Anda di halaman 1dari 14

Reaksi timbal balik :

Reaksi timbal balik adalah reaksi yang tergantung keadaan, dapat mengalir ke dua arah. Apabila
ditiupkan uap panas ke sebuah besi yang panas, uap panas ini akan bereaksi dengan besi dan
membentuk sebuah besi oksida magnetik berwarna hitam yang disebut ferri ferro oksida atau magnetit,
Fe3O4.

Hidrogen yang terbentuk oleh reaksi ini tersapu oleh aliran uap.

Dalam keadaan lain, hasil-hasil reaksi ini akan saling bereaksi. Hidrogen yang melewati ferri ferro oksida
panas akan mengubahnya menjadi besi, dan uap panas juga akan terbentuk.

Uap panas yang kali ini terbentuk tersapu oleh aliran hidrogen.

Reaksi ini dapat berbalik, tapi dalam keadaan biasa, reaksi ini menjadi reaksi satu arah. Produk dari
reaksi satu arah ini berada dalam keadaan terpisah dan tidak dapat bereaksi satu sama lain sehingga
reaksi sebaliknya tidak dapat terjadi.

Reaksi timbal balik yang terjadi pada sistem tertutup

Sistem tertutup adalah situasi di mana tidak ada zat yang ditambahkan atau diambil dari sistem
tersebut. Tetapi energi dapat ditransfer ke luar maupun ke dalam. Pada contoh yang baru dibahas, Anda
harus membayangkan sebuah besi yang dipanaskan oleh uap dalam sebuah kotak tertutup. Panas
ditambahkan ke dalam sistem ini, namun tidak satu zat pun yang terlibat dalam reaksi ini dapat keluar
dari kotak. Keadaan demikian disebut sistem tertutup. Pada saat ferri ferro oksida dan hidrogen mulai
terbentuk, kedua zat ini akan saling bereaksi kembali untuk membentuk besi dan uap panas yang ada
pada mulanya. Keadaan seperti inilah yang disebut disebut kesetimbangan dinamis.

Kesetimbangan Dinamis

Ini adalah persamaan untuk sebuah reaksi biasa yang telah mencapai kesetimbangan dinamis.

Bagaimana reaksi ini bisa mencapai keadaan tersebut? Anggap saja dimulai dengan A dan B. Pada awal
reaksi, konsentrasi A dan B pada mula-mula ada pada titik maksimum, dan itu berarti kecepatan reaksi
juga ada pada titik maksimum.

Seiring berjalannnya waktu, A dan B bereaksi dan konsentrasinya berkurang. Ini berarti, jumlah
partikelnya berkurang dan kesempatan bagi partikel A dan B untuk saling bertumbukan dan bereaksi
berkurang, dan ini menyebabkan kecepatan reaksi juga berangsur-angsur berkurang. Pada awalnya tidak
ada C dan D sama sekali sehingga tidak mungkin ada reaksi di antara keduanya. Seiring berjalannya
waktu, konsentrasi C dan D bertambah banyak dan keduanya menjadi mudah bertumbukan dan
bereaksi. Dengan berlangsungnya waktu, kecepatan reaksi antara C dan D pun bertambah.

Akhirnya kecepatan reaksi antara keduanya mencapai titik yang sama di mana kecepatan reaksi A dan B
berubah menjadi C dan D sama dengan kecepatan reaksi C dan D berubah menjadi A dan B kembali.
Pada saat ini, tidak akan ada lagi perubahan pada jumlah A, B, C, D di dalam campuran. Begitu ada
partikel yang berubah, partikel tersebut terbentuk kembali berkat adanya reaksi timbal balik. Pada saat
inilah kita mencapai kesetimbangan kimia. Kesetimbangan kimia terjadi pada saat reaksi timbal balik di
sebuah sistem tertutup. Tidak ada yang dapat ditambahkan atau diambil dari sistem itu selain energi.
Pada kesetimbangan, jumlah dari segala sesuatu yang ada di dalam campuran tetap sama walaupun
reaksi terus berjalan. Ini dimungkinkan karena kecepatan reaksi ke kanan dan ke kiri sama. Apabila Anda
mengubah keadaan sedemikian rupa sehingga mengubah kecepatan relatif reaksi ke kanan dan ke kiri,
Anda akan mengubah posisi kesetimbangan, karena Anda telah mengubah faktor dari sistem itu sendiri.

