Anda di halaman 1dari 66

Cara menjaga kesehatan setelah

melahirkan
Kamis, 13 Desember 2012 13:27Reporter : Destriyana

 

 

Ilustrasi bayi. ©2012 Merdeka.com/Shutterstock/WICHAN KONGCHAN

Merdeka.com - Selama masa kehamilan, seorang wanita menghadapi banyak


perubahan fisik maupun mental. Namun, tantangan sebenarnya terjadi pada awal
kelahiran. Sang ibu dituntut untuk menjaga kesehatan dirinya dan bayi yang baru ia
lahirkan. Bukan hal yang mudah, tetapi harus diusahakan. Berikut adalah cara menjaga
kesehatan setelah melahirkan, seperti dilansir Boldsky.
1. Diet sehat
Diet bukan berarti mengurangi asupan makanan secara berlebihan. Diet sehat
merupakan cara Anda mengontrol asupan makanan yang masuk ke perut. Pastikan
Anda selalu memilih makanan yang bergizi dan mengenyangkan. Bayam, brokoli, biji-
bijian, buah-buahan segar dan kacang-kacangan merupakan makanan sehat yang bisa
Anda konsumsi. Hindari dulu makanan pedas dan berminyak!

2. Istirahat
Bagi Anda yang menjalani operasi caesar, Anda harus lebih berhati-hati dalam menjaga
kesehatan tubuh. Mereka yang menjalani operasi harus beristirahat setidaknya 1-2
bulan. Sedangkan untuk persalinan normal, Anda harus mengambil waktu istirahat
minimal 2 minggu.

3. Menyusui
asi adalah makanan utama untuk bayi yang baru lahir. Kebanyakan wanita biasanya
menghindari untuk menyusui karena dianggap dapat merusak bentuk payudara. Ada
banyak masalah yang akan timbul, jika Anda berusaha menghindari kodrat tersebut.
Bayi yang tidak menerima ASI lebih berisiko terkena penyakit kuning dan si ibu juga
dapat mengembangkan benjolan pada jaringan payudara. Hal tersebut secara bertahap
bisa menyebabkan kanker payudara.
4. Berlatih meditasi
Setelah melahirkan, ibu kembali disibukkan dengan kegiatan mengurus bayi. Bangun di
tengah malam dan merawat bayi. Sebagian wanita akhirnya mengeluh stres karena
rutinitas yang cukup tinggi. Untuk mengatasinya, Anda bisa melakukan meditasi di
rumah.
Apa yang Anda untuk menjaga kesehatan setelah melahirkan? Yuk bagi pengalaman
Anda bersama sahabat Merdeka
Apa saja perawatan yang bisa dilakukan setelah melahirkan?

Baik wanita yang melahirkan dengan metode melahirkan normal melalui


vagina maupun lewat operasi caesar, sama-sama membutuhkan perawatan
setelah melahirkan.
Perawatan pasca operasi caesar biasanya meliputi perawatan luka SC (caesar)
dan luka bekas operasi caesar.
Namun, di sini akan diulas lebih dalam seputar perawatan setelah (pasca)
melahirkan normal.

Perawatan diri ibu setelah (pasca) melahirkan normal bisa mencakup


pemulihan diri, mengatur waktu istirahat, sampai mengelola suasana hati
(mood).

Dapatkan Tips dan Info Kehamilan Terkini!

Ikuti newsletter kami untuk mendapatkan info terpercaya setiap minggunya


mengenai kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.
Saya Menerima Kebijakan Privasi dan Data

Daftar

Berikut beragam perawatan yang bisa dilakukan ibu setelah melahirkan.

1. Memperhatikan kondisi vagina

Ibu mungkin mengalami perubahan pada vagina setelah melahirkan normal.

Hal ini bisa terjadi karena adanya luka bekas persalinan sehingga butuh waktu
beberapa minggu sampai vagina benar-benar pulih.

Biasanya, vagina akan terasa kering usai melahirkan. Ibu tidak perlu khawatir
karena kondisi ini wajar terjadi.
Penyebab vagina yang kering pasca melahirkan yakni karena adanya
penurunan kadar hormon estrogen di dalam tubuh.

Selain itu, kandung kemih biasanya juga lebih cepat terisi oleh cairan dari
ginjal.

Itulah mengapa penting untuk segera buang air kecil sebagai salah satu upaya
perawatan ibu setelah (pasca) melahirkan normal.

Hindari menunda keinginan untuk buang air kecil setelah melahirkan.

Sebab bila ditunda, kateter mungkin akan dipasang pada tubuh Anda untuk
membantu mengalirkan urine dari kandung kemih.

Jika vagina yang kering tidak membaik hingga lebih dari 12 minggu, sebaiknya
bicarakan lebih lanjut dengan dokter.
2. Perawatan darah nifas setelah melahirkan normal
Masa nifas merupakan fase lanjutan yang harus dilalui ibu usai melahirkan.
Di masa ini biasanya ibu mengalami perdarahan nifas atau yang biasa dikenal
dengan nama lokia.
Berbeda dengan perdarahan postpartum, lokia atau darah nifas tergolong hal
yang normal terjadi pada ibu pasca melahirkan.
Lokia biasanya terjadi selama kurang lebih 40 hari atau sekitar 6 minggu
dengan warna darah nifas yang berbeda-beda dari hari pertama hingga
terakhir.

Melansir dari laman Mayo Clinic, lokia berisikan darah dan membran sisa
persalinan.
3. Perawatan nyeri vagina setelah melahirkan

Proses persalinan normal menyisakan bekas luka sayatan di area vagina.

Selayaknya luka pada umumnya, sayatan tersebut mungkin menimbulkan rasa


sakit pada vagina selama beberapa waktu.
Perawatan yang bisa ibu lakukan terkait luka sayatan vagina setelah
melahirkan normal, yaitu sebagai berikut.

 Duduk di atas bantal empuk.


 Kompres area vagina dengan es batu yang dibungkus handuk atau
menduduki bantal berisikan pendingin yang diletakkan di area antara vagina
dan anus (perineum).
 Bila ada, mandi di dalam bak mandi yang berisikan air hangat selama
beberapa menit.
 Bila lebih nyaman menggunakan air dingin, Anda bisa memilih air dingin
ketimbang air hangat untuk mandi.
 Minum obat pereda nyeri berdasarkan saran dokter.
4. Istirahat yang cukup

Merawat bayi baru lahir memang bisa sangat melelahkan. Jika tak pandai
mengatur waktu, Anda mungkin akan sering mengalami kurang tidur.
Maka dari itu, salah satu perawatan ibu setelah (pasca) melahirkan normal
yang bisa ibu lakukan di rumah yakni istirahat yang cukup

Berikut beberapa tips istirahat sebagai perawatan ibu setelah melahirkan


normal.

Tidurlah saat bayi Anda sudah terlelap

Cobalah untuk beristirahat ketika si kecil sudah tidur dengan tetap


memastikan bayi merasa aman dan nyaman.

Meski di sisi lain Anda tergoda untuk melakukan berbagai pekerjaan rumah
tangga lainnya yang tak kalah penting, mengistirahatkan diri selama beberapa
waktu jauh lebih bermanfaat.

Oh iya, jangan sampai Anda termakan mitos yang menyatakan bahwa ibu
setelah melahirkan tidak boleh tidur siang. Pasalnya, tidur siang setelah
melahirkan boleh boleh saja.

Bahkan sangat dianjurkan jika bayi Anda juga terlelap di jam-jam tersebut.

Ini karena tidur membantu mengembalikan stamina sehingga mempercepat


proses pemulihan setelah melahirkan.

Pahami pola tidur bayi Anda

Fase ketika bayi Anda bangun beberapa kali semalam tidak akan bertahan
selamanya.

Saat bayi bertambah usia, durasi tidur mereka biasanya akan lebih lama.

Cari tahu lebih banyak tentang berapa idealnya waktu tidur bayi guna
membantu Anda agar bisa mengatur jam tidur.
Tidur lebih awal

Cobalah untuk biasakan tidur lebih awal, misalnya selama satu minggu setelah
melahirkan.

Jika Anda tak kunjung bisa memejamkan mata padahal sudah bersiap untuk
tidur, lakukan segala sesuatu yang dapat menenangkan tubuh dan pikiran.

Dengan begitu, Anda bisa lebih mudah untuk tidur lebih awal.

Beberapa hal yang bisa Anda lakukan seperti berendam dalam air panas
beberapa jam sebelum tidur atau mendengarkan musik kesukaan Anda.

Berbagi tugas dengan suami

Jangan sungkan untuk meminta bantuan orang lain, termasuk pasangan,


ketika Anda memang membutuhkan bantuan mereka.

Anda dapat berbagi tugas dengan suami, misalnya siapa yang akan
mengganti popok bayi atau menggendongnya ketika bayi menangis di malam
hari.
Selain itu, Anda juga bisa meminta bantuan kerabat terdekat untuk
membereskan rumah supaya dapat berisitirahat lebih lama.
5. Terapkan posisi tidur yang nyaman

Setelah melahirkan, bagian tubuh tertentu akan terasa sakit dan tidak nyaman,
entah itu sekitar vagina, payudara, dan juga perut.

Bila Anda tidur dengan posisi tengkurap, keluhan nyeri dan sakit bisa semakin
terasa.

Posisi tidur yang paling baik setelah melahirkan yaitu yang tidak
meningkatkan tekanan dan tidak menimbulkan ketegangan otot.

Jadi sebaiknya, kenali posisi tidur yang baik sebagai bentuk perawatan ibu
setelah melahirkan.

Beberapa posisi tidur setelah melahirkan baik normal maupun caesar yang
bisa Anda coba, antara lain:
Tidur telentang

Tidur telentang selama beberapa hari atau minggu pertama setelah proses
melahirkan adalah posisi tidur yang paling nyaman.

Bagian perut, vagina, atau sayatan perut bekas operasi tidak mendapat
tekanan lebih sehingga rasa nyeri akan berkurang.

Jika perdarahan masih terjadi, Anda bisa meletakkan bantal di bawah lutut.

Sayangnya posisi ini sedikit menyulitkan Anda untuk bangun dari tempat tidur
atau duduk.

