat - Pemelihara - Demplot - 5 unit s/d - APBD PPL - Kelompok
mencapai mencapai 260 pembibitan sendiri an - Demplot - 5 unit Desemb - APBN - PPL Wilbin Tani
250 kw/ha kw/ha - Baru 80% petani - Pemupuka er - Kades
melakukan n - Demplot - 5 unit
1
pemupukan 279 64 372 3 3 1 berimbang
5
berimbang - Pengendali
- Baru 75% petani an hama
melakukan penyakit
pengendalian hama
penyakit secara
benar
5 Koro 170 46 312 5 4 5 1
Merah Supaya - Baru 55% petani 5 - Pupuk - Demplot - 11 unit Kruwisan Januari - Swadaya - Koordinator - Gapoktan
Produktifitas produktifitasnya melaksanakan s/d - Kelompok
61
baru mencapai pemupukan berimbang - Demplot - 11 unit Desemb - APBD PPL Tani
mencapai 11,5kw/ha berimbang - Pengendalian - Demplot - 11 unit er - APBN - PPL Wilbin
10,5 kw/ha - Baru 60% petani hama - Kades
melaks.pengendali penyakit - Dem cara - 4 unit
an hama dan - Pengolahan
penyakit hasil
- Baru 15% petani
melakukan
pengolahan hasil

6 Wortel
Produktifitas Supaya - Baru 65% petani - Pupuk - Demplot - 7 unit Kruwisan Januari - Swadaya - Koordinator - Gapoktan
baru produktifitasnya melaksanakan berimbang - Demplot - 7 unit s/d - APBD PPL - Kelompok
mencapai mencapai 165 pemupukan - Pengendalian - Demplot - 7 unit Desemb - APBN - PPL Wilbin Tani
147 kw/ha kw/ha berimbang hama er - Kades
2
- Baru 75% petani 165 220 176 4 3 1 penyakit
0
melaksanakan
pengendalian hama
dan penyakit yang
benar

7 Bawang 446 322 945 1 1 5 1


Putih Supaya -Baru 60% petani 5 9 - Pembibitan - Demplot - 10 unit - Kruwisan Januari - Swadaya - Gapoktan
Produktifitas produktifitas membuat - Pupuk - Demplot - 1 unit s/d - APBD - Koordinator - Kelompok
baru mencapai pembibitan sendiri berimbang - Demplot Desemb - APBN PPL Tani
mencapai 105kw/ha -Baru 70% petani - Pengendali - Demplot - 60 x er - PPL Wilbin
96,5 kw/ha melakukan an hama - Kades
pemupukan penyakit
berimbang - Kunjungan
-Baru 70% petani
melakukan
pengendalian hama
62
penyakit yang
benar

8 Kapri
Produktifitas Supaya - Baru 80% petani - Pupuk - Kunjungan - 13desa Kruwisan Januari - Swadaya - Koordinator - Gapoktan
baru produktifitasnya melaksanakan berimbang s/d - APBD PPL - Kelompok
mencapai mencapai 16,5 pemupukan - Pengendalian Desemb - APBN - PPL Wilbin Tani
13,5 kw/ha kw/ha berimbang hama er - Kades
- Baru 85% petani 129 23 43 7 2 6 2 penyakit
melaksanakan
pengendalian hama
dan penyakit yang
benar

9 Sledri
Produktifitas Supaya - Baru 70% petani - Pupuk - Demplot - 4 unit - Kruwisan Januari - Swadaya - Gapoktan
baru produktifitasnya melaksanakan berimbang - Demplot - 4 unit s/d - APBD - Koordinator - Kelompok
mencapai mencapai 73,5 pemupukan - Pengendalian Desemb - APBN PPL Tani
66,2 kw/ha kw/ha berimbang hama er - PPL Wilbin
268 20 76 9 4 4 2
- Baru 75% petani penyakit - Kades
melaksanakan
pengendalian hama
dan penyakit yang
benar
10 Kentang 232 43 155 7 2 4 -
Produktifitas Supaya - Baru 70% petani - Penangkaran - Demplot - 2 unit Kentang Januari - Swadaya - Koordinator - Gapoktan
baru produktifitasnya menggunakan benih - Demplot - 4 unit s/d - APBD PPL - Kelompok
mencapai mencapai 150 benih bersertifikat - Pengendalian Desemb - APBN - PPL Wilbin Tani
137 kw/ha kw/ha - Baru 75% petani hama er - Pihak ke - Kades
yang melakukan
63
pembibitan sendiri penyakit III
- Baru 75% petani
melaksanakan
pengendalian hama
dan penyakit yang
benar

III 5

1 Tembakau
Produktifitas Supaya - Bari 80% petani - Pemurnian - Dem area - 2 unit - Kruwisan Maret - Swadaya - Gapoktan
baru produktifitasnya menggunakan bibit benih s/d - APBD - Koordinator - Kelompok
mencapai mencapai 1.000 unggul tembakau - Demplot 13 unit Oktober - APBN PPL Tani
87,5 kg/ha kg/ha kering - Baru 70% petani - Pemupukan - PPL Wilbin
kering rajang melakukan berimbang - Kunjungan - 13unit - Kades
rajang pemupukan - Pengendalian
berimbang hama dan - 40 x
-Baru 70% petani penyakit
melakukan 4 2 - Konservasi
345 30 6663 1 1
pengendalian hama 5 5 tanah
penyakit yang
benar
- Baru 65% petani
melakukan
konservasi tanah
yang tepat

2 Kopi 88 93 504 8 3 5 1
- Produktivita - Meningkatkan - Baru 30% petani - Pemangkasan - Demplot - 6 unit Kruwisan Januari - Swadaya - Koordinator - Gapoktan
s baru produktivitas melakukan - Pupuk - Demplot - 8 unit s/d - APBD PPL - Kelompok

64
mencpai 12 menjadi 15 kw/ pemangkasan berimbang Desemb - APBN - PPL Wilbin Tani
kw / ha ha - Baru 50% petani - Pemeliharaan - Demcar - 3 unit er - Kades
melakukan dan wiwil
pemupukan - Pengolahan
berimbang kopi - Kunjungan - 10 x
- Baru 40% petani glondong - Demplot - 3 unit
melakukan menjadi kopi
pemeliharaan OC kering - Kunjungan - 25 x
secara tepat - Pembibitan
- Baru 20% petani kopi
yang melakukan
pengolahan kopi
glondong menjadi
kopi OC kering
- Baru 30% petani
menanan bibit kopi
arabika asalan
- Baru 70% petani
melakukan petik
merah

