Lap PKL 2 - Aviad Rezqiano Pradinata
Lap PKL 2 - Aviad Rezqiano Pradinata
OLEH :
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA-MAGELANG
PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) II
PELAKSANAAN DAN EVALUASI PENYULUHAN PERTANIAN
DI KECAMATAN KLEDUNG KABUPATEN TEMANGGUNG
PROVINSI JAWA TENGAH
OLEH :
Meyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui :
Ketua Jurusan Pertanian
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat Nya Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) II dapat diselesaikan, yang
merupakan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
II. Dengan selesainya laporan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima
kasih kepada Ir. Miftakhul Arifin, M.Pd. selaku Pembimbing I dan Dr. Epsi
Euriga, SE., M.Sc. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan.
Terima kasih yang sama juga penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Bambang Sudarmanto S.Pt. MP. selaku Direktur Politeknik Pembangunan
Pertanian Yogyakarta-Magelang.
2. Mohamad Kholil S.PKP., M,Si. Selaku Koordinator Penyuluh Pertanian BPP
Kecamatan Kledung sekaligus Pembimbing Eksternal.
3. Dr. Endah Puspitojati S.TP. MP. selaku Ketua Jurusan Pertanian Yogyakarta.
4. Sukadi S.ST. M.Si, selaku Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian
Berkelanjutan.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penulisan proposal ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan,
untuk itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan. Namun demikian,
semoga bermanfaat bagi pihak yang berkenan membacanya.
iii
DAFTAR ISI
COVER ……………………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN
……………………………………………… ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………… iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... iv
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... v
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………... 1
A. Latar Belakang ..…….………………...……………………………… 1
B. Tujuan ………………….……………………..……………………… 2
C. Manfaat …………………...…………………………..……………… 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…….……………………………………... 3
A. Menetapkan Media Penyuluhan Pertanian……..…………………….. 3
B. Menetapkan Metode Penyuluhan Pertanian ……………...………….. 5
C. Evaluasi Penyuluhan Pertanian …………..………………………….. 13
BAB III METODE PELAKSANAAN…………………………………..… 19
A. Waktu dan Tempat…………………………………………………… 19
B. Materi Kegiatan……………………………………………………….. 19
C. Prosedur Pelaksanaan ………………………………………………… 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………… 25
A. Gambaran Umum …………………………………………………….. 25
B. Hasil Kegiatan ……………………………………………………….. 26
BAB V PENUTUP…………………………………………………………. 49
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 49
B. Saran …………………………………………………………………. 49
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 51
LAMPIRAN ………………………………………………………………. 52
iv
DAFTAR TABEL
v
3
Tabel 16. Kedudukan Responden Evaluasi Hasil Penyuluhan 6
3
Tabel 17. Pendidikan Responden Evaluasi Hasil Penyuluhan 7
3
Tabel 18. Evaluasi Lapangan Pelaksanaan Penyuluhan 8
4
Tabel 19. Alat Peraga Penyuluhan Good Agriculutral Practice Bawang Putih 2
4
Tabel 20. Kisi-kisi Instrumen Evaluasi Dampak Penyuluhan 3
4
Tabel 21. Umur Responden Evaluasi Dampak Penyuluhan 4
4
Tabel 22. Pendidikan Responden Evaluasi Dampak Penyuluhan 5
4
Tabel 23. Kedudukan Responden Evaluasi Dampak Penyuluhan 6
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta- Magelang
sebagai penyelenggara pendidikan tinggi bidang penyuluhan pertanian di
lingkungan Kementerian Pertanian bertujuan menghasilkan Penyuluh
Pertanian Ahli dan Praktisi Agribisnis yang akan bermitra dengan pelaku
utama dan pelaku usaha.
Proses pembelajaran di Polbangtan terdiri atas kuliah klasikal dan praktik
mata kuliah. Selain praktik mata kuliah dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) II yang dilaksanakan pada semester VI. Praktik Kerja Lapangan (PKL)
II dirancang sebagai bagian dari kegiatan proses pembelajaran di Polbangtan,
dengan capaian pembelajaran tentang pelaksanaan dan evaluasi penyuluhan
dilaksanakan dengan bobot 4 (empat) Satuan Kredit Semester (SKS) atau
sepadan dengan 30 hari kerja efektif.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Kledung
Dalam Angka 2018, bahwa Kecamatan Kledung memiliki sawah seluas 247
hektare (ha) yang terdiri dari lahan sawah irigasi teknis dan non teknis.
Produksi unggulan bidang pertanian di Kecamatan Kledung pada sektor
tanaman pangan komoditas padi dan hortikultura berupa sayuran. Maka dari
itu perlu adanya kegiatan yang dapat meningkatkan kapasitas petani serta
mahasiswa itu sendiri melalui Praktik Kerja Lapangan dengan bekerja sama
dengan Balai Penyuluhan Pertanian Kledung
B. Tujuan
Kegiatan PKL II bertujuan agar Mahasiswa memiliki kompetensi
Penyuluh Pertanian yang profesional, meliputi aspek:
1
1. Pengetahuan, menganalisis permasalahan pada kelompok tani/gabungan
kelompok tani, dan meningkatkan kemampuan dalam merencanakan
kegiatan penyuluhan.
2. Keterampilan, merencanakan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan
secara partisipatif.
3. Sikap, menumbuhkan jiwa Penyuluh Profesional.
Dalam pelaksanaannya, tujuan PKL II ini secara terstruktur agar
menyelesaikan tagihan, diantaranya agar mampu menetapkan media
penyuluhan pertanian, menetapkan metode penyuluhan pertanian,
melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian, mengevaluasi pelaksanaan
penyuluhan pertanian yang dilaksanakan, serta mengevaluasi dampak
penyuluhan pertanian (kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh penyuluh
terdahulu).
C. Manfaat
Bagi mahasiswa:
1. meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam menetapkan prioritas
permasalahan pada kelompok tani/gabungan kelompok tani;
2. meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan dan
mengevaluasi kegiatan penyuluhan pertanian bagi pelaku utama dan
pelaku usaha, serta menyusun instrumen penyuluhan;
3. mewujudkan jiwa Penyuluh profesional.
Bagi pihak terkait seperti instansi pemerintah, petani dan stakeholder adalah
untuk membantu menyelesaikan tugas/pekerjaan yang dilakukan instansi
pelaku utama dan pelaku usaha.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
manfaatnya. Perlengkapan penyuluh tersebut berupa alat penyuluhan dan alat
bantu peraga. Alat bantu penyuluhan yang merupakan alat-alat atau
perlengkapan penyuluhan yang diperlukan oleh seorang penyuluh guna
memperlancar proses mengajarnya selama kegiatan penyuluhan itu
dilaksanakan. Mardikanto (1985) dalam Mardikanto (2013) menjelaskan
bahwa alat peraga adalah alat atau benda yang dapat diamati, didengar,
diraba, atau dirasakan oleh indera manusia, yang berfungsi sebagai alat untuk
meragakan dan atau menjelaskan uraian yang disampaikan secara lisan (oleh
penyuluh) guna membantu proses belajar penerima manfaat penyuluhan agar
materi penyuluhan lebih mudah diterima dan dipahami oleh penerima
manfaat penyuluhan yang bersangkutan.
Sunaryo (1978) dalam Mardikanto (2013) selanjutnya mengemukakan
bahwa alat peraga penyuluhan sebenarnya tidak sekedar berfungsi sebagai
alat peraga atau penjelas, melainkan memiliki fungsi untuk menarik
perhatian atau memusatkan perhatian penerima manfaat, sehingga lebih
konsentrasi; memperjelas pengertian tentang segala sesuatu yang disampaikan
oleh penyuluh; membuat penyuluh lebih efektif; menghemat waktu yang
diperlukan penyuluh untuk memperjelas materi yang disampaikan; serta
memberikan kesan yang lebih mendalam.
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat peraga didalam
pelaksanaan penyuluhan pertanian adalah pemilihan alat peraga yang efektif
dan efisien untuk tujuan perubahan perilaku sasaran yang diinginkan
penyuluhnya (Mardikanto. 1993). Pengetahuan seperti ini sangat penting,
karena tidak semua alat peraga selalu tersedia atau mudah disediakan oleh
penyuluhya pada sembarang tempat dan waktu; alat peraga yang mahal tidak
selalu menjadi jaminan sebagai alat peraga yang efektif untuk tujuan
perubahan perilau tertentu; serta untuk tujuan perubahan perilaku tertentu,
tersedia banyak alternatif alat peraga yang dapat digunakan tetapi dengan
tingkat efektivitas dan tingkat kemahalan yang berbeda.
Berdasarkan hal tersebut Mardikanto (1985) dalam Mardikanto (1993)
memberikan acuan dalam pemilihan alat peraga penyuluhan sebagaimana
termuat dalam tabel berikut ini.
4
Tabel 1. Acuan Alat Peraga Penyuluhan Pertanian
Ragam Alat Aspek Perilaku Yang Dipengaruhi
Peraga Sikap Pengetahuan Keterampilan
Benda Model, Specimen, Contoh dan Model Contoh dan Model
dan Sampel
Barang cetakan Poster, Placard, Brosur, Folder, Flip- Brosur, Flip-chart,
Selebaran, dan Photo chart, Leaflet, dan Flanegraph, Folder,
Flanelgraph dan Leaflet
Gambar yang Video & TV, Movie Tranparancy, Slide Video dan TV, Slide
diproyeksikan film, Film strip, Film film video dan TV, film, dan Film strip
slide serta Film strip
Pendekatan Tak-langsung dan Langsung dan Langsung dan Tak-
Langsung Tak-langsung langsung
Berdasarkan tabel tersbut, terdapat 5 (lima) ragam alat peraga yang dapat
digunakan dan disesuaikan dengan perubahan perilaku yang akan akan
dipengaruhi. Keberhasilan penggunaan alat peraga juga sangat bergantung
dengan kepiawaian penyuluh dalam memanfaatkannya.
5
minat dan kebutuhan, artinya penyuluhan mengacu kepada minat dan
kebutuhan petani; organisasi masyarakat bawah, artinya penyuluhan
melibatkan organisasi masyarakat yaitu kelompok tani; budaya, artinya
penyuluhan harus memperhatikan budaya yang ada di masyarakat; perubahan
budaya, artiya penyuluhan akan mengakibatkan perubahan budaya, pola pikir
kebiasaan dan lain-lain; kerjasama dan partisipasi, artinya penyuluhan
sebaiknya menggerakkan partisipasi masyarakat dan menumbuhkan
bekerjasama dan melaksanakan penyuluhan dan kegiatan lainya; demokrasi,
artinya dalam penyuluhan memberikan kesempatan kepada petani unuk
bermusyawarah; belajar sambil bekerja, artinya dalam penyuluhan pertanian
petani dapat belajar sambil berbuat, belajar mencari pengalaman dari yang
dikerjakan; penggunaan metode yang sesuai, artinya penyuluhan dan
penerapan metode yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan;
kepemimpinan, artinya penyuluh dapat mengembangkan dan menumbuhkan
jiwa kepemimpinan petani; spesialis, artinya penyuluh orang yang telah
meguasi teknik komunikasi, metode, media, psikologi, dan managemen
pembelajaran.
6
relatif rendah, penyuluh harus menyesuaikan metode yang mudah
diterima sasaran.(Sujono. 2013).
b. Kemampuan Penyuluh
Penyuluh memiliki kemampuan yang akan menentukan tingkat
keberhasilan dalam penyuluhan karena menyangkut tingkat
penguasaan materi, keahlian penerapan metode, pemilihan media,
penguasaan sasaran, kepandaian berkomunikasi, penggunaan alat
bantu, alat peraga, penguasaan sasaran, dan sebagainya. Penyuluh
mempunyai peran yang strategis yaitu sebagai fasilitator,
organisator, dinamisator dan sebagainya. Tingkat pengalaman
penyuluh akan berpengaruh terhadap proses penyuluhan. Penyuluh
senior dengan masa kerja lebih 5 tahun memiliki kemampuan yang
memadai dalam penguasaan sasaran, diskusi, dan sebagainya.
