Anda di halaman 1dari 65

Ada tiga faktor yang dapat mengubah kesetimbangan kimia, antara lain :

1. Pengaruh Perubahan Konsentrasi Terhadap Kesetimbangan

Perhatikan reaksi pembentukan gas amonia berikut :

N2(g)+ 3H2(g) 2NH3(g) H = -92 kJ

Aksi yang diberikan Arah pergeseran


N2ditambah Ke kanan(produk bertambah)

N2dikurangi Ke kiri(produk berubah menjadi reaktan)


H2ditambah Ke kanan(produk bertambah)

H2dikurangi Ke kiri(produk berubah menjadi reaktan


NH3ditambah Ke kiri(produk berubah menjadi reaktan)

NH3dikurangi Ke kanan(produk bertambah)

Jika konsentrasi salah satu zat ditambah, maka sistem akan bergeser dari arah zat tersebut.

Jika konsentrasi salah satu zat dikurangi, maka sistem akan bergeser ke arah zat tersebut.

1. Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Kesetimbangan

Secara kualitatif pengaruh suhu dalam kesetimbangan kimia terkait langsung dengan jenis reaksi
eksoterm atau reaksi endoterm. Reaksi eksothermis adalah reaksi bersifat spontan, tidak
memerlukan energi melainkan justru menghasilkan energi(H reaksi negatif), sedangkan Reaksi
endothermis adalah reaksi yang membutuhkan energi/ kalor untuk bisa bereaksi(H positif).
Sistem kesetimbangan yang bersifat eksothermis ke arah kanan dan endothermis ke arah kiri.

Jika suhu dinaikkan, maka reaksi akan bergeser ke kiri yaitu reaksi yang bersifatendothermis.
Sebaliknya bila suhu reaksi diturunkan maka reaksi akan bergeser ke kanan yaitu reaksiyang
bersifat eksothermis. Menaikan suhu, sama artinya kita meningkatkan kalor atau menambah
energi ke dalam sistem, kondisi ini memaksa kalor yang diterima sistem akan dipergunakan, oleh
sebab itu reaksi semakin bergerak menuju arah reaksi endoterm. Begitu juga sebaliknya.

1. Pengaruh Perubahan Tekanan atau Volume Terhadap Kesetimbangan

Pada proses Haber Reaksi terjadi dalam ruangan tertutup dan semua spesi adalah gas. Sehingga
Perubahan tekanan dan volume hanya berpengaruh pada sistem kesetimbangan antara fasa gas
dengan gas. Sedang sistem kesetimbangan yang melibatkan fasa cair atau padat, perubahan
tekanan dan volum dianggap tidak ada.

Menurut hukum gas ideal, bahwa tekanan berbanding lurus dengan jumlah mol gas dan
berbanding terbalik dengan volum. Jika tekanan diperbesar maka jumlah mol juga bertambah,
dan volume akan mengecil maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah
molnya lebih kecil. Begitu juga sebaliknya jika tekanan diperkecil maka jumlah mol juga akan
kecil, dan volume akan besar maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah
molnya lebih besar.

Perhatikan reaksi berikut :

N2(g)+ 3H2(g) 2NH3(g) H = -92 kJ

Jika tekanan diperbesar (volume mengecil) maka kesetimbangan akan bergeser ke


arahkanan, sebab jumlah molnya lebih kecil yaitu 2 mol.
Jika tekanan dikurangi (volume bertambah) , maka kesetimbangan akan bergeser ke
kiri,karena jumlah molnya lebih besar yaitu 4 mol

Dengan demikian, dengan meningkatkan tekanan akan (mengurangi volume ruangan) pada
campuran yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi yang mengandung jumlah
molekul gas yang paling sedikit. Sebaliknya, menurunkan tekanan (memperbesar volume
ruangan) pada campuran yang setimbang menyebabkan reaksinya bergeser ke sisi yang
mengandung jumlah molekul gas yang paling banyak. Sementara untuk reaksi yang tidak
mengalami perubahan jumlah molekul gas (mol reaktan = mol produk), faktor tekanan dan
volume tidak mempengaruhi kesetimbangan kimia.
A. Reaksi Berkesudahan dan Dapat Balik

Reaksi kimia berdasar arahnya dibedakan menjadi reaksi berkesudahan (satu arah) dan reaksi
dapat balik (dua arah). Pada reaksi berkesudahan zat zat hasil tidak dapat saling bereaksi
kembali menjadi zat pereaksi. Contoh:

NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Pada reaksi di atas reaksi hanya berlangsu ke arah kanan, sebab bila NaCl dilarutkan ke dalam
air tidak akan pernah menjadi NaOH dan HCl.

Reaksi dapat balik dapat berlangsung dalam dua arah artinya zat-zat hasil reaksi dapat saling
bereaksi untuk membentuk zat pereaksi kembali. Contoh:

Jika timbal (II) sulfat padat yang berwarna putih bila direaksikan dengan larutan natrium iodida
akan membentuk endapan timbal (II) iodida yang berwarna kuning dengan reaksi,

Sebaliknya bila
padatan timbal(II) iodida yang berwarna kuning dari reaksi diatas ditambah larutan natrium
sulfat, maka akan terbentuk kembali endapan warna putih dari timbal(II) sulfat dengan reaksi,

Proses ini berlangsung terus menerus. Mengapa air dalam botol tetap, karena jumlah air yang
menguap sama dengan jumlah uap air yang mengembun kembali menjadi air, atau dapat
dikatakan bahwa didalam botol tersebut laju penguapan air sama dengan laju pengembunan air.
Proses demikian ini disebut dengan kesetimbangan dinamis, yaitu proses bolak balik dengan laju
yang sama untuk kedua arah Proses kesetimbangan dinamis ini dapat terjadi pula dalam suatu
reaksi kimia.

A. Reaksi Berkesudahan dan Dapat Balik

Reaksi kimia berdasar arahnya dibedakan menjadi reaksi berkesudahan (satu arah) dan reaksi
dapat balik (dua arah). Pada reaksi berkesudahan zat zat hasil tidak dapat saling bereaksi
kembali menjadi zat pereaksi. Contoh:

NaOH (aq) + HCl (aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Pada reaksi di atas reaksi hanya berlangsu ke arah kanan, sebab bila NaCl dilarutkan ke dalam
air tidak akan pernah menjadi NaOH dan HCl.

Reaksi dapat balik dapat berlangsung dalam dua arah artinya zat-zat hasil reaksi dapat saling
bereaksi untuk membentuk zat pereaksi kembali. Contoh:
Jika timbal (II) sulfat padat yang berwarna putih bila direaksikan dengan larutan natrium iodida
akan membentuk endapan timbal (II) iodida yang berwarna kuning dengan reaksi,

Sebaliknya bila
padatan timbal(II) iodida yang berwarna kuning dari reaksi diatas ditambah larutan natrium
sulfat, maka akan terbentuk kembali endapan warna putih dari timbal(II) sulfat dengan reaksi,

Jika diamati dari


kedua reaksi tersebut maka akan tampak bahwa reaksi yang kedua merupakan kebalikan dari
reaksi yang pertama, dan dengan demikian reaksi diatas dikatakan reaksi dapat balik atau. Bila
kedua reaksi itu berlangsung secara bersamaan disebut juga sebagai reaksi bolak-balik dan ditulis
ditandai dengan dua panah dengan arah berlawanan.

Reaksi kesetimbangan
dinamis dapat terjadi bila reaksi yang terjadi merupakan reaksi bolak balik.

B. Keadaan Setimbang

Meskipun hampir semua reaksi merupakan reaksi dapat balik, tetapi tidak semua reaksi dapat
balik akan dapat menjadi reaksi setimbang. Untuk dapat menjadi suatu reaksi setimbang
diperlukan persyaratan antara lain, reaksinya bolak-balik, sistemnya tertutup, dan bersifat
dinamis.

1. Reaksi bolak-balik.

Suatu reaksi kadang-kadang perlu adanya pengaruh dari luar untuk dapat balik, oleh karena itu
reaksi tersebut tidak dapat berlangsung secara bersamaan, misalnya reaksi antara timbal (II)
sulfat dengan larutan natrium iodida diatas, tentunya tidak akan berlangsung dalam waktu yang
bersamaan.

Suatu reaksi dapat menjadi reaksi kesetimbangan bila reaksi baliknya dapat dengan mudah
berlangsung secara bersamaan, seperti yang terjadi pada proses penguapan air dan pengembunan
air didalam botol pada awal bab ini. Proses penguapan dan pengembunan dapat berlangsung
dalam waktu yang bersamaan. Reaksi-reaksi homogen (fasa pereaksi dan hasil reaksinya sama),
misalnya reaksi-reaksi gas atau larutan akan lebih mudah berlangsung bolak-balik dibanding
dengan reaksi yang heterogen. Umumnya reaksi heterogen dapat berlangsung bolak-balik pada
suhu tinggi.

Contoh reaksi homogen yang berlangsung bolak-balik,


Contoh reaksi heterogen yang dapat berlangsung bolak-balik pada suhu tinggi:
12. SIMPULAN Dari reaksi-reaksi tampak bahwa kation-kation unsur transisi cenderung membentuk
endapan berwarna dan kompleks kation-kation. Unsur-unsur golongan transisi cenderung membentuk
endapan putih kuning dan tidak membentuk kompleks

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Kation golongan I dapat membentuk garam klorida jika direaksikan dengan Cl. Senyawa
yang terbentuk berupa AgCl, Hg2Cl2, dan PbCl2. PbCl2 dapat dipisahkan dari senyawa klorida
Hg dan Ag dengan cara memanaskan campuran garam klorida sampai mendidih kemudian
disaring. Pb2+ akan terlarut karena kation Pb2+ mudah larut dalam air panas dan asam klorida
pekat. Sedangkan untuk memisahkan Hg22+ dan Ag+ dapat dilakukan dengan mereaksikan
dengan amoniak. Hg22+ akan membentuk endapan dalam amoniak sementara Ag+ akan larut
sehingga dapat diidentifikasi mana Ag+ dan mana Hg22+.

2. Identifikasi kation golongan I dapat dilakukan dengan penambahan K2Cr2O7 yang dapat
membentuk endapan berwarna kuning jika direaksikan dengan Pb2+, endapan hitam Hg HgNH4Cl
pada penambahan amoniak, endapan putih AgCl setelah larutan Ag-amoniakal diasamkan,
endapan kuning kehijauan dari Hg2I2, dan endapan coklat Ag2O.

3. Berdasarkan data hasil pengamatan, secara kualitatif dapat dibuktikan bahwa sampel yang
diuji mengandung kation golongan I yang berupa Ag+, Hg22+, dan Pb2+.
Kation-kation golongan II dibagi menjadi dua sub-golongan: sub-golongan tembaga dan sub-
golongan arsenik. Dasar pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam ammonium
polisulfida. Sulfida dari sub-golongan tembaga tak larut dalam reagensia ini, sulfida dari sub-
golongan arsenik melarut dengan membentuk garam tio.

Sub-golongan tembaga terdiri dari merkurim(II), timbel(II), bismuth(III), tembaga(II) dan


kadmium(II). Klorida, nitrat, dan sulfat dari kation-kation sub-golongan tembaga, sangat mudah
larut dalam air. Sulfida, hidroksida, dan karbonatnya tak larut. Beberapa kation dari sub-
golongan tembaga merkurium(II), tembaga(II) dan kadmium(II) cenderung membentuk
kompleks (amonia, ion sianida dan seterusnya).

Bismuth(III) adalah logam putih kemerahan, kristalin, dan getas. Titik leburnya 271,5C.
Bismuth(III) tidak larut dalam asam klorida disebabkan oleh potensial standarnya(0,2V), tetapi
melarut dalam asam pengoksid seperti asam nitrat pekat, dan asam sulfat. Garam-garam bismuth
mudah terhidrolisis karena bersifat sebagai basa lemah. Untuk mempertahankan bismuth(III)
tetap berada dalam larutan yang harus dilakukan adalah dengan mengasamkan larutan tersebut
.Kation Bi3+ dapat membentuk endapan hitam jika direaksikan dengan reagen KI. endapan
tersebut adalah BiI3.

. Simpulan

1. Bismuth (III), merkurium (II), cadmium (II), dan tembaga (II) merupakan kation
golongan II zat anorganik, sedangkan KI, NH4OH, dan NaOH merupakan reagen.
2. Perubahan yang terjadi pada identifikasi kation golongan II saat ditetesi reagen adalah
terbentuknya endapan dan perubahan warna larutan.
3. Persamaan-persamaan reaksi yang terjadi pada kation golongan II adalah sebagai berikut.