II.Dasar Teori

A. Asam Sulfat

Asam sulfat (H2SO4 ) adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan dalam jumlah terbesar (ranking
pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa anorganik yang dihasilkan industri. Asam sulfat murni
adalah cairan kental (mp 10.37 oC), dan melarut dalam air dengan menghasilkan sejumlah besar panas
menghasilkan larutan asam kuat.

Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini
larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan, termasuk dalam
kebanyakan reaksi kimia. Kegunaan utama termasuk pemrosesan bijih mineral, sintesis kimia,
pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak. Reaksi hidrasi (pelarutan dalam air) dari asam sulfat
adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat, terjadi pendidihan.
Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini disebabkan
perbedaan isipadu kedua cairan. Air kurang padu dibanding asam sulfat dan cenderung untuk terapung
di atas asam.

Reaksi tersebut membentuk ion hidronium:

H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-

Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen pengering yang baik, dan
digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan kering. Apabila gas SO3 pekat ditambah kepada
asam sulfat, ia membentuk H2S2O7. Ini dikenali sebagai asam sulfat fuming atau oleum (B. Pergeseran
Kesetimbangan

Azas Le Chatelier menyatakan: Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem akan
mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya. Perubahan
dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru akibat adanya aksi atau
pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan. Bagi reaksi :

A + B <====> C + D
KEMUNGKINAN TERJADINYA PERGESERAN

1.Dari kiri ke kanan, berarti A bereaksi dengan B memhentuk C dan D, sehingga jumlah mol A dan B
berkurang, sedangkan C dan D bertambah.

2.Dari kanan ke kiri, berarti C dan D bereaksi membentuk A dan B. sehingga jumlah mol C dan D
berkurang, sedangkan A dan B bertambah

C. FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENGGESER LETAK KESETIMBANGAN

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi kesetimbangan yaitu:

1. Perubahan konsentrasi salah satu zat

2. Perubahan volume atau tekanan

3. Perubahan suhu.

1. PERUBAHAN KONSENTRASI SALAH SATU ZAT

Berdasarkan asas Le Chatelier, apabila konsentrasi pereaksi atau produk reaksi berubah, maka
kesetimbangan akan bergeser untuk mengurangi pengaruh perubahan konsentrasi yang terjadi sampai
diperoleh kesetimbangan yang baru. Ada dua cara mengubah konsentrasi zat yang akan dibahas yaitu:

(i) Menaikkan/menurunkan konsentrasi pereaksi atau produk reaksi

- Jika konsentasi pereaksi dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan. Sebaliknya jika
konsentrasi pereaksi diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri.

- Jika konsentrasi produk reaksi dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri. Sebaliknya jika
konsentrasi produk reaksi diturunkan maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan.

Pengenceran (penambahan pelarut cair seperti air) akan menurunkan konsentrasi zat-zat yang terlarut
di dalamnya. Untuk reaksi kesetimbangan berikut :

aA + bB <====> cC + dD

Pengenceran hanya akan menggeser kesetimbangan apabila :

Total mol pereaksi ≠ Total mol produk reaksi

(a + b) (c + d)

Arah pergeseran kesetimbangan adalah ke arah total mol yang lebih besar. Hal ini dikarenakan
pengenceran akan memperkecil hasil kali konsentrasi zat-zat tersebut dalam persamaan tetapan
kesetimbangan. Untuk memahami pengaruh kenaikkan/penurunan konsentrasi dan pengenceran
terhadap kesetimbangan reaksi bisa dijelaskan di bawah ini :
Kesetimbangan :

[ Cu(H2O)6] 2+ (aq) + 4 Cl- (aq) <====> CuCl42- (aq) + 6H2O(l)

- Penambahan Cl- akan menaikkan konsentrasi pereaksi Cl- sehingga kesetimbangan akan bergeser ke
kanan. Larutan menjadi lebih berwarna hijau karena peningkatan ion CuCl42- dalam larutan.