Tingkat pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti akan
membantu dalam penguasaan materi, karena dalam proses
penyuluhan penguasaan materi merupakan syarat mutlak yang harus
dimiliki. Tingkat pendidikan dan pelatihan yang memadai akan
membuat percaya diri bagi penyuluh dan mendukung suksesnya
penyuluhan (Sujono. 2013).
7
relatif tetap, namun pada kondisi tertentu dapat berubah sesuai
dengan perkembangan yang ada.
e. Kebijakan Pemerintah
Pemerintah memiliki kebijakan yang bersifat nasional dan lokal.
Kebijakan yang bersifat nasional adalah dari pemerintah pusat.
Pemerintah daerah tingkat provinsi dan tingkat kabupaten juga
memiliki program tersendiri yang tidak terkait langsung dengan
pemerintah pusat sehingga terbit Surat Keputusan (SK) Gubernur,
Surat Keputusan (SK) Bupati, dan sejenisnya. Kegiatan penyuluhan
akan mengacu kebijakan pemerintah yang ada sehingga akan
mendukung kebijakan tersebut (Sujono, 2013).
f. Materi
Sujono (2013) memaparkan bahwa materi penyuluhan
memegang peranan penting dalam keberhasilan penyuluhan.
Terdapat materi yang penyajiannya harus dengan praktekkan, namun
terdapat pula materi yang penyajiannya dalam bentuk teori. Kedua
bentuk penyajian tersebut harus diupayakan agar dapat diterima
dengan mudah oleh petani. Materi yang disampaikan akan membawa
manfaat bagi petani secara ekonomi. Bila materi tidak
8
menguntungkan, maka materi tersebut akan ditolak petani. Bila
materi memberikan keuntungan yang memadai, maka berkaitan
dengan metode apapun yang digunakan akan diterima. Berkaitan
dengan tujuan yang ingin dicapai, bila dalam penyuluhan penyuluh
berkeinginan sasaran untuk sampai pada tingkat mengetahui maka
dengan metode ceramah, diskusi akan tercapai. Tetapi bila
diharapkan sasaran sampai pada tingkat terampil, maka harus dengan
yang menggunakan praktek. Sasaran akan terampil bila melakukan
kegiatan praktek. Metode yang melakukan praktek harus didata
kemudian atas dasar pertimbangan yang lain baru ditetapkan.
a. Kunjungan
Menurut Sujono (2013) anjangsana merupakan kunjungan
terencana penyuluh kepada sasaran baik di rumah atau ditempat
usaha tani sasaran dengan tujuan menumbuhkan kepercayaan diri
petani dan keluarganya. Anjangsana merupakan kegiatan terencana
yang berarti bahwa anjangsana ini dilakukan dengan persiapan yang
matang. Persiapan sebelum anjangsana meliputi waktu kunjungan,
tempat, koordinasi dengan sasaran, materi, alat peraga dan alat
bantu, alat dan bahan penyuluhan. Dalam kunjungan akan
menentukan metode penyuluhan media, materi, kesempatan
penyuluh, keadaan sasaran, jenis kegiatan usahatani, serta
ketersediaan alat dan perlengkapan lainnya (alat transport,
komunikasi, alat peraga). Hal yang penting dalam kunjungan adalah
materi, sebaiknya disesuaikan dengan permasalahan, serta
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani.
9
b. Demonstrasi
Padmomihardjo (2004) dalam Sujono (2013) menjelaskan
bahwa demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di lapangan
untuk memperlihatkan, membuktikan secara nyata tentang cara dan
atau hasil penerapan teknologi pertanian yang telah terbukti
menguntungkan bagi petani. Berdasarkan pengertian tersebut dikenal
demonstrasi cara dan demonstrasi hasil. Demonstrasi cara
merupakan bentuk metode penyuluhan dengan tujuan agar peserta
mengetahui praktek menerapkan teknologi baru. Tujuan demonstrasi
cara adalah mengenalkan adanya teknologi baru yang dapat
memberikan keuntungan pada petani, menyakinkan orang-orang
bahwa sesuatu cara kerja tertentu akan berguna dan praktis.
Tabel 2. Klasifikasi Metode Demonstrasi
10
c. Sekolah Lapang
Sekolah Lapang (SL) adalah salah satu metode penyuluhan
pertanian yang kegiatannya berada di tempat usaha tani didukung
dengan sarana belajarnya, dilengkapi dengan kurikulum yang rinci
dan terpadu serta belajar selama satu siklus tertentu. Prinsip dalam
Sekolah Lapangan ini adalah bersifat kemitraan, perencanaan
disusun bersama dalam kelompok tani, keputusan diambil secara
bersama dari anggota kelompok, belajar lewat pengalaman karena
petani melakukan, mengalami dan menemukan sendiri (Sujono.
2013).
d. Pameran
Pameran merupakan metode penyuluhan pertanian yang
bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan minat akan teknologi
baru dengan sasaran para petani secara massal. Pengunjung pameran
adalah beragam, mereka mempunyai pekerjaan sebagai petani
ataupun bukan petani. Pameran dapat memperlihatkan hasil
penerapan teknologi, cara kerja dan mengajak pengunjung untuk ikut
melaksanakan atau mencontoh apa yang dilihatnya. Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pameran menarik yaitu
materi, penampilan, desain atau tata letak, dukungan alat bantu dan
peraga, adanya barang yang dapat dinikmati, kuis, buku tamu,
hadiah, dan lain-lain (Sujono. 2013).
11
yang memadai. Waktu pertemuan dapat siang, sore, atau malam
tergantung waktu luang petani. Waktu kerja petani biasanya pagi
atau sore dan sebaiknya tidak mengganggu kesibukan petani.
Pertemuan petani tersebut biasanya dikuti petani sehamparan atau
sewilayah dan memiliki keragaman pendidikan, pengalaman,
kemampuan ekonomi, dan lain-lain. Oleh karena itu, penyuluh dalam
melaksanakan pertemuan harus memerhatikan hal tersebut. Atas
dasar keragaman tersebut penyuluh dituntut untuk sabar melayani
petani dalam berdiskusi karena dapat terjadi perbedaan pendapat dan
keluar dari materi bahasan (Sujono. 2013).
f. Temu Usaha
Temu usaha adalah pertemuan antara petani selaku produsen
dengan pengusaha selaku pembeli produksi petani. Adanya temu
usaha ini sebagai salah satu usaha mengatasi pemasaran hasil petani
yang kurang memuaskan. Biasanya pada waktu panen harga turun
dan waktu tidak panen harga naik. Pada komoditi tertentu harga jual
juga ditentukan kualitas barang yang akan dijual. Proses temu usaha
ini diawali dengan penjelasan atau informasi dari petani akan jenis
komoditi yang ada, jumlah barang, kualitas, harga jual, dan lain-lain.
Pengusaha menanggapi paparan petani dengan menjelaskan jenis
barang yang diminta, jumlah, kualitas, harga beli, dan lain-lain.
Kualitas biasanya memegang peran yang penting dalam temu usaha.
Hal ini menjadi catatan khusus bagi penyuluh untuk dapat mencari
teknologi agar kualitas seperti yang diminta pengusaha (Sujono.
2013).
g. Kursus Tani
Kursus tani adalah kegiatan belajar dan mengajar bagi para
petani dengan materi disusun dalam kurikulum yang dijabarkan di
jadwal dalam waktu tertentu dengan tujuan meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan petani. Tujuan kursus tani adalah
12
untuk membekali pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan
menumbuhkan sikap positif, mengembangkan sikap kepemimpinan
petani, menumbuhkan kemitraan, menumbuhkan kerjasama
(Sujono. 2013).
h. Karyawisata
Karyawisata adalah suatu perjalanan bersama yang dilakukan
oleh kelompok tani, untuk belajar sambil melakukan, penerapan
teknologi dalam keadaan yang sesungguhnya. Pada kegiatan ini
kelompok tani melakukan perjalanan dengan tujuan menyebarkan
teknologi yang telah diterapkan kepada kelompok lain yang belum
menerapkan. Tujuan karya wisata ini adalah meningkatkan peran
kelompok tani dalam proses materi teknologi, menyebarkan materi
teknologi oleh petani kepada petani lain agar usahataninya lebih baik
penyebaran. Selain itu juga meningkatkan jaringan antarpetani atau
kelompok tani untuk menjalin kerjasama, meningkatkan rasa percaya
diri akan kemampuan menerapkan teknologi, memberikan
kesempatan kepada petani untuk belajar sambil melakukan sendiri
hasil penerapan, suatu teknologi demonstrasi suatu ketrampilan, alat
baru dan sebagainya serta membantu peserta mengebal masalah,
menumbuhkan minat dan perhatian, serta motivasi untuk melakukan
sesuatu sendiri (Sujono. 2013).
13
pedoman-pedoman yang ada, dan pengambilan keputusan atau penilaian
atas obyek yang diamati. Evaluasi harus dilakukan berdasarkan data atau
fakta, bukan berdasarkan pada praduga atau intuisi seseorag (yang
melakukan evaluasi) dan evaluasi harus menggunakan pedoman-
pedoman tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
3. Prinsip-Prinsip Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan untuk menilai suatu keadaan, gejala,
peristiwa, atau kegiatan-kegiatan tertentu, dengan menggunakan
landasan-landasan tertentu. Karena itu, Mardikanto (1993) menjelaskan
bahwa kegiatan evaluasi harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi
sebagai berikut.
Kegiatan Evaluasi harus merupakan bagian integral yang tak
terpisahkan dari kegiatan perencanaan program. Artinya tujuan evaluasi
harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai yang telah dinyatakan
dalam perencanaan programnya. Setiap evaluasi harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut.
14
a. Objektif, artinya selalu berdasarkan pada fakta. Menggunakan
pedoman tertentu yang telah dibakukan. Menggunakan metode
pengumpulan data yang tepat dan teliti.
b. Menggunakan alat ukur yang tepat (valid dan sahih) serta dapat
dipercaya (teliti dan reliabel).
c. Setiap evaluasi harus menggunakan alat ukur yang berbeda untuk
mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula. Contohnya adalah
perumusan daftar pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan harus
dibedakan dengan yang digunakan untuk mengetahui sikap dan
pengukuran keterampilan tidak cukup dengan menggunakan daftar
pertanyaan saja.
4. Jenis-Jenis Evaluasi
Menurut Mardikanto (2013) terdapat beberapa jenis evaluasi dalam
kegiatan penyuluhan pertanian, yaitu Evaluasi Formatif dan Evaluasi
Sumatif, on-going evaluation dan ex-post evaluation, evaluasi internal
dan eksternal, evaluasi internal dan eksternal, evaluasi teknis dan
15
ekonomi, evaluasi program, pemantauan dan evaluasi dampak program,
serta pendekatan sistem dalam evaluasi.
a. Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif
Taylor (1976) dalam Mardikanto (2013) mengemukakan bahwa
evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan terhadap
program atau kegiatan yang telah dirumuskan, sebelum program atau
kegiatan itu sendiri dilaksanakan. Evaluasi sumatif merupakan
kegiatan evaluasi yang dilakukan setelah program selesai
dilaksanakan.
16
(di luar organisasi pemilik/pelaksana program). Inisiatif
dilakukannya evaluasi dapat muncul dari pihak luar atau justru
diminta oleh pemilik/pelaksana program yang bersangkutan
(Mardikanto. 2013).
17
kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka
menentukan kebijakan selanjutnya.
2) Pemantauan Program
Pemantauan program diartikan sebagai proses
pengumpulan informasi (data, fakta) dan pengambilan
keputusan-keputusan yang terjadi selama proses pelaksanaan
program, dengan maksud untuk menghindari terjadinya
keadaan-keadaan kritis yang akan mengganggu pelaksanaan
program, sehingga program tersebut tetap dapat dilaksanakan
seperti yang direncanakan demi tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan (Cernea dan epping. 1977 dalam Mardikanto.
2013).
Pemantauan program juga menelaah seberapa jauh
kegiatan pelayanan dan penyaluran sarana yang diperlukan dan
seberapa jauh pelaksanaan program dapat memberikan
kepuasan kepada sasarannya. Karena itu, melalui pemantauan
akan diketahui kendala-kendala yang ditemui, serta
sumberdaya yang dibutuhkan selama pelaksanaan program.
(Mardikanto. 2013)
18
menimbulkan pertanyaan yang dapat mempengaruhi
keberhasilan program.
19
BAB III
METODE PELAKSANAAN
B. Materi Kegiatan
Materi kegiatan berupa elemen kompetensi dan tagihan yang diharapkan
dari PKL II ini, dari materi yang ada dan disesuaikan dengan tagihan serta
dengan petunjuk teknis yang sudah ada, diharapkan memenuhi capaian yang
diharapkan. Adapun capaian yang diharapkan adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Materi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan II
Unit Elemen Kompetensi Mahasiswa Kegiatan PKL
Kompetensi Kompetensi
Menerapkan Menyiapkan Mengidentifikasi sasaran Menyiapkan
Media Media Menetapkan jenis media yang media
Penyuluhan akan diperlukan
Pertanian
Menggunakan Menjelaskan standar teknis Menggunakan
Media penggunaan media media
Menyesuaikan media
Menetapkan Mengidentifikasi karakteristik Mempersiapkan
Metode sasaran pelaksanaan
Memilih metode penyuluhan Penyuluhan
berdasarkan materi dan media Pertanian
sesuai dengan tujuan dan
Menerapkan karakteristik sasaran
Metode
Penyuluhan
Pertanian Menggunakan Menyiapkan LPM Melaksanakan
metode Menetapkan metode yang akan penyuluhan
dipakai dalam kegiatan pertanian
penyuluhan
19
Merencanakan Merumuskan tujuan evaluasi Mempersiapkan
kegiatan Menyiapkan instrumen Evalusi
evaluasi evalusi
Menentukan kegiatan
penyuluhan yang akan
dievaluasi
Memilih metode evaluasi
Menetapkan sampel yang akan
dievaluasi
Mengevaluasi
Pelaksanaan
Penyuluhan Menetapkan Merekapitulasi data Melaksanakan
Pertanian hasil evaluasi Menyusun data dalam bentuk Evaluasi
tabulasi
Menganalisis data sesuai
dengan tujuan evaluasi
Menetapkan hasil evaluasi
20
C. Prosedur Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan PKL II ini, prosedur pelaksanaannya adalah sebagai
berikut.
1. Penetapan lokasi PKL II
Lokasi PKL II di wilayah kerja Balai Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) di lokasi Food Estate (FE) Provinsi
Jawa Tengah yaitu di Kabupaten Temanggung dan Kabupaten
Wonosobo.
Desa tempat kegiatan PKL II mempertimbangkan karakteristik desa
sebagai desa yang aktif melaksanakan kegiatan penyuluhan dan
diutamakan yang mendukung Program Food Estate (FE) dan Kostratani.
Sasaran PKL II yaitu kelompok tani/gabungan kelompok tani (gapoktan)
di wilayah dusun/desa setempat.
3. Pembekalan
Pembekalan diberikan kepada mahasiswa dan dilaksanakan di
kampus Polbangtan dan di lokasi PKL II. Pembekalan dimaksudkan
untuk menginformasikan lokasi PKL II masing- masing mahasiswa yang
sudah ditetapkan, dan menyamakan persepsi tentang pelaksanaan PKL II,
terutama berkaitan materi yang perlu dikuasai berdasarkan hasil
identifikasi lapangan dan mekanisme pelaksanaan tugas selama berada di
lapangan. Pembekalan diberikan oleh Dosen yang kompetensinya relevan
dengan materi.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan PKL II di desa sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan oleh Direktur Polbangtan Yogyakarta-Magelang, dengan
21
bimbingan dosen pembimbing Internal dan pembimbing eksternal.
Alokasi waktu efektif pelaksanaan PKL II adalah 30 hari.
Pelaksanaan di lapangan dilakukan oleh mahasiswa secara mandiri.
Mahasiswa menerapkan materi sesuai dengan rencana kegiatan pada
proposal yang telah disusun. Metode Pelaksanaan PKL II adalah sebagai
berikut:
1. Magang di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP);
2. Pendekatan individu, kelompok atau masal;
3. Pendekatan partisipatif atau metode lainnya;
4. Focus Discussion Group (FGD) menyusun programa penyuluhan
tingkat desa dan Rencana Kerja Tahuna Penyuluh (RKTP).
Materi kegiatan PKL II yang harus diselesaikan adalah 20 elemen
kompetensi yang kemudian penyelesaiannya disesuaikan dengan alokasi
waktu pelaksanaan PKL II sebagaimana tertuang dalam jadwal yang
dibuat oleh mahasiswa.
Pelaksanaan kegiatan dilapangan dalam mencapai elemen
kompetensi dan tagihan selama waktu efektif disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 4. Jadwal Pelaksanaan PKL II
No Tanggal Kegiatan Keterangan
1 1 Juli 2022 Menuju Lokasi PKL -
2 2-5 Juli 2022 Koordinasi bersama Koordinasi Kegiatan
Pembimbing Eksternal dan PKL II
Pemerintah Desa
3 6 Juli 2022 Metetapkan Materi Penyuluhan Tempat BPP Kledung
Pertanian didampingi
Pembimbing
Eksternal
4 7 Juli 2022 Menetapkan Metode Tempat BPP Kledung
Penyuluhan Pertanian didampingi
Pembimbing
Eksternal
5 8-9 Juli 2022 Membuat Media Penyuluhan Tempat BPP Kledung
Pertanian didampingi
Pembimbing
Eksternal
6 8-9 Juli 2022 Membuat Sinopsis Tempat BPP Kledung
didampingi
Pembimbing
Eksternal
7 8-9 Juli 2022 Membuat Lembar Penyuluhan Tempat BPP Kledung
Pertanian didampingi
22
Pembimbing
Eksternal
8 11-15 Juli 2022 Melaksanakan Penyuluhan Kelompok Tani
Pertanian (Pertemuan Kecamatan Kledung
Kelompok Tani I)
9 11-15 Juli 2022 Membuat Instrumen Evaluasi Kelompok Tani
Hasil Pelaksanaan Penyuluhan Kecamatan Kledung
Pertanian
10 11-15 Juli 2022 Menetapkan dan Melaksanakan Tempat BPP Kledung
Metode Evaluasi Hasil didampingi
Pelaksanaan Penyuluhan Pembimbing
Pertanian Eksternal
11 16 Juli 2022 Tabulasi Hasil Evaluasi Tempat BPP Kledung
Pelaksanaan Penyuluhan didampingi
Pertanian Pembimbing
Eksternal
12 17 Juli 2022 Analisis Data Hasil Evaluasi Tempat BPP Kledung
Pelaksanaan Penyuluhan didampingi
Pertanian Pembimbing
Eksternal
13 17 Juli 2022 Menyusun Laporan Evaluasi Tempat BPP Kledung
Hasil Pelaksanaan Penyuluhan didampingi
Pertanian Pembimbing
Eksternal
14 18 - 22 Juli 2022 Membuat instrumen evaluasi Tempat BPP Kledung
dampak penyuluhan pertanian didampingi
Pembimbing
Eksternal
15 19 - 22 Juli 2022 Menetapkan dan Melaksanakan Kelompok Tani
metode evaluasi dampak Kecamatan Kledung
penyulan pertanian (Pertemuan
Kelompok Tani II)
16 23 Juli 2022 Tabulasi Data Hasil Evaluasi Tempat BPP Kledung
Dampak Penyuluhan Pertanian didampingi
Pembimbing
Eksternal
17 24 Juli 2022 Analisis Data Hasil Evaluasi Tempat BPP Kledung
Dampak Penyuluhan Pertanian didampingi
Pembimbing
Eksternal
18 25-26 Juli 2022 Membuat Laporan Evaluasi Tempat BPP Kledung
Dampak Penyuluhan Pertanian didampingi
Pembimbing
Eksternal
19 27-30 Juli 2022 Koordinasi bersama Tempat BPP Kledung
Pembimbing Eksternal dan didampingi
Pemerintah Desa dan Pembimbing
Pembuatan Laporan PKL Eksternal
20 31 Juli 2022 Kembali Ke Kampus Jurusan -
Pertanian Politeknik
Pembangunan Pertanian
Yogyakarta Magelang
5. Penyusunan Laporan
23
Mahasiswa wajib menyusun laporan PKL II dengan bimbingan
dosen. Laporan PKL II didasarkan hasil kegiatan PKL II sesuai materi
yang telah ditetapkan dalam proposal dan dibuat rangkap 4 (empat).
24
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Kondisi Geografi
a. Lokasi dan Batas - Batas
Lokasi Desa Kruwisan terletak di lereng gunung Sindoro
tepatnya di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung dengan
batas-batas sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Kwadungan Gunung
2) Sebelah Timur : Desa Kruwisan
3) Sebelah Selatan : Desa Jambu
4) Sebelah Barat : Desa Canggal
2. Iklim
a. Curah Hujan
Berdasarkan data curah hujan di Kecamatan Kledung selama lima
tahun terakhir (2017-2021).
Tabel 6. Curah Hujan Desa Kruwisan Tahun 2017-2021
2017 2018 2019 2020 2021
No Bulan
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
1. Januari 342 28 304 19 626 28 497 26 636.5 31
2. Februari 384 18 366 22 716 25 692 26 450.5 28
3. Maret 592 25 366 21 377 24 484 22 573.9 31
25
4. April 547 23 336 26 491 22 168 15 331.7 31
5. Mei 91 8 303 27 241 11 98 11 114.2 14
6. Juni 215 12 221 15 233 10 10 2 - -
7. Juli 159 13 145 13 66 4 0 0 - -
8. Agustus 2 1 93 10 24 2 0 0 3 3
9. September 2 1 389 19 59 6 0 0 - -
10 Oktober 1 1 550 27 179 13 7 1 60.5 5
. November 192 13 379 23 560 25 262 12 101.5 13
11 Desember 413 20 536 27 351 18 362 21 403 19
12
JUMLAH 3340 18 3987 249 3923 188 2580 136 2674. 175
0 8
RATA-RATA 117 13 232 21 327 16 215 11 297 19
B. Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) II yang telah dilaksanakan
adalah menyelesaikan tagihan dalam bentuk elemen kompetensi. Berikut ini
adalah hasil pelaksanaan PKL II di Desa Kruwisan, Kecamatan Kledung,
KabupatenTemanggung, Provinsi Jawa Tengah.
1. Menyusun Materi Penyuluhan Pertanian
Materi yang disampaikan adalah Pengenalan Organisme Penganggu
Tanaman Komoditas Bawang Putih. Berikut adalah rincian meteri yang
disampaikan
26
Tabel 7. Rincian Materi Penyuluhan
Bagian Materi
Pendahulua Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan
n komoditas sayuran unggulan memiliki cita rasa dan
manfaat yang tidak dapat digantikan oleh produk
lainnya. Komoditas bawang putih sangat berpeluang
untuk menjadi sumber pendapatan dan pemberi
kesempatan kerja yang memberikan kontribusi tinggi
terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Belum
meluasnya pertanaman bawang putih di Indonesia
karena petani belum terbiasa menanam komoditas
tersebut dan terdapat kendala Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT).
Isi Hama pada bawang putih dinamis
keberadaannya karena ekosistem pertanaman
bawang putih juga merupakan ekosistem dinamis.
Karakteristik OPT Bawang Putih
daya keperidian tinggi
mortalitas alamiah rendah
siklus hidup singkat
cenderung bermigrasi
daya adaptasi pada habitat baru kuat,
daya kompetisi antar spesies rendah,
ukuran tubuh (relatif) kecil.
Oleh karena itu, sering terjadi peledakan OPT
pada kondisi ekosistem yang mendukung. Terdapat
beberapa OPT penting tanaman bawang putih, yang
meliputi sebagai berikut.
Penyakit moler atau layu Fusarium (Twisting
Disease)
Penyakit ngelumpruk (Stemphylium leaf blight)
Penyakit trotol atau bercak ungu (Purple blotch)
27
Penyakit otomatis atau antraknose (Antracnose)
Penyakit embun bulu atau tepung palsu (Downy
mildew)
Bercak Daun
Mati Pucuk
Virus Mosaik Bawang
Trips
Ulat Bawang
Lalat Pengorok Daun
Ulat tanah
28
Tabel 8. Tabel Penetapan Metode Penyuluhan
Dasar
No Indikator Nilai/Hasil Kesimpulan
Pertimbangan
1 Keadaan Pendidikan SD-SMA Tingkat pendidikan rata-
sasaran rata SD hingga SMA,
Pekerjaan Petani petani memiliki
pengalaman bertani antara
Pengalaman Lebih dari 15-20 tahun, telah
bertani 15-30 tahun mengikuti kegiatan
penyuluhan berupa
Penyuluhan yang Pertemuan, pertemuan, SLPTT,
pernah diikuti SLPTT, SLPHT.
