Anda di halaman 1dari 43

I.

PENDAHULUAN

Radiografi adalah proses pencatatan suatu gambar bagian tubuh menggunakan satu
atau lebih jenis IR (kaset / Film, kaset / fosfor piring, atau fluoroscopic / layar TV). Hasil
citra yang ditampilkan akan banyak berpengaruh dengan factor-faktor fisika dan anatomi
tubuh manusia itu sendiri sebagai objek pemeriksaan.

Penentuan posisi dalam radiologi sangat menentukan untuk mendapatkan gambar


yang baik. Seorang Radiolog sangat bergantung dari kualitas gambar yang dicitrakan dalam
menginterpretasikan karena akan sangat menentukan dalam pengambilan kesimpulan
terhadap suatu masalah dari pasien. Oleh karenanya positioning sangat penting dan harus
diketahui oleh seorang Radiolog.

Dalam kasus-kasus tertentu terkadang seorang radiographer mengalami kesulitan


dalam memposisikan pasien dikarenakan adanya beberapa faktor penyulit. Seperti pada kasus
pasien dengan trauma yang berat dengan beberapa organ mengalami kehancuran sehingga
tidak bisa dilihat ataupun diposisikan dengan sebenarnya. Pada keadaan ini mungkin seorang
radiolog perlu untuk mengetahui skala prioritas, sehingga dengan posisi seadanya dapat
memberikan kesimpulan yang dapat ditindaklanjuti oleh dokter klinisi.

Dengan banyaknya keterbatasan yang dimiliki, maka seorang radiolog harus


menguasai posisioning sehingga dapat meminimalkan kesalahan interpretasi. Oleh karena itu,
referat ini dibuat untuk dapat dijadikan panduan yang akan membantu radiolog terutama
dalam masalah positioning.

1
BAB II

TERMINOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI MUSKULOSKLETAL

I. POSISI ANATOMIS
Posisi anatomis merupakan metode untuk mengobservasi ataupun mendapatkan
pencitraan yang tepat dan sebenarnya. Ketika dalam posisi anatomis, subjek berdiri tegak
menghadap pengamat, ekstremitas atas ditempatkan di samping badan, telapak tangan
diputar ke depan, dan kaki datar di lantai.

Gambar 1
Posisi anatomis

I.1 NAMA REGIONAL


Nama yang diberikan pada daerah tertentu dari tubuh untuk referensi, seperti
tengkorak (skull), toraks (dada), brakialis (lengan), patella (lutut), cephalic (kepala), dan
glutealis (pantat).

I.2 BIDANG (PLANES)


Bidang adalah permukaan datar imajiner yang digunakan untuk membagi tubuh atau
organ ke daerah-daerah tertentu & meliputi: Midsagittal (medial) dan parasagittal, frontal
(koronal), melintang (cross-sectional atau horizontal) dan miring.

2
I.3 POTONGAN (SECTIONS)
Potongan dapat diistilahkan permukaan datar yang membagi struktur tubuh.
Penamaannya sesuai dengan bidang yang dipotong, seperti transverse, frontal, dan
midsagittal.

Gambar 2
POTONGAN BAGIAN TUBUH

I.4 DIRECTIONAL TERMS

Istilah Directional digunakan untuk menemukan salah satu bagian dari tubuh yang
tepat dan untuk mengurangi penjelasan yang panjang. Misalnya dalam menentukan suatu
arah dari anggota tubuh, dapat digunakan Superior/Cephalic/Cranial, Inferior/Caudal,
Anterior/ Ventral/ Rostral, Posterior/ Dorsal, superficial dan visceral.

3
I.5 AREA

 Kepala dan leher


 Batang
– Thoraks
– Perut
– Pelvis dan Perineum
 Extremities (limbs)
– Upper (atas)
– Lower (bawah)

II. SISTIM MUSCULOSKLETAL

Sistem muskuloskletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung jawab


terhadap pergerakan. Komponen utama system musculoskeletal adalah jaringan ikat.
Tulang ini terdiri dari tulang, sendi, otot rangka, tendon, ligament, bursa dan jaringan-
jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.

II.1 STRUKTUR TULANG


Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat untuk
melekatnya otot-otot yang menggerakkan kerangka tubuh. Ruang di tengah tulang-tulang
tertentu berisi jaringan hematopoetik, yang membentuk berbagai sel darah. Tulang juga
merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur kalsium dan fosfat.