Bi3+ + 3I BiI3 endapan hitam


BiI3 + I [BiI4] endapan putih, larutan merah
Bi3+ + 2NH3 + NO3 2H2O Bi(OH)2NO3 + 2NH4+ endapan putih
Bi3+ + 3OH Bi(OH)3 endapan putih
Hg2+ + 2I HgI2 endapan putih
HgI2+ 2I [ HgI4]2- endapan melarut
Hg2+ 2OH HgO + H2O endapan kuning, larutan kuning
2Hg2+ +4 NH3+ NO3 + H2OHgO.Hg(NH)2NO3 + 3NH4+endapan putih
Cd2+ 2OH Cd(OH)2 endapan putih
Cd2+ + 2NH3 + 2H2O Cd(OH)2 + 2NH4+ endapan putih
Cu2+ + 2OH Cu(OH)2 endapan biru muda
2Cu2+ +SO42- + 2NH3 + 2H2O Cu(OH)2CuSO4 + 2NH4+endapan biru muda
2 Cu2+ + 5I 2CuI + I3-endapan putih, larutan coklat tua
a. Golongan I
Kation golongan I : Timbel (II), Merekurium (I), dan Perak (I)
Pereaksi golongan : Asam klorida encer (2M)
Reaksi golongan : endapan putih timbale klorida (PbCl2), Merkurium(I) klorida
(Hg2Cl2), dan perak klorida (AgCl)
Kation golongan I membentuk klorida-klorida yang tak larut, namun timbale klorida
sedikit larut dalam air, dan karena itu timbal tak pernah mengendap dengan sempurna
bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan ion timbal yang tersisa itu
diendapkan secara kuantitatif dengan H2S dalam suasana asam bersama-sama kation
golongan II nitrat dari kation-kation golongan I sangat mudah larut diantara sulfat -sulfat,
timbal praktis tidak larut, sedang perak sulfat jauh lebih banyak. Kelarutan merkurium (I)
sulfat terletak diantara kedua zat diatas. Bromide dan iodida juga tidak larut. Sedangkan
pengendapan timbal halida tidak sempurna dan endapan itu mudah sekali larut dalam air
panas.sulfida tidak larut asetat-asetat lebih mudah larut, meskipun perak asetat bisa
mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida dan karbonat akan diendapkan
dengan reagensia yang jumlahnya ekuivalen.tetapi pada reagensia berlebih, ia dapat
bergerak dengan bermacam-macam cara dimana ada perbedaan dalam sifat-sifat zat ini
terhadap ammonia ( Svehla, 1985 ).
b. Golongan II
Kation golongan II : Merkurium (II), timbal (II), bismuth (III), tembaga (II), cadmium
(II), arsenic (III) dan (V), stibium (III), dan timah (II)
Reagensia golongan : hydrogen sulfide (gas atau larutan-air jenuh)
Reaksi golongan : endapan-endapan dengan berbagai warna HgS (hitam), PbS (hitam),
Bi2S3 (coklat), As2S3 (kuning), Sb2S3 (jingga), SnS2 (coklat) dan SnS2 (kuning).
Kation-kation golongan II dibagi menjadi 2 sub golongan, yaitu sub. Golongan tembaga
dan sub. Golongan arsenic. Dasar pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfide dalam
ammonium polisulfida sub. Golongan tembaga tidak larut dalam reagensia ini. Sulfide
dari sub. Golongan arsenic melarut dengan membentuk garam tio ( Svehla, 1985 ).
2) Golongan Alkali Tanah

a. Sifat periodik :

mudah mengalami oksidasi

termasuk zat pereduksi kuat ( memiliki 2 buah elektron,

sehingga tidak sekuat golongan alkali)

Be nomor atom dan jari-jari atom >

Mg energi ionisasi <

Ca

Sr

Ba

b. sifat fisik :

Semua unsurnya berwujud padat pd suhu ruangan

Kerapatan logam alkali tanah lebih besar, shg logam alkali

Tanah lebih keras

Jika garam dari unsur-unsur logam di bakar, akan memberi warna keras, seperti:

Kalsium (Ca) : jingga, merah

Stronsium (Sr) : Merah bata

Barium (Br) : Hijau

c. Sifat kimia :
Mudah bereaksi dengan unsur non logam

Bersifat reaktif

d. sifat logam dan sifat basa alkali tanah :

Semakin kebawah sifat logam dan sifat basa semakin kuat

Sifat - Sifat Logam Alkali Tanah :


Sifat umum Logam Alkali Tanah :

Logam alkali tanah merupakan logam yang tergolong reaktif, mempunyai kilap logam, relatif
lunak dan dapat menghantarkan panas dan listrik dengan baik, berikut sifat umumnya :
Beberapa Sifat Umum Logam Alkali Tanah
Sifat Umum Be Mg Ca Sr Ba
Nomor Atom 4 12 20 38 56
Konfigurasi Elektron [He] 2s2 [Ne] 3s2 [Ar] 4s2 [Kr] 5s2 [Xe] 6s2
Titik Leleh 1553 923 1111 1041 987
Titik Didih 3043 1383 1713 1653 1913
Jari-jari Atom (Angstrom) 1.12 1.60 1.97 2.15 2.22
Jari-jari Ion (Angstrom) 0.31 0.65 0.99 1.13 1.35
Energi Ionisasi I (KJ mol-1) 900 740 590 550 500
Energi Ionisasi II (KJ mol-1) 1800 1450 1150 1060 970
Elektronegativitas 1.57 1.31 1.00 0.95 0.89
Potensial Elektrode (V) -1.85 -2.37 -2.87 -2.89 -2.90
M2+ + 2e M
Massa Jenis (g mL-1) 1.86 1.75 1.55 2.6 3.6

Semua sifat logam alkali tanah mempunyai kecenderungan yang teratur dari Be ke Ba.
Konfigurasi elektronnya menunjukan bahwa logam alkali tanah mempunyai elektron
valensi ns2.
Jari - jari atomnya yang kecil dan muatan intinya yang lebih besar mengakibatkan logam
alkali tanah membentuk kristal dengan susunan yang lebih rapat.
Berilium mempunyai energi ionisasi yang sangat tinggi dan keelektronegatifan yang
cukup besar.
Potensial elektrode standar menunjukan nilai yang rendah.

Sifat kimia Logam Alkali Tanah :

Reaksi logam alkali tanah dengan air, Be tidak bereaksi dengan air, Mg reaksinya lambat
Ca,Sr dan Ba reaksinya cepat. Contohnya Ca + 2H2O > Ca(OH)2 + H2.
Reaksi logam alkali tanah dengan halogen, selain Be unsur lainnya bereaksi sangat cepat.
Reaksi logam alkali tanah dengan oksigen, reaksi logam alkali tanah dengan oksigen
akan menghasilkan oksida (MO), contohnya : 2Mg + O2 > 2MgO

Manfaat Logam Alkali Tanah :


a. Berilium (Be)

Berilium digunakan untuk memadukan logam agar lebih kuat, akan tetapi bermasa lebih
ringan. Biasanya paduan ini digunakan pada kemudi pesawat Zet.
Berilium digunakan pada kaca dari sinar X.
Berilium digunakan untuk mengontrol reaksi fisi pada reaktor nuklir
Campuran berilium dan tembaga banyak dipakai pada alat listrik, maka Berilium sangat
penting sebagai komponen televisi.

b. Magnesium (Mg)

Magnesium digunakan untuk memberi warna putih terang pada kembang api dan pada
lampu Blitz.
Senyawa MgO dapat digunakan untuk melapisi tungku, karena senyawa MgO memiliki
titik leleh yang tinggi.
Senyawa Mg(OH)2 digunakan dalam pasta gigi untuk mengurangi asam yang terdapat di
mulut dan mencagah terjadinnya kerusakan gigi, sekaligus sebagai pencegah maag
Mirip dengan Berilium yang membuat campuran logam semakin kuat dan ringan
sehingga biasa digunakan pada alat alat rumah tangga.

c. Kalsium (Ca)

Kalsium digunakan pada obat obatan, bubuk pengembang kue dan plastik.
Senyawa CaSO4 digunakan untuk membuat Gips yang berfungsi untuk membalut tulang
yang patah.
Senyawa CaCO3 biasa digunakan untuk bahan bangunan seperti komponen semen dan
cat tembok.Selain itu digunakan untuk membuat kapur tulis dan gelas.
Kalsium Oksida (CaO) dapat mengikat air pada Etanol karena bersifat dehidrator,dapat
juga mengeringkan gas dan mengikat Karbondioksida pada cerobong asap.
Ca(OH)2 digunakan sebagai pengatur pH air limbah dan juga sebagai sumber basa yang
harganya relatif murah
Kalsium Karbida (CaC2) disaebut juga batu karbit merupakan bahan untuk pembuatan
gas asetilena (C2H2) yang digunakan untuk pengelasan.
Kalsium banyak terdapat pada susu dan ikan teri yang berfungsi sebagai pembentuk
tulang dan gigi.

d. Stronsium (Sr)
Stronsium dalam senyawa Sr(no3)2 memberikan warna merah apabila digunakan untuk
bahan kembang api.
Stronsium sebagai senyawa karbonat biasa digunakan dalam pembuatan kaca televisi
berwarna dan komputer.
Untuk pengoperasian mercusuar yang mengubah energi panas menjadi listrik dalam
baterai nuklir RTG (Radiisotop Thermoelectric Generator).

e. Barium (Ba)

BaSO4 digunakan untuk memeriksa saluran pencernaan karena mampu menyerap sinar X
meskipun beracun.
BaSO4 digunakan sebagai pewarna pada plastic karena memiliki kerapatan yang tinggi
dan warna terang.
Ba(NO3)2 digunakan untuk memberikan warna hijau pada kembang api
Koloid
Pengertian Koloid
Pengertian koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-partikel
zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam medium zat lain. Zat
yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi, sedangkan zat yang menjadi medium
mendispersikan partikel disebut medium pendispersi.

Secara makroskopis, koloid terlihat seperti larutan, di mana terbentuk campuran homogen dari
zat terlarut dan pelarut. Namun, secara mikroskopis, terlihat seperti suspensi, yakni campuran
heterogen di mana masing-masing komponen campuran cenderung saling memisah.

Lihat juga materi lainnya:


Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Senyawa Hidrokarbon

Warna pada cat berasal dari warna pigmen yang sebenarnya tidak larut dalam air ataupun
medium pelarut lainnya. Namun demikian, cat terlihat seperti campuran yang homogen layaknya
larutan garam dan bukan seperti campuran heterogen layaknya campuran pasir dengan air. Hal
ini terjadi sebagaimana cat merupakan sistem koloid dengan pigmen terdispersi dalam air atau
medium pelarut cat lainnya.

Jenis-jenis Koloid
Sistem koloid dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya.
Berdasarkan fase terdispersi, jenis koloid ada tiga, antara lain sol (fase tersispersi padat), emulsi
(fase terdispersi cair), dan buih (fase terdispersi gas). Koloid dengan fase pendispersi gas disebut
aerosol.

Berdasarkan fase terdispersi dan pendispersinya, jenis koloid dapat dibagi menjadi 8 golongan
seperti pada tabel berikut.

Fase Terdispersi Fase Pendispersi Jenis Koloid Contoh Koloid


Cair Gas Aerosol Kabut, awan, hair spray
Padat Gas Aerosol Asa, debu di udara
Gas Cair Buih Buih sabun, krim kocok
Cair Cair Emulsi Susu, santan, mayonnaise
Padat Cair Sol Sol emas, tinta, cat, pasta gigi
Karet busa, Styrofoam, batu
Gas Padat Buih padat
apung
Cair Padat Emulsi padat (gel) Margarin, keju, jelly, mutiara
Padat Padat Sol padat Gelas berwarna, intan hitam

Sifat-sifat Koloid
1. Efek Tyndall

Ketika seberkas cahaya diarahkan kepada larutan, cahaya akan diteruskan. Namun, ketika berkas
cahaya diarahkan kepada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. Efek penghamburan cahaya
oleh partikel koloid ini disebut efek Tyndall. Efek Tyndall dapat digunakan untuk membedakan
sistem koloid dari larutan. Penghamburan cahaya ini terjadi karena ukuran partikel koloid hampir
sama dengan panjang gelombang cahaya tampak (400 750 nm).

Eksperimen efek Tyndall: Cahaya diteruskan melalui larutan (kiri) tetapi dihamburkan oleh
sistem koloid Fe2O3 (kanan).
(Sumber: Brown, Theodore L. et al. 2015. Chemistry: The Central Science (13th edition). New
Jersey: Pearson Education, Inc.)

2. Gerak Brown

Secara mikroskopis, partikel-partikel koloid bergerak secara acak dengan jalur patah-patah (zig-
zag) dalam medium pendispersi. Gerakan ini disebabkan oleh terjadinya tumbukan antara
partikel koloid dengan medium pendispersi. Gerakan acak partikel ini disebut gerak Brown.
Gerak Brown membantu menstabilkan partikel koloid sehingga tidak terjadi pemisahan antara
partikel terdispersi dan medium pendispersi oleh pengaruh gaya gravitasi.

Muatan koloid

a. Adsorpsi

Partikel koloid dapat menyerap partikel-partikel lain yang bermuatan maupun tidak bermuatan
pada bagian permukaannya. Peristiwa penyerapan partikel-partikel pada permukaan zat ini
disebut adsorpsi. Partikel koloid dapat mengadsorpsi ion-ion dari medium pendispersinya
sehingga partikel tersebut menjadi bermuatan listrik. Jenis muatannya bergantung pada muatan
ion-ion yang diserap. Sebagai contoh, sol Fe(OH)3 dalam air bermuatan positif karena
mengadsorpsi ion-ion positif, sedangkan sol As2S3 bermuatan negatif karena mengadsorpsi ion-
ion negatif.
b. Elektroforesis

Partikel koloid dapat bergerak dalam medan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa partikel koloid
bermuatan listrik. Pergerakan partikel koloid dalam medan listrik di mana partikel bermuatan
bergerak ke arah elektrode dengan muatan berlawanan ini disebut elektroforesis. Koloid
bermuatan positif akan bergerak ke arah elektrode negatif, sedangkan koloid bermuatan negatif
akan bergerak ke arah elektrode positif. Oleh karena itu, elektroforesis dapat digunakan untuk
menentukan jenis muatan koloid dan juga untuk memisahkan partikel-partikel koloid
berdasarkan ukuran partikel dan muatannya.

4. Koagulasi

Muatan listrik sejenis dari partikel-partikel koloid membantu menstabilkan sistem koloid. Jika
muatan listrik tersebut hilang, partikel-partikel koloid akan menjadi tidak stabil dan bergabung
membentuk gumpalan. Proses pembentukan gumpalan-gumpalan partikel ini disebut koagulasi.
Setelah gumpalan-gumpalan ini menjadi cukup besar, gumpalan ini akhirnya akan mengendap
akibat pengaruh gravitasi. Koagulasi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu:

1. mekanik, yakni dengan pengadukan, pemanasan atau pendinginan;


2. menggunakan prinsip elektroforesis, di mana partikel-partikel koloid bermuatan negatif
akan digumpalkan di elektrode positif dan partikel-partikel koloid bermuatan positif akan
digumpalkan di elektrode negatif jika dialirkan arus listrik cukup lama;
3. menambahkan elektrolit, di mana ion positif dari elektrolit akan ditarik partikel koloid
bermuatan negatif dan ion negatif dari elektrolit akan ditarik partikel koloid bermuatan
positif sehingga partikel-partikel koloid dikelilingi oleh lapisan kedua yang memiliki
muatan berlawanan dengan lapisan pertama. Apabila jarak antara kedua lapisan tersebut
cukup dekat, muatan partikel koloid akan menjadi netral sehingga terjadilah koagulasi.
Semakin besar muatan ion dari elektrolit, proses koagulasi semakin cepat dan efektif;
4. menambahkan koloid lain dengan muatan berlawanan, di mana kedua sistem koloid
dengan muatan berlawanan akan saling tarik-menarik dan saling mengadsorpsi sehingga
terjadi koagulasi.

