Anda di halaman 1dari 3

Pengertian Sistem Tanggap Darurat

Menurut undang-undang No. 24 Tahun 2007 Sistem tanggap darurat adalah sistem pengendalian yang
didalamnya terdapat serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana
untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan . Ini meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi
korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsian dan
pemulihan sarana prasarana.

Menurut Penjelasan Pasal 19 PP 74/2001 Sistem tanggap darurat adalah mekanisme atau prosedur
untuk menanggulangi terjadinya malapetaka dalam pengelolaan B3 yang memerlukan kecepatan dan
ketepatan penanganan, sehingga bahaya yang terjadi dapat ditekan sekecil mungkin.

Menurut Pasal 1 PP 101/2014 Sistem Tanggap Darurat adalah sistem pengendalian keadaan darurat
yang meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, dan penanggulangan kecelakaan serta pemulihan kualitas
lingkungan hidup akibat kejadian kecelakaan Pengelolaan Limbah B3.

Sumber :

https://bpbd.bogorkab.go.id/bencana-dan-manajemen-bencana/#:~:text=Tanggap%20darurat
%20adalah%20serangkaian%20kegiatan,pengungsian%20dan%20pemulihan%20sarana%20prasarana

https://sib3pop.menlhk.go.id/index.php/articles/view?slug=sistem-tanggap-darurat-dalam-pengelolaan-
b3-dan-limbah-b3

Teknik Pencegahan Kebakaran

Kebakaran yang terjadi di gedung atau tempat kerja merupakan resiko yang harus diminimalkan. Sebab
efeknya dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi perusahaan. Sekalipun gedung atau
tempat kerja juga telah dilindungi asuransi, namun tetap saja langkah pencegahan harus dilakukan.
Sebab dengan begitu proses kerja yang ada dalam perusahaan bisa terus berlangsung, tanpa perlu ada
hambatan karena mengalami insiden ini.

Untuk mencegah terjadinya kebakaran di pabrik, gedung atau tempat kerja, perusahaan perlu
menerapkan manajemen keselamatan kebakaran yang tepat. Berikut manajemen pencegahan
kebakaran yang bisa dilakukan.

1. Identifikasi bahaya kebakaran

Dengan melakukan identifikasi terhadap potensi penyebab kebakaran yang mungkin timbul. Seperti
dengan mengidentifikasi sumber api yang mungkin berasal dari bahan yang mudah terbakar.

Selain itu dengan melihat kondisi tempat yang dijadikan sumber panas di tempat kerja. Misalnya pada
colokan listrik dan soket. Jika kondisinya berubah warna atau hangus, berarti hal itu perlu diwaspadai.
Demikian juga jika terdapat tanda bekas terbakar pada meja atau kursi karena misalnya terkena rokok,
maka hal itu pun perlu diidentifikasi sebagai salah satu tempat yang diwaspadai.

Demikian juga untuk bahan-bahan yang mudah untuk terbakar. Termasuk juga untuk peralatan maupun
perlengkapan di tempat kerja. Perhatikan juga bagaimana bahan bangunan dan struktur bangunan.
Semua barang yang bisa berkontribusi terhadap penyebaran api ini juga harus diidentifikasi.

2. Identifikasi orang yang berisiko terkena kebakaran

Bukan hanya identifikasi tempat kerja, bahan, dan peralatan, perusahaan juga perlu melakukan
identifikasi terhadap orang-orang yang mungkin beresiko terkena dampak jika kebakaran terjadi. Yang
perlu diidentifikasi adalah siapa saja yang mungkin terkena kebakaran, berapa jumlahnya. Hal ini bukan
hanya pada karyawan, tapi juga pada konsumen, tamu, maupun rekanan.

Selain itu perlu diidentifikasi juga secara jelas orang-orang yang mungkin akan mengalami kesulitan
untuk dievakuasi ketika kebakaran terjadi. mereka ini bisa konsumen yang sudah lanjut usia, konsumen
yang memiliki kekurangan fisik, anak-anak, dan juga petugas cleaning service, petugas keamanan,
petugas pemeliharaan yang mungkin berada di ruang yang terisolasi.

3. Lakukan evaluasi dan pengurangan resiko

Pada tahap ini, proses asesmen atau penilaian potensi kebakaran kerja sudah dilakukan. Langkah
selanjutnya adalah dengan mengevaluasi bagaimana kemungkinan titik awal api muncul. Kemungkinan
ini bisa dilakukan dengan melihat semua potensi bahaya munculnya api seperti sudah diidentifikasi
sebelumnya.

Bila perlu, pada tahap ini dilakukan uji coba dengan menyalakan api pada tempat yang diduga bisa
mudah terbakar. Dengan begitu, Anda bisa langsung mendapatkan gambaran bagaimana ketika kondisi
itu terjadi. Sehingga Anda bisa perhitungkan seberapa cepat api itu akan menyebar ke bagian yang lain.

Setelah melakukan uji coba ini, Anda jadi tahu apa yang harus dilakukan agar jangan sampai bahaya
kebakaran itu muncul. Anda bisa mengambil langkah-langkah untuk mengurangi resiko terjadinya
kebakaran. Yang bisa dilakukan seperti:

- Mengurangi potensi sumber api

- mengurangi atau menghilangkan bahan yang mudah terbakar

- melakukan pengaturan aliran udara agar tidak mempercepat penyebaran api dan juga termasuk perlu
dipikirkan kemana orang-orang perlu berlari jika sampai kebakaran terjadi.

4. Dokumentasikan, Rencanakan, Informasikan, Instruksikan dan Lakukan Pelatihan

Pada tahap keempat manajemen keselamatan kebakaran di tempat kerja meliputi proses tersebut. Jadi
berbagai temuan dalam identifikasi maupun tindakan yang diambil harus didokumentasikan dan
disimpan dengan baik. Dengan begitu, proses yang dijalankan untuk mencegah kebakaran di tempat
kerja dapat terdata dengan baik. Memang untuk melakukan semua ini, perlu ada karyawan yang
melakukannya. Staf inilah yang bertugas untuk mengawal semua proses pencegahan kebakaran di
tempat kerja.

5. Lakukan penilaian resiko secara teratur

Penilaian risiko keselamatan kebakaran harus dilakukan secara teratur. Dengan begitu, kondisi
keselamatan kebakaran ini dapat terkontrol dengan baik. Jika misalnya terjadi perubahan yang
membuat resiko terjadinya kebakaran meningkat, hal itu juga dengan mudah dapat diketahui.

Sumber:

https://damkar.bandaacehkota.go.id/2020/07/18/5-langkah-penanggulangan-kebakaran-di-tempat-
kerja/

Anda mungkin juga menyukai