Anda di halaman 1dari 65

HERNIA

INGUINALIS
Pembimbing: dr. Sugiharto Purnomo, Sp.B-KBD
Disusun Oleh: Marvin Josevan (202106010122)
DAFTAR ISI

01 02 03
PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA KESIMPULAN
01.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
● Hernia → protrusi organ ataupun jaringan
melalui daerah yang lemah yang diliputi oleh
dinding
● Penyebab → kelainan kongenital, peningkatan
tekanan dinding intraabdomen, kelemahan otot
abdomen
● Hernia inguinalis → 75% kasus hernia pada regio
abdomen
● Pria > wanita (9:1)
● 1-3 / 1000 orang melakukan operasi hernia
setiap tahunnya → kasus bedah digestif yang
sering dijumpai sehari-hari
02.
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI KANALIS
INGUINALIS
● Suatu kanal yang berjalan inferomedial
pada dinding abdomen dari sisi sinistra
dan dekstra (bilateral)
● Menghubungkan rongga abdomen
dengan genitalia eksterna
● Struktur penting:
○ Annulus inguinalis profunda
(lubang masuk; sisi posterolateral)
○ Annulus inguinalis superfisialis
(lubang keluar; sisi anteromedial)
○ Inferior epigastric vessels
ANATOMI KANALIS
INGUINALIS
● Batas anterior → aponeurosis m.
oblique externus + m. oblique
internus
● Batas posterior → fascia
transversalis
● Batas superior → m. oblique
internus + m. transversus abdominis
(bergabung menjadi conjoint
tendon)
● Batas inferior → ligamentum
inguinale
ANATOMI KANALIS
INGUINALIS
● Kanalis Inguinalis → dilewati oleh korda
spermatikus (pria) dan ligamentum
rotundum (wanita)
● Korda spermatikus
○ Isi → a. testikularis, pleksus
pampiniformis, a. cremasterica, v.
cremasterica, arteri yang menuju
duktus deferens, duktus deferens, n.
genitofemoralis, nervus otonom, n.
ilioinguinalis, pembuluh limfatik
○ Lapisan → fascia spermatika
eksterna, fascia cremasterica, fascia
spermatika interna
EMBRIOLOGI KANALIS
INGUINALIS
● Terjadi bersamaan dengan desensus testis
● Akhir bulan kedua setelah fertilisasi → mesonefros
berdegenerasi dan terjadi desensus testis dengan
bantuan gubernakulum
● Faktor → hormon dan pembesaran rongga
intraabdominal
● Saat testis sudah mencapai annulus inguinalis profunda
→ terbentuk prosesus vaginalis
○ Prosesus vaginalis → envaginasi peritoneum
parietal dan otot-otot dinding abdomen ke
kaudal
○ Annulus inguinalis profundus → terbentuk dari
fascia transversalis saat envaginasi
○ Annulus inguinalis superfisialis → terbentuk dari
aponeurosis m. oblique eksternus saat envaginasi
● Prosesus vaginalis akan mengalami obliterasi pada
bagian proksimal → tunika vaginalis
HERNIA
INGUINALIS
● Protrusi abnormal organ atau
jaringan intraabdominal (usus,
omentum) pada regio abdominal
● Menurut lokasi: indirek (lateral
dari pembuluh epigastrik inferior)
dan direk (medial dari pembuluh
epigastrik inferior)
● Menurut kemampuan di reposisi:
reponibel dan ireponibel
● Menurut isi hernia: inkarserata
dan strangulata
EPIDEMIOLOGI
HERNIA INGUINALIS

KASUS PREVALENSI meningkat seiring


pertambahan usia dengan RATA RATA
75% HERNIA
usia 40-59 TAHUN
ABDOMEN
Banyak pada RAS KAUKASIA