65
Lampiran 3. Sinopsis Penyuluhan Pertanian
SINOPSIS
JUDUL MATERI : PENGENALAN HAMA PENTING
TANAMAN BAWANG PUTIH

Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan komoditas sayuran unggulan


memiliki cita rasa dan manfaat yang tidak dapat digantikan oleh produk lainnya.
Komoditas bawang putih sangat berpeluang untuk menjadi sumber pendapatan
dan pemberi kesempatan kerja yang memberikan kontribusi tinggi terhadap
perkembangan ekonomi wilayah. Belum meluasnya pertanaman bawang putih di
Indonesia karena petani belum terbiasa menanam komoditas tersebut dan terdapat
kendala Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Hama pada bawang putih
dinamis keberadaannya karena ekosistem pertanaman bawang putih juga
merupakan ekosistem dinamis.
Karakteristik OPT Bawang Putih
1. daya keperidian tinggi
2. mortalitas alamiah rendah
3. siklus hidup singkat
4. cenderung bermigrasi
5. daya adaptasi pada habitat baru kuat,
6. daya kompetisi antar spesies rendah,
7. ukuran tubuh (relatif) kecil.
Oleh karena itu, sering terjadi peledakan OPT pada kondisi ekosistem yang
mendukung. Terdapat beberapa OPT penting tanaman bawang putih, yang
meliputi sebagai berikut.
1. Penyakit moler atau layu Fusarium (Twisting Disease)
2. Penyakit ngelumpruk (Stemphylium leaf blight)
3. Penyakit trotol atau bercak ungu (Purple blotch)
4. Penyakit otomatis atau antraknose (Antracnose)
5. Penyakit embun bulu atau tepung palsu (Downy mildew)
6. Bercak Daun
7. Mati Pucuk
8. Virus Mosaik Bawang
9. Trips
10. Ulat Bawang
11. Lalat Pengorok Daun
12. Ulat tanah
Standar pengendalian organisme pengganggu tanaman adalah lakukan
pengamatan berkala, tentukan jenis tindakan yang perlu segera, pengendalian OPT
saat ambang batas ekonomi, Gunakan Agensia Hayati.

Penyuluh

Aviad Rezqiano Pradinata

66
Lampiran 4. Materi Penyuluhan
MATERI PENYULUHAN PERTANIAN
PENGENALAN OPT PENTING TANAMAN BAWANG PUTIH

A. Definisi dan Tujuan


Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah tindakan untuk menekan
serangan OPT guna mempertahankan produksi dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu
( PHT ). Tujuannya adalah agar OPT terkendali tanpa merusak lingkungan.

B. Standar Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan


1. Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap OPT di lahan secara berkala.
2. Tentukan jenis tindakan yang perlu segera dilakukan.
3. Pengendalian OPT dilakukan bila serangan mencapai ambang pengendalian, sesuai
dengan kondisi serangan OPT dan fase/stadia tanaman sesuai teknik yang dianjurkan.
4. OPT utama pada bawang putih adalah : Ulat grayak dan jamur.
5. Gunakan agens hayati.

C. Referensi
1. Undang-Undang (UU) Nomor 12, Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6, Tahun 1995, tentang Perlindungan Tanaman.
3. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/Kpts/OP.210/9/97 tentang edoman
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan.
4. Pengalaman petani bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten
Tegal, Propinsi Jawa Tengah, BPTP Jateng dan hasil-hasil penelitian (Balitsa).

D. Jenis OPT Penting


Berikut ini adalah jenis OPT utama yang dapat menyerang pada setiap fase
pertumbuhan tanaman bawang putih.
1. Penyakit
a. Antraknosa ( Penyakit otomatis) disebabkan Cendawan Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.)
Gejala Serangan
Gejala awal serangan, daun memperlihatkan bercak putih berukuran antara
1-2 mm. Bercak putih melebar dan berubah warna menjadi putih kehijauan.
Tanaman mati mendadak, daun bawah rebah karena pangkal daun mengecil.
Penyakit ini dikenal sebagai penyakit otomatis, karena penyakit mengakibatkan
tanaman yang terinfeksi akan mati dengan cepat, mendadak dan serentak.
Spora nampak bila infeksi telah lanjut, dengan koloni berwarna merah muda,
yang berubah menjadi coklat gelap dan akhirnya kehitam hitaman. Penyakit
kurang terdapat pada musim kemarau, atau dilahan yang mempunyai drainase
baik, dan yang gulmanya terkendali.

Cara pengendalian
1) Waktu tanam yang tepat, penanaman sebaiknya dilakukan pada musim
kemarau
2) Menggunakan varietas tahan
3) Pergiliran tanaman dengan tanaman dengan bukan dari genus Allium
4) Sanitasi dan pembakaran sisa-sisa tanaman sakit
5) Penggunaan bibit umbi yang berasal dari tanaman sehat, kompak (tidak
keropos, tidak Iuka) dan warna mengkilat.
6) Bila tanaman terkena hujan atau embun, segera disiram air bersih untuk
mencuci sisa-sisa air hujan dan percikan tanah yang menempel pada daun,
karena sisa-sisa air hujan merupakan media yang sangat baik untuk
tumbuhnya spora cendawan sedangkan percikan tanah yang mengering
akan menimbulkan Iuka sehingga memudahkan masuknya spora cendawan
ke dalam jaringan tanaman.

67
7) Penggunaan pupuk yang berimbang, misalnya penggunaan pupuk N jangan
terlalu berlebih.
8) Pencelupan bibit umbi maksimal 3 men it dalam larutan agens hayati
Pseudomonas fluorescens dengan dos is 1 ml/I air
9) Penggunaan agens hayati yang efektif pada awal muculnya gejala, dan
aplikasi ulangan dapat dilakukan bila ada indikasi gejala serangan
berkembang, semprotkan 20 cc Pseudomonasfluorescens per liter air dengan
volume semprot 500 ltr/ha sebanyak 1 2 kali per mmggu.
10) Jika ambang pengendalian embun buluk telah tercapai (kerusakan daun
sebesar 10% pertanaman contoh) lakukan penyemprotan dengan fungisida
efektifyang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada sore hari.

b. Bercak Ungu atau Trotol disebabkan cendawan Alternaria porri Gejala


Serangan
Cendawan Alternaria porri menimbulkan gejala bercak melekuk pada
daun, berwana putih atau kelabu. Pada serangan lanjut, terdapat bercak - bercak
menyerupai cincin, berwama agak ungu dengan tepi agak merah atau keunguan
dan dikelilingi oleh bagian berwarna kuning yang dapat meluas ke atas atau ke
bawah bercak dan ujung daunnya mengering.
Ujung daun mengering bahkan dapat patah pada saat atau setelah panen
biasanya dapat terjadi infeksi pada umbi, sehingga umbi membusuk dan berair
yang bermula dari bagian leher umbi dan umbi berwarna kuning atau merah
kecoklatan. Serangan berat mengakibatkan jaringan umbi mengering dan berwarna
gelap.

