Anda di halaman 1dari 11

Nama : Supriatna

NPM : 2222010009
Mata Kuliah : Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Dosen Pengampu :

Lembar Jawaban
Soal No. 1
Mohon saudara lakukan analisa, temukan apa saja jenis “Unsafe Action & Unsafe
Condition” yang biasa terjadi pada unit kerja rekam Medis (minimal 5 masing-
masing)?
Jawaban :
Pada unit kerja Rekam Medis tidak akan terlepas dalam dunia K3, hanya dikenal dua
jenis penyebab kecelakaan kerja, yakni Tindakan Tidak Aman (unsafe
act) dan Kondisi Tidak Aman (unsafe condition). Tindakan tidak aman dipicu oleh
perilaku petugas Rekama medis secara sadar dan mandiri, sedangkan kondisi tidak
aman umumnya dikarenakan sistem yang memang tidak tersedia (non-available) atau
diluar kendali dari diri petugas Rekam Medis . Misal ketika ada pekerja yang tidak
disediakan APD sedangkan dia berada di area tinggi resiko, maka ini termasuk
Kondisi Tidak Aman (unsafe condition). Namun apabila sudah disediakan APD dan
pekerja tersebut enggan memakainya maka ini termasuk Tindakan Tidak Aman
(unsafe act). Praktek dilapanga malah kita akan menemukan gabungan dari tindakan
dan kondisi tidak aman. Inilah yang disebut dengan kejadian kecelakaan.

Unsafe Action
Unsafe Action : tindakan – tindakan yang tidak aman dan berbahaya bagi para
pekerja.
Beberapa contoh perilaku Unsafe Action pada Unit Kerja Rekam Medis:
1. Mengadakan makan makan di ruangan tanpa melihat kondisi kebersihan
dilingkungan kerja
2. Ada beberapa petugas yang Bekerja Sambil Bercanda dan Bersenda Gurau
3. Masi ada petugas yang Membuang Sampah Sembarangan
4. Ada bebrapa petugas yang Mengerjakan Pekerjaan Yang Tidak Sesuai Dengan
Skill / Keterampilan
5. Ada beberapa petugas Rekam Medis yang Tidak Melaksanakan Prosedur Kerja
dengan Baik
Unsafe Condition

Unsafe Condition : kondisi – kondisi yang tidak aman dan berbahaya bagi para
pekerja. Beberapa contoh perilaku Unsafe Condition Unit Kerja Rekam Medis :

1. Beban Kerja yang Berelebih atau overload


2. Waktu kerja atau Jam Terbang Yang Berlebihan
3. Pencahayaan yang kurang baik
4. Sirkulasi Udara yang kurang baik
5. Tempat Kerja Yang Tidak Memenuhi Standar / Syarat
6. Tidak ada reward untuk petugas yang sudah loyal pada Rumah Sakit

Sosial No. 2
Apa saja yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan motivasi pekerja dalam
mewujudkan “Safety Culture & 5 R” di lingkungan kerja ?
Jawaban:
Terdapat 5 (lima) langkah dalam penerapan 5R (5S) di tempat kerja yaitu : Ringkas,
Rapi Resik, Rawat dan Rajin.
Penjelasan umum penerapan 5R (5S) tersebut antara lain :
1. Ringkas
 Memilah barang yang diperlukan & yang tidak diperlukan.
 Memilah barang yang sudah rusak dan barang yang masih dapat digunakan.
 Memilah barang yang harus dibuang atau tidak.
 Memilah barang yang sering digunakan atau jarang penggunaannya.
2. Rapi
 Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan alur proses kerja.
 Menata/mengurutkan peralatan/barang berdasarkan keseringan penggunaannya,
keseragaman, fungsi dan batas waktu penggunaannya.
 Pengaturan (pengendalian) visual supaya peralatan/barang mudah ditemukan,
teratur dan selalu pada tempatnya.
3. Resik
 Membersihkan tempat kerja dari semua kotoran, debu dan sampah.
 Menyediakan sarana dan prasarana kebersihan di tempat kerja.
 Meminimalisir sumber-sumber kotoran dan sampah.
 Memperbarui/memperbaiki tempat kerja yang sudah usang/rusak.
4. Rawat
 Mempertahankan 3 kondisi di atas dari waktu ke waktu.
5. Rajin
 Mendisiplinkan diri untuk melakukan 4 hal di atas.