Bila Anda melahirkan secara caesar, bagian perut akan mendapat tekanan saat
bangun.

Untuk menghindari adanya tekanan pada perut saat bangun atau duduk,
ambil dulu bantal yang Anda letakkan di bawah lutut.

Kemudian, mundurkan tubuh Anda sedikit ke belakang sambil mengganjal


punggung bawah dengan bantal.

Tidur menyamping

Selain tidur telentang, Anda juga bisa tidur menyamping. Namun, posisi
punggung dan bokong harus tetap lurus.

Jangan terlalu condong ke belakang karena bisa menekuk perut bagian


depan. Anda bisa mengganjal bantal di belakang tubuh untuk menahan
punggung.

Tangan yang Anda gunakan sebagai bantalan kepala atau diletakkan di depan
dada dapat memudahkan Anda untuk bangun.

Anda bisa mengombinasikan posisi tidur menyamping dan telentang supaya


tubuh tidak pegal dan Anda tetap nyaman.
Tidur dengan bantal tinggi

Tidur dengan bantal tinggi yang ditumpuk dapat meningkatkan kenyamanan


ibu setelah melahirkan.

Posisi yang nyaris seperti orang duduk ini bisa membuat Anda tidur lebih baik
dan pernapasan jadi lebih lancar.

Supaya tidak pegal, Anda juga bisa mengganjal punggung bawah dengan
bantal tipis.

Ketimbang posisi yang lain, posisi tidur ini lebih memudahkan Anda untuk
bangun.

6. Makan makanan bergizi


Salah satu perawatan pasca melahirkan yang tak boleh terlewat adalah
memenuhi kebutuhan gizi bagi ibu.
Ya, mendapatkan zat gizi yang tepat pascamelahirkan sangatlah penting.
Ini karena kebutuhan zat gizi yang tercukupi di dalam tubuh ibu sangat
dibutuhkan untuk fase berikutnya yakni menyusui.
Jadi, pastikan asupan makanan setelah melahirkan Anda perhatikan dengan
baik dan ketahui mana yang disarankan dan tidak disarankan untuk
dikonsumsi.
7. Kelola emosi sebagai perawatan setelah melahirkan normal

Perawatan setelah melahirkan normal tak hanya mencakup kesehatan fisik ibu
semata.
Kondisi mental Anda juga perlu diperhatikan pascamelahirkan.
Hal ini dikarenakan ibu bisa mengalami perubahan emosional pascapersalinan.
Bahkan, banyak ibu baru yang mengalami baby blues setelah melahirkan.
Kondisi tersebut dapat memengaruhi hormon, kecemasan saat merawat bayi,
dan juga waktu tidur.
Jika dibiarkan berlarut-larut hingga mengalami kesedihan hingga lebih dari 2
minggu yang berkepanjangan, kondisi ini bisa membuat seorang ibu
mengalami depresi postpartum.
Segera konsultasikan ke dokter jika ini terjadi.
8. Pijat setelah melahirkan

Kabar baik bagi para ibu yang baru melahirkan, cara merawat tubuh atau
badan setelah melahirkan bisa dilakukan dengan pijat.

Ada berbagai manfaat pijat setelah melahirkan, mengutip dari American


Pregnancy Association.
Manfaat pijat sebagai perawatan tradisional setelah melahirkan sebetulnya
tidak jauh berbeda dengan jenis pijat lainnya, yaitu:

1. Meregangkan otot-otot tubuh, terutama di bagian perut, punggung


bagian bawah, dan pinggul.
2. Melancarkan aliran oksigen ke seluruh tubuh.
3. Merangsang produksi hormon endorfin yang bermanfaat untuk
meredakan nyeri tubuh.
4. Memicu produksi hormon oksitosin untuk melancarkan ASI saat menyusui.
5. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
6. Mengatasi sindrom baby blues dan depresi setelah melahirkan.
Pijat merupakan satu dari beberapa cara merawat tubuh atau badan setelah
melahirkan yang dapat membantu mempercepat pemulihan usai persalinan.

Penting diperhatikan agar pijat sebagai bentuk perawatan tradisional setelah


melahirkan ini dilakukan oleh terapis yang bersertifikat dan berpengalaman.

Jika Anda baru saja melahirkan secara caesar, sebaiknya tunggu dulu sampai
bekas luka Anda kering dan sembuh sebelum mulai melakukan pijat.

Hindari memijat area di sekitar bekas luka pada perut untuk mencegah infeksi.

Sebaiknya, arahkan saja pada kaki, kepala, lengan, dan punggung Anda yang
juga rentan mengalami pegal-pegal setelah melahirkan.
Perawatan Setelah Melahirkan yang Harus Ibu
Lakukan

dr. Devia Irine Putri

19 Jan 2021, 17:30 WIB


11

Setelah melahirkan, ada perawatan yang harus ibu lakukan demi menjaga kesehatan. Yuk, simak berbagai
perawatan pascamelahirkan di sini.

Perawatan Setelah Melahirkan yang Harus Ibu Lakukan

Selain mengetahui seluk-beluk perawatan bayi, ibu juga perlu pengetahuan dasar perawatan
pascamelahirkan. Perawatan ini tak hanya spesifik untuk ibu yang melahirkan secara normal,
melainkan juga persalinan caesar. Setelah hamil, ibu akan mengalami perubahan fisik di bagian kulit
maupun alat reproduksi. 

Untuk itu, ibu perlu perawatan setelah melahirkan selama masa nifas (sekitar 6 minggu atau 40
hari). Perawatan ini bisa dilakukan oleh ibu sesegera mungkin.
Tujuan perawatan pascamelahirkan adalah membantu mempercepat pemulihan ibu. Tak hanya
mempercepat penyembuhan luka dan pengecilan rahim. Namun juga, mencegah komplikasi setelah
melahirkan. 

Beberapa perawatan pascamelahirkan yang perlu Anda lakukan, antara lain:

1 dari 6 halaman

1. Merawat Luka Persalinan

Merawat Luka Persalinan

Setelah melahirkan, hal utama yang menjadi perhatian tentunya luka persalinan. Bila Anda
melahirkan secara normal, mungkin terjadi robekan pada jalan lahir atau ada tindakan episiotomi
yang menyebabkan adanya jahitan. 

Luka ini perlu dijaga kebersihannya agar tidak mudah terinfeksi. Untuk itu, jangan lupa
membersihkan vagina dan area anus setelah BAK atau BAB.

Apabila nyeri muncul, Anda bisa mengompresnya dengan air dingin di sekitar luka. Selain itu,
hindari duduk terlalu lama pada alas yang keras. Sebaiknya gunakan bantal atau alas duduk. 

Biasanya dokter akan memberikan obat antinyeri. Bila ada obat tersebut, Anda bisa
mengonsumsinya sesuai anjuran dokter.

Kalau Anda melahirkan secara caesar, luka sayatan di perut biasanya sudah tertutup kasa steril
yang sifatnya kedap air. Biasanya, kasa akan dibuka sekitar seminggu setelah melahirkan. 

Anda bisa mandi seperti biasa. Namun, hindari menggosok terlalu keras area sekitar kasa. Ini
karena cara itu bisa saja menyebabkan pembentukan celah sehingga air bisa masuk.

Artikel Lainnya: 7 Perubahan Fisik yang Muncul Pasca Melahirkan

2. Pencegahan Infeksi Pascamelahirkan


Infeksi pasca melahirkan sangat mungkin terjadi, sehingga diperlukan pencegahan. Infeksi usai
melahirkan bisa meliputi organ reproduksi seperti rahim, serviks, vagina, maupun perineum. 
Perawatan luka yang tidak baik umumnya menjadi penyebab paling sering terjadinya infeksi pasca
melahirkan. 

Kondisi ini bisa ditandai dengan luka persalinan yang tidak kunjung sembuh (bahkan muncul
nanah), demam, sakit pada perut bagian bawah, dan muncul bau atau cairan yang tidak sedap dari
vagina. 

Apabila ibu mengeluhkan salah satu tanda tersebut, segera periksa ke dokter untuk mendapatkan
pemeriksaan dan pengobatan.

2 dari 6 halaman

3. Perawatan Payudara

Perawatan Payudara

Beberapa hari setelah proses melahirkan, payudara yang awalnya lembut akan berubah menjadi
lebih padat, kencang, bahkan mulai nyeri. Hal ini menandakan kelenjar ASI mulai berproduksi.
Untuk menghindari pembengkakan payudara pascamelahirkan, sebaiknya rutinkan untuk menyusui
si kecil. Anda juga bisa memompa payudara untuk membantu mengeluarkan ASI apabila bayi belum
mau menyusu. 

Kalau payudara mulai nyeri dan bengkak, kompres payudara dengan air hangat sebelum menyusui.
Anda juga bisa memijat payudara yang sakit menggunakan breast oil. 

Cara ini membantu “membuka” kelenjar-kelenjar payudara, sehingga ASI bisa lancar. Apabila
sedang tidak menyusui, usahakan tidak memakai bra yang menekan atau terlalu sempit.

Artikel Lainnya: 5 Masalah Kulit yang Biasa Muncul Setelah Melahirkan

4. Perawatan Gangguan Buang Air Kecil


Kehamilan dan proses persalinan, khususnya persalinan normal, bisa menyebabkan peregangan
atau kerusakan pada saraf dan otot dasar panggul yang menyangga uterus, kandung kemih, dan
rektum. 

Kondisi ini bisa menyebabkan inkontinensia urine, yaitu kondisi tidak bisa menahan kencing.
Umumnya, hal ini bisa membaik dalam beberapa waktu. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk
menetap.

Untuk membantu mempercepat pemulihan ini, Anda bisa melakukan senam kegel agar otot dasar
panggul terlatih dan kandung kemih terkontrol. 

3 dari 6 halaman
5. Perawatan untuk Kontraksi yang Muncul

Perawatan untuk Kontraksi yang Muncul

Kontraksi yang muncul setelah melahirkan wajar terjadi. Rasanya mirip dengan nyeri saat haid.
Kontraksi setelah melahirkan merupakan tanda dari penciutan rahim untuk mencegah terjadinya
perdarahan. 