- Kondisi setimbang, larutan berwarna biru kehijauan

- Penambahan H2O tidak merubah konsentrasi H2O (zat cair murni) secara berarti, tetapi menurunkan
konsentrasi pereaksi dan produk reaksi terlarut. Oleh karena itu total mol pereaksi pelarut {[ Cu(H2O)6]
2+ dan Cl-} > total mol produk reaksi terlarut { CuCl42-}, maka kesetimbangan bergeser ke kiri.

Apabila dalam sistem kesetimbangan homogen, konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi
salah satu zat diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut. (Johari : 2004)

Contoh: 2SO2(g) + O2(g) <====> 2SO3(g)

# Bila pada sistem kesetimbangan ini ditambahkan gas SO2, maka kesetimbangan akan bergeser ke
kanan.

# Bila pada sistem kesetimbangan ini dikurangi gas O2, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri.

2. PERUBAHAN VOLUME ATAU TEKANAN

Jika dalam suatu sistem kesetimbangan dilakukan aksi yang menyebabkan perubahan volume
(bersamaan dengan perubahan tekanan), maka dalam sistem akan mengadakan berupa pergeseran
kesetimbangan.

Jika tekanan diperbesar = volume diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah Koefisien
Reaksi Kecil.

Jika tekanan diperkecil = volume diperbesar, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah Koefisien
reaksi besar.

Pada sistem kesetimbangan dimana jumlah koefisien reaksi sebelah kiri = jumlah koefisien sebelah
kanan, maka perubahan tekanan/volume tidak menggeser letak kesetimbangan.

Untuk memahami hal tersebut, perhatikan pengaruh kenaikkan tekanan sistem terhadap
kesetimbangan dari reaksi yang melibatkan gas NO2 yang berwarna coklat dan gas N2O4 yang tak
berwarna berikut.

Contoh:

N2(g) + 3H2(g) <====> 2NH3(g)


Koefisien reaksi di kanan = 2

Koefisien reaksi di kiri = 4

Bila pada sistem kesetimbangan tekanan diperbesar (= volume diperkecil), maka kesetimbangan akan
bergeser ke kanan.

Bila pada sistem kesetimbangan tekanan diperkecil (= volume diperbesar), maka kesetimbangan akan
bergeser ke kiri.

3. PERUBAHAN SUHU

Menurut Van't Hoff:

Bila pada sistem kesetimbangan subu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah yang
membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm).

Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser ke arah
yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm).

Contoh:

2NO(g) + O2(g) « 2NO2(g) ; ∆H = -216 kJ

Jika suhu dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri.

Jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan.

Perubahan suhu terkait dengan pelepasan atau penyerapan kalor. Pada reaksi kesetimbangan, apabila
reaksi ke kanan meyerap kalor (bersifat endotermik), maka reaksi ke kiri akan melepas kalor (bersifat
eksotermik). Demikian pula sebaliknya. Meski demikian, penulisan persamaan termokimianya akan
merujuk pada reaksi ke kanan, seperti ditunjukkan skema berikut:

Berdasarkan asas Le Chatelier :

1. Apabila suhu reaksi dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang menyerap
kalor (reaksi endotermik)

2. Apabila suhu reaksi diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang melepas
kalor (reaksi eksotermik)

Pengaruh perubahan suhu terhadap kesetimbangan untuk reaksi endoterm dan reaksi eksoterm dapat
digambarkan sebagai berikut

Untuk memahami pengaruh perubahan suhu terhadap kesetimbangan, bisa dilihat pada contoh reaksi
yang melibatkan gas NO2 yang berwarna coklat dan gas N2O4 yang tak berwarna berikut. Reaksi ini
bersifat eksoterm seperti ditunjukkan oleh persamaan termokimianya. (Sudarmo : 2007
III. Pembahasan

