WEBINAR - OHIH Management System
WEBINAR - OHIH Management System
Posisi/jabatan
• Pendiri E-health “Dr. Pelupessy and Associates”
• Auditor Utama ISO PT TŰV NORD Indonesia
• Site Medical Officer PT Star Energy Geothermal Salak
• Penasihat Hiperkesja PT Pertamina EP Donggi Matindok
• Penasihat Hiperkesja Trade Union Right Center
• Dokter Panel PT DoctorAnywhere Indonesia
• Dokter Panel PT Medika Komunika Teknologi
• Dokter Panel PT Layanan Medik Indonesia
• Konsultan Kesehatan Pariwisata Mount Alvernia Hospital
• Konsultan Kesehatan Pariwisata Mount Miriam Cancer Hospital
• Anggota Aktif PC IDKI Jakarta Raya
• Anggota Aktif PC AHII Jakarta Raya
• Deputi Kesehatan Masyarakat & Lingkungan KKBMM
PENERAPAN
KESEHATAN KERJA
& HIGIENE INDUSTRI
DR. WENDRI W.P. PELUPESSY, MKK, DKK, HIMA
Pasal 9 Ayat 3
Pengurus diwajibkan menyelenggarakan
pembinaan bagi semua tenaga kerja yg
berada di bawah pimpinannya, dlm
pencegahan kecelakaan &
pemberantasan kebakaran serta
peningkatan K3, pula dlm pemberian P3K.
UU No. 01/1970
jo Per MA No. 02/2012 Ps 3
Pasal 15
Peraturan perundangan tsb dapat
memberikan ancaman pidana atas
pelanggaran peraturannya dg hukuman
kurungan selama2nya 3 bln atau denda
setinggi2nya Rp100.000.000
UU No. 13/2003
Pasal 86
Setiap pekerja/buruh mempunyai
hak utk memperoleh perlindungan
atas K3, moral & kesusilaan, &
perlakuan yg sesuai dg harkat &
martabat manusia serta nilai2
agama.
Untuk melindungi keselamatan
pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yg optimal,
diselenggarakan upaya
keselamatan & kesehatan kerja.
UU No. 36/2009
Pasal 165
Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan
melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan & pemulihan bagi
tenaga kerja.
Pekerja wajib menciptakan & menjaga kesehatan tempat kerja yg sehat &
menaati peraturan yg berlaku di tempat kerja.
Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pd perusahaan/instansi,
hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik & mental digunakan sbg bahan
pertimbangan dlm pengambilan keputusan.
Pasal 166
Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan & pemulihan serta wajib
menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.
Majikan atau pengusaha menanggung biaya atas gangguan kesehatan
akibat kerja yg diderita oleh pekerja sesuai dg peraturan perundang2an.
PP No. 88/2019
Pasal 3
Penyelenggaraan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud ditujukan kepd setiap orang yg berada di
tempat kerja
Penyelenggaraan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud wajib dipenuhi oleh Pengurus atau
Pengelola Tempat Kerja & Pemberi Kerja di semua tempat kerja
Pasal 8
Ketentuan lebih lanjut mengenai standar kesehatan kerja sebagaimana dimaksud diatur dg:
a. Peraturan Menteri yg menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, utk standar
kesehatan kerja yg bersifat teknis kesehatan; dan
b. Peraturan Menteri yg menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan, utk
penerapan standar kesehatan kerja bagi pekerja di perusahaan
Pasal 10
SDM dalam penyelenggaraan kesehatan kerja terdiri atas Tenaga Kesehatan & Tenaga Non-
kesehatan
Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud wajib memiliki kompetensi di bidang kedokteran kerja
atau kesehatan kerja yg diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan
Pendidikan di bidang kedokteran kerja atau kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dilaksanakan
sesuai dg peraturan perundang2an
