Anda di halaman 1dari 2

BEKAL JAKA

(Oleh: Rustantiningsih)

Matahari mulai meninggi. Jaka tidak juga bangun. Jaka sudah dibangunkan
ibunya berulang kali. Setelah jam menunjukkan pukul 06.00 Jaka baru beranjak dari
tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi. Demikian ini perilaku Jaka hampir
setiap hari.
Sebenarnya Ibu Jaka sering menasihati anaknya. Sepertinya nasihat itu hanya
masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Akibat perilakunya Jaka, ia juga sering
terlambat. Ibunya juga malu karena anaknya sering kena tegur guru. Beberapa kali
Ibu Jaka dipanggil ke sekolah, dikiranya Ibu Jaka tidak memperhatikan sekolah
anaknya.
“Jaka, cepat nanti terlambat!” seru ibunya sambil menata sarapan di meja
makan.
Jaka tidak menyahut hanya suara guyuran air yang terdengar. Usai mandi
Jaka buru-buru ke kamar dan berganti pakaian. Jam dinding sudah menunjuk pukul
06.30. Ia belum makan apalagi jarak rumah dan sekolah harus ditempuhnya dengan
naik sepeda selama 15 menit.
“Wah, terlambat lagi aku!” katanya dalam hati.
Jaka mengenakan seragam sekolah dengan tergesa-gesa. Bahkan tidak
sempat mengenakan ikat pinggang. Seragam pun dipakai asal-asalan.
“Jaka, cepat ini sarapan paginya!” kata Ibu Jaka.
“Saya makan di sekolah saja Bu, kan ada tugas membawa bekal makan untuk
makan bersama,” sahut Jaka.
“Makan dulu, sedikit saja tidak apa-apa!” kata Ibu.
“Nanti, terlambat Bu!”
“Ya, sudah minum susunya saja dulu,” suruh Ibunya.
Jaka pun mengambil segelas susu yang sudah siap di meja makan. Kemudian
sibuk mengenakan sepatu.
“Jaka ini bekal makannya sudah ibu taruh di meja di lepak yang bertutup biru
ya! Jangan keliru lho, bertutup biru!” ulang Ibu Jaka.
Perkataan Ibu Jaka tidak dihiraukan, Jaka sibuk mengenakan kaos kaki dan
mengikat tali sepatunya. Pikirannya sudah tidak karu-karuan bayangan terlambat
hadir di pikirannya.
Jaka siap berangkat sekolah. Ia segera mengambil lepak makan yang sudah
disiapkan ibunya. Lepak itu segera dimasukkan ke dalam tas. Ibu Jaka sedang
menghidangkan kopi dan pisang goreng untuk ayahnya di teras depan rumah.
“Ayah, Ibu, Jaka berangkat dulu!” teriak Jaka sambil mengayuh sepedanya.
Ayah dan Ibu Jaka hanya bisa geleng-geleng kepala melihat perilaku anaknya.
Beruntung pagi ini Jaka tidak terlambat. Sampai di sekolah pas bel berbunyi.
Pelajaran IPA dimulai, Bu Mila mengajar materi makanan sehat dan gizi seimbang.
“Anak-anak keluarkan bekal yang kalian bawa!”
“Nah, setelah membuka bekal, tugas kalian menuliskan nama makan dan
kandungan gizinya. Setelah selesai menulis baru boleh dimakan,” tambah Bu Mila.
Anak-anak menyiapkan bekal masing-masing di atas meja. Sepertinya mereka
tidak sabar ingin segera membuka bekal dan memakannya.
“Satu, dua, tiga!” Bu Mila memberi aba-aba tanda anak-anak boleh membuka
bekalnya.
Wajah anak-anak berbinar-binar membuka bekalnya masing-masing kecuali
Jaka. Teman-teman yang duduk di sekitar Jaka tertawa melihat bekal Jaka. Bu Mila
pun jadi penasaran dengan bekal Jaka.
“Bu bekal Jaka lucu, hahaha!” teriak Doni.
“Iya, Bu, bawang goreng!” sahut Eko disambut dengan gelak tawa temantemannya.
Bu Mila segera mendekati Jaka. Bu Mila juga tersenyum melihat bekal Jaka
ternyata satu lepak berisi bawang goreng. Jaka terkejut dan bercampur malu melihat
bekalnya. Ia tidak menyangka kalau isinya bawang goreng. Padahal tadi malam ibunya
sudah berencana membawakan nasi, sayur bayam, ayam goreng, buahnya pisang,
dan susu kotak.
“Jaka kenapa bekalnya berisi bawang goreng?” tanya Bu Mila
Jaka takut dan malu, ia berdiam sejenak. Jaka baru sadar kalau ia salah
mengambil bekal.
“Jaka penggemar bawang goreng, Bu” teriak Doni.
“Doni, yang Ibu tanya Jaka bukan kamu!” kata Bu Mila dengan nada tinggi.
Anak-anak yang semula ramai mendadak diam. Muka Jaka memerah menahan malu.
“Eh, iya Bu maaf saya...., saya..., salah mengambil bekal, Bu” kata Jaka
gugup.
Jaka pun menceritakan kalau ia berangkat tergesa-gesa. Saat ibu menunjukkan
bekal yang harus dibawa, Jaka tidak memperhatikannya. Akibatnya ia salah
mengambil.
Bu Mila dan teman-teman sekelasnya mendengarkan penjelasan Jaka dengan
seksama. Akhirnya mereka tahu bahwa semua itu akibat kecerobohan Jaka.

Anda mungkin juga menyukai