A. Pembuatan Asam Sulfat (H2SO4) Menggunakan Proses Kontak

Pembahasan asam sulfat (H2SO4) melalui proses kontak dibagi menjadi 3 tahap:

Tahap 1 : Pembentukan SO2

Belerang yang sudah dilelehkan direaksikan dengan O2 membentuk gas SO2 :

S (s) + O2(g) → SO2(g) ∆H = -296,9 kJ

Tahap 2 : Pembentukan SO3

Gas SO2 direaksikan dengan O2 pada suhu -4500C dan tekanan 2-3 atm membentuk gas SO3 dengan
bantuan katalis V2O5 melalui reaksi kesetimbangan berikut :

2SO2(g) + O2(g) <====> 2SO3(g) ∆H = -191 kJ

Pemilihaan kondisi optimum untuk pembentukan SO3 adalah sebagai berikut

Faktor

Reaksi :

2SO3(g) + O2(g) <====> 2SO3 (g) ∆H = ˜ 191kJ

Kondisi Optimum

Suhu

Reaksi bersifat eksotermik. Suhu rendah akan menggeser kesetimbangan ke kanan. Akan tetapi, laju
reaksi menjadi lambat. Pemilihan suhu juga harus juga harus memperhitungan faktor antara lain korosi
pada suhu tinggi.

˜4500C

Tekanan

Total mol pereaksi lebih besar dibandingkan total mol produk reaksi. Penambahan tekanan akan
menggeser kesetimbangan ke kanan. Pada tekanan sedikit di atas 1 atm, reaksi sudah menghasilkan
˜97% SO3.

2-3 atm

Katalis

Katalis tidak menggeser kesetimbangan ke kanan, tetapi mempercepat laju reaksi secara keseluruhan
V2O

Tahap 3 : Pembentukan H2SO4

Pada tahap ini, SO3 tidak langsung direaksikan dengan H2O untuk membentuk H2SO4,

Tetapi dilarutkan ke dalam campuran 98% H2SO4 dan 2% H2O membentuk larutan yang disebut oleum

SO3(g) + H2SO4(aq) → H2S2O7 (l)

Oleum kemudian diencerkan dengan air untuk membentuk lelehan H2SO4 pekat :

H2S2O7 (l) + H2O (l) → 2H2SO4(aq)

Disebut proses kontak karena reaksi antara SO2 dan O2 pada tahap 2 terjadi di permukaan katalis V2O5.
Proses ini melibatkan reaksi-reaksi eksoterm yang melepas panas. Panas yang dihasilkan digunakan
sebagai energi input untuk tahapan proses lainnya. Sebagai contoh, panas dari tahap 1 dan 2 digunakan
untuk memproduksi uap air. Uap air digunakan untuk melelehkan bahan baku belerang. Hal ini
merupakan efisiensi karena dapat menekan konsumsi energi dari luar.

Mengapa SO3 tidak langsung direaksikan dengan H2O (air) untuk membentuk H2SO4?

Hal ini disebabkan karena reaksi langsung SO3 dengan H2O akan menyebabkan terbentuknya kabut
H2SO4. Kabut ini sulit dikumpulkan, tidak dapat terkodensasi, dan dapat menyebabkan pencemaran
udara.

B. Peranan Asam Sulfat (H2SO4)

Asam sulfat (H2SO4) adalah senyawa dasar yang penting dan dihasilkan dalam jumlah terbesar (ranking
pertama dari segi jumlah) dari semua senyawa anorganik yang dihasilkan industri. Asam sulfat murni
adalah cairan kental (mp 10.37 oC), dan melarut dalam air dengan menghasilkan sejumlah besar panas
menghasilkan larutan asam kuat. Asam sulfat mempunyai rumus kimia H2SO4, merupakan asam mineral
(anorganik) yang kuat. Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak
kegunaan, termasuk dalam kebanyakan reaksi kimia. Kegunaan utama termasuk pemrosesan bijih
mineral, sintesis kimia, pemrosesan air limbah dan pengilangan minyak. Reaksi hidrasi (pelarutan dalam
air) dari asam sulfat adalah reaksi eksoterm yang kuat. Jika air ditambah kepada asam sulfat pekat,
terjadi pendidihan. Senantiasa tambah asam kepada air dan bukan sebaliknya. Sebagian dari masalah ini
disebabkan perbedaan isipadu kedua cairan. Air kurang padu dibanding asam sulfat dan cenderung
untuk terapung di atas asam. Reaksi tersebut membentuk ion hidronium:

H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-.