Pelatihan di bidang kesehatan kerja sebagaimana dimaksud paling sedikit meliputi pelatihan
kesehatan kerja atau higiene perusahaan & kesehatan kerja
PP No. 88/2019
Pasal 11
Pelatihan kedokteran kerja, kesehatan kerja atau higiene perusahaan & kesehatan kerja dikecualikan bagi Tenaga
Kesehatan yg telah memiliki kompetensi yg diperoleh melalui pendidikan formal di bidang kedokteran kerja atau kesehatan
kerja
Pasal 12
Fasilitas pelayanan kesehatan dlm penyelenggaraan kesehatan kerja dpt berbentuk FKTP atau FKTL sesuai dg peraturan
perundang2an
Penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dpt dilaksanakan melalui kerja sama dg pihak lain
Jika penyelenggaraan kesehatan kerja di tempat kerja melakukan penanganan penyakit & pemulihan kesehatan, maka di
tempat kerja harus tersedia fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dg ketentuan peraturan perundang2an
Pasal 13
Peralatan kesehatan kerja dlm penyelenggaraan kesehatan kerja merupakan peralatan utk pengukuran, pemeriksaan &
peralatan lainnya termasuk APD sesuai dg faktor risiko/bahaya K3 di tempat kerja
Pasal 14
Pencatatan & pelaporan dlm penyelenggaraan kesehatan kerja dilaksanakan oleh Pemberi Kerja, Pengurus atau Pengelola
Tempat Kerja
Pencatatan & pelaporan sebagaimana dimaksud disampaikan secara berjenjang kpd Pemerintah Pusat & Pemerintah
Daerah dlm rangka surveilans kesehatan kerja
Pencatatan & pelaporan sebagaimana dimaksud dilaksanakan sesuai dg ketentuan peraturan perundang2an
“Gunung Es” Penyakit Akibat Kerja
DILAPORKAN D/
PAK
TDK Berobat
DILAPORKAN tdk terD/ PAK
Hidrokarbon
Logam Berat Persenyawaan Aromatik
❑ Berilium ❑ Thalium ❑ CS2 ❑ Isosianat ❑ Derivat halogen
❑ Kadmium ❑ Osmium ❑ Nitrogliserin ❑ Pestisida ❑ Derivat amino
❑ Fosfor ❑ Selenium ❑ Alkohol, glikol atau ❑ SOx ❑ Derivat nitro
❑ Krom ❑ Tembaga keton ❑ Pelarut
❑ Mangan ❑ Platinum ❑ Gas penyebab organik
❑ Arsen ❑ Timah keracunan (CO, ❑ Lateks
❑ Raksa ❑ Seng HCN, H2S)
❑ Timbal ❑ Arsen ❑ Akrilonitril
❑ Fluor ❑ NOx
❑ Vanadium ❑ Heksana
❑ Antimon ❑ Asam mineral
❑ Nikel ❑ Bahan obat
❑ Fosgene
❑ Benzoquinon
2. Kelainan pendengaran yg disebabkan oleh kebisingan
KERJA berkepanjangan
❑ Epikondilitis krn pekerjaan repetitif yg mengerahkan
(LANJ.) tenaga
❑ Cedera meniskus krn periode kerja yg panjang dlm
posisi berlutut/jongkok
❑ Sindroma lorong karpal krn periode berkepanjangan
dg gerak repetitif yg mengerahkan tenaga, pekerjaan
yg melibatkan getaran, posisi ekstrim pd pergelangan
tangan, atau kombinasi diatas
12.Gangguan stres pasca trauma
Peningkatan
Berkelanjutan Penetapan
Kebijakan K3
Peninjauan Ulang dan menjamin
Peninjauan Komitmen
& Peningkatan
Ulang&
SMK3 oleh
Peningkatan
Manajemen
oleh manajemen
Perencanaan
K3
Pengukuran
dan
Evaluasi Penerapan
K3
Panitia Pembina K3
(P2K3)
• Memberikan saran & pertimbangan (baik diminta
maupun tidak) kpd pengusaha/pengurus mengenai
masalah K3
• Terdiri dari unsur pengusaha & pekerja yg susunannya
terdiri dari:
• Ketua → CEO/Direktur/Presdir (max orang kedua)
• Sekretaris → AK3 perusahaan
• Anggota → Spt/Spv, D3/S1 teknik atau AK3
menurut bidang perusahaan, SKM/ST lingkungan,
dokter kesehatan kerja (dokter perusahaan),
higienis industri, psikolog industri, perawat
kesehatan kerja (bila ada)
• Ditetapkan Menteri atas usul dari pengusaha/pengurus
FUNGSI P2K3
1. Menghimpun & mengolah data tt K3 di tempat kerja;
2. Membantu menunjukan & menjelaskan kepada setiap tenaga kerja:
• Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yg dapat menimbulkan gangguan K3
(termasuk kebakaran & peledakan) serta cara penanggulangannya.
