Anda di halaman 1dari 33

KESETIMBANGAN KIMIA DAN PERGESERAN KESETIMBANGAN

KIMIA

Dosen pengampu :

Arif Yasthophi, S.Pd., M.Si.

Armawita (11517200251)

Dayu darmawan (11517201427)

Misdarianti Amelia (11517200240)

Rhaudatul Hapsyari (11517201427)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA V B

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

PEKANBARU

2017 M/1439 H

1
KESETIMBANGAN KIMIA

A. Pengertian Kesetimbangan Kimia


Reaksi kimia adalah perubahan spontan pereaksi menjadi hasil reaksi
menuju kesetimbangan. Suatu kesetimbangan kimia mempunyai konstanta
kesetimbangan yang nilainya bergantung pada suhu dan jenis kesetimbangan. Ada
dua macam keadaan setimbang sistem dengan lingkungan yang ditandai dengan
kesamaan gaya,suhu, atau potensial listrik. Keadaan ini disebut kesetimbangan
statis karena tidak terjadi perpindahan materi antara sistem dengan lingkungan.
Sedangkan kesetimbangan yang terjadi didalam sistem sendiri bukan sistem dan
lingkungan disebut kesetimbangan dinamis, karena didalam sistem terus
berlangsung perubahan.1 Umumnya reaksi kimia berlangsung ke arah
pembentukan produk reaksi yang berlangsung secara irreversibel (tak dapat
dibalik). Di sisi lain, banyak pula reaksi kimia yang berlangsung reversibel (dapat
balik). Reaksi dapat balik disebut sebagai reaksi kesetimbangan. Reaksi
kesetimbangan memiliki tetapan kesetimbangan yang nilainya hanya berubah oleh
perubahan suhu.2
Kesetimbangan dinamis merupakan reaksi yang terjadi pada reaksi dua
arah, dimana reaksi berlangsung secara terus-menerus tanpa berhenti, dengan
konsentrasi zat terus berubah tergantung arah reaksi. Perjalanan mobil di jalan tol
yang menghubungkan dua kota dapat dianggap sebagai kesetimbangan dinamis.
Hal itu terjadi apabila jumlah mobil yang meninggalkan kota sama dengan jumlah
mobil yang memasuki kota, sehingga jumlah mobil yang berada di dalam kota
selalu konstan.3
Kesetimbangan dinamis terdapat dalam peristiwa fisika dan kimia.
Kesetimbangan fasa adalah contoh kesetimbangan dinamis dalam fisika, seperti
antara air dan uap air pada suhu 100℃ dan tekanan 1 atm. Pada saat itu jumlah
molekul air menjadi uap sama dengan jumlah uap air menjadi cair.

H2O(l) ↔ H2O(g) (100℃ , 1 atm)


1
Syukri, 1999, Kimia Dasar II, (Bandung : ITB), hal, 316.
2
Watoni, A. Haris, dkk, 2016, Kimia Untuk Siswa SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan
Matematika dan Ilmu-ilmu Alam, (Bandung: Yrama Widya), hal. 129.
3
Tine Maria Kuswati, dkk, TT, Konsep dan Penerapan Kimia SMA/MA Kelas XI, (Jakarta :
PT. Bumi Aksara), hal. 134.

2
Akibatnya jumlah molekul air dan uap air dalam kesetimbangan dapat dikatakan
konstan, tetapi kedua perubahan itu berlangsung terus-menerus.

Kesetimbangan kimia adalah kesetimbangan dinamis, karena dalam sistem


terjadi perubahan zat pereaksi menjadi hasil reaksi dan sebaliknya.4
Kesetimbangan kimia merupakan kesetimbangan yang hanya terjadi pada reaksi
bolak-balik dimana laju terbentuknya reaktan sama dengan laju terbentuknya
produk dan konsentrasi keduanya tetap.

Fakta bahwa reaksi tampak seperti berhenti sebelum semua pereaksi habis
reaksi dapat dijelaskan dengan Teori Tumbukan. Teori ini menganggap bahwa
molekul-molekul CINO2 dan NO harus bertumbukkan sebelum atom klor dapat
dipindahkan dari satu molekul ke molekul yang lain.
Jumlah tumbukan perdetik antara molekul-molekul CINO2 dengan
molekul-molekul NO bergantung pada konsentrasi CINO2 dan konsentrasi NO.
Karena CINO2 dan NO semakin habis dalam reaksi ini, jumlah tumbukan per detik
antara kedua molekul pereaksi berkurang dan reaksi semakin lambat. Anggaplah
bahwa pada saat awal, CINO2 dan NO belum bereaksi sehingga NO2 dan NO
belum terbentuk. Ketika tumbukan antara CINO2 dan NO mulai efektif, reaksi
berlangsung dengan laju reaksi yang berbanding lurus dengan konsentrasi CINO 2
dan NO. Pada saat ini produk NO2 dan CINO mulai terbentuk.
CINO2 (g) + NO (g) → NO2 (g) + CINO (g)
Pada saat yang sama, produk NO2 dan CINO juga saling bertumbukan
menghasilkan reaksi kearah sebaliknya sehingga laju reaksi berbanding lurus
dengan konsentarasi CINO dan NO2.
CINO2 (g) + NO2 ← NO2 (g) + CINO (g)

Ketika laju reaksi kearah maju mulai mengalami perlambatan, laju reaksi
arah balik mengalami percepatan sampai suatu saat laju reaksi kedua arah sama.

Kesetimbangan dapat pula di defenisikan sebagai berikut:

1. Kesetimbangan sistem yang menunjukan bahwa perubahan konsentrasi


pereaksi dan produk reaksi tidak terlihat.

4
Syukri, OP.Cit., hal, 317.

3
2. Keadaan sistem yang menunjukkan bahwa laju reaksi kearaah maju (produk)
sama dengan laju reaksi ke arah sebaliknya (pereaksi).5

Alam diciptakan oleh Tuhan dengan kesetimbangan. Ada yang kaya dan
ada yang miskin, ada yang pintar dan ada yang bodoh, ada yang kuat dan ada yang
lemah, dan lain sebagainya. Bagaimana supaya kehidupan ini menjadi stabil ?
orang-orang yang mempunyai kelebihan (kaya,pintar, dan kuat) hendaklah
memberikan kelebihan itu kepada orang yang kekurangan (miskin, bodoh, dan
lemah), sehingga kehidupan ini menjadi seimbang.

Kesetimbangan juga telah dijelaskan oleh Allah swt melalui ayat Alquran
yang terdapat dalam surah Al-Qasas ayat 77 :

Artinya: “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat keusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak
menyukai orang yang berbuat kerusakan”.

Nah dari ayat Alquran diatas kita telah diperintahkan oleh Allah untuk
mencari sebanyak-banyaknya pahala untuk bekal akhirat kelak dengan tidak
melupakan urusan dunia, seperti tolong-menolong satu sama lain serta menjaga
lingkungan di sekitar kita. Maka akan terciptalah kesetimbangan dalam diri kita.

B. Reaksi Bolak-balik
1. Reaksi bolak-balik (reversible)
pada reaksi dua arah, zat-zat hasil reaksi dapat bereasksi kembali
membentuk zat pereaksi. Reaksi kesetimbangan dinamis dapat terjadi bila reaksi
yang terjadi merupakan reaksi bolak-balik. Ciri-ciri reaksi bolak-balik adalah
sebagai berikut :
a. Reaksi ditulis dengan dua anak panah yang berlawanan (↔)
b. Reaksi berlangsung dari dua arah, yaitu dari kiri ke kanan dan dari kanan ke
kiri.
c. Zat hasil reaksi dapat dikembalikan sperti zat mula-mula.
5
Watoni, A. Haris, dkk, Op. Cit., hal. 131-133.