Disebabkan asam sulfat bersifat mengeringkan, asam sulfat merupakan agen pengering yang baik, dan
digunakan dalam pengolahan kebanyakan buah-buahan kering. Apabila gas SO3 pekat ditambah kepada
asam sulfat, ia membentuk H2S2O7. Ini dikenali sebagai asam sulfat fumingoleum atau, jarang-jarang
sekali, asam Nordhausen. atau
1. PEMBUATAN AMONIA

Pembuatan amonia dilakukan dengnan proses Haber-Bosch. Nama itu diperoleh dari Fritz Haber (orang
yang mencetuskan pembuatan amonia) dan Carl Bosch (orang yang memproduksi amonia secara besar-
besaran). Reaksi kesetimbangan yang digunakan pada pembuatan amonia adalah sebagai berikut:

N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g) ∆H = -92,4 kJ

Untuk mendapatkan NH3 yang banyak, maka reaksi harus bergeser ke kanan. Untuk itu, kondisi yang
harus digunakan dalam pembuatan diatur suapa reaksi bergeser ke kanan. Supaya reaksi reaksi bergeser
ke kanan, maka volume diperkecil, tekanan diperbesar, dan suhu diturunkan. Akan tetapi, jika suhu
diturunkan, reaksi akan berjalan lambat. Untuk itu, harus dipilih kondisi optimum pada pembuatan
amonia, yaitu dengan mengatur kondisi tekanan dan suhu. Selain itu, digunakan juga katalisator yang
dapat mempercepat reaksi. Katalisator yang biasanya digunakan adalah aluminium oksida, logam
platina, dan besi oksida (yang mengandung kalium oksida).

Kondisi optimum pada pembuatan amonia dapat digambarkan seperti tabel berikut.

No Faktor Reaksi

N2(g) + 3H2(g) ↔ 2NH3(g)

Kondisi optimum

1. Suhu

Reaksi bersifat eksoterm

Suhu rendah akan menggeser kesetimbangan ke kanan

Kendala reaksi berjalan lambat

400-600oC

2. Tekanan

Jumlah mol pereaksi lebih besar dibanding dengan jumlah mol produk.
Memperbesar tekanan akan menggeser kesetimbangan ke kanan

Kendala: tekanan sistem dibatasi oleh kemampuan alat dan faktor keselamatan

150-300 atm

3. Konsentrasi Penambahan NH3 secara terus menerus akan mengeser kesetimbangan ke arah
kanan –

4. Katalis Katalis tidak menggeser kesetimbangan ke kanan, tetapi mempercepat laju reaksi secara
keseluruhan Fe dengan campuran Al2O3, KOH dan garam lainnya

Dengan kemajuan teknologi sekarang digunakan tekanan yang jauh lebih besar, bahkan mencapai 700
atm. Untuk mengurangi reaksi balik, maka amonia yang terbentuk segera dipisahkan. Mula-mula
campuran gas nitrogen dan hidrogen dikompresi (dimampatkan) hingga mencapai tekanan yang
diinginkan. Kemudian campuran gas dipanaskan dalam suatu ruangan yang bersama katalisator sehingga
terbentuk amonia.

2. Pembuatan Asam Sulfat

Asam sulfat merupakan salah satu bahan kimia yang digunakan baik di laboratorium maupun industri.
Penggunaan utama asam sulfat di industri adalah sebagai bahan baku pembuatan pupuk, diantaranya
pupuk superfosfat dan ammonium sulfat. Asam sulfat juga digunakan sebagai bahan baku dalam
pembutan asam klorida, asam nitrat, garam sulfat, detergen, zat pewarna, bom dan obat-obatan.