4
Komponen nonselular utama dari jaringan tulang adalah mineral-mineral dan matriks
organic (kolagen dan proteoglikan). Kalsium dan fosfat membentuk suatu garam kristal,
yang tertimbun pada matriks kolagen dan proteoglikan. Mineral-mineral ini
memampatkan kekuatan tulang. Matriks organic tulang disebut juga sebagai osteoid.
Sekitar 70 % dari osteoid adalah kolagen tipe 1 yang kaku dan memberikan daya rentang
tinggi pada tulang. Bahan penyusun lain yang berupa proteoglikan seperti asam
hialuronat.
Hampir semua tulang berongga di bagian tengahnya. Struktur demikian
meamksimalkan kekuatan struktur tulang dengan bahan yang relatif kecil atau ringan.
Kekuatan tambahan diperoleh dari susunan kolagen dan mineral dalam jaringan tulang.
Jaringan tulang dapat berbentuk anyaman atau lamellar. Tulang yang berbentuk anyaman
terlihat saat pertumbuhan cepat, sewaktu dalam perkembangan janin atau sesudah
terjadinya patah tulang, selanjutnya keadaan ini akan digantikan oleh tulang yang lebih
dewasa yang berbentuk lamellar.
Diafisis atau batang, adalah bagaian tengah tulang yang berbentuk silinder. Bagian ini
tersusun dari tulang kortikal yang memiliki kekuatan yang besar. Metafisis adalah bagian
tulang yang melebar di dekat ujung akhir batang. Daerah ini tersusun oleh tulang
trabekular atau tulang spongiosa yang mengandung sel-sel hemapoeitik. Sumsum merah
terdapat juga pada epifisis dan diafisis tulang. Pada orang dewasa, aktifitas hemapoietik
terbatas pada sternum dan Krista iliaka.
Metafisis juga merupakan daerah yang menopang sendi dan menyediakan ruang yang
cukup luas untuk perlekatan tendon dan ligament pada epifisis. Lempeng epifisis adalah
daerah pertumbuhan longitudinal pada anak-anak, dan bagian ini akan menghilang pada
tulang dewasa. Bagian epifisis langsung berbatasan dengan dengan sendi tulang panjang
yang bersatu dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang terhenti. Seluruh
tulang diliputi oleh lapisan fibrosa yang disebut periosteum, yang mengandung sel-sel
yang dapat berproliferasi dan berperan dalam pertumbuhan tranversal tulang panjang.
Kebanyakan tulang panjang memiliki arteri nutrisia khusus. Lokasi dan keutuhan dari
arteri-arteri inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya proses penyembuhan suatu
tulang yang patah.
Tulang adalah suatu jaringan dinamis yang tersusun dari tiga jenis sel: osteoblas,
osteofit dan osteoklas. Osteoblas membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe 1
dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang
disebut osifikasi. Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas
5
mensekresikan sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari fosfatase akan
memasuki aliran darah, dengan demikian maka kadar fosfatase alkali di dalam darah
dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah mengalami
patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke tulang.
Osteofit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu lintasan untuk
pertukaran kimiawi melalui tulang yang padat. Osteoklas adalah sel-sel besar berinti
banyak yang memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat diabsorpsi. Tidak seperti
oteoblas dan osteofit, osteoklas mengikis tulang. Sel-sel ini menghasilkan enzim-enzim
proteolitik yang memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral
tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas dalam aliran darah.
Metabolism tulang diatur oleh beberapa hormone. Suatu peningkatan kadar hormon
paratiroid (PTH) mempunyai efek langsung dan segera pada mineral tulang,
menyebabkan kalsium dan fosfat diabsopsi dan bergerak memasuki serum. Vitamin D
mempengaruhi deposisi dan absorpsi tulang. Bila tidak ada vitamin D, PTH tidak akan
menyebabkan absorpsi tulang. Fungsi osteoblastik akan tertekan apabila glukokortikoid
diberikan dalam jumlah besar. Keadaan ini dapat menyebabkan osteoporosis akibat
kegagalan osteoblas membentuk matriks tulang baru.

II.2 SISTEM PERSENDIAN

Sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Tulang-tulang ini dipadukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligamen, tendon, fasia
dan otot. Terdapat 3 tipe sendi :
1. Sendi fibrosa (sinartrodial), merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.
6
2. Sendi kartilaginosa (amfiartrodial), merupakan sendi yang dapat sedikit bergerak
3. Sendi synovial (diartrodial), sendi yang dapat digerakkan dengan bebas.

II.2.1. Sendi Fibrosa


Sendi fibrosa tidak memiliki lapisan tulang rawan dan tulang satu dengan yang
lainnya dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa. Terdapat 2 tipe sendi fibrosa : (1) sutura
diantara tulang-tulang tengkorak dan (2) sindesmosis yang terdiri dari suatu membran
interoseus atau suatu ligament di antara tulang. Serat-serat ini memungkinkan sedikit gerakan
tetapi bukan merupakan gerakan sejati. Perlekatan tulang tibia dan fibula bagian distal adalah
suatu contoh dari tipe sendi fibrosa ini.

II.2.2 Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)


Amfiartosis disebut juga dengan sendi kaku, yaitu hubungan antara dua tulang yang
dapat digerakkan secara terbatas. Artikulasi ini dihubungkan dengan kartilago. Dijumpai
pada hubungan ruas-ruas tulang belakang, tulang rusuk dengan tulang belakang.

II.2.3 Sendi synovial (diartrodial)


Diartosis disebut juga dengan sendi hidup, yaitu hubungan antara dua tulang yang
dapat digerakkan secara leluasa atau tidak terbatas. Untuk melindungi bagian ujung-ujung
tulang sendi, di daerah persendian terdapat rongga yang berisi minyak sendi/cairan synovial
yang berfunggsi sebagai pelumas sendi.
Diartosis dapat dibedakan menjadi:
a. Sendi Engsel
Sendi engsel yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan hanya satu arah
saja. Dijumpai pada hubungan tulang Os. Humerus dengan Os. Ulna dan Os. Radius/sendi
pada siku, hubungan antar Os. Femur dengan Os. Tibia dan Os. Fibula/sendi pada lutut.

b. Sendi Putar
Sendi putar yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan salah satu tulang berputar
terhadap tulang yang lain sebagai porosnya. Dijumpai pada hubungan antara Os.
Humerus dengan Os. Ulna dan Os. Radius, hubungan antar Os. Atlas dengan Os.
Cranium.
c. Sendi Pelana/Sendi Sellaris
Sendi pelana yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan ke segala
7
arah/gerakan bebas. Dijumpai pada hubungan Os. Scapula dengan Os. Humerus,
hubungan antara Os. Femur dengan Os. Pelvis virilis.
d. Sendi Kondiloid atau Elipsoid
Sendi Kondiloid yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan berporos
dua, dengan gerak ke kiri dan ke kanan; gerakan maju dan mundur; gerakan
muka/depan dan belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk oval dan masuk ke dalam
suatu lekuk yang berbentuk elips. Dijumpai pada hubungan Os. Radius dengan Os.
Carpal.
e. Sendi Peluru
Sendi peluru yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan ke segala
arah/gerakan bebas. Dijumpai pada hubungan Os. Scapula dengan Os. Humerus,
hubungan antara Os. Femur dengan Os. Pelvis virilis.
f. Sendi Luncur
Sendi luncur yaitu hubungan antar tulang yang memungkinkan gerakan badan
melengkung ke depan (membungkuk) dan ke belakang serta gerakan memutar
(menggeliat). Hubungan ini dapat terjadi pada hubungan antarruas tulang belakang,
persendian antara pergelangan tangan dan tulang pengumpil.

