Anda di halaman 1dari 23

KESETIMBANGAN KIMIA

Untuk memperoleh gambaran konsep setimbang baiklah kita ambil


contoh proses kesetimbangan air dengan uap air dalam sebuah botol.
Bila air diletakkan didalam botol terbuka dan dibiarkan dalam waktu
yang cukup lama, maka air didalam botol akan berkurang, karena
butil-butir air air mnguap dari permukaan air dan keluar dari botol.
Pada botol tertutup uap air yang terjadi pada proses penguapan tidak
keluar dari botol, akbibatnya bila uap telah menjadi jenuh ada
sebagian uap air tersebut akan mengembun kembali menjadi bulir-
bulir air yang menempel pada botol dan akhirnya mengalir lagi
(Gambar 1).

Gambar 1. Kesetimbangan Dinamis


pada Penguapan Air
Proses ini berlangsung terus menerus. Mengapa air dalam botol tetap,
karena jumlah air yang menguap sama dengan jumlah uap air yang
mengembun kembali menjadi air, atau dapat dikatakan bahwa
didalam botol tersebut laju penguapan air sama dengan laju
pengembunan air. Proses demikian ini disebut dengan kesetimbangan
dinamis, yaitu proses bolak balik dengan laju yang sama untuk kedua
arah Proses kesetimbangan dinamis ini dapat terjadi pula dalam suatu
reaksi kimia.

A. Reaksi Berkesudahan dan Dapat Balik

Reaksi kimia berdasar arahnya dibedakan menjadi reaksi


berkesudahan (satu arah) dan reaksi dapat balik (dua arah). Pada
reaksi berkesudahan zat – zat hasil tidak dapat saling bereaksi
kembali menjadi zat pereaksi. Contoh:
NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Pada reaksi di atas reaksi hanya berlangsu ke arah kanan, sebab bila
NaCl dilarutkan ke dalam air tidak akan pernah menjadi NaOH dan
HCl.
Reaksi dapat balik dapat berlangsung dalam dua arah artinya zat-zat
hasil reaksi dapat saling bereaksi untuk membentuk zat pereaksi
kembali. Contoh:
Jika timbal (II) sulfat padat yang berwarna putih bila direaksikan
dengan larutan natrium iodida akan membentuk endapan timbal (II)
iodida yang berwarna kuning dengan reaksi,

Sebaliknya bila padatan timbal(II)


iodida yang berwarna kuning dari reaksi diatas ditambah larutan
natrium sulfat, maka akan terbentuk kembali endapan warna putih dari
timbal(II) sulfat dengan reaksi,

Jika diamati dari kedua reaksi


tersebut maka akan tampak bahwa reaksi yang kedua merupakan
kebalikan dari reaksi yang pertama, dan dengan demikian reaksi
diatas dikatakan reaksi dapat balik atau. Bila kedua reaksi itu
berlangsung secara bersamaan disebut juga sebagai reaksi bolak-
balik dan ditulis ditandai dengan dua panah dengan arah berlawanan.

Reaksi kesetimbangan dinamis


dapat terjadi bila reaksi yang terjadi merupakan reaksi bolak – balik.

B. Keadaan Setimbang

Meskipun hampir semua reaksi merupakan reaksi dapat balik, tetapi


tidak semua reaksi dapat balik akan dapat menjadi reaksi setimbang.
Untuk dapat menjadi suatu reaksi setimbang diperlukan persyaratan
antara lain, reaksinya bolak-balik, sistemnya tertutup, dan bersifat
dinamis.