Cara pengendalian
1) Waktu tanam yang tepat, penanaman sebaiknya dilakukan pada musim
kemarau
2) Menggunakan varietas tahan
3) Pergiliran tanaman dengan tanaman dengan bukan dari genus Allium
4) Sanitasi dan pembakaran sisa-sisa tanaman sakit
5) Penggunaan bibit umbi yang berasal dari tanaman sehat, kompak (tidak
keropos, tidak luka) dan wama mengkilat Bila tanaman terkena hujan atau
embun, segera disiram air bersih untuk mencuci sisa-sisa air hujan dan
percikan tanah yang menem pel pada daun, karena sisa-sisa air hujan
merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhnya spora cendawan
sedangkan percikan tanah yang mengering akan menimbulkan luka sehingga
memudah kan masuknya spora cendawan ke dalamjaringan tanaman
6) Penggunaan pupuk yang berimbang, misalnya penggunaan pupuk N jangan
terlalu berlebih
7) Pencelupan bib it umbi maksimal 3 menit dalam larutan agens hayati
Pseudomonasfluorescens dengan dosis 1 ml/I air
8) Penggunaan agens hayati yang efektif pada awal muculnya gejala, dan
aplikasi ulangan dapat dilakukan bila ada indikasi gejala se rangan
berkembang, semprotkan 20 cc Pseudomonas fluorescens per liter air dengan
volume semprot 500 ltr/ha sebanyak 1 - 2 kali per mmggu.
9) Jika ambang pengendalian bercak ungu telah tercapai (kerusakan daun
sebesar 10% pertanaman contoh) lakukan penyemprotan dengan fungisida
efektif yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada sore hari.

c. Penyakit Embun Tepung atau embun bulu atau busuk daun disebabkan
cendawan Sercospora duddie
Gejala serangan
Daun bagian luar dan umbi tertutup " bulu- bulu halus " berwarna ungu yang
merupakan massa spora dalam jumlah yang sangat banyak, daun kemudian

68
menjadi layu dan kering. Jika tanaman terinfeksi mampu bertahan hidup,
pertumbuhannya terhambat, daun hijau pucat. Serangan dapat menjalar ke umbi
yang mengakibatkan umbi membusuk, tetapi lapis luamya mengering dan
berkerut.

Cara pengendalian
1) Waktu tanam yang tepat, penanaman sebaiknya dilakukan pada musim
kemarau
2) Menggunakan varietas tahan
3) Pergiliran tanaman dengan tanaman dengan bukan dari genus Allium
4) Sanitasi dan pembakaran sisa-sisa tanaman sakit
5) Penggunaan bibit umbi yang berasal dari tanaman sehat, kompak (tidak
keropos, tidak Iuka) dan warna mengkilat
6) Bila tanaman terkena hujan atau embun, segera disiram air bersih untuk
mencuci sisa-sisa air hujan dan percikan tanah yang menem pel pada daun,
karena sisa-sisa air hujan merupakan media yang sangat baik untuk
tumbuhnya spora cendawan sedangkan percikan tanah yang mengering akan
menimbuikan Iuka sehingga memudah kan masuknya spora cendawan ke
dalam jaringan tanaman
7) Penggunaan pupuk yang berimbang, misalnya penggunaan pupuk N jangan
terlalu berlebih
8) Pencelupan bibit umbi maksimal 3 menit dalam larutan agens hayati
Pseudomonasfluorescens dengan dosis I ml/l air
9) Penggunaan agens hayati yang efektif pada awal muculnya gejala, dan
aplikasi ulangan dapat dilakukan bila ada indikasi gejala serangan
berkembang, semprotkan 20 cc Pseudomonasfluorescens per liter air dengan
volume semprot 500 ltr/ha sebanyak 1-2 kali per minggu.
10) Jika ambang pengendalian embun tepung telah tercapai (kerusakan daun
sebesar 10% pertanaman contoh) lakukan penyemprotan dengan fungisida
efektif yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada sore hari.

d. Bercak Daun Cercospora


Penyebab
Bercak Daun Cercospora disebabkan oleh cendawan Cercospora duddidae
(Welles) dan merupakan penyakit tular udara. Cendawan ini mempunyai
konidium berwama bening (hialin), berben tuk ramping, lurus, atau bengkok,
pangkalnya tumpul, dan meruncing ke ujung, serta mempunyai banyak sekat.
Konidium berkecambah dengan membentuk buluh kecambah dan menginfeksi
tanaman lewat stomata. Cendawan mampu bertahan hidup pada sisa-sisa
tanaman yang sudah mati.

Gejala Serangan
1) Gejala serangan pertama berupa bercak klorosis, bulat, berwarna kuning
dengan garis tengah 3-5 mm. Bercak paling banyak terdapat pada ujung
sebelah luar daun dan sering tampak terpisah dengan yang menginfeksi
pangkal daun
2) Secara visual daun tampak belang-belang, ujung daun mengering dan
menjadi coklat kelabu. Bercak-bercak yang terpisah mempunyai pusat
berwarna coklat yang merupakan jaringan yang mati.
3) Pada waktu keadaan udara lembab, di bagian daun yang mati terdapat
bintik-bintik yang merupakan bekas konidiosfor dengan konidium jamur,
kadang-kadang bintik-bintik ini terjadi pada jaringan yang klorotis.

Pengendalian

69
1) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya
atau tingkat keinangannya rendah ( tanaman palawija ).
2) Menggunakan benih yang berasal dari tanaman sehat, tidak
3) keropos dan tidak terdapat Iuka pada kulit/terkelupas dan warna mengkilap
4) Menanam umbi dari kultivar toleran
5) Melakukan sanitasi dan pembakaran sisa - sisa tanaman yang sakit
6) Menjaga lahan tidak tergenang air dengan membuat saluran drai nase sebaik
mungkin
7) Mengadakan penyiraman dipagi hari
8) Jika terjadi hujan pada siang hari, maka tanaman segera disiram dengan air
bersih untuk menghindari patogen yang menempel pada daun
9) Penggunaan agens hayati yang efektif pada awal muculnya gejala,
10) dan aplikasi ulangan dapat dilakukan bila ada indikasi gejala serangan
berkembang, semprotkan 20 cc Pseudomonasfiuorescens per liter air dengan
volume semprot 500 ltr/ha sebanyak 1 - 2 kali permmggu.
11) Jika ambang pengendalian bercak daun telah tercapai (kerusakan daun
sebesar 10% pertanaman contoh) lakukan penyemprotan dengan fungisida
efektif yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada sore hari.

e. Penyakit Moler/Layu Fusarium disebabkan oleh cendawan Fusarium


oxysporum (Hanz).
Gejala Serangan :
Serangan penyakit ini terutama pada bagian dasar umbi lapis sehingga
pertumbuhan akar maupun umbi terganggu. Gejala pertama ditandai dengan
daun menguning dan terpelintir dan selajutnya layu. Apabila tanaman dicabut
akar mudah ditarik karena pertumbuhan akar tidak sempuma dan membusuk.
Pada dasar umbi terdapat cendawan keputih putihan. Jika umbi lapis dipotong
membujur tampak ada pembusukan yang agak berair pada pangkalnya dan meluas
ke atas lapisan umbi. Tanaman yang terserang daunnya mati dari ujung dengan
cepat. Cendawan membentuk klamidospora dan dapat bertahan lama dalam tanah.
Cendawan menginfeksi dengan cara menembus jaringan pada dasar batang tanpa
ada Iuka sebelumnya. Penetrasi dipermudah bila terdapat luka. Serangan
cendawan pada umbi sangat lambat sehingga tidak menampakkan gejala, namun
setelah disimpan dan bibit ditanam di lapang, maka gejala akan timbul.
Kelembaban yang tinggi dan drai nase yang buruk di dalam tanah akan memacu
perkembangan penyakit. Tanah yang kaya bahan organik biasanya jarang terjadi.