8
II.3 OTOT
Berdasarkan jenisnya, otot terbagi menjadi tiga macam, yaitu otot jantung, otot lurik,
dan otot polos. Lakukanlah eksperimen berikut untuk mengetahui perbedaan struktur
masing-masing otot.

II.3.1 TIPE DARI OTOT


a. Otot Lurik
Otot lurik atau disebut juga dengan otot rangka karena melekat pada rangka dan
berfungsi menggerakkan rangka. Otot lurik tersusun atas serabut-serabut otot atau
miofibril yang berinti banyak. Miofibril dalam plasma berwarna gelap dan terang,
tersusun teratur, dan tampak bergaris sehingga disebut otot seran lintang atau otot lurik.
Miofibril membentuk kumpulan serabut yang disebut otot atau daging. Tiap kumpulan
serabut dilindungi oleh selaput yang disebut fasia propria, sedangkan otot atau daging
dilindungi oleh selaput fasia superfisialis. Biasanya gabungan otot berbentuk kumparan
dengan bagian tengahnya menggelembung disebut empal atau ventrikel. Sementara itu,
bagian tepi gabungan otot tersebut mengecil disebut urat otot atau tendon. Bagian empal
dapat berkontraksi mengerut dan mengendur. Setiap otot memiliki dua buah tendon atau
lebih. Tendon yang melekat pada tulang yang bergerak disebut insersio, sedangkan
tendon yang melekat pada tulang yang tidak bergerak disebut origo. Otot lurik disebut
otot sadar karena bekerjanya dikendalikan oleh kehendak kita. Kontraksinya cepat, tidak
teratur, dan mudah lelah. Otot lurik dapat bergerak karena rangsang berupa panas, dingin,
arus listrik, dan rangsang kimia.

9
b. Otot Jantung atau Myocardium
Otot jantung hanya terdapat pada jantung. Otot ini secara anatomis
mempunyai ciri seperti otot lurik, tetapi berinti banyak dan terletak di tengah. Otot
jantung mempunyai cabang-cabang yang menghubungkan sel satu dengan
selsel lain disebut anastomosis. Batas antarselnya tampak jelas dan disebut diskus
interkalaris.

c. Otot Polos
Sel-sel otot polos mempunyai bentuk seperti gelendong, berinti satu, dan
terdapat di tengah. Miofibril berwarna polos (tidak berwarna gelap dan terang).
Kerja otot polos adalah tidak sadar (tidak dipengaruhi kehendak), lambat, teratur,
dan tidak mudah lelah. Otot polos terdapat pada dinding saluran pencernaan,
saluran pernapasan, dan pembuluh darah sehingga sering disebut otot alat-alat
dalam.

10
II.4.1 Kepala (SKULL)

Seperti bagian tubuh lainnya, radiografi tengkorak memerlukan pemahaman yang


baik dari semua anatomi terkait. Anatomi tengkorak sangat kompleks, dan perhatian
khusus terhadap kecanggihan suatu teknologi yang sangat detail diperlukan untuk
memahami organ tersebut.
Tengkorak, atau kerangka tulang kepala, terletak di ujung superior dari kolom
vertebral dan dibagi menjadi dua bagian utama dari tulang-tulang tengkorak (skull) 8 dan
14 tulang wajah.

III.1 Anatomi Tulang- Tulang Kranial


Delapan tulang tengkorak dibagi menjadi calvaria (skullcap) dan bagian bawah. Masing-
masing dari dua daerah tersebut terdiri dari empat tulang:

Calvaria(skullcap) :
1.frontal
2.Parietalkanan
3.parietal kiri
4.Oksipital
Floor (bagianbawah) :
5.temporal kanan
6.Temporal kiri Gambar 2
7.Sphenoid (sfe'-noid)
8. Ethmoid (eth'-moid)

11
Gambar 3

Gambar 5

12
Gambar 6

Gambar 7

. II. Upper Limb

Tulang ektremitas atas dibagi menjadi 4 bagian utama yaitu telapak tangan dan wrist,
lengan bawah, lengan atas dan sendi bahu.

II.1 Telapak tangan dan pergelangan tangan

Pada telapak tangan dan pergelangan tangan dibagi menjadi 27 tulang, dan
dikelompokkan menjadi 3, yaitu 14 tulang phalang, 5 tulang metacarpals dan 8 carpal
(telapak tangan)

13
3. Lower Limb

 Tulang ektremitas bawah dibagi atas telapak kaki, tungkai dan femur. Yang terdiri
dari 26 tulang:
 14 phalanges (bones of toes)
 5 metatarsals
 7 tarsals (bones of ankle)

3.1 Anatomi

3.1.1 Pelvis

Pelvis terdiri atas sepasang tulang panggul (hip bone) yang merupakan tulang pipih.
Masing-masing tulang pinggul terdiri atas 3 bagian utama yaitu ilium, pubis dan ischium.
Ilium terletak di bagian superior dan membentuk artikulasi dengan vertebra sakrum, ischium

14
terletak di bagian inferior-posterior, dan pubis terletak di bagian inferior-anterior-medial.
Bagian ujung ilium disebut sebagai puncak iliac (iliac crest). Pertemuan antara pubis dari
pinggul kiri dan pinggul kanan disebut simfisis pubis. Terdapat suatu cekungan di bagian
pertemuan ilium-ischium-pubis disebut acetabulum, fungsinya adalah untuk artikulasi dengan
tulang femur.

3.1.2 Femur
Femur merupakan tulang betis, yang di bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis
dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah proksimal terdapat
prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter minor, dihubungkan oleh garis
intertrochanteric. Di bagian distal anterior terdapat condyle lateral dan condyle medial untuk
artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di bagian distal posterior
terdapat fossa intercondylar.

3.1.3 Tibia

Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding dengan
fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana keduanya
merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk
berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk
perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal
dan malleolus medial.

3.1.4 Fibula

Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding dengan
tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di bagian distal,
fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.

15
3.1.5 Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan tibia di
proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang tarsal, yaitu calcaneus, talus,
cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3). Calcaneus berperan sebagai tulang penyanggah
berdiri.

3.1.6 Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di proksimal dan
dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang
sesamoid.