1. Reaksi bolak-balik.

Suatu reaksi kadang-kadang perlu adanya pengaruh dari luar untuk


dapat balik, oleh karena itu reaksi tersebut tidak dapat berlangsung
secara bersamaan, misalnya reaksi antara timbal (II) sulfat dengan
larutan natrium iodida diatas, tentunya tidak akan berlangsung dalam
waktu yang bersamaan.
Suatu reaksi dapat menjadi reaksi kesetimbangan bila reaksi baliknya
dapat dengan mudah berlangsung secara bersamaan, seperti yang
terjadi pada proses penguapan air dan pengembunan air didalam
botol pada awal bab ini. Proses penguapan dan pengembunan dapat
berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Reaksi-reaksi homogen
(fasa pereaksi dan hasil reaksinya sama), misalnya reaksi-reaksi gas
atau larutan akan lebih mudah berlangsung bolak-balik dibanding
dengan reaksi yang heterogen. Umumnya reaksi heterogen dapat
berlangsung bolak-balik pada suhu tinggi.
Contoh reaksi homogen yang berlangsung bolak-balik,

Contoh reaksi heterogen yang dapat berlangsung bolak-balik pada


suhu tinggi:

2. Sistem Tertutup

Sistem tertutup bukan berarti reaksi tersebut dilakukan pada ruang


tertutup, meskipun kadang-kadang memang diperlukan ruangan
tertutup. Pada prinsipnya sistem tertutup yang dimaksud adalah tidak
ada zat-zat yang keluar dari sistem, misalnya pada reaksi timbal (II)
sulfat dengan larutan natrium iodida, bagaimana mungkin reaksi akan
dapat balik jika timbal (II) iodida yang terjadi pada reaksi tersebut
dibuang (hilang ) dari sistem.

3. Bersifat Dinamis

Bersifat dinamis artinya secara mikroskopis reaksi berlangsung terus


menerus dalam dua arah dengan laju reaksi pembentukan sama
dengan laju reaksi baliknya. Berlangsungnya suatu reaksi secara
makroskopis dapat dilihat dari perubahan suhu, tekanan, konsentrasi
atau warnanya.
Secara makroskopis reaksi dalam keadaan setimbang tidak
menunjukkan adanya gejala – gejala tersebut, justru gejala – gejala
tersebut akan tampak pada saat reaksi belum setimbang, karena
pada saat tersebut konsentrasi zat-zat pereaksi mula-mula akan
berkurang dan konsentrasi hasil reaksi akan bertambah. Untuk lebih
jelasnya kita ikuti terjadinya kesetimbangan pada reaksi,

Bila sejumlah gas N2O4


dimasukkan ke dalam botol tertutup, gas yang semula tak berwarna
secara perlahan-lahan akan berubah menjadi coklat, semula
perubahan itu tidak tampak tetapi secara bertahap akan menjadi
semakin coklat. Pada suatu saat warna tersebut akan tidak bertambah
pekat, pada saat inilah terjadi kesetimbangan. Pada saat setimbang
tersebut masih ada gas N2O4, hal ini dapat dibuktikan dengan
mendinginkan tabung tersebut, pada saat didinginkan warna coklat
semakin pekat, ini menunjukkan bahwa gas NO2 terbentuk lebih
banyak. Jadi pada saat setimbang baik pereaksi maupun hasil reaksi
masih tetap ada dalam sistem. Penjelasan untuk peristiwa ini dapat
dilihat pada kurva perubahan konsentrasi dan laju reaksi (Gambar 3.
dan Gambar 4.).

Perubahan laju reaksi selama


berlangsungnya reaksi (Gambar 3.) menunjukkan bahwa laju reaksi
terhadap gas N2O4 (V N2O4) mula-mula maksimum, laju reaksi itu
turun sejalan dengan makin berkurangnya gas N2O4 pada saat yang
bersamaan mulai terbentuk gas NO2 (warna coklat mulai tampak),
dan pada saat itu mulai ada gas NO2 yang balik menjadi gas N2O4
dan laju reaksi terhadap gas NO2 (V NO2) makin besar karena
konsentrasi nya makin besar (ingat bahwa laju reaksi dipengaruhi
konsnetrasi). Jadi V N2O4 terus menurun dan V NO2 meningkat
sampai waktu tertentu (t) terjadi V N2O4 sama dengan VNO2 dan
pada saat itu tercapai keadaan setimbang. Proses ini berlangsung
terus jika tidak ada pengaruh dari luar yang menyebabkan terjadinya
ketidaksetimbangan.
Gambar 4. Kurva Kesetimbangan
NO2 dan N2O4
a. Pada saat setimbang konsentrasi N2O4 sama dengan konsentrasi
NO2
b. Pada saat setimbang konsentrasi N2O4 lebih besar dari pada
konsentrasi NO2
c. Pada saat setimbang konsentrasi N2O4 lebih kecil dari pada
konsentrasi NO2
Konsentrasi akan mengalami perubahan dengan pola yang sama,
mula-mula yang ada hanya gas N2O4 (konsentrasi N2O4 maksimum),
kemudian berkurang terus karena berubah menjadi gas NO2, dan
pada saat yang bersamaan gas NO2 yang semula tidak ada
(konsentrasinya nol) akan mulai bertambah yang ditandai dengan
mulai adanya warna coklat. Konsentrasi gas N2O4 akan terus
bertambah dan sejalan dengan itu gas NO2 terus bertambah sampai
suatu saat konsentrasinya tetap (ditandai warna coklat yang tetap),
dan pada saat itu (t waktu) tercapai suatu keadaan setimbang. Dan
mulai saat itu tidak menunjukkan perubahan secara
makroskopis ,misalnya warna tidak menjadi lebih pekat atau lebih
terang, tekananannya tetap dan lain-lainnya. Pada kondisi setimbang
ini maka,laju reaksi kekanan sama dengan kekiri atau V N2O4 = V
NO2 , konsentrasi gas N2O4 dan konsentrasi gas NO2 tetap,
meskipun dapat terjadi tiga kemungkinan yaitu:
a. [N2O4] = [NO2]
b. [N2O4] < [NO2]
c. [N2O4] > [NO2]
C. Hukum Kesetimbangan dan Tetapan Kesetimbangan (K)

Telah dibahas dimuka bahwa konsentrasi zat-zat pada saat


setimbang akan selalu tetap, dengan demikian bila dilakukan
perhitungan aljabar (dikalikan, dibagi atau dipangkatkan) akan didapat
suatu harga yang tetap. Untuk menentukan operasi aljabar yang
bagaimana yang menghasilkan harga yang tetap, pada Tabel 1.
ditunjukkan beberapa hasil pengukuran konsentrasi dari zat-zat yang
ada pada saat setimbang untuk beberapa reaksi.

Dari setiap data hasil percobaan


tersebut bila reaksi secara umum dituliskan sebagai,

maka didapat harga tetap (K) untuk


rumusan,

Rumusan ini disebut dengan hukum


kesetimbangan, yaitu bila suatu reaksi dalam keadaan setimbang
maka hasil kali konsentrasi zat-zat hasil reaksi dipangkatkan
koefisiennya dibagi dengan hasil kali konsnetrasi zat-zat pereaksi
dipangkatkan koefisiennya akan mempunyai harga yang tetap.
Tetapan kesetimbangan bagi suatu reaksi adalah khas untuk suatu
reaksi dan harganya tetap pada suhu tertentu, artinya setiap reaksi
akan mempunyai harga tetapan kesetimbangan yang cenderung tidak
sama dengan reaksi yang lain meskipun suhunya sama, dan untuk
suatu reaksi yang sama harga K akan berubah jika suhunya berubah.

a. Makna Harga Tetapan Kesetimbangan

1) Dapat untuk mengetahui kondisi suatu reaksi bolak-balik


Bila reaksi bolak balik pada suatu suhu tertentu sudah diketahui harga
tetapan kesetimbangannya, maka akan dapat diselidiki apakah suatu
reaksi bolak-balik dengan komposisi tertentu dalam keadaan
setimbang atau tidak.
Contoh :
Pada 350 C terdapat reaksi setimbang :

Mempunyai harga K = 60. Berdasar data


tersebut selidikilah apakah sistem dalam keadaan setimbang atau
tidak bila komposisi gas-gas dalam 1 liter ruangan adalah

2) Dapat untuk Menentukan Komposisi Zat-Zat dalam Keadaan


Setimbang
Dengan mengetahui harga tetapan kesetimbangan suatu reaksi pada
suhu tertentu dapat memberikan gambaran tentang komposisi zat- zat
yang ada pada kesetimbangan pada suhu tersebut.
Contoh :
Ke dalam wadah 1 liter dimasukkan 0,100 mol PCl5, kemudian
dipanaskan sampai suhunya 250 C sehingga terurai menurut reaksi :

Harga tetapan kesetimbangan pada suhu


tersebut adalah 0,030. Tentukan komposisi masing-masing gas pada
saat tercapai kesetimbangan.
Jawab :
Reaksi :

Kita anggap bahwa pada suhu tersebut PCl5


yang terurai sebanyak x mol/L, maka berdasar stoikiometri reaksinya
didapat, Pada keadaan awal,
PCl5 = 0,100mol/ liter
PCl3 = 0mol/L
Cl2 = 0 mol/L
Pada saat tercapai kesetimbangan
PCl5 = (0,100 – x) mol/L
PCl3 = (0 + x) mol/L
= x mol/L
Cl2 = (0 + x )mol/L
= x mol/L
Atau secara stoikiometris dapat dituliskan dengan cara sebagai
berikut,

Menurut Hukum Kesetimbangan,


dengan menggunakan rumus abc,
didapat:

x1 = 0,042 dan x2 = – 0,072 (harga minus


tidak mungkin)
maka didapat komposisi saat setimbang adalah,
[PCl5 ] = ( 0,100 – 0,042) mol /L = 0,058 mol/L
[PCl3] = [Cl2] = 0,042 mol/L
3) Dapat memberikan Informasi tentang Hasil Reaksi
Harga tetapan kesetimbangan merupakan hasil bagi dari konsentrasi
zat hasil dipangkatkan koefisiennya dengan konsentrasi pereaksi
dipangkatkan koefisiennya. Karena konsentrasi hasil reaksi selalu
sebagai pembilang maka besar kecilnya harga harga K menunjukkan
besar kecilnya hasil reaksi pada suhu tertentu. Jika gharga K besar
berarti hasil reaksinya banyak dan jika K kecil berarti hasil reaksinya
sedikit.

b. Harga Tetapan Kesetimbangan dan Tekanan Gas

Untuk reaksi yang melibatkan gas tetapan kesetimbangan dapat


dinyatakan dari harga tekanan parsial masing-masing gas pada saat
setimbang, sebab konsentrasi gas dalam suatu ruangan akan
menentukan besarnya tekanan gas tersebut dalam ruangan. Untuk
membedakan harga tetapan kesetimbangan yang diperoleh dari harga
konsentrasi dan dari harga tekanan parsial, maka untuk selanjutnya
harga tetapan kesetimbangan yang diperoleh berdasarkan kosentrasi
diberi lambang Kc sedangkan untuk tetapan kesetimbangan yang
diperoleh dari harga tekanan diberi lambang Kp.
Untuk reaksi setimbang :

Berdasar hukum tentang gas ideal


PV = nRT dapat dicari hubungan antara harga Kp dengan Kc,
Untuk reaksi setimbang :

sedangkan berdasar persamaan gas


ideal PV = nRT didapat bahwa P = n/V(RT), untuk gas besaran n/V
adalah merupakan konsentrasi gas dalam ruangan, sehingga dapat
disubstitusikan menjadi,
dan jika (x + y) – (m+n) = Δn yang
menyatakan jumlah koefisien gas-gas sesudah reaksi dikurangi
dengan jumlah koefisien gas-gas sebelum reaksi maka didapat
hubungan Kp dan Kc adalah,

D. Kesetimbangan Dissosiasi

Peruraian suatu zat menjadi zat yang lebih sederhana dikenal dengan
istilah dissosiasi. Jadi kesetimbangan dissosiasi adalah merupakan
reaksi kesetimbangan yang melibatkan terurainya suatu zat menjadi
zat yang lebih sederhana.
Contoh :

Di dalam sistem kesetimbangan


dissosiasi dikenal adanya derajad dissosiasi ( α ) yang menyatakan
seberapa bagian (persen) gas yang telah terurai pada saat tercapai
kesetimbangan yang dinyatakan dengan rumusan,

Konsep derajad dissosiasi ini dapat


membantu dalam perhitungan – perhitungan sistem kesetimbangan.
Contoh :
Dalam ruang satu liter dipanaskan gas HI
hingga terurai membentuk reaksi setimbang :
Pada suhu tertentu harga tetapan kesetimbangannya (Kc) adalah 4.
Tentukan ,
a. Berapa persen HI yang telah terurai
b. Komposisi masing-masing gas pada saat setimbang
Jawab :

E. Pergeseran Kesetimbangan

Suatu sistem dalam keadaan setinbang cenderung mempertahankan


kesetimbangannya, sehingga bila ada pengsruh dari luar maka sistem
tersebut akan berubah sedemikian rupa agar segera diperoleh
keadaan kesetimbangan lagi. Dalam hal ini dikenal dengan azas Le
Chatelier yaitu, jika dalam suatu sistem kesetimbangan diberikan aksi,
maka sistem akan berubah sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi
itu sekecil mungkin. Beberapa aksi yang dapat menimbulkan
perubahan pada sistem kesetimbangan antara lain,

1. Perubahan konsentrasi

Bila suatu sistem kesetimbangan konsentrasi salah satu komponen


dalam sistem ditambah maka kesetimbangan akan bergeser dari arah
penambahan itu, dan bila salah satu komponen dikurangi maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah pengurangan itu.
Contoh :
Pada sistem kesetimbangan antara larutan Fe3+ (kuning) , SCN 2-
(tak berwarna) dengan FeSCN2+ (merah ), dengan reaksi
kesetimbangan :

Jika ke dalam sistem tersebut


ditambahkan larutan SCN2- maka campuran akan semakin merah,
karena SCN– yang ditambahkan akan bereaksi dengan Fe3+ dalam
sistem dan membentuk FeSCN 2+ , ini berarti terjadi pergeseran
kesetimbangan ke arah kanan, yang berakibat bertambahnya [FeSCN
2-] dan berkurangnya [ Fe3+ ]
Dengan menggunakan hukum kesetimbangan dapat dijelaskan
sebagai berikut, untuk reaksi setimbang:

Pada suhu yang tetap adalah tetap.


Jika pada suhu yang sama ditambahkan ion SCN– , maka [SCN –]
bertambah besar, sehingga
Dengan bertambahnya [SCN – ] Harga K2 menjadi
lebih kecil daripada K1, karena harga K tetap pada suhu yang tetap,
maka untuk mendapatkan harga K1 = K2 , [Fe3+] akan berkurang
bersamaan dengan bertambahnya [FeSCN2+], dan itu berarti terjadi
pergeseran kesetimbangan kekanan.
Hal yang sebaliknya bila [Fe3+ ] dikurangi (misalnya dengan mengikat
Fe3+ dengan ion HPO4 2–) akan mengakibatkan K2 lebih besar
daripada K1, dan untuk mengubah harga K2 agar menjadi sama
dengan K1 konsentrasi ion Fe3+ akan bertambah bersamaan dengan
bertambahnya ion FeSCN2+, dan itu berarti kesetimbangan bergeser
kekiri.

2. Perubahan Volume

Bila Sistem Kesetimbangan ,

Volumenya diperbesar dua kali


dengan cara menambahkan air kedalamnya maka warna merahnya
menjadi lebih muda, ini menunjukkan bahwa [FeSCN2+] berkurang
sedangkan [Fe3+] dan [SCN – ] bertambah, atau kesetimbangan
bergeser kekiri.
Dengan menggunakan hukum kesetimbangan peristiwa tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut,

Dengan penambahan air sehingga


volume larutan menjadi dua kali lebih besar, maka konsentrasi
masing-masing komponen akan mengalami perubahan sebagai
berikut,
[Fe3+] menjadi = [Fe3+]/2
[SCN –] menjadi = [ SCN–]/2
[FeSCN2+] menjadi = [FeSCN2+]/2
maka setelah volume diperbesar didapat harga K2,

sehingga K2 menjadi lebih besar daripada K1.


Karena suhunya tetap K1 = K2, maka untuk mendapatkan harga K1
sama dengan K2 konsentrasi ion FeSCN2+ akan berkurang dan
disertai dengan bertambahnya konsentrasi ion Fe3+ dan SCN — ,
dan itu berarti kesetimbangan bergeser kekiri.
Marilah sekarang dengan cara yang sama kita selidiki untuk
kesetimbangan,

Sebelum diadakan perubahan volume


harga tetapan kesetimbangannya adalah K1

Setelah volumenya diperbesar menjadi dua kali lebih


besar maka terjadi perubahan konsentrasi sebagai berikut,
[ HI ] menjadi = [HI]/2
[H2 ] menjadi = [H2]/2
[I2 ] menjadi = [ I2 ]/2
harga tetapan kesetimbangan setelah diadakan perubahan volume
menjadi K2
Ini menunjukkan bahwa adanya
perubahan volume tidak menyebabkan pergeseran kesetimbangan
untuk reaksi diatas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa,

Bila suatu reaksi jumlah molekul-molekul atau partikel-partikel sebelum dan


sesudah reaksi sama perubahan volume tidak menggeser letak
kesetimbangan.

Untuk reaksi yang jumlah partikel – partikel sebelum dan sesudah reaksi
tidak sama maka,

Bila Volume diperbesar kesetimbangan akan bergeser menuju ke ruas


yang jumlah molekul atau partikel (jumlah koefisien reaksi) yang
besar.
Bila Volume diperkecil kesetimbangan akan bergeser menuju ke ruas
yang jumlah molekul atau partikel (jumlah koefisien reaksi) yang kecil.

3. Perubahan Tekanan

Perubahan tekanan akan berpengaruh pada konsnetrasi gas-gas


yang ada pada kesetimbangan, oleh karena itu pada sistem reaksi
setimbang yang tidak melibatkan gas perubahan volume tidak
menggeser letak kesetimbangaan.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh perubahan tekanan terhadap
sistem kesetimbangan gas dapat diingat kembali tentang persamaan
gas ideal
PV = n RT
P = (n/V ) RT
Dari persamaan itu menunjukkan bahwa perubahan tekanan akan
berakibat yang sebaliknya dengan perubahan volume, artinya bila
tekanan diperbesar akan sama pengaruhnya dengan bila volume
diperkecil dan sebaliknya bila tekanan diperkecil akan berakibat yang
sama dengan bila volume diperbesar.
Jadi dapat disimpulkan bahwa,

Untuk reaksi kesetimbangan yang jumlah partikel sebelum reaksi sama


dengan jumlah partikel sesudah reaksi, perubahan tekanan tidak akan
menggeser letak kesetimbangan.

Untuk reaksi kesetimbangan yang jumlah partikel sebelum reaksi tidak sama
dengan jumlah partikel sesudah reaksi jika,

Tekanan diperbesar kesetimbangan akan bergeser ke jumlah partikel


yang kecil
Tekanan diperkecil kesetimbangan akan bergeser ke jumlah partikel
yang besar
Perhitungan jumlah partikel ini hanya dilakukan terhadap komponen
kesetimbangan yang mudah berubah konsnetrasinya, artinya untuk
kesetimbangan heterogen jumlah partikel hanya dihitung untuk zat-zat
yang masuk pada rumusan harga tetapan kesetimbangan.

4. Perubahan Suhu

Perubahan suhu pada suatu reaksi setimbang akan menyebabkan


terjadinya perubahan harga tetapan kesetimbangan (K). Untuk
mengetahui bagaimana pengaruh perubahan suhu terhadap
pergeseran kesetimbangan berikut disajikan data harga K untuk
berbagai suhu dari dua reaksi kesetimbangan yang berbeda,
Tabel 2. Harga Kp pada Berbagai Suhu untuk Reaksi Setimbang

Dari kedua tabel tersebut terdapat


perbedaan, pada reaksi pertama jika suhunya diperbesar harga Kp
makin kecil, ini berarti zat hasil makin sedikit yang diakibatkan oleh
terjadinya pergeseran reaksi kekiri.
Pada reaksi kedua justru terjadi sebaliknya, yaitu bila suhunya
diperbesar harga harga Kp menjadi makin besar, berarti jumlah zat
hasil makin banyak yang diakibatkan terjadinya pergeseran
kesetimbangan kekanan. Perbedaan dari kedua reaksi tersebut
adalah harga perubahan entalpinya. Untuk reaksi pembentukan gas
NH3 perubahan entalpinya negatif (Reaksi endoterm) yang
menunjukkan bahwa reaksi kekanan melepaskan kalor. Sedangkan
pada reaksi antara gas H2 dengan gas CO2 harga perubahan
entalpinya berharga postip (Reaksi endoterm) yang menunjukkan
bahwa reaksi kekanan adalah reaksi yang menyerap kalor. Dengan
demikian pergeseran reaksi kesetimbangan akibat perubahan suhu
ditentukan oleh jenis reaksinya endoterm atau eksoterm.
Menurut Azas Le Chatelier , JIka sistem dalam keadaan
kesetimbangan terjadi kenaikan suhu, maka akan terjadi pergeseran
kesetimbangan ke arah reaksi yang menyerap kalor (ΔH positif).

5. Penambahan Katalisator pada Reaksi Setimbang

Reaksi pembuatan amonia dengan reaksi,

pada suhu 100 C akan mencapai


keadaan setimbang bertahun – tahun. Bila kedalam reaksi tersebut
diberi katalis kesetimbangan akan dapat tercapai hanya dalam waktu
5 menit sampai 10 menit. Dengan demikian katalisator dapat
mempercepat tercapainya suatu keadaan setimbang. Apakah
pengaruhnya jika suatu reaksi yang sudah dalam keadaan setimbang
ditambahkan katalistor ke dalamnya. Katalisator akan mempercepat
laju reaksi pembentukan NH3 tetapi sekaligus juga akan
mempercepat laju reaksi peruraiannya menjadi gas N2 dan gas H2.
Pengaruh ini sama kuatnya, dengan demikian dalam reaksi
kesetimbangan katalisator tidak terjadi pergeseran letak
kesetimbangan tetapi hanya mempercepat tercapainya keadaan
setimbang.
Video tentang faktor-faktor pergeseran kesetimbangan:

F. Proses Kesetimbangan dalam Industri

Proses Industri umumnya akan mengikuti hukum ekonomi, yaitu


dengan biaya yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh untung
sebanyak-banyaknya.
Prinsip ini didalam industri yang menghasilkan barang tentunya dapat
diubah menjadi, dengan usaha dan biaya seminimal mungkin untuk
menghasilkan barang industri sebanyak-banyaknya, untuk itu faktor-
faktor yang menghambat atau memperlambat pada proses itu
diusahakan seminimal mungkin. Pada bagian ini akan dibahas
bagaimana memperoduksi amoniak (NH3) dan asam sulfat (H2SO4)
dalam industri. Kedua bahan kimia tersebut dalam proses
pembuatannya melibatkan reaksi setimbang, yang merupakan tahap
paling menentukan untuk kecepatan produksi.
1. Proses Haber Pada Pembuatan Amoniak.
Amoniak (NH3) merupakan senyawa penting dalam industri kimia,
karena sangat luas penggunaannya, misalnya untuk pembuatan
pupuk; asam nitrat dan senyawa nitrat untuk berbagai keperluan.
Produksi amoniak di Indonesia dilakukan pada pabrik petrokimia di
Gresik dan Kujang. Proses pembuatan amoniak dilakukan melalui
reaksi :

Cara ini mulai diperkenalkan oleh


Fritz Haber Bangsa Jerman pada tahun 1913, dimana pada Perang
Dunia I Jerman terkena Blokade Tentara Sekutu sehingga pasokan
senyawa nitrat (Sendawa Chili , KNO3) dari Amerika yang merupakan
bahan pembuat amunisi tidak dapat masuk ke Jerman.
Reaksi pembuatan amoniak ini merupakan reaksi setimbang, oleh
sebab itu untuk mendapatkan amoniak sebanyak banyaknya pada
prosesnya digunakan Azas Le Chatelier, yaitu untuk menggeser
kesetimbangan ke arah pembentukan NH3, konsentrasi N2 dan H2
diperbesar (dengan menaikkan tekanan kedua gas tersebut), Faktor
lain yang sangat penting untuk diperhatikan adalah suhu dan tekanan.
Dilihat dari reaksinya yang eksoterm seharusnya proses tersebut
dilakukan pada suhu rendah, tetapi jika dilakukan pada suhu rendah
reaksi antara N2 dan H2 menjadi lamban, untuk itu dapat diatasi
dengan memberi katalisator Fe yang diberi promotor (bahan yang
lebih mengaktifkan kerja katalisator) Al2O3 dan K2O. Selain suhu
faktor tekanan juga perlu diperhatikan, bila diperhatikan dari
persamaan reaksinya NH3 akan banyak terjadi pada tekanan tinggi,
meskipun demikian harus juga memperhatikan biaya yang diperlukan
dan konstruksi bangunan pabriknya. Dengan berbagai pertimbangan
itu didapat kondisi optimum, dimana pada kondisi tersebut akan
diperoleh amonia yang secara ekonomis paling menguntungkan.
Pada tabel berikut dipaparkan berbagai kondisi temperatur dan
tekanan serta amoniak yang dapat dihasilkan.
Tabel 4. Persentase Amoniak pada Saat Setimbang untuk Berbagai
Suhu dan Tekanan
Dengan pertimbangan konstruksi
pabrik, beaya produksi dan berbagai pertimbangan diatas, kondisi
optimum untuk operasional pabrik amonia umumnya dilakukan pada
tekanan antara 140 atm – 340 atm dan temperatur antara 400 C – 600
C.
2. Pembuatan Asam Sulfat Dengan Proses Kontak
Asam sulfat merupakan bahan indutri kimia yang penting, yaitu
digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan pupuk. Proses
Industri asam sulfat ( H2SO4) sebenarnya ada dua cara yaitu dengan
proses Kamar timbal dan Proses Kontak. Proses kamar timbal sudah
ditinggalkan karena kurang menguntungkan, hanya tinggal satu pabrik
di Amerika Serikat yang masih beroperasi dan itupun dianggap
sebagai museum industri. Proses kontak menghasilkan asam sulfat
mencapai kadar 99% dan beayanya lebih murah, di Indonesia pabrik
asam sulfat antara lain di Petrokimia Gresik, Pusri Palembang dan
Kujang Jawa Barat.
Pembuatan asam sulfat meliputi tiga tahap yaitu,
-Pembakaran belerang menjadi belerang dioksida,

-Oksidasi SO2 menjadi SO3,

-Mereaksikan SO3 dengan air,

Belerang dioksida yang dihasilkan harus


benar-benar murni sebab bila mengandung pengotor akan
mengganggu proses selanjutnya. Di Petrokimia Gresik gas SO2
diperoleh dari sisa pengolahan tembaga atas kerjasama dengan PT
Freeport (Irian Jaya). Tahapan paling menentukabn pada proses
pembuatan asam sulfat adalah tahapan kedua, yaitu proses
pengubahan SO2 menjadi SO3 . Reaksi pada proses ini merupakan
reaksi kesetimbangan, maka untuk memperbanyak hasil harus
memperhatikan azas Le Chatelier.

Reaksi tersebut menyangkut tiga partikel pereaksi ( 2 partikel SO2 dan 1


partikel gas O2 ) untuk menghasilkan 2 partikel SO3 , jadi perlu dilakukan
pada tekanan tinggi.

Reaksi kekanan adalah reaksi eksoterm (ΔH = – 196 kJ) berarti harus
dilakukan pada suhu rendah, tetapi permasalahannya pada suhu rendah
reaksinya menjadi lambat. Seperti pada pembuatan amoniak permasalahan
ini dapat diatasi dengan penambahan katalisator V2O5

Dari penelitian didapat kondisi optimum untuk proses industri asam


sulfat dilakukan pada suhu antara 400 C – 450 C dan tekanan 1 atm.
Hasil yang didapat berkadar 97 – 99% H2SO4. Oleh karena pada
kondisi tersebut sudah didapat hasil yang kadarnya cukup tinggi,
maka tidak perlu dilakukan pada tekanan yang lebih tinggi, sebab
hanya akan membuang biaya tanpa peningkatan hasil yang berarti.

Anda mungkin juga menyukai