Cara Pengendalian
1) Menggunakan varietas yang tahan penyakit,
2) Rotasi tanaman dalam waktu yang lama,
3) Menambah pupuk organik di lahan 5-10 ton/ha
4) Menanam bibit umbi yang sehat, kompak (tidak keropos) tidak luka/kulit
tidak terkelupas dan warnanya mengkilat,
5) Pencelupan bibit umbi maksimal 3 men it dalam larutan agens hayati
6) Pseudomonas fluorescens dengan dosis 1 ml/ l air,
7) Menghindar pelukaan umbi baik pada saat tanam atau panen,
8) Segera mencabut dan memusnahkan tanaman yang telah terserang,
9) Jika ambang pengendalian Penyakit Moler telah tercapai (kerusa kan daun
sebesar 10% pertanaman contoh) lakukan penyemprotan dengan fungisida
efektifyang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada sore hari.

f. Mati Pucuk disebabkan Cendawan Phytophthora porri (Faister)


Gejala Serangan :

70
Ujung daun busuk kebasah-basahan yang berkembang ke bawah. Jika cuaca
lembab jamur membentuk massajamur seperti beledu pada becak. Bagian yang
sakit mati, menjadi berwarna coklat kemudian putih. Cendawan memiliki
miselium yang khas, hipa tidak seragam kadang berbentuk elips dan berdiameter
sekitar 8 mm. Sporangia berpapil, mudah lepas, bulat telur atau jorong, dengan
pangkal membulat, ukuran rata-rata 46x37 mm.

Cendawan dapat terbawa oleh umbi bibit dan dapat bertahan lama di dalam
tanah. Cuaca yang basah dan kelembaban tinggi membantu perkembangan
penyakit.

Cara Pengendalian:
1) Menggunakan bibit umbi yang tahan penyakit,
2) Mengurangi kerapatan tanaman, dengan rnengatur jarak tanam,
3) Sanitasi rumput-rumputan,
4) Perbaiki drainase,
5) Pencelupan bibit urnbi maksimal 3 menit dalam larutan agens hayati
6) Pseudomonasfluorescens dengan dosis 1 ml/ 1 air,
7) Menghindari pelukaan umbi baik pada saat tanam atau panen,
8) Rotasi tanaman dalam waktu yang lama,
9) Mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang
10) Jika ambang pengendalian Mati Pucuk telah tercapai (kerusakan daun
sebesar 10% pertanaman contoh) lakukan penyemprotan dengan fungisida
efektif yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada sore hari.

g. Virus Mosaik Bawang disebabkan Onion Yellow Dawrf Virus (OYDV)


Gejala Serangan
Tanaman yang terinfeksi virus ini tumbuh kerdil, bentuk daun lebih kecil
jika dibandingkan dengan tanaman yang sehat. Warna daun belang hijau
pucat sampai bergaris kekuningan, seringkali disertai dengan pertumbuhan
daun yang berpilin, sehingga tanaman nampak menjadi kerdil walaupun daun
tidak mengalami pemendekan. Bentuk umbi tetap padat tetapi ukurannya lebih
kecil jika dibandingkan dengan umbi yang berasal dari tanaman sehat. Tanaman
yang terserang akan menghasilkan produksi yang lebih rendah. Penularan
dapat melalui umbi yang dipanen dari tanaman sakit pada setiap generasi.

Cara Pengendalian :
1) Penggunaan umbi dan ditanam di daerah yang bebas virus yang letaknya
jauh dari sumber penyakit,
2) Eradikasi tanaman yang menunjukkan gejala serangan,

2. HAMA
a. Trips (Thrips tabaci Lind & Thrips parvisipunus Kamy)
Gejala serangan
Sasaran serangan adalah daun muda dan pucuk daun. Nimfa dan imago menyerang
bagian tersebut dengan jalan menggaruk atau meraut jaringan daun muda dan
menghisap cairan selnya. Secara visual daun yang terserang berwama putih
mengkilap seperti perak dan kemudian berubah kecoklatan dan berbintik hitam.
Bila serangan berat seluruh daun bisa berwama putih. Pada serangan berat dapat
mengakibatkan umbi menjadi kecil dengan kualitas rendah. Trips dapat juga
dijumpai pada umbi bawang putih pada saat panen kemungkinan ikut terbawa ke
tempat penyimpanan dan dapat merusak bagian lembaga umbi bawang putih.
Serangan berat ini terjadi pada suhu rata - rata di atas suhu normal yang disertai
hujan rintik-rintik dan kelembaban udara di atas 70%.

71
Cara Pengendalian :
1) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan nangnya
2) Penanaman dilakukan secara serentak sekitar pertengahan Mei sampai
awal Juni
3) Menggunakan musuh alami kumbang macan/ kumbang helm predator
Coccinellidae
4) Melakukan pengamatan dengan interval minimal satu minggu dua kali
5) Melakukan pemasangan perangkap berwarna kuning berperekat, sebanyak
80 - 100 buah/ hektar
6) Gunakan pestisida nabati ( ekstrak patah tulang, dlingu, daun nimba, daun
sirsak, daun sereh)
7) Apabila populasi dan serangan terns meningkat dilakukan pengendalian
dengan insektisida efektif yang berbahan aktif betaslifutrin, piraklos.

b. Ulat Bawang (Spodoptera exigua Hubn)


Gejala serangan
Gejala serangan tampak pada daun berupa bercak berwama putih transparan.
Begitu menetas dari telur ulat masuk ke dalam daun dengan jalan melubangi ujung
daun pada saat stadia larva kemudian menggerek permukaan bagian dalam daun,
sedangkan bagian epidermis luar ditinggalkan. Serangan lebih lanjut
menyebabkan daun mengering. Jika populasi ulat banyak, dapat menyerang umbi.
Serangan lebih lanjut menyebabkan daun terkulai dan mengering

Cara Pengendalian
1) Penerapan pola tanam yang meliputi : pengaturan pola tanam, pergiliran
tanaman, tanam serentak , tumpang sari atau monokultur.
2) Sanitasi/pengendalian gulma di sekitar pertanaman.
3) Pengolahan tanah yang sempurna , pengaturan jarak tanam, pengelolaan
air yang baik.
4) Mengumpulkan kelompok telur dan ulat bawang, lalu dimasukkan ke dalam
kantong plastik kemudian dimusnahkan
5) Untuk mengendalikan imago/ kaper ulat bawang dapat mengguna kan
perangkap lampu yang dipasang secara serentak pada satu hamparan.
Pengendalian model ini dengan menggunakan lampu perangkap yang
dipasang disawah denganjarak 20 x 20 m, sehinga tiap hektamya terdapat
2530 lampu atau titik. Setiap titik terdiri dari lampu neon beserta fitingan,
bak penampung yang berisi air detergen, kayu penyangga, paku dan kabel.
Jarak mulut bak dengan tanaman tidak lebih dari 40 cm. Sedangkan jarak
lampu dengan mulut bak kurang lebih 7 cm.Untuk menghindari hujan di
atas lampu diberi pelindung. Lampu dinyalakan secara serentah sejak
matahari terbenam sampai dengan menjelang matahari terbit.
6) Menggunakan musuh alami capung, kepik parasitoid Polites sp, lalat
Tritaxys braueri, Cuposera varia, lebah Telenomus sp, parasit Apanteles sp,
semut api dan agen hayati SE-NPV.
7) Apabila populasi kelompok telur pada musim kemarau telah men capai 1
kelompok/10 rumpun atau 5% daun sudah terserang/rum pun dan pada
musim hujan terdapat 3 kelompok telur/10 rumpun atau 10% daun sudah
terserang /rumpun dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif yang
berbahan aktif profenofos, betas iflutrin, tiodikarbo, karbofuran

c. Lalat Pengorok Daun (Liriomyza chinencis)


Gejala serangan
Daun bawang yang terserang ditandai dengan adanya bintik-bintik putih
akibat tusukan ovipositor lalat betina dan liang korokan larva yang berkelok kelok
pada daun bawang. Serangan berat mengakibatkan hampir seluruh helaian daun
penuh dengan korokan, sehingga menjadi kering dan berwama coklat seperti
terbakar.

72
Cara Pengendalian:
1) Mengumpulkan daun yang terserang lalu dimasukkan ke dalam kantong
plastik kemudian diikat dan dimusnahkan
2) Melakukan pemasangan perangkap kuning berperekat (oli) yang terbuat
dari kertas atau plastik kuning dengan ukurun 16 cm x 16 cm kemudian
ditempelkan pada triplek atau kaleng dengan ukuran yang sama lalu
dipasang pada tiang bambu yang tingginya maksimal 60 cm. Jumlah
perangkap yang digunakan untuk setiap ha pertanaman bawang putih
adalah sekitar 80-100 buah
3) Melakukan penangkapan pengorok daun dewasa menggunakan traping
berjalan dengan ukuran tinggi30-- 50 cm lebar disesuaikan dengan lebar
bedengan dengan bentuk melengkung. Traping diolesi bahan yang dapat
merekatkan serangga pada traping

d. Ulat Tanah (Agrotis ipsilon)


Gejala serangan :
Ulat aktif pada malam hari. Ulat menyerang leher batang dengan
memotong-motong bagian tersebut. Potongan potongan tanaman tersebut
sering ditarik/ dibawa ke tempat persembunyiannya. Ulat bersembunyi di dalam
tanah dan aktif menyerang pada sore -malam hari sekitar jam 5 7.

Cara Pengendalian
1) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang nya atau
tingkat keinangannya rendah ( tanaman palawija)
2) Melakukan pengolahan tanah sebaik-baiknya sehingga pupa mau pun ulat
mati terkena sinar matahari.
3) Memusnahkan ulat yang dijumpai di sekitar tanaman inang
4) Menggunakan lampu perangkap seperti pengendalian pada ulat bawang
5) Menggunakan musuh alami Coccinella repanda, Goniophona, Tritaxys
braneri

73
Lampiran 5. Madia Penyuluhan

74
75
76
Lampiran 6. Lembar Persiapan Menyuluh

LEMBAR PERSIAPAN PENYULUH

1. Materi : Pengenalan OPT Penting Tanama Bawang Putih


2. Waktu : 120 Menit
3. Tempat : Pos penyuluhan Desa Kruwisan
4. Sasaran : Kelompok Sapta Mandiri
5. TIK : Setelah selesai penyuluhan, peserta diharapkan dapat.
1. Menyebutkan OPT Penting Tanaman Bawang Putih
secara benar dan lengkap
2. Menjelaskan metode mitigasi tanaman bawang putih
secara benar dan lengkap
3. Menjelaskan cara bijak penggunaan insektisida Secara
terpadu
7. Metode : Ceramah
8. Media : Booklet
9. Hari, Tanggal : Senin, 20 Juli 2022

Langkah Kerja
No Wakt Langkah Kerja Keterangan
u
1 10’ 1. Salam pembukaan Alat
2. Perkenalan -
3. Ice breaking Bahan
4. Penyampaian tujuan 1. PPT
2. LCD
5’ 5. Penyampaian tujuan Peoyektor
2 35’ Pelaksanaan
1. Penjelasan
1. Menjelaskan gejala OPT tanaman
bawang putih.
2. Penjelasan macam varietas rentan dan
tahan dengan alat bantu peta singkap.
45’ 3. Diskusi
1. Tanya jawab dengan peserta.
2. Pertanyaan tentang kendala untuk
mempraktikkan.
3. Pertanyaan mengenai minat untuk
mengimplementasikan.
4. Rencana tindak lanjut.

77
3 5’ 1. Post Test
10’ 2. Penguatan kembali
3. Penutupan

Temanggung, 20 Juli
2022
Penyuluh

Aviad Rezqiano Pradinata

78
Lampiran 7. Lembar Evaluasi Lapangan

LEMBAR EVALUASI LAPANGAN

Keterangan
No Tahapan
Ada Tidak ada
1. Materi yang akan disuluhkan √
2. Rumusan tujuan penyuluhan √
3. Lembar Persiapan Menyuluh √
4. Petani Peserta Penyuluhan (Presensi) √
5. Tempat Kelompok Tani Sapta Madiri
Desa Kruwisan Kecamatan
Kledung
6. Waktu 20 Juli 2022
7. Daftar Alat peraga a. Booklet
8. Lembar valuasi Kegiatan (Pra dan pasca √
tes)
9. Daftar petugas yang terlibat √
10. Undangan Petani √

79
Lampiran 8. Daftar Petugas Yang Terlibat

Daftar Petugas Yang Terlibat

Adapun daftar petugas yang terlibat dalam penyuluhan Pengenalan OPT


Bawang Putih di Kelompok tani Sapta Mandiri, Desa Kruwisan, Kecamatan
Kledung adalah sebagai berikut.
No Nama Jabatan Keterangan
1 Mohamad Kholid Koordinator BPP/ Pengarah
S,PKP., M.Si. Pembimbing Eksternal
2 Heriyanto PPL WKPP Desa Kruwisan Pengarah
3 Aviad Rezqiano Mahasiswa PKL 2 Pemateri
Pradinata
4 Anjas Putra Mahasiswa PKL 2 Akomodasi dan
Pamungkas Dokumentasi
5 Adella Fitriani Mahasiswa PKL 2 Notulis

80
Lampiran 9.. Kisi Kisi Evaluasi Hasil Penyuluhan

Kisi Kisi Evaluasi Hasil Penyuluhan

No Variabel Sub variabel Standart/Indikator Kriteria Skor Alat ukur


1 Pengetahuan Pengertian OPT Menyebutkan pengertian OPT a. Benar 0 OPT adalah hama yang
dengan benar b. Salah 1 mengganggu/menghambat
kegiatan produksi pada
tanaman.

2 Pengetahuan Tujuan Menyebutkan tujuan utama a. Benar 1 Tujuan pengendalian OPT


Pengendalian OPT pengendalian OPT b. Salah 0 adalah menekan serangan
guna mempertahankan
produksi tanaman.
3 Pengetahuan Urgensi Menyebutkan latar pengendalian a. Benar 1 Salah satu kendala dalam
Pengendalian OPT OPT b. Salah 0 pengelolaan tanaman bawang
putih adalah adanya serangan
Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT).
4 Pengetahuan Jenis OPT Bawang Menyebutkan OPT Utama a. Benar 1 OPT utama tanaman bawang
Putih bawang putih b. Salah 0 putih adalah ulat dan jamur.

5 Pengetahuan Pengendalian Menyebutkan upaya pencegahan a. Benar 0 Penyakit pada bawang putih
penyakit bawang penyakit bawang putih secara b. Salah 1 dapat dicegah dengan
putih tepat pemberian pestisida.
6 Pengetahuan Gejala hama Menyebutkan gejala serangan a. Benar 0 Ulat tanah menyebabkan
bawang putih hama Bawang putih b. Salah 1 kematian tanaman secara
cepat dan mendadak.

81
7 Pengetahuan Gejala virus Menyebutkan gejala virus a. Benar 1 Virus mozaik dapat
bawang putih bawang putih b. Salah 0 ditularkan dari umbi yang
dipanen pada masa tanam
sebelumnya.

8 Pengetahuan Pengendalian OPT Menyebutkan prinsip a. Benar 0 Direkomendasikan menanam


Kosep PHT pengelolaan hama terpadu b. Salah 1 bawang putih sepanjang
tahun
9 Pengetahuan Inang OPT Bawang Menyebutkan inang OPT a. Benar 1 Cendawan (jamur) dapat
Putih Bawang Putih b. Salah 0 hidup pada sisa tanaman
yang sudah mati dan di tanah
10 Pengetahuan Inang OPT Bawang Menyebutkan inang OPT a. Benar 0 Hama bawang putih hanya
Putih Bawang Putih b. Salah 1 terdapat pada lahan
pertanaman.
11 Sikap Sikap terhadap Motivasi melakukan pengamatan a. Setuju 1 Perlu dilakukan pengamatan
prinsip OPT rutin Bawang Putih b. Tidak Setuju 0 rutin pada tanaman bawang
pengendalian OPT putih
12 Sikap Sikap terhadap Motivasi melakukan GAP a. Setuju 1 Kegiatan budidaya dilakukan
prinsip Bawang putih b. Tidak Setuju 0 dengan baik sesuai anjuran.
pengendalian OPT
13 Sikap Sikap terhadap Persepsi pengendalian OPT a. Setuju 0 Mengendalikan hama dengan
metode menggunakan pestisida b. Tidak Setuju 1 penyemprotan insektisida.
pengendalian OPT
14 Sikap Sikap terhadap Persepsi pengendalian OPT a. Setuju 1 Sanitasi penting dalam
metode dengan sanitasi b. Tidak Setuju 0 pengendalian OPT
pengendalian OPT
15 Sikap Sikap terhadap Persepsi penyiapan bahan tanam a. Setuju 1 Penggunaan bibit umbi yang
upaya mitigasi yang sehat. b. Tidak Setuju 0 berasal dari tanaman yang
OPT sehat, tidak keropos, tidak

82
luka, dan mengkilap.

16 Sikap Sikap terhadap Persepsi terhadap pengendalian a. Setuju 1 Melakukan pergiliran


upaya mitigasi OPT dengan melakukan b. Tidak Setuju 0 tanaman untuk
OPT pergiliran tanaman. mengendalikan OPT

17 Sikap Sikap Terhadap Persepsi terhadap pengendalian a. Setuju 0 Tindakan pertama pada
Metode virus dengan fungisida. b. Tidak Setuju 1 tanaman penyakit moler
Pengendalian OPT adalah dengan menggunakan
fungisida efektif anjuran.

18 Sikap Sikap terhadap Persepsi terhadap prinsip PHT a. Setuju 1 Melakukan penanaman
upaya mitigasi b. Tidak Setuju 0 serentak
OPT
19 Sikap Sikap Terhadap Persepsi terhadap metode a. Setuju 1 OPT perlu jenis pengendalian
Metode pengendalian OPT b. Tidak Setuju 0 yang berbeda
Pengendalian OPT
20 Sikap Sikap terhadap Persepsi terhadap prinsip PHT a. Setuju 1 Petani perlu memahami
upaya mitigasi b. Tidak Setuju 0 Pengelolaan Hama Terpadu
OPT

83
Lampiran 10. Data Kuisioner Evaluasi Hasil

Data Kuisioner

1. Evaluasi Pengetahuan Petani


Adapun hasil skor kategori pengetahuan petani terhadap penyuluhan
Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok Tani Sapta Mandiri berdasarkan
kuioner yang telah diisi adalah sebagai berikut.
a. Pre Test
ITEM SOAL Kategori
RESP ∑ %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik
P2 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 7 70 Baik
P3 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 7 70 Baik
P4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 Baik
P5 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 70 Baik
P6 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik
P7 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 80 Baik
P8 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 6 60 Cukup
P9 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 80 Baik
P10 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7 70 Baik

b. Post Test
ITEM SOAL
RESP ∑ % Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Sangat Baik
P3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Sangat Baik

2. Evaluasi Sikap Petani

84
Adapun hasil skor kategori sikap petani terhadap penyuluhan Pengenalan
OPT Bawang Putih di Kelompok Tani Sapta Mandiri berdasarkan kuioner yang
telah diisi adalah sebagai berikut.
a. Pre Test
ITEM SOAL Kategori
RESP ∑ %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 70 Setuju
P2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 Sangat Setuju
P3 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 70 Setuju
P4 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80 Setuju
P5 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80 Setuju
P6 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 6 60 Tidak Setuju
P7 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 70 Setuju
P8 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 6 60 Tidak Setuju
P9 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 Setuju
P10 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80 Setuju

b. Post Test
ITEM SOAL Kategori
RESP ∑ %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
P2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
P3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 Sangat Setuju
P4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
P5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
P6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
P7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
P8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
P9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 Sangat Setuju
P10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju

85
Lampiran 11. Lembar Pre Test- Post Test

LEMBAR PRE-TEST DAN POST TEST

PETUNJUK PENGISIAN :
Dimohon dengan hormat, Bapak/Ibu/Sdr dapat menjawab pernyataan di bawah ini sesuai
keadaan yang sebenarnya, dengan cara menuliskan jawaban pada tempat yang tersedia, atau
membubuhkan tanda checklist (√) pada salah satu kolom jawaban yang disediakan.