SLPHT,
Demonstrasi Dapat mengikuti berbagai
Luas Usaha Tani macam metode.
0,5-2 Ha2
2 Penyuluh Pendidikan SMK Tingkat pendidikan
Pertanian penyuluh.
Masa Kerja Pelatihan yang diikuti
- adalah SL-PTT, SL-PHT,
Usia LAKUSUSI dan lain-lain
21 Tahun Pengalaman bekerja
Jenis Kelamin belum ada .
Laki-laki
Bidang Keahlian Sudah memadai untuk
Pertanian melaksanakan berbagai
macam metode.
3 Keadaan Keadaan Dataran Kondisi wilayahnya datar
Wilayah hamparan tinggi dengan luasan wilayah
lebih dari 150 ha dengan
Peruntukan Ladang komoditas unggulan
Lahan tembakau, cabai, dan
bawang putih
Luas Wilayah Luas
wilayah 160
Ha Bisa menerapkan
berbagai metode untuk
Komoditi yang Cabai, meningkatkan
diusahakan/ pola Bawang produktivitas
tanam Putih,
Tembakau
4 Biaya dan Sumber biaya Swadaya Biaya dan sarana dengan
sarana cara swadaya kelompok.
Jumlah biaya Rp. 100.000 Sudah memadai untuk
melaksanakan berbagai
macam metode.
5 Kebijakan Kebijakan Ada Kebijakan pemerintah
Pemerintah Pemerintah Pusat masih dipergunakan
sebagai acuan kelompok.
Kebijakan Pemda
Tk II Ada
Perdes
Ada
6 Materi Macam materi Pemeliharaa Materi yang disampaikan
n - OPT sesuai dengan kondisi
Penting yang dihadapi kelompok.
29
Dasar
No Indikator Nilai/Hasil Kesimpulan
Pertimbangan
tanaman
bawang
putih
Tujuan
penyampaian Pengetahuan
materi (PSK) Dan Minat
Judul Materi
Pengenalan
OPT Penting
tanaman
bawang
putih
30
test, serta menyiapkan petugas yang akan dilibatkan dalam kegiatan
penyuluhan.
Materi yang telah disiapkan, disusun dari berbagai sumber yang
dapat dipercaya. Sumber yang diambil adalah dari buku serta anjuran dari
pemerintah dalam bentuk buklet maupun selebaran. Materi yang disusun
juga harus disesuaikan dengan rumusan tujuan penyuluhan yang
dilakukan, sehingga materi yang disusun sesuai dengan harapan
penyuluh. Adapun tujuan penyuluhan yang dilakukan adalah untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap petani dalam pengenalan OPT
bawang putih. Materi penyuluhan dibubuhkan dalam lampiran 4.
Materi yang telah dipilih untuk disampaikan kepada peserta harus
disampaikan secara tuntas sesuai materi tersebut. Penyusunan lembar
persiapan menyuluh (LPM) dimaksudkan sebagai acuan untuk
mempermudah penyuluh dalam menyampaikan materi, LPM setidaknya
memuat judul, tujuan, metode, media, waktu, alat bantu, uraian kegiatan,
serta estimasi waktu penyuluhan pertanian. LPM Pengenalan OPT
Bawang Putih dibubuhkan dalam lampiran 6.
Petani peserta penyuluhan yang akan menghadiri kegiatan perlu
dilakukan pendataan terlebih dahulu, hal ini berkaitan dengan persiapan
terhadap media tercetak yang akan dibagikan ke masing-masing peserta.
Tempat dan waktu pelaksanaan kegiatan penyuluhan perlu dipersiapkan,
hal ini berkaitan untuk persiapan undangan peserta penyuluhan, sumber
daya yang ada di tempat penyuluhan serta pengaturan jadwal yang ada
dipenyuluh maupun pada peserta penyuluhan. Tempat dan waktu
disepakati bersama penyuluh dan petani peserta penyuluhan.
Daftar alat peraga perlu dibuat sehingga semua kebutuhan
penyuluhan yang akan digunakan sebagai peraga penyuluhan dapat
disiapkan dan kekurangan alat peraga saat penyuluhan dapat
diminimalisir. Hal lainnya yang perlu disiapkan adalah lembar evaluasi
pre dan post test, terutama pada jumlah eksemplar yang akan dibuat
disesuaikan dengan jumlah peserta penyuluhan. Petugas yang akan
31
dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan juga harus disiapkan sehingga kita
dapat membagi tugas dalam kegiatan penyuluhan tersebut.
b. Tempat
Penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih dilaksanakan di
Kelompok Tani Sapta Mandiri yang bertempat di,
Desa : Kruwisan
Kecamatan : Kledung
Kabupaten : Temanggung
Provinsi : Jawa Tengah
32
d. Alat dan Bahan Penyuluhan Pertanian
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan
penyuluhan pertanian adalah sebagai berikut.
Tabel 11. Alat Peraga Penyuluhan
No Alat Peraga/Bahan Jumlah Satuan
1 LCD Proyektor 1 Unit
2 Layar Pancaran Proyekto 1 Unit
3 Booklet 10 Eksemplar
4 Lembar Pretest 10 Eksemplar
5 Lembar Postest 10 Eksemplar
e. Peserta Penyuluhan
Daftar hadir peserta penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih
di Kelompok tani Sapta Mandiri, Desa Kruwisan, Kecamatan
Kledung dibubuhkan dalam lampiran.
f. Lembar Evaluasi
Lembar Evaluasi berupa kuisioner pre-test dan post test
penyuluhan Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok tani Sapta
Mandiri, Desa Kruwisan, Kecamatan Kledung dibubuhkan dalam
lampiran 7 dan 11.
g. Daftar Petugas
Adapun daftar petugas yang terlibat dalam penyuluhan
Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok tani Sapta Mandiri,
Desa Kruwisan, Kecamatan Kledung adalah sebagai berikut.
Tabel 12. Daftar Petugas Terlibat
No Nama Jabatan Keterangan
1 Mohamad Kholid Koordinator BPP/ Pengarah
S,PKP., M.Si. Pembimbing Eksternal
2 Heriyanto PPL WKPP Desa Kruwisan Pengarah
3 Aviad Rezqiano P. Mahasiswa PKL 2 Pemateri
4 Anjas Putra P. Mahasiswa PKL 2 Dokumentasi
5 Adella Fitriani Mahasiswa PKL 2 Notulis
33
Rumusan tujuan evaluasi hasil penyuluhan adalah sebagai
berikut.
1) Mengukur peningkatan pengetahuan petani terhadap organisme
penganggu tanaman bawng putih sebelum dan setelah
penyuluhan.
2) Mengukur peningkatan sikap petani terhadap organisme
penganggu tanaman bawng putih sebelum dan setelah
penyuluhan.
34
d. Metode Analisis Data
Analisis data menggunakan metode deskriptif yaitu penelitian
yang menggunakan sampel tetapi hasil penelitian tidak dimaksudkan
sebagai kesimpulan (generalisasi) dari populasi penelitian. Statistik
deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran
terhadap obyek yang diteliti melalui sampel atau populasi
sebagaimana adanya (Sugiyono, 2009).
Adapun cara analisis data kuisioner yang digunakan yaitu
melalui metode Analisis Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif yaitu
statistik yang digunakan untuk analisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul.
Data yang terkumpul selanjutnya dimasukan kedalam tabulasi data.
Adapun skala pilihan jawaban dan pembobotan yang digunakan
untuk penilaian ini dapat dilihat pada berikut ini,
Tabel 14. Klasifikasi Penilaian Pengetahuan dan Sikap Petani
Pengetahuan Sikap Nilai Interval
Baik Sekali Sangat Setuju Nilai (4) Skor 81,25 % - 100 %
Baik Setuju Nilai (3) Skor 62,50 % - 81,24 %
Cukup Tidak Setuju Nilai (2) Skor 43,75 % - 62,49 %
Kurang Baik Sangat Tidak Setuju Nilai (1) Skor 25,00 % - 43,74 %
e. Karakteristik Responden
1) Umur Responden
Umur merupakan parameter penting untuk mengetahui
produktivitas tenaga kerja. Menurut Suranto (2010) dalam
Purwanto (2015), usia manusia berdasarkan produktivitas kerja
dapat dibedakan 3 kelompok umur yaitu umur belum produktif
(<15 tahun), umur produktif (15-64 tahun) dan umur pasca
produktif (>64 tahun). Klasifikasi responden berdasarkan umur
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 15. Umur Responden Evaluasi Hasil Penyuluhan
No Umur (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)
1 <15 0 0
35
2 15-64 10 100
3 >64 0 0
Total 10 100
Berdasarkan tabel umur responden dapat diketahui bahwa
petani responden di Desa Kruwisan yang berumur <15 tahun
tidak ada, dan petani yang berumur 15 – 64 tahun sebanyak 10
orang atau 100% ini dikatakan umur yang produktif. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Suranto (2010) dalam Purwanto
(2015) yang menyatakan bahwa umur produktif merupakan
modal utama bagi pembangunan pertanian. Dengan umur
produktif diharapkan masih mempunyai semangat dan kekuatan
fisik untuk berusaha tani, ditambah lagi dengan pengalaman
yang dimiliki oleh petani.
36
dan yang berkedudukan sebagai anggota sebanyak 8 responden
(80%).
3) Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang penting bagi
petani dalam melakukan usaha tani. Pendidikan dapat
berpengaruh langsung pada kemudahan dalam mengadopsi
teknologi-teknologi terapan yang berkembang dalam dunia
usaha tani. Walaupun pendidikan yang petani miliki tidak dapat
didapat sepenuhnya dari pendidikan formal melainkan lebih
banyak diperoleh melalui eksperimen atau pengalaman dan
belajar langsung kepada penyuluh dan teman-teman petani yang
telah sukses. Sehingga lebih cepat dalam meningkatkan
ekonomi keluarga untuk mencapai kesejahteraan. Klasifikasi
responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 17. Pendidikan Responden Evaluasi Hasil Penyuluhan
Tingkat Jumlah Persentase
No
Pendidikan Responden (%)
1 SD 0 0
2 SLTP 8 80
3 SLTA 2 20
4 Perguruan Tinggi 0 0
Total 10 100
Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh, tingkat
pendidikan petani peserta penyuluhan di Kelompok Tani Sapta
Mandiri Desa Kruwisan Kecamatan Kledung, dari 10 petani
responden yang tamat SLTP sebanyak 8 orang (80%), serta yang
berpendidikan SLTA sebanyak 2 orang (80%). Jadi tingkat
pendidikan di lokasi pengkajian lebih didominasi tamatan
SLTA, artinya dari segi pendidikan peserta penyuluhan sudah
memadai. Kondisi tersebut menunjukkan salah satu faktor
pendukung bagi sumberdaya manusia karena faktor pendidikan
dapat mempengaruhi tingkat adopsi teknologi.
37
f. Hasil Evaluasi Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian
1) Evaluasi Lapangan Pelaksanaan Penyuluhan
Pengecekkan terhadap pelaksanaan penyuluhan Pengenalan
OPT Bawang Putih di Kelompok Tani Sapta Mandiri meliputi
kelengkapan administrasi dan seluruh berkas yang dibutuhkan
pada saat penyuluhan. Berdasarkan tinjauan lapangan yang
dilakukan, pelaksanaan penyuluhan Pengenalan OPT Bawang
Putih di Kelompok Tani Sapta Mandiri didapatkan hasil sebagai
berikut.
Tabel 18. Evaluasi Lapangan Pelaksanaan Penyuluhan
Keterangan
No Tahapan
Ada Tidak ada
1 Materi yang akan disuluhkan √
2 Rumusan tujuan penyuluhan √
3 Lembar Persiapan Menyuluh √
4 Petani Peserta Penyuluhan √
(Presensi)
5 Tempat Kelompok Tani Sapta Madiri Desa
Kruwisan Kecamatan Kledung
6 Waktu 20 Juli 2022
7 Daftar Alat peraga Booklet
8 Lembar valuasi Kegiatan √
(Pra dan pasca tes)
9 Daftar petugas yang terlibat √
10 Foto kegiatan penyuluhan √
pertanian
2) Evaluasi Pengetahuan
Pengetahuan petani merupakan kemampuan petani dalam
memahami hal-hal yang berhubungan dengan mengetahui,
memahami, dan menerapkan. Pengukuran tingkat pengetahuan
petani menggunakan kuesioner dengan mengambil rujukan dari
materi yang disampaikan oleh penyuluh mengenai materi
penyuluhan yang telah diberikan kepada petani. Materi yang
disampaikan oleh penyuluh tentang Pengenalan OPT Bawang
Putih di Kelompok Tani Sapta Mandiri. Berdasarkan materi
38
yang telah diberikan tersebut melalui 10 butir pernyataan untuk
dinilai oleh 10 responden. Dirincikan pada diagram berikut.
1; 10% 1
10; 100%
9; 90%
39
3) Evaluasi Sikap
Sikap petani merupakan kemampuan petani yang lebih
mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi berbeda
dengan penalaran yang berhubungan dengan menerima,
partisipasi, dan menilai. Pengukuran tingkat sikap petani
menggunakan kuesioner dengan mengambil rujukan dari materi
yang disampaikan oleh penyuluh mengenai yang telah diberikan
kepada petani tentang Pengenalan OPT Bawang Putih di
Kelompok Tani Sapta Mandiri.. Berdasarkan materi yang telah
disampaikan tersebut dibuat 10 butir pernyataan yang kemudian
dinilai oleh 10 responden. Dirincikan pada diagram berikut.
Post Test
Pre Test
10% 20%
70% 100%
40
tentang OPT Bawang Putih sebelum dan setelah penyuluhan
Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok Tani Sapta
Mandiri.
41
3) Alat dan Bahan
Tabel 19. Alat Peraga Penyuluhan Good Agriculutral Practice
Bawang Putih
No Alat Peraga/Bahan Jumlah Satuan
1 LCD Proyektor 1 Unit
2 Layar Pancaran Proyektor 1 Unit
3 Leaflet 10 Eksemplar
4 Media Sesungguhnya - -
5) Metode Penyuluhan
Metode Demonstrasi dengan peragaan suatu teknologi
(bahan, alat atau cara) dan atau hasil penerapannya secara nyata
yang dilakukan oleh demonstrator kepada pelaku utama dan
pelaku usaha. Demonstrasi plot (Demplot) adalah peragaan
penerapan teknologi oleh petani perorangan di lahan
usahataninya.
d. Sasaran Evaluasi
Sasaran kegiatan evaluasi damp penyuluhan pertanian adalah
para petani bawang putih di Kelompok Tani Tri Manunggal Desa
42
Kruwisan, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Provinsi
Jawa Tengah. dengan jumlah sebanyak 10 petani. Petani tersebut
merupakan perwakilan dari masing-masing kelompok taninya yang
telah menerima materi penyuluhan Good Agricultural Practice
Bawang Putih.
43
No Variabel Parameter Skala
1 2 3
1 Keuntungan Usaha Tani
2 Ekonomi Pengeluaran Usaha Tani
3 Produktivitas Bawang Putih
4 Jarak tanam
5 Penggunaan Benih
6 Persiapan lahan
Penerapan Teknis
7 Pemupukan
Budidaya
8 Penyiangan
9 Pengendalian Hama
10 Panen
Keterangan
1 : Menurun
2 : Tetap
3 : Meningkat
44
dengan pendapat Suranto (2010) dalam Purwanto (2015)
yang menyatakan bahwa umur produktif merupakan modal
utama bagi pembangunan pertanian. Dengan umur produktif
diharapkan masih mempunyai semangat dan kekuatan fisik
untuk berusaha tani, ditambah lagi dengan pengalaman
yang dimiliki oleh petani.
b) Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan faktor yang penting
bagi petani dalam melakukan usaha tani. Pendidikan dapat
berpengaruh langsung pada kemudahan dalam mengadopsi
teknologi-teknologi terapan yang berkembang dalam dunia
usaha tani. Walaupun pendidikan yang petani miliki tidak
dapat didapat sepenuhnya dari pendidikan formal melainkan
lebih banyak diperoleh melalui eksperimen atau
pengalaman dan belajar langsung kepada penyuluh dan
teman-teman petani yang telah sukses. Sehingga lebih cepat
dalam meningkatkan ekonomi keluarga untuk mencapai
kesejahteraan. Klasifikasi responden berdasarkan tingkat
pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 22. Pendidikan Responden Evaluasi Dampak
Penyuluhan
Tingkat
No Jumlah Responden Persentase (%)
Pendidikan
1 SD 1 10
2 SLTP 3 30
3 SLTA 6 60
4 Perguruan Tinggi 0 0
Total 10 100
45
sebanyak 3 orang (30%), serta yang berpendidikan SLTA
sebanyak 6 orang (60%). Jadi tingkat pendidikan di lokasi
pengkajian lebih didominasi tamatan SLTA, artinya dari
segi pendidikan peserta penyuluhan sudah memadai.
Kondisi tersebut menunjukkan salah satu faktor pendukung
bagi sumberdaya manusia karena faktor pendidikan dapat
mempengaruhi tingkat adopsi teknologi.
2) Dampak Ekonomi
46
Analisis dampak ekonomi dari penyuluhan Good
Agricultural Practice Bawang Putih Di Kelompok Tani Tri
Manunggal Desa Kruwisan Kecamatan Kledung Kabupaten
Temanggung Provinsi Jawa Tengah menggunaan beberapa item
pernyataan sebagai berikut.
a) Apakah keuntungan usaha tani bawang putih meningkat?
b) Apakah pengeluaran usaha tani bawang putih meningkat?
c) Apakah produktivitas bawang putih meningkat?
Aspek eKONOMI
Meningkat
30%
Tetap
40%
Menurun
30%
47
Temanggung Provinsi Jawa Tengah menggunaan beberapa item
pernyataan sebagai berikut.
a) Apakah bapak/ibu sudah menerapkan jarak tanam dengan
rekomendasi 15 x15 cm ?
b) Apakah bapak/ibu sudah menggunakan benih unggul
dengan rekomendasi 80-100 kg/rol?
c) Apakah bapak/ibu sudah menerapkan olah tanah sempurna
dengan rekomendasi membalik tanah minimal 1 kali selama
musim tanam?
d) Apakah bapak ibu/melakukan pemupukan berimbang
dengan rekomendasi di parit pada 15 HST dan 35 HST?
e) Apakah bpk/ibu melakukan penyiangan dengan
rekomendasi secara mekanis minimal 3 kali selama musim
tanam?
f) Apakah bapak ibu menerapkan pengendalian hama terpadu?
g) Apakah bapak/ibu melakukan pemanenan pada saat yang
tepat dengan rekomendasi mutu fisik yang baik?
Perilaku
100%
Menerapkan Sesuai Rekomendasi Menerapkan Tidak Sesuai Rekomendasi
Tidak Menerapkan
48
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa 100%
responden merasakan adanya peningkatan perilaku budidaya
tanaman bawang putih yang baik (Good Agriculural Practice) di
lahan pertanamannya. Hal ini menandakan bahwa kegiatan
penyuluhan yang diadakan memberikan dampak peningkatan
perilaku bagi petani Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan
Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung.
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil pelaksanaan evaluasi penyuluhan selama PKL II
di Desa Kruwisan, Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa
Tengah dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Sinopsis menggunakan materi Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok
tani Sapta Mandiri. Media yang digunakan adalah media cetak (booklet).
2. Metode penyuluhan yang digunakan adalah metode ceramah.
3. Evaluasi hasil penyuluhan pertanian menunjukkan pengetahuan petani
mengalami kenaikkan yang signifikan hingga mencapai 100% responden
petani tahu tentang OPT Bawang Putih.
4. Evaluasi hasil penyuluhan pertanian menunjukkan sikap petani mengalami
kenaikkan yang signifikan 100 % responden sangat setuju dengan konsep
pengendalian OPT Bawang Putih.
5. Bahwa 30% responden merasakan adanya penurunan ekonomi, 40% tetap, dan 30
% meningkat. Hal ini menandakan bahwa kegiatan penyuluhan tentang good
agriculutral practice bawang putih yang diadakan belum secara luas memberikan
dampak yang berkelanjutan bagi aspek ekonomi petani.
6. Bahwa 100% responden merasakan adanya peningkatan penerapan teknis good
agriculutral practice bawang putih , hal ini menandakan bahwa kegiatan
penyuluhan yang diadakan memberikan dampak yang berkelanjutan bagi aspek
perilaku petani.
B. Saran
1. Diharapkan peran aktif dan transparansi dari Pelaku Utama sehingga
mempermudah dalam melakukan penggalian informasi yang diperlukan dalam
kegiatan perencanaan penyuluhan pertanian.
2. Diharapkan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani dapat menyediakan
data tertulis sehingga memudahkan dalam penyusunan Programa Penyuluhan
Pertanian.
53
3. Diharapkan mahasiswa lebih terampil lagi dalam menetapkan materi serta metode,
dan lebih kreatif lagi dalam membuat media penyuluhan.
4. Perlu diadakan pendampingan secara kontinyu sehingga minat petani dalam
menerapkan Pengenalan OPT Bawang Putih di Kelompok Tani Sapta Mandiri
dapat berkelanjutan.
5. Perlu adanya model atau pembanding sebagai stimulan petani yang lain
sehingga kegiatan dapat ditiru serta manfaatnya dapat dirasakan oleh rumah
tangga tani yang lainnya.
6. Penerapan Pengendalian OPT Secara terpadu sesuai dengan rekomendasi akan
menghasilkan hasil yang lebih baik, sehingga perlu digalakkan kembali
inovasi-inovasi baru terkait pengendalian OPT.
7. Perlunya penguatan koordinasi antara evaluator, penyuluh, dan petani.
Berdasarkan pengalaman di lapangan sering terjadi salah paham antara
penyuluh, evaluator, dan petani sehingga menyulitkan dalam pelaksanaan
evaluasi.
8. Hasil evaluasi yang telah disusun ini sangat diharapkan bisa menjadi
masukan terhadap pemangku kepentingan sebagai upaya mewujudkan sektor
pertanian di Desa Kruwisan pada khususnya dan Kecamatan Kledung pada
umumnya.
54
DAFTAR PUSTAKA
Citerawati, Yetti Wira. 2012. Media Penyuluhan. Diakses pada 1 Juli 2022.
https://adingpintar.files.wordpress.com/2012/03/media-penyuluhan.pdf
Mardikanto, Totok, Sri Sutarni. 1979. Petunjuk Penyuluhan Pertanian. Surabaya : Usaha
Nasional.
