Syock Hipovolemik
Syock Hipovolemik
SYOK HIPOVOLEMIK
OLEH KELOMPOK 7
YUSUF KARIM
AMRIYANI AMIR
YUYUN SUHAENI
MARIANA R
JAMILAH
NURBAYA
KRISTINA KOMMA
YULI PUTRIANTI
NENINGSIH
IRFANDI
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat allah swt karena atas rahmat dan
nikmatnya kami dapat mengerjakan tugas keperawatan kritis ‘SYOK
HIPOVOLEMIK’ dengan baik dan tepat waktunya
Akhir kata kami berharap tugas keperawatan kritis ini tentang syok
hipovolemik dapat memberikan pengetahuan dan inspirasi terhadap pembaca.
Wasalamualaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI
SAMPUL
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB 1 .....................................................................................................................1
A. Defenisi ............................................................................................................1
B. Etiologi .............................................................................................................1
C. Patofisiologi .....................................................................................................2
D. Manifestasi klinis ............................................................................................3
E. Tata laksan.......................................................................................................4
F. Konsep keperawatan.......................................................................................5
1. Pengkajian keperawatan .............................................................................5
2. Diagnosa keperawatan ................................................................................6
3. Outcome (SLKI)..........................................................................................7
4. Intervensi keperawatan ...............................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya
syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya
aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa
cedera. Syok hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana volume
cairan tidak adekuat didalam pembuluh darah. akibatnya perfusi jaringan.
Syok hipovolemik terjadi apabila ada defisit volume darah ≥15%,
sehingga menimbulkan ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi ke
jaringan dan penumpukan sisa-sisa metabolisme sel. Berkurangnya
volume intravaskular dapat diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh
secara akut atau kronik, misalnya karena oligemia, hemoragi, atau
kebakaran.
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum
ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung
dalam kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler
menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh
ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan
intersisial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan
intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume
intavaskuler 15% sampai 25%.
B. Etiologi
Menurut toni ashadi (2006) syok hipopolemik yang dapat disebapkan
hilangnya cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:
1. Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang
mengalir keluar tubuh seperti hematoraks, ruptur limpa, dan kehamilan
ektopik tergangu
2. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung
kehilangan darah yang besar, misalnya fraktur hunerus menghasilkan
500-1000 ml perdarahan atau fraktur femur menampung 1000-1500 ml
perdarahan
3. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang terjadi kehilangan protein
plasma atau cairan ekstrakuler, misalnya pada :
a) Gastroentestinal : peritonitis, pankreatitis dan gastroentritits
b) Renal : terapi diuretik, krisis penyakit addison luka bakar
(combutsio) dan anafilaktik.
C. Patofisiologi
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan
mengaktivasi sistem fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi,
kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin. Sistem hematologi
berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut dengan
mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah
(melalui pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi
(juga melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan
darah immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak
menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin
dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk
menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang
sempurna.
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok
hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon
ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan
ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di arcus
caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah pulmonal). Sistem
kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke otak, jantung,
dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus
gastrointestinal.
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan
peningkatan sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan
mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan
dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II
mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan
pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan
menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan
meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH
dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap
penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap
penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara
tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam
(NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle
D. Manifestasi Klinis
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia,
kondisi premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya
berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis
respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi
kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia.
Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun
terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan
kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat. (Toni Ashadi, 2006).
Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada
keadaan hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak
segera kembali dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah menurut
Toni Ashadi, 2006 adalah:
1. Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian
kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2. Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran
darah ke homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan
kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi
asidosis jaringan.
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh
darah sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor
yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi
aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak
dibawah 70 mmHg
4. Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok
hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin
kurang dari 30ml/jam.
E. Tatalaksana
1. Sel Darahh Puti : Ht mungkinmeningkat pada status hipovolemik
karena hemokonsentrasi. Leukopenia ( penurunan SDP ) terjadi
sebelumnya, dikuti oleh pengulangan leukositosis ( 15.000 – 30.000 )
dengan peningkatan pita ( berpiondah ke kiri ) yang mempublikasikan
produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.
Asuhan keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Pola nafas tidak efektif Tujuan Pemantauan respirasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam inspirasi dan Observasi:
atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat Monitor pola nafas , monitor oksigen
membaik Monitor frekuensi irama kedalaman
Kriteria hasil dan upaya napas
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat Monitor upaya adanya sumbatan jalan
menurun meningkat nafas
Dispnea Terapeutik
1 2 3 4 5 Atur interval pemantauan respirasi
Pengunaan otot bantu sesuai kondisi pasien
1 2 3 4 5 Edukasi
Frekuensi napas Jelaskan tujuan dan prosedur
1 2 3 4 5 pemantauan
1 2 3 4 5 analgetic