4
d. Reaksi tisak pernah berhenti karena komponen zat tidak pernah habis.6
Contoh :
Pembentukan koral berlangsung dalam dua arah, persamaan reaksinya
sebagai berikut :
CaO (aq) + CO2 (g) ↔ CaCO3 (s)
Koral yang terbentuk (CaCO3) dapat larut kembali dengan adanya perubahan suhu
yang konstan di udara dan kadar CO2 dii udara yang stabil. Selain pembentukan
koral, reaksi dua arah jug adapat terjadi pada proses pembentukan stalaktit dan
stalakmit.7
Pada suatu saat pembentukan dan penguraian memiliki laju yang sama.
Saat itulah tercapai suatu keadaan yang dinamakan kesetimbangan. Persamaan
reaksi kesetimbangan dituliskan dengan menggunakan tanda panah dua arah.
Reaksi kesetimbangan disebut reaksi bolak balik atau reaksi reversible (dapat
balik). Jadi, persamaan reaksi kesetimbangan NH2 ditulis sebagai berikut :

N2 (g) + 3H2 (g) ↔ 2NH3 (g)

Setelah setimbang, kedua laju reaksi sama ( v 1=v 2 ). Dengan kata lain, laju reaksi
ke kanan sama dengan laju reaksi ke kiri8

Dari hasil percobaan, timbal (II) sulfat padat yang berwarna putih jika
direaksikan dengan larutan natrium iodida akan membentuk endapan timbal(II)
iodida yang berwarna kuning dengan reaksi:

(1) PbSO4 (s) + 2NaI (aq) → PbI2 (s) + Na2SO4 (aq)

Putih kuning

Sebaliknya, jika padatan timbal (II) iodida yang berwarna kuning dari
hasil reaksi diatas direaksikan dengan larutan natrium sulfat, maka akan terbentuk
kembali endapan warna putih (II) sulfat dengan reaksi:

(2) PbI2(s) + Na2SO4 (aq) → PbSO4 (s) + 2NaI (aq)

Kuning putih

6
Tine Maria Kuswati, dkk, Op. Cit., hal. 135-136.
7
Riandi Hidayat, dkk, 2014, Panduan Belajar Kimia 2A, (Jakarta : Yudistira), hal.105
8
Nana sutresna, 2015, Kimia kelas 2 SMA, (Bandung : Grafindo), hal.124

5
Dengan memperhatikan kedua reaksi tersebut, terlihat bahwa reaksi yang
kedua adalah kebalikan dari reaksi yang pertama, maka disebut reaksi dapat
balik. Jika kedua reaksi tersebut berlangsung secara bersamaan, maka disebut
reaksi bolak-balik dan ditulis dengan dua panah yang arahnya berlawanan.

PbSO4 (s) + 2NaI (aq) ↔ PbI2 (s) + Na2SO4 (aq)

Selain reaksi yang dapat balik, reaksi kimia juga ada yang tidak dapat
balik atau reaksi berkesudahan, yaitu reaksi kimia dimana zat-zat hasil reaksi
tidak dapat saling bereaksi kembali menjadi zat pereaksi. 9

Fakta menunjukkan bahwa meskipun menurut perhitungan stoikiometri


Fe3+ dan ion SCN- habis bereaksi, tetapi ternyata kedua ion tersebut masih ada
larutan. Berarti reaksi tersebut reaksi bolak-balik. Setelah proses pengadukan,
reaksi tersebut menjadi setimbang. Hal ini ditunjukkan dengan warna larutan yang
tidak berubah setelah dibiarkan beberapa saat. Kesimpulannya, didalam reaksi
setimbang, komponen zat-zat pereaksi dan zat hasil reaksi tetap ada dalam
sistem.10

Contoh Soal

1. Dalam suatu wadah direaksikan larutan yang mengandung 0,010 mol Fe 3+


dengan larutan yang mengandung 0,010 mol ion SCN - hingga terjadi reaksi
kesetimbangan:

Fe3+(aq) + SCN-(aq) ↔ FeSCN2+(aq)

Dalam keadaan setimbang ternyata terdapat ion Fe3+ sebanyak 0,004 mol.
Hitunglah berapa mol ion SCN- dan FeSCN2+ yang terdapat dalam sistem.

Jawab:

Reaksi : Fe3+(aq) + SCN-(aq) ↔ FeSCN2+(aq)

Mula-mula : 0,010 mol 0,010 mol -

Bereaksi : 0,006 mol 0,006 mol 0,006 mol

9
Unggul sudarmo, 2016, Kimia Untuk Sma/Ma Kelas XI, (surakarta : Erlangga), hal,141.

10
Ibid., hal,143.

6
Saat setimbang : 0,004 mol 0,004 mol 0,006 mol

Dari perhitungan ini dapat dijalaskan bahwa mula-mula yang ada adalah
0,010 mol Fe3+ dan 0,010 mol ion SCN -. Oleh karen saat setimbang ada 0,004 mol
ion Fe3+ (diketahui), berarti Fe3+ yang bereaksi adalah 0,006 mol (mol mula-mula
di kurangi mol yang masih ada). Berdasarkan persamaan reaksinya, setiap 1 mol
Fe3+ akan bereaksi dengan 1 mol SCN- menghasilkan 1 mol FeSCN2+ . jika Fe3+
bereaksi 0,006 mol akan membutuhkan SCN- sebanyak 0,006 mol juga, serta
dihasilkan FeSCN2+ sebanyak 0,006 mol pula. Jadi pada keadaan setimbang, yang
ada dalam sistem ion Fe3+ = 0,004 mol (diketahui); ion SCN- = 0,004 mol, dan ion
FeSCN2+ = 0,006 mol.

Meskipun hampir semua reaksi merupakan reaksi dapat balik, tetapi tidak
semua reaksi dapat balik akan menjadi reaksi setimbang, untuk dapat menjadi
reaksi setimbang, diperlukan persyaratan lainnya, yaitu reaksinya bolak-balik,
sistemnya tertutup, dan bersifat dinamis.

a. Reaksi Bolak-Balik

Suatu reaksi kadang-kadang memerlukan adanya pengaruh dari luar untuk


dapat balik. Oleh karena itu, reaksi tersebut tidak dapat berlangsung secara
bersamaan. Suatu reaksi dapat menjadi reaksi kesetimbangan jika reaksi baliknya
dapat dengan mudah berlangsung secara bersamaan, seperti yang terjadi pada saat
proses penguapan air dan pengembunan air didalam botol. Proses penguapan dan
pengembunan dapat berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Reaksi-reaksi
homogen (wujud zat pereaksi dan hasil reaksi sama), misalnya reaksi-reaksi gas
atau larutan, akan lebih mudah berlangsung bolak-balik dibandingkan reaksi
heterogen. Umumnya, reaksi heterogen berlangsung bolak-balik pada suhu
tinggi.11

Contoh reaksi homogen yang berlangsung bolak-balik:

N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH(g)

H2(g) + I2(g) ↔ 2HI(g)

11
Ibid., hal,144-145.

7
Fe3+(aq) + SCN-(g) ↔ FeSCN2+(aq)

Contoh reaksi heterogen yang berlangsung bolak-balik pada suhu tinggi:

CaCO3(s) ↔ CaO(s) + CO2(g)

Fe2O3(s) + 3CO(g) ↔ 2Fe(s) + 3CO2(g)

b. Sistem Tertutup

Sistem tertutup adalah suatu sistem reaksi dimana zat-zat yang bereaksi
dan zat-zat hasil reaksi tidak ada yang meninggalkan sistem. Sistem tertutup
bukan berarti reaksi tersebut dilakukan pada ruang (wadah) tertutup, meskipun
kadang-kadang diperlukan wadah yang tertutup. Sebab meskipun dalam wadah
yang terbuka tidak ada zat yang meninggalkan sistem.

c. Bersifat Dinamis

Bersifat dinamis artinya secara mikroskopis reaksi berlangsung terus-


menerus dalam dua arah dengan laju reaksi pembentukkan sama dengan laju
reaksi baliknya. Berlangsungnya satu reaksi secara makroskopis dapat dilihat dari
perubahan suhu, tekanan, konsentrasi atau warnanya. Sementara itu perubahan
dalam skala mikroskopis (molekul) tidak mungkin teramati.

Secara makroskopis, reaksi dalam keadaan setimbang tidak ada


menunjukkan adanya gejala-gejala tersebut. Justru gejala-gejala tersebut akan
nampak pada saat reaksi belum setimbang, karena pada saat itu konsentrasi zat-zat
pereaksi mula-mula akan berkurang dan konsentrasi hasil reaksi akan bertambah.

Bila sejumlah gas N2O4 dimasukkan ke dalam botol tertutup, gas yang
semula tak berwarna secara perlahan-lahan akan berubah menjadi coklat, semula
perubahan itu tidak tampak tetapi secara bertahap akan menjadi semakin coklat.
Pada suatu saat warna tersebut akan tidak bertambah pekat, pada saat inilah terjadi
kesetimbangan. Pada saat setimbang tersebut masih ada gas N2O4, hal ini dapat
dibuktikan dengan mendinginkan tabung tersebut, pada saat didinginkan warna
coklat semakin pekat, ini menunjukkan bahwa gas NO2 terbentuk lebih banyak.
Jadi pada saat setimbang baik pereaksi maupun hasil reaksi masih tetap ada dalam
sistem.

8
Perubahan laju reaksi selama berlangsungnya reaksi (Gambar 3.)
menunjukkan bahwa laju reaksi
terhadap gas N2O4 (V N2O4) mula-
mula maksimum, laju reaksi itu
turun sejalan dengan makin
berkurangnya gas N2O4 pada saat
yang bersamaan mulai terbentuk gas
NO2 (warna coklat mulai tampak),
dan pada saat itu mulai ada gas NO 2
yang balik menjadi gas N2O4 dan laju reaksi terhadap gas NO2 (V NO2) makin
besar karena konsentrasi nya makin besar (ingat bahwa laju reaksi dipengaruhi
konsnetrasi). Jadi V N2O4 terus menurun dan V NO2 meningkat sampai waktu
tertentu (t) terjadi V N2O4 sama dengan V NO2 dan pada saat itu tercapai keadaan
setimbang. Proses ini berlangsung terus jika tidak ada pengaruh dari luar yang
menyebabkan terjadinya ketidaksetimbangan.

a. Pada saat setimbang konsentrasi N2O4 sama dengan konsentrasi NO2

b. Pada saat setimbang konsentrasi N2O4 lebih besar dari pada konsentrasi NO2

c. Pada saat setimbang konsentrasi N2O4 lebih kecil dari pada konsentrasi NO2

Konsentrasi akan mengalami perubahan dengan pola yang sama, mula-


mula yang ada hanya gas N2O4 (konsentrasi N2O4 maksimum), kemudian
berkurang terus karena berubah menjadi gas NO2, dan pada saat yang bersamaan
gas NO2 yang semula tidak ada (konsentrasinya nol) akan mulai bertambah yang
ditandai dengan mulai adanya warna coklat. Konsentrasi gas N2O4 akan terus
bertambah dan sejalan dengan itu gas NO2 terus bertambah sampai suatu saat
konsentrasinya tetap (ditandai warna coklat yang tetap), dan pada saat itu (t
waktu) tercapai suatu keadaan setimbang. Dan mulai saat itu tidak menunjukkan
perubahan secara makroskopis ,misalnya warna tidak menjadi lebih pekat atau
lebih terang, tekananannya tetap dan lain-lainnya. Pada kondisi setimbang ini
maka,laju reaksi kekanan sama dengan kekiri atau V N2O4 = V NO2 , konsentrasi

9
gas N2O4 dan konsentrasi gas NO2 tetap, meskipun dapat terjadi tiga kemungkinan
yaitu:12

a. [N2O4] = [NO2]

b. [N2O4] < [NO2]

c. [N2O4] > [NO2]

C. Keadaan Setimbang
1. Jenis kesetimbangan berdasarkan wujud
Berdasarkan wujud zat yang ada dalam keadaan setimbang, reaksi
kesetimbangan terdiri dari dua jenis, yaitu kesetimbangan homogen dan
kesetimbangan heterogen.
a. Kesetimbangan homogen
Kesetimbangan homogen adalah reaksi kesetimbangan yang zat-zat
terlibat dalam reaksi memiliki fase yang sama. Pada umumnya, kesetimbangan
homogen merupakan reaksi-reaksi gas. Contohnya :
2HI (g) ↔ H2 (g) + I2 (g).
b. Kesetimbangan heterogen
Kesetimbangan heterogen adalah reaksi kesetimbangan yang zat-zat
terlibat dalam reaksi memiliki fase yang berbeda. Contohnya :
NaHCO3 (s) ↔ Na2CO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g).13

12
Ibid., hal,146.
13
Riandi Hidayat, dkk, Op. Cit., hal,106

10
D.Pergeseran Kesetimbangan
Dalam keadaan setimbang, laju reaksi dari kiri ke kanan sama dengan laju
reaksi dari kanan ke kiri. Jika ada aksi dari luar maka kesetimbangan akan
mengadakan reaksi dengan cara mengubag laju reaksinya. Perubahan itu
dinamakan pergeseran kesetimbangan. Keadaan setimbang paada suatu system
merupakan keadaan yang stabil jika tidak ada pengaruh dari luar system. Jika
diberi suatu pengaruh terhadap suatu kesetimbangan, system tersebut akan
bergeser menuju kesetimbangan yang baru. Pada kesetimbangan baru ini,
komposisi zat-zat yang terlibat dalam kesetimbangan berubah dari komposisi
semula.14
Suatu sistem dalam keadaan setinbang cenderung mempertahankan
kesetimbangannya, sehingga bila ada pengaruh dari luar maka sistem tersebut
akan berubah sedemikian rupa agar segera diperoleh keadaan kesetimbangan lagi.
Dalam hal ini dikenal dengan azas Le Chatelier yaitu, jika dalam suatu sistem
kesetimbangan diberikan aksi, maka sistem akan berubah sedemikian rupa
sehingga pengaruh aksi itu sekecil mungkin. Beberapa aksi atau faktor-faktor
yang dapat menimbulkan perubahan pada sistem kesetimbangan antara lain,15
1. Pengaruh Konsentrasi terhadap reaksi
a. Jika konsentrasi pereaksi ditambahkan, maka reaksi akan bergeser ke arah
kanan (hasil reaksi).
b. Jika konsentrasi pereaksi dikurangi, maka reaksi akan bergeser ke arah kiri
(pereaksi).
c. Jika konsentrasi zat ditambahkan, maka reaksi akan bergeser ke arah lawan
ruas zat yang ditambahkan.
d. Jika konsentrasi zat dikurangi, maka reaksi akan bergeser ke arah ruas zat
yang dikurangi.16
e. Pengaruh perubahan konsentrasi

Perhatikan reaksi dan tetapan kesetimbangan berikut :

PCl5 ↔ PCl3 + Cl

14
Tine Maria Kuswati, dkk, Op. Cit., hal. 140.
15
Unggul sudarmo, Op. Cit., hal,159.
16
Riandi Hidayat, Op.Cit., hal, 116

11
Jika konsentrasi PCl3 ditingkatkan dan seandainya tidak terjadi pergeseran.
Nilai Kc akan mengecil. Akan tetapi, penambahan/pengurangan konsentrasi
mengakibatkan pergeseran arah reaksi dari PCl 5, ke PCl3 dan Cl2 (ke kanan), dan
sebaliknya sehingga pelakuan ini tidak akan mengubah nilai Kc. Jadi perubahan
konsentrasi hanya menggeser arah reaksi, tidak memengaruhi nilai Kc.17

2. Pengaruh volume terhadap reaksi


a. Jika volume diperbesar maka kesetimbangan akan bergeser ke arah zat
yang jumlah koefisiennya lebih besar.
b. Jika volume diperkecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah zat yang
jumlah koefisiennya lebih kecil.
3. Pengaruh tekanan terhadap reaksi
Perubahan tekanan akan berpengaruh pada konsnetrasi gas-gas yang ada
pada kesetimbangan, oleh karena itu pada sistem reaksi setimbang yang tidak
melibatkan gas perubahan volume tidak menggeser letak kesetimbangaan.

Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan tekanan terhadap sistem


kesetimbangan gas dapat diingat kembali tentang persamaan gas ideal

PV = n RT
P = (n/V ) RT

Dari persamaan itu menunjukkan bahwa perubahan tekanan akan berakibat


yang sebaliknya dengan perubahan volume, artinya bila tekanan diperbesar akan
sama pengaruhnya dengan bila volume diperkecil dan sebaliknya bila tekanan
diperkecil akan berakibat yang sama dengan bila volume diperbesar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, untuk reaksi kesetimbangan yang jumlah


partikel sebelum reaksi sama dengan jumlah partikel sesudah reaksi, perubahan
tekanan tidak akan menggeser letak kesetimbangan.

Untuk reaksi kesetimbangan yang jumlah partikel sebelum reaksi tidak sama
dengan jumlah partikel sesudah reaksi jika, Tekanan diperbesar kesetimbangan

17
Nana sutresna, Op. Cit., hal 126

12
akan bergeser ke jumlah partikel yang kecil. Tekanan diperkecil kesetimbangan
akan bergeser ke jumlah partikel yang besar. 18

Jika konsentrasi setiap zat pada tetapan kesetimbangan (Kc) diubah ke


dalam bentuk jumlah mol/volume, Kc dapat dituliskan sebagai berikut :

Kc=
[ jumlah mol PCl3
V ][ jumlah mol PCl3
V ] =
( n PCl 3 ) ( n PCl 3 )

[ jumlah mol PCl 3


V ] ( n PCl3 ) ( V )

Jika volume diperbesar dan tidak terjadi pergeseran,nilai Kc akan


mengecil. Agar Kc tidak mengecil, harus terjadi pergeseran dari PCl5, ke PCl3
dan Cl 2 (kekanan atau ke jumlah koefisien besar ). Adapun jika volume di perkecil
dan tidak terjadi pergeseran nilai Kc akan membesar. Akan tetapi perubahan
volume maupun tekanan akan menggeser arah reaksi dari PCl3 dan Cl 2 ke PCl5
( kekiri atau jumlah koefisien kecil ). Sehingga perlakuan ini tidak akan
mengubah nilai Kc. Jadi perubahan volume dan tekanan hanya merubah
pergeseran dan tidak mempengaruhi nilai Kc.19

4. Pengaruh suhu terhadap reaksi


Perubahan suhu pada suatu reaksi setimbang akan menyebabkan terjadinya
perubahan harga tetapan kesetimbangan (K). Untuk mengetahui bagaimana
pengaruh perubahan suhu terhadap pergeseran kesetimbangan berikut disajikan
data harga K untuk berbagai suhu dari dua reaksi kesetimbangan yang berbeda.
Pada reaksi kedua justru terjadi sebaliknya, yaitu bila suhunya diperbesar harga
harga Kp menjadi makin besar, berarti jumlah zat hasil makin banyak yang
diakibatkan terjadinya pergeseran kesetimbangan kekanan.

Perbedaan dari kedua reaksi tersebut adalah harga perubahan entalpinya.


Untuk reaksi pembentukan gas NH3 perubahan entalpinya negatif (Reaksi
endoterm) yang menunjukkan bahwa reaksi kekanan melepaskan kalor.
Sedangkan pada reaksi antara gas H2 dengan gas CO2 harga perubahan entalpinya
berharga postip (Reaksi endoterm) yang menunjukkan bahwa reaksi kekanan

18
Unggul sudarmo, Op. Cit., hal,163-164.
19
Nana sutresna. Op. Ciy., hlm:134

13
adalah reaksi yang menyerap kalor. Dengan demikian pergeseran reaksi
kesetimbangan akibat perubahan suhu ditentukan oleh jenis reaksinya endoterm
atau eksoterm.

Menurut Azas Le Chatelier , JIka sistem dalam keadaan kesetimbangan


suhunya dinaikkan, kesetimbangan bergeser kearah reaksi endoterm atau ΔH
positif, dan jika suhu sistem kesetimbangan diturunkan, kesetimbangan akan
bergeser kearah reaksi eksoterm atau ΔH negatif. 20

E. Hukum Kesetimbangan dan Tetapan Kesetimbangan (K)


1. Tetapan Kesetimbangan

Reaksi kimia tidak berhenti ketika mencapai keadaan setimbang, tetapi


berlangsung dengan laju reaksi yang sama pada dua arah yang berlawanan.
Kesetimbangan kimia adalah contoh kesetimbangan dinamis antara pergerakan
dua reaksi yang berlawanan arah (reaksi maju dan reaksi balik) dengan tetapan
kesetimbangan (K) tertentu.

a. Tetepan kesetimbangan dalam konsentrasi


Pada keadaan setimbang :
Laju (maju= laju (balik)
Rasio konsentrasi produk reaksi dengan pereaksi disebut penyetaraan
tetapan kesetimbangan.
b. Aturan penulisan tetapan kesetimbangan

Berikut ini adalah aturan penulisan tetapan kesetimbangan :

1) Untuk reaksi kimia yang berlangsung pada kesetimbangan, komponen yang


di sebelah kanan tanda persamaan kimia sebagai zat “produk reaksi” dan
disebelah kiri sebagai”pereaksi”
2) Dalam pernyataan reaksi massa, produk reaksi selalu ditulis sebagai
pembilang dan pereaksi sebagai penyebut.
3) Untuk sistem homogen, pernyataan aksi massa mengandung semua produk
dan pereaksi.

20
Unggul sudarmo, Op. Cit., hal,165.

14
4) Pembilang dan pernyataan aksi massa adalah perkaliaan konsentrasi produk
reaksi pangkat masing-masing koefisiennya.
5) Penyebut dalam pernyataan aksi massa adalah perkalian konsentrasi
pereaksi pangkat masing-masing koefisiennya.
c. Perhitungan Kc

Jika komposisi masing-masing zat dalam kesetimbangan sudah diketahui,


perhitungan Kc dapat dilakukan secara langsung dengan memasukkan nilai
konsentrasi zat pada rumus tetapan kesetimbangan dalam konsentrasinya.

Tetapan kesetimbangan dilambangkan dengan KC yang menyatakan


tetapan kesetimbangan berdasarkan konsentrasi (C= concentration). Tetapan
kesetimbangan ini sering dilambangkan dengan K saja. Untuk kesetimbangan
dalam wujud gas, tetapan kesetimbangan dilambangkan dengan Kp yang
menyatakan tetapan kesetimbangan berdasarkan tekanan (P = Pressure).

1. Nilai Kc untuk kesetimbangan Homogen


Reaksi kesetimbangan homogen terjadi jika fase dari zat-zat yang
bereaksi dengan zat hasil reaksi yang sama, yaitu gas atau larutan. Berikut
contoh reaksi homogen :
N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g)
H2(g) + I2(g) ↔ 2HI(g)
Tetapan kesetimbangan Kc merupakan pernyataan matematis dari hukum Aksi
Massa. Perhatikan reaksi berikut :
pA + qB ↔ rC + sD
Untuk reaksi tersebut, tetapan kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai berikut
K C =¿ ¿
Kc merupakan bilangan positif.21.

2. Nilai Kc untuk kesetimbangan Heterogen

Pada kesetimbangan Heterogen, zat-zat yang berada pada keadaan


setimbang memiliki fase yang berbeda-beda. Pada kesetimbangan heterogen
21
Watoni, A. Hari, Op. Cit., hlm:126.

15
ini, fase zat yang berpengaruh dalam penentuan nilai Kc atau dalam pergeseran
kesetimbangan adalah sebagai berikut :

a) Jika terdapat fase gas,dan fase padat, yang menentukan Kc adalah fase gas.
b) Jika terdapat fase gas dan fase cair, yang menentukan Kc tersebut adalah
fase gas.
c) Jika terdapat larutan dan fase padat, yang menentukan Kc tersebut adalah
larutan.
d) Jika terdapat fase gas, fase cair dan fase paadat, yang menentukan Kc adalah
fase gas.

Pada keadaan reaksi dalam kesetimbangan, konsentrasi zat-zat yang ada


selalu tetap karena pada saat yang sama, jumlah zat yang bereaksi sama dengan
jumlah zat yang dihasilkan. Keadaan ini dapat digunakan sebagai indikator
tercapainya kondisi setimbang dari suatu reaksi. Tabel 4.1 merupakan hasil
pengukuran konsentrasi dari zat-zat yang ada pada saat setimbang dari beberapa
reaksi.

Tabel 4.1

Reaksi setimbang: H2(g) + I2(g) ↔ 2HI(g) pada suhu 731 K

No [H2] [I2] [HI] [ HI ] ¿¿ [H2] [I2] [HI]


[ H 2 ] [I 2 ]
1. 1,1 x 10-2 0,12 x 10-2 2,52 x 10-2 1909 48,11 3,33 x 10-7
2. 0,92 x 10-2 0,20 x 10-2 2,96 x 10-2 1609 47,62 5,45 x 10-7
3. 0,77 x 10-2 0,31 x 10-2 3,34 x 10-2 1399 46,73 7,97 x 10-7
4. 0,92 x 10-2 0,22 x 10-2 3,08 x 10-2 1522 46,87 6,23 x 10-7
5. 0,34 x 10-2 0,34 x 10-2 2,35 x 10-2 2033 47,77 2,72 x 10-7
6. 0,86 x 10-2 0,86 x 10-2 5,86 x 10-2 792 46,43 4,33 x 10-7

Reaksi setimbang: Ag+(aq) + 2NH3(aq) ↔ [Ag(NH3)2]+(aq) pada suhu 298 K

No [Ag+] [NH3] [Ag(NH3)2]+ ¿¿ ¿¿ [Ag+][NH3] x

16
[Ag(NH3)2]+
1. 0,001 0,005 0,401 1,25 x 10-5 1,6 x 10-7 2,01 x 10-7
2. 0,001 0,001 0,016 6,25 x 10-5 1,6 x 10-7 1,60 x 10-7
3. 0,002 0,002 0,128 3,13 x 10-5 1,6 x 10-7 5,12 x 10-7
4. 0,002 0,001 0,032 6,25 x 10-5 1,6 x 10-7 6,40 x 10-7
Dari reaksi kesetimbangan pertama dengan persamaan reaksi:

H2(g) + I2(g) ↔ 2HI(g)

Diperoleh nilai tetap pada hasil perhitungan dengan rumus: kc = ¿ ¿

Dari reaksi kesetimbangan yang kedua dengan persamaan reaksi

Ag+(aq) + 2NH3(aq) ↔ [Ag(NH3)2]+(aq)

Diperoleh nilai tetap pada hasil perhitungan dengan rumus

Kc =¿ ¿

Berdasarkan data hasil percobaan tersebut, maka untuk reaksi kesetimbangan:

pA + qB ↔ mC + nD

maka didapatkan nilai tetap dengan rumus :

K = ¿¿

Persamaan diatas merupakan hukum aksi massa atau kesetimbangan (K),


yang menyatakan bahwa dalam keadaan setimbang, hasil kali konsentrasi zat-zat
hasil reaksi yang dipangkatkan koefisiennya dibagi dengan hasil kali konsentrasi
zat-zat pereaksi yang dipangkatan koefisiennya akan menjadi nilai yang tetap.

Nilai yang diperoleh dari perhitungan hukum kesetimbangan disebut


tetapan kesetimbangan. Tetapan kesetimbangan adalah khas untuk suatu reaksi
dan nilainya tetap pada suhu tertentu. Artinya, setiap reaksi kan mempunyai nilai
tetapan kesetimbangan tertentu pada kondisi tertentu. 22

Dalam sistem kesetimbangan, tidak terjadi perubahan makroskopis. Pada


keadaan setimbang, konsentrasi komponen-komponen zat dalam sistem itu tetap.

22
Unggul sudarmo, Op. Cit., hal,148-149.

17
Komponen atau konsentrasi dapat berubah jika salah satu zat dalam sistem
diubah. Dalam keadaan setimbang, pada suatu reaksi terdapat hubungan yang erat
antara reaktan dengan konsentrasi produk. Pada tahun 1866 dua orang ahli kimia
Norwegia, Cato Maximilan Guldberg dan Peter Waage mengemukakan besaran
yang disebut tetapan kesetimbangan kimia.

Untuk menuliskan tetapan kesetimbangan dari sistem kesetimbangan


heterogen, konsentrasi zat yang berwujud padat (s) dan zat cair murni (l) tidak
dituliskan. Hal itu disebabkan karena zat yang berwujud padat dan zat yang murni
tidak mempunyai konsentrasi.23

Contoh soal :
1. Dalam suatu wadah yang volumenya 2 liter, dimasukkan 0,2 mol gas HI, lalu
terurai menurut reaksi berikut.
2 HI (g) ↔ H2 (g) + I2 (g)
Jika gas I2 yang terbentuk adalah 0,02 mol, hitunglah tetapan kesetimbangan
konsentrasinya !
Jawab:
o , 1 mol
Mula-mula 0,1 mol HI (g) = = 0,05 M
2 liter
0,02 mol
I2 (g) yang terbentuk saat setimbang = = 0,01 M
2 liter
2 HI (g) ↔ H2 (g) + I2 (g)
Mula-mula: 0,05 M - -
Terurai : (2/1 x 0,01) =0,02 M - -
Setimbang : 0,03 M 0,01 M 0,01 M

Kc = [ H 2 ] [I 2 ]
¿¿
( 0,01 ) (0,01)
Kc
¿¿
−4
1 x 10
Kc= −4
9 x 10
Kc= 1/9

23
Tine Maria Kuswati, dkk, Op. Cit., hal. 151

18
Jadi, tetapam kesetimbangan konsentrasi adalah 1/9. 24
Dengan mengetahui nilai tetapan kesetimbangan suatu reaksi pada suhu
tertentu, maka diketahui banyak hal, yaitu untuk memprediksi arah reaksi dari
suatu sistem reaksi kesetimbangan, untuk menentukan apakah suatu reaksi bolak-
balik berada dalam keadaan setimbang, dan untuk menentukan komposisi
(konsentrasi) zat-zat yang terdapat dalam sistem kesetimbangan.

a. Memprediksi Arah Reaksi


Nilai tetapan kesetimbangan merupakan hasil bagi dari konsentrasi zat
hasil reaksi yang dipangkatkan koefisiennya dengan konsentrasi pereaksi yang
dipangkatkan koefisiennya. Oleh karena konsentrasi hasil reaksi selalu sebagai
pembilang, maka besar kecilnya nilai K menunjukkan besar kecilnya hasil reaksi
pada suhu tertentu. Jika nilai K besar, berarti hasil reaksinya banyak dan jika K
kecil, berarti hasil reaksinya sedikit.
b. Menentukan apakah suatu reaksi bolak-balik berada dalam keadaan setimbang
Jika nilai tetapan kesetimbangan suatu reaksi pada suhu tertentu sudah
diketahui, maka akan dapat diselidiki apakah pada suhu tersebut reaksi dengan
komposisi tertentu berada dalam keadaan setimbang atau tidak.
Contoh :
1. Pada 350 ᴼC terdapat reaksi setimbang :
H2 (g) + I2 (g) ↔ 2 HI (g)

Mempunyai harga K = 60. Berdasar data tersebut selidikilah apakah


sistem dalam keadaan setimbang atau tidak bila komposisi gas-gas dalam 1
liter ruangan adalah

a. [H2] = [I2] = [HI] = 0,010 mol dm-3


b. [HI] = 0,30 mol dm-3 ; [H2] =0,010 mol dm-3 ; [I2] = 0,0015 mol dm-3

jawab :

a. Kc = ¿ ¿
Kc = ¿ ¿
Kc = 1
24
Tine Maria Kuswati, dkk, Op. Cit., hal. 151

19
Padahal harga Kc= 60, jdi sistem tidak dalam keadaan setibang.

a. Kc = ¿ ¿
Kc = ¿ ¿
Kc = 60 (sama dengan harga K c pada suhu 350ᴼ C, jadi sistem dalam
keadaan setimbang).
c. Menentukan komposisi zat-zat dalam keadaan setimbang

Dengan mengetahui nilai tetapan kesetimbangan suatu reaksi pada suhu


tertentu, maka gambaran tentang komposisi zat-zat yang ada pada kesetimbangan
pada suhu tersebu juga dapat diketahui.

Contoh :
1. Ke dalam wadah 1 liter dimasukkan 0,100 mol PCl5, kemudian dipanaskan
sampai suhunya 250 C sehingga terurai menurut reaksi :

PCl5 (g) ↔ PCl3 (g) + Cl2 (g)

Harga tetapan kesetimbangan pada suhu tersebut adalah 0,030.


Tentukan komposisi masing-masing gas pada saat tercapai kesetimbangan.

Jawab :

PCl5 (g) ↔ PCl3 (g) + Cl2 (g)

Kita anggap bahwa pada suhu tersebut PCl5 yang terurai sebanyak x
mol/L, maka berdasar stoikiometri reaksinya didapat, Pada keadaan awal,

PCl5 = 0,100mol/ liter


PCl3 = 0mol/L
Cl2 = 0 mol/L
Pada saat tercapai kesetimbangan
PCl5 = (0,100 – x) mol/L
PCl3 = (0 + x) mol/L
= x mol/L
Cl2 = (0 + x )mol/L
= x mol/L
Atau secara stoikiometris dapat dituliskan dengan cara sebagai berikut,

20
Menurut Hukum Kesetimbangan,

dengan menggunakan rumus abc, didapat:

x1 = 0,042 dan x2 = – 0,072 (harga minus tidak mungkin)

maka didapat komposisi saat setimbang adalah,

[PCl5 ] = ( 0,100 – 0,042) mol /L = 0,058 mol/L


[PCl3] = [Cl2] = 0,042 mol/L
2. Tetapan kesetimbangan dengan tekanan parsial (Kp)
Untuk reaksi yang melibatkan gas, tetapan kesetimbangan dapat
dinyatakan dari nilai tekanan parsial masing-masing gas pada saat setimbang,
sebab konsentrasi gas dalam suatu ruangan akan menentukan besar tekanan gas
tersebut dalam ruangan. Untuk membedakan nilai tetapan kesetimbangan yang
diperoleh dari nilai konsentrasi dan dari nilai tekanan parsial, maka untuk

21
selanjutnya nilai tetapan kesetimbangan yang diperoleh berdasarkan konsentrasi
diberi lambang Kc sedangkan untuk tetapan kesetimbangan yang diperoleh dari
nilai tekanan diberi lambang Kp.

Tetapan kesetimbangan untuk sistem kesetimbangan gas juga dapat


dinyatakan dengan tekanan parsial gas, di samping tetapan kesetimbangan
berdasarkan konsentrasi. Tetapan kesetimbangan berdasarkan tekanan parsial
disebut tetapan kesetimbangan tekanan parsial dan dinyatakan dengan Kp.
Contoh :
H2 (g) + Cl2 (g) ↔ 2 HCl (g)
2
(PHCl )
Tetapan kesetimbangannya : kp =
( PH ) (P Cl )
2 2

Jika tekanan total adalah p total dan tekanan parsial gas adalah PA, PB, PC, PD maka:
P total = PA + PB + PC + PD
Apabila mempunyai jumlah mol yang besar, gas tersebut akan mempunyai
tekanan parsial yang besar.
jumlah mol zat tertentu
Tekanan parsaial suatu gas = X tekanan total
mol seluruh gas
Contoh soal :
1. Dalam suatu tempat bertekanan 2 atm, terdapat campuran gas-gas yaitu 0,1 mol
gas A, 0,15 mol gas B, dan 0,25 mol gas C. Reaksi kesetimbangan gas tersebut
sebagai berikut.
A (g) + B (g) ↔ C (g)
Hitunglah tekanan parsial masing-masing gas dan tetapan
kesetimbangannya (Kp) !
Jawab:
A (g) + B (g) ↔ C (g)
Tekanan total = 2 atm
Jumlah total mol gas A + mol gas B + mol gas C = (0,1 + 0,15 + 0,25 ) =0,5
mol
a. Tekanan pasrsial msing-masing gas :
0,1
PA = x 2 atm = 0,4 atm
0,5

22
0,15
PB = x 2 atm = 0,6 atm
0,5
0,25
PC = x 2 atm = 1 atm
0,5
Jadi tekanan gas A = 0,4 atm, gas B = 0,6 atm, dan 1 atm
( PC ) 1 1
b. Kp = = = = 4,17
( P A )(P B) (0,4)( 0,6) 0,24
Jadi, tetapan kesetimbangannya (Kp) adalah 4,17
3. Hubungan kesetimbanagn kimia (kc) dengan tekana parsial (kp)
dari persamaan gas ideal : PV = nRT
nRT
P=
V
n
P= (RT)
V
n
= c = konsentrasi molar
V
Kp= Kc (RT)∆n
Keterangan : ∆n = jumlah koefisien produk – jumlah koefisien reaktan
R = 0,082 L atm K-1 mol-2
T = temparatu (K)
Contoh soal :
1. Dalam reaksi : H2 (g) + I2 (g) ↔ 2 HI (g)
Kesetimbangan tercapai pada temperatur 490 ᴼC dengan tekanan parsial
masing-masing gas adalah PH2 = 2 x 10-2 atm
PI2 = 2 x 10-2 atm
PHI = 1,5 x 10-3 atm
Tentukanlah harga tetapan kesetimbangan Kp dan Kc !
Jawab :
H2 (g) + I2 (g) ↔ 2 HI (g)
2
(P HI )
a. Kp =
( PH ) (P I )
2 2

Kp = ¿ ¿
−6
2,25 x 10
Kp = −4
4,0 x 10

23
= 5,63 x 10-3 atm
Jadi, tetapan kesetimbangan (Kp) adalah 5,63 x 10-3 atm
b. Kp = Kc (RT)∆n
∆n = ∑ koefisien zat produk - ∑ koefisien zat reaktan
= 2 – (1+1)= 0
R= 0,082 L atm K-1 mol-1
T = 490 + 273 = 763 K
Kp = Kc (RT)ᴼ → (RT)ᴼ = 1
5,63 x 10-3 atm = Kc x 1L atm K mol-1 K
Kc= 5,63 x 10 -3 M
Jadi, tetapan kesetimbangan (Kc) adalah 4,56 x 10 -3 M25
4. Derajat Disosiasi

Raksi disosiasi adalah reaksi peruraian suatu zat menjadi zat yang lebih
sederhana. Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi zat-zat lain yang lebih
sederhana. Reaksi disosiasi adalah suatu reaksi setimbang dalam suatu sistem
yang tertutup, di mana sebuah zat teruarai menjadi beberapa zat. Untuk
mengetahui berapa bagian zat yang terdisosiasi (α).

Contoh :
a. N2 O4 (g) ↔ 2 NO2 (g)
b. 2 SO3 (g) ↔ 2 SO2 (g)
c. CaCO3 (s) ↔ CaO (s) + CO2 (g)
d. CH3COOH (aq) ↔ CH3COO- (g) + H+ (aq)

Di dalam sistem kesetimbangan dissosiasi dikenal adanya derajad


dissosiasi ( α ) yang menyatakan seberapa bagian (persen) gas yang telah terurai
pada saat tercapai kesetimbangan yang dinyatakan dengan rumusan,

jumlah mol zat yang terurai


α=
jumlah mol zat mula−mula

Jika α = 0, semua zat mula-mula tidak terurai, artinya tidak terjadi


disosiasi

25
Tine Maria Kuswati, dkk, Op. Cit., hal. 155.

24
Jika α = 1, seluruh zat mula-mula, artinya terjadi disosiasi sempurna.
Jika 0 ¿ α <1, terjadi kesetimbangan disosisi
Contoh :
1. Dalam ruang 1 liter dimasukkan gas PCl5 sebanyak 0,30 mol dan terurai
menurut reaksi kesetimbangan berikut.
PCl5 (g) ↔ PCl3 (g) + Cl2 (g)
Setelah mencapai keadaan setimbang terdapat 0,20 mol PCl3 . tentukan derajat
disosiasi dan persentase PCl5 yang terurai !
Jawab :
PCl5 (g) ↔ PCl3 (g) + Cl2 (g)
Mula-mula : a=0,30 mol - -
Terurai : aαmol - -
Setimbang : (a-aα) mol aα=0,20mol aα=0,20mol
PCl3 (g) yang terbentuk = PCl3 (g) saat setimbang
= aα
= 0,20 mol
PCl5 mula-mula =a
= 0,30 mol
aα = 0,20
0,30 α = 0,20
0,20
α= = 0,66
0,30
jadi derajat disosiasi adalah 0,66

jumlah persentase PCl5 yang terurai = x 100 %
a
= 0,66 x 100 % = 66 %
Jadi, derajat disosiasi adalah 66%. 26
2. 2HI(g) ↔ H2(g) + I2(g)

Dalam ruang satu liter dipanaskan gas HI hingga terurai membentuk reaksi
setimbang

26
Tine Maria Kuswati, dkk, Op. Cit., hal. 157.

25
Pada suhu tertentu harga tetapan kesetimbangannya (Kc) adalah 4.
Tentukan ,

a. Berapa persen HI yang telah terurai

b. Komposisi masing-masing gas pada saat setimbang

Jawab :

2 HI (g) ↔ H2 (g) + I2 (g)

Mula-mula : 1mol - -

Terurai :αmol ½α ½α

Setimbang : (1-αmol) ½α ½α

a. Kc = ¿ ¿
[½ α ][½ α ]
4= 2
[ 1−αmol ]
2 = ¿¿
½α
2 =
1−αmol ❑
α = 4/5 atau 80 %

. b. Komposisi pada saat setimbang :

HI = 1-α =1/5 mol

H2 = I2 = 1/2 x 4/5

= 2/5 mol

F. Kesetimbangan Kimia dalam Industri

Proses Industri umumnya akan mengikuti hukum ekonomi, yaitu dengan


biaya yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh untung sebanyak-banyaknya.
Prinsip ini didalam industri yang menghasilkan barang tentunya dapat diubah
menjadi, dengan usaha dan biaya seminimal mungkin untuk menghasilkan barang
industri sebanyak-banyaknya, untuk itu faktor-faktor yang menghambat atau
memperlambat pada proses itu diusahakan seminimal mungkin. Pada bagian ini

26
akan dibahas bagaimana memperoduksi amoniak (NH3) dan asam sulfat (H2SO4)
dalam industri. Kedua bahan kimia tersebut dalam proses pembuatannya
melibatkan reaksi setimbang, yang merupakan tahap paling menentukan untuk
kecepatan produksi.

1. Proses Haber Pada Pembuatan Amoniak.

Amoniak (NH3) merupakan senyawa penting dalam industri kimia, karena


sangat luas penggunaannya, misalnya untuk pembuatan pupuk; asam nitrat dan
senyawa nitrat untuk berbagai keperluan. Produksi amoniak di Indonesia
dilakukan pada pabrik petrokimia di Gresik dan Kujang. Proses pembuatan
amoniak dilakukan melalui reaksi :

N2 (g) + 3 H2 (g) ↔ 2 NH3 (g) ∆H =-92 KJ

Cara ini mulai diperkenalkan oleh Fritz Haber Bangsa Jerman pada tahun
1913, dimana pada Perang Dunia I Jerman terkena Blokade Tentara Sekutu
sehingga pasokan senyawa nitrat (Sendawa Chili , KNO3) dari Amerika yang
merupakan bahan pembuat amunisi tidak dapat masuk ke Jerman. Reaksi
pembuatan amoniak ini merupakan reaksi setimbang, oleh sebab itu untuk
mendapatkan amoniak sebanyak banyaknya pada prosesnya digunakan Azas Le
Chatelier, yaitu untuk menggeser kesetimbangan ke arah pembentukan NH3,
konsentrasi N2 dan H2 diperbesar (dengan menaikkan tekanan kedua gas
tersebut), Faktor lain yang sangat penting untuk diperhatikan adalah suhu dan
tekanan.

Dilihat dari reaksinya yang eksoterm seharusnya proses tersebut dilakukan


pada suhu rendah, tetapi jika dilakukan pada suhu rendah reaksi antara N2 dan H2
menjadi lamban, untuk itu dapat diatasi dengan memberi katalisator Fe yang
diberi promotor (bahan yang lebih mengaktifkan kerja katalisator) Al2O3 dan
K2O. Selain suhu faktor tekanan juga perlu diperhatikan, bila diperhatikan dari
persamaan reaksinya NH3 akan banyak terjadi pada tekanan tinggi, meskipun
demikian harus juga memperhatikan biaya yang diperlukan dan konstruksi
bangunan pabriknya. Dengan berbagai pertimbangan itu didapat kondisi optimum,

27
dimana pada kondisi tersebut akan diperoleh amonia yang secara ekonomis paling
menguntungkan. Pada tabel berikut dipaparkan berbagai kondisi temperatur dan
tekanan serta amoniak yang dapat dihasilkan.

Tabel 4. Persentase Amoniak pada Saat Setimbang untuk Berbagai Suhu dan
Tekanan

Dengan pertimbangan konstruksi pabrik, beaya produksi dan berbagai


pertimbangan diatas, kondisi optimum untuk operasional pabrik amonia umumnya
dilakukan pada tekanan antara 140 atm – 340 atm dan temperatur antara 400 C –
600 C.

Berdasarkan asaz Le Chatelier, untuk mendapatkan hasil NH 3 yang besar,


harus menggunakan suhu yang rendah dan tekanan tinggi. Dengan demikian
kesetimabangan akan bergeser ke arah NH3. Akan tetapi pada kenyataannya reaksi
berjalan dengan lambat pada temperatur biasa, walaupun telah digunkaan katalis
Oksida Besi (FeO). Oleh sebab itu menggunakan suhu antara 400 ᴼC – 500 ᴼC
dan tekanan 100 Mpa, walaupun jumlah NH3 yang dihasilkan agak berkurang.

2. Proses pada pembuatan amonia menurut Haber-Bosch

28
Pembuatan amoniak dikenal dengan proses Haber-Bosch. Bahan baku
proses Haber berasal dari ga alam, air, dan udara. Gas hidrogen diperoleh dari
reaksi gas alam (mengandung metana) dengan uap air, sedangkan gas nitrogen
diperoleh dari udara.
CH4 + H2O ↔ CO + 3 H2
Kemudian gas CO yang terbentuk direaksikan lagi dengan uap air
sehingga menghasilkan gas H2 dan gas CO2.
CO + H2O ↔ CO2 + H2
Gas H2 digunakan untuk membuat amonia, sedangkan gas CO2 yang
dihasilkan digunakan untuk memproduksi urea CO (NH 2)2. Reaksi nitrogen dan
hidrogen dilakukan pada suhu 450 ᴼC dibantu oleh katalis (besi oksida) dengan
reaksi kesetimbangan berikut.
N2 (g) + 3 H2 (g) ↔ 2 NH3 (g) ∆H = -92 KJ.
Di dunia, 50 % amoniak yang diproduksi di dunia digunakan untuk pupuk.
Sisanya digunakan untuk memproduksi granul garam NH4NO3, (NH4)2SO4 dan
(NH4)3PO4, asam nitrit dan sneyawa nitrogen lainnya.
3. Pembuatan Asam Sulfat Dengan Proses Kontak

Asam sulfat merupakan bahan indutri kimia yang penting, yaitu digunakan
sebagai bahan baku untuk pembuatan pupuk. Proses Industri asam sulfat
( H2SO4) sebenarnya ada dua cara yaitu dengan proses Kamar timbal dan Proses
Kontak. Proses kamar timbal sudah ditinggalkan karena kurang menguntungkan,
hanya tinggal satu pabrik di Amerika Serikat yang masih beroperasi dan itupun
dianggap sebagai museum industri. Proses kontak menghasilkan asam sulfat
mencapai kadar 99% dan beayanya lebih murah, di Indonesia pabrik asam sulfat
antara lain di Petrokimia Gresik, Pusri Palembang dan Kujang Jawa Barat.

Pembuatan asam sulfat meliputi tiga tahap yaitu,


a. Pembakaran belerang menjadi belerang dioksida,
S(s) + O2(g) ↔ SO2 (g)
b. Oksidasi SO2 menjadi SO3
2SO2 (g) + O2 (g) ↔ SO3(g) ∆ H = - 196 kJ
c. Mereaksikan SO3 dengan air,
SO3 (g) + H2O (l) ↔ H2SO4 (l)

29
Belerang dioksida yang dihasilkan harus benar-benar murni sebab
bila mengandung pengotor akan mengganggu proses selanjutnya. Di
Petrokimia Gresik gas SO2 diperoleh dari sisa pengolahan tembaga atas
kerjasama dengan PT Freeport (Irian Jaya). Tahapan paling menentukabn
pada proses pembuatan asam sulfat adalah tahapan kedua, yaitu proses
pengubahan SO2 menjadi SO3 . Reaksi pada proses ini merupakan reaksi
kesetimbangan, maka untuk memperbanyak hasil harus memperhatikan
azas Le Chatelier.
a. Reaksi tersebut menyangkut tiga partikel pereaksi ( 2 partikel SO2 dan
1 partikel gas O2 ) untuk menghasilkan 2 partikel SO3 , jadi perlu
dilakukan pada tekanan tinggi.
b. Reaksi kekanan adalah reaksi eksoterm (ΔH = – 196 kJ) berarti harus
dilakukan pada suhu rendah, tetapi permasalahannya pada suhu rendah
reaksinya menjadi lambat. Seperti pada pembuatan amoniak
permasalahan ini dapat diatasi dengan penambahan katalisator V2O5
Dari penelitian didapat kondisi optimum untuk proses industri
asam sulfat dilakukan pada suhu antara 400 C – 450 C dan tekanan 1 atm.
Hasil yang didapat berkadar 97 – 99% H2SO4. Oleh karena pada kondisi
tersebut sudah didapat hasil yang kadarnya cukup tinggi, maka tidak perlu
dilakukan pada tekanan yang lebih tinggi, sebab hanya akan membuang
biaya tanpa peningkatan hasil yang berarti.27
4. pembuatan Asam Nitrat
Asam nitrat digunakan dalam pembuatan pupuk amonium nitrat, bahan
peledak seperti nitrogliserin, dan trinitrotoluen (TNT), industri zat warna, dan
metalurgi. Asam nitrat dapat dibuat dengan cara mereaksikan NO2 dan air.
Metode yang biasa digunakan adalah proses Ostwald yang terdiri atas tiga tahap
reaksi.
Tahap 1 : Oksidasi amonia
Pada reaski ini, suhu reaksi sekitar 900 ᴼC dan digunakan katalis platina
dan rhenium.
4 NH3 (g) + 5 O2 (g) ↔ 4 NO (g) + 6 H2O (l) ∆H = - 907 KJ

27
Unggul sudarmo, Op. Cit., hal,

30
Tahap 2 : oksidasi gas NO
Gas NO selanjutnya dicampur dengan udara agar dapat bereaksi dengan
oksigen.
2 NO (g) + O2 (g) ↔ 2 NO2 (g) ∆H = -114 KJ
Tahap 3. Pembentukan asam nitrat
Gas NO2 direaksikan dengan air menghasilkan asam nitar dan gas NO.

3 NO2 (g) + H2O (l) ↔ 2 HNO3 (aq) + NO (g)


5. Tangki penyimpanan hidrogen cair
Hidrogen cair merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang kini mulai
digunakan. Salah satu masalah dalam penyimpanan bahan bakar hidrogen untuk
kendaraan bermotor dapt diatasi dengan pembentukan hidrida. Menurut penelitian
beberapa logam dapat menyimpan hidrogen cair 50% lebih banyak dari wadah
yang biasa digunakan untuk menyimpan hidrogen cair. Dengan memberikan
tekanan, hidrogen membentuk hidrida dengan serbuk logam.
Ti(s) + nH2(l) ↔ TiH2n(g)
Jika hidrogen digunakan, maka tekanan akan berkurang sehingga reaksi
akan bergeser kekiri menghasilkan hidrogen.
6. Kolam renang dan Bak penampungan air
Untuk mencegah pertumbuhan alga dan bakteri dalam kolam renang atau
bak penampung air, kedalam kolam renang atau bak biasanya ditambahkan asam
hipoklorit. Sinar matahari dapat mempercepat penguraian asam hipoklorit. Untuk
memperlambat penguraian asam hipokrorit, kedalam kolam renang ditambahkan
asam sianurat karena asam triklorosianurat tidak terurai oleh sinar matahari.
H3C3N3O3(aq) + 3HClO(aq) ↔ Cl3C3N3O3(aq) + 3H2O(l)
Asam sianurat triklorosianurat
Jika asam hipoklorat terurai atau mengoksidasi alga atau bakteri, maka
reaksi akan bergeser kearah kiri(pembentukan asam hipoklorit). Dengan
demikian, penggunaan asam hipoklorit dapat dihemat sekaligus mengurangi biaya
produksi.28

28
Riandi Hidayat, Op. Cit., hal,126

31
DAFTAR PUSTAKA

A. Haris, Watoni, dkk. 2016. Kimia Untuk Siswa SMA/MA Kelas XI Kelompok
Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam. Bandung : Yrama Widya
Kuswati, Tine Maria dkk. TT. Konsep Dan Penerapan Kimia SMA/MA Kelas XI.
Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Hidayat, Riandi, dkk. 2014. Panduan Belajar Kimia 2A. Jakarta : Yudistira
Sudarmo, Unggul. 2016. Kimia Untuk Sma/Ma Kelas XI. surakarta : Erlangga

32
Sutresna Nana. 2015. Kimia Kelas 2 SMA. Bandung : Grafindo
Syukri S. 1999. Kimia Dasar II. Bandung : ITB

33

Anda mungkin juga menyukai