Tim Penyusun. 2022. Petunjuk Teknis Praktik Kerja Lapangan (PKL) II Tahun
Akademik 2021/2022. Yogyakarta : Politeknik Pembangunan Pertanian
Yogyakarta-Magelang;
55
LAMPIRAN
56
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan
57
58
Lampiran 2. Matrik RKTP Penyuluhan Desa Kruwisan
MATRIK RKTP
DESA KRUWISAN KECAMATAN KLEDUNG
KABUPATEN TEMANGGUNG
TAHUN 2022
Sasaran Kegiata
Petuga
Pelaku Utama Pelaku s
N Usaha (Orang
Keadaan Tujuan Masalah ) Kegiatan
o Materi Vol Lokasi
W / Metode
Tarun Tani
Tan L P L P
a Tani Dewasa
i
1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 12 13 14 15
0 1
I
1 Jagung
Produktifitas Supaya - Baru 40 % yang - Penggunaa - Demarea 4x Kruwisa
baru produktifitas menggunakan n pupuk - Demplot 4 unit
mencapai mencapai 4,5 verietas unggul berimbang, - Kunjungan 120 x
36,5 kw/ha kw/ha local, komposit dan varitas
dan hibrida unggul
- Baru 65% yang /hibrida
3 1
melaksanakan 220 430 1600 6 1 - Pengendali
2 2
pupuk berimbang an hama
- Baru 45% yang penyakit
melakukan
pemeliharaan yang
sesuai dengan
anjuran
II
59
1 Bawang
merah Supaya - Baru 80 % petani - Pemupuka - Demplot - 4 unit Kruwisa
Produktifitas produtifitas yang melakukan n
baru mencapai 105 pemupukan berimbang - Demplot - 4 unit
mencapai kw/ha berimbang - Pengendali
88,2 kw/ha - Baru 70% petani an hama
yang melakukan dan
1
pengendalian hama 690 55 1400 4 8 1 penyakit - Dem cara - 4 unit
5
penyakit yang secara
benar terpadu
- Baru 40% - Melakukan
melakukan paska paska
panen yang benar panen dan
1 Bawang
merah Supaya - Baru 80 % petani - Pemupuka - Demplot - 4 unit Kruwisan Januari - Swadaya - Gapoktan
Produktifitas produtifitas yang melakukan n s/d - APBD - Koordinator - Kelompok
baru mencapai 105 pemupukan berimbang - Demplot - 4 unit Desemb - APBN PPL Tani
mencapai kw/ha berimbang - Pengendali er - PPL Wilbin
88,2 kw/ha - Baru 70% petani an hama - Kades
yang melakukan dan
1
pengendalian hama 690 55 1400 4 8 1 penyakit - Dem cara - 4 unit
5
penyakit yang secara
benar terpadu
- Baru 40% - Melakukan
melakukan paska paska
panen yang benar panen dan
- pengolahan
hasil
2 Cabe
Produktifitas Supaya - Baru 90% petani - pemupukan - Demplot - 12 unit Semua Januari - Swadaya - Gapoktan
baru produktifitas melakukan berimbang Desa s/d - APBD - Koordinator - Kelompok
mencapai 96 cabe besar pemupukan - pemelihara - Demplot - 12 unit Desemb - APBN PPL Tani
kw/ha (cabe mencapai 100 berimbang an tanaman er - PPL Wilbin
besar) dan kw/ha - Baru 70% petani cabe - Demplot - 12 unit - Kades
70 kw/ ha melakukan - pengendali
2
( cabe pemeliharaan yang 230 155 1130 5 5 1 an hama
5
rawit ) benar dan - Demplot - 12 unit
- Baru 75% petani penyakit
melakukan
pengendalian hama
penyakit dengan
benar
-
3 Kobis 265 54 255 1 3 6 -
-Baru 60% petani
60
Produktifitas Supaya membuat - Pembibitan - Demplot - 6 unit - Kruwisan Januari - Swadaya - Gapoktan
baru produktifitas pembibitan sendiri - Fermentasi - Demcar - 6 unit s/d - APBD - Koordinator - Kelompok
mencapai mencapai -Baru 60% petani pupuk Desemb - APBN PPL Tani
250 kw/ha 260kw/ha pakai pupuk kandang - Demplot - 6 unit er - PPL Wilbin
kandang matang - Pupuk - Demplot - 6 unit - Kades
-Baru 50% petani berimbang
melakukan - Pengendali
pemupukan an hama
5
berimbang penyakit
-Baru 75% petani
melakukan
pengendalian hama
penyakit yang
benar
4 Tomat
Produktifitas Supaya - Baru 80% petani - Pembibitan - Demplot - 5 unit Kruwisan Januari - Swadaya - Koordinator - Gapoktan
baru produktifitas membuat - Pemelihara - Demplot - 5 unit s/d - APBD PPL - Kelompok
mencapai mencapai 260 pembibitan sendiri an - Demplot - 5 unit Desemb - APBN - PPL Wilbin Tani
250 kw/ha kw/ha - Baru 80% petani - Pemupuka er - Kades
melakukan n - Demplot - 5 unit
1
pemupukan 279 64 372 3 3 1 berimbang
5
berimbang - Pengendali
- Baru 75% petani an hama
melakukan penyakit
pengendalian hama
penyakit secara
benar
5 Koro 170 46 312 5 4 5 1
Merah Supaya - Baru 55% petani 5 - Pupuk - Demplot - 11 unit Kruwisan Januari - Swadaya - Koordinator - Gapoktan
Produktifitas produktifitasnya melaksanakan s/d - Kelompok
61
baru mencapai pemupukan berimbang - Demplot - 11 unit Desemb - APBD PPL Tani
mencapai 11,5kw/ha berimbang - Pengendalian - Demplot - 11 unit er - APBN - PPL Wilbin
10,5 kw/ha - Baru 60% petani hama - Kades
melaks.pengendali penyakit - Dem cara - 4 unit
an hama dan - Pengolahan
penyakit hasil
- Baru 15% petani
melakukan
pengolahan hasil
6 Wortel
Produktifitas Supaya - Baru 65% petani - Pupuk - Demplot - 7 unit Kruwisan Januari - Swadaya - Koordinator - Gapoktan
baru produktifitasnya melaksanakan berimbang - Demplot - 7 unit s/d - APBD PPL - Kelompok
mencapai mencapai 165 pemupukan - Pengendalian - Demplot - 7 unit Desemb - APBN - PPL Wilbin Tani
147 kw/ha kw/ha berimbang hama er - Kades
2
- Baru 75% petani 165 220 176 4 3 1 penyakit
0
melaksanakan
pengendalian hama
dan penyakit yang
benar
8 Kapri
Produktifitas Supaya - Baru 80% petani - Pupuk - Kunjungan - 13desa Kruwisan Januari - Swadaya - Koordinator - Gapoktan
baru produktifitasnya melaksanakan berimbang s/d - APBD PPL - Kelompok
mencapai mencapai 16,5 pemupukan - Pengendalian Desemb - APBN - PPL Wilbin Tani
13,5 kw/ha kw/ha berimbang hama er - Kades
- Baru 85% petani 129 23 43 7 2 6 2 penyakit
melaksanakan
pengendalian hama
dan penyakit yang
benar
9 Sledri
Produktifitas Supaya - Baru 70% petani - Pupuk - Demplot - 4 unit - Kruwisan Januari - Swadaya - Gapoktan
baru produktifitasnya melaksanakan berimbang - Demplot - 4 unit s/d - APBD - Koordinator - Kelompok
mencapai mencapai 73,5 pemupukan - Pengendalian Desemb - APBN PPL Tani
66,2 kw/ha kw/ha berimbang hama er - PPL Wilbin
268 20 76 9 4 4 2
- Baru 75% petani penyakit - Kades
melaksanakan
pengendalian hama
dan penyakit yang
benar
10 Kentang 232 43 155 7 2 4 -
Produktifitas Supaya - Baru 70% petani - Penangkaran - Demplot - 2 unit Kentang Januari - Swadaya - Koordinator - Gapoktan
baru produktifitasnya menggunakan benih - Demplot - 4 unit s/d - APBD PPL - Kelompok
mencapai mencapai 150 benih bersertifikat - Pengendalian Desemb - APBN - PPL Wilbin Tani
137 kw/ha kw/ha - Baru 75% petani hama er - Pihak ke - Kades
yang melakukan
63
pembibitan sendiri penyakit III
- Baru 75% petani
melaksanakan
pengendalian hama
dan penyakit yang
benar
III 5
1 Tembakau
Produktifitas Supaya - Bari 80% petani - Pemurnian - Dem area - 2 unit - Kruwisan Maret - Swadaya - Gapoktan
baru produktifitasnya menggunakan bibit benih s/d - APBD - Koordinator - Kelompok
mencapai mencapai 1.000 unggul tembakau - Demplot 13 unit Oktober - APBN PPL Tani
87,5 kg/ha kg/ha kering - Baru 70% petani - Pemupukan - PPL Wilbin
kering rajang melakukan berimbang - Kunjungan - 13unit - Kades
rajang pemupukan - Pengendalian
berimbang hama dan - 40 x
-Baru 70% petani penyakit
melakukan 4 2 - Konservasi
345 30 6663 1 1
pengendalian hama 5 5 tanah
penyakit yang
benar
- Baru 65% petani
melakukan
konservasi tanah
yang tepat
2 Kopi 88 93 504 8 3 5 1
- Produktivita - Meningkatkan - Baru 30% petani - Pemangkasan - Demplot - 6 unit Kruwisan Januari - Swadaya - Koordinator - Gapoktan
s baru produktivitas melakukan - Pupuk - Demplot - 8 unit s/d - APBD PPL - Kelompok
64
mencpai 12 menjadi 15 kw/ pemangkasan berimbang Desemb - APBN - PPL Wilbin Tani
kw / ha ha - Baru 50% petani - Pemeliharaan - Demcar - 3 unit er - Kades
melakukan dan wiwil
pemupukan - Pengolahan
berimbang kopi - Kunjungan - 10 x
- Baru 40% petani glondong - Demplot - 3 unit
melakukan menjadi kopi
pemeliharaan OC kering - Kunjungan - 25 x
secara tepat - Pembibitan
- Baru 20% petani kopi
yang melakukan
pengolahan kopi
glondong menjadi
kopi OC kering
- Baru 30% petani
menanan bibit kopi
arabika asalan
- Baru 70% petani
melakukan petik
merah
65
Lampiran 3. Sinopsis Penyuluhan Pertanian
SINOPSIS
JUDUL MATERI : PENGENALAN HAMA PENTING
TANAMAN BAWANG PUTIH
Penyuluh
66
Lampiran 4. Materi Penyuluhan
MATERI PENYULUHAN PERTANIAN
PENGENALAN OPT PENTING TANAMAN BAWANG PUTIH
C. Referensi
1. Undang-Undang (UU) Nomor 12, Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6, Tahun 1995, tentang Perlindungan Tanaman.
3. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 887/Kpts/OP.210/9/97 tentang edoman
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan.
4. Pengalaman petani bawang putih di Desa Tuwel, Kecamatan Bojong, Kabupaten
Tegal, Propinsi Jawa Tengah, BPTP Jateng dan hasil-hasil penelitian (Balitsa).
Cara pengendalian
1) Waktu tanam yang tepat, penanaman sebaiknya dilakukan pada musim
kemarau
2) Menggunakan varietas tahan
3) Pergiliran tanaman dengan tanaman dengan bukan dari genus Allium
4) Sanitasi dan pembakaran sisa-sisa tanaman sakit
5) Penggunaan bibit umbi yang berasal dari tanaman sehat, kompak (tidak
keropos, tidak Iuka) dan warna mengkilat.
6) Bila tanaman terkena hujan atau embun, segera disiram air bersih untuk
mencuci sisa-sisa air hujan dan percikan tanah yang menempel pada daun,
karena sisa-sisa air hujan merupakan media yang sangat baik untuk
tumbuhnya spora cendawan sedangkan percikan tanah yang mengering
akan menimbulkan Iuka sehingga memudahkan masuknya spora cendawan
ke dalam jaringan tanaman.
67
7) Penggunaan pupuk yang berimbang, misalnya penggunaan pupuk N jangan
terlalu berlebih.
8) Pencelupan bibit umbi maksimal 3 men it dalam larutan agens hayati
Pseudomonas fluorescens dengan dos is 1 ml/I air
9) Penggunaan agens hayati yang efektif pada awal muculnya gejala, dan
aplikasi ulangan dapat dilakukan bila ada indikasi gejala serangan
berkembang, semprotkan 20 cc Pseudomonasfluorescens per liter air dengan
volume semprot 500 ltr/ha sebanyak 1 2 kali per mmggu.
10) Jika ambang pengendalian embun buluk telah tercapai (kerusakan daun
sebesar 10% pertanaman contoh) lakukan penyemprotan dengan fungisida
efektifyang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada sore hari.
Cara pengendalian
1) Waktu tanam yang tepat, penanaman sebaiknya dilakukan pada musim
kemarau
2) Menggunakan varietas tahan
3) Pergiliran tanaman dengan tanaman dengan bukan dari genus Allium
4) Sanitasi dan pembakaran sisa-sisa tanaman sakit
5) Penggunaan bibit umbi yang berasal dari tanaman sehat, kompak (tidak
keropos, tidak luka) dan wama mengkilat Bila tanaman terkena hujan atau
embun, segera disiram air bersih untuk mencuci sisa-sisa air hujan dan
percikan tanah yang menem pel pada daun, karena sisa-sisa air hujan
merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhnya spora cendawan
sedangkan percikan tanah yang mengering akan menimbulkan luka sehingga
memudah kan masuknya spora cendawan ke dalamjaringan tanaman
6) Penggunaan pupuk yang berimbang, misalnya penggunaan pupuk N jangan
terlalu berlebih
7) Pencelupan bib it umbi maksimal 3 menit dalam larutan agens hayati
Pseudomonasfluorescens dengan dosis 1 ml/I air
8) Penggunaan agens hayati yang efektif pada awal muculnya gejala, dan
aplikasi ulangan dapat dilakukan bila ada indikasi gejala se rangan
berkembang, semprotkan 20 cc Pseudomonas fluorescens per liter air dengan
volume semprot 500 ltr/ha sebanyak 1 - 2 kali per mmggu.
9) Jika ambang pengendalian bercak ungu telah tercapai (kerusakan daun
sebesar 10% pertanaman contoh) lakukan penyemprotan dengan fungisida
efektif yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada sore hari.
c. Penyakit Embun Tepung atau embun bulu atau busuk daun disebabkan
cendawan Sercospora duddie
Gejala serangan
Daun bagian luar dan umbi tertutup " bulu- bulu halus " berwarna ungu yang
merupakan massa spora dalam jumlah yang sangat banyak, daun kemudian
68
menjadi layu dan kering. Jika tanaman terinfeksi mampu bertahan hidup,
pertumbuhannya terhambat, daun hijau pucat. Serangan dapat menjalar ke umbi
yang mengakibatkan umbi membusuk, tetapi lapis luamya mengering dan
berkerut.
Cara pengendalian
1) Waktu tanam yang tepat, penanaman sebaiknya dilakukan pada musim
kemarau
2) Menggunakan varietas tahan
3) Pergiliran tanaman dengan tanaman dengan bukan dari genus Allium
4) Sanitasi dan pembakaran sisa-sisa tanaman sakit
5) Penggunaan bibit umbi yang berasal dari tanaman sehat, kompak (tidak
keropos, tidak Iuka) dan warna mengkilat
6) Bila tanaman terkena hujan atau embun, segera disiram air bersih untuk
mencuci sisa-sisa air hujan dan percikan tanah yang menem pel pada daun,
karena sisa-sisa air hujan merupakan media yang sangat baik untuk
tumbuhnya spora cendawan sedangkan percikan tanah yang mengering akan
menimbuikan Iuka sehingga memudah kan masuknya spora cendawan ke
dalam jaringan tanaman
7) Penggunaan pupuk yang berimbang, misalnya penggunaan pupuk N jangan
terlalu berlebih
8) Pencelupan bibit umbi maksimal 3 menit dalam larutan agens hayati
Pseudomonasfluorescens dengan dosis I ml/l air
9) Penggunaan agens hayati yang efektif pada awal muculnya gejala, dan
aplikasi ulangan dapat dilakukan bila ada indikasi gejala serangan
berkembang, semprotkan 20 cc Pseudomonasfluorescens per liter air dengan
volume semprot 500 ltr/ha sebanyak 1-2 kali per minggu.
10) Jika ambang pengendalian embun tepung telah tercapai (kerusakan daun
sebesar 10% pertanaman contoh) lakukan penyemprotan dengan fungisida
efektif yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada sore hari.
Gejala Serangan
1) Gejala serangan pertama berupa bercak klorosis, bulat, berwarna kuning
dengan garis tengah 3-5 mm. Bercak paling banyak terdapat pada ujung
sebelah luar daun dan sering tampak terpisah dengan yang menginfeksi
pangkal daun
2) Secara visual daun tampak belang-belang, ujung daun mengering dan
menjadi coklat kelabu. Bercak-bercak yang terpisah mempunyai pusat
berwarna coklat yang merupakan jaringan yang mati.
3) Pada waktu keadaan udara lembab, di bagian daun yang mati terdapat
bintik-bintik yang merupakan bekas konidiosfor dengan konidium jamur,
kadang-kadang bintik-bintik ini terjadi pada jaringan yang klorotis.
Pengendalian
69
1) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inangnya
atau tingkat keinangannya rendah ( tanaman palawija ).
2) Menggunakan benih yang berasal dari tanaman sehat, tidak
3) keropos dan tidak terdapat Iuka pada kulit/terkelupas dan warna mengkilap
4) Menanam umbi dari kultivar toleran
5) Melakukan sanitasi dan pembakaran sisa - sisa tanaman yang sakit
6) Menjaga lahan tidak tergenang air dengan membuat saluran drai nase sebaik
mungkin
7) Mengadakan penyiraman dipagi hari
8) Jika terjadi hujan pada siang hari, maka tanaman segera disiram dengan air
bersih untuk menghindari patogen yang menempel pada daun
9) Penggunaan agens hayati yang efektif pada awal muculnya gejala,
10) dan aplikasi ulangan dapat dilakukan bila ada indikasi gejala serangan
berkembang, semprotkan 20 cc Pseudomonasfiuorescens per liter air dengan
volume semprot 500 ltr/ha sebanyak 1 - 2 kali permmggu.
11) Jika ambang pengendalian bercak daun telah tercapai (kerusakan daun
sebesar 10% pertanaman contoh) lakukan penyemprotan dengan fungisida
efektif yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada sore hari.
Cara Pengendalian
1) Menggunakan varietas yang tahan penyakit,
2) Rotasi tanaman dalam waktu yang lama,
3) Menambah pupuk organik di lahan 5-10 ton/ha
4) Menanam bibit umbi yang sehat, kompak (tidak keropos) tidak luka/kulit
tidak terkelupas dan warnanya mengkilat,
5) Pencelupan bibit umbi maksimal 3 men it dalam larutan agens hayati
6) Pseudomonas fluorescens dengan dosis 1 ml/ l air,
7) Menghindar pelukaan umbi baik pada saat tanam atau panen,
8) Segera mencabut dan memusnahkan tanaman yang telah terserang,
9) Jika ambang pengendalian Penyakit Moler telah tercapai (kerusa kan daun
sebesar 10% pertanaman contoh) lakukan penyemprotan dengan fungisida
efektifyang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada sore hari.
70
Ujung daun busuk kebasah-basahan yang berkembang ke bawah. Jika cuaca
lembab jamur membentuk massajamur seperti beledu pada becak. Bagian yang
sakit mati, menjadi berwarna coklat kemudian putih. Cendawan memiliki
miselium yang khas, hipa tidak seragam kadang berbentuk elips dan berdiameter
sekitar 8 mm. Sporangia berpapil, mudah lepas, bulat telur atau jorong, dengan
pangkal membulat, ukuran rata-rata 46x37 mm.
Cendawan dapat terbawa oleh umbi bibit dan dapat bertahan lama di dalam
tanah. Cuaca yang basah dan kelembaban tinggi membantu perkembangan
penyakit.
Cara Pengendalian:
1) Menggunakan bibit umbi yang tahan penyakit,
2) Mengurangi kerapatan tanaman, dengan rnengatur jarak tanam,
3) Sanitasi rumput-rumputan,
4) Perbaiki drainase,
5) Pencelupan bibit urnbi maksimal 3 menit dalam larutan agens hayati
6) Pseudomonasfluorescens dengan dosis 1 ml/ 1 air,
7) Menghindari pelukaan umbi baik pada saat tanam atau panen,
8) Rotasi tanaman dalam waktu yang lama,
9) Mencabut dan memusnahkan tanaman yang terserang
10) Jika ambang pengendalian Mati Pucuk telah tercapai (kerusakan daun
sebesar 10% pertanaman contoh) lakukan penyemprotan dengan fungisida
efektif yang terdaftar dan diizinkan oleh Menteri Pertanian. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan pada sore hari.
Cara Pengendalian :
1) Penggunaan umbi dan ditanam di daerah yang bebas virus yang letaknya
jauh dari sumber penyakit,
2) Eradikasi tanaman yang menunjukkan gejala serangan,
2. HAMA
a. Trips (Thrips tabaci Lind & Thrips parvisipunus Kamy)
Gejala serangan
Sasaran serangan adalah daun muda dan pucuk daun. Nimfa dan imago menyerang
bagian tersebut dengan jalan menggaruk atau meraut jaringan daun muda dan
menghisap cairan selnya. Secara visual daun yang terserang berwama putih
mengkilap seperti perak dan kemudian berubah kecoklatan dan berbintik hitam.
Bila serangan berat seluruh daun bisa berwama putih. Pada serangan berat dapat
mengakibatkan umbi menjadi kecil dengan kualitas rendah. Trips dapat juga
dijumpai pada umbi bawang putih pada saat panen kemungkinan ikut terbawa ke
tempat penyimpanan dan dapat merusak bagian lembaga umbi bawang putih.
Serangan berat ini terjadi pada suhu rata - rata di atas suhu normal yang disertai
hujan rintik-rintik dan kelembaban udara di atas 70%.
71
Cara Pengendalian :
1) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan nangnya
2) Penanaman dilakukan secara serentak sekitar pertengahan Mei sampai
awal Juni
3) Menggunakan musuh alami kumbang macan/ kumbang helm predator
Coccinellidae
4) Melakukan pengamatan dengan interval minimal satu minggu dua kali
5) Melakukan pemasangan perangkap berwarna kuning berperekat, sebanyak
80 - 100 buah/ hektar
6) Gunakan pestisida nabati ( ekstrak patah tulang, dlingu, daun nimba, daun
sirsak, daun sereh)
7) Apabila populasi dan serangan terns meningkat dilakukan pengendalian
dengan insektisida efektif yang berbahan aktif betaslifutrin, piraklos.
Cara Pengendalian
1) Penerapan pola tanam yang meliputi : pengaturan pola tanam, pergiliran
tanaman, tanam serentak , tumpang sari atau monokultur.
2) Sanitasi/pengendalian gulma di sekitar pertanaman.
3) Pengolahan tanah yang sempurna , pengaturan jarak tanam, pengelolaan
air yang baik.
4) Mengumpulkan kelompok telur dan ulat bawang, lalu dimasukkan ke dalam
kantong plastik kemudian dimusnahkan
5) Untuk mengendalikan imago/ kaper ulat bawang dapat mengguna kan
perangkap lampu yang dipasang secara serentak pada satu hamparan.
Pengendalian model ini dengan menggunakan lampu perangkap yang
dipasang disawah denganjarak 20 x 20 m, sehinga tiap hektamya terdapat
2530 lampu atau titik. Setiap titik terdiri dari lampu neon beserta fitingan,
bak penampung yang berisi air detergen, kayu penyangga, paku dan kabel.
Jarak mulut bak dengan tanaman tidak lebih dari 40 cm. Sedangkan jarak
lampu dengan mulut bak kurang lebih 7 cm.Untuk menghindari hujan di
atas lampu diberi pelindung. Lampu dinyalakan secara serentah sejak
matahari terbenam sampai dengan menjelang matahari terbit.
6) Menggunakan musuh alami capung, kepik parasitoid Polites sp, lalat
Tritaxys braueri, Cuposera varia, lebah Telenomus sp, parasit Apanteles sp,
semut api dan agen hayati SE-NPV.
7) Apabila populasi kelompok telur pada musim kemarau telah men capai 1
kelompok/10 rumpun atau 5% daun sudah terserang/rum pun dan pada
musim hujan terdapat 3 kelompok telur/10 rumpun atau 10% daun sudah
terserang /rumpun dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif yang
berbahan aktif profenofos, betas iflutrin, tiodikarbo, karbofuran
72
Cara Pengendalian:
1) Mengumpulkan daun yang terserang lalu dimasukkan ke dalam kantong
plastik kemudian diikat dan dimusnahkan
2) Melakukan pemasangan perangkap kuning berperekat (oli) yang terbuat
dari kertas atau plastik kuning dengan ukurun 16 cm x 16 cm kemudian
ditempelkan pada triplek atau kaleng dengan ukuran yang sama lalu
dipasang pada tiang bambu yang tingginya maksimal 60 cm. Jumlah
perangkap yang digunakan untuk setiap ha pertanaman bawang putih
adalah sekitar 80-100 buah
3) Melakukan penangkapan pengorok daun dewasa menggunakan traping
berjalan dengan ukuran tinggi30-- 50 cm lebar disesuaikan dengan lebar
bedengan dengan bentuk melengkung. Traping diolesi bahan yang dapat
merekatkan serangga pada traping
Cara Pengendalian
1) Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang bukan inang nya atau
tingkat keinangannya rendah ( tanaman palawija)
2) Melakukan pengolahan tanah sebaik-baiknya sehingga pupa mau pun ulat
mati terkena sinar matahari.
3) Memusnahkan ulat yang dijumpai di sekitar tanaman inang
4) Menggunakan lampu perangkap seperti pengendalian pada ulat bawang
5) Menggunakan musuh alami Coccinella repanda, Goniophona, Tritaxys
braneri
73
Lampiran 5. Madia Penyuluhan
74
75
76
Lampiran 6. Lembar Persiapan Menyuluh
Langkah Kerja
No Wakt Langkah Kerja Keterangan
u
1 10’ 1. Salam pembukaan Alat
2. Perkenalan -
3. Ice breaking Bahan
4. Penyampaian tujuan 1. PPT
2. LCD
5’ 5. Penyampaian tujuan Peoyektor
2 35’ Pelaksanaan
1. Penjelasan
1. Menjelaskan gejala OPT tanaman
bawang putih.
2. Penjelasan macam varietas rentan dan
tahan dengan alat bantu peta singkap.
45’ 3. Diskusi
1. Tanya jawab dengan peserta.
2. Pertanyaan tentang kendala untuk
mempraktikkan.
3. Pertanyaan mengenai minat untuk
mengimplementasikan.
4. Rencana tindak lanjut.
77
3 5’ 1. Post Test
10’ 2. Penguatan kembali
3. Penutupan
Temanggung, 20 Juli
2022
Penyuluh
78
Lampiran 7. Lembar Evaluasi Lapangan
Keterangan
No Tahapan
Ada Tidak ada
1. Materi yang akan disuluhkan √
2. Rumusan tujuan penyuluhan √
3. Lembar Persiapan Menyuluh √
4. Petani Peserta Penyuluhan (Presensi) √
5. Tempat Kelompok Tani Sapta Madiri
Desa Kruwisan Kecamatan
Kledung
6. Waktu 20 Juli 2022
7. Daftar Alat peraga a. Booklet
8. Lembar valuasi Kegiatan (Pra dan pasca √
tes)
9. Daftar petugas yang terlibat √
10. Undangan Petani √
79
Lampiran 8. Daftar Petugas Yang Terlibat
80
Lampiran 9.. Kisi Kisi Evaluasi Hasil Penyuluhan
5 Pengetahuan Pengendalian Menyebutkan upaya pencegahan a. Benar 0 Penyakit pada bawang putih
penyakit bawang penyakit bawang putih secara b. Salah 1 dapat dicegah dengan
putih tepat pemberian pestisida.
6 Pengetahuan Gejala hama Menyebutkan gejala serangan a. Benar 0 Ulat tanah menyebabkan
bawang putih hama Bawang putih b. Salah 1 kematian tanaman secara
cepat dan mendadak.
81
7 Pengetahuan Gejala virus Menyebutkan gejala virus a. Benar 1 Virus mozaik dapat
bawang putih bawang putih b. Salah 0 ditularkan dari umbi yang
dipanen pada masa tanam
sebelumnya.
82
luka, dan mengkilap.
17 Sikap Sikap Terhadap Persepsi terhadap pengendalian a. Setuju 0 Tindakan pertama pada
Metode virus dengan fungisida. b. Tidak Setuju 1 tanaman penyakit moler
Pengendalian OPT adalah dengan menggunakan
fungisida efektif anjuran.
18 Sikap Sikap terhadap Persepsi terhadap prinsip PHT a. Setuju 1 Melakukan penanaman
upaya mitigasi b. Tidak Setuju 0 serentak
OPT
19 Sikap Sikap Terhadap Persepsi terhadap metode a. Setuju 1 OPT perlu jenis pengendalian
Metode pengendalian OPT b. Tidak Setuju 0 yang berbeda
Pengendalian OPT
20 Sikap Sikap terhadap Persepsi terhadap prinsip PHT a. Setuju 1 Petani perlu memahami
upaya mitigasi b. Tidak Setuju 0 Pengelolaan Hama Terpadu
OPT
83
Lampiran 10. Data Kuisioner Evaluasi Hasil
Data Kuisioner
b. Post Test
ITEM SOAL
RESP ∑ % Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Sangat Baik
P3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Baik
P10 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Sangat Baik
84
Adapun hasil skor kategori sikap petani terhadap penyuluhan Pengenalan
OPT Bawang Putih di Kelompok Tani Sapta Mandiri berdasarkan kuioner yang
telah diisi adalah sebagai berikut.
a. Pre Test
ITEM SOAL Kategori
RESP ∑ %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 70 Setuju
P2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 Sangat Setuju
P3 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 70 Setuju
P4 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80 Setuju
P5 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80 Setuju
P6 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 6 60 Tidak Setuju
P7 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 7 70 Setuju
P8 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 6 60 Tidak Setuju
P9 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 80 Setuju
P10 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80 Setuju
b. Post Test
ITEM SOAL Kategori
RESP ∑ %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
P1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
P2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
P3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 Sangat Setuju
P4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
P5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
P6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
P7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
P8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
P9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 Sangat Setuju
P10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Sangat Setuju
85
Lampiran 11. Lembar Pre Test- Post Test
PETUNJUK PENGISIAN :
Dimohon dengan hormat, Bapak/Ibu/Sdr dapat menjawab pernyataan di bawah ini sesuai
keadaan yang sebenarnya, dengan cara menuliskan jawaban pada tempat yang tersedia, atau
membubuhkan tanda checklist (√) pada salah satu kolom jawaban yang disediakan.
IDENTITAS
1. Nama : ………………………………………………………..
2. Lokasi /tempat tugas :
Kelompok Tani : ...……………………………………………………..
Desa : .……………………………………………………….
Kecamatan : .……………………………………………………….
Kabupaten : .……………………………………………………....
3. Jenis Kelamin : Wanita Pria
4. PendidikanTerakhir :………………………………………………………….
A PENGETAHUAN
1 OPT adalah hama yang mengganggu/menghambat Benar Salah
kegiatan produksi pada tanaman.
4 OPT utama tanaman bawang putih adalah ulat dan Benar Salah
jamur.
7 Virus mozaik dapat ditularkan dari umbi yang dipanen Benar Salah
pada masa tanam sebelumnya.
86
B SIKAP
1 Perlu dilakukan pengamatan rutin pada tanaman Setuju Tidak Setuju
bawang putih.
5 Penggunaan bibit umbi yang berasal dari tanaman Setuju Tidak Setuju
yang sehat, tidak keropos, tidak luka, dan mengkilap.
87
Lampiran 12. Data Kualitatif Responden Kelompok Tani Sapta Mandiri
Data Kualitatif
1. Umur Responden
Persentase
No Umur Jumlah Responden
(%)
1 <15 0 0
2 15-64 10 100
3 >64 0 0
Total 10 100
88
Lampiran 13. Materi Penyuluhan Good Agricultural Practice Bawang Putih
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
Lampiran 14. Kisi Kisi Evaluasi Dampak
105
tanah minimal 1 kali
selama musim tanam?
7 Pemupukan Menggunakan parit a. Menerapkan sesuai rekomendasi 3 Apakah bapak
para umum 15 HST b. Menerapkan tidak sesuai rekomendasi 2 ibu/melakukan
dan 35 HST c. Tidak menerapkan 1 pemupukan berimbang
dengan rekomendasi di
parit pada 15 HST dan 35
HST?
8 Penyiangan Mekanis, Minimal 3 a. Menerapkan sesuai rekomendasi 3 Apakah bpk/ibu
kali, 25 hst, 50 hst, b. Menerapkan tidak sesuai rekomendasi 2 melakukan penyiangan
dan 80 hst c. Tidak menerapkan 1 dengan rekomendasi
secara mekanis minimal
3 kali selama musim
tanam?
9 Pengendalian Terpadu a. Menerapkan sesuai rekomendasi 3 Apakah bapak ibu
Hama b. Menerapkan tidak sesuai rekomendasi 2 menerapkan
c. Tidak menerapkan 1 pengendalian hama
terpadu?
10 Panen Mutu fisik a. Menerapkan sesuai rekomendasi 3 Apakah bapak/ibu
b. Menerapkan tidak sesuai rekomendasi 2 melakukan pemanenan
c. Tidak menerapkan 1 pada saat yang tepat
dengan rekomendasi
mutu fisik yang baik?
106
Lampiran 15. Lembar Evaluasi Dampak
PETUNJUK PENGISIAN :
Dimohon dengan hormat, Bapak/Ibu/Sdr dapat menjawab pernyataan di bawah ini
sesuai keadaan yang sebenarnya, dengan cara menuliskan jawaban pada tempat yang
tersedia, atau membubuhkan tanda checklist (√) pada salah satu kolom jawaban yang
disediakan.
IDENTITAS
1. Nama :
………………………………………………………..
2. Lokasi /tempat tugas :
Kelompok Tani : ...
……………………………………………………..
Desa : .
……………………………………………………….
Kecamatan : .
……………………………………………………….
Kabupaten : .
……………………………………………………....
3. Jenis Kelamin : Wanita Pria
4. PendidikanTerakhir :
………………………………………………………….
DAMPAK EKONOMI
DAMPAK PENERAPAN
107
Rekomendasi Rekomendasi
1 Apakah bapak/ibu sudah
menerapkan jarak tanam dengan
rekomendasi 15 x15 m ?
2 Apakah bapak/ibu sudah
menggunakan benih unggul
dengan rekomendasi 80-100
kg/rol?
108
Lampiran 16. Olah data kuisioner Evaluasi Dampak
Olah Data
1. Ekonomi
Dampak penyuluhan Good Agricultural Practice Bawang Putih Di
Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan Kecamatan Kledung
Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah terhadap aspek Ekonomi
petani dan kelompok tani dirincikan pada tabel berikut.
BUTIR PERTANYAAN
RESP ∑ % KATEGORI
1 2 3
1 3 3 3 9 100,00 Meningkat
2 1 3 1 5 55,56 Menurun
3 1 3 3 7 77,78 Tetap
4 1 3 1 5 55,56 Menurun
5 1 3 3 7 77,78 Tetap
6 3 3 1 7 77,78 Tetap
7 1 3 1 5 55,56 Menurun
8 3 3 2 8 88,89 Meningkat
9 2 3 2 7 77,78 Tetap
10 3 3 3 9 100,00 Meningkat
Aspek eKONOMI
Meningkat
30%
Tetap
40%
Menurun
30%
109
2. Penerapan GAP
Dampak penyuluhan Good Agricultural Practice Bawang Putih Di
Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan Kecamatan Kledung
Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah terhadap aspek penerapan
petani dan kelompok tani dirincikan pada tabel berikut.
BUTIR PERTANYAAN
RESP ∑ % KATEGORI
1 2 3 4 5 6 7
1 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
2 2 3 3 3 3 3 3 20 95,24 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
3 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
4 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
5 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
6 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
7 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
8 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
9 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
10 3 3 3 3 3 3 3 21 100 Menerapkan Sesuai Rekomendasi
Perilaku
100%
110
Lampiran 17. Olah data kualitatif evaluasi dampak
1. Umur Responden
Tabel Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur
No Umur Jumlah Responden Persentase (%)
1 <15 0 0
2 15-64 10 100
3 >64 0 0
Total 10 100
Berdasarkan tabel umur responden dapat diketahui bahwa petani di
Kelompok Tani Tri Manunggal Desa Kruwisan yang berumur <15
tahun tidak ada, dan petani yang berumur 15 – 64 tahun sebanyak 10
orang atau 100% ini dikatakan umur yang produktif.
111
yang berkedudukan sebagai pengurus sebanyak 1 responden (10%) dan
yang berkedudukan sebagai anggota sebanyak 9 responden (90%).
112
Lampiran 18. Dokumentasi Kegiatan Pelaksanaan Penyuluhan Dan Evaluasi
Hasil
113
Lampiran 19. Dokumentasi Kegiatan Evaluasi Dampak
114