Koagulasi dapat dicegah dengan penambahan koloid pelindung, yakni suatu koloid yang
berfungsi menstabilkan partikel koloid yang terdispersi dengan membungkus partikel tersebut
sehingga tidak dapat saling bergabung membentuk gumpalan.

Pembuatan Koloid
1. Pembuatan Koloid Dengan Cara Kondensasi

Pada cara ini, partikel-partikel kecil (partikel larutan) bergabung menjadi partikel-partikel yang
lebih besar (partikel koloid), yang dapat dilakukan melalui:

1. Reaksi redoks

Contoh: pembuatan sol belerang

2H2S(g) + SO2(aq) 3S(koloid) + 2H2O(l)

1. Hidrolisis

Contoh: pembuatan sol Fe(OH)3 dengan menambahkan larutan FeCl3 ke dalam air mendidih

FeCl3(aq) + 3H2O(l) Fe(OH)3(koloid) + 3HCl(aq)

1. Dekomposisi rangkap

Contoh: pembuatan sol AgCl

AgNO3(aq) + HCl(aq) AgCl(koloid) + HNO3(aq)

1. Penggantian pelarut

Contoh: bila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid
berupa gel

2. Pembuatan Koloid Dengan Cara Dispersi

Pada cara ini, partikel-partikel besar (partikel suspensi) dipecah menjadi partikel-partikel yang
lebih kecil (partikel koloid), yang dapat dilakukan melalui:

1. Cara mekanik

Pada cara ini, butiran-butiran kasar digerus ataupun digiling dengan penggiling koloid hingga
tingkat kehalusan tertentu lalu diaduk dalam medium pendispersi. Contoh: sol belerang dapat
dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan gula pasir, kemudian serbuk
yang sudah halus tersebut dicampur dengan air.

1. Cara peptisasi

Pada cara ini, partikel-partikel besar dipecah dengan bantuan zat pemeptisasi (pemecah). Contoh:
endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3; endapan NiS oleh H2S; dan agar-agar dipeptisasi oleh
air.
1. Cara busur Bredig

Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam seperti Ag, Au, dan Pt. Logam yang akan
dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam medium pendispersi lalu
kedua ujung elektroda diberi loncatan listrik.

Emulsi adalah sistem dispersi antara cairan dengan cairan yang tidak dapat
bercampur homogen (koloid zat cair dalam cair).
Ditinjau dari kepolarannya, emulsi merupakan campuran cairan polar dan cairan non
polar, misalnya air dan minyak. Untuk menstabilkan emulsi ditambahkan zat
pangemulsi (emulgator), yaitu senyawa organik yang mengandung gugus polar dan non
polar, sehingga dapat mengikat zat polar (air) dan zat non polar (minyak).

Emulsi
- Pembuatan emulsi
Minyak tanah dan air dapat tercampur dengan cara emulsi, yaitu sistem dispersi
antara cairan dengan cairan yang tidak dapat bercampur homogen. Untuk menstabilkan
emulsi ditambahkan larutan sabun yang berfungsi sebagai emulgator

PEMBUATAN KOLOID secara HIDROLISIS

1. PENGERTIAN

HIDROLISIS adalah reaksi suatu zat dengan air.

REAKSI HIDROLISIS adalah reaksi yang pada umumnya digunakan untuk


membuat koloid-koloid basa dari suatu garam yang dihidrolisis.

2. CONTOH
Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan
memanaskan larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih
akan mengionisasi membentuk ion OH dan H+. Ion-ion OH akan bereaksi
dengan besi(III) klorida membentuk besi(III) hidroksida. Persamaan reaksinya
sebagai berikut:
FeCl 3 (aq) + 3 H 2 O (l) Fe(OH) 3 (s) + 3 HCl ( aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion
H+)
Ukuran partikel-partikel Fe(OH)3 yang terbentuk lebih besar dari ukuran
larutan sejati, tetapi tidak cukup besar untukmengendap. Selain itu, koloid
Fe(OH)3 yang terbentuk distabilkan dengan mengadsorpsi ion-ion Fe3+ dari
larutan.

sucicharismapendar
ILmu Iklhas . ilmu yang paling baik dari segala ilmu .

Menu
Skip to content

Beranda
About Chy pendar
Kimia X
o
o
o
o
o
o
Kimia XI
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Kimia XII
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Perangkat Pembelajaran Kimia SMA
o



o


Senyawa organik
Senyawa Organik

Ilmu kimia adalah cabang ilmu pengetahuan yg mempelajari tentang komposisi, struktur, sifat2
dan perubahan2 dari materi serta energi yg menyertainya. Pertumbuhan dan perkembangan yg
cepat dari ilmu kimia telah menyebabkan perlunya pemisahan ke dalam sejumlah bidang kimia
yg lebih khusus. Dewasa ini kita mengenal antara lain kimia fisika, kimia analisis, biokimia,
kimia anorganik, serta kimia organik.

Sejak zaman purba manusia telah menggunakan zat2 yg diambil atau diisolasi dari organisme
hidup baik tumbuhan maupun hewan. Untuk membuat obat orang merebus daun2, kulit kayu,
atau akar tumbuhan dengan air. Air rebusan ini tanpa difahami oleh perebusnya, pada
hakekatnya mengandung zat-zat organik atau zat2 yg berasal dari organisme hidup, yg
berkhasiat bagi penyembuhan berbagai penyakit, atau mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan tubuh. Rebusan daun kumis kucing, dikenal untuk obat kencing batu, demikian juga
kita mengenal rebusan2 obat seperti rebusan daun saga, kulit kina, atau jamu godokan. Karena
zat2 di atas berasal dari makhluk hidup maka zat tersebut disebut senyawa organik. Dengan
demikian ilmu kimia yang mempelajari senyawa itu disebut ilmu kimia organik. sebaliknya
senyawa2 yang bukan berasal dari makhluk hidup disebut senyawa anorganik.

Dalam tubuh makhluk hidup mempunyai sifat2 dan struktur yang berbeda dengan yg berasal dari
bukan makhluk hidup. Keyakinan ini mendorong munculnya doktrin daya hidup atau vital
force, yg merupakan sisa2 dari mistik sebelumnya. Oleh karena semua senyawa organik yg
diketahui pada awal abad ke 19 bersumber dari makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan,
terdapat perasaan yg kuat bahwa zat2 organik memiliki daya hidup yg khusus. Pada masa itu
sebagian besar kimiawan percaya bahwa senyawa2 organik yg memiliki daya hidup tersebut
tidak dapat dibuat atau disintesis dilaboratorium dari zat2 anorganik. Dari uraian di atas kita
dapat mengerti bahwa suatu kepercayaan yg berbau mistik semacam vital force itu dapat
menghambat perkembangan ilmu pengetahuan akan tetapi berkat terusnya dilakukan penelitian
yg intensif, kepercayaan akan vital force akhirnya musnah.

2. PENGERTIAN SENYAWA ORGANIK.


Istilah senyawa organik seperti yg dipaparkan di atas muncul dari adanya pandangan yg dianut
pada masa lalu, yaitu bahwa senyawa2 kimia dapat dibedakan menjadi dua golongan besar. Yaitu
senyawa berasal dari makhluk hidup (organisme) maka senyawa tersebut dikatagorikan sebagai
senyawa organik. Sedangkan yang diperoleh dari mineral (benda mati) dikatagorikan sebagai
senyawa anorganik. Dengan dasar pandangan semacam itu jelaslah bahwa yg diartikan dengan
kimia organik pada masa itu adalah cabang ilmu kimia yg mengkaji senyawa2 yg dihasilkan oleh
makhluk hidup atau organisme.

Pengertian senyawa organik seperti di atas hanya berlaku sampai pertengahan abad ke 19, karena
pandangan yg dilandasi oleh keyakinan adanya daya hidup (vital force atau vis vitalis) yg
memungkinkan terbentuknya senyawa organik ternyata semakin di ragukan kebenarannya.
Dalam sejarah perkembangan kimia organik tecatat suatu peristiwa penting pada tahun 1828 yg
ditandai oleh keberhasilan Wohler dalam mensintesis urea (senyawa organik) dari amonium
sianat (senyawa anorganik). Pada tahun berikutnya semakin banyak temuan yg membuktikan
bahwa pandangan daya hidup memang pandangan yg menyesatkan..

Fakta penting menunjukan bahwa di dalam senyawa organik selalu terdapat unsur karbon (C).
Berdasarkan kenyataan ini, baik untuk senyawa organik yg berasal dari makhluk hidup maupun
yg merupakan hasil sintesis di laboratorium, lebih tepat bila disebut senyawa karbon. Dengan
menggunakan nama senyawa karbon tidak terdapat kesan bahwa yang dimaksud hanyalah
senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh organisme. Kenyataan menunjukan bahwa sampai saat
ini istilah senyawa organik masih tetap dipertahankan, walaupun dengan pengertian yang
berbeda dengan pengertian semula. Cabang dari ilmu kimia yang mengkaji berbagai asfek dalam
senyawa organik lazim disebut kimia organik.

Dengan dasar pemikiran bahwa penggunaan istilah senyawa karbon lebih tepat dari pada
senyawa organik, tentunya semua senyawa karbon menjadi sasaran kajian kimia karbon. Namun
demikian sejumlah senyawa seperti karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), karbon
disulfida (CS2), garam-garam karbonat, sianida biasa dibahas dalam kimia anorganik.

3. Definisi Senyawa Organik

Dengan demikian yang diartikan senyawa organik adalah senyawa-senyawa yang dibentuk oleh
unsur karbon yang memiliki sifat-sifat fisika dan sifat-sifat kimia yang khas. Bahwa senyawa
organik harus dipisah pembahasannya dari senyawa unsur lain semata-mata karena alasan
jumlahnya yang demikian besar.

Kimia Karbon dalam sejarahnya populer dengan nama Kimia Organik. Ilmu ini pada awalnya
didefinisikan sebagai ilmu kimia yang mempelajari senyawa kimia yang dihasilkan oleh mahluk
hidup, beserta senyawa-senyawa turunannya. Karena itulah, senyawa-senya-wa tersebut
sebelumnya sering disebut sebagai senyawa organik. Dengan berjalannya waktu, semakin
banyak senyawa organik yang dapat disintesis oleh manusia, sehingga me runtuhkan mitos
bahwa senyawa organik hanya bisa dibuat oleh mahluk hidup. Penye-butan senyawa karbon
dihadirkan oleh para ilmuwan untuk menggantikan istilah senya-wa organik. Karena senyawa
yang dapat dihasilkan oleh mahluk hidup amatlah beragam, maka sejak awal ilmuwan yang
menggeluti kimia karbon berusaha menggolongkan senya-wa tersebut secara sistematis, dan
merumuskan tatacara penamaan senyawa yang juga sistematis.

Hidrokarbon
Hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya mengandung unsur karbon (C) dan hidrogen
(H). Beberapa contoh hidrokarbon:

Hidrokarbon jenuh hanya mengandung ikatan kovalen tunggal. Dengan demikian, semua atom
karbon dalam molekulnya mempunyai hibridisasi sp3. Senyawa ke-1 dan ke-3 di atas termasuk
hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon tak jenuh mengandung ikatan rangkap atau ikatan ganda tiga di
antara atom-atom karbonnya. Atom karbon yang memiliki sebuah ikatan rangkap dengan
tetangganya, mempunyai hibridisasi sp2, sedangkan atom karbon yang memiliki sebuah ikatan
ganda tiga, mempunyai hibridisasi sp. Senyawa ke-2 dari gambar di atas termasuk hidrokarbon
tak jenuh.

Hidrokarbon aromatik sebetulnya juga tak jenuh, tetapi kestabilannya jauh lebih tinggi daripada
hidrokarbon tak jenuh, sehingga dimasukkan dalam golongan yang berbeda, yaitu hidrokarbon
aromatik. Senyawa ke-4 (benzena) di atas termasuk dalam hidrokarbon aromatik

Penggolongan Senyawa Karbon

Senyawa karbon yang hanya mengandung unsur karbon (C) dan hidrogen (H) dikenal sebagai
senyawa hidrokarbon. Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, senyawa hidrokarbon
dapat digolongkan menjadi hidrokarbon jenuh dan tak jenuh. Selain itu, dikenal juga hidrokarbon
aromatik. Berdasarkan kerangka karbonnya, senyawa karbon dapat digolongkan menjadi:

Senyawa karbon alifatik, yaitu yang memiliki rantai karbon terbuka: lurus ataupun bercabang.

Senyawa karbon alisiklik, yaitu yang memiliki rantai karbon tertutup atau melingkar.

Senyawa karbon aromatik, yaitu senyawa karbon dengan rantai karbon tertutup yang memiliki
kestabilan lebih dibandingkan senyawa karbon alisiklik.

Kerangka Senyawa Karbon


Keragaman senyawa karbon dimungkinkan oleh kemampuan atom-atom karbon itu untuk saling
berikatan membentuk rantai atom karbon. Berbagai contoh senyawa karbon dengan kerangka
yang berbeda:

Dapat diperhatikan bahwa senyawa karbon alifatik, ada yang jenuh dan tak jenuh. Demikian juga
dengan senyawa karbon alisiklik. Selain berdasarkan kerangka karbonnya, senyawa karbon juga
biasa digolongkan berdasarkan gugus fungsi yang dimilikinya. Dalam penggolongan ini, dikenal
golongan-golongan senyawa alkohol, eter, aldehida, keton, asam karboksilat, ester, amina, dll., di
samping alkana, alkena dan alkuna yang termasuk golongan hidrokarbon.
Kereaktifan senyawa karbon berbeda-berbeda bergantung pada berbagai hal, an-tara lain jenis
gugus fungsinya, struktur ruangnya, dll. Ada beberapa jenis reaksi kimia kar-bon, antara lain
reaksi substitusi (penggantian), adisi (penambahan), eliminasi (pengurang-an) dan redoks
(reduksi-oksidasi).