Sebagai bahan utama pada pembuatan asam sulfat adalah belerang trioksida (SO3). Pada proses
pembuatan SO3 ini, belerang dioksida direaksikan dengan oksigen. Cara yang digunakan untuk
peembuatan SO3 ini disebut dengan proses kontak. Bentuk reaksinya adalah: 2SO2(g) + O2(g) ↔ SO3(g)

Untuk mendapatkan SO3 yang banyak, maka dicari kondisi yang optimum, supaya reaksi berlangsung ke
kanan. Adapun untuk mempercepat reaksi, digunakan katalisator vanadium pentaoksida (V2O5).

Untuk pembuatan asam sulfat, belerang trioksida yang dihasilkan direaksikan dengan asam sulfat pekat
yang menghasilkan asam pirosulfat.

SO3(g) + H2SO4(aq) ↔ H2SO4(l)


Selanjutnya, asam pirosulfat direaksikan dengan air yang dihasilkan direaksikan dengan asam sulfat
pekat yang menghasilkan asam sulfat dengan kadar 98%.

H2S2O3(l) + H2O(l) ↔ 2H2SO4(aq)

Tahap penting dalam proses ini adalah reaksi 2SO2(g) + O2(g) ↔ 2SO3(g). Reaksi ini merupakan reaksi
kesetimbangan dan eksoterm. Sama seperti pada sintesis amonia, reaksi ini hanya berlangsung baik
pada suhu tinggi. Akan tetapi pada suhu tinggi justru kesetimbangan bergeser ke kiri. Pada proses
kontak digunakan suhu sekitar 500oC. Sebenarnya tekanan besar akan menguntungkan produksi SO3,
tetapi penambahan tekanan ternyata tidak diimbangi penambahan hasil yang memadai. Oleh karena itu,
pada proses kontak tidak digunakan tekanan besar melainkan tekanan normal, 1 atm. Dalam industri
kimia, jika campuran reaksi kesetimbangan mencapai kesetimbangan, produk reaksi tidak bertambah
lagi. Akan tetapi produk reaksinya diambil atau disisihkan, maka akan menghasilkan laagi produk reaksi.
Berikut ini skema pembuatan asam sulfat.

kesetimbangan kimia dalam industri - kesetimbangan kimia dalam industri

3. KOLAM RENANG DAN BAK PENAMPUNGAN AIR

Untuk mencegah pertumbuhan alga dan bakteri dalam kola renang atau bak penampungan air, ke dalam
kolam atau bak biasanya ditambahkan asam hipoklorit (HClO). Sinar matahari dapat mempercepat
penguraian penguraian HClO. Untuk memperlambat penguraian HClO, ke dalam kolam renang
ditambahkan asam sianurat, karena asam trikolosianurat tidak terurai oleh sinar matahari.

H3C3N3O3(aq) + 3HClO(aq) ↔ Cl3C3N3O3(aq) + 3H2O(l)

Asam sianurat triklorosianurat


Jika asam hipoklorit terurai atau mengoksidasi alga atau bakteri, reaksi akan bergeser ke arah kiri
(pembentukan asam hipoklorit). Dengan demikian, penggunaan asam hipoklorit dapat dihemat sekaligus
mengurangi biaya prokduksi.

Prinsip utama dalam industri adalah bagaimana caranya menghasilkan produk (hasil) seoptimal
mungkin.Hal tersebut dapat di capai dengan memodifikasi reaksi kimia yang terjadi.

Dalam industry yang melibatan reaksi kesetimbangan kimia, produk reaksi yang di hasilkan ketika
campuran reaksi kesetimbangan mencapai kesetimbangan tidak akan bertambah lagi. Akan tetapi,
produk reaksi akan kembali di hasilkan, jika di lakukan perubahan konsentrasi (produk reaksinya di ambil
atau pereaksi di tambah), perubahan suhu, atau perubahan tekanan dan volume. Berikut ini beberapa
contohnya :

1. Tangki penyimpan hidrogen cair

Hidrogen cair merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang kini mulai di gunakan. Salah satu
masalah dalam penyimpanan bahan bakar hydrogen untuk kendaraan bermotor dapat di atasi dengan
pembentukan hidrida. Menurut penelitian, beberapa logam dapat menyimpan hydrogen cair 50% lebih
banyak dari wadah yang biasa di gunakan untuk menyimpan hydrogen cair. Dengan memberikan
tekanan, hydrogen membentuk hidrida dengan serbuk logam.