IDENTITAS
1. Nama : ………………………………………………………..
2. Lokasi /tempat tugas :
Kelompok Tani : ...……………………………………………………..
Desa : .……………………………………………………….
Kecamatan : .……………………………………………………….
Kabupaten : .……………………………………………………....
3. Jenis Kelamin : Wanita Pria
4. PendidikanTerakhir :………………………………………………………….

A PENGETAHUAN
1 OPT adalah hama yang mengganggu/menghambat Benar Salah
kegiatan produksi pada tanaman.

2 Tujuan pengendalian OPT adalah menekan serangan Benar Salah


guna mempertahankan produksi tanaman.

3 Salah satu kendala dalam pengelolaan tanaman Benar Salah


bawang putih adalah adanya serangan Organisme
PenggangguTumbuhan (OPT).

4 OPT utama tanaman bawang putih adalah ulat dan Benar Salah
jamur.

5 Penyakit pada bawang putih dapat dicegah dengan Benar Salah


pemberian pestisida.

6 Ulat tanah menyebabkan kematian tanaman secara Benar Salah


cepat dan mendadak.

7 Virus mozaik dapat ditularkan dari umbi yang dipanen Benar Salah
pada masa tanam sebelumnya.

8 Direkomendasikan menanam bawang putih sepanjang Benar Salah


tahun.

9 Cendawan (jamur) dapat hidup pada sisa tanaman Benar Salah


yang sudah mati dan di tanah

1 Hama bawang putih hanya terdapat pada lahan Benar Salah


0 pertanaman.

86
B SIKAP
1 Perlu dilakukan pengamatan rutin pada tanaman Setuju Tidak Setuju
bawang putih.

2 Kegiatan budidaya dilakukan dengan baik sesuai Setuju Tidak Setuju


anjuran.

3 Mengendalikan hama dengan penyemprotan Setuju Tidak Setuju


insektisida.

4 Sanitasi penting dalam pengendalian OPT Setuju Tidak Setuju

5 Penggunaan bibit umbi yang berasal dari tanaman Setuju Tidak Setuju
yang sehat, tidak keropos, tidak luka, dan mengkilap.

6 Melakukan pergiliran tanaman untuk mengendalikan Setuju Tidak Setuju


OPT

7 Tindakan pertama pada tanaman penyakit moler Setuju Tidak Setuju


adalah dengan menggunakan fungisida efektif
anjuran.

8 Melakukan penanaman serentak Setuju Tidak Setuju

9 OPT perlu jenis pengendalian yang berbeda Setuju Tidak Setuju

1 Petani Perlu Memahami Pengelolaan Hama Terpadu Setuju Tidak Setuju


0

87
Lampiran 12. Data Kualitatif Responden Kelompok Tani Sapta Mandiri

Data Kualitatif

1. Umur Responden
Persentase
No Umur Jumlah Responden
(%)
1 <15 0 0
2 15-64 10 100
3 >64 0 0
Total 10 100

2. Tingkat Pendidikan Responden


Persentase
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
(%)
1 SD 0 0
2 SLTP 8 80
3 SLTA 2 20
4 Perguruan Tinggi 0 0
Total 10 100

3. Kedudukan dalam Kelompok


Jumlah
No Kedudukan Dalam Kelompok Persentase (%)
Responden
1 Pengurus 2 20
2 Anggota 8 80
Total 10 100

88
Lampiran 13. Materi Penyuluhan Good Agricultural Practice Bawang Putih

89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
Lampiran 14. Kisi Kisi Evaluasi Dampak

Kisi Kisi Evaluasi Dampak

No Variabel Parameter Standart/Indikator Kriteria Skor Alat ukur


1 Ekonomi Keuntungan Kuntungan sebesar a. Meningkat 3 Apakah keuntungan
Usaha Tani 1.500.000/rol atau b. Tetap 2 usaha tani bawang putih
15.000.000/ha c. Menurun 1 meningkat?
2 Pengeluaran Pengeluaran sebesar a. Meningkat 1 Apakah pengeluaran
Usaha Tani 7.7000.00/rol atau b. Tetap 2 usaha tani bawang putih
77.000.000/ha c. Menurun 3 meningkat?
3 Produktivitas 6,2 toh/ha atau a. Meningkat 3 Apakah produktivitas
Bawang 620 kg/rol kering b. Tetap 2 bawang putih
Putih c. Menurun 1 meningkat?
4 Penerapan Jarak tanam 15 x 15 cm a. Menerapkan sesuai rekomendasi 3 Apakah bapak/ibu sudah
Teknis b. Menerapkan tidak sesuai rekomendasi 2 menerapkan jarak tanam
Budidaya c. Tidak menerapkan 1 dengan rekomendasi 15
x15 cm ?
5 Penggunaan 800 kg – 1000 kg /ha a. Menerapkan sesuai rekomendasi 3 Apakah bapak/ibu sudah
Benih b. Menerapkan tidak sesuai rekomendasi 2 menggunakan benih
c. Tidak menerapkan 1 unggul dengan
rekomendasi 80-100
kg/rol?
6 Persiapan Olah tanah sempurna a. Menerapkan sesuai rekomendasi 3 Apakah bapak/ibu sudah
lahan b. Menerapkan tidak sesuai rekomendasi 2 menerapkan olah tanah
c. Tidak menerapkan 1 sempurna dengan
rekomendasi membalik

105
tanah minimal 1 kali
selama musim tanam?
7 Pemupukan Menggunakan parit a. Menerapkan sesuai rekomendasi 3 Apakah bapak
para umum 15 HST b. Menerapkan tidak sesuai rekomendasi 2 ibu/melakukan
dan 35 HST c. Tidak menerapkan 1 pemupukan berimbang
dengan rekomendasi di
parit pada 15 HST dan 35
HST?
8 Penyiangan Mekanis, Minimal 3 a. Menerapkan sesuai rekomendasi 3 Apakah bpk/ibu
kali, 25 hst, 50 hst, b. Menerapkan tidak sesuai rekomendasi 2 melakukan penyiangan
dan 80 hst c. Tidak menerapkan 1 dengan rekomendasi
secara mekanis minimal
3 kali selama musim
tanam?
9 Pengendalian Terpadu a. Menerapkan sesuai rekomendasi 3 Apakah bapak ibu
Hama b. Menerapkan tidak sesuai rekomendasi 2 menerapkan
c. Tidak menerapkan 1 pengendalian hama
terpadu?
10 Panen Mutu fisik a. Menerapkan sesuai rekomendasi 3 Apakah bapak/ibu
b. Menerapkan tidak sesuai rekomendasi 2 melakukan pemanenan
c. Tidak menerapkan 1 pada saat yang tepat
dengan rekomendasi
mutu fisik yang baik?