Penciutan rahim terjadi pada hari pertama sampai hari ke-9 setelah melahirkan. Hal ini dapat
diketahui dengan cara meraba bagian bulat agak keras di bawah pusat. 

Pada hari ke-10 sampai 14, rahim tidak teraba lagi namun tetap terjadi proses pengecilan rahim ke
ukuran semula. 

Penciutan rahim dibantu oleh oksitosin, yaitu hormon yang mengontraksikan otot-otot rahim yang
keluar saat menyusui. 

Jadi, tak heran apabila sedang menyusui bayi, ibu mengeluhkan rasa sakit atau tak nyaman di perut
bawah.

Artikel Lainnya: 3 Cara Menghilangkan Nyeri Vagina Sehabis Melahirkan


6. Perawatan Kulit 
Selama kehamilan, tubuh ibu ikut berubah tak terkecuali kulit. Kemunculan selulit atau stretch
mark bisa menyebabkan ibu kehilangan rasa percaya diri.

Selulit adalah penumpukan sel-sel lemak yang berlebihan pada jaringan kulit. Permukaan kulit pun
jadi tampak tidak rata. Penumpukan ini terjadi akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan
progesteron secara drastis. 

Sementara, stretch mark adalah garis-garis putih vertikal yang timbul akibat rusaknya jaringan pada
lapisan dermis kulit. Hal ini disebabkan oleh peregangan kulit secara drastis dan mendadak.

Untuk membantu menyamarkan selulit atau stretch mark, lakukan olahraga secara teratur, seperti
senam, berenang, atau bersepeda. 

Selain itu, ibu dapat menggunakan krim khusus untuk membantu mengembalikan elastisitas dan
mengencangkan kulit setelah melahirkan. Pilihlah krim yang mengandung minyak zaitun agar kulit
lebih halus. 

4 dari 6 halaman

7. Perawatan untuk Hemoroid yang Muncul

Perawatan untuk Hemoroid yang Muncul

Muncul hemoroid pascamelahirkan sangat mungkin terjadi. Hal ini disebabkan oleh pembengkakan


pembuluh darah vena di anus akibat mengejan atau tekanan. 

Untuk membantu meringankan keluhan nyeri akibat hemoroid, upaya yang bisa dilakukan adalah
mengompresnya dengan air hangat selama 10-15 menit sebanyak 2-3 kali dalam sehari. 

Lalu, salep atau obat hemoroid yang dijual bebas bisa digunakan untuk mengurangi bengkak dan
nyeri. Namun, sebaiknya konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. 

Artikel Lainnya: Cara Menghilangkan Stretchmark Pasca Melahirkan


8. Atasi Sembelit
Ibu yang baru melahirkan bisa saja mengalami sembelit. Biasanya kondisi ini muncul karena takut
buang air besar. Beberapa faktornya, yaitu luka di sekitar kemaluan, masalah hemoroid, dan jarang
bergerak karena nyeri luka persalinan.

Untuk membantu meringankan keluhan ini, konsumsi makanan kaya serat seperti buah dan
sayuran. Jangan lupa cukupi kebutuhan cairan setiap harinya. 

Hindari terlalu lama berbaring atau duduk. Sebaiknya tetaplah aktif misalnya berjalan-jalan di dalam
rumah. Dengan bergerak aktif, pergerakan usus juga ikut aktif sehingga sembelit dapat dicegah.

5 dari 6 halaman

9. Kesehatan Mental Ibu

Kesehatan Mental Ibu


Banyak ibu baru yang merasa cemas, mengalami perubahan suasana hati, atau menangis tanpa
sebab setelah melahirkan. Keadaan ini dikenal dengan istilah baby blues syndrome. 

Jika kondisi ini berlanjut lebih dari dua minggu dan muncul gejala lebih parah seperti tidak nafsu
makan hingga muncul keinginan bunuh diri, hal ini disebut depresi pascamelahirkan.

Kesehatan mental ibu sangat perlu diperhatikan. Apabila mulai merasa lelah, jangan ragu untuk
meminta bantuan kepada orang sekitar dan istirahatlah sejenak. 

Yakinlah, setiap ibu pasti berusaha semaksimal mungkin untuk merawat anaknya. Meminta bantuan
orang lain bukan berarti Anda menelantarkan anak.

Artikel Lainnya: Selain Infeksi, Ini 9 Potensi Masalah Saat Masa Nifas

10. Kontrol ke Dokter Kandungan


Meski sudah melahirkan, bukan berarti Anda tidak akan bertemu dengan dokter kandungan. Tetap
disarankan mengunjungi dokter kandungan untuk melihat kondisi setelah melahirkan.

Biasanya, dokter akan menyarankan untuk datang 1 atau 2 minggu setelah persalinan dan seusai
masa nifas. 

Namun, tidak menutup kemungkinan apabila saat masa nifas ibu mengalami masalah dan jadi
datang lebih sering. 

Selain berbagai perawatan pascamelahirkan di atas, ibu juga perlu mengonsumsi makanan dan
minuman yang dapat memulihkan kondisi. 
“Melahirkan normal adalah istilah untuk menyebutkan persalinan melalui vagina.
Persalinan jenis ini nyatanya memiliki sedikit perbedaan dengan persalinan melalui operasi
caesar karena vagina pasti mengalami luka dan perlu dirawat dengan benar. Perawatan juga
termasuk banyak hal, seperti perawatan kesehatan mental, menjaga asupan makan, dan
pemeriksaan dokter.”

Halodoc, Jakarta - Ada dua jenis persalinan yang sudah dikenal, yaitu persalinan melalui vagina
dan persalinan melalui operasi caesar. Persalinan vagina atau biasa disebut juga dengan
persalinan normal dilakukan secara alami tanpa proses operasi. Sementara itu persalinan
caesar adalah kelahiran dengan prosedur operasi pada bagian bawah perut yang dilakukan untuk
menolong bayi yang sulit dilahirkan secara normal. Namun perlu diingat, melalui vagina atau
operasi, dua metode ini adalah persalinan yang normal untuk dilakukan.

Jika ibu dinilai mampu untuk melakukan persalinan melalui vagina atau persalinan normal, maka
ada beberapa tahap yang akan ibu lalui. Mulai dari tahap pembukaan jalan lahir, pengeluaran
bayi, pengeluaran plasenta, dan observasi atau pemantauan kondisi ibu selama dua jam setelah
plasenta keluar. 

Baca juga:  Yang Harus Diketahui Jika Melakukan Persalinan Normal

Perawatan Usai Persalinan Normal

Untuk persalinan melalui vagina atau melahirkan normal, berikut ini adalah perawatan yang
perlu dilakukan:
Istirahat

Fase persalinan adalah proses yang panjang. Itu sebabnya, setelah proses persalinan selesai, ibu
perlu beristirahat untuk menghindari kelelahan yang berlebihan. Ibu bisa mencuri waktu untuk
beristirahat saat anak tidur. Dekatkan posisi tempat tidur anak dengan kasur ibu agar
memudahkan proses menyusui. Jangan lupa juga untuk berbagi tugas dengan suami agar ibu
tidak kewalahan dalam mengurus rumah tangga dan bayi baru lahir. 

Jaga Asupan Makan

Hal penting yang perlu dijaga setelah melahirkan adalah asupan makan. Sebab setelah
melahirkan, ibu membutuhkan nutrisi yang tepat untuk menunjang proses menyusui dan
mendukung tumbuh kembang bayi. Berikut adalah rekomendasi asupan makanan bagi ibu
menyusui sesuai Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013:

 Protein = 76-77 gram per hari.


 Karbohidrat = 65 gram per hari (6 bulan pertama menyusui).
 Lemak tak jenuh = 71-86 gram per hari (6 bulan pertama menyusui) dan 73-88 gram per
hari (6 bulan kedua menyusui). Kebutuhan ini akan menurun sesuai usia ibu.
 Zat besi = 32 mg per hari (6 bulan pertama menyusui) dan 34 mg (6 bulan kedua
menyusui).
 Kalium = 1200-1300 mg per hari (kebutuhannya menurun sesuai usia)
 Vitamin C = 100 mg per hari.
 Vitamin E = 19 mg per hari.
 Kalium = 500 mg per hari.

Baca juga: Pembukaan Lengkap Saat Melahirkan, Ketahui Lebar Jalan Lahir Bayi

Perawatan Vagina

Setelah melahirkan, vagina akan mengalami luka dan butuh waktu untuk bisa pulih. Oleh karena
itu, ibu perlu memberikan perawatan khusus untuk vagina setelah melahirkan. Perawatan
tersebut meliputi: 

 Menjaga vagina agar tetap bersih dan kering.


 Menggunakan pembalut untuk mengatasi perdarahan setelah persalinan.
 Membasuh vagina dari depan ke belakang untuk mencegah infeksi setelah melahirkan.
 Melarutkan losion antiseptik dalam air dan basuh pada vagina atau tuangkan di atas
jahitan untuk mencegah infeksi setelah melahirkan.

Jika ibu merasakan sakit yang tak biasa, seperti vagina bengkak dan ada cairan berbau, ibu perlu
segera bicara pada dokter. Sebab bisa jadi, ini adalah tanda terjadinya infeksi. Ibu juga bisa
bicara dengan dokter di Halodoc untuk mendapatkan solusi yang tepat.
Yuk, download aplikasi Halodoc sekarang juga!

Aktivitas Fisik 
Jika dilakukan secara rutin, aktivitas fisik atau olahraga bisa membantu mempercepat pemulihan
bentuk tubuh setelah melahirkan. Ibu bisa melakukannya secara bertahap, mulai dari jalan santai
selama 20 hingga 30 menit setiap hari.

Setelah ibu merasa cukup siap, ibu bisa mulai untuk melakukan olahraga yang lebih berat seperti
latihan otot dasar panggul dan perut. Tentunya, kemampuan olahraga bergantung pada kondisi
dan kesanggupan ibu. Selama ibu merasa mampu, ibu boleh-boleh saja berolahraga. Namun jika
ibu ragu, ibu bisa bicara dulu ke dokter sebelum berolahraga.

