Anda di halaman 1dari 3

Senin yang Menyebalkan

Ditulis oleh : Abela Zahwamita R

Pada hari Minggu saat itu, Azgya melakukan kegiatan rutinnya seperti mencuci baju,
membersihkan kamarnya, menyiapkan buku untuk pembelajaran besok Senin di sekolah, dan
biasanya Azgya juga menyetrika baju seragamnya untuk bersiap pergi ke sekolah besok. Tetapi, pada
hari minggu kala itu, Azgya sedang malas dan tidak ingin menyetrika seragamnya pada hari itu juga.
Dia berencana ingin menyetrika bajunya esok pagi hari sebelum bersiap pergi ke sekolah.

“Aku menyetrikanya besok pagi saja lah, sudah malas gerak banget kalo sekarang harus menyetrika.”
Kata Azgya yang sudah mengantuk.

Pagi harinya, Azgya hendak menyetrika baju sergamnya. Ia sudah menggantung seragamnya
dan sudah mempersiapkan alas untuk ia menyetrika. Ia tinggal menyiapkan alat setrikanya, biasanya
Azgya selalu menyimpan alat setrikanya di kamar belakang yang biasa untuk menyimpan barang.
Azgya pergi ke kamar belakang untuk mengambil setrikaannya. Namun, setrikanya tiba-tiba tidak
ada di tempat biasa Azgya menyimpan barang itu. Azgya bingung, mencari kesana kemari dengan
panik karena jam menunjukkan sudah hampir waktunya dia untuk segera berangkat menuju ke
sekolah.

“Aduh dimana sih, kemarin kan aku simpan disini kok tiba tiba ga ada?!” Kata Azgya yang sedang
panik.

Karena tidak kunjung menemukan alat setrikanya, Azgya memutuskan untuk bertanya dan
meminta bantuan Ibu dan Ayahnya untuk membatu Azgya mencari alat setrikanya.

“Yah, Bu, ada yang lihat setrikaan disini ga ya? Biasanya aku simpan di sini tapi tiba-tiba ga ada
ditempat kemarin aku simpan. Bisa minta tolong untuk bantu cari, Yah, Bu?” Jelas Azgya.

Ayah dan Ibu membantu Azgya mencarikan setrikanya dan menyuruh Azgya untuk segera
mandi saja supaya tidak terlambat sampai ke sekolah. Kemudian, Azgya bergegas mengambil
handuknya dan segera mandi untuk persiapan berangkat ke sekolah.

Setelah Azgya mandi, ternyata setrikanya tidak kunjung ditemukan. Azgya panik, jam sudah
sangat mepet. Ibu sudah mengomel

“Makanya setrika baju itu disimpan baik-baik, atau disiapkan dulu sejak malam kan juga bisa!
Memangnya semalaman kamu ini mengerjakan apa, sih? Kamu cuma main hp saja, kan?!”.

“Ya, kan aku juga tidak tau kalau alat setrikanya tidak ada di tempat biasa aku simpan, Bu. Biasanya
aku simpan di situ juga selalu ada, kan yang pakai setrikanya cuma aku saja.” Jawab Azgya kepada
Ibu.

Azgya yang sedang panik tambah panik dan akhirnya buih - buih air matanya sudah tidak
terbendung dan akhinya Azgya menangis karena panik.

“Ya sudah sudah, dari pada marah - marah mending dicari saja. Mengomel tidak membuat
setrikanya langsung ketemu, kan?” Sambung Sang Ayah.
Tiba - tiba alat setrikanya ketemu, ditemukan oleh ayah Azgya. Ternyata setrika tersebut
tertimbun cucian yang belum dilipat, akibat mengambil baju dengan sembarangan dan berantakan
alat setrika tersebut jadi tertimbun di keranjang bagian paling bawah.

“Kan Azgya bilang juga apa, biasanya aku simpan di situ, Bu. Siapa yang ambil baju sampai setrikanya
ada di keranjang paling bawah dan tertimbun pakaian disitu?.” Jelas Azgya kepada Ibunya.

“Ya mungkin kakak mu waktu kesini mencari baju, kemudian terburu-buru. Sudah sana kamu buruan
setrika seragamnya, biar tidak terlambat berangkat ke sekolah.” Kata Ayah menenangkan keadaan.

Setelah alat setrika tersebut ditemukan, Azgya segera menyetrika baju seragamnya yang
akan dipakai pergi ke sekolah pada hari itu. Kemudian Ayah dan Ibu membagi tugas supaya Azgya
tidak terlambat berangkat ke sekolah, Ibu memasak sarapan untuk Azgya dan Ayah menyiapkan dan
memanasi motor supaya Azgya bisa langsung berangkat ke sekolah setelah siap bersiap - siap dan
selesai sarapan. Ibu membuatkan telur goreng mata sapi yang dimakan dengan nasi dan kecap
kesukaan Azgya. Kemudian Ibu membuatkan es susu coklat yang biasa diminum Azgya setiap pagi
sebelum berangkat ke sekolah supaya lebih ber-energi untuk belajar di sekolah nanti. Motor sudah
disiapkan ayah, Azgya juga sudah selesai menyetrika, masakan Ibu juga sudah siap dimakan. Azgya
segera memakan telur goreng mata sapi yang dimakan dengan nasi kecap supaya bisa segera
bergegas berangkat ke sekolah. Setelah Azgya memakan sarapannya, ia juga menghabiskan es susu
coklatnya. Kemudian, Azgya segera memakai seraga.nya dan segala atributnya seperti dasi dan ikat
pinggang kemudian Azgya marapikan dasi dan jilbabnya. Azgya kemudian menggendong tasnya dan
duduk di teras untuk memakai kaos kaki dan sepatunya, Azgya memakai helmnya dan berpamitan
kepada Ayah dan Ibu.

“Azgya berangakt dulu ya, doakan semoga tidak terlambat. Malas kalau harus dihukum dulu.” Kata
Azgya berpamitan dengan Ayah dan Ibu.

“Ya hati-hati pokoknya jangan terburu-buru, biar selamat sampai ke sekolah. Semoga tidak
terlambat.” Ucap Ibu kepada Azgya di depan rumahnya.

Kemudian Azgya berangkat ke sekolah dengan terburu - buru dan melajukan motornya
dengan sangat cepat. Dijalan Azgya sangat panik karena jam sudah menunjukkan hampir pukul
tujuh, tetapi Azgya baru setengah perjalanan untuk sampai ke sekolah.

“Aduh! Bagaimana ini ya Allah sudah jam segini aku masih sampai sini, terlambat gak ya nanti?”.
Gerutu Azgya di lampu merah yang terasa sangat lama karena Azgya sedang terburu - buru dan takut
terlambat.

Lampu lalu lintas sudah hijau, Azgya langsung melajukan motornya melesat sangat cepat
karena takut gerbang sekolah sudah ditutup dan mengejar waktu supaya tidak terlambat. Ada saja
hambatan yang dilalui Azgya di jalan, entah ada ibu - ibu yang menghidupkan lampu sen ke kanan
tapi beloknya ke kiri, entah ada bapak - bapak ojek online yang jalan pelan namun di tengah jalan.
Kesabaran Azgya sangat diuji pada hari yang sangat dikesali oleh para siswa yaitu hari Senin.
Beruntungnya Azgya, gerbang hampir ditutup oleh para petugas penjaga gerbang yang biasanya
dijaga oleh anggota MPK. Saat masuk ke gerbang Azgya merasa lega karena berhasil tidak terlambat
sampai ke sekolah. Azgya memarkirkan motornya di tempat parkiran yang paling dekat dengan
kelasnya yaitu di parkiran di dekat lapangan. Kemudian, Azgya berjalan dengan santai dan perasaan
lega ke kelasnya. Sesampainya dia di kelas, Azgya menceritakan yang dialaminya pagi itu kepada
teman - teman kelasnya.
“Untung saja aku tidak terlambat, malas banget gak sih kalau harus dihukum sama guru bimbinga
konseling atau petugas kesiswaan?!” Cerita Azgya kepada teman - temannya.

“Hahahaha.” Tawa teman - teman Azgya setelah mendengar cerita darinya.

Tidak lama setelah Azgya selesai bercerita dengan teman - temannya, bel tanda upacara
akan dimulai pun berbunyi. Azgya dan teman - teman segera bersiap - siap untuk mengikuti upacara
rutin setiap hari Senin. Setelah selesai upacara rutin hari Senin jam pelajaran pertama diisi dengan
mata pelajaran Matematika yang menambah tingkat kemalasan pelajar berangkat ke sekolah di hari
Senin.

Anda mungkin juga menyukai