106
Lampiran 15. Lembar Evaluasi Dampak

LEMBAR EVALUASI DAMPAK PENYULUHAN


GAP BAWANG PUTIH

PETUNJUK PENGISIAN :
Dimohon dengan hormat, Bapak/Ibu/Sdr dapat menjawab pernyataan di bawah ini
sesuai keadaan yang sebenarnya, dengan cara menuliskan jawaban pada tempat yang
tersedia, atau membubuhkan tanda checklist (√) pada salah satu kolom jawaban yang
disediakan.

IDENTITAS
1. Nama :

………………………………………………………..
2. Lokasi /tempat tugas :
Kelompok Tani : ...
……………………………………………………..
Desa : .
……………………………………………………….
Kecamatan : .
……………………………………………………….
Kabupaten : .
……………………………………………………....
3. Jenis Kelamin : Wanita Pria
4. PendidikanTerakhir :
………………………………………………………….

PERSEPSI PETANI TERADAP DAMPAK PELAKSANAAN PENYULUHAN


PERTANIAN GOOD AGRICULURAL PRACTICE BAWANG PUTIH

DAMPAK EKONOMI

No Pertanyaan Meningkat Tetap Menurun Keterangan


1 Apakah keuntungan Dari :
usaha tani bawang Menjadi :
putih meningkat?
2 Apakah pengeluaran Dari :
usaha tani bawang Menjadi :
putih meningkat?
3 Apakah Dari :
produktivitas Menjadi :
bawang putih
meningkat?

DAMPAK PENERAPAN

No Pertanyaan Menerapkan Menerapkan Tidak


Sesuai Tidak Sesuai Menerapkan

107
Rekomendasi Rekomendasi
1 Apakah bapak/ibu sudah
menerapkan jarak tanam dengan
rekomendasi 15 x15 m ?
2 Apakah bapak/ibu sudah
menggunakan benih unggul
dengan rekomendasi 80-100
kg/rol?

No Pertanyaan Menerapkan Menerapkan Tidak


Sesuai Tidak Sesuai Menerapkan
Rekomendasi Rekomendasi
3 Apakah bapak/ibu sudah
menerapkan olah tanah sempurna
dengan rekomendasi membalik
tanah minimal 1 kali selama
musim tanam?
4 Apakah bapak ibu/melakukan
pemupukan berimbang dengan
rekomendasi di parit pada 15 HST
dan 35 HST?
5 Apakah bpk/ibu melakukan
penyiangan dengan rekomendasi
secara mekanis minimal 3 kali
selama musim tanam?
6 Apakah bapak ibu menerapkan
pengendalian hama terpadu?
7 Apakah bapak/ibu melakukan
pemanenan pada saat yang tepat
dengan rekomendasi mutu fisik
yang baik?

108
Lampiran 16. Olah data kuisioner Evaluasi Dampak

Olah Data
1. Ekonomi
Dampak penyuluhan Good Agricultural Practice Bawang Putih Di
Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan Kecamatan Kledung
Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah terhadap aspek Ekonomi
petani dan kelompok tani dirincikan pada tabel berikut.
BUTIR PERTANYAAN
RESP ∑ % KATEGORI
1 2 3
1 3 3 3 9 100,00 Meningkat
2 1 3 1 5 55,56 Menurun
3 1 3 3 7 77,78 Tetap
4 1 3 1 5 55,56 Menurun
5 1 3 3 7 77,78 Tetap
6 3 3 1 7 77,78 Tetap
7 1 3 1 5 55,56 Menurun
8 3 3 2 8 88,89 Meningkat
9 2 3 2 7 77,78 Tetap
10 3 3 3 9 100,00 Meningkat

Aspek eKONOMI

Meningkat
30%
Tetap
40%

Menurun
30%

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 30% responden


merasakan adanya peningkatan ekonomi, 40% tetap, dan 30 % menurun. Hal
ini menandakan bahwa kegiatan penyuluhan yang diadakan memberikan
dampak yang berbeda bagi aspek ekonomi petani di Kelompok Tani Tri
Manunggal. Hal ini terjadi karena beberapa faktor.

109
2. Penerapan GAP
Dampak penyuluhan Good Agricultural Practice Bawang Putih Di
Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan Kecamatan Kledung
Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah terhadap aspek penerapan
petani dan kelompok tani dirincikan pada tabel berikut.
BUTIR PERTANYAAN
RESP ∑ % KATEGORI
1 2 3 4 5 6 7
1 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
2 2 3 3 3 3 3 3 20 95,24 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
3 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
4 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
5 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
6 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
7 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
8 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
9 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
10 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi

Perilaku

100%

Menerapkan Sesuai Rekomendasi Menerapkan Tidak Sesuai Rekomendasi


Tidak Menerapkan

Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 100% responden


merasakan adanya peningkatan perilaku budidaya tanaman bawang putih
yang baik (Good Agriculural Practice) di lahan pertanamannya. Hal ini
menandakan bahwa kegiatan penyuluhan yang diadakan memberikan
dampak peningkatan perilaku bagi petani Kelompok Tani Tri Manunggal
Desa Kruwisan Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung.

110
Lampiran 17. Olah data kualitatif evaluasi dampak
1. Umur Responden
Tabel Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur
No Umur Jumlah Responden Persentase (%)
1 <15 0 0
2 15-64 10 100
3 >64 0 0
Total 10 100
Berdasarkan tabel umur responden dapat diketahui bahwa petani di
Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan yang berumur <15
tahun tidak ada, dan petani yang berumur 15 – 64 tahun sebanyak 10
orang atau 100% ini dikatakan umur yang produktif.

2. Tingkat Pendidikan Responden


Tabel Klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)
1 SD 1 10
2 SLTP 3 30
3 SLTA 6 60
4 Perguruan Tinggi 0 0
Total 10 100
Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh, tingkat pendidikan
petani peserta penyuluhan di Kelompok Tani Tri Manunggal Desa
Kruwisan, dari 10 petani responden yang tamat SD sebanyak 1 orang
(10%), berpendidikan SLTP sebanyak 3 orang (30%), serta yang
berpendidikan SLTA sebanyak 6 orang (60%).

3. Kedudukan dalam Kelompok


Klasifikasi Responden Berdasarkan Kedudukan Dalam Kelompok
No Kedudukan Jumlah Responden Persentase (%)
1 Pengurus 1 10
2 Anggota 9 90
Total 10 100

Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh dari tabel tersebut


menunjukkan Kedudukan dalam kelompok responden di Kelompok Tani
Tri Manunggal Desa Kruwisan secara umum. Dari 10 petani responden

111
yang berkedudukan sebagai pengurus sebanyak 1 responden (10%) dan
yang berkedudukan sebagai anggota sebanyak 9 responden (90%).

112
Lampiran 18. Dokumentasi Kegiatan Pelaksanaan Penyuluhan Dan Evaluasi
Hasil

113
Lampiran 19. Dokumentasi Kegiatan Evaluasi Dampak

114

Anda mungkin juga menyukai