Ti (s) + nH2 (s) ↔ TiH2n (g)

Jika hydrogen di gunakan, tekanan akan berkurang sehingga reaksi akan bergeser ke kiri (menghasilkan
Hidrogen).

2. Kolam renang dan bak penampungan air

Untuk mencegah pertumbuhan alga dan bakteri dalam kolam renang atau bak penampungan air, ke
dalam kolam atau bak biasanya di tambahkan asam hipoklorit (HClO). Sinar matahari dapat
mempercepat penguraian HClO. Untuk memeperlambat penguraian HClO, kedalam kolam renang di
tambahkan asam sianura karena asam triklorosianurat tidak terurai oleh sinar matahari.

H3C3N3O3 (aq) + 3HClO (aq) ↔ Cl3C3N3O3 (aq) + 3H2O (l)

Asam sianurat Triklorosianurat

Jika asam hipoklorit terurai atau mengoksidasi alga atau bakteri, reaksi akan bergeser kea rah kiri
(pembentukan asam hipoklorit). Dengan demikian, penggunaan asam Hipoklorit dapat di hemat
sekaligus mengurangi biaya produksi.

3. Industri amonia

Nitrogen sangat di perlukan untuk kelangsungan hidup makhluk hidup. Sebelum perang dunia 1, dunia
kekurangan senyawa nitrogen. Setelah itu, sumber nitrogen dapat di produksi secara besar-besaran
melalui sintesis amonia. Fritz haber merupakan ilmuwan yang paling berjasa dalam industry ammonia
tersebut. Dia menerapkan azas Le Chatelier untuk merancang Industri ammonia yang di kenal dengan
proses Haber. Ammonia di buat dengan cara mereaksikan nitrogen dan oksigen. Reaksi tersebut
menerapkan prinsip kesetimbangan.

Pada proses haber, bahan bakunya berasal dari gas alam, air, dan udara. Gas hirogen di peroleh dari
reaksi gas alam (mengandung metana) dengan uap air, sedangkan gas nitrogen di peroleh dari udara.

CH4 + H2O ↔ CO + 3H2

Gas CO yang terbentuk di reaksikan lagi dengan uap air sehingga menghasilkan gas H2 dan gas CO2.

CO + H2O ↔ CO2 + H2

Gas H2 di gunakan untuk membuat ammonia, sedangkan gas Co2 yang di hasilkan di gunakan untuk
memproduksi urea CO(NH2)2. Reaksi nitrogen dan hydrogen di lakukan pada suhu 450oC di bantu oleh
katalis (besi oksida) dengan reaksi kesetimbangan sebagai berikut.

N2 (g) + 3H2 (g) ↔ 2NH3 ΔH = -92 kJ

Agar hasil produksi optimal, reaksi harus bergeser ke kanan. Oleh karena itu, tekanan yang di gunakan
dalam proses tersebut sangat tinggi sekitar 300-400 atm. Jika tekanan di perbesar, reaksi akan bergeser
ke arah jumlah mol yang lebih kecil (NH3 / amonia). Selain itu, suhu reaksi di turunkan sehingga reaksi
bergeser ke kanan. Cara lainnya dengan mengambil produk yang terbentuk sehingga konsentrasi NH3
berkurang. Pengurangan konsentrasi NH3 akan menggeser kesetimbangan ke arah kanan. Selin itu,
untuk menghasilkan produk yang lebih optimal, pada proses pembuatan ammonia di tambahkan katalis.
Katalis tersebut berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi atau memepercepat laju reaksi. Katalis
yang biasa di gunakan adalah Fe dengan campuran Al2O3 dan KOH.

Di dunia, 50% ammonia yang di produksi di gunakan untuk pupuk. Sisanya di gunakan untuk
meperoduksi granul garam NH4NO3, (NH4)2SO4, dan (NH4)3PO4, asam nitrit, dan senyawa nitrogen
lainnya.

4. Industri asam sulfat

Asam sulfat merupakan salah satu bahan kimia yang banyak di gunakan baik di labolatorium maupun
Industri. Penggunaan utama asam sulfat di industry adalah sebagai bahan baku pembuatan pupuk, di
antaranya pupuk superfosfat dan ammonium sulfat. Asam sulfat juga di gunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan asam klorida, asam nitrat, garam sulfat, detergen, zat pewarna, bom, dan obat-
obatan.

Bahan baku utama pembuatan asam sulfat adalah belarang trioksida (SO3). SO3 sendiri di hasilkan dari
reaksi antara belerang dioksida dan oksigen. Metode pembuatan asam sulfat dengan cara ini di
namakan proses kontak yang terdiri atas 3 tahap, yaitu pembuatan SO2, pembuatan SO3, dan
pembuatan H-2SO4 (asam sulfat). Untuk mempercepat reaksi, di gunakan katalisator vanadium
pentaoksida (V-2O5).

Tahap 1 : Oksidasi S

S (s) + O2 (g) ↔ SO2 (g) ΔH = -297 kJ

Tahap 2 : oksidasi SO2

2SO2 (g) + O2 (g) ↔ 2SO3 (g) ΔH = -190 kJ

Untuk memperoleh keuntungan optimal, SO3 yang di hasilkan harus optimal juga sehingga perlu di cari
kondisi yang optimum agar reaksi berlangsung ke kanan. Bagaimana caranya ? setelah mencapai
kesetimbangan, tekanan di perbesar dan suhu reaksi di turunkan.

Tahap 3 : pembentukan H2SO4

Pada tahap terakhir ini, belerang trioksida di reaksikan dengan asam sulfat pekat menghasilkan asam
pirosulfat.

SO3 (g) + H2SO­4 (aq) ↔ H2S2O7 (l)

Asam sulfat di peroleh kembali dengan cara mereaksikan asam pirosulfat dengan air. Kadar asam sulfat
yang di hasilkan sekitar 98%.

H2S2O7 (l) + H2O (l) ↔ 2H2SO4 (aq)

5. Industry asam nitrat

Asam nitrat di gunakan dalam pembuatan pupuk amonium nitrat, bahan peledak seperti nitrogliserin
dan trinitrotoluene (TNT), Industri zat warna, dan metalurgi. Asam Nitrat dapat di buat dengan cara
mereaksikan NO2 dan air. Metode yang biasa di gunakan adalah proses Ostwald yang terdiri atas tiga
tahap reaksi. Tahap-tahap reaksi ersebut merupakan reaksi kesetimbangan.

Tahap 1: oksidasi ammonia

Biasanya, proses pembuatan asam nitrat satu paket dengan pembuatan ammonia karena sebagian
ammonia yang di hasilkan di oksidasi untuk menghasilkan gas nitrogen monoksida. Pada reaski ini, suhu
reaksi sekitar 900oC dan di gunakan katalis platina dan rhenium.

4NH3 (g) + 5O2 (g) ↔ 4NO (g) + 6H2O (l) ΔH = -907 kJ


Untuk menghasilkan hasil optimum, suhu reaksi di turunkan dan tekanan di perbesar.

Tahap 2: oksidasi gas NO

Gas NO yang terbentuk selanjutnya di campukan dengan udara agar dapat bereaksi dengan oksigen.

2NO (g) + O2 (g) ↔ 2NO2 (g) ΔH = -114 kJ

Untuk menghasilkan gas NO optimum, duhu reaksi di tutunkan dan tekanan di perbesar.

Tahap 3: pembentukan HNO3

Pada tahap akhir ini, gas NO2 di reaksikan dengan air menghasilkan asam nitrat dan gas NO.

3NO2 (g) + H2O (l) ↔ 2HNO3 (aq) + NO (g)

Anda mungkin juga menyukai