Kesehatan Mental 

Setelah melahirkan, ibu mungkin saja mengalami perubahan emosional. Itu sebabnya, beberapa
ibu mengalami baby blues, yaitu kondisi gangguan suasana hati setelah melahirkan yang dapat
memengaruhi kemampuan ibu dalam merawat bayi dan mengganggu waktu tidur. Kondisi ini
tentu tidak boleh diabaikan. Ibu harus segera bicara pada dokter apabila setelah melahirkan ibu
mengalami perasaan sedih berkepanjangan atau lebih dari 2 minggu.

Baca juga: Kelelahan Mengasuh Bayi Picu Baby Blues Syndrome, Ini Faktanya!

Pemeriksaan Dokter

American College of Obstetricians and Gynecologists merekomendasikan bahwa perawatan


pasca persalinan menjadi proses yang berkelanjutan dan bukan satu kunjungan setelah
melahirkan. Lakukan kontak dengan dokter dalam tiga minggu pertama setelah melahirkan.
Dalam waktu 12 minggu setelah melahirkan, temui dokter juga untuk evaluasi pasca persalinan
yang komprehensif.

Selama janji temu ini, dokter akan memeriksa suasana hati dan kesejahteraan emosional,
mendiskusikan kontrasepsi dan jarak kelahiran, meninjau informasi tentang perawatan dan
pemberian makan bayi, membicarakan kebiasaan tidur dan masalah yang berkaitan dengan
kelelahan, dan melakukan pemeriksaan fisik. Ini mungkin termasuk pemeriksaan perut, vagina,
leher rahim, dan rahim untuk memastikan ibu sembuh dengan baik.

Ini adalah waktu yang tepat untuk membicarakan segala kekhawatiran yang mungkin ibu miliki,
termasuk melanjutkan aktivitas seksual dan bagaimana ibu menyesuaikan diri dengan kehidupan
dengan bayi baru.

Kapan Boleh Melakukan Diet Setelah Melahirkan?

Pasca persalinan, tubuh ibu harus benar-benar pulih sebelum menjalani diet. Melansir dari Baby
Centre, setidaknya ibu harus menunggu sampai enam minggu sebelum mencoba menurunkan
berat badan. Bagi ibu yang menyusui disarankan untuk menunggu sampai bayi berusia minimal 2
bulan sebelum mencoba menurunkan berat badan. Hindari melakukan diet terlalu cepat setelah
melahirkan.

Memulai diet terlalu cepat setelah melahirkan dapat menunda pemulihan dan membuat ibu
merasa lebih lelah. Pasalnya, ibu harus mengumpulkan semua energi untuk menyesuaikan diri
dengan kehidupan dengan Si Kecil yang baru lahir ke dunia. Selain itu, diet memengaruhi
pasokan ASI pada ibu yang menyusui. 

Itulah yang perlu ibu ketahui perihal yang harus diperhatikan setelah melahirkan normal.
Pastikan tubuh ibu benar-benar pulih sebelum melakukan aktivitas yang berat. 
Perawatan setelah melahirkan secara umum

Setelah persalinan, ibu perlu istirahat yang cukup

Baik untuk proses persalinan normal maupun dengan operasi Caesar, ada
beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mempercepat proses pemulihan,
yaitu dengan melakukan perawatan pascamelahirkan berikut:

1. Beristirahat dengan cukup


Setelah melahirkan, usahakan agar Anda mendapatkan banyak waktu istirahat.
Persalinan adalah proses yang melelahkan. Jadi, pastikan Anda dapat “balas
dendam” untuk memenuhi waktu tidur Anda yang hilang.Saat baru memiliki
bayi, memang tidak mudah mencuri waktu untuk tidur. Si Kecil pun masih
sering terbangun setiap dua hingga tiga jam sekali untuk menyusu. Sehingga,
untuk mengejar waktu istirahat, tidurlah saat bayi Anda sedang tidur.

2. Jangan ragu minta bantuan orang-orang terdekat


Menjadi ibu baru bukanlah hal yang mudah. Sehingga, jangan ragu untuk
meminta bantuan pada orang sekitar untuk membantu proses perawatan
setelah melahirkan.Termasuk mengerjakan hal-hal lain seperti membersihkan
rumah, memasak, atau berbelanja kebutuhan sehari-hari. Sementara Anda,
fokuskan energi untuk merawat Si Kecil yang baru lahir. 

3. Konsumsi makanan sehat


Mengonsumsi makanan yang sehat dapat membantu mempercepat proses
pemulihan. Karena itu, untuk sementara, hindari makanan tidak sehat seperti
makanan cepat saji atau makanan kemasan yang mengandung banyak gula
dan garam.Konsumsilah makanan yang lebih sehat seperti biji-bijian, sayur
dan buah, serta protein. Anda juga perlu menambah asupan cairan dengan
banyak mengonsumsi air putih, terutama jika menyusui.

4. Mulai berolahraga
Tentu, olahraga yang dapat dilakukan oleh ibu yang baru melahirkan bukanlah
olahraga berat, seperti latihan kardio. Jika dokter sudah mengizinkan Anda
untuk mulai beraktivitas fisik, lakukanlah latihan ringan seperti berjalan di area
sekitar rumah.Melihat pemandangan sekitar setelah beberapa lama hanya
berada di dalam rumah, dapat membuat Anda lebih segar dan berenergi.

5. Hindari hubungan intim sementara waktu


Pasca melahirkan, sebaiknya Anda menghindari hubungan intim sementara
waktu untuk mencegah terjadinya infeksi.Umumnya, penyedia layanan
kesehatan Anda juga akan memberi tahu bahwa hubungan intim dapat
dilakukan kembali setelah area perineum Anda telah sembuh (atau bekas luka
perut akibat persalinan sesar telah sembuh), dan ketika pendarahan pasca
persalinan sudah menghilang.

6. Buat janji temu dengan dokter kandungan


Penyedia layanan kesehatan Anda umumnya akan menjadwalkan kunjungan
tindak lanjut dalam waktu 4 hingga 6 minggu setelah melahirkan.Beberapa
penyedia layanan kesehatan mungkin menyarankan Anda untuk melakukan
kunjungan lebih cepat, seperti 2 minggu setelah melahirkan.Baca
juga: Beragam Tanda Bahaya Masa Nifas yang Wajib Diwaspadai Para Ibu
Baru
Perawatan pascamelahirkan normal

Perawatan pasca melahirkan termasuk juga mengatasi nyeri pada vagina

Melahirkan secara normal melalui vagina akan menyebabkan ibu mengalami


perubahan pada tubuh. Setiap perubahan yang terjadi, memerlukan
perawatan yang berbeda. Berikut ini, tips untuk perawatan pasca melahirkan
yang dapat Anda coba.

1. Perawatan untuk nyeri pada vagina


Saat proses persalinan, lapisan perineum yang terdapat di antara vagina dan
rektum, bisa melebar dan sobek, sehingga menyebabkan nyeri pada
vagina.Nyeri yang timbul juga akan lebih parah apabila saat proses persalinan,
dokter perlu melakukan episiotomi atau pengguntingan pada perineum untuk
memperlebar jalur keluar bayi.Untuk meredakakan nyeri pasca melahirkan,
beberapa langkah ini bisa Anda lakukan:

 Kompres area tersebut dengan kompres dingin


 Jangan duduk di kursi yang keras, selalu alasi tempat duduk dengan
bantal
 Bersihkan vagina dengan air hangat setelah buang air kecil
 Sesudah buang air besar, tekan area luka dengan kain bersih lalu baru
bersihkan area sekitar dengan air dan usap dengan tisu dari arah depan
ke belakang.
2. Perawatan untuk perdarahan
Setelah melahirkan, adalah hal yang normal apabila masih terjadi sedikit
perdarahan. Perdarahan setelah melahirkan dapat terjadi selama beberapa
minggu dengan volume paling banyak dan pekat, pada beberapa hari
pertama setelah persalinan.Lama-kelamaan, cairan yang keluar dari vagina
tidak lagi tampak seperti darah, melainkan menyerupai cairan keputihan.
Meski begitu, jika darah yang keluar sangat banyak, dan membuat pembalut
yang Anda gunakan penuh hanya dalam waktu setengah jam,
sebaiknya segera hubungi dokter.Perawatan dokter juga mungkin dibutuhkan
apabila perdarahan yang terjadi, disertai dengan nyeri pinggang, demam, dan
nyer tekan pada rahim.

3. Perawatan untuk kontraksi


Anda juga masih bisa merasakan kontraksi beberapa hari setelah persalinan.
Kontraksi yang terjadi akan terasa seperti kram saat menstruasi. Kondisi ini
juga dapat terjadi ketika menyusui. Untuk mengatasinya, dokter biasanya akan
memberikan obat pereda nyeri.

4. Perawatan untuk gangguan buang air kecil


Persalinan secara vaginal juga akan membuat kandung kemih Anda melebar
dan menyebabkan kerusakan saraf dan otot, untuk sementara waktu. Kondisi
ini menyulitkan untuk buang air kecil, meski Anda sudah merasa kebelet. Saat
buang air kecil pun, akan muncul sedikit rasa nyeri.Untuk mengatasinya,
siramkan air ke area genital saat duduk di toilet untuk membantu mengurangi
rasa nyeri.Selain itu, proses persalinan juga dapat memicu keluarnya urine
Anda kerap keluar dengan tidak sengaja meski dalam jumlah yang sedikit.
Senam kegel bisa membantu mempercepat emulihan untuk kondisi ini.

5. Perawatan untuk payudara


Pembengkakan pada payudara adalah kondisi yang sering terjadi pada ibu
menyusui. Untuk mengurangi rasa nyeri pada payudara akibat pembengkakan
ini, menyusui atau memompa ASI menjadi solusi yang paling efektif.Anda juga
dapat mengompres payudara menggunakan kompres dingin saat sedang
tidak menyusui.Apabila Anda tidak menyusui, gunakan bra yang ketat dan
hindari meraba payudara. Sebab, meraba payudara dapat merangsangnya
untuk memproduksi lebih banyak ASI.