HERNIA INGUINALIS INDIREK umum


pada semua kelompok usia termasuk
anak kecil

: HERNIA INGUINALIS DIREK umum


9 1 pada pria dewasa dan paruh baya
KLASIFIKASI
BERDASARKAN LOKASI

HERNIA INGUINALIS INDIREK


● Lateral dari pembuluh epigastrika HERNIA INGUINALIS DIREK
inferior ● Medial dari pembuluh epigastrika
● Prevalensi lebih tinggi inferior
dibandingkan tipe direk ● Hernia tidak melalui annulus
● Hernia masuk melalui kanalis inguinalis profunda, namun
inguinalis melalui annulus langsung mendorong dinding
inguinalis profundus dan keluar posterior kanalis inguinalis pada
melalui annulus inguinalis regio lemah→ ke annulus inguinalis
superfisialis (mengikuti jalur superfisialis
desensus testis) ● Regio lemah → segitiga Hesselbach
● Lebih sering terjadi pada sisi kanan ● Kelainan didapat
● Kelainan kongenital
DIREK DAN INDIREK
SEGITIGA HESSELBACH

● Regio lemah pada dinding


abdomen bagian bawah pada
daerah inguinal —> rentan
terjadi hernia inguinalis direk
● BATAS - BATAS
○ Inferior → ligamentum
inguinalis
○ Medial → sisi lateral dari
rectus sheath
○ Superior → pembuluh
epigastrika inferior
KLASIFIKASI
BERDASARKAN KEMAMPUAN UNTUK DIREDUKSI

HERNIA INGUINALIS
REPONIBEL HERNIA INGUINALIS
● Hernia dapat keluar-masuk (dapat
IREPONIBEL
direduksi atau tereduksi)
● Hernia tidak dapat keluar-masuk
● Hernia menonjol keluar → berdiri,
(tidak dapat direduksi atau
mengejan
tereduksi)
● Hernia kembali masuk →
● Disebabkan oleh perlekatan isi
berbaring, direduksi secara manual
kantung hernia terhadap
dengan tangan
peritoneum kantung hernia
● Tidak ada nyeri atau gangguan
pasase usus
KLASIFIKASI
BERDASARKAN KONDISI ISI HERNIA

HERNIA INGUINALIS HERNIA INGUINALIS


INKARSERATA STRANGULATA
● Isi hernia terjepit oleh cincin hernia
● Isi hernia terjepit oleh cincin hernia
dan mengalami gangguan
→ tidak dapat direduksi
vaskularisasi
● Terjadi gangguan pasase pada usus
● Penurunan suplai darah →
● Gejala GIT → mual, muntah,
kerusakan jaringan → iskemia →
anoreksia
infark → nekrosis
● Gejala sistemik
NYHUS GILBERT
CLASSIFICATION CLASSIFICATION
FAKTOR RISIKO
INTERNAL EKSTERNAL
LAKI-LAKI MEROKOK
USIA TUA BATUK
PPV FAKTOR PEKERJAAN
Peningkatan
tekanan
ALTERASI JARINGAN
PENYAMBUNG PPOK intraabdomen

GANGGUAN PADA JARINGAN


PENYAMBUNG
KEBIASAAN MENGEJAN

GENETIK ASCITES
HERNIA INGUINALIS DIREK HERNIA INGUINALIS INDIREK

USIA TUA

JENIS KELAMIN PRIA

ALTERASI JARINGAN PENYAMBUNG

GANGGUAN JARINGAN PENYAMBUNG

FAKTOR GENETIK

IMT RENDAH
PPV

TEKANAN INTRAABDOMINAL
TINGGI
GANGGUAN JARINGAN PENYAMBUNG
ETIOPATOGENESIS
PPV
● Setelah desensus testis → obliterasi bagian proksimal prosesus vaginalis → menjadi
tunika vaginalis
● Proses obliterasi dapat terjadi inkomplit → hernia isi abdomen ke kanalis
inguinalis
○ Sel otot polos persisten → desensus testis dimediasi oleh sel otot polos
dengan menarik testis ke arah skrotum → setelah itu mengalami apoptosis
(memediasi obliterasi prosesus vaginalis) → pada pasien hernia : sel otot
polos persisten pada kantung hernia dan annulus inguinalis profunda
○ Insufisiensi pelepasan CGRP oleh nervus genitofemoralis → proses
desensus testis dimediasi oleh hormon androgen → hormon androgen
memengaruhi pelepasan CGRP oleh nervus genitofemoralis → CGRP
memediasi obliterasi prosesus vaginalis secara kompleks → kurangnya CGRP
→ PPV
ETIOPATOGENESIS
ALTERASI JARINGAN PENYAMBUNG