Soal No. 3
Untuk meningkatkan pemahaman SDM di sebuah rumah sakit terkait K3, mohon
saudara berikan pendapat “Jenis Pelatihan” apa saja yang wajib dilakukan untuk
peningkatan pengetahuan K3 ditempat kerja ?
Jawaban :
Dalam meningkatkan pemahaman SDM di rumah sakit terkait K3, menurut saya
perlunya diberikan Pelatihan yang wajib dilakukan untuk peningkatan pengetahuan
K3 ditempat kerja, adapun pendapat saya terkait jenis pelatihan yang perlu diadakan
di rumah sakit diantaranya:
1. Pelatihan K3 Dasar
2. Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja
3. Inhouse Training : Managemen Siaga Bencana
4.
Soal No. 4
Apa yang saudara ketahui tentang:
a. Sistim penanggulangan kebakaran ditempat kerja
b. Proteksi Aktif & Pasif dalam kebakaran, serta berikan contohnya

Jawaban :
a. Sistim penanggulangan kebakaran ditempat kerja

Bencana Kebakaran bisa saja terjadi dimana saja tak terkecuali di Rumah Sakit
atau tempat kerja, kebakaran ini merupakan resiko yang harus diminimalkan.
Sebab efeknya bakal menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan
atau Rumah Sakit. Dengan adanya kebakaran bukan hanya kerugian secara materi
saja akan tetapi mengancam keselamatan baik petugas Rumah Sakit, Pasien
ataupun pengunjung Rumah Sakit, dengan adanya kebakaran dapat mengganggu
proses kerja yang ada dalam perusahaan, oleh sebab itu perlunya penanggulanagn
kebakaran supaya tidak ada hambatan dan kerugian karena mengalami insiden ini.

Adapununtuk mencegah terjadinya kebakaran di Rumah Sakit, gedung atau


tempat kerja, perusahaan atau Rumah sakit perlu menerapkan manajemen
keselamatan kebakaran yang tepat. Berikut manajemen pencegahan kebakaran
yang bisa dilakukan diantaranya:

 Identifikasi Bahaya Kebakaran

Segera laksa identifikasi bahaya kebakaran sebagai langkah pertama kali yang
perlu dilakukan. Dengan melakukan identifikasi terhadap potensi penyebab
kebakaran yang mungkin timbul. Seperti dengan mengidentifikasi sumber api
yang mungkin berasal dari bahan yang mudah terbakar.

Selain itu dengan melihat kondisi tempat yang dijadikan sumber panas di tempat
kerja. Misalnya pada colokan listrik dan soket. Jika kondisinya berubah warna
atau hangus, berarti hal itu perlu diwaspadai. Demikian juga jika terdapat tanda
bekas terbakar pada meja atau kursi karena misalnya terkena rokok, maka hal itu
pun perlu diidentifikasi sebagai salah satu tempat yang diwaspadai.

Demikian juga untuk bahan-bahan yang mudah untuk terbakar. Termasuk juga
untuk peralatan maupun perlengkapan di tempat kerja. Perhatikan juga bagaimana
bahan bangunan dan struktur bangunan. Semua barang yang bisa berkontribusi
terhadap penyebaran api ini juga harus diidentifikasi.

Dan yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana mengidentifikasi sumber


oksigen yang bisa memudahkan terjadinya kebakaran. Misalnya saja, Anda bisa
identifikasi bagaimana aliran udara alam melalui pintu, dan jendela. Dengan
melakukan identifikasi ini, Anda bisa mendapat gambaran yang komprehensif
bagaimana potensi kebakaran di tempat kerja itu mungkin terjadi.
 Identifikasi Orang yang Berisiko Terkena Kebakaran

Bukan hanya identifikasi tempat kerja, bahan, dan peralatan, perusahaan juga
perlu melakukan identifikasi terhadap orang-orang yang mungkin beresiko
terkena dampak jika kebakaran terjadi. Yang perlu diidentifikasi adalah siapa saja
yang mungkin terkena kebakaran, berapa jumlahnya. Hal ini bukan hanya pada
karyawan, tapi juga pada konsumen, tamu, maupun rekanan.

Selain itu perlu diidentifikasi juga secara jelas orang-orang yang mungkin akan
mengalami kesulitan untuk dievakuasi ketika kebakaran terjadi. mereka ini bisa
konsumen yang sudah lanjut usia, konsumen yang memiliki kekurangan fisik,
anak-anak, dan juga petugas cleaning service, petugas keamanan, petugas
pemeliharaan yang mungkin berada di ruang yang terisolasi.

 Lakukan Evaluasi dan Pengurangan Resiko

Pada tahap ini, proses asesmen atau penilaian potensi kebakaran kerja sudah
dilakukan. Nah, langkah selanjutnya adalah dengan mengevaluasi bagaimana
kemungkinan titik awal api muncul. Kemungkinan ini bisa dilakukan dengan
melihat semua potensi bahaya munculnya api seperti sudah diidentifikasi
sebelumnya.

Bila perlu, pada tahap ini dilakukan uji coba dengan menyalakan api pada tempat
yang diduga bisa mudah terbakar. Dengan begitu, Anda bisa langsung
mendapatkan gambaran bagaimana ketika kondisi itu terjadi. Sehingga Anda bisa
perhitungkan seberapa cepat api itu akan menyebar ke bagian yang lain.

Setelah dilakukan uji coba ini, kita jadi tahu apa yang harus dilakukan agar jangan
sampai bahaya kebakaran itu muncul.kita bisa mengambil langkah-langkah untuk
mengurangi resiko terjadinya kebakaran. Yang bisa dilakukan seperti:

 Mengurangi potensi sumber api


 mengurangi atau menghilangkan bahan yang mudah terbakar
 melakukan pengaturan aliran udara agar tidak mempercepat penyebaran api
 dan juga termasuk perlu dipikirkan kemana orang-orang perlu berlari jika
sampai kebakaran terjadi.
Prinsipnya adalah tingkat tindakan keselamatan kebakaran yang diambil di tempat
kerja harus sebanding dengan risiko kebakaran yang mungkin timbul. Artinya,
semakin tinggi risiko kebakaran, maka semakin tinggi standar langkah-langkah
keselamatan kebakaran yang diperlukan.

 Dokumentasikan, Rencanakan, Informasikan, Instruksikan dan Lakukan


Pelatihan

Pada tahap keempat manajemen keselamatan kebakaran di tempat kerja meliputi


proses tersebut. Jadi berbagai temuan dalam identifikasi maupun tindakan yang
diambil harus didokumentasikan dan disimpan dengan baik. Dengan begitu, proses
yang dijalankan untuk mencegah kebakaran di tempat kerja dapat terdata dengan baik.
Memang untuk melakukan semua ini, perlu ada karyawan yang melakukannya. Staf
inilah yang bertugas untuk mengawal semua proses pencegahan kebakaran di tempat
kerja.

 Lakukan Penilaian Resiko secara Teratur

Benar, penilaian risiko keselamatan kebakaran harus dilakukan secara teratur. Dengan
begitu, kondisi keselamatan kebakaran ini dapat terkontrol dengan baik. Jika misalnya
terjadi perubahan yang membuat resiko terjadinya kebakaran meningkat, hal itu juga
dengan mudah dapat diketahui.

Nah, inilah langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan manajemen


pencegahan kebakaran di tempat kerja. Jika proses ini dilakukan dengan benar,
konsisten, dan berkelanjutan, tempat kerja yang aman seperti yang diharapkan bisa
tercapai.

b. Proteksi Aktif & Pasif dalam kebakaran, serta berikan contohnya:

Bangunan Gedung atau tempat kerja, baik berupa industri maupun perkantoran,
pasti tidak terlepas dari risiko terjadinya kebakaran. Kecelakaan berupa kebakaran
dapat merugikan perusahaan, pemilik dan pengelola bangunan gedung, mulai dari
kerugian finansial sampai kerugian korban jiwa. Maka dari itu, perusahaan,
pemilik dan pengelola bangunan gedung harus memperhatikan dan berusaha
semaksimal mungkin untuk mencegah terjadinya kebakaran dan apa saja yang
harus dipersiapkan apabila kebakaran terjadi di tempat kerja. Sistem yang
digunakan sering disebut dengan sistem proteksi kebakaran. Sebelum dapat
memasang sistem proteksi kebakaran, kita harus mengenal terlebih dahulu jenis
proteksi kebakaran yang dapat dipasang di tempat kerja Anda. Sistem proteksi
kebakaran dibagi menjadi dua yaitu sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif.

Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran yang memiliki
sistem pendeteksi kebakaran baik manual maupun otomatis secara lengkap.
Fungsi sistem proteksi kebakaran adalah untuk memadamkan api, mengendalikan
kebakaran, atau menyediakan pengendalian paparan sehingga efek lanjutan dapat
dikendalikan. Sistem proteksi kebakaran ada yang beroperasi secara otomatis
seperti sprinkler otomatis dan ada juga yang beroperasi secara manual seperti
Alat Pemadam Api Ringan

Beberapa contoh lain dari sistem proteksi kebakaran aktif antara lain :

Detektor, yang merupakan alat pendeteksi tanda-tanda api/asap;

Alarm, yaitu alat yang berfungsi untuk memberikan pemberitahuan adanya


api/asap ;

Sistem pemadam api khusus/ Fire suppression system , yaitu alat yang dapat
menyemburkan gas tertentu sebagai media pemadam api dari langit-langit
ketika terdeteksi adanya kebakaran;

Pemadam api portable berisi berbagai macam zat yang dapat memadamkan
api , dan

Sistem pengendalian asap, alat yang dapat mengendalikan asap ketika terjadi
kebakaran.

Selanjutnya, sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran


yang terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan struktur bangunan.
Sistem proteksi kebakaran pasif dapat memberikan alternatif yang efektif
terhadap sistem proteksi aktif untuk melindungi fasilitas dari kebakaran.
Sistem proteksi pasif umumnya terdiri dari pelapisan material tahan api kepada
permukaan tembok, mesin, atau bagian lain. Adapun contoh sistem proteksi
kebakaran pasif antara lain adalah pintu dan jendela tahan api untuk menahan
kebakaran, bahan pelapis interior untuk meningkatkan kemampuan permukaan
untuk menahan api, penghalang api untuk membentuk ruangan tertutup, dan
partisi penghalang asap untuk membagi-bagi ruangan guna membatasi gerakan
asap.

Dalam memilih sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan. Antara lain adalah bahaya kebakaran dari alat atau material
yang ada, luas ruangan, tingkat bahaya dari material dan asap yang diproduksi,
waktu respons dari petugas pemadam kebakaran terdekat, jarak dari instalasi lain
yang berbahaya, dan akses yang tersedia untuk memadamkan kebakaran.

Kesimpulannya, sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem proteksi kebakaran


yang dirancang untuk memadamkan api secara aktif dalam mendeteksi api
maupun dalam usaha pemadaman, baik secara otomatis maupun manual.
Sedangkan sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang
dirancang dalam struktur bangunan itu sendiri supaya bangunan tahan terhadap
api dan tidak cepat menyebar ketika terjadi kebakaran.

Soal No. 5
Apa yang saudara ketahui tentang “Domino’s Theory” dalam sebuah Accident,
tolong saudara jelaskan apa saja yang menjadi elemen dalam teori tersebut.
Jawaban :
Teori Domino Heinrich oleh H.W. Heinrich, adalah salah satu teori ternama yang
menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja. Dalam Teori Domino Heinrich terdapat lima
penyebab kecelakaan, di antaranya:

1. Hereditas

Hereditas mencakup latar belakang seseorang, seperti pengetahuan yang kurang atau
mencakup sifat seseorang, seperti keras kepala.
2. Kesalahan manusia

Kelalaian manusia meliputi, motivasi rendah, stres, konflik, masalah yang berkaitan
dengan fisik pekerja, keahlian yang tidak sesuai, dan lain-lain.

3. Sikap dan kondisi tidak aman

Sikap/ tindakan tidak aman, seperti kecerobohan, tidak mematuhi prosedur kerja,
tidak menggunakan alat pelindung diri (APD), tidak mematuhi rambu-rambu di
tempat kerja, tidak mengurus izin kerja berbahaya sebelum memulai pekerjaan
dengan risiko tinggi, dan sebagainya.

Sedangkan, kondisi tidak aman, meliputi pencahayaan yang kurang, alat kerja kurang
layak pakai, tidak ada rambu-rambu keselamatan kerja, atau tidak tersedianya APD
yang lengkap.

4. Kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja, seperti terpeleset, luka bakar, tertimpa benda di tempat kerja terjadi
karena adanya kontak dengan sumber bahaya.

5. Dampak kerugian

Dampak kerugian bisa berupa:

 Pekerja: cedera, cacat, atau meninggal dunia


 Pengusaha: biaya langsung dan tidak langsung
 Konsumen: ketersediaan produk

Kelima faktor penyebab kecelakaan ini tersusun layaknya kartu domino yang di
berdirikan. Hal ini berarti, jika satu kartu jatuh, maka akan menimpa kartu lainnya.

Soal No. 6
Mohon saudara jelaskan, “Jenis Pemeriksaan Kesehatan” apa saja yang wajib
dilakukan ditempat kerja guna memastikan pekerja selalu dalam keadaan sehat dan
selamat ?
Jawaban :

Dalam rangka pelaksanaan penerapan UU No. 23 tahun 1992 pasal 23 tentang


Kesehatan Kerja. Medical Check up (MCU) merupakan pemeriksaan yang harus
dilakukan secara berkala, sehingga jika ada penyakit dalam tubuh bisa lebih cepat
terdeteksi. Adapun jenis pemeriksaan kesehatan atau Medical Check Up ini meliputi

1. pemeriksaan darah,

2. Urine,

3. EKG,

4. rontgen,

5. tinggi dan berat badan

6. kesehatan secara umum.

Soal No. 7
Sebut & jelaskan analisa “Jenis RISK & Hazard” apa saja yang berpotensi ada di
Unit kerja Rekam Medis (minimal 5 Contoh) ?
Jawaban :
Berdasarkan hasil analisa saya yang dilakukan mengenai Hazard Identification, Risk
assesment and Risk Control serta penerapan risk mapping pada Unit Kerja Rekam
Medis diperoleh kesimpulan bahaya kerja yang telah di identifikasi dengan metode
HIRARC pada Unit Kerja Rekam Medis, bahaya kerja secara umum meliputi
 Kurangnya Sirkulasi Udara dan pencahayaan yang masuk ke ruangan,
 permukaan lantai licin,
 Adanya beban kerja yang tinggi
 kabel listrik berserakan,
 kontaminasi jamur/bakteri/virus saat petugas berhadapan langsung dengan pasien
tanpa menggunakan Alat Pelindung Diri (APD),
 Terkena goresan Map Rekam Medis yang tajam
 kurangnya kebutuhan luas ruang kerja dan
 keluhan Tenaga Medis terkait pelayanan Rekam Medi.
Saran yang dapat diberikan berdasaran Analisis mengenai Hazard Identification, Risk
assesment and Risk Control serta penerapan risk mapping pada Rumah Sakit Hewan
Prof. Soeparwi Universitas Gadjah Mada adalah menyediakan tenaga Keselamatan
dan Kesehatan kerja (K3) sesuai standard melalui pelatihan K3RS yang tersertifikasi,
menyediakan fasilitas Alat Pelindung Diri (APD) sesuai standar yang berlaku dan
penyediaan SOP mengenai penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di setiap unit
kerja.

8. Mohon saudara buatkan sebuah “Tabel HIRADC” terkait identifikasi serta


penilaian
bahaya yang menurut saudara ada potensi risiko bahaya K3 untuk terjadi di rekam
medis
? (Minimal 3 aktivitas pekerjaan)
SELAMAT MENGERJAKAN

Anda mungkin juga menyukai