6. Perawatan untuk rambut dan kulit


Setelah persalinan, rambut Anda akan mengalami kerontokan, hingga lima
bulan lamanya. Stretch mark yang ada di kulit juga tidak akan langsung hilang,
tapi akan memudar dari berwarna kemerahan menjadi putih keperakan.
Bercak hitam di kulit yang muncul saat hamil juga berangsur memudar.

7. Menstabilkan emosi
Bagi ibu yang mengalami sindrom baby blues atau depresi postpartum,
dukungan dari suami, teman, dan keluarga sangatlah berarti. Selain itu, jangan
ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog maupun psikiater jika kondisi ini
tidak juga reda.Baca juga: Waspadai, Ini Penyakit Setelah Melahirkan
Normal yang Mungkin Terjadi

Berapa lama pemulihan ibu melahirkan normal?


Lama pemulihan ibu melahirkan normal tentu berbeda-beda. Namun,
umumnya waktu pemulihan pascamelahirkan normal adalah 2-6 minggu.
Dalam fase pemulihan tersebut, tubuh akan mengeluarkan darah dan sisa-sisa
jaringan ekstra dari rahim.Jahitan atau kerobekan pada vagina juga akan
berangsur pulih selama minggu pertama. Meski bisa cepat pulih, memasuki
minggu ke-6, Anda masih tetap perlu memeriksakan diri untuk memastikan
tubuh tetap sehat dan pulih maksimal.

Kapan rahim kembali normal setelah melahirkan normal?


Proses pemulihan rahim dapat berlangsung selama beberapa bulan dan
dimulai tepat setelah bayi dilahirkan.Pada kira-kira sebulan setelah melahirkan
normal, posisi dan ukuran rahim umumnya sudah kembali seperti semula,
yaitu di dalam panggul dan berukuran sekepalan tangan.Meski demikian,
ukuran rahim akan kembali seperti sedia kala setelah 6 minggu
pascapersalinan.Baca juga: Ingin Berhubungan Seks Setelah Melahirkan?
Ini Hal yang Harus Diperhatikan
Perawatan setelah melahirkan caesar
Sementara itu, sebagai perawatan ibu setelah melahirkan dengan operasi
caesar, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mempercepat
proses persalinan.

1. Pencegahan gumpalan darah


Salah satu risiko terbesar dari persalinan melalui operasi Caesar adalah
terbentuknya gumpalan darah di kaki.Untuk mencegahnya, dokter dapat
memberikan alat kompresi khusus yang akan membuat aliran darah di tubuh
tetap lancar. Selain itu, Ibu juga disarankan untuk mulai banyak bergerak.

2. Perawatan untuk kram pasca persalinan


Pada 24 jam pertama pascaoperasi, rasa nyeri umumnya akan muncul di lokasi
operasi. Selain nyeri, rasa kram di perut juga dapat terjadi akibat rahim yang
menyusut selepas persalinan. Untuk mengatasinya, dokter dapat meresepkan
obat pereda nyeri.

3. Pencegahan infeksi pada luka operasi


Perawatan setelah melahirkan caesar lainnya adalah memperhatikan luka
operasi. Setelah proses persalinan selesai, ada satu hal yang perlu diwaspadai,
yaitu tanda-tanda infeksi pada luka bekas operasi.Untuk mencegah terjadinya
infeksi, Anda perlu menjaga kebersihan luka bekas operasi dan mewaspadai
tanda infeksi, seperti demam, pembengkakan, dan nyeri. Segera berkonsultasi
dengan dokter apabila gejala infeksi mulai muncul.

4. Risiko pada minggu pertama pasca persalinan


Minggu pertama pasca operasi Caesar, merupakan waktu paling berisiko
terhadap perdarahan. Untuk mencegahnya, Anda perlu membatasi aktivitas
fisik hingga 6-8 minggu setelah melahirkan.

5. Kondisi mental pasca persalinan

Dikutip dari Cleveland Clinic, baik pada ibu yang melahirkan secara vaginal
maupun Caesar, kondisi mental sangatlah penting untuk diperhatikan. Apabila
ada perkataan kerabat atau teman yang dirasa menyinggung, bicarakan pada
suami atau orangtua, untuk mengurangi beban pikiran.Jangan ragu untuk
berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater, untuk mengetahui lebih rinci
cara menghadapi masa-masa awal menjadi seorang ibu, dari sisi kesiapan
mental.
Perawatan Diri Pasca Melahirkan
Sempatkan waktu untuk beristirahat

Selamat ya, Ma. Proses yang sudah Mama lalui—mulai dari mengandung hingga melahirkan si Kecil—
pastinya bukanlah hal yang mudah. Tapi Mama berhasil melewati segala rintangan dan halangan, baik fisik
maupun psikis, hingga akhirnya si Kecil lahir dan berada di tengah-tengah kalian. 

Tentu perjuangan Mama tidak selesai sampai di sana. Kini Mama perlu menjaga dan merawat si Kecil yang
tengah beradaptasi dengan dunia barunya. Mama bisa jadi lebih sibuk untuk memenuhi kebutuhan si Kecil
sehingga lupa untuk merawat diri Mama sendiri. Padahal, salah satu cara terbaik dalam merawat si Kecil
adalah dengan memperhatikan dan merawat diri setelah melahirkan, loh.

Kenali perubahan emosi Mama pasca melahirkan

Memiliki waktu yang cukup untuk beristirahat pasca melahirkan si Kecil merupakan hal yang penting, karena
di masa tersebut Mama rentan merasa lelah. Jika tidak dijaga dengan baik, fisik yang terlalu lelah akan
memengaruhi emosi Mama sehingga berisiko memicu gangguan emosi pasca melahirkan, seperti di bawah ini:

Baby blues

Mama dapat merasakan perubahan emosi mendadak dalam beberapa hari setelah melahirkan si Kecil. Kondisi
yang dikenal dengan sebutan baby blues ini merupakan reaksi alami tubuh setelah mengalami peristiwa
penting dalam hidup dan bisa dialami Mama pasca melahirkan karena terjadi penurunan kadar hormon
oksitoksin atau hormon bahagia dalam tubuh, sehingga Mama dapat tiba-tiba merasa sedih tanpa sebab. Untuk
mengatasi baby blues, Mama hanya perlu pengertian dan support dari orang-orang terdekat baik Papa, keluarga
di rumah maupun teman-teman Mama. Jika baby blues tak kunjung membaik dalam beberapa hari, jangan
segan untuk berkonsultasi dengan dokter Mama, ya.

Depresi pasca-melahirkan

Depresi pasca melahirkan atau PND (postnatal depression) merupakan gangguan emosi yang bisa menyerang
1 dari 10 Mama di dunia. Biasanya kondisi ini terjadi beberapa bulan setelah proses melahirkan, yang dapat
dipicu oleh rasa trauma saat melahirkan, kurang tidur ataupun rasa kelelahan Mama dalam mengemban
tanggung jawab atau tugas baru sebagai seorang ibu. Gejala yang dapat dirasakan berbeda-beda pada tiap
Mama, tapi umumnya, Mama dapat merasakan perasaan cemas atau panik yang datang tiba-tiba, merasa tidak
percaya diri, atau merasa hampa. 

Untuk mengatasi depresi pasca melahirkan, Mama dapat melakukan talking therapy, yakni salah satu jenis
psikoterapi di mana Mama dapat membicarakan hal yang Mama rasakan dan pikirkan pada psikolog ataupun
orang yang Mama percaya. Jika gejala depresi tidak mereda, hubungi dokter untuk mendapat pengobatan lebih
lanjut ya, Ma. 

Perubahan fisik Mama pasca melahirkan

Meskipun proses melahirkan si Kecil dapat berlangsung cepat dan tanpa kendala, tubuh Mama tidak bisa serta
merta kembali ke bentuk semula seperti sebelum hamil. Bahkan, setelah melahirkan si Kecil Mama akan
mendapati rasa nyeri, sakit dan beberapa memar di beberapa bagian tubuh yang akan terus ada selama
beberapa minggu, bahkan beberapa bulan lamanya. Agar Mama dapat pulih dengan cepat, jangan lupa untuk
menjaga waktu istirahat dan tidur Mama, ya.

 Memar
Memar bisa muncul di area tubuh bekas suntikan epidural diberikan atau pada bagian di mana selang kanul dipasang.
 Kram di perut
Mama bisa merasakan kram di bagian rahim karena otot rahim akan mengencang dan kembali ke kondisi saat sebelum
masa kehamilan.

 Payudara terasa lunak


Di masa menyusui, payudara Mama bisa saja terasa lunak sebagai tanda bahwa tubuh Mama sedang melakukan
penyesuaian terhadap kebutuhan ASI si Kecil.

 Pendarahan
Apapun jenis persalinannya, Mama dapat mengalami pendarahan setelah melahirkan. Sisa darah pasca persalinan ini
dapat keluar selama 2-6 minggu dengan kadar darah yang berangsur-angsur menipis. Namun jika pendarahan justru
semakin banyak, segera hubungi dokter Mama, ya.

 Rasa gatal
Mama yang pada saat persalinan mendapat suntik anestesi dapat merasakan gatal selama beberapa hari. Gatal ini juga
bisa dirasakan Mama sebagai efek samping penggunaan obat pereda nyeri dalam epidural.

 Nyeri di bagian perineum


Mama juga bisa merasakan sakit saat duduk karena nyeri di bagian perineum (area kulit di antara liang vagina dan
anus). Hubungi dokter Mama jika rasa nyeri tersebut sudah tak tertahankan.

 Nyeri pasca Caesar


Jika Mama melakukan operasi Caesar, Mama dapat merasakan nyeri di luka bekas sayatan. Jangan mengangkat benda
besar yang beratnya melebihi si Kecil setidaknya selama enam minggu ke depan ya, Ma.

Obat Injeksi Mandiri

Dalam waktu tujuh hari pasca melahirkan, dokter dapat memberikan Mama resep obat injeksi antikoagulan
untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah di tubuh. Obat injeksi ini dapat Mama suntikkan sendiri di
rumah: dokter akan memberikan dosis obat injeksi yang sesuai untuk sekali suntik, lengkap dengan pena suntik
(injection pen) beserta instruksi penggunaannya.