4. Karakteristik Senyawa Organik.

Dari hasil pengamatan dapat diperoleh kesimpulan ada sejumlah sifat yang membedakan antara
senyawa organik dan anorganik, baik yang menyangkut aspek-aspek fisika maupun kimia, sifat-
sifat itulah yang disebut ciri khas senyawa organik.

a. Aspek fisika

rentangan suhu lebur 30-400 OC

rentangan titik didih 30-400 OC

sukar larut dalam air, mudah larut dalam pelarut organik

warna cerah.

b. Aspek kimia

mengandung beberapa macam unsur, umumnya C, H, O, dan N,S,P, halogen, dan


logam.

reaksinya berlangsung lambat, non ionik, dan kompleks.

mempunyai variasi sifat kimia yang banyak.

fenomena isomeri.

5. Tipe-tipe Reaksi Senyawa Organik

1. Reaksi substitusi

2. Reaksi adisi

3. Reaksi Eliminasi

4. Reaksi penataan ulang ( rearrangement)

5. Reaksi oksidasi reduksi (redoks).

6. Klasifikasi senyawa Organik.


Mengingat jumlah senyawa organik dari yang telah diidentifikasi sedemikian besar-nya, bahkan
dari waktu ke wakrtu senantiasa bertambah, maka untuk mempermudah da-lam mempelajarinya
perlu adanya klasifikasi. Langkah klasifikasi ini dimungkinkan kare-na kenyataan menunjukkan
bahwa terdapat sejumlah senyawa organik yang memperlihat-kan kesamaan dalam hal tertentu.
Kesamaan itulah yang memungkinkan senyawa-senyawa tersebut dimasukkan dalam satu
kelompok / golongan.

a. Dasar klasifikasi senyawa organik

1. Kerangka atom karbon yang terdapat dalam struktur kimia

2. Jenis unsur-unsur penyusunnya.

3. Gugus fungsi yang dimilikinya.

b. Tiga golongan besar senyawa organik

1. Golongan senyawa alifatik dan alisiklik.

2. Golongan senyawa homosiklik atau karbosiklik (alisiklik dan aromatik)

3. Golongan senyawa heterosiklik.

7. Keterkaitan Struktur Kimia dan Sifat-sifat Senyawa Organik.

Untuk memahami keterkaitan antara struktur kimia dan sifat-sifat senyawa organik terlebih
dahulu perlu diketahui bahwa dalam pembahasan berikut ini hanya dibatasi pada sifat-sifat
fisika, karena untuk membahas sifat-sifat kimia senyawa organik, cara yang ditempuh adalah
melalui reaksi-reaksi yang dapat terjadi pada senyawa tersebut. Dan sifat fisika tersebut adalah.

a. Momen dipol.

b. Titik lebur

c. Titik didih.

d. Kelarutan

e. Viskositas.

8. Gugus Fungsi

Yang dimaksud dengan gugus fungsi adalah atom atau kumpulan atom yang menandai suatu
golongan senyawa organik, dan juga menentukan sifat-sifat golongan senyawa organik yang
disebutkan dalam pengertian gugus fungsi tersebut hanya dibatasi pada sifat-sifat kimia, maka
fungsinya sebagai penentu terlihat pada reaksi-reaksinya. Dengan demikian bila gugus fungsi
sejumlah senyawa sama, dapat diduga bahwa reaksi-reaksinya banyak kesamaannya.

Gugus-gugus fungsi yang umum

1. Gugus OH ( hidroksil) , gugus ini terdapat pada alkohol dan fenol

2. Gugus C = O ( karbonil), terdapat pada golongan aldehida dan keton.

3. Gugus: COOH (Karboksil), gugus merupakan kombinasi antara gugus C=O (karbonil) dan
gugus OH (hidroksil). Dari kombinasi nama kedua gugus itu pulahlah diperoleh nama
karboksil. Gugus karboksil adalah gugus fungsi pada golongan asam karboksilat.

4. Gugus -NH2 ( amino ), terdapat pada senyawa amina primer dan asam amino.

5. Gugus -OR ( alkoksi ), gugus alkoksi terdapat pada golongan eter.

6. Gugus -NHR dan -NR1R2, kedua gugus ini merupakan turunan dari gugus -NH2, dan
terdapat pada amina primer dan amina sekunder.

7. Gugus-gugus turunan dari -COOH (karboksilat ).

Iklan

Share this:

Twitter
Facebook

Tinggalkan Balasan
visit twitterbackgrounds.org for more
Cari

Maret 2013
Maret 2013

Waktu
calenderQ

Statistik
Pasca Kimia UNP 2012
Desy Liska
Dewi Silvia Yudistia
Dinyah Rizki Yanti
Fitri Edya
Gusrafli
Kenni Baizura
Kimia Pasca UNP
Lucya Nitri
Maizahara
Marisha Neli
Mega Oktia Yoza
Mega Silvia
Miftahul Fuaddatin
Nenti Harni
Rahmadina Yusri
Rahmawati
Ratna Furi
Sakti Primadona
Satri Wahyuni
Sri Seprima
Suci Reno Mitanesya
Susilawati Amdayani
Tri Setiani
Wenny Rozalina
Yosi Fitri
Yunika Amalia
visit twitterbackgrounds.org for more

backsound
Blog di WordPress.com.

Dhy's Blog
Home

Beranda
Kirim SMS Gratis

Saturday, 9 June 2012


Pengertian, Struktur, Rumus Senyawa Organik

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung
karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Studi mengenai senyawaan organik
disebut kimia organik. Banyak di antara senyawaan organik, seperti protein, lemak, dan
karbohidrat, merupakan komponen penting dalam biokimia.
Di antara beberapa golongan senyawaan organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon
yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling
tidak satu cincin benzena; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom nonkarbon dalam
struktur cincinnya; dan polimer, molekul rantai panjang gugus berulang.
Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah ada/tidaknya ikatan karbon-hidrogen.
Sehingga, asam karbonat termasuk anorganik, sedangkan asam format, asam lemak pertama,
organik.
Nama "organik" merujuk pada sejarahnya, pada abad ke-19, yang dipercaya bahwa senyawa
organik hanya bisa dibuat/disintesis dalam tubuh organisme melalui vis vitalis - life-force.
Kebanyakan senyawaan kimia murni dibuat secara artifisial.

Struktur Senyawa Organik


Struktur banyak senyawa anorganik dapat dijelaskan dengan menggunakan teori VSEPR
atau secara sederhana dengan teori valensi. Namun, beberapa senyawa anorganik yang tidak
masuk dalam kelompok ini sangat penting baik dari sudut pandang teori maupun praktis.
Beberapa senyawa ini akan didiskusikan di bawah ini.

1. Amonia
Amonia NH3 seolah diturunkan dari metana dengan menggantikan atom karbon dengan
atom nitrogen dan salah satu atom hidrogen dengan pasangan elektron bebas. Jadi, amonia
memiliki seolah struktur tetrahedral. Namun untuk memahami struktur amonia, anda harus
mempertimbangkan inversi atom nitrogen. Perilaku amonia sangat mirip dengan payung yang
tertiup sehingga terbalik. Halangan inversinya hanya 5,8 kkal mol-1, dan inversi amonia pada
suhu kamar sangat cepat.
Secara prinsip, atom nitrogen dari amina yang mengikat tiga atom atau gugus yang berbeda
dapat merupakan pusat asimetrik sebab nitrogen memiliki empat substituen termasuk pasangan
elektron bebas. Namun karena adanya inversi ini, atom nitrogen tidak dapat menjadi pusat
asimetrik..

2. Diboran
Diharapkan reaksi antara magnesium borida dan air akan menghasilkan boron trihidrida
BH3. Namun, yang didapatkan adalah diboran B2H6. Nampaknya senyawa ini tidak dapat
dijelaskan dengan teori valensi sederhana, dan banyak sekalai usaha telah dilakukan untuk
mengelusidasi anomali ini.
Mg3B2 + 6H2O 3Mg(OH)2 + B2H6 (4.1)
Kini telah dibuktikan bahwa senyawa ini memiliki struktur aneh sebagai beikut.
Kerangka molekulnya adalah jajaran genjang yang terbentuk dari dua atom boron dan dua
atom hidrogen, dan atom hidrogen terikat pada dua atom boron disebut dengan hidrogen
jembatan. Empat ikatan B-H terminal secara esensi terbentuk dari tumpang tindih orbital 1s
hidrogen dan orbital hibrida boron. Sebaliknya, ikatan jembatan BHB adalah ikatan tiga
pusat, dua elektron yang terbetuk dari hibridisasi hidrogen 1s dan dua orbital hibrida boron.
Keberadaan ikatan seperti ini dikonfirmasi dengan mekanika kuantum.

3. Senyawa Gas Mulia


Lama sekali dipercaya bahwa gas mulia hanya ada sebagai molekul monoatomik, dan tidak
membentuk senyawa. Kimiawan Kanada Neil Bartlett (1932-) menemukan spesi ionik
[O2]+[PtF6]- dengan mereaksikan oksigen dengan platina heksafluorida PtF6. Ia beranggapan
reaksi yang mirip dengan ini yakni reaksi antara xenon dan PtF6 akan berlangsung karena energi
ionisasi pertama xenon dekat nilainya dengan energi ionisasi perrtama molekul oksigen. Di tahun
1962 ia berhasil mendapatkan senyawa gas mulia pertama Xe(PtF6)x, (x = 1, 2).
Kemudian menjadi jelas bahwa gas mulia membentuk senyawa biner dengan oksigen dan
fluorin yang keduanya memiliki keelektronegativan tinggi. XeF2 adalah molekul linear dengan
kelebihan elektron, sementara XeF4 merupakan satu-satunya senyawa unsur berbentuk bujur
sangkar. XeF6 berbentuk oktahedron terdistorsi, dan di dekat titik lelehnya, senyawa ini ada
sebagai kristal [XeF5]+F-.

4. Ferosen
Ferosen adalah senyawa terdiri atas dua cincin sikopentadienil yang melapisi kedua sisi
atom Fe dan senyawa ini merupakan contoh pertama kelompok senyawa yang disebut dengan
senyawa sandwich.

Di awal tahun 1950-an , rekasi antara siklopentadienilmagnesium bromida dan FeCl3


anhidrat dilakukan dengan harapan akan dihasilkan turuanan fulvalena. Namun, senyawa dengan
struktur (C6H5)2Fe yang diperoleh. Struktur senyawa ini didapatkan sangat unik: delapan belas
elektron, dua belas dari dua molekul siklopentadienil (masing-masing enam elektron) dan enam
dari kulit terluar Fe. Jadi, konfigurasi elektron gas mulia dicapai dan kestabilannya kira-kira
sepadan. Kedua cincin siklopentadienail berputar layaknya piringan CD musik.

Selingan Senyawa dengan struktur yang menarik


Terdapat sejumlah senyawa organik dengan struktur menarik dan unik. Contoh yang baik
adalah kuban C8H8 dengan struktur yang hampir kubus. Walaupun banyak teknik telah dicoba,
molekul tetrahedral, tetrahedran C8H8, belum pernah disintesis. Sudut ikatan C-C-C terlalu
berbeda dari sudut tetrahedral normal, dan mungkin inilah alasan mengapa sintesisnya belum
dapat dilakukan.
Kuban tetrahefran
naan label atom dan ikatan C-H tidak digambarkan
Deret lain senyawa dengan struktur menarik dan aneh adalah katenan, cincin molekul yang
penuh teka-teki. Bagaimana dua cincin saling mengait walaupun tidak ada ikatan antar keduanya.
Bagaimana kimiawan dapat mensintesis senyawa semacam ini? Sungguhh ini merupakan
prestasi pakung gemilang yang dicapai kimia organik sintetik.
Skeatik Katenan
Sejak penemuannya di akhir abad 20, fuleren C60 telah menarik perhatian baik kimiawan
teoritis maupun praktis. Bolanya dibentuk oleh kombinasi heksagon dan pentagon, dan sungguh
sangat mirip dengan bola sepak. Menarik untuk dicatat bahwa keberadaan fulerene telah
diprediksikan jauh sebelumnya oleh kimiawan Jepang Eiji Osawa.
padangan stereo fulleren

Rumus Senyawa Organik

Dalam ilmu Kimia ada beberapa cara untuk menuliskan rumus-rumus senyawa kimia
organik, dalam hal ini ada 3 hal :
1. Rumus Empiris
2. Rumus Molekul
3. Rumus Struktur

Dalam rumus struktur sendiri masih dibagi menjadi 3 cara :


a. Rumus Lewis
b. Rumus Ikatan Garis
c. Rumus Tiga Dimensi

1. Rumus empiris
Rumus Empiris adalah rumus yang memperlihatkan perbandingan yang paling sederhana
dari unsur-unsur dalam senyawa. Misalnya asetilen dan benzena keduanya mempunyai rumus
empiris yang sama. Rumus ini jarang dipakai karena kita tidak dapat mengetahui apa-apa
mengenai struktur dari molekul-molekul jenis dimana atom-atom terikat bersama
Contoh : Etana C2H6 = CH3

C : H
1 : 3

2. Rumus molekul
Rumus Molekul adalah rumus yang menunjukan jumlah nyata atom dalam molekul
sekaligus perbandingannya. Misalnya rumus molekul untuk asetilen dan benzena masing-masing
adalah C2H2 dan C6H6, dari sini bisa dilihat bahwa setiap atom asetilen memiliki dua atom C
dan dua atom H, dan begitu juga untuk benzena yang memiliki 6 atom karbon dan enam atom
hidrogen.

Contoh. Propanol = C3H8O

3. Rumus Struktur
Rumus Struktur adalah rumus yang menunjukan struktur dari molekul, semua ikatan
valensi dan atom-atom yang dihubungkannya dalam molekul, dan merupakan rumus yang paling
berguna dan sering digunakan dalam kimia organik, karena dapat meramalkan keaktifakn
kimianya

Dalam rumus struktur masih dibagi menjadi 3 rumus lagi, yaitu:

a. Rumus Lewis : yaitu rumus yang menggunakan tanda "." (titik) sebagai elektron valensi,
rumus ini tudak dipakai secara luas karena sukar dalam menggambarkannya.
Contoh: CH4
b. Rumus Ikatan-Garis : yaitu rumus yang menunjukan tiap pasang elektron yang berikatan
dengan garis
contoh : H2 =
untuk lebih mudahnya, rumus ikatan garis dapat disederhanakan menjadi Rumus Struktur
Sederhana yaitu rumus yang memperlihatkan ikatan tetapi yang masih juga dapat
menyimpulkan strukturnya
contoh C2H6 dan C2H4O2
c. Rumus Tiga Dimensi yaitu rumus yang menunjukan ikatan yang menonjol dikertas, dengan
bentuk segitiga panjang, biasanya digunakan apabila dinginkan sifat utama tiga dimensinya dari
molekul kecil, dengan rumus tiga dimensi ini juga kita juga dapat menggambarkan struktur lain
yang mengandung karbon tetrahedral
Contoh : CH4 =
Posted by Dody Irwandi at 22:04
Reactions:
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: Kimia Terapan II
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Labels
Akhwat
Buku Islami
Cerita Motivasi
Cinta
Geologi Batubara
Ikhwan
Ilmu Ukur Tanah
Kewajiban Pemuda
Kimia Terapan II
Makalah
Manajemen Listrik Underground
Mujahid
My Book
Nasehat Hasan Al-Bana
Open Cut Mining
Organisasi
Pengantar Rekayasa Pertambangan
Safety Mining
SMS Ramadhan
Story
Yayasan Amal Saleh

Blog Archive
2016 (1)

2015 (1)

2014 (10)

2013 (1)

2012 (46)
o December (3)
o October (6)
o September (2)
o August (12)
o July (2)
o June (21)
Makalah Eksplorasi Panas Bumi
Metode Penambangan Bawah Tanah
STEVE JOBS
Kumpulan SMS Ramadhan
ENAM PEGANGAN
10 NASEHAT IMAM HASAN ALBANNA
Jalan-Jalan Ke Pariaman
Azaz dan Tujuan Pengolahan Mineral & Batu Bara
10 TAMBANG EMAS TERBESAR DI DUNIA
Sejarah Perkembangan PKP2B Pertambangan Indonesia
Sejarah Pertambangan Di Indonesia
Tahapan Pertambangan
SEJARAH PERTAMBANGAN DUNIA
PEMBAGIAN BAHAN GALIAN
Definisi-Definisi Dalam Pertambangan
Pengertian Dan Komposisi Petroleum (Minyak Bumi)
Kegunaan Senyawa Organik
Pengertian, Struktur, Rumus Senyawa Organik
Destilasi Normal
Penentuan Massa Molekul Relatif Senyawa Volatil
Berenang Bareng Anak Kos

Popular Posts
Pengertian, Struktur, Rumus Senyawa Organik

Senyawa organik adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya mengandung
karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. S...

Destilasi Normal

Distilasi normal adalah proses pemisahan/ pemurnian cairan dari senyawa dari menjadi
unsur-unsur dimana perbedaan titik didih antara y...

Pengukuran Sudut Horizontal

Secara definisi sudut horizontal adalah merupakan sudut yang dibentuk oleh selisih dari
dua arah. Besaran Sudut dapat ditentukan dari selis...

Pengukuran Jarak optis


Metode Penambangan Bawah Tanah

Makalah Metode Penambangan Bawah Tanah Oleh : Nama : Dody


Irwandi NPM : 111002...

KERANGKA DASAR PEMETAAN

Kerangka dasar pemetaan merupakan titik-titik acuan dalam penentuan posisi titik detil
yang akan menjadi isi peta nantinya Pengukuran awal d...

Penentuan Massa Molekul Relatif Senyawa Volatil

Massa sebuah atom bergantung pada jumlah elektron, proton, dan neutron yang
dimilikinya. Atom adalah partikel yang sangat kecil, sehing...

Makalah Eksplorasi Panas Bumi

Makalah Eksplorasi Panas Bumi Oleh : Nama : Dody Irwandi


NPM : 111002442...

Metode Pengukuran Kerangka Peta

1. Triangulasi Penentuan titik-titik kerangka peta ditentukan dengan data pengukuran


berupa sudut-sudut horizontal pada titik-titik acuan. ...

Pengertian Dan Komposisi Petroleum (Minyak Bumi)

Pengertian Minyak Bumi Minyak Bumi ( bahasa Inggris : petroleum, dari bahasa Latin
petrus karang dan oleum minyak), dijuluki...

Sample text
Featured Posts
Search

About Me
View my complete profile

It's me
About
Ads 468x60px

My Widget

Visitor

Travel theme. Powered by Blogger.


3.1 Kesimpulan
Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit
pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain. Unsur transisi periode keempat
terdiri dari sepuluh unsur, yaitu Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr),
Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt (Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).

Beberapa sifat logam:


Sifat logam sangat keras, tahan panas, elektropositif, dan penghantar listrik yang baik.
Pengecualian untuk Cu merupakan logam yang lembut dan elastis. Banyak di antaranya dapat
membentuk ion ion berwarna yang berubah ubah menurut keadaan bilangan oksidasinya :
1. Mempunyai bilangan oksidasi yang harganya 0 atau positif.
2. Dapat membentuk senyawa kompleks.

Memiliki elektron tidak berpasangan yang mengakibatkan titik didih atau titik leleh tinggi,
bersifat paramagnetik,berwarna dan bersifat katalis.
Kegunaan unsure-unsur periode keempat :
a. Skandium digunakan pada lampu intensitas tinggi
b. Titanium digunakan pada industri pesawat terbang dan industri kimia.
c. Vanadium digunakan untuk membuat per mobil dan sebagai katalis pembuatan belerang.
d. Kromium digunakan untuk bahan pembuatan baja, nikrom, stanless steel.
e. Mangan digunakan untuk bahan pembuatan baja, manganin dalam pembuatan alat-alat listrik dan
sebagai alloy mangan-besi atau ferromanganese.
f. Besi digunakan untuk pembuatan baja, perangkat elektronik, memori komputer, dan pita
rekaman.
g. Kobalt digunakan untuk membuat aliansi (paduan logam)
h. Nikel digunakan untuk melapisi logam supaya tahan karat dan paduan logam
i. Tembaga digunakan untuk kabel kabel, pipi pipa, kaleng makanan dan untuk alat-alat
elektronik.
j. Seng digunakan sebagai logam pelapis antikarat, paduan logam, pembuatan bahan cat putih, dan
antioksidan dalam pembuatan ban mobil.
Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar dan kulit
pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d yang
belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan unsur
transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur
golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan
membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu
Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt
(Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Skandium (Sc) skandium ditemukan dalam berbagai bijih logam, tetapi keberadaannya di
alam jarang ditemukan. Keberadaannya di alam diperkirakan antara 5 ppm hingga 30 ppm.
Contoh senyawa yang mengandung skandium adalah Sc(OH)3 dan Na3ScF6.
Titanium (Ti) merupakan logam ke sembilan terbanyak 0,6 persen kerak bumi. Titanium di
alam dapat ditemukan dalam mineral rutil (TiO2) dan ilmenit (FeTiO3). Contohnya senyawa
yang mengandung unsur Titanium TiCl4.
Vanadium (V) adalah logam abu-abu yang keras dan tersebar luas dikulit bumi sekitar 0,02
% massa. Vanadium ditemukan dalam mineral vanadit (Pb3(VO4)2), patronit (V2S5), dan karnotit
(K2(UO2)2(VO4)3H2O). Contoh senyawa yang mengandung unsur vanadium adalah V2O5 yang
digunakan untuk katalis pada pembuatan asam sulfat.
Kromium (Cr), terletak pada golongan VI B periode keempat dan merupakan salah satu
logam yang penting ditemukan sekitar 122 ppm dalam kerak bumi. Kromonium ditemukan
dalam mineral kromit (FeCr2O4).
Mangan (Mn), ditemukan dalam mineral pirolusit (MnO2). Contoh senyawa yang
mengandung unsur mangan adalah KMnO4, yang banyak digunakan sebagai zat pengoksidasi
dalam analisi di labolatorium.
Besi (Fe) adalah unsur yang cukup melimpah di kerak bumi (sekitar 6,2% massa kerak
bumi). Besi jarang ditemukan dalam keadaan bebas di alam. Besi umumnya ditemukan dalam
bentuk mineral (bijih besi), seperti hematite (Fe2O3), siderite (FeCO3), dan magnetite (Fe3O4).
Logam Besi bereaksi dengan larutan asam klorida menghasilkan gas hidrogen. Reaksi yang
terjadi adalah Fe(s) + 2 H+(aq) > Fe2+(aq) + H2(g). Larutan asam sulfat pekat dapat
mengoksidasi logam Besi menjadi ion Fe3+. Sementara larutan asam nitrat pekat akan
membentuk lapisan oksida Fe3O4 yang dapat menghambat reaksi lebih lanjut. Umumnya, Besi
dijumpai dalam bentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +2 dan +3. Beberapa contoh senyawa
Besi (II) antara lain FeO (hitam), FeSO4. 7H2O (hijau), FeCl2 (kuning), dan FeS (hitam). Ion Fe2+
dapat dengan mudah teroksidasi menjadi ion Fe3+ bila terdapat gas oksigen yang cukup dalam
larutan Fe2+. Sementara itu, senyawa yang mengandung ion Besi (III) adalah Fe2O3 (coklat-
merah) dan FeCl3 (coklat).
Kobalt (Co) di alam diperoleh sebagai bijih smaltit (CoAs2) dan kobaltit (CoAsS) yang
biasanya berasosiasi dengan Ni dan Cu.
Bijih nikel (Ni) di alam banyak ditemukan dalam mineral petlantdit [(Fe,Ni)9S8) dan
gernarit(H2(NiMg)SiO4-. 2H2O).
Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious metal). Tembaga
umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti Pirit tembaga
(kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O), melakonit (CuO), malasit
(CuCO3.Cu(OH)2). Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna
(kecuali Cu2O yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat
paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu 2+ berwarna biru.
Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O
(biru), dan CuS (hitam).
Seng (Zn) terdapat di alam sebagai senyawa sulfida seperti seng blende (ZnS), dan
calamine (ZnCO3), dan senyawa silikat seperti hemimorfit (ZnO.ZnSiO3.H2O).
Dalam kehidupan sehari-hari,kita sering mendengar kata-kata sepeti tembaga,besi, emas
dan perak. Bagaimana posisi unsur-unsur tersebut dalam tabel periodik? Unsur-unsur tersebut
terletak pada golongan transisi periode ke empat dan ke lima. Disini kami hanya menjelaskan
tentang unsur-unsur transisi periode ke empat.

2.2 Sifat-Sifat Fisis

Sifat Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn
Nomor atom 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Massa atom relatif 44,96 47,90 50,94 51,99 54,94 55,85 58,93 58,71 63,54 65,38
Jari-jari atom () 1,44 1,32 1,22 1,18 1,17 1,17 1,16 1,15 1,17 1,25
Titik didih (C) 2.831 3.287 3.380 2.672 1.962 2.750 2.870 2.732 2.567 907
Titik leleh (C) 1.541 1.660 1.890 1.857 1.244 1.535 1.495 1.453 1.083 420
3
Rapatan (g/cm ) 3,0 4,5 6,0 7,2 7,2 7,9 8,9 8,9 8,9 7,1
Energi ionisasi 631 658 650 652 717 759 758 737 745 906
(kJ/mol)
Keelektronegatifan 1,3 1,5 1,6 1,6 1,5 1,8 1,8 1,8 1,9 1,6
Kekerasan (skala - - - 9 5 4,5 - - 3 2,5
Mohs)
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki elektron valensi pada subkulit 3d
yang belum terisi penuh (kecuali unsur Seng (Zn) pada Golongan IIB). Hal ini menyebabkan
unsur transisi periode keempat memiliki beberapa sifat khas yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur
golongan utama, seperti sifat magnetik, warna ion, aktivitas katalitik, serta kemampuan
membentuk senyawa kompleks. Unsur transisi periode keempat terdiri dari sepuluh unsur, yaitu
Skandium (Sc), Titanium (Ti), Vanadium (V), Kromium (Cr), Mangan (Mn), Besi (Fe), Kobalt
(Co), Nikel (Ni), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn).
Dalam satu periode dari kiri (Sc) ke kanan (Zn), keelektronegatifan unsur hampir sama,
tidak meningkat maupun menurun secara signifikan. Selain itu, ukuran atom (jari-jari unsur)
serta energi ionisasi juga tidak mengalami perubahan signifikan. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa semua unsur transisi periode keempat memiliki sifat kimia dan sifat fisika
yang serupa. Hal ini berbeda dengan unsur utama yang mengalami perubahan sifat yang sangat
signifikan dalam satu periode
Unsur transisi periode keempat umumnya memiliki keelektronegatifan yang lebih besar
dibandingkan unsur Alkali maupun Alkali tanah, sehingga kereaktifan unsur transisi tersebut
lebih rendah bila dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah. Sebagian besar unsur transisi
periode keempat mudah teroksidasi (memiliki Ered negatif), kecuali unsur Tembaga yang
cenderung mudah tereduksi (ECu = + 0,34 V). Hal ini berarti bahwa secara teoritis, sebagian
besar unsur transisi periode keempat dapat bereaksi dengan asam kuat (seperti HCl)
menghasilkan gas hidrogen, kecuali unsur Tembaga. Akan tetapi, pada kenyataanya, kebanyakan
unsur transisi periode keempat sulit atau bereaksi lambat dengan larutan asam akibat
terbentuknya lapisan oksida yang dapat menghalangi reaksi lebih lanjut. Hal ini terlihat jelas
pada unsur Kromium. Walaupun memiliki potensial standar reduksi negatif, unsur ini sulit
bereaksi dengan asam akibat terbentuknya lapisan oksida (Cr2O3) yang inert. Sifat inilah yang
dimanfaatkan dalam proses perlindungan logam dari korosi (perkaratan).
Dibandingkan unsur Alkali dan Alkali Tanah, unsur-unsur transisi periode keempat
memiliki susunan atom yang lebih rapat (closed packing). Akibatnya, unsur transisi tersebut
memiliki kerapatan (densitas) yang jauh lebih besar dibandingkan Alkali maupun Alkali Tanah.
Dengan demikian, ikatan logam (metallic bonds) yang terjadi pada unsur transisi lebih kuat. Hal
ini berdampak pada titik didih dan titik leleh unsur transisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan
unsur logam golongan utama. Selain itu, entalpi pelelehan dan entalpi penguapan unsur transisi
juga jauh lebih tinggi dibandingkan unsur logam golongan utama.
Unsur transisi periode keempat memiliki tingkat oksidasi (bilangan oksidasi) yang
bervariasi. Hal ini disebabkan oleh tingkat energi subkulit 3d dan 4s yang hampir sama. Oleh
sebab itu, saat unsur transisi melepaskan elektron pada subkulit 4s membentuk ion positif
(kation), sejumlah elektron pada subkulit 3d akan ikut dilepaskan. Bilangan oksidasi umum yang
dijumpai pada tiap unsur transisi periode keempat adalah +2 dan +3. Sementara, bilangan
oksidasi tertinggi pada unsur transisi periode keempat adalah +7 pada unsur Mangan (4s2 3d7).
Bilangan oksidasi rendah umumnya ditemukan pada ion Cr3+, Mn2+, Fe2+, Fe3+, Cu+, dan Cu2+,
sedangkan bilangan oksidasi tinggi ditemukan pada anion oksida, seperti CrO42-, Cr2O72-, dan
MnO4-.
Konfigurasi Elektron Unsur Transisi Periode Keempat

Orbital
Nomor Konfigurasi
Unsur
Atom Elektron
3d 4s

Skandium (Sc) 21 (Ar) 3d1 4s2

Titanium (Ti) 22 (Ar) 3d2 4s2

Vanadium (V) 23 (Ar) 3d3 4s2


Krom (Cr) 24 (Ar) 3d5 4s1

Mangan (Mn) 25 (Ar) 3d5 4s2

Besi (Fe) 26 (Ar) 3d6 4s2

Kobalt (Co) 27 (Ar) 3d7 4s2

Nikel (Ni) 28 (Ar) 3d8 4s2

Tembaga (Cu) 29 (Ar) 3d10 4s1

Seng (Zn) 30 (Ar) 3d10 4s2

Konfigurasi elektron Cr bukan (Ar) 3d4 4s2 tetapi (Ar) 3d5 4s1. Demikian halnya dengan
konfigurasi elektron Cu bukan (Ar) 3d9 4s2 tetapi (Ar) 3d10 4s1. Hal ini berkenaan dengan
kestabilan orbitalnya, yaitu orbital-orbital d dan s stabil jika terisi penuh, bahkan 1/2 penuh pun
lebih stabil daripada orbital lain.
2.3 Sifat-Sifat Kimia
2.3.1 Sifat Logam
Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam, baik dalam sifat kimia maupun
dalam sifat fisis. Harga energi ionisasi yang relatif rendah (kecuali seng yang agak tinggi),
sehingga mudah membentuk ion positif. Demikian pula, harga titik didih dan titik lelehnya relatif
tinggi (kecuali Zn yang membentuk TD dan TL relatif rendah). Hal ini disebabkan orbital
subkulit d pada unsur transisi banyak orbital yang kosong atau tersisi tidak penuh. Adanya
orbital yang kosong memungkinkan atom-atom membentuk ikatan kovalen (tidak permanen)
disamping ikatan logam. Orbital subkulit 3d pada seng terisi penuh sehingga titik lelehnya
rendah.
Semua unsur transisi periode keempat bersifat logam. Sifat itu disebabkan semua unsur
transisi memiliki energi ionisasi yang rendah, yaitu kurang dari 1.000 kJ mol-1 dan
keelektronegatifannya rendah, yaitu kurang dari 2.

2.3.2 Bilangan Oksidasi


Senyawa- senyawa unsur transisi alam ternyata mempunyai bilangan oksidasi lebih dari
satu. Adanya biloks lebih dari satu ini karena mudahnya melepaskan elektron valensinya. dengan
demikian energi ionisasi pertama, kedua dan seterusnya relatif lebih kecil daripada golongan
utama.
NOMOR LAMBANG KONFIGURASI NOMOR GOLONGAN
ATOM UNSUR ELEKTRON PADA TABEL PERIODIK
21 Sc 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d1 4s2 III B

22 Ti 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d2 4s2 IV B


23 V 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d3 4s2 VB
24 Cr 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s1 VI B
25 Mn 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s2 VII B
26 Fe 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d6 4s2 VIII B
27 Co 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d7 4s2 VIII B
28 Ni 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d8 4s2 VIII B
29 Cu 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s1 IB
30 Zn 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d10 4s2 II B

2.3.3 Sifat Magnet

Adanya elektron-elektron yang tidak berpasangan pada sub kulit d menyebabkan unsur-
unsur transisi bersifat paramagnetik (sedikit ditarik ke dalam medan magnet). Makin banyak
elektron yang tidak berpasangan, maka makin kuat pula sifat paramagnetiknya. Pada seng
dimana orbital pada sub kulit d terisi penuh, maka bersifat diamagnetik (sedikit ditolak keluar
medan magnet).

2.3.4 Membentuk Senyawa-Senyawa Berwarna

Senyawa unsur transisi (kecuali scandium dan seng), memberikan bermacam warna baik
padatan maupun larutannya. Warna senyawa dari unsur transisi juga berkaitan dengan adanya
orbital sub kulit d yang terisi tidak penuh. Peralihan elektron yang terjadi pada pengisian subkulit
d (sehingga terjadi perubahan bilangan oksidasi) menyebabkan terjadinya warna pada senyaa
logam transisi.
Senyawa dari Sc3+ dan Ti4+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya kosong, serta senyawa
dari Zn2+ tidak berwarna karena subkulit 3d-nya terisi penuh, sehingga tidak terjadi peralihan
elektron.

Warna Senyawa Logam Transisi dengan Berbagai Bilangan Oksidasi

Unsur +1 +2 +3 +4 +5 +6 +7
Sc - - Tb - - - -
Ti - - ungu Tb - - -
V - Ungu Hijau biru Merah - -
Cr - Biru Hijau - - Jingga -
Mn - Merah Coklat Coklat Biru Hijau Ungu
muda tua
Fe - Hijau Kuning - - - -
Co - Merah Ungu - - - -
muda
Ni - Hijau - - - - -
Cu Tb Biru - - - - -
Zn - Tb - - -

2.3.5 Mempunyai Beberapa Tingkat Oksidasi

Kecuali Sc dan Zn, unsur-unsur transisi periode keempat mempunyai beberapa tingkat
oksidasi. Bilangan oksidasi yang mungkin bergantung pada bilangan oksidasi yang dapat dicapai
kestabilannya.
Kestabilan senyawa logam transisi diantaranya bergantung pada jenis atom yang mengikat
logam transisi, senyawa berbentuk Kristal atau larutan, PH dalam air. Kestabilan bilangan
oksidasi yang tinggi dapat dicapai melalui pembentukan senyawa dengan oksoaniaon, fluoride,
dan oksofluorida.

Tabel Tingkatan Oksidasi Golongan Transisi

Unsur Tingkat Oksidasi Tingkat Oksidasi yang Stabil


Sc +3 +3
Ti +2,+3,+4 +4
V +2,+3,+4,+5 +5
Cr +2,+3,+4,+5,+6 +3,+6
Mn +2,+3,+4,+5,+6,+7 +2,+4,+7
Fe +2,+3 +2,+3
Co +2,+3 +2,+3
Ni +2 +2
Cu +1,+2 +1,+2
Zn +2 +2

2.3.6 Membentuk Ion Kompleks


Ion kompleks adalah ion yang berbentuk dari suatu kation (biasanya ion logam transisi)
yang meningkat beberapa anion atau molekul netral. Selanjutnya, kation itu disebut ion pusat dan
anion atau molekul netral yang terikat pada ion pusat disebut ligan. Pada ion kompleks
[Cu(Cn)4]2- dan [Fe(H2O)6]2+, Cu2+ dan Fe2+ adalah ion pusat, sedangkan Cn- dan H2O adalah
ligan.
Bilangan koordinasi menyatakan jumlah ligan atau jumlah atom donor yang terkait pada
ion pusat. Bilangan koordinasi ion Cu2+ pada [Cu(Cn)4]2- adalah 4 dan bilangan koordinasi ion
Fe2+ pada [Fe(H2O)6]2+ adalah 6.
Ligan adalah spesi yang memiiliki atom yang dapat menjadi donor sepasang elektron pada
ion pusat. Ligan merupakan basa Leuwis, sedangkan ion pusat sebagai asam Leuwis. Ligan dapat
berupa ion monoatomik (tapi bukan atom netral), seperti ion halida ; berupa anion, seperti CN-
dan NO2- ,berupa molekul sederhana, seperti NH3 dan H2O ; berupa molekul kompleks ; seperti
piridin (C5H5N).

Ion kompleks positif :


[Ag(NH3)2]+ = Diamin Perak (I)
2+
[Cu(NH3)4] = Tetra amin Tembaga (II)
[Zn(NH3)4]2+ = Tetra amin Seng (II)
[Co(NH3)6]3+ = Heksa amin Kobal (III)
2+
[Cu(H2O)4] = Tetra Aquo Tembaga (II)
[Co(H2O)6]3+ = Heksa Aquo Kobal (III)
Contoh : [Cr(NH3)4Cl2]+ atom pusat : Cr3+
Ligan : NH3 (amina) dan Cl (kloro) bilangan koordinasi : 4 + 2 = 6
Nama ionnya = tetraamin dikloro krom (III)

Ion kompleks negatif :


[Ni(CN)4]2- = Tetra siano Nikelat (II)
[Fe(CN)6]3- = Heksa siano Ferat (III)
[Fe(CN)6]4- = Heksa siano Ferat (II)
[Co(CN)6]4- = Heksa siano Kobaltat (II)
[Co(Cl6]3- = Heksa kloro Kobaltat (III)
Contoh : [Ni(CN)4]2- atom pusat : Ni2+
Ligan : CN (siano) Bilangan koordinasi : 4
Nama ionnya = tetrasiano nikelat (II)

2.3.7 Sebagai Katalisator

Salah satu sifat penting unsur transisi dan senyawanya, yaitu kemampuannya untuk
menjadi katalis-katalis reaksi-reaksi dalam tubuh. Katalis adalah zat yang dapat mempercepat
reaksi. Di dalam tubuh, terdapat enzim sitokrom oksidase yang berperan dalam mengoksidasi
makanan. Enzim ini dapat bekerja bila terdapat ion Cu2+. Beberapa logam transisi atau
senyawanya telah digunakan secara komersial sebagai katalis pada proses industry seperti
TiCl3 (Polimerasasi alkena pada pembuatan plastic), V2O5(proses kontak pada pembuatan
margarine), dan Cu atau CuO (oksidasi alcohol pada pembuatan formalin).

2.4 Kegunaan Unsur Transisi

2.4.1 Skandium = SC

a. Untuk menghasilkan cahaya berintesitas tinggi


b. Radioaktifnya sebagai perunut pada pemurnian minyak bumi
c. Senyawanya sebagai aditif lampu uap-Hg dan transmisi TV warna
2.4.2 Titanium = Ti

a. Komponen penting logam paduan untuk pesawat, peluru kendali


b. Karena ketahanannya terhadap air laut maka digunakan juga untuk pembuatan peralatan kapal
yang langsung bersentuhan dengan laut, seperti kipas body kapal dan sebagainya.

2.4.3 Vanadium = V

a . Reactor nuklir
b. Pembuatan baja tahan karat, untuk per, serta peralatan kecepatan tinggi
c. Oksidanya (V2O5) untuk keramik dan katalisator.

2.4.4 Kromium = Cr

a. Paduan logam untuk pembuatan baja.


b. Pewarna logam dan gelas
c. Sebagai katalisator

2.4.5 Mangan = Mn

a. Komponen penting paduan logam, karena sifatnya keras, kuat,dan ketahanannya tinggi
b. Memperbesar fungsi Vitamin B dalam tubuh
c. KMnO4 sebagai oksidator kuat dalam bidang kesehatan

2.4.6 Besi = Fe

a. Sebagai logam utama pada pembuatan baja


b. Besi dengan paduannya digunakan untuk pembuatan rel, tulangan beton.
c. Digunakan untuk berbagai peralatan dalam kehidupan sehari-hari.

2.4.7 Kobal = Co

a. Karena keras, tahan karat dan penampilannya menarik maka sering digunakan untuk menyepuh
logam lain
b. Pewarna biru pada porselen, kaca, genting
c. Pewarna sumber sinar gamma dalam bidang kesehatan

2.4.8 Nikel = Ni

a. Paduan logam baja dan logam lain


b. Pelapis permukaan logam
c. Sebagai katalisator
d. Pewarna hijau pada keramik/porselen
e. Komponen pada baterai
2.4.9 Tembaga = Cu

a. Peralatan kelistrikan, sebagai rangkian dan kawat kabel.


b. Logam paduan pada kuningan dan perunggu

2.4.10 Seng = Zn

a. Komponen paduan pada huruf mesin cetak


b. Sebagai logam patri
c. ZnO untuk industry cat, kosmetik, farmasi, tekstil.
d. Zns untuk sinar X dan layar TV.

2.5 Dampak Negatif Penggunaan Unsur Transisi


2.5.1 Limbah Fe
Pada pengolahan logam besi, jika limbahnya dibuang ke sungai dapat menyebabkan
pertumbuhan fitoplankton yang tidak terkendali. Hal ini menyebabkan penurunan kadar oksigen
dalam air sehingga akan mengganggu pertumbuhan ikan dan hewan air lainnya.

2.5.2 Cr dalam penyamakan kulit

Krom digunakan dalam penyamakan kulit untuk mencegah mengerutnya bahan sewaktu
pencucian. Krom ini sangat beracun dan menyebabkan kanker.

2.5.3 Mn dalam pengelasan dan pembuatan baja


Pada pengelasan dan pembuatan baja dengan logam Mn akan dihasilkan suatu asap dalam
jumlah yang banyak. Asap ini bersifat racun dan dapat mengganggu sistem saraf pusat.

2.5.4 Cu
Pada penambangan tembaga, akan terbuang pasir sisa yang masih mengandung logam Cu.
Jika pasir sisa ini dibuang ke perairan maka akan membahayakan organisme-organisme di
perairan tersebut.
Reaksi Adisi

Adalah reaksi penambahan satu atom pada ikatan rangkap baik ikatan rangkap dua maupun
rangkap tiga sehingga terjadi pengurangan ikatan. Pada reaksi ini terjadi perubahan ikatan dari
ikatan rangkap tiga menjadi ikatan rangkap dua selanjutnya menjadi ikatan tunggal .Contohnya
reaksi adisi pada alkena dan alkuna.

a) Reaksi adisi Pada Alkena


Reaksi adisi pada alkena dapat terjadi pada alkena simetris dan asimetris.Edisi alkena
menghasilkan alkana.

Alkena simetris
Alkena simetris yaitu alkena yang ikatan rangkapnya terletak diantara atom C yang
mengikat substitusi sama CH3 CH = CH CH3 .
Alkena Asimetris
Alkena asimetris yaitu alkena yang ikatan rangkapnya terletak diantara atom C yang
mengikat substitusi tidak sama.

b) Reaksi Adisi pada Alkuna


Adisi alkuna menyebabkan perubahan ikatan rangkap tiga pada rantai ikatannya berubah menjadi
ikatan rangkap dua.Reaksi ini masih dapat berlanjut sehingga diperoleh ikatan tunggal atau
senyawa jenuh.

Polimer merupakan moleku besar yang terbentuk dari molekul-molekul kecil yang terangkai
secara berulang. Molekul-molekul kecil penyusun polimer disebut monomer. Reaksi
pembentukan polimer disebut reaksi polimerisasi

Dua jenis polimerisasi:


1. Polimerisasi adisi: polimer yang terbentuk melalui reaksi adisi dari berbagai
monomer

Contoh polimer adisi:

Yang termasuk ke dalam polimer adisi adalah


polistirena (karet ban), polietena (plastik), poliisoprena (karet alam), politetraflouroetena
(teflon), PVC, dan poliprepilena (plastik).
2. Polimerisasi kondensasi: polimer yang terbentuk karena monomer-monomer
saling berikatan dengan melepaskan molekul kecil.

Contoh: pembentukan plastik stirofoam tersusun dari dua monomer berbeda yaitu urea dan
metanal. Dua molekul metanal bergabung dengan satu molekul urea menjadi suatu molekul
disebut dimer. Dimer-dimer ini selanjutnya berpolimerisasi.

Yang termasuk ke dalam polimer kondensasi


adalah bakelit, poliuretan, poliamida, (melamin), poliester (nilon), teteron, dan protein.

Perbedaan antara polimerisasi adisi dan kondensasi adalah bahwa pada polimerisasi kondensasi
terjadi pelepasan molekul kecil seperti H2O dan NH3, sedangkan pada polimerisasi adisi tidak
terjadi pelepasan molekul.

Polimerisasi adalah reaksi pembentukan rantai polimer organik yang panjang dan berulang.
Polimerisasi digolongkan ke beberapa sistem: sistem adisi-kondensasi dan sistem pertumbuhan
rantai bertahap. Bentuk lain dari polimerisasi adalah polimerisasi membuka cincin yang serupa
dengan polimerisasi rantai.

Dua jenis utama dari reaksi polimerisasi adalah polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.
Jenis reaksi yang monomernya mengalami perubahan reaksi tergantung pada strukturnya. Suatu
polimer adisi memiliki atom yang sama seperti monomer dalam unit ulangnya, sedangkan
polimer kondensasi mengandung atom-atom yang lebih sedikit karena terbentuknya produk
sampingan selama berlangsungnya proses polimerisasi.

Meskipun istilah polimer lebih populer menunjuk kepada plastik, tetapi polimer sebenarnya
terdiri dari banyak kelas material alami dan sintetik dengan sifat dan kegunaan yang beragam.
Bahan polimer alami seperti shellac dan amber telah digunakan selama beberapa abad. Kertas
diproduksi dari selulosa, sebuah polisakarida yang terjadi secara alami yang ditemukan dalam
tumbuhan. Biopolimer seperti protein dan asam nukleat memainkan peranan penting dalam
proses biologi.

Klasifikasi polimer
Berdasarkan sumbernya

1. Polimer alami : kayu, kulit binatang, kapas, karet alam, rambut


2. Polimer sintetis
1. Tidak terdapat secara alami: nylon, poliester, polipropilen, polistiren
2. Terdapat di alam tetapi dibuat oleh proses buatan: karet sintetis
3. Polimer alami yang dimodifikasi: seluloid, cellophane (bahan dasarnya dari
selulosa tetapi telah mengalami modifikasi secara radikal sehingga kehilangan
sifat-sifat kimia dan fisika asalnya)
Berdasarkan jumlah rantai karbonnya

1. 1 ~ 4 Gas (LPG, LNG)


2. 5 ~ 11 Cair (bensin)
3. 9 ~ 16 Cairan dengan viskositas rendah
4. 16 ~ 25 Cairan dengan viskositas tinggi (oli, gemuk)
5. 25 ~ 30 Padat (parafin, lilin)
6. 1000 ~ 3000 Plastik (polistiren, polietilen, dll)

Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil menjadi molekul besar.


Reaksi umumnya adalah sebagai berikut :

M CnH2n Cm+nH2(m+n)

Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa isobutena dengan senyawa isobutana


menghasilkan bensin berkualitas tinggi, yaitu isooktana.

Dua jenis utama dari reaksi polimerisasi adalah polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi.

Polimer Adisi

Reaksi pembentukan teflon dari monomer-monomernya tetrafluoroetilen, disebut reaksi adisi.


Perhatikan Gambar 7 yang menunjukkan bahwa monomer etilena mengandung ikatan rangkap
dua, sedangkan di dalam polietilena tidak terdapat ikatan rangkap dua.

Gambar 7. Monomer etilena mengalami reaksi adisi membentuk polietilena yang digunakan
sebagai tas plastik, pembungkus makanan, dan botol. Pasangan elektron ekstra dari ikatan
rangkap dua pada tiap monomer etilena digunakan untuk membentuk suatu ikatan baru menjadi
monomer yang lain

Menurut jenis reaksi adisi ini, monomer-monomer yang mengandung ikatan rangkap dua saling
bergabung, satu monomer masuk ke monomer yang lain, membentuk rantai panjang. Produk
yang dihasilkan dari reaksi polimerisasi adisi mengandung semua atom dari monomer awal.
Berdasarkan Gambar 7, yang dimaksud polimerisasi adisi adalah polimer yang terbentuk dari
reaksi polimerisasi disertai dengan pemutusan ikatan rangkap diikuti oleh adisi dari monomer-
monomernya yang membentuk ikatan tunggal. Dalam reaksi ini tidak disertai terbentuknya
molekul-molekul kecil seperti H2O atau NH3.

Contoh lain dari polimer adisi diilustrasikan pada Gambar 8. Suatu film plastik yang tipis
terbuat dari monomer etilen dan permen karet dapat dibentuk dari monomer vinil asetat.

Gambar 8. Polietilen dan polivinil asetat adalah contoh polimer yang dibuat melalui
polimerisasi adisi.

Dalam reaksi polimerisasi adisi, umumnya melibatkan reaksi rantai. Mekanisme polimerisasi
adisi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu:

Sebagai contoh mekanisme polimerisasi adisi dari pembentukan polietilena

a) Inisiasi, untuk tahap pertama ini dimulai dari penguraian inisiator dan adisi molekul
monomer pada salah satu radikal bebas yang terbentuk. Bila kita nyatakan radikal bebas yang
terbentuk dari inisiator sebagai R, dan molekul monomer dinyatakan dengan CH2 = CH2, maka
tahap inisiasi dapat digambarkan sebagai berikut:

b) Propagasi, dalam tahap ini terjadi reaksi adisi molekul monomer pada radikal monomer
yang terbentuk dalam tahap inisiasi

Bila proses dilanjutkan, akan terbentuk molekul polimer yang besar, dimana ikatan rangkap C=
C dalam monomer etilena akan berubah menjadi ikatan tunggal C C pada polimer polietilena

c) Terminasi, dapat terjadi melalui reaksi antara radikal polimer yang sedang tumbuh dengan
radikal mula-mula yang terbentuk dari inisiator (R) CH2 CH2 + R CH2 CH2- R atau
antara radikal polimer yang sedang tumbuh dengan radikal polimer lainnya, sehingga akan
membentuk polimer dengan berat molekul tinggi R-(CH2)n-CH2 + CH2-(CH2)n-R R-
(CH2)n-CH2CH2-(CH2)n-R Beberapa contoh polimer yang terbentuk dari polimerisasi adisi
dan reaksinya antara lain.

Polivinil klorida

n CH2 = CHCl [ CH2 CHCl CH2 CHCl ]n Vinil klorida polivinil klorida

Poliakrilonitril

n CH2 = CHCN [ CH2 CHCN ]n

Polistirena
Polimer Kondensasi

Polimer kondensasi terjadi dari reaksi antara gugus fungsi pada monomer yang sama atau
monomer yang berbeda. Dalam polimerisasi kondensasi kadang-kadang disertai dengan
terbentuknya molekul kecil seperti H2O, NH3, atau HCl.

Di dalam jenis reaksi polimerisasi yang kedua ini, monomer-monomer bereaksi secara adisi
untuk membentuk rantai. Namun demikian, setiap ikatan baru yang dibentuk akan bersamaan
dengan dihasilkannya suatu molekul kecil biasanya air dari atom-atom monomer. Pada reaksi
semacam ini, tiap monomer harus mempunyai dua gugus fungsional sehingga dapat
menambahkan pada tiap ujung ke unit lainnya dari rantai tersebut. Jenis reaksi polimerisasi ini
disebut reaksi kondensasi.

Dalam polimerisasi kondensasi, suatu atom hidrogen dari satu ujung monomer bergabung
dengan gugus-OH dari ujung monomer yang lainnya untuk membentuk air. Reaksi kondensasi
yang digunakan untuk membuat satu jenis nilon ditunjukkan pada Gambar 9 dan Gambar 10.

Gambar 9. Kondensasi terhadap dua monomer yang berbeda yaitu 1,6 diaminoheksana dan
asam adipat yang umum digunakan untuk membuat jenis nylon. Nylon diberi nama menurut
jumlah atom karbon pada setiap unit monomer. Dalam gambar ini, ada enam atom karbon di
setiap monomer, maka jenis nylon ini disebut nylon 66.
Gambar 10. Pembuatan Nylon 66 yang sangat mudah di laboratorium.

Contoh lain dari reaksi polimerisasi kondensasi adalah bakelit yang bersifat keras, dan dracon,
yang digunakan sebagai serat pakaian dan karpet, pendukung pada tape audio dan tape video,
dan kantong plastik.

Monomer yang dapat mengalami reaksi polimerisasi secara kondensasi adalah monomer-
monomer yang mempunyai gugus fungsi, seperti gugus -OH; -COOH; dan NH3

Reaksi esterifikasi merupakan reaksi pembentukan ester dengan reaksi langsung antara suatu asam
karboksilat dengan suatu alkohol. Suatu reaksi pemadatan untuk membentuk suatu ester disebut
esterifikasi. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H+. Asam belerang sering digunakan sebagai
sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Pada skala industri, etil asetat di produksi dari reaksi
esterifikasi antara asam asetat (CH3COOH) dan etanol (C2H5OH) dengan bantuan katalis berupa asam
sulfat (H2SO4).
Date: Mei 22, 2012Author: syahrul latif 0 Komentar

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Senyawa organik hidrokarbon yaitu senyawa yang terdiri dari hidrogen dan karbon yang
terdapat dalam berbagai jenis dan struktur molekul yang berbeda-beda. Begitu pula sifat fisik
serta sifat kimianya. Untuk itulah dibutuhkan beberapa reaksi-reaksi agar senyawa dapat
diidentifikasi. Pengenalan senyawa-senyawa ini berfungsi dalam berbagai bidang khususnya
dalam bidang pengobatan, yakni untuk menentukan zat penyusun obat serta efek maupun
khasiatnya.

Senyawa hidrokarbon merupakan persenyawaan yang paling banyak di gunakan dalam


kehidupan sehari-hari. Bahkan tubuh manusia sendiri yang terdiri dari tulang-tulang, daging,
otot darah, urat, enzim dan lain-lain, ini semuanya adalah tersusun dari senyawa-senyawa
karbon. Begitu juga dengan bahan makanan yang harus kita konsumsi seperti karbohidrat,
protein, lemak, vitamin-vitamin dan lain sebagainya.

Dalam percobaan ini, dilakukan beberapa reaksi karbon seperti reaksi adisi, polimerisasi,
redoks, pengesteran, dan yodoform. Dari reaksi-reaksi ini digunakan untuk mengenali jenis
senyawa karbon khususnya dalam suatu obat.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara membedakan antara reaksi esterifikasi, redoks, polimerisasi dan


yodoform?

C. Maksud Praktikum

Mempelajari bebebrapa aspek yang terkait dengan reaksi-reaksi senyawa karbon seperti reaksi
esterifikasi dan yodoform.

D. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui reaksi polimerisasi, reaksi
esterifikasi, reaksi redoks dan reaksi Iodoform dari beberapa senyawa karbon.

E. Manfaat Praktikum
Agar kita dapat mengetahui dan memahami, serta mampu membedakan beberapa senyawa
karbon yang dimana memiliki beberapa tipe. Dan masing-masing memiliki ciri khas yang
berbeda-beda.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Teori Umum

Hidrokarbon adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen. Banyak hidrogen
menunjukkan isomer struktur: isomer-isomer struktur mempunyai rumus molekul yang sama
tetapi berbeda struktur molekulnya. Alkana, alkena, dan alkuna adalah golongan pertama pada
hidrokarbon. (Stanley, 1988)

Alkana hanya mengandung ikatan tunggal karbon-karbon, dinamakan pula hidrokarbon jenuh.
Empat ikatan pada setiap karbon dalam alkana tersusun dalam tetrahedron beratauran; sudut
antara dua ikatan ialah 109.50. pada suhu kamar, gugus yang melekat pada ikatan tunggal pada
alkana rantai lurus barotasi bebas pada ikatan tunggal. (Marappung, 1996).

Alkena mangandung satu atau lebih ikatan ganda dua karbon-karbon; dinamakan pula
hidrokarbon tak jenuh. Dua ikatan yang muncul dari setiap karbon pada ikatan ganda dua
karbon-karbon membentuk sudut 1200. alkena mempunyai ikatan isomer geometri yaitu cis dan
trans. Isomer geometri cis dan trans didasarkan pada pada gugus subtituen pada setiap karbon
ppengemban ikatan ganda dua, jika keduanya pada posisi yang sama dari ikatan ganda dua
dinamakn cis, dan bila keduanya pada posisi yang berbeda disebut trans. (Stenley, 1988).

Alkuna mengandung ikatan ganda tiga karbon-karbon; tergolong hidrokarbon tak jenuh. Dua
ikatan yang timbul dari sepasang karbon berikan ganda tiga mambuat sudut 1800. jadi, etuna
(C2H2) adalah alkuna paling sederhana. (Fessenden, 1994).

Alkohol primer dapat dioksidasi menjadi aldehida dan.Oksidasi ini digambarkan seperti ini :

+ H2O

(alkohol) (aldehid)
Alkohol skunder dioksidasi menjadi keton sedangkan alkohol tersier tak dapat dioksidasi
karena tidak ada hidrogen nyang dapat dilepas dari karbon pembaw gugus hidroksil. (Fessenden,
1994).

Oksidasi alkohol primer metanol dan etanol dengan menghangatkannya denga suhu sekitar 500
dengan kalium dikromat (K2Cr2O7) dalam suasana asam menghasilkan formaldehid dan
asetaldehida. Pembuatan aldehid dengan cara ini sering menimbulkan masalah kerena aldehida
mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat. (Marappung, 1996).

Adisi alkohol pada aldehida dan keton serupa dengan adisi air. Hasil reaksi antara aldehida dan
alkanol adalah hemiasetal. Hemiasetal mempunyai gugus Oh, hidrogen dan OR pada satun
karbon. Jadi, hemiasetal adalah alkohol dan eter sekaligus. Jika lakohol berlebihan, hemiasetal
cerpat bereaksi dengan molekul alkohol lain, manghasilkan asetal. Asetal mempunyai karbon
yang memiliki satu hidrogen dan dua gugus OR, jadio ada ikatan dua eter. (Fessenden, 1994).

Aldehid adalah reduktor kuat sehingga dapat mereduksi oksidator-oksidator lemah. Pereaksi
tollens dan fehling adalah dua contoh oksidator lemah yang dapa digunakan untuk mengenali
aldehid. Oksidasi aldehid menghasilkan asam karboksilat. (Fessenden, 1994).

Berbagai reaksi organik

Berbagi macam senyawa organik, baik yang didapat dilam manupun buatan, dapat diubah
menjadi suatu jenis menjadi jenis lain. Akibatnya suatu senyawa dapat dibuat senyawa lain
melalui satu atau beberapa tahap reaksi. Reaksi tersebut dapat dibagi menjadi enam kelompok
besar yaitu subtitusi, adisi, eleminasi, redoks, penataan ulang, dan kondensasi. (Fessenden,
1994).

H H

RCX + Y R C -Y + X

H H

Y disebut partikel penyerang, C atom yang diserang, dan X adalah gugus yang diganti. Partikel
Y dapat berupa radikal bebas (Y) atau ion (Y atau Y+).

a) Reaksi adisi
Reaksi adisi adalah penambahn masing-masing satu gugus atau dua atom kerbon yang
mempunyai ikatan rangakap, sehingga menghilangkan ikatan phi atau rangkanya.

C=C + XY CC

X Y

Nama reaksi bergantung pada gugus penyerang (X atau Y), mungkin hidrogen, halogen (Cl2 dan
Br2)) hidrogen halida (HBr) dan air. (Fessenden, 1994).

1. Reaksi eleminasi

Kebalikan dari reaksi adisi disebut reaksi eleminasi, yaitu penarikan dua gugus masing-masing
dua atom karbon yang berdekatan, sehingga membentuk ikatan rangkap. (Fessenden, 1994).

1. Reaksi redoks

Reaksi redoks dalam reaksi organik dapat dilihat dari bilangan oksidasi atom karbon yang
mengalami perubahan, bila bilangan itu naik disebut oksidasi dan turun disebut reduksi.
(Fessenden, 1994).

1. Reaksi penataan ulang

Reaksi penataan ulang ialah perubahan posisi gugus dalam molekul sehingga menghasilkan
senyawa dengan struktur berbeda. (Fessenden, 1994).

1. Reaksi kondensasi

Kondensasi adalah terbentuknya karbon dengan ,karbon, atau karbon dengan nitrogen, melalui
satu gugus dari masing-masing senyawa yang belum berikatan , sehingga terjadi perpanjang
rantai. Ikatan itu dapat terjadi dalam satu molekul, antara dua molekiul yang sama, atau molekul
yang berbeda. (Fessenden, 1994).

1. Uraian Bahan
2. Asam Asetat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIDIUM ACETIUM

Nama lain : Asam asetat

RM/BM : CH3COOH / 60,05

Kandungan : tidak kurang dari 32.5% dan tidak lebih dari 33.5% C2H4O2.

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa asam


dan tajam.

Kelarutan : Dapat campur dengan air, dengan etanol (95%) P dan dengan
gliserol P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

2. Asam Sulfat (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : ACIDIUM SULFURICUM

Nama lain : Asam sulfat

RM/BM : H2SO4 / 98,07

Kandungan : tidak kurang dari 95.0% dan tidak lebih dari 98.0% H2SO4

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna,


jika ditambahkan air menimbulkan panas

Kelarutan : Larut dalam air dan etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

1. Etanol (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol

RM/BM : C2H6O / 46,00


Kandungan : Tidak kurang dari 94.7% v/v atau 92.0% dan tidak lebih dari
95.2% v/v atau 92.7% C2H5O

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah


bergerak, bau khas, rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak
berasap

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam
Eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya: di


tempat sejuk jauh dari nyala api.

Kegunaan : Sebagai sampel

1. Iod (Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : IODIUM

Nama lain : Iod

RM/BM : I2 / 132,65

Pemerian : hablur mengkilat dan berwarna jingga merah

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air,dalam kloroform P dan dalam


Eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai sampel

5. Kalium Bikromat (Dirjen POM, 1979)

Nama resmi : KALII BICROMAS

Nama lain : Kalium bikromat

RM/BM : K2Cr2O7 / 294,192

Kandungan : Tidak kurang dari 99.8% K2Cr2O7

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; merah jingga


Kelarutan : Larut dalm air

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai pereaksi

1. Natrium Hidroksida (Dirjen POM, 1995)

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama lain : Natrium hidroksida

RM/BM : NaOH / 40,00

Kandungan : Tidak kurang dari 97.5% alkali jumlah dihitung sebagai


NaOH dan tidak lebih dari 20,5% Na2CO3

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, keras, rapuh,
dan menunjukkan susunan hablur, putih, dan mudah meleh, sangat alkalis dan korosif, segera
menyerap karbondioksida.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai pereaksi

1. Prosedur kerja (Anonim,2012)


1. Reaksi Polimerisasi

Siapkan tabung reaksi masukkan 2 ml asetaldehida 1:1 tambahkan kedalam tabung itu 2 ml
NaOH 2 M. panaskan perlahan lahan dan amati perubahan yang terjadi.

1. Reaksi Pengesteran

Isi tabung sebuah tabung reaksi denga 2 ml alkohol 50%, 2 ml asam asetat 6 M dan 5 tetes
H2SO4 pekat. Panaskan tabung reaksi ini selama bebrapa menit, kemudian tuangkan ke dalam
tabung reaksi lain yang sudah diisi dengan 3 ml air, cium bau larutan tersebut.

1. Reaksi Redoks

Isi tabung reaksi dengan 2 ml alcohol 50% , ditambah 3 tetes H2SO4 pekat dan 4 ml larutan
K2Cr2O7 0,1 M . tutup tabung reaksi dengan sebuah gabus dan letakkan dalam gelas kimia yang
berisi air panaskan selama beberapa menit .Amati perubahan yang terjadi dan cium larutan
tersebut.
1. Reaksi Yodoform

Isi sebuah taung reaksi dengan 5 ml larutan I2 0,2 M dan 2 ml alcohol. Tambahkan tetes pertetes
larutan NaOH 0,1 M sampai larutan berwarna kuning pucat. Tutup tabung reaksi dengan gabus
dan letakkan ke dalam gelas kimia yang berisi air panas selama beberapa menit. Amati
perubahan yang terjadi dan cium larutan tersebut.

BAB III

KAJIAN PRAKTIKUM

1. Alat yang Dipakai

Adapun alat yang dipakai yaitu gegep kayu, lampu spritus, pipet skala, pipet tetes, rak tabung,
dan tabung reaksi.

1. Bahan yang Digunakan

Bahan bahan yang dipakai dalam praktikum ini yaitu asetildehida, alcohol 50%, asam asetat
(CH3COOH) 6 M, asam sulfat (H2SO4) pekat, kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,1 M, larutan Iodium
(I2) 0,2 M, dan larutan natrium hidroksida (NaOH).

1. Cara Kerja

1. Reaksi polimerisasi

Dimasukkan 2 ml asetaldehid 1:1. ditambahkan kedalam tabuing reaksi, ditambahkan 2 ml


larutan NaOH 2 M. dipanaskan tabung perlahan-lahan dan diamati perubahan yang terjadi.

2. Reaksi pengesteran

Diisi tabung reaksi dengan 2 ml alcohol 50%, 2 ml asam asetat 5 M, dan 5 tetes asam sulfat
pekat. Dipanaskan tabung reaksi ini selama beberapa menit, kemudian dituang isinya kedalam
tabung reaksi lain yang sudah diisi dengan 3 ml air, dicium bau larutan tersebut.

3. Reaksi redoks

Diisi sebuah tabung reaksi dengan 2 ml lakohol 50%, 3 tetes asam sulfat pekat dan 4 ml larutan
kalium dikromat 0.1 M, ditutup tabung reaksi dengan alfol dan diletakkan dalam gelas kimia
yang berisi air panas selama beberapa menit. Diamati perubahan yang terjadi dan dicium bau
larutan terserbut.

1. Reaksi yodoform

Diisi sebuah tabung reaksi dengan 5 ml larutan I2 0.2 M dan 2 ml alcohol. Ditambahkan setetes
demi setetes larutan NaOH 0.1 M sampai larutan berwarna kuning pucat. Ditutup tabung reaksi
dengan alfol dan diletakkan kedalam gelas kimia yang berisi air panas selama beberapa menit.
Didinginkan dan diamati perubahan yang terjadi. Dicium bau larutan.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

1. Data Pengamatan
2. Tabel pengamatan
3. Reaksi Polimerisasi

Zat zat yang direaksikan Hasil Reaksi

Warna kuning pucat, bau tajam seperti


Asetaldehida + NaOH balon (aromatik), dan terdapat endapan
coklat kemerahan.

1. Reaksi Pengesteran

Zat zat yang direaksikan Hasil Reaksi


Alcohol 50% + CH3COOH + Menghasilkan bau tajam seperti balon
H2SO4 + air (aromatik), warna kuning pucat.

1. Reaksi Redoks
Zat zat yang direaksikan Hasil Reaksi
Menghasilkan bau tajam seperti balon
Alkohol 50% + H2SO4 + K2Cr2O7
(aromatik), warna hijau tua

1. Reaksi Yodoform

Zat zat yang direaksikan Hasil Reaksi


Warna kuning pucat terdapat
Iod + alkohol 50% + NaOH 0,1 M
Kristal CHI3

1. Reaksi
2. Reaksi polimerisasi

O O NaOH OH OH
CH3 C H + CH3 C H CH3 CH CH CH3

1. Reaksi pengesteran

O H2SO4 O
R OH + CH3 C CH3 C + H2O
OH OR

1. Reaksi redoks

Red : Cr2O72- + 14H+ + 6e 2Cr3+ + 7H2O x2

Oks : C2H5OH + H2O CH3COOH + 4H+ + 4e x3

2Cr2O72- + 16H+ + 3C2H5OH 4Cr3+ + 11H2O + 3HC3COOH

2K2Cr2O7 + 8H2SO4 + 3C2H5OH 2Cr2(SO4)3 + 3CH3COOH +


11H2O + 2K2SO4

1. Pembahasan

Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari beberapa aspek yang terkait dengan reaksi-reaksi
senyawa karbon seperti reaksi adisi, esterifikasi, redoks, polimerisasi, dan yodoform. Reaksi
adisi merupakan pengabung suatu senyawa dengan pereaksi tertentu yang disertai perubahan
ikatan pada senyawa. Reaksi polimerisasi adalah reaksi perpanjangan rantai dimana unit senyawa
yang akan berpolimerisasi disebut monomer-monumer dan reaksi esterifikasi adalah reaksi
pembentukan eter sedangkan reaksi redoks merupakan reaksi dua dimana zat yang satu tereduksi
dan yang satu teroksidasi terus reaksi yodoform atau reaksi haloform adalah reaksi pembuatan
senyawa.

Reaksi polimerisasi adalah reaksi penggabungan monomer-monomer menjadi sebuah polimer.


Pada reaksi polimerisasi zat-zat yang direaksikan asetaldehida 1:1 2 ml ditambah 2 ml NaOH
dan setelah direaksikan kita mendapat hasil reaksi yaitu warna kuning pucat, bau tajam seperti
balon (aromatik), dan terdapat endapan.

Reaksi pengesteran adalah reaksi pembetukan ester. Pada reaksi pengesteran zat-zat yang
direaksikan alkohol ditambah CH3COOH dan H2SO4 pekat, hasil reaksinya yaitu bau tajam
seperti balon (aromatik), warna kuning pucat.

Reaksi redoks adalah reaksi dimana terjadi perubahan bilangan oksidasi baik reduksi atau
menurunnya bilangan oksidasi maupun oksidasi atau meningkatnya bilangan oksidasi. Reaksi
redoks kita lakukan dengan mencampurkan alkohol dengan asam sulfat pekat dan kalium
bikromat. Dalam hal ini asam sulfat digunakan sebagai pemberi suasana asam dan juga sebagai
katalisator untuk mempercepat reaksi. Dari pecobaan kita mendapatkan hasil yaitu bau tajam
seperti balon (aromatik), larutan berwarna hijau tua

Pada percobaan reaksi yodoform direaksikan larutan iodium dan alkohol dengan NaOH. Pada
reaksi ini dihasilkan larutan yang berwarna kuning pucat. Penambahan NaOH pada percobaan ini
bertujuan untuk menghilangkan warna biru dari iodium yang kemudian menjadi endapan kuning
pucat. Dan tujuan dari pemanasan adalah agar terbentuk yodoform dalam halini triodometan
(CHI3). Dari pecobaan kita memperoleh hasil yaitu warna kuning pucat terdapat Kristal CHI3

Anda mungkin juga menyukai