● Penurunan rasio serat kolagen → ikatan antara serat kolagen tipe I dan kolagen tipe III
menentukan kekuatan dan kestabilan jaringan penyambung
○ Pada pasien dengan hernia inguinalis → terjadi penurunan rasio serat kolagen tipe
I/tipe III → struktur jaringan penyambung inguinal yang melemah → hernia
○ Jumlah serat kolagen ↓ pada fascia transversalis dan rectus sheath pada usia tua →
kelemahan → terjadi hernia (terutama pada usia tua)
● Penurunan struktur dan kekuatan mekanis → terdapat penurunan signifikan serat kolagen
dan serat elastin pada jaringan penyambung → selain itu, konfigurasi serat-serat menjadi tidak
terorganisir
○ Pasien dengan hernia inguinalis direk memiliki rectus sheath yang lebih tipis dibandingkan
pasien dengan hernia inguinalis indirek dan kontrol.
● Perubahan konsentrasi enzim → enzim yang berperan: MMP, lysyl oksidase, elastase
○ ↑ MMP-1, MMP-2, MMP-9 → degradasi fascia transversalis (direk>indirek)
○ ↓ Lysyl oksidase → penurunan ikatan kolagen dan elastin (direk>indirek)
○ ↑ Elastase → degradasi serat elastin (direk>indirek)
ETIOPATOGENESIS

GENETIK

● Hernia inguinalis → bersifat herediter dengan pola pewarisan yang kompleks


● Studi → terdapat empat (4) lokus suspektibel yang diduga berperan terhadap pewarisan
hernia inguinalis:
○ EFEMP1
○ WT1
○ EBF2
○ ADAMTS6
DIAGNOSIS - ANAMNESIS
● ASIMPTOMATIK secara umum, terdiagnosis secara tidak sengaja
pada pemeriksaan fisik rutin.
● Onset dan timing muncul secara PERLAHAN atau TIBA-TIBA
(inkarserata, strangulata)
● Pasien mengeluhkan MUNCUL MASSA, RASA BERAT, dan RASA
TIDAK NYAMAN pada lipat paha
● MUNCUL dan DIPERBERAT dengan peningkatan tekanan
intraabdominal (mengangkat beban berat, mengejan, berdiri
terlalu lama)
● HILANG dan DIPERINGAN terutama saat pasien berbaring dan
berhenti mengejan
● NYERI LOKAL (seperti perih dan terbakar) pada area dengan
hernia, DAPAT MENJALAR ke paha dalam, skrotum, testis
● INKARSERASI → gangguan pasase usus, mual, muntah, kembung,
nyeri perut
● STRANGULASI → gejala sistemik
● Perubahan terkait BAB dan miksi perlu diWASPADAi
DIAGNOSIS - PEMERIKSAAN FISIK
PERSIAPAN

● Pasien berada dalam posisi BERDIRI atau


SUPINASI
● LIPAT PAHA dan GENITALIA harus terlihat
selama pemeriksaan fisik berlangsung

INSPEKSI

● Melihat PENONJOLAN dan KESIMETRISAN


● SULIT DINILAI terutama pada WANITA
● HERNIA INGUINALIS → terletak superior dari
ligamen inguinalis
● HERNIA FEMORALIS → terletak inferior dari
ligamen inguinalis dan medial dari a. femoralis
DIAGNOSIS - PEMERIKSAAN FISIK

PALPASI

● Posisi BERDIRI lebih dianjurkan dibandingkan


SUPINASI
● Terdapat beberapa MANUVER yang dapat
digunakan
ZIEMANS’ TEST

● Berdiri di sisi kanan pasien


● Telapak tangan kanan diletakkan pada daerah
inguinal kanan
● Posisikan ujung jari-jari sebagai berikut:
○ Jari 2 → annulus inguinalis profundus
○ Jari 3 →annulus inguinalis superfisialis
○ Jari 4 → kanalis femoralis
● Pasien diminta untuk mengejak/batuk
● Bila teraba impuls pada:
○ Jari 2 → indirek
○ Jari 3 → direk
○ Jari 4 → femoralis
● Lakukan pada sisi kiri
FINGER
INVAGINATION TEST

● Dapat digunakan ujung jari ke-2 atau ke-5


● Ujung jari dimasukkan lewat skrotum →
annulus inguinalis superfisialis → kanalis
inguinalis
● Instruksikan pasien untuk batuk /
mengejan / manuver Valsava
○ Impuls di ujung jari → indirek
○ Impuls di samping jari → direk
RING OCCLUSION
TEST

● Dilakukan reduksi pada hernia


● Dengan ibu jari, tutup bagian annulus
inguinalis profundus
● Instruksikan pasien untuk batuk /
mengejan / manuver Valsava
○ Ada penonjolan → direk
○ Tidak ada penonjolan → indirek
REDUCIBILITY TEST

● Untuk mengetahui reponibel / ireponibel


● Pemeriksa mendorong hernia yang
menonjol kembali ke dalam abdomen dari
luar secara manual
○ Jika bisa → reponibel
○ Jika tidak → ireponibel
● Jangan dilakukan jika ada tanda
INKARSERASI atau STRANGULASI
DIAGNOSIS - PEMERIKSAAN PENUNJANG

Dapat digunakan pada kasus UNPROBABLE, diagnosis klinis dapat ditegakkan cukup dengan
ANAMNESIS dan PEMERIKSAAN FISIK

USG CT MRI
DIAGNOSIS - PEMERIKSAAN PENUNJANG

USG

● Sensitivitas 86% ; Spesifisitas 77%


● Anatomic landmarks → pembuluh epigastrika inferior
● Transducer linear 10 MHz
● Pasien obesitas → distorsi struktur anatomis
● Pasien berada dalam posisi supinasi dan diminta untuk melakukan
manuver Valsava pada setiap tahap evaluasi → identifikasi hernia dan
pergerakannya
● Jika tidak terlihat → pasien bisa diposisikan berdiri
DIAGNOSIS - PEMERIKSAAN PENUNJANG

KONDISI NORMAL → korda spermatikus (hiperekoik), struktur vaskular dan tubular di


dalamnya (hipoekoik). Ligamen inguinalis dengan gambaran fibrillar
DIAGNOSIS - PEMERIKSAAN PENUNJANG

HERNIA INGUINALIS DIREK→ transducer diletakkan pada area segitiga Hesselbach → Valsava
maneuvre → terlihat adanya protrusi yang mengarah ke arah transducer
DIAGNOSIS - PEMERIKSAAN PENUNJANG

HERNIA INGUINALIS INDIREK→ gambaran protrusi anterior yang mengarah ke transducer dari
sisi lateral pembuluh epigastrika inferior → berjalan secara inferomedial melewati pembuluh
epigastrika inferior dan kanalis inguinalis
DIAGNOSIS - PEMERIKSAAN PENUNJANG

CT dan MRI

● CT → Sensitivitas 80% ; Spesifisitas 65%


● MRI → Sensitivitas 95% ; Spesifisitas 96%
● Memperlihatkan gambaran statis dari regio
inguinal untuk mendeteksi dan
menyingkirkan diagnosis banding lain
● MRI → klinis mendukung namun USG
inkonklusif → jarang digunakan secara rutin
karena relatif mahal
TATALAKSANA
NON OPERATIF OPERATIF

LAPAROSCOPIC
OPEN APPROACH
Watchful waiting APPROACH

TISSUE PROSTETIK
Truss TAPP

Bassini Shouldice Lichtenstein


Taxi
TEP
McVay Desarda Plug & Patch
TATALAKSANA - NON OPERATIF
WATCHFUL WAITING TRUSS TAXI

● Pasien asimptomatik
● Alat suportif yang ● Hernia inguinalis
atau dengan gejala
digunakan seperti inkarserata kronik
minimal
celana dalam dengan gejala minimal
● Terutama pasien
● 30% pasien mengalami ● Pasien diberikan
geriatri
perbaikan analgesik dan sedativa
● Tidak terdapat
● Ketepatan ukuran ringan → diposisikan
perbedaan dari segi
sangat penting Trendelenburg
risiko dan komplikasi
● Komplikasi → atrofi ● Hernia direduksi
pada pasien yang
testis, neuritis perlahan-lahan
langsung melakukan
ilioinguinalis, neuritis ● Kontraindikasi →
operasi dengan yang
femoralis, hernia hernia inguinalis
melakukan watchful
inkarserata strangulata
waiting
TATALAKSANA - OPERATIF
Dapat dilakukan dengan OPERASI TERBUKA, LAPAROSKOPIK, atau ROBOTIC

Merupakan TATALAKSANA DEFINITIF

OPERASI CITO → Hernia inguinalis inkarserata dan strangulata

OPERASI ELEKTIF → Hernia inguinalis simptomatik tanpa komplikasi

Sebelum operasi, diberikan RESUSITASI CAIRAN, DEKOMPRESI NASOGASTRIK, dan


ANTIBIOTIK PROFILAKSIS IV
OPERATIF - OPEN
● Insisi horizontal/oblique pada area
inguinal (medial - 2 jari inferior SIAS ke
arah medial) 6-8 cm
● Elektrokauterisasi jaringan subkutan REKONSTRUKSI
● Insisi aponeurosis m. oblique externus JARINGAN
● Klem hemostat → angkat flap
● Diseksi tumpul m. oblique internus
● Preservasi n. Ilioinguinalis dan n.
Iliohipogastrik
● Diseksi dan elevasi korda spermatikus →
Penrose drain
● Identifikasi kantung hernia (direk/indirek)
○ Viabel → dimasukkan kembali ke
REKONSTRUKSI
rongga peritoneum PROSTETIK
○ Tidak viable → reseksi
○ Tidak diketahui → insisi dan evaluasi
(tanda iskemia)
REKONSTRUKSI JARINGAN DAN PROSTETIK
JARINGAN

● Penjahitan untuk menutup defek hernia


● Dilakukan jika bahan prostetik tidak digunakan,
kontaminasi, operasi darurat, viabilitas tidak
diketahui

PROSTETIK

● Pemasangan mesh untuk menutup defek / lokus


minoris
● Tension free prosthetic mesh repair
BASSINI REPAIR
REKONSTRUKSI JARINGAN

● Rekonstruksi ekstensif dari


dinding posterior kanalis
inguinalis
● Insisi dari fascia transversalis →
mengekspos lemak preperitoneal
● Triple layer repair → penjahitan
fascia transversalis, m.
transversus abdominis, m. oblique
internus ke ligamen inguinalis
SHOULDICE REPAIR
REKONSTRUKSI JARINGAN

● Insisi fascia transversalis di antara


tuberkulum pubikum dan annulus
inguinalis profundus
● Diseksi tumpul lemak preperitoneal
● Penjahitan pada traktus iliopubis ke
aponeurosis m. transversus
abdominis
● Penjahitan dari m. oblique internus ,
m. transversus abdominis, dan
aponeurosis ke ligamen inguinalis
MCVAY REPAIR
REKONSTRUKSI JARINGAN

● Insisi pada fascia transversalis di antara


tuberkulum pubikum dan annulus
inguinalis profundus
● Diseksi tumpul ligamen Cooper (flap
superior ; flap bawah)
● Relaxing incision → bagian anterior dari
rectus sheath ke tuberkulum pubikum
secara vertikal
● Penjahitan (kontinyu/interrupted) →
menghubungkan flap fascia transversalis
superior ke ligamen Cooper ke arah
lateral → oklusi cincin femoralis
● Transition suture → fascia transversalis ke
ligamen inguinalis
DESARDA REPAIR
REKONSTRUKSI JARINGAN

● Flap medial dari m. oblique eksternus


dijahit ke ligamen inguinalis (dari arah
tuberkulum pubikum → annulus
inguinalis profundus)
● Dua jahitan pertama dilakukan di
perbatasan rectus sheath anterior dengan
aponeurosis m. oblique eksternus
● Setiap jahitan dilakukan melewati
ligamen inguinalis, fascia transversalis,
dan aponeurosis m. oblique eksternus
● Dibuat insisi pada aponeurosis m. oblique
eksternus superior dari lokasi penjahitan
sebelumnya → terbentuk suatu strip dari
simfisis pubis ke arah lateral sepanjang
1-2 cm
● Batas atas strip → dijahit ke m. oblique
internus atau conjoint tendon
LICHTENSTEIN FREE
TENSION
REKONSTRUKSI PROSTETIK

● Dilakukan diseksi tumpul dari kanalis inguinalis


→ terekspos shelving edge ligamen inguinalis,
tuberkulum pubikum, dan area pemasangan
mesh
● Mesh → harus cukup besar untuk mencapai
segitiga Hesselbach
● Sisi medial dari mesh diposisikan pada rectus
sheath anterior → menutupi/overlap
tuberkulum pubikum +/- 1.5-2 cm
● Sisi inferior → di jahit mulai dari shelving edge
ligamen inguinalis dari medial ke lateral →
mencapai annulus inguinalis profundus
● Sisi superior → dijahit ke aponeurosis m. oblique
internus dan ujung medial dari rectus sheath
PLUG & PATCH
REKONSTRUKSI PROSTETIK

● Modifikasi dari Lichtenstein


Free-Tension Hernia Repair
● Sebelum pemasangan mesh → dipasang
prosthetic plug terlebih dahulu pada area
terjadinya hernia
○ Hernia inguinalis indirek → plug
dipasang pada annulus inguinalis
profundus
○ Hernia inguinalis direk → plug
dipasang pada area yang
mengalami defek → fiksasi ke
ligamen Cooper, ligamen inguinalis,
aponeurosis m. oblique internus
● Dipasang mesh seperti Lichtenstein
OPERATIF - LAPAROSKOPIK

SEMUA TEKNIK LAPAROSKOPI HARUS DILAKUKAN DENGAN GENERAL ANESTHESIA


TEKNIK LAPAROSKOPI LEBIH DIPILIH DIBANDINGKAN OPEN SURGERY UNTUK KASUS
HERNIA INGUINALIS BILATERAL MAUPUN HERNIA INGUINALIS REKUREN

TRANSABDOMINAL
TOTALLY EXTRAPERITONEAL
PREPERITONEAL REPAIR
REPAIR (TEP)
(TAPP)
TAPP
TRANSABDOMINAL PREPERITONEAL REPAIR

● Open Hasson Technique


○ Insisi umbilikal → blunt trocar → pneumoperitoneum 15 mmHg
● Dua buah trocar 5 mm inferolateral secara bilateral dari trocar pertama
● Posisi Trendelenburg
● Visualisasi struktur pelvis
● Insisi peritoneum (ligamen umbilikal medial ke SIAS ipsilateral)
● Retraksi lapisan peritoneum → diseksi preperitoneum → korda spermatikus
terekspos → identifikasi hernia
○ Direk → dikembalikan dan difiksasi ke ligamen Cooper
○ Indirek → elevasi ke superior korda spermatikus, dipasang mesh di
bawahnya → fiksasi menggunakan tacks
● Bukaan peritoneum ditutup → mencegah kontak mesh dengan usus
● Dessuflation abdomen, trocar diangkat, luka ditutup
TEP
TOTALLY EXTRAPERITONEAL REPAIR

● Insisi kecil horizontal inferior dari umbilikus


● Diseksi jaringan subkutan → sampai terlihat rectus sheath anterior
● Insisi rectus sheath lateral dari linea alba
● Retraksi m. rectus abdominis secara superolateral
● Balon diseksi dimasukan dari lubang insisi ke simfisis pubis → dikembangkan →
diseksi ruang preperitoneal
● Balon diseksi dikeluarkan → diganti dengan balloon trocar →
pneumoperitoneum 15 mmHg
● Dipasang dua buah trocar
○ Daerah suprapubic pada midline
○ Inferior dari trocar pertama
● Posisi Trendelenburg
● Setelah itu, proses sama seperti teknik TAPP
● Desufflation, cabut trocar, penjahitan luka
KOMPLIKASI
REKURENSI HERNIA
● Nyeri dan penonjolan pada daerah hernia paska operasi
● Risiko ↑ pada: malnutrisi, imunosupresi, DM, penggunaan steroid, merokok, ukuran mesh tidak
sesuai, iskemi jaringan, infeksi, peningkatan tekanan

NYERI KRONIS
● Nosiseptif, neuropatik, viseral
● Inguinodynia paska herniorrhaphy → nyeri + tidak nyaman >3 bulan
● Neurektomi selektif, pengangkatan mesh, reparasi daerah operasi

CEDERA TESTIS DAN KORDA SPERMATIKUS


● Orchitis iskemik → cedera pleksus pampiniformis
● Atrofi testis → cedera arteri testikularis
● Cedera vas deferens → infertilitas
KOMPLIKASI
RETENSI URIN

● Terutama pada teknik operasi laparoskopi → karena menggunakan anestesi umum


● Tatalaksana awal → kateter urin

ILEUS DAN OBSTRUKSI USUS

● Terutama pada teknik TAPP


● Self limiting → observasi, IV fluid, dekompresi nasogastrik

CEDERA VISERAL
● Terutama pada usus halus, kolon, bulli → teknik laparoskopik
● Penyebab → adhesi struktur intraabdominal sebelum operasi, cedera karena trocar, cedera
karena elektrokauterisasi
KOMPLIKASI
CEDERA VASKULAR

● Terutama pada pembuluh iliaka, femoralis, epigastrika inferior, iliaka eksterna


● Salah penjahitan, penggunaan tacks, cedera akibat trocar
● Identifikasi dan kontrol fokus perdarahan

HEMATOMA DAN SEROMA

● Hematoma terutama pada skrotum, area insisi, retroperitoneum, rectus sheath, ruang
peritoneum
● Seroma → akumulasi cairan satu minggu paska operasi → aspirasi tidak perlu dilakukan
kecuali ada keluhan
PROGNOSIS

● Prognosis secara umum → baik


● Hernia inguinalis asimptomatik /
dengan gejala minimal → watchful
waiting
● Hernia inguinalis simptomatik →
operasi elektif
● Hernia inguinalis inkarserata /
strangulata → operasi cito
03.
PENUTUP
KESIMPULAN
● Hernia inguinalis → kasus bedah digestif yang sering ditemukan
● Prevalensi lebih tinggi pada pria
● Klasifikasi berdasarkan
○ Lokasi anatomis → direk (didapat) /indirek (kongenital)
○ Kemampuan direposisi → reponibel/ireponibel
○ Kondisi isi hernia → inkarserata/strangulata
● Faktor risiko
○ Internal → jenis kelamin pria, usia tua, PPV, alterasi komponen jaringan
penyambung, gangguan pada jaringan penyambung, genetik, IMT rendah
○ Eksternal → kebiasaan merokok, berbagai hal yang menyebabkan
peningkatan tekanan intraabdominal
● Etipatogenesis
○ PPV
○ Alterasi komponen jaringan penyambung
○ Predisposisi genetik
KESIMPULAN
● Diagnosis
○ Anamnesis
○ Pemeriksaan Fisik
○ Pemeriksaan Penunjang → terutama pada kasus unprobable (USG, CT, MRI)
● Tatalaksana
○ Non-Operatif → watchful waiting, truss, taxi
○ Operatif
■ Open Surgery
● Rekonstruksi jaringan → Bassini, Shouldice, McVay, Desarda
● Rekonstruksi prostetik → Lichtenstein, Plug & Patch
■ Laparoskopik
● TAPP
● TEP
● Komplikasi paska operasi
○ Rekurensi hernia, nyeri kronis, cedera korda spermatikus dan testis, retensi urin,
ileus dan obstruksi, cedera viseral, cedera vaskular, hematoma dan seroma
● Prognosis → baik
—DAFTAR PUSTAKA

1. Hawkey CJ, Bosch J, Richter E Joel, Garcia-Tsao G, Chan Francis KL. Textbook of Clinical Gastroenterology and
Hepatology. 2nd ed. Oxford, West Sussex: Wiley-Blackwell; 2012.

2. Courtney M. Townsend, Jr., R. Daniel Beauchamp, B. Mark Evers, Kenneth L. Mattox. Sabiston Textbook of Surgery.
20th ed. Philadelphia, PA: Elsevier; 2016.
3. Keith L. Moore, Arthur F. Dalley, Anne Agur. Clinically Oriented Anatomy. 8th ed. Philadelphia, PA: Lippincott
Williams and Wilkins. 8th ed. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2017
4. Tuma F, Lopez RA, Varacallo M. Anatomy, Abdomen and Pelvis, Inguinal Region (Inguinal Canal) [Updated 2021 Jul
26]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470204/
—DAFTAR PUSTAKA

5. Pansky, B. Review of Medical Embryology. 1st ed. Alameda, CA: Mcgraw-Hill; 1982
6. Sadler TW, Sadler-Redmond SL, Tosney K, Byrne J, Imseis H. Langman’s Medical Embryology. 14th ed. Philadelphia: Wolters
Kluwer; 2019
7. Brunicardi F, Andersen D, Billiar T, Dunn D, Hunter J, et al.. Schwartz's Principles of Surgery. 11th ed. New York: McGraw-Hill;
2019.
8. Ruhl, C. E., and J. E. Everhart. ‘Risk Factors for Inguinal Hernia among Adults in the US Population’. American Journal of
Epidemiology, vol. 165, no. 10, Mar. 2007, pp. 1154–61. DOI.org (Crossref), https://doi.org/10.1093/aje/kwm011.
9. Maingot's Abdominal Operations, 13th Edition. McGraw-Hill Professional; 2018.
10. Schumpelick, V., and G. E. Wantz, editors. Inguinal Hernia Repair: Expert Meeting on Hernia Surgery, St. Moritz, February
1994. S. Karger AG, 1995.
—DAFTAR PUSTAKA

11. Öberg, Stina, et al. ‘Etiology of Inguinal Hernias: A Comprehensive Review’. Frontiers in Surgery, vol. 4, Sept. 2017, p. 52.
DOI.org (Crossref), https://doi.org/10.3389/fsurg.2017.00052.
12. Jorgenson, Eric, et al. ‘A Genome-Wide Association Study Identifies Four Novel Susceptibility Loci Underlying Inguinal
Hernia’. Nature Communications, vol. 6, no. 1, Dec. 2015, p. 10130. DOI.org (Crossref), https://doi.org/10.1038/ncomms10130.
13. Brooks DC, Hawn M. Classification, clinical features, and diagnosis of inguinal and femoral hernias in adults. UpToDate. 2022;
14. LeBlanc KE, LeBlanc LL, LeBlanc KA. Inguinal hernias: diagnosis and management. Am Fam Physician. 2013 Jun
15;87(12):844-8. PMID: 23939566.
15. Bickley, LS. Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking. 13th ed. Albuquerque, New Mexico: Wolters Kluwer;
2021
—DAFTAR PUSTAKA

16. Sriram Bhat M. SRB’s Clinical Methods in Surgery. 1st ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers; 2010
17. Jamadar, David A., et al. ‘Sonography of Inguinal Region Hernias’. American Journal of Roentgenology, vol. 187, no. 1, July
2006, pp. 185–90. DOI.org (Crossref), https://doi.org/10.2214/AJR.05.1813.
18. Brooks DC. Complications of inguinal and femoral hernia repair. UpToDate. 2022;
19. Hammoud M, Gerken J. Inguinal Hernia. [Updated 2021 Aug 22]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513332/

Anda mungkin juga menyukai