Bersiap untuk kembali beraktivitas 

Masa pemulihan setelah melahirkan si Kecil sangat bergantung pada jenis persalinan Mama dan juga istirahat
yang Mama dapatkan. Nah, sebelum Mama mulai bergerak dan beraktivitas kembali, perhatikan hal-hal
berikut ini ya, Ma!

 Seringlah beristirahat dan minum air, regangkan kaki atau lakukan sit up di tempat tidur jika Mama sanggup.
 Jika Mama ingin bangun dari tempat tidur, mintalah bantuan dari Papa atau perawat.
 Cobalah untuk buang air.
 Duduklah di tepi tempat tidur untuk memulihkan otot dasar panggul Mama. Berhati-hatilah dalam bergerak jika Mama
punya jahitan setelah melahirkan.
 Regangkan tangan atau putar bahu Mama untuk meredakan pegal setelah menggendong atau menyusui si Kecil.

Previous
Next

 1
 2
Beraktivitas dengan perlahan

Setelah beberapa hari, Mama dapat meningkatkan frekuensi maupun intensitas gerak otot dasar panggul
dengan cara berjalan-jalan di sekitar rumah. Tidak perlu jauh-jauh ya, Ma, cukup di sekitar rumah saja agar
Mama juga dapat menghirup udara segar. Jangan lupa, konsumsi makanan berprotein seperti daging, ikan,
kacang-kacangan dan produk susu untuk mempercepat proses pemulihan. Minum dua liter air putih setiap hari
dan buang airlah setiap dua-tiga jam ya, Ma.

Kapan Mama dapat berolahraga kembali?

Waktu tercepat bagi Mama untuk dapat berolahraga kembali adalah pada 6 atau 8 minggu setelah waktu
persalinan. Namun, jangan memaksakan untuk berolahraga jika tubuh Mama belum siap, ya. Berkonsultasilah
lebih dulu dengan dokter Mama sebelum Mama memutuskan untuk berlari atau senam pagi.

Baca Juga :Panduan untuk Mempersiapkan Perlengkapan Melahirkan

Kembali ke Rumah setelah Melahirkan


Mengecek kesehatan Mama sebelum pulang ke rumah

Sebelum Mama dan si Kecil keluar dari rumah sakit dan kembali ke rumah, dokter akan melakukan
pemeriksaan kesehatan si Kecil secara menyeluruh, termasuk pemeriksaan heel prick (pemeriksaan kesehatan
dengan cara mengambil sampel darah melalui tumit). Selain si Kecil, kesehatan Mama pun akan diperiksa.
Pemeriksaan pasca persalinan

Setelah melahirkan, Mama harus kembali ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan pasca persalinan. Pada
sesi yang biasanya dilakukan di usia 6-8 minggu setelah persalinan tersebut, dokter akan memeriksa kesehatan
Mama dan juga perkembangan si Kecil. Jangan sungkan juga untuk berkonsultasi terkait kondisi emosional
Mama, ya, karena kesehatan psikis Mama juga tidak kalah pentingnya dari kesehatan fisik.

Menerima tamu pasca kelahiran si Kecil

Setelah tahu si Kecil sudah lahir, keluarga dan teman-teman Mama tentu turut berbahagia dan ingin
mengunjungi si Kecil. Namun, jangan sampai kelelahan saat menerima tamu ya, Ma. Jika Mama sudah merasa
terlalu lelah dan ingin beristirahat, tidak ada salahnya untuk menolak kedatangan tamu untuk sementara.
Ingatlah bahwa Mama juga memiliki prioritas untuk bonding dengan si Kecil dan beristirahat agar segera
pulih.

Mencari bantuan

Di masa pemulihan yang sekaligus jadi masa menyusui si Kecil, jangan sampai Mama kelelahan hingga jatuh
sakit, ya. Jangan ragu untuk meminta bantuan Papa, keluarga atau orang lain untuk melakukan beberapa
pekerjaan rumah seperti mencuci, memasak, belanja bulanan, atau menggendong si Kecil saat Mama harus
mandi dan beristirahat.

Pentingnya memiliki Me Time

Mama, waktu yang Mama miliki bersama si Kecil yang baru lahir akan berlalu dengan cepat. Jadi, nikmatilah
momen-momen spesial Mama berdua dengan si Kecil di masa menyusui ini dengan baik. Selain itu,
manfaatkan waktu ini untuk Mama beristirahat. Tak perlu merasa bersalah jika Mama hanya bersantai sambil
menjaga si Kecil seharian. 

Jika Mama ingin memasak atau melakukan aktivitas lain tanpa meninggalkan si Kecil, gunakan kain gendong
agar si Kecil tetap dapat terlelap di pelukan Mama. Selain si Kecil yang tetap nyaman dan aman, Mama pun
akan merasa tenang.

Saat Mama merasa lelah, Mama bisa memanfaatkan waktu tidur si Kecil untuk ikut bersantai. Atau mintalah
Papa untuk bergantian menjaga si Kecil agar Mama bisa me time; entah untuk mandi, tidur siang, atau sekedar
berjalan-jalan di sekitar rumah.

Masa menyusui juga tak kalah penting dari masa kehamilan Ma, yang berarti Mama harus menjaga asupan
nutrisi Mama. Konsumsilah makanan sehat dan bergizi seimbang setiap harinya. Hal itu tidak hanya
bermanfaat untuk mempercepat proses pemulihan Mama, tapi juga bermanfaat agar ASI yang Mama berikan
untuk si Kecil selalu bernutrisi.

Langkah selanjutnya

 Sebelum berangkat ke rumah sakit, siapkan makanan sehat yang dapat Mama simpan di kulkas seperti saus pasta atau
sup agar saat Mama kembali ke rumah, makanan tersebut bisa disiapkan dengan mudah.
 Mintalah ‘kado’ unik dari teman dan keluarga Mama, berupa bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau
memasakk masakan rumah yang lezat untuk Mama dan Papa.
 Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Mama merasa lelah atau sedih tanpa sebab.
 Jangan memaksakan diri Mama saat beraktivitas.
Sesekali, pergilah makan siang atau makan malam di restoran bersama Papa dan si Kecil (selagi ia masih di
usia dengan waktu tidur yang panjang). Pilih restoran dengan suasana tenang, nyaman, juga baby friendly ya,
Ma. 
Berbagai Manfaat Berhubungan Intim di Usia Lanjut

Selain menjadikan ikatan pasangan lebih kuat, berhubungan intim di usia lanjut juga
memberikan berbagai manfaat untuk kesehatan tubuh. Studi menunjukkan bahwa
pasangan lanjut usia yang masih melakukan hubungan intim memiliki risiko untuk
terserang penyakit jantung koroner yang lebih kecil dibandingkan dengan pasangan
yang tidak lagi berhubungan intim.

Tak hanya kesehatan fisik, masih melakukan hubungan intim meski usia tak lagi muda
juga baik untuk kesehatan mental pasangan. Terbukti, berhubungan intim di usia
lanjut mampu menurunkan kadar stres dan depresi pasangan, sekaligus meningkatkan
rasa percaya diri masing-masing.

Kualitas adalah yang Terpenting dalam Hubungan Seks pada Lansia

Tentunya, berhubungan intim di usia muda dan bagi para lansia berbeda. Jika di usia
muda, kenikmatan hubungan intim didasarkan pada kuantitas atau sesering apa seks
dilakukan, tapi tidak untuk para lansia. Di usia yang sudah terbilang senja, stamina
pastinya tak lagi sempurna. Maka, kualitas lah yang menjadi penentu kenikmatannya.

Pasalnya, sering melakukan hubungan intim di usia yang tak lagi muda justru akan
menimbulkan dampak yang tidak baik bagi masing-masing. Pun dalam studi yang telah
dilakukan oleh para peneliti asal Michigan State University dikatakan bahwa kualitas
dalam berhubungan intim begitu diperlukan untuk membantu pengelolaan emosi serta
meningkatkan kepercayaan diri.

Berhubungan Intim di Usia Lanjut, Berbahaya atau Tidak?

Jawabannya adalah tidak, selama dilakukan dalam cara dan frekuensi yang tepat, serta
tidak berlebihan. Pada dasarnya, hubungan intim bagi lansia memang bermanfaat
untuk menurunkan risiko terserang penyakit jantung koroner. Namun, sekali lagi, itu
hanya didapatkan jika pasangan berhubungan intim pada frekuensi yang benar.

Pasangan perlu tahu, frekuensi berhubungan intim yang dianjurkan untuk usia lanjut


adalah maksimal dua kali dalam satu minggu. Tidak lebih, karena terlalu sering
melakukan hubungan seks justru akan meningkatkan risiko pasangan akan penyakit
jantung koroner. Mengapa demikian?

Seiring usia yang terus bertambah, stamina pria tentu akan mengalami penurunan,
membuatnya akan lebih sulit untuk mencapai puncak kenikmatan. Demi bisa
mendapatkan kepuasan dalam berhubungan intim, tak jarang laki-laki akan
mengonsumsi suplemen atau obat kuat. Konsumsi suplemen dan obat kuat dalam
jumlah yang berlebihan akibat terlalu sering berhubungan intim inilah yang memicu
munculnya dampak negatif pada tubuh.

Sebenarnya, berhubungan intim di usia lanjut memang perlu dilakukan, demi


mendukung kesehatan fisik dan mental pasangan. Nyatanya, studi pun menunjukkan
bahwa kualitas hubungan intim lansia jauh lebih baik ketimbang pada usia muda,
karena sekali lagi, pasangan muda hanya mengincar kuantitas atau frekuensi, bukan
kualitas.

Mengonsumsi suplemen atau obat kuat ketika berhubungan intim agar stamina tetap
terjaga memang tidak salah, selama jumlahnya tidak melebihi dosis yang dianjurkan.
Oleh karena itu, ada baiknya jika bertanya terlebih dahulu langsung pada dokter ahli
melalui aplikasi Halodoc. Aplikasi ini bisa di-donwload langsung melalui App Store atau
Play Store. Selain bertanya pada dokter, Halodoc juga bisa digunakan untuk membeli
obat, vitamin, atau melakukan cek lab rutin tanpa perlu keluar rumah.