3.1.7 Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs di ibu jari dan 3
phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada sendi pelana di ibu jari kaki,
menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel ibu jari tangan.

16
BAB III

RADIOGRAPHIC POSITIONING

Pemposisian pada saat melakukan pemeriksaan radiografi dapat dibedakan menjadi 2


yaitu : posisi pasien dan posisi objek.

I. Istilah Pemposisian pada pasien

Posisi pasien adalah posisi pasien secara keseluruhan pada saat di lakukan
pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x atau pada saat dilakukan pemotretan
(pengambilan gambar). Adapun posisi pasien saat melakukan pemotretan atau pengambilan
gambar dalam pemeriksaan radiografi antara lain :

 Up Right : posisi pasien berdiri atau searah dengan garis vertical.

 Recumbent : posisi pasien tidur dengan beberapa posisi

Supine : posisi pasien tidur tengadah

 Prone : posisi pasien tidur telungkup

Gambar 4. Recumbent dalam Posisi Prone

 Lateral : posisi pasien tidur miring tegak lurus dengan kaset

Gambar 6. Recumbent dalam Posisi Lateral

17
 Tendelenburg : posisi pasien tidur dimana kaki lebih tinggi dari kepala.

Gambar 7. Posisi pasien Tendelenburg

• Powler : posisi pasien tidur dimana posisi kaki lebih rendah dari kepala.

Gambar 8. posisi powler

• Litotomy : posisi pasien tidur tengadah seperti orang melahirkan.

Gambar 9. posisi litotomy

II. Istilah Pemposisian pada Objek Pemeriksaan

Posisi objek adalah posisi pasien pada sebagian tubuh pada saat di lakukan
pemeriksaan dengan menggunakan sinar-x atau pada saat dilakukan pemotretan
(pengambilan gambar). Adapun posisi objek saat melakukan pemotretan atau pengambilan
gambar dalam pemeriksaan radiografi antara lain :
 Fleksio : gerakan melipat sendi.
 Ekstensio : gerakan membuka sendi.
 Endorotasi : gerakan memutar ke dalam.
 Eksorotasi : gerakan memutar ke luar.
 Adduksi : gerakan merapat ke tubuh.
 Abduksi : gerakan menjauh dari tubuh.
 Eversion : gerakan memutar ke luar atau lateral
 Inversion : gerakan memutar ke dalam atau medial
 Inspirasi : gerakan menarik nafas.

18
 Ekspirasi : gerakan mengeluarkan nafas.

III. PROYEKSI ANTERIOPOSTERIOR ( AP )

Anteroposterio : posisi pasien bisa berdiri (erect position) atau tidur (supine position) dimana
bagian belakang dari tubuh menempel pada bidang kaset dan bagian depan menghadap
datangnya arah sinar, arah sinar (central ray) tegak lurus terhadap bidang kaset.
a. Proyeksi dan posisi pada pemeriksaan Pedis AP
Posisi pasien diposisikan tidur tengah (supine). Kaki difleksikan dan telapak kaki
menghadap meja pemeriksaan. Posisi obyek : Telapak kaki menempel pada kaset. Kaset
horizontal diatas meja pemeriksaan. Focus Film Distance (FFD) : 90 – 100 cm, Central Ray
(CR) vertikal / tegak lurus terhadap bidang kaset, Central Point (CP) terletak pada Metatarsal
digiti 3.

Foto Pedis dengan proyeksi AP


Kriteria gambar : Tampak gambaran AP dari ossa metatarsal, ossa phalanx, ossa tarsal

b. Proyeksi dan posisi pada pemeriksaan pada Pedis dengan proyeksi AP Axial
Posisi pasien diposisikan tidur tengah (supine). Kaki difleksikan dan telapak kaki menghadap
meja pemeriksaan. Posisi obyek : Telapak kaki menempel pada kaset. Kaset horizontal diatas
meja pemeriksaan. Focus Film Distance (FFD) : 90 – 100 cm, Central Ray (CR) 10º (ke arah
os calcaneus), Central Point (CP) terletak pada Metatarsal digiti 3.

Foto Pedis dengan proyeksi AP Axial


Kriteria gambar : Tampak gambaran AP dari ossa metatarsal, ossa phalanx, ossa tarsal

19
c. Proyeksi dan posisi pada pemeriksaan pada Pedis dengan proyeksi AP Oblique Dengan
Lateral Rotation
Pasien diposisikan tidur tengadah (supine). Kaki difleksikan, telapak kaki menghadap meja
pemeriksaan. Posisi obyek : Kaki diendorotasikan membentuk sudut 30º terhadap bidang
kaset pada sisi lateral. Focus Film Distance (FFD) : 90 – 100 cm, Central Ray (CR) : Vertikal
/ tegak lurus terhadap bidang kaset, Central Point (CP) : Metatarsal digiti 3.

Foto Pedis dengan proyeksi AP Oblique dengan Lateral Rotation


Kriteria gambar tampak gambaran AP oblique pada daerah ossa phalanx, ossa metatarsal.
Tampak persendian os cuneiform medial dan intermedial.

d. Proyeksi dan posisi pada pemeriksaan pada Pedis dengan proyeksi AP Oblique Dengan
Medial Rotation
Pasien diposisikan tidur tengadah (supine). Kaki difleksikan, telapak kaki menghadap meja
pemeriksaan. Posisi obyek kaki diendorotasikan membentuk sudut 30º terhadap kaset pada
sisi medial. Focus Film Distance (FFD) : 90 – 100 cm, Central Ray (CR) : Vertikal / tegak
lurus kaset, Central Ray (CP) : Metatarsal digiti III.

Foto Pedis dengan proyeksi AP Oblique dengan Medial Rotation

20
Kriteria gambar : tampak gambaran AP oblique pada daerah ossa phalang, ossa metatarsal.
Tampak persendian os cuboideum dan os calcaneus serta daerah persendian os cuneiform
lateral.

3.2 PROYEKSI POSTERIOANTERIOR ( PA )


Posterioanterior : posisi pasien bisa berdiri (erect position) atau tidur (supine position)
dimana bagian depan dari tubuh menempel pada bidang kaset dan bagian belakang dari tubuh
menghadap datangnya arah sinar, arah sinar (central ray) tegak lurus terhadap bidang kaset.
a. Proyeksi dan posisi pada pemeriksaan pada Toes PA
Pasien diposisikan tidur telungkup (prone) dengan bagian dorsal aspect dekat dengan kaset,
Posisi obyek bagian dorsal dari kaki menempel pada bidang kaset. Focus Film Distance
(FFD) : 90 – 100 cm, Central Ray (CR) adalah Vertikal / tegak lurus kaset, Central Point
(CP) terletak pada Metatarsophalangeal joint digiti III.

Foto Toes dengan proyeksi PA


Kriteria Gambar : tidak ada rotasi phalanges, interphalangeal dan metatarso phalangeal, joint
space terbuka, toes terpisah antara satu dan lainnya, tampak bagian distal metatarsal, soft
tissue dan trabecular detail.

b. Proyeksi dan posisi pada pemeriksaan Wrist Joint PA


Pasien di posisikan duduk di samping meja pemeriksaan dengan tangan di pleksikan. Posisi
objek bagian anterior dari tangan dekat dengan bidang kaset.. Focus Film Distance (FFD) : 90
– 100 cm, Central Ray (CR) adalah Vertikal / tegak lurus terhadap bidang kaset, Central
Point (CP) terletak pada pertengahan wrist joint atau middle carpal atau pergelangan tangan..

Foto Wrist Joint dengan Proyeksi PA


Kriteria Gambaran (KG) : tampak tulang-tulang carpal dan 1/3 distal radius dan ulna.

c. Proyeksi dan posisi pada pemeriksaan Wrist Joint PA Oblique


Pasien di posisikan duduk di samping meja pemeriksaan dengan tangan di pleksikan.
Posisi objek bagian anterior pada sisi medial dari tangan dekat dengan bidang kaset.. Focus
Film Distance (FFD) : 90 – 100 cm, Central Ray (CR) adalah Vertikal / tegak lurus terhadap

21
bidang kaset, Central Point (CP) terletak pada pertengahan wrist joint atau middle carpal atau
pergelangan tangan..

Foto Wrist Joint dengan Proyeksi PA Oblique


Kriteria gambar. : tampak tulang-tulang carpal, terutama os. Scapoid dan trapezium.

d. Proyeksi dan posisi pada pemeriksaan Wrist Joint PA (Ulnar dan Radius Pleksi)
Pasien di posisikan duduk di samping meja pemeriksaan dengan tangan di pleksikan. Posisi
objek bagian anterior dari tangan dekat dengan bidang kaset dengan bagian wrist joint di
pleksikan kea rah radius atau ulna. Focus Film Distance (FFD) : 90 – 100 cm, Central Ray
(CR) adalah Vertikal / tegak lurus terhadap bidang kaset, Central Point (CP) terletak pada
pertengahan wrist joint atau middle carpal atau pergelangan tangan.

Foto Wrist Joint dengan proyeksi PA


(Ulnar dan Radius Fleksi)
Kriteria Gambar : Tampak tulang-tulang carpal dan scapoid bebas

3.3 PROYEKSI LATERAL


posisi pasien bisa berdiri (erect position) atau tidur (supine position) dimana bagian lateral
kiri dari tubuh menempel pada bidang kaset dan bagian lateral kanan dari tubuh menghadap
datangnya arah sinar, begitu sebaliknya kalau bagian lateral kanan dari tubuh menempel pada
bidang kaset maka bagian lateral kiri dari tubuh menghadap datangnya arah sinar, arah sinar
(central ray) tegak lurus terhadap bidang kaset.

a. Proyeksi dan posisi pada pemeriksaan Wrist Joint Lateral


Pasien di posisikan duduk di samping meja pemeriksaan dengan tangan di pleksikan.
Posisi objek bagian medial dari tangan dekat dengan bidang kaset.. Focus Film Distance
(FFD) : 90 – 100 cm, Central Ray (CR) adalah Vertikal / tegak lurus terhadap bidang kaset,
22
Central Point (CP) terletak pada pertengahan wrist joint atau middle carpal atau pergelangan
tangan.

Foto Wrist Joint Dengan Proyeksi Lateral


Kriteria Gambar : tampak tulang-tulang carpal, 1/3 tulang metacarpal dan 1/3 radisu ulna.

PROYEKSI AXIAL
Pengambilan gambar dengan arah sinar atau central ray membentuk sudut.
a. Proyeksi dan posisi pada pemeriksaan Calcaneus Axial (Plantodorsal)
Pasien diposisikan tidur tengadah (supine) atau duduk diatas meja pemeriksaan dengan kaki
diekstensikan. Posisi Obyek Pedis diletakkan vertikal diatas kaset horisontal. Jari-jari kaki
full ekstensi dengan ditarik kain supaya tidak superposisi dengan calcaneus.Central ray (CR)
40° Cranialli. Central point (CP) : Metatarsal III.

Gambar 41. Calcaneus Proyeksi axial (Plantodorsal)


Kriteria gambar :
Tampak gambaran axial os calcaneus terutama daerah tuberositas, sustentaculum tali dan
processus trochlear.

b. Proyeksi dan posisi pada pemeriksaan Calcaneus Axial (Dorsoplantar)


Pasien diposisikan tidur telungkup (prone) diatas meja pemeriksaan. Posisi Obyek: kaki
pasien diletakkan diatas tumpukan sandbag/bantal sehingga daerah plantar Os Pedis
23
menempel pada kaset yang vertikal. Central Ray (CR) : 40° Caudally (dari arah kepala kea
rah kaki), Central point (CP) : Permukaan dorsal ankle.

Gambar 42. Calcaneus Proyeksi axial (Dorsoplantar)

Kriteria gambar : Tampak gambaran proyeksi axial Os Calcaneus dan daerah subtalar joint.

3.9 PROYEKSI TANGENTIAL


Suatu posisi untuk mengambil gambaran pada permukaan tubuh dimana central ray pada
permukaan obyek yang akan di periksa. Contohnya seperti di bawah ini :
Proyeksi dan posisi pada pemeriksaan Patellofemoral Joint Proyeksi Tangential
Pasien diposisikan tidur telungkup (prone) diatas meja pemeriksaan. Posisi Obyek: kaki
pasien pleksikan sehingga membentuk sudut 60º dan daerah genu di letakkan di atas kaset.
FFD 90-100cm, Central Ray (CR) : 45° cephalad (dari arah kaki ke arah kepala), Central
point (CP) : patellofemoral joint

Gambar 43. Tangential patellofemoral joint.


Kriteria gambar : tampak patella, sendi patellofemoral terbuka dengan baik, kondilus pada
femur

IV. Skleton Axial


Pemeriksaan skleton axial meliputi vertebra cervikalis, thorakalis, lumbalis dan
sacralis. Pada prinsipnya proyeksi digunakan adalah AP dan lateral, kadang-kadang juga
ditambahkan proyeksi oblik. Gambaran normal vertebra cervikalis membentuk kurvatura
ke anterior. Vertebra thorakalis pada kondisi normal membentuk curvatura ke posterior.

IV.1 Proyeksi AP
Untuk vertebra cervikalis, sinar sentral diarahkan pada titik paling menonjol dari
kartilago tiroid, biasanya ini tepat di segmen anterior VC IV. Untuk mendapatkan
24
gambaran dens epistrophii dan articulasio atlantooccipitalis, maka pemeriksaan AP
dilakukan dengan mulut pasien terbuka selebar mungkin, sambil mengucap “aaa” agar
lidah melekat di dasar cavum oris, sehingga bayangan lidah tidak superimposed dengan
artikulasio tersebut. Kerusakan dens epistropii dapat berakibat ‘sudden death’ karena
menekan medulla oblongata.

III.2 Proyeksi Lateral


Proyeksi ini menunjukkan gambaran processus articularis (superior dan inferior) yang
jelas untuk vertebra thorakalis dan processus spinalis semua vertebrae. Pada proyeksi ini,
ketujuh vertebrae cervical harus Nampak, sehinnga bahu harus direndahkan.

III.3 Proyeksi Oblik


Proyeksi oblik digunakan untuk mengamati foramen intervertebralis. Foramen
intervertebralis tampak menyempit pada shoulder-arm syndrome, sehinggga saraf yang
keluar terjepit.
Proyeksi oblik juga sangat membantu untuk pemeriksaan vertebra cervical dan
lumbal. Pada pengambilan secara oblik untuk vertebra lumbal, dapat diamati dengan jelas
processus articularis superior dan inferior, serta artikulasi yang dibentuk kedua processus
tersebut, yaitu articulation zygapophysealis dan facies interarticularis. Jadi mungkin saja
pada pengamatan film nanti, prosesus baik-baik saja, namun persendian yang dibentuk
tidak benar. Atau sebaliknya, persendiannya baik, prosessusnya yang patah.
Prosesus articularis superior dan inferior vertebra cervikalis dan lumbalis sulit diamati
jika hanya menggunakan foto AP dan lateral, karena strukturnya agak menyerong (oblik),
beda dengan vertebra thorakalis.
Pengamatan oblik vertebra lumbalis juga akan menunjukkan gambaran scotty dog
sign, yaitu gambaran mirip anjing skotlandia yang dibentuk dari prosesus transverses
(mulutnya), prosesus articularis superior (telinga), lamina arcus vertebra (lehernya) dan
prosesus articularis inferior (kaki depannya). Bila ada fraktur di salah satu struktur
tersebut, dapat diamati adanya perubahan pada scotty dog sign.
Articulatio sacroiliaka sangat baik diamati dengan posisi pasien supine oblik 250. Sinar
sentral tegak lurus pada articulatio sacroiliaka, di atas SIAS.

25
V. Skelton Apendikularis
Meliputi coxae, ekstremitas superior dan inferior.
V.1 Coxae
Pada proyeksi AP, posisi pasien supine, film diletakkan antara crista iliaka sampai di
bawah trochanter minor femur. Pada kondisi normal, coxae akan Nampak simetris.
Fraktur coxae hampir selalu terjadi multiple dibeberapa tempat, karena coxae merupakan
tulang berbentuk cincin yang tersambung pada articulation sacroiliaka dan pada simpisis
pubis. Proyeksi lateral sangat baik untuk menunjukkan gambaran os sacrum. Pada posisi
AP, dapat diamati dengan jelas os illium, os ischium dan os pubis.

V.2 Ekstremitas Superior


Pemeriksaan radiografi ekstremitas atas pada umumnya dilakukan dengan posisi
pasien duduk menyamping di ujung meja, dalam posisi yang tidak tegang atau tidak
nyaman. Sebuah meja panjang dapat membuat posisi yang lebih nyaman, terutama jika
pasien di kursi roda. Tubuh pasien harus dijauhkan dari sinar x-ray dan dari daerah radiasi
hambur sebanyak mungkin. Ketinggian meja harus dekat dengan bahu sehingga lengan
dapat bertumpu sepenuhnya, seperti pada gambar. The Bucky tray harus pindah ke
seberang meja radiografi untuk mengurangi jumlah radiasi hambur yang dihasilkan oleh
perangkat Bucky.

Pada prinsipnya, posisi foto untuk ekstremitas superior adalah seperti dalam tabel di
bawah ini :

26
27
II.2.1 Indikasi klinis
Indikasi klinis berkaitan dengan semua teknologi yang digunakan untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Berikut beberapa indikasi untuk dilakukannya pemerikaan foto
ektremitas atas, yaitu :
a. Metastasis tulang mengacu untuk mentransfer penyakit atau lesi kanker dari satu
organ atau bagian yang mungkin tidak secara langsung terhubung. Semua tumor
ganas memiliki kemampuan untuk bermetastasis, atau mentransfer sel-sel ganas dari
satu bagian tubuh ke tubuh lain, melalui aliran darah atau pembuluh getah bening atau
dengan ekstensi langsung. Metastasis adalah yang paling umum dari tumor-tumor
tulang ganas.
b. Bursitis Bursitis (ber-si'-tis) adalah peradangan pada bursae atau kantung fluidfilled
yang menyertakan sendi, proses umumnya melibatkan pembentukan kalsifikasi pada
tendon terkait, yang menyebabkan rasa sakit dan terbatas pergerakan sendi.
c. Carpal tunnel syndrome Carpal (kar'-pal) tunnel syndrome adalah gangguan yang
menyakitkan umum dari pergelangan tangan dan hasil handthat dari kompresi saraf
median saat melewati pusat pergelangan tangan, hal ini paling sering ditemukan pada
wanita paruh baya.
d. Fraktur Fraktur ( frak' - chur ) adalah diskontinuitas dalam struktur tulang yang
disebabkan oleh kekuatan ( langsung atau tidak langsung ) . Berbagai jenis patah
tulang telah diidentifikasi , ini diberi nama oleh luasnya fraktur , arah garis fraktur ,
keselarasan fragmen tulang , dan integritas jaringan di atasnya.
Secara umum, indikasi pemeriksaan dapat dilihat pada gambar berikut :

28
II.2.2 Proyeksi Rutin dan Khusus
II.2.2.1 Proyeksi pada jari tangan
Posisi yang rutin dilakukan adalah proyeksi PA, lateral dan oblik. Pada posisi
PA pasien duduk di kursi dekat ujung meja, dengan siku tertekuk sekitar 90 ° dan
dengan tangan dan lengan yang rileks di atas meja.

PROYEKSI PA

PROYEKSI OBLIK

PROYEKSI LATERAL

29
II.2.2.2 Proyeksi pada ibu jari tangan
Pemeriksaan rutin yang digunakan dengan menggunakan posisi AP, PA oblik
dan lateral.

PROYEKSI AP

PROYEKSI OBLIK (ROTASI KE MEDIAL)

PROYEKSI LATERAL

Posisi special dapat dibuat dengan modifikasi AP axial, yang dimodifikasi oleh
Robert’s, seperti dapat pada gambar dibawah ini:

30
AP axial projection—modified Robert’s method

PA proyeksi stres jempol bilateral dengan ketegangan


diterapkan. 20 ° MCP sudut di sebelah kiri menunjukkan ligamen ulnar kolateral
keseleo atau robek (Dari Frank ED, Long BW, Smith BJ: atlas Merrill
posisi radiografi dan prosedur radiologis, ed 11, St Louis,
2007, Mosby

II.2.2.3. Proyeksi pada tangan

PROYEKSI PA

31
PROYEKSI OBLIK

PROYEKSI FAN LATERAL-LATEROMEDIAL

ALTERNATIF PROYEKSI FAN

32
II.3 Ekstremitas Inferior
Pada prinsipnya, posisi foto untuk ekstremitas superior adalah seperti dalam tabel berikut,

Fraktur dan dislokasi pada lutut sering terjadi pada atlet. Foto standar dengan
menggunakan proyeksi AP, lateral, dan oblik juga dapat ditambahkan dan untuk
pengamatan khusus pada sendi patellofemoral dapat dibuat proyeksi sunrise view.

33
Indikasi Klinis
Indikasi klinis pemeriksaan pada ekstremitas inferior dapat dilihat selengkapnya pada
gambar berikut :

34
III.2 Tulang Kepala

Proyeksi tengkorak dapat diambil dengan pasien dalam berbaring atau tegak posisi,
tergantung pada kondisi pasien. Gambar dapat diperoleh dalam posisi tegak dengan
menggunakan meja x-ray standar dalam posisi vertikal atau tegak Bucky. Posisi tegak
memungkinkan pasien untuk dengan cepat dan mudah diposisikan dan menggunakan sinar
horizontal. Sebuah balok horisontal diperlukan untuk memvisualisasikan setiap tingkat udara-
cairan yang ada di dalam rongga tengkorak atau sinus.

Gambar 8

I.2.4 Proyeksi pemeriksaan kepala


Posisi dasar :
 AP axial (Towne method)
Tujuan pengambilan gambar ini untuk melihat detail tulang occipital dan foramen
magnum. Dorsum sellae, os petrosus, kanalis auditorius internus, iminensia arkuata,
antrum mastoideum, prosesus mastoideus dan mastoid cellulae juga tampak pada posisi ini.

35
Penekanan dagu akan membuat OML tegak lurus terhadap IR. Untuk pasien yang
tidak dapat melenturkan leher, sejajarkan IOML tegak lurus terhadap IR. Tambahkan
dukungan radiolusen di bawah kepala jika diperlukan.
• Luruskan pesawat midsagittal ke CR dan garis tengah grid atau permukaan meja / Bucky
• Pastikan tidak ada rotasi kepala dan / atau tidak ada tilt
• Pastikan bahwa titik tengkorak adalah dalam bidang x-ray

Posisi supine

• Posisi Lateral
Tujuan pengambilan proyeksi ini adalah untuk melihat detail-detail tulang kepala
(calvaria cranii), dasar kepala (basis cranii) dan struktur tulang muka (viscerocranium). Pada
gambar lateral Nampak tulang kepala sisi kanan dan sisi kiri berimpit (superimposed),
demikian pula gigi.
Posisi pasien prone, kepala miring ke lateral, sehingga median-sagital plane sejajar
dengan meja dan garis interorbita/interpupillary tegak lurus terhadap film. Pada proyeksi
36
lateral, sinar central diarahkan pada daerah fossa hypophysealis, 2 cm di depan meatus
acustikus ekternus, membentuk sudut 300 dengan orbitomeatal line pada meatus acustikus
internus.
Pada proyeksi lateral diperoleh perbedaan dari tulang calvaria cranii. Bagian anterior
dan posterior merupakan daerah yang kurang padat, sehingga gambarannya lebih lusen. Pada
basal, di posterior sinus sphenoidale tampak gambaran padat, merupakan tulang pars petrous.

Posisi lateral pada trauma


Pada posisi pasien seperti gambar di bawah bertujuan untuk melihat effusi sinus karena
fraktur basis cranii

• PA axial 15° (Caldwell method) or PA axial 25° to 30°


Tujuan pengambilan proyeksi ini adalah melihat detail-detail tulang frontal, struktur
cranium di sebelah depan dan pyramid os petrossus.
Posisi pasien prone, orbitomeatal line tegak lurus film. Sinar sentral diarahkan ke
nasion, membentuk sudut 150 caudal terhadap orbitomeatal line, kurang lebih 2 inchi di
bawah orbitomeatal base line.

37
Os petrosus diproyeksikan lewat orbita, bahkan mengisi hampir keseluruhan cavum
orbita. Rongga posterior dan anterior dari sinus ethmoidal terlihat jelas dan dorsum sellae
terlihat sebagai suatu kurva di antara kedua orbita, di atas os ethmoid.

Posisi khusus :
 Submentovertex (SMV)
Tujuan pengambilan ini adalah melihat detail dari basis cranii.
Posisi pasien supine, punggung diganjal sehingga kepala hiperekstensi
posterior, sampai verteks menyentuh meja. Garis orbitomeatal sejajar meja. Sinar sentral ke
arah midsagital plane, di tengah submental, melalui tella turcica, keluar lewat vertex, tegak
lurus garis orbitomeatal. Pada posisi ini akan terlihat canalis auditorius ekternus, tuba
eustachius, telinga tengah (termasuk incus dan caput maleus), sel-sel udara mastoid, prosesus
styloideus, canalis auditorius inernus dan apeks os petrosa. Pengambilan ini juga
menunjukkan foramen occipitaemagnum, foramen ovale, foramen spinosum, foramen
jugulare dan foramen lacerum pada basis kranii.

38
 PA axial (Haas method)
Tujuan pemeriksaan ini untuk memperlihatkan gambaran sella terproyeksi
pada FOM.

39
Posisi ini dilakukan pada pasien hypersthenic atau pasien-pasien yang tidak bisa diatur dalam
posisi AP. Pada teknik ini, kening dan hidung menempel meja pemeriksaan/kaset, arah sinar
menyudut ke arah cephalad pada 1 ½ inci di bawah protuberantia occipitalis (inion),
menembus kepala menuju 1 ½ inci di atas nasion (bila kepala mesocephalic, OML tegak
lurus film maka sudut CR kira-kira 250) untuk pasien dengan tipe kepala tertentu, penyudutan
CR diukur dengan protractor.

Pasien prone, MSP tubuh pada pertengahan meja. Elbow fleksi, lengan diatur
sehingga nyaman, bahu diatur simetris. Kening dan hidung menempel meja pemeriksaan,
MSP kepala tegak lurus film pada pertengahan kaset. Leher fleksi sehingga OML tegak lurus
film. Arah sinar 250 cephalad pada kepala menuju 1 ½ inci di atas nasion, penyudutan CR
dapat bervariasi. Kriteria dari posisi ini akan didapatkan Tampak dorsum sellae pada
FOM , jarak tepi kepala dengan margin lateral FOM simetris, petrous pyramids tampak
simetris.

3.2 Lower limb Positioning radiographic

3.2.1 Proyeksi jari kaki


3.2.1.1 Posisi AP
Penempatan posisi pasien dengan posisi supine atau duduk di atas meja. Patient ;
lutut harus posisi fleksi dengan permukaan telapak kaki istirahat di atas IR. Jari yang akan
difoto diletakkan tepat di tengah-tengah kaset(sesuaikan bila kaset dibagi dua)CR pada
metatarsophalangeal jont jari kaki yang sakit

40
Pada radiografi ini, harus tampak phalang distal, phalang proksimal, metatarsophalangeal
joint digiti yang sakit, dan metatarsal bagian distal.

3.2.1.2 Posisi Oblik

1. Posisi lateral

Kriteria yang tampak dari posisi lateral ini adalah Ankle joint, Talus, Navicular,
Cuneiform I atau medial cuneiform, calcaneus dan cuboid.

41
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dalam referat ini, maka dapat menyimpulkan sebagai


berikut :
a. Proyeksi mengacu pada arah pusat sinar central ray (CR) saat keluar dari tabung sinar – x
dan menembus objek hingga sampai image reseptor (film). Di dalam Teknik Radiografi
Dasar I ada beberapa proyeksi yaitu ,
• Anteroposterio (AP) : posisi pasien bisa berdiri (erect position) atau tidur (supine position)
dimana bagian belakang dari tubuh menempel pada bidang kaset dan bagian depan
menghadap datangnya arah sinar, arah sinar (central ray) tegak lurus terhadap bidang kaset.
• Posterioanterior (PA) : posisi pasien bisa berdiri (erect position) atau tidur (supine position)
dimana bagian depan dari tubuh menempel pada bidang kaset dan bagian belakang dari tubuh
menghadap datangnya arah sinar, arah sinar (central ray) tegak lurus terhadap bidang kaset.
• Lateral : posisi pasien bisa berdiri (erect position) atau tidur (supine position) dimana bagian
lateral kiri dari tubuh menempel pada bidang kaset dan bagian lateral kanan dari tubuh
menghadap datangnya arah sinar, begitu sebaliknya kalau bagian lateral kanan dari tubuh
menempel pada bidang kaset maka bagian lateral kiri dari tubuh menghadap datangnya arah
sinar, arah sinar (central ray) tegak lurus terhadap bidang kaset.
• Tangential : suatu posisi untuk mengambil gambaran pada permukaan tubuh dimana central
ray pada permukaan obyek yang akan di periksa.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, Radiographic Anatomy and Positioning Terminology.


2. Evelyn C. Pearce, (2004), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT.
Gramedia, Jakarta
3. Frank Long Smith, Merrill’s Atlas of Radiographic Positioning and Procedures,
Edition 11, volume 1, Mosby Elsevier
4. Noer Sulistijaningsih, (1992), Sistem Radiologi Dasar Organisasi Kesehatan Dunia :
5. Atlas Teknik Radiografi, EGC, Cetakan I, Jakarta.
6. P.E.S. Palmer (1995), Manual of Radiographic Interpretation for General
Pracftitioners, Penerbit : EGC, Cetakan IV, Jakarta.

43

Anda mungkin juga menyukai