• Faktor yg dapat mempengaruhi efisiensi & produktivitas kerja;
• APD bagi tenaga kerja yg bersangkutan;
• Cara & sikap yg benar & aman dlm melaksanakan pekerjaannya;
3. Membantu pimpinan perusahaan menyusun kebijaksanaan manajemen &
pedoman kerja dlm rangka upaya meningkatkan K3, higene perusahaan,
ergonomi & gizi tenaga kerja
4. Membantu pengusaha/pengurus dalam:
• Mengevaluasi cara kerja, proses & lingkungan kerja;
• Menentukan tindakan koreksi dg alternatif terbaik;
• Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap K3;
• Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, PAK serta mengambil
langkah2 yg diperlukan;
• Mengembangkan penyuluhan & penelitian di bidang K3, higiene
perusahaan & ergonomi;
• Melaksanakan pemantauan thd gizi kerja & menyelenggarakan makanan di
perusahaan;
• Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja;
• Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja;
• Mengembangkan laboratorium K3, melakukan pemeriksaan laboratorium
& melaksanakan interpretasi hasil pemeriksaan;
• Menyelenggarakan administrasi K3 & higene perusahaan
Mengajukan Permohonan Ke Kepala Instansi Bidang
Ketenagakerjaan Menurut Wilayah Kewenangan dg
melampirkan :
Risiko
Bahaya
Prinsip HIRARC
Risiko
Kesehatan Health
Promotion
ERP
Work-related
Ergonomics Diseases
People
Asset Damage
Hazard Top Event
(Incident)
Environment
Reputation
Risk Assessment
4 = High Exposure Frequent contact with agent at high concentrations (> TLV).
1. Penilaian thd faktor risiko kesehatan di tempat kerja (health hazard risk
assessment) yg meliputi identifikasi faktor bahaya kesehatan kerja,
penilaian/pengukuran potensi risiko kesehatan kerja & penetapan
tindakan pengendalian risiko kesehatan pekerja
2. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja (awal, berkala & khusus)
3. Surveilans & analisis PAK & penyakit umum lainnya
4. Pencegahan keracunan makanan bagi tenaga kerja
5. Penempatan tenaga kerja sesuai kondisi/status kesehatannya
6. Pengendalian bahaya lingkungan kerja
7. Penerapan ergonomi kerja
8. Penetapan prosedur kerja aman (SOP)
9. Penggunaan APD yg sesuai
10.Pengaturan waktu kerja (rotasi, mutasi, pengurangan jam kerja terpapar
faktor risiko dll);
11.Program imunisasi
12.Program pengendalian binatang penular (vektor) penyakit.
PROGRAM
PELAYANAN KESEHATAN KERJA (LANJ.)
Pengobatan (Kuratif)
Pemulihan (Rehabilitatif)
• Fisioterapi
• Konsultasi psikologis (rehabilitasi mental)
• Orthosa & prosthesa (pemberian alat bantu mis. alat bantu dengar,
tangan/kaki palsu dll.)
• Penempatan kembali & optimalisasi tenaga kerja yg mengalami cacat
akibat kerja disesuaikan dg kemampuannya.
• Rehabilitasi kerja.
PEMERIKSAAN
KESEHATAN
TENAGA KERJA
PRINSIP
PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
MEKANISME PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KESEHATAN TENAGA KERJA
Tempat pelaksanaan :
• Di tempat kerja (Pelayanan Kesehatan Kerja pd perusahaan)
• Kerjasama dg PJK3 Jasa Pemeriksaan Kesehatan Kerja
Lisensi petugas P3K di tempat kerja berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak tanggal diterbitkan & dap
at diperpanjang dg mengajukan permohonan & lampiran sebagaimana diatas disertai laporan keg
iatan
BUKU KEGIATAN PETUGAS P3K
DI TEMPAT KERJA
Petugas P3K wajib memiliki Buku
Kegiatan Petugas P3K di Tempat
Kerja.
Ruang P3K
Kotak P3K beserta isinya
Alat evakuasi & alat tranportasi
Fasilitas tambahan berupa APD dan/atau peralatan
khusus di tempat kerja yg memiliki potensi bahaya
yg bersifat khusus.
Ruang P3K
Wajib menyediakan ruang P3K di tempat
kerja, bila mempekerjakan :
100 orang atau lebih;
kurang dari 100 orang dg potensi
bahaya tinggi
Pasal 3
Pekerja/Buruh dg HIV/AIDS berhak mendapatkan Pelayanan Kesehatan Kerja sama dg pekerja/buruh lainnya sesuai dg
peraturan perundangan yg berlaku
Pasal 5
1. Pengusaha atau pengurus dilarang melakukan uji HIV utk digunakan sbg prasyarat suatu proses rekrutment atau
kelanjutan status pekerja/buruh atau kewajiban pemeriksaan kesehatan rutin.
2. Uji HIV hanya dpt dilakukan atas dasar sukarela dg persetujuan tertulis dari pekerja/buruh
3. Apabila uji HIV dilakukan, maka pengusaha atau pengurus wajib menyediakan konseling kpd pekerja/buruh sebelum
atau sesudah dilakukan uji HIV
4. Uji HIV hanya boleh dilakukan oleh dokter yg mempunyai keahlian khusus sesuai peraturan perundangan & standar yg
berlaku
KEBIJAKAN
PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN HIV/AIDS
Isi kebijakan :
i. Pernyataan komitmen pengusaha/pengurus
ii. Mengembangkan strategi & promosi program
iii. Memberikan pendidikan kepada pekerja buruh
iv. Memberikan informasi tt pelayanan pengujian, konseling & pelayanan
yg dibutuhkan
v. Dilarang mewajibkan uji HIV
vi. Melarang segala bentuk stigmatisasi & diskriminasi
vii. Menjaga kerahasiaan identitas pekerja/buruh dg HIV/AIDS
PENDIDIKAN
PEKERJA/BURUH DI TEMPAT KERJA
CAKUPAN PENDIDIKAN :
i. Penjelasan tt HIV/AIDS, cara penularan & pencegahannya
ii. Penjelasan IMS salah satu faktor risiko terinfeksi HIV/AIDS
iii. Pemberian informasi tt layanan pengobatan IMS, VCT
iv. Penjelasan peraturan perundang2an
PELAKSANAAN PENDIDIKAN :
i. Membentuk sub-komite dlm kepengurusan P2K3 atau Pelayanan Kesehatan
Kerja;
ii. Mempersiapkan & membekali anggota P2K3 dan/ atau personil Pelayanan
Kesehatan Kerja serta pekerja/buruh yg dipilih sbg penyuluh;
iii. Anggota P2K3 dan/atau personil Pelayanan Kesehatan Kerja serta pekerja/buruh
yg dipilih setelah dididik wajib menyelenggarakan pendidikan kpd seluruh
pekerja/buruh;
iv. Pekerja/buruh yg dipilih & sudah dididik ditugaskan utk:
✓ Menyebarluaskan informasi
✓ Mempengaruhi pekerja/buruh
✓ Memantau perilaku pekerja/buruh yg berisiko thd penularan HIV/AIDS
MATERI PENDIDIKAN
ANGGOTA P2K3 & PERSONIL PKK
MATERI PENDIDIKAN
PEKERJA/BURUH DI TEMPAT KERJA
Prosedur K3 Khusus
Pencegahan & Penanggulangan HIV/AIDS
Pasal 2
1) Pengusaha wajib melakukan upaya aktif pencegahan &
penanggulangan penyalahgunaan & peredaran gelap narkotika
(P4GN) di tempat kerja.
2) Upaya aktif P4GN di tempat kerja sebagaimana dimaksud adl :
a. penetapan kebijakan;
b. penyusunan & pelaksanaan program.
Pasal 4
2) Penetapan kebijakan sebagaimana dimaksud harus dinyatakan
secara tertulis & sekurang2nya memuat :
a. komitmen pengusaha dlm upaya pencegahan & penanggulangan;
b. komitmen pembentukan unit yg menangani program P4GN di
tempat kerja.
3) Unit sebagaimana dimaksud dpt merupakan unit tersendiri atau
terintegrasi dg P2K3 atau PKK.
4) Kebijakan sebagaimana dimaksud harus diberlakukan tanpa
diskriminasi.
Permenakertrans No. Per.11/Men/VI/2005
P4GN Di Tempat Kerja
Pasal 5
1) Pelaksanaan program sebagaimana dimaksud dilaksanakan dg cara :
a. mengkomunikasikan kebijakan & program kepada semua pekerja/buruh;
b. melaksanakan program penyuluhan, pendidikan & latihan utk
meningkatkan kesadaran pekerja/buruh;
c. mengembangkan program bantuan konsultasi bagi pekerja/buruh;
d. melaksanakan evaluasi kebijakan & program secara berkala.
2) Pelaksanaan program sebagaimana dimaksud hrs terintegrasi dlm program
K3.
Pasal 6
1) Pengusaha dpt meminta pekerja/buruh yg diduga menyalahgunakan
narkotika, psikotropika & zat adiktif lainnya utk melakukan tes dg biaya
ditanggung oleh perusahaan.
2) Pelaksanaan tes sebagaimana dimaksud hrs dilakukan oleh sarana
pelayanan kesehatan atau laboratorium yg berwenang sesuai peraturan
perundang2an yg berlaku.
3) Hasil tes sebagaimana dimaksud hrs dijaga kerahasiaannya sebagaimana
yg berlaku bagi data rekam medis lainnya.
4) Berdasarkan hasil tes sebagaimana dimaksud, dokter yg telah
mendapatkan pelatihan di bidang narkotika, psikotropika & zat adiktif
lainnya dpt menetapkan apakah pekerja/buruh harus mengikuti
perawatan dan/atau rehabilitasi.
Permenakertrans No. Per.11/Men/VI/2005
P4GN Di Tempat Kerja
Pasal 7
2) Pengusaha dpt menjatuhkan tindakan disiplin kepada
pekerja/buruh dlm hal pekerja/buruh tdk bersedia utk
mengikuti program pencegahan, penanggulangan,
perawatan dan/atau rehabilitasi akibat penyalahgunaan
narkotika, psikotropika atau zat adiktif lainnya.
Pasal 8
1) Pengusaha atau pekerja/buruh hrs segera melaporkan
kepada Kepolisian Negara RI apabila ditemukan seseorang
atau lebih memiliki atau mengedarkan narkotika, psikotropika
& zat adiktif lainnya di tempat kerja.
2) Laporan sebagaimana dimaksud disampaikan juga kpd
instansi yg bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
Kabupaten/Kota melalui mekanisme pelaporan P2K3 atau
PKK.
Kebijakan Terhadap Penyalahguna Narkoba
Pasal 2
1) Pengusaha dan Pengurus wajib melaksanakan Penanggulangan
Tuberkulosis di Tempat Kerja.
2) Penanggulangan Tuberkulosis di Tempat Kerja sebagaimana
dimaksud merupakan upaya K3 yg diselenggarakan oleh unit
pelayanan kesehatan kerja.
3) Penanggulangan Tuberkulosis di Tempat Kerja dilakukan melalui:
a) penyusunan kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis di
Tempat Kerja
b) sosialisasi, penyebaran informasi & edukasi Tuberkulosis di
Tempat Kerja
c) penemuan kasus Tuberkulosis
d) penanganan kasus Tuberkulosis
e) pemulihan kesehatan
4) Dalam hal penemuan kasus Tuberkulosis & penanganan kasus
Tuberkulosis sebagaimana dimaksud yg merupakan PAK maka
harus ditindaklanjuti sesuai dg ketentuan peraturan perundang2an.
KEBIJAKAN
PENANGGULANGAN
TUBERKULOSIS
DI TEMPAT KERJA
Isi kebijakan :
i. Komitmen dlm melakukan
Penanggulangan Tuberkulosis di
Tempat Kerja
ii. Program kerja Penanggulangan
Tuberkulosis di Tempat Kerja
iii. Penghapusan stigma & diskriminasi
pd Pekerja/Buruh yg menderita
Tuberkulosis.
PENDIDIKAN
PEKERJA/BURUH DI TEMPAT
KERJA
i. Kebijakan Penanggulangan Tuberkulosis
ii. Membudayakan perilaku hidup bersih & sehat
iii. Membudayakan perilaku etika batuk
iv. Peningkatan daya tahan tubuh melalui
perbaikan gizi kerja & peningkatan kebugaran
v. Edukasi dampak penyakit penyerta terhadap
perburukan Tuberkulosis
vi. Melakukan pemeliharaan & perbaikan kualitas
Tempat Kerja.
Penemuan kasus dilakukan melalui:
a. pemeriksaan kesehatan awal & berkala bagi Pekerja/Buruh
b. pemeriksaan kesehatan khusus, terutama dilakukan pada
Pekerja/Buruh yg termasuk dlm kelompok berisiko
c. investigasi & pemeriksaan kasus kontak erat di Tempat
Kerja
garis komando
Manajemen
Rumah Sakit P2K3 Unit SP/SB
Perusahaan
Grs koordinasi
Unit Pelaksana
Pelayanan TB DOTS
Perusahaan
Kriteria Fit to Work utk kandidat atau karyawan dg TB:
GIZI KERJA
PROGRAM PENYELENGGARAAN GIZI KERJA
▪ Komitmen Manajemen
▪ Penyuluhan & Ceramah Gizi Kerja
▪ Penyediaan Kantin & Ruang Makan
▪ Pengadaan Uang Makan yg Memadai
▪ Pemberian Makanan di Tempat Kerja
- Frekuensi Makan
- Perilaku Makan Sehat
▪ Pembinaan & Koordinasi Penjaja Makanan
▪ Penyediaan Preparat Gizi
▪ Kesegaran Jasmani & Pola Hidup Sehat
▪ Pengujian
Penerapan Gizi Kerja di Pekerja
Pasal 14
PERMENAKERTRANS NO. 05/2018
Pasal 45
Pasal 58
• Setiap tempat kerja yg memiliki potensi bahaya lingkungan kerja wajib dilakukan
pemeriksaan dan/atau pengujian
Pasal 60
• Pemeriksaan dan/atau pengujian sebagaimana dimaksud meliputi:
a. Pertama
b. Berkala
c. Ulang, dan
d. khusus
TAHAPAN MANAJEMEN
HIGIENE INDUSTRI
KOMPONEN PENTING
PROGRAM HIGIENE INDUSTRI
• Kebijakan & program yang tertulis jelas;
• Mengenal bahaya kesehatan;
• Evaluasi & penilaian pemaparan;
• Pengendalian bahaya kesehatan;
• Pelatihan pekerja;
• Keterlibatan pekerja;
• Evaluasi program & penyimpanan pelaporan.
Evaluasi &
Penilaian
Pemaparan
Pemantauan Lingkungan
(areal atau personal
monitoring);
Biological Monitoring;
Sample analysis;
Evaluasi terhadapa Nilai
Ambang Batas (NAB) atau
Biological Exposure Indices
(BEI).
Dasar-dasar Sampling
Sampling: proses penarikan contoh dr suatu kuantitas
besar bahan, suatu porsi kecil bahan yg benar2
mewakili komposisi seluruh bahan tsb
Pengukuran sesaat;
Preliminary information;
Screening;
Personal Monitoring:
Beberapa Cara Sampling
Beberapa Cara
Sampling (lanj.)
➢ Bio Monitoring:
Mengambil contoh dari cairan tubuh
manusia yakni urine, darah, atau
udara nafas;
Bisa dilakukan utk bahan yg memiliki
BEI (Biological Exposure Indices);
Mengukur ‘body burden’;
➢ Medical monitoring
Sering disebut health surveillans;
Faal paru; Audiometry; Faal Hati; dll.
Nilai Ambang Batas (NAB)
Standar faktor2 lingkungan kerja yg dianjurkan di tempat kerja agar
tenaga kerja masih dpt menerimanya tanpa mengakibatkan
penyakit/gangguan kesehatan, dlm pekerjaan sehari2 utk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.
Bukan merupakan batas antara aman & tak aman; hanya didasarkan
pd pertimbangan kesehatan (Health Based).
• Komponen penting:
Program 1. Survei Bising
Konservasi 2. Pengendalian Teknis & Administratif Pajanan
Pendengaran Bising
3. Evaluasi Audiometri
4. Peralatan Pelindung Pendengaran Pribadi
5. Edukasi & Motivasi
6. Penyimpanan Laporan
7. Evaluasi Program
Survei Bising
1. Pengukuran Area
• Melakukan pemantauan kebisingan lingkungan kerja
• Mengidentifikasi sumber2 bising di lingkungan kerja
• Mengidentifikasi tempat kerja dg paparan bising yg melebihi NAB.
• Menentukan apakah pengukuran lebih lanjut (analisis frekuensi)
perlu dilakukan
• Membuat peta kebisingan (Noise Mapping)
Noise Dosimeter
Pajanan Harian
(ANSI S1.25-1991)
Kronis: Kronis:
• Kerusakan pd tulang & persendian • Penciutan pembuluh darah pd jari.
(osteoarthritis) permanen, kerusakan tulang • Raynaud’s syndrome.
belakang permanen; disc prolaps • Degenerasi saraf, hilangnya indera peraba,
(bergesernya sendi yg menyebabkan pelembekan metakarpal & karpal (carpal
timbulnya rasa sakit pd punggung bawah) tunnel syndrome)
• Efek pd tekanan darah yg dapat • Terhentinya pertumbuhan otot.
menimbulkan masalah pd jantung & • Gangguan fungsi reproduksi wanita
pembuluh darah
• Efek pd sistem saraf yg dapat menimbulkan
keluhan sakit kepala, gangguan tidur, lemah,
lelah & lesu
• Gangguan fungsi reproduksi wanita
skk_training | Pelayanan kebidanan komplementer berbasis evidance base
Prinsip Pengukuran
Whole Body Vibration
(berdasarkan SNI 7186:2009)
Prinsip
• Percepatan getaran diukur dg alat
vibration meter pd posisi kerja duduk
selama rentang waktu tertentu.
• Getaran diterima transducer & diubah
menjadi sinyal listrik dikuatkan oleh
amplifier diteruskan pd layar.
• Getaran diukur berdasarkan arah
sistem koordinat pd titik dimana
getaran merambat ke tubuh.
• Lokasi transducer pd 1 titik
pengukuran ditempatkan secara
orthogonal & berdekatan.
Peralatan
• Human vibration meter
• Akselerometer tiga sumbu
• Bantalan
skk_training | Pelayanan kebidanan komplementer berbasis evidance base
Prinsip Pengukuran
Hand Arm Vibration
(berdasarkan SNI 16-7054:2004)
Prinsip
• Akselerometer dipasang pd pegangan
tangan atau alat.
• Pengukuran dilakukan pd 2 atau 3 sumbu
koordinat.
Persyaratan
• Alat (akselerometer & unit vibrasi meter)
harus terkalibrasi.
• Titik pengukuran pd pegangan alat
dan/atau tangan dg kisaran frekuensi 5
Hz – 1500 Hz.
• Arah percepatan diukur dg menggunakan
1 dari 2 sistem koordina, yi sistem
biodinamik & basisentrik.
• Sistem basisentrik menunjukkan arah
percepatan pd pegangan alat atau mesin,
sedangkan sistem biodinamik
menunjukkan arah percepatan pd
tangan.
HEAT EXHAUSTION
• belum beraklimatisasi thd udara
panas
• keringat banyak, tekanan darah
turun, denyut nadi lebih cepat
HEAT STROKE
• belum beraklimatisasi
• suhu tubuh naik, kulit kering dan
panas
• Effective Temperature
Peralatan
• Alat2 yg dipakai harus telah
dikalibrasi oleh laboratorium yg
terakreditasi utk melakukan
kalibrasi, min. 1 tahun sekali.
• Termometer suhu basah alami yg
mempunyai kisaran -5 oC s.d. 50 oC
& bergraduasi max. 0,5 oC
• Termometer suhu kering yg
mempunyai kisaran -5 oC s.d. 50 oC
& bergraduasi max. 0,5 oC
• Termometer suhu bola yg
mempunyai kisaran -5 oC s.d. 100 oC
& bergraduasi max. 0,5 oC
Fungsi
• Membantu menunjukkan dampak bahan kimia pd produk akhir
• Menentukan kecocokan bahan & pencampuran bahan kimia yg
benar.
• Memberikan informasi tt cara penyimpanan & penanganan yg
benar
• Memudahkan pencegahan kerugian dari material yg kadaluarsa
• Menunjukkan tindakan pencegahan keamanan yg benar serta
tindakan pengawasan yg diperlukan
• Komponen penting:
Program 1. Kebijakan & program yg tertulis jelas;
Pengendalian 2. Identifikasi bahaya kesehatan;
Ergonomi 3. Evaluasi & penilaian pemaparan;
4. Pengendalian bahaya kesehatan;
5. Pelatihan pekerja;
6. Evaluasi Program & Record Keeping.
Identifikasi Bahaya Kesehatan
OHIH-MS
HIRARC
Training, Review OHIH
Program & Audit Surveillance
Health ERP
Promotion
Work-related
Ergonomics Diseases
Food Safety &
Env. Sanitation