Baca juga:

 4 Olahraga untuk Lansia Guna Memaksimalkan Vitalitas Hubungan Intim


 5 Alasan Mengapa Lansia Tetap Harus Berhubungan Intim
 Wah, Hubungan Intim Ternyata Bisa Tingkatkan Kemampuan Otak
Melakukan hubungan seksual adalah cara bagi pasangan suami istri untuk
menjaga keharmonisan rumah tangga. Tidak hanya mendapatkan
kebahagiaan untuk masing-masing individu, seks juga dapat mempererat
ikatan antar-keduanya. Namun, bagaimana jika sepasang suami istri tersebut
sudah memasuki usia tua alias lanjut usia? Wajar dan perlukah melakukan
hubungan seks? Adakah manfaat dan risiko yang timbul jika melakukan
hubungan seksual usia tua?
Hubungan seksual juga perlu pada usia tua

Sebagian besar masyarakat menganggap bahwa hubungan seksual sudah


tidak perlu lagi ketika seseorang memasuki usia lanjut. Padahal, pandangan
tersebut tidaklah benar.
Faktanya, kebutuhan akan keintiman, termasuk seks, tidak akan pernah lekang
oleh waktu. Berapapun usianya dan apapun jenis kelaminnya, hubungan
seksual tetap bisa, perlu, dan wajar. Namun, tentu saja, seks pada usia muda
dan tua bisa berbeda.

Dari sisi positif, orang yang berusia lanjut sudah lebih bijaksana dan
mengetahui apa yang terbaik untuk dirinya, termasuk dalam kehidupan seks.
Anak-anak dari para lansia pun rata-rata sudah besar dan mungkin telah
hidup masing-masing, sehingga pasangan usia tua dapat menikmati
hubungan seksual tanpa ada gangguan.

Namun, sisi negatif yang mungkin terjadi adalah faktor penuaan dan
perubahan tubuh pada lansia kerap membuatnya tidak nyaman untuk
melakukan seks. Beberapa dari lansia mungkin merasa malu berhubungan
seks karena tubuhnya yang menua atau kemampuan dan gairahnya yang
menurun. Adapun sebagian lainnya mungkin khawatir seks akan memengaruhi
penyakit lansia.
Manfaat dan risiko hubungan seksual bagi pasangan usia tua
Ingin Tetap Aktif di Masa Senja?

Ikuti newsletter kami untuk mendapatkan berbagai informasi seputar sehat di


hari tua

Saya Menerima Kebijakan Privasi dan Data

Daftar

Tidak hanya wajar, nyatanya, hubungan seksual juga bisa memberikan


sejumlah manfaat pada orang lanjut usia. Beberapa manfaat yang bisa
diperoleh lansia jika melakukan hubungan seks, antara lain:

 menjaga kesehatan lansia, karena berhubungan seks dapat membakar kalori,


 meningkatkan kesehatan mental serta mencegah gangguan mental pada
lansia,
 memperpanjang usia,
 meningkatkan kualitas tidur,
 membuat awet muda,
 serta memperkuat hubungan dengan pasangan.
Meski demikian, seks pada usia tua juga bisa menimbulkan risiko yang umum
bila tidak hati-hati. National institute on Aging menyebut, berusia tua tidak
mengurangi kemungkinan seseorang untuk terkena penyakit seksual menular.
Ini termasuk sifilis, klamidia, herpes genital, gonore, kutil kelamin, dan
trikomoniasis. Selain itu, risiko HIV/AIDS juga mungkin muncul bila melakukan
hubungan seks tanpa kondom atau kerap berganti pasangan.
Penyakit jantung dan seks pada usia tua

Selain secara umum, melakukan hubungan seksual usia tua juga bisa memberi
manfaat dan risiko yang berkaitan dengan jantung. Studi yagn dimuat Journal
of Health and Social Behaviour pada 2016 menemukan fakta bahwa penyakit
jantung dan seks saling berhubungan.
Temuan pada studi tersebut menguatkan bahwa hubungan seksual yang
berkualitas pada lansia wanita dapat menurunkan tekanan darah dan risiko
penyakit jantung. Hal ini disebabkan karena dukungan emosi wanita dari
hubungan seksual, sehingga membuatnya terhindar dari stres.
Namun sayangnya, pria tua yang melakukan seks lebih dari satu kali dalam
seminggu justru lebih berisiko terkena penyakit jantung pada masa
mendatang. Para peneliti menilai, risiko ini bisa terjadi karena pria tua kerap
menggunakan obat kuat kimia atau obat kuat alami untuk meningkatkan
performa seksnya.
Tak bisa dipungkiri, kemampuan seksual pria memang cenderung menurun
seiring dengan bertambahnya usia. Pria berusia lanjut lebih sulit untuk
mencapai ‘klimaks’ saat seks karena alasan medis atau kondisi mentalnya
ketimbang yang berusia muda.
Selain itu, pria usia tua juga berupaya untuk mencapai orgasme, sehingga
seringkali merasa stres hingga kelelahan. Adapun hal tersebut dapat
memengaruhi kerja jantungnya.
Hal yang harus diperhatikan untuk melakukan hubungan seksual usia tua

Meski wajar dan bermanfaat, melakukan hubungan seksual untuk yang


berusia lanjut perlu dilakukan secara hati-hati dan aman guna mengurangi
risiko yang mungkin muncul. Selain menggunakan kondom dan tidak berganti
pasangan, mengurangi frekuensi berhubungan intim juga mungkin perlu
dilakukan.
Melansir dari penelitian, hubungan seksual dengan kualitas yang baik justru
bisa membuat pria dan wanita lansia terhindar dari risiko penyakit jantung.
Penelitian menguatkan fakta bahwa kualitas hubungan seksual usia tua
penting untuk membangun dukungan emosi dan meningkatkan kepercayaan
diri dari kedua pasangan. Adapun pengelolaan emosi yang baik adalah salah
satu cara untuk mencegah terjadinya penyakit jantung.
Selain itu, Anda dan pasangan pun perlu saling memahami perubahan yang
Anda berdua alami. Jangan sungkan untuk membicarakan apa yang Anda dan
pasangan inginkan untuk mendapat hubungan seksual yang berkualitas.

Pastikan pula tubuh Anda dan pasangan sehat dan dalam kondisi prima. Bila
memiliki masalah kesehatan yang memengaruhi kehidupan seks, jangan
sungkan untuk bicara dengan dokter. Dokter mungkin akan menyarankan
pengobatan atau penanganan yang terbaik.

Selain itu, Anda juga bisa mencoba berbagai tips berhubungan seks usia tua
agar lebih mendapat manfaatnya, seperti menggunakan pelumas bila
mengalami vagina kering dan sebagainya.
Seiring dengan bertambahnya usia, kegiatan seks tidak lagi sama seperti saat
Anda masih muda. Ada banyak perubahan yang terjadi, baik secara fisik
maupun mental. Namun, hal itu tidak menghalangi Anda dan pasangan untuk
dapat menikmati kepuasan seperti saat muda dulu. Banyak orang lanjut usia
(lansia) yang terus bisa menikmati kehidupan seksual mereka hingga usia 80-
an bahkan seterusnya. Melakukan seks saat tua dapat menjaga keintiman
Anda dengan pasangan.

Apa perubahan yang terjadi saat pria bertambah tua?

Seiring dengan bertambahnya usia, kadar testosteron akan menurun dan


perubahan fungsi seksual biasanya terjadi. Gaya hidup yang tidak sehat juga
bisa menyumbang perubahan seksual terkait usia. Perubahan ini bisa
menunjukkan ciri-cirinya secara perlahan atau bahkan datang begitu saja
dengan mengejutkan. Perubahan fisik yang dilansir dari situs kesehatan Mayo
Clinic antara lain:
 Orgasme menjadi lebih singkat.
 Ejakulasi kurang kuat dan air mani menjadi lebih sedikit.
 Butuh waktu lebih lama untuk mencapai ereksi.
 Kesulitan mempertahankan ereksi.
Anda mungkin merasa sedikit cemas tentang perubahan ini, tapi ingat
perubahan ini bukanlah akhir dari kenikmatan seks. Beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi pada tubuh dapat membantu Anda mempertahankan
kehidupan seks saat tua agar tetap sehat dan memuaskan.

Tips berhubungan seks bagi pria berumur

Seks dan keintiman menjadi bagian berharga dari hidup Anda. Salah satu cara
mencapai keintiman ini ialah dengan berhubungan seks. Melakukan seks saat
tua akan tetap menyenangkan asalkan Anda tahu cara menyiasatinya. Jangan
takut akan perubahan pada diri Anda. Berikut ini beberapa tips untuk menjaga
kehidupan seks Anda agar tetap sehat dan menyenangkan di usia senja:
1. Berbicara dari hati ke hati pada pasangan

Seks yang baik bergantung pada komunikasi yang terbuka dari pasangan
Anda. Seiring bertambahnya usia Anda dan pasangan, maka segalanya akan
berubah, termasuk kehidupan seksual. Perubahan ini tentu membutuhkan
pengertian serta kesabaran dari kedua belah pihak.

Dengan menjaga komunikasi dengan berbicara secara terbuka dan dari hati ke
hati, maka keintiman pun agar tetap terjaga dengan baik. Dengan begitu Anda
dan pasangan akan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi
tanpa perdebatan yang dapat memicu konflik.

2. Jaga kondisi kesehatan dan menerapkan gaya hidup sehat

Kondisi kesehatan seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, penyakit


jantung, dan penyakit kronis tertentu dapat membuat Anda dan pasangan
sulit mendapatkan kehidupan seks yang sehat. Dengan melakukan gaya hidup
sehat, Anda secara otomatis mengurangi dampak negatif yang mungkin
terjadi pada kehidupan seks Anda.

Menghindari alkohol dan rokok bisa menjadi salah satu cara terbaik untuk
menjaga kesehatan tubuh yang akan berdampak pada kehidupan seks Anda.
Alkohol dan rokok dapat dapat menghalangi kemampuan seseorang untuk
mencapai ereksi. Kedua zat ini mengubah aliran darah di tubuh Anda dan bisa
membatasi jumlah darah yang masuk ke penis. Hal inilah yang menyebabkan
ketidakmampuan pria untuk mengalami ereksi, sulit mempertahankan ereksi
atau ereksi yang tidak sekuat biasanya.

Selain itu, penting bagi Anda untuk mengonsumsi makanan sehat dan
menjaga berat tubuh agar tidak terjadi obesitas. Kelebihan berat badan
membuat tekanan pada tubuh Anda yang dapat menyebabkan berbagai
masalah kesehatan yang pada akhirnya mengganggu kehidupan seks normal.
Dengan mengonsumsi makanan sehat dan menurunkan kelebihan berat
badan Anda bisa mencegah masalah seksual.
3. Bereksperimen dengan waktu dan posisi seks

Terkadang, mengubah waktu dan posisi seks bisa meringankan masalah


seksual. Anda bisa menyesuaikan hal ini dengan kondisi kesehatan Anda. Coba
perhatikan, apakah masalah kesehatan Anda berkurang pada pagi atau malam
hari? Maka Anda dan pasangan dapat berhubungan intim ketika rasa sakit di
tubuh Anda tidak sedang kambuh.

Berganti posisi seksual juga bisa membantu mengurangi rasa sakit ketika
berhubungan seksual, terutama yang berhubungan dengan radang sendi.
Sehingga, melakukan seks saat tua tetap terasa menyenangkan.
4. Usahakan untuk tetap aktif secara seksual

Intensitas seks yang rutin bisa meningkatkan performa seksual Anda. Bahkan
membantu Anda untuk hidup lebih lama. Mengurangi seks atau bahkan tidak
melakukan seks sama sekali dalam jangka waktu yang lama akan membuat
Anda lebih sulit secara seksual nantinya. Untuk itu, jangan biarkan perubahan
fisik dan hormon menghalangi Anda dan pasangan untuk melakukan seks.

5. Kelola emosi Anda dalam menghadapi perubahan fungsi seksual

Seiring bertambahnya usia, Anda pasti mengalami perubahan tertentu dalam


fungsi seksual. Bila terjadi perubahan ini, jangan panik. Sebaliknya, anggap
mereka sebagai masalah yang harus dipecahkan. Jika Anda bereaksi secara
emosional terhadap masalah ini, Anda bisa memperburuknya.

6. Melakukan seks dengan aman

Semua orang yang aktif secara seksual harus memerhatikan cara seks mereka,
apakah dilakukan dengan aman atau tidak. Penyakit menular seksual dan HIV
meningkat pada orang dewasa yang lebih tua. Anda tidak bisa berasumsi
bahwa hubungan seks Anda dan pasangan bebas risiko hanya karena Anda
dan pasangan Anda menjadi semakin tua.

Sebenarnya, seiring bertambahnya usia pasangan seksual Anda, maka riwayat


seksualnya pun menjadi lebih banyak. Untuk itu, tetap lakukan seks yang
aman agar Anda dan pasagan terhindar dari risiko penyakit menular seksual.

Tanamkan dalam pikiran bahwa seiring bertambahnya usia, wajar jika banyak
terjadi perubahan kemampuan dan kebutuhan seksual Anda dan pasangan.
Anda tetap perlu terbuka untuk menemukan cara baru menikmati seks saat
tua.
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tips Berhubungan Seks di Usia Tua
   

Semakin tua usia kita, frekuensi bercinta jadi menurun. Agar kehidupan seksual
tetap on fire di usia yang tidak muda lagi, coba beberapa tips di bawah ini.
Seberapa sering pasangan suami istri melakukan hubungan seksual tentu dipengaruhi
oleh berbagai faktor, salah satunya adalah usia. Tidak hanya itu, faktor lain yang tidak
kalah penting terkait kemampuan suami istri dalam melakukan hubungan intim
adalah gairah seksual, gaya hidup, dan kesehatan tubuh keduanya.

Frekuensi Berhubungan Seksual Berdasarkan Umur


Berdasarkan sebuah studi, frekuensi seks pasangan yang sudah menikah akan
berbeda-beda menurut kelompok usia masing-masing. Semakin bertambah usia
mereka, semakin mereka jarang berhubungan seks.
Mereka yang berusia 18-29 tahun rata-rata berhubungan seks setidaknya 84 kali dalam
setahun, alias sekitar dua kali dalam seminggu. Pada usia 40-an, frekuensi hubungan
seks pasangan kemudian turun menjadi 63 kali dalam setahun. Artinya, pasangan yang
menginjak usia 40 tahun hanya berhubungan seks sekitar satu kali per minggu. Dan
saat sudah menginjak usia 70 tahun, frekuensi bercinta mereka menjadi 10 kali dalam
setahun.
Meski para ahli memprediksi bahwa kehidupan seksual pasangan justru akan menurun
seiring bertambahnya usia, bukan berarti Kita tidak bisa menikmatinya. Hal ini terbukti
pada mereka yang masih bisa menikmati hubungan seksual walau sudah berusia tua.

Tips Menikmati Hubungan Seksual di Usia Lanjut


Berikut beberapa cara menikmati hubungan seksual di usia lanjut:

 Coba lakukan hal baru


Ketika sudah memasuki usia lanjut, tidak jarang kita mengalami nyeri di beberapa
bagian tubuh. Kondisi ini bisa membuat kita menjadi tidak nyaman ketika berhubungan
seksual. Agar kita masih bisa menikmati aktivitas seksual di usia tua, coba siasati
dengan melakukan hal-hal baru dan mencoba posisi seks baru bersama pasangan.
 Gunakan bantalan
Meski menderita radang sendi atau sakit punggung, kehidupan seksual masih bisa
berjalan dengan lancar. Ada banyak cara yang bisa dicoba, misalnya menaruh bantalan
sebagai penyangga atau melakukan hubungan seks dengan posisi berdampingan (side-
by-side).
 Manfaatkan pelumas
Wanita yang telah memasuki masa menopause rentan untuk mengalami vagina kering.
Hal ini membuat hubungan seksual terasa tidak nyaman dan nyeri. Untuk mengakalinya,
coba gunakan pelumas vagina berbahan dasar air agar penetrasi seksual tidak terasa
sakit.
 Hindari stres
Stres dapat membuat hormon di dalam tubuh menjadi terganggu sehingga
mengakibatkan gairah seksual menurun. Saat mengalami stres, pembuluh darah arteri
dapat menyempit sehingga membatasi aliran darah pada penis. Hal ini mungkin bisa
menyebabkan disfungsi ereksi. Yang jelas, siapa pun bisa mengalami kesulitan dalam
menikmati aktivitas seksual saat sedang tertekan.
 Jalin komunikasi yang baik dengan pasangan
Tak sedikit orang yang merasa canggung atau malu untuk membicarakan seks dengan
pasangannya. Untuk membina hubungan seks yang baik dan memuaskan, penting
untuk mengutarakan isi hati dan kebutuhan seks Anda dengan pasangan. Hal ini agar
kepuasan seksual dan kualitas hubungan Anda dan pasangan dapat terjaga.
 Menerapkan pola hidup sehat
Kondisi kesehatan juga memengaruhi hubungan pasangan suami istri, terutama yang
sudah berusia lanjut. Untuk menjaga kesehatan, Kita disarankan berolahraga secara
teratur serta menghindari berbagai kebiasaan buruk yang dapat menimbulkan masalah
pada sistem reproduksi, seperti alkohol dan merokok.
Dengan menerapkan beberapa tips yang sudah dijelaskan di atas, bukan tidak mungkin
kehidupan seksual kita dan pasangan akan menjadi lebih nikmat meski sudah
memasuki usia tua.
Terlepas dari itu, ia juga memaparkan beberapa manfaat hubungan seksual di usia tua, di

antaranya:

1. Meningkatkan kesehatan fisik

Berhubungan seksual di usia tua dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Berhubungan

seks dapat membakar lemak dan kalori sekaligus menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Lihat juga:Pandemi dan Manfaat Coregasm, Orgasme yang Dipicu Olahraga

2. Memperpanjang usia

Studi menunjukkan manfaat kesehatan yang besar dari berhubungan seksual yakni dapat

memperpanjang usia seseorang. Sebagaimana dilansir Help Guide, pasangan yang rutin

berhubungan seksual memiliki usia yang lebih lama dibandingkan pasangan yang jarang

berhubungan seksual.

3. Meningkatkan kesehatan mental

Ilustrasi bahagia. (Istock/xavierarnau)

Kasandra menyebut hubungan seks juga baik untuk kesehatan mental karena dapat meredakan

stres, kecemasan, dan rasa marah.

Saat berhubungan seksual, kata Kasandra, otak mengeluarkan hormon endorfin yang dapat

menimbulkan rasa senang dan meningkatkan kekebalan tubuh.

4. Memperkuat hubungan rumah tangga

Hubungan seksual merupakan ekspresi cinta dan kasih sayang sehingga dapat mempererat

hubungan di masa tua.

"Hubungan seksual tidak hanya bertujuan untuk reproduksi tapi merupakan ekspresi kasih sayang.

Ini penting," ucap Kasandra.

Lihat juga:Waktu Terbaik Berhubungan Seks, Pria dan Wanita Berbeda


5. Meningkatkan rasa percaya diri

Ilustrasi percaya diri. (Istockphoto/lzf)

Berhubungan seksual pada usia di atas 50 tahun juga dapat meningkatkan rasa percaya diri. Dikutip

dari Psychology Today, berhubungan seksual dapat menimbulkan rasa percaya diri dan lebih

menghargai diri sendiri.

Di samping itu, hubungan seksual juga dapat menghilangkan rasa kesepian dan terisolasi yang

kerap dijumpai pada orang tua.

Baca artikel CNN Indonesia "5 Manfaat Hubungan Seks di Usia Tua" selengkapnya di

sini: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20201102154720-255-564979/5-manfaat-hubungan-

seks-di-usia-tua.

Download Apps CNN Indonesia sekarang https://app.cnnindonesia.com/


Aktivitas seksual adalah sebuah bagian penting dari hubungan yang intim,
walau aktivitas menyenangkan ini cