Anda di halaman 1dari 22

KEPERAWATAN KRITIS

SYOK HIPOVOLEMIK

Dosen : I Wayan Romantika S.kep,NS,, M.kep

OLEH KELOMPOK 7

YUSUF KARIM
AMRIYANI AMIR
YUYUN SUHAENI
MARIANA R
JAMILAH
NURBAYA
KRISTINA KOMMA
YULI PUTRIANTI
NENINGSIH
IRFANDI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN


TAHUN 2020

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat allah swt karena atas rahmat dan
nikmatnya kami dapat mengerjakan tugas keperawatan kritis ‘SYOK
HIPOVOLEMIK’ dengan baik dan tepat waktunya

Harapan kami semoga tugas keperawatan kritis ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Kedepanya kami akan memperbaiki
lebih baik dari sebelumnya, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu
kami mohon kritik dan saran yang membangun dari dosen rekan-rekan sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan tugas ini

Akhir kata kami berharap tugas keperawatan kritis ini tentang syok
hipovolemik dapat memberikan pengetahuan dan inspirasi terhadap pembaca.

Wasalamualaikum Wr.Wb
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR ..........................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB 1 .....................................................................................................................1

A. Defenisi ............................................................................................................1
B. Etiologi .............................................................................................................1
C. Patofisiologi .....................................................................................................2
D. Manifestasi klinis ............................................................................................3
E. Tata laksan.......................................................................................................4
F. Konsep keperawatan.......................................................................................5
1. Pengkajian keperawatan .............................................................................5
2. Diagnosa keperawatan ................................................................................6
3. Outcome (SLKI)..........................................................................................7
4. Intervensi keperawatan ...............................................................................7

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

KONSEP MEDIS

A. Defenisi
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya
syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya
aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa
cedera. Syok hipovolemik merupakan suatu keadaan dimana volume
cairan tidak adekuat didalam pembuluh darah. akibatnya perfusi jaringan.
Syok hipovolemik terjadi apabila ada defisit volume darah ≥15%,
sehingga menimbulkan ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi ke
jaringan dan penumpukan sisa-sisa metabolisme sel. Berkurangnya
volume intravaskular dapat diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh
secara akut atau kronik, misalnya karena oligemia, hemoragi, atau
kebakaran.
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum
ditandai dengan penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung
dalam kompartemen intraselular dan ekstraseluler. Cairan intra seluler
menempati hamper 2/3 dari air tubuh total sedangkan cairan tubuh
ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen intravascular dan
intersisial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan
intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume
intavaskuler 15% sampai 25%.
B. Etiologi
Menurut toni ashadi (2006) syok hipopolemik yang dapat disebapkan
hilangnya cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:
1. Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang
mengalir keluar tubuh seperti hematoraks, ruptur limpa, dan kehamilan
ektopik tergangu
2. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung
kehilangan darah yang besar, misalnya fraktur hunerus menghasilkan
500-1000 ml perdarahan atau fraktur femur menampung 1000-1500 ml
perdarahan
3. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang terjadi kehilangan protein
plasma atau cairan ekstrakuler, misalnya pada :
a) Gastroentestinal : peritonitis, pankreatitis dan gastroentritits
b) Renal : terapi diuretik, krisis penyakit addison luka bakar
(combutsio) dan anafilaktik.
C. Patofisiologi
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan
mengaktivasi sistem fisiologi utama sebagai berikut: sistem hematologi,
kardiovaskuler, ginjal, dan sistem neuroendokrin. Sistem hematologi
berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut dengan
mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi pembuluh darah
(melalui pelelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu, platelet diaktivasi
(juga melalui pelepasan tromboksan A2 lokal) dan membentuk bekuan
darah immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak
menghasilkan kolagen, yang selanjutnya menyebabkan penumpukan fibrin
dan menstabilkan bekuan darah. Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk
menyempurnakan fibrinasi dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang
sempurna.
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok
hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
kontraktilitas miokard, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Respon
ini terjadi akibat peningkatan pelepasan norepinefrin dan penurunan
ambang dasar tonus nervus vagus (diatur oleh baroreseptor di arcus
caroticus, arcus aorta, atrium kiri, dan penbuluh darah pulmonal). Sistem
kardiovaskuler juga berespon dengan mengalirkan darah ke otak, jantung,
dan ginjal dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus
gastrointestinal.
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan
peningkatan sekresi renin dari apparatus juxtaglomeruler. Renin akan
mengubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, yang selanjutnya akan
dikonversi menjadi angiotensin II di paru-paru dah hati. Angotensin II
mempunyai 2 efek utama, yang keduanya membantu perbaikan keadaan
pada syok hemoragik, yaitu vasokonstriksi arteriol otot polos, dan
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
bertanggungjawab pada reabsorbsi aktif natrium dan akhirnya akan
menyebabkan retensi air.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok hemoragik dengan
meningkatan Antidiuretik Hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH
dilepaskan dari glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap
penurunan tekanan darah (dideteksi oleh baroreseptor) dan terhadap
penurunan konsentrasi natrium (yang dideteksi oleh osmoreseptor). Secara
tidak langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorbsi air dan garam
(NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivus, dan lengkung Henle
D. Manifestasi Klinis
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia,
kondisi premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya
berlangsung. Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis
respon kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi
kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia.
Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun
terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan
kehilangan dalam waktu yang cepat atau singkat. (Toni Ashadi, 2006).
Apabila syok talah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada
keadaan hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak
segera kembali dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah menurut
Toni Ashadi, 2006 adalah:
1. Kilit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian
kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
2. Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran
darah ke homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan
kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi
asidosis jaringan.
3. Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh
darah sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor
yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi
aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak
dibawah 70 mmHg
4.  Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok
hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin
kurang dari 30ml/jam.
E. Tatalaksana
1. Sel Darahh Puti : Ht mungkinmeningkat pada status hipovolemik
karena hemokonsentrasi. Leukopenia ( penurunan SDP ) terjadi
sebelumnya, dikuti oleh pengulangan leukositosis ( 15.000 – 30.000 )
dengan peningkatan pita ( berpiondah ke kiri ) yang mempublikasikan
produksi SDP tak matur dalam jumlah besar.

2. Elektrolit serum ; berbagai ketidak seimbangan mungkin terjadi dan


menyebabkan asidosis, perpindahan cairan, dan perubahan fungsi
ginjal.
3. Pemeriksaan pembekuan : Trombosit terjadi penurunan
( trombositopenia ) dapat terjadi karena agregasi trombosit. PT/PTT
mungkin memanjang mengindentifikasikan koagulopati yang
diasosiasikan dengan iskemia hati / sirkulasi toksin / status syok.
4. Laktat serum meningkat dalam asidosis metabolic,disfungsi hati, syok.
5. Glukosa serum terjadi hiperglikemia yang terjadi menunjukan
glukoneogenesis dan glikogenolisis di dalam hati sebagai respon dari
perubahan selulaer dalam metabolisme.
6. BUN/Kr terjadi peningkatan kadar disasosiasikan dengan dehidrasi ,
ketidakseimbangan / gagalan hati.
7. GDA terjadi alkalosis respiratori dan hipoksemia dapat terjadi
sebelumnya dalam tahap lanjut hioksemia, asidosis respiratorik dan
asidosis metabolic terjadi karena kegagalan mekanismekompensasi.
8. Urinalisis adanya SDP / bakteri penyebab infeksi. Seringkali muncul
protein dan SDM.
9. Sinar X film abdominal dan dada bagian bawah yang
mengindentifikasikan udara bebas didalam abdomen dapat
menunjukan infeksi karena perforasi abdomen / organ pelvis.
10. EKG dapat menunjukan perubahan segmen ST dan gelombang T dan
disritmia yang menyerupai infark miokard.
F. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
a. Aktifitas
Gejala : Malaise
b. Sirkulasi
Tanda :
1) Tekanan darah normal/ sedikit dibawah normal ( selama hasil
curah jantung tetap meningkat ).
2) Denyut perifer kuat, cepat ( perifer hiperdinamik ):
lemah/lembut/mudah hilang, takikardi ekstrem ( syok ).
3) Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3 dapat
mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari asidosis/ketidak
seimbangan elektrolit.
4) Kulit hangat, kering, bercahaya ( vasodilatasi
pucat,lembab,burik ( vasokontriksi ).
c. Eliminasi
Gejala : Diare
d. Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, Mual, Muntah.
Tanda : Penurunan haluaran, konsentrasi urine,
perkembangan ke arah oliguri,anuria.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Kejang abdominal,lakalisasi rasa sakit/ketidak nyamanan
urtikaria,pruritus.
f. Pernapasan
Tanda : Takipnea dengan penurunan kedalaman
pernapasan,penggunaan kortikosteroid, infeksi baru, penyakit
viral.
Suhu : umumnya meningkat ( 37,9 ° C atau lebih ) tetapi mungkin
normal pada lansia atau mengganggu pasien, kadang subnormal..
Menggigil. Luka yang sulit / lama sembuh, drainase
purulen,lokalisasi eritema. Ruam eritema macular.
2. Diagnosa keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
b. Perfusi perifer tidak efektif
c. Nyeri akut
d. Resiko ketidak seimbangan elektrolit
e. Ganguan eliminasi urine
3. Outcome ( SLKI ) dan Intervensi Keperawatan (SIKI)

Asuhan keperawatan
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Pola nafas tidak efektif Tujuan Pemantauan respirasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam inspirasi dan Observasi:
atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat  Monitor pola nafas , monitor oksigen
membaik  Monitor frekuensi irama kedalaman
Kriteria hasil dan upaya napas
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Monitor upaya adanya sumbatan jalan
menurun meningkat nafas
Dispnea Terapeutik
1 2 3 4 5  Atur interval pemantauan respirasi
Pengunaan otot bantu sesuai kondisi pasien
1 2 3 4 5 Edukasi
Frekuensi napas  Jelaskan tujuan dan prosedur
1 2 3 4 5 pemantauan

Kedalaman nafas  Informasikan hasil pemantauan jika


1 2 3 4 5 perlu
Terapi oksigen
Observasi
 Monitor kecepatan aliran oksigen
 Monitor posisi alat terapi oksigen
 Monitor tanda-tanda hipoventilasi
 Monitor intergritas mukosa hidung
akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
 Bersikan sekret pada mulut hidung
dan trakea jika perlu
 Pertahankan kepatenan jalan napas
 Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
 Ajarkan keluarga cara mengunakan
O2 di rumah
Kolaborai
 Kolaborasi penentuan dosis oksigen
Perfusi perifer tidak Tujuan Perawatan sirkulasi
efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan Observasi
perfusi perifer meningkat  Periksa sirkulasi perifer
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Identifikasi faktor resiko ganguan
Pengertian menurun meningkat sirkulasi
Penurunan sirkulasi Warna kulit  Monitor panas kemerahan nyeri atau
darah pada level 1 2 3 4 5 bengkak pada ekstremitas
kapiler yang dapat Edema perifer Terapeutik
mengangu 1 2 3 4 5  Hindari pemasangan infus atau
metabolisme tubuh pengambilan darah pada area
Kelemahan otot
1 2 3 4 5 keterbatasan perfusi

Pengisian kapiler  Hindari pengukuran tekanan darah

1 2 3 4 5 pada ekstremitas degan keterbatasan


perfusi
 Hindari penekanan pada pemasangan
tourniguet pada area cedera
 Lakukan pencegahan infeksi
 Lakukan hidrasi
Edukasi
 Anjurkan berhenti merokok
 Anjurkan berolahraga rutin
Nyeri akut Tujuan Manajemen nyeri
Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 3 x 24 jam Observasi
diharapkan tingkat nyeru menurun  Lokasi karakteristik durasi , frekuensi
Kriteria hasil kualitas, intensitas nyeri
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Identifikasi skala nyeri
menurun meningkat  Identifikasi respon nyeri non verbal
Frekuensi nadi  Identifikasi pengetahuan dan
1 2 3 4 5 keyakinan tentang nyeri
Pola nafas  Identifikasi pengaruh budaya
1 2 3 4 5 terhadap respon nyeri
Keluhan nyeri  Identifikasi pengaruh nyeri pada
1 2 3 4 5 kualitas hidup

Meringis  Monitor keberhasilan terapi

1 2 3 4 5 komplementer yang sudah diberikan

Gelisah  Monitor efek samping penggunaan

1 2 3 4 5 analgetic

Kesulitan tidur Terapeutik


 Berikan teknik nonfarmakologis untuk
1 2 3 4 5 mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Resiko Tujuan Pemantauan Elektrolit 
ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 3 x 24 jam Observasi
elektrolit diharapkan keseimbangan elektrolit menngkat  Identifkasi kemungkinan penyebab
Kriteria hasil ketidakseimbangan elektrolit
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Monitor kadar eletrolit serum
menurun meningkat  Monitor mual, muntah dan diare
Serum natrium  Monitor kehilangan cairan, jika perlu
1 2 3 4 5  Monitor tanda dan gejala hypokalemia
Serum kalium (mis. Kelemahan otot, interval QT
1 2 3 4 5 memanjang, gelombang T datar atau
Serum klorid terbalik, depresi segmen ST,
1 2 3 4 5 gelombang U, kelelahan, parestesia,
penurunan refleks, anoreksia,
konstipasi, motilitas usus menurun,
pusing, depresi pernapasan)
 Monitor tanda dan gejala
hyperkalemia (mis. Peka rangsang,
gelisah, mual, munta, takikardia
mengarah ke bradikardia,
fibrilasi/takikardia ventrikel,
gelombang T tinggi, gelombang P
datar, kompleks QRS tumpul, blok
jantung mengarah asistol)
 Monitor tanda dan gejala hipontremia
(mis. Disorientasi, otot berkedut, sakit
kepala, membrane mukosa kering,
hipotensi postural, kejang, letargi,
penurunan kesadaran)
 Monitor tanda dan gejala
hypernatremia (mis. Haus, demam,
mual, muntah, gelisah, peka rangsang,
membrane mukosa kering, takikardia,
hipotensi, letargi, konfusi, kejang)
 Monitor tanda dan gejala
hipokalsemia (mis. Peka rangsang,
tanda IChvostekI [spasme otot wajah],
tanda Trousseau [spasme karpal],
kram otot, interval QT memanjang)
 Monitor tanda dan gejala
hiperkalsemia (mis. Nyeri tulang,
haus, anoreksia, letargi, kelemahan
otot, segmen QT memendek,
gelombang T lebar, kompleks QRS
lebar, interval PR memanjang)
 Monitor tanda dan gejala
hipomagnesemia (mis. Depresi
pernapasan, apatis, tanda Chvostek,
tanda Trousseau, konfusi, disritmia)
 Monitor tanda dan gejala
hipomagnesia (mis. Kelemahan otot,
hiporefleks, bradikardia, depresi SSP,
letargi, koma, depresi)
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika
perlu
Manajemen Cairan 
Observasi
 Monitor status hidrasi ( mis, frek
nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembapan mukosa, turgor
kulit, tekanan darah)
 Monitor berat badan harian
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium (mis. Hematokrit, Na,
K, Cl, berat jenis urin , BUN)
 Monitor status hemodinamik ( Mis.
MAP, CVP, PCWP jika tersedia)
Terapeutik
 Catat intake output dan hitung balans
cairan dalam 24 jam
 Berikan  asupan cairan sesuai
kebutuhan
 Berikan cairan intravena bila perlu
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuretik,  jika
perlu
Ganguan eliminasi Tujuan Manajemen eliminasi urine
urine Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 3 x 24 jam Observasi
pengosongan kandung kemihyang lengkap membaik  Identifikasi tanda dan gejala retensi
Kriteria hasil atau inkonenesia urine
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Identifikassi faktor yang
menurun meningkat menyebapkan retensi urine atau
Sensasi berkemih inkontenensia urin
1 2 3 4 5  Monitor eliminasi
Desakan berkemih Terapeutik
1 2 3 4 5  Catat waktu-waktu haluaran berkemih
Distensi kandung kemih  Batasi asupan cairan jika perlu
1 2 3 4 5  Ambil sampel urine tengah
Disuris Edukasi
1 2 3 4 5  Ajarkan tanda dan gejala infeksi
saluran kemih
 Ajarkan mengukur asupan cairan dan
haluaran
 Anjurkan minum yang cukup
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat
suppositoria jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan keperawatan pada pasien shock hypovolemik, dilihat 18 Februari


2013.darurat/_asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_shock_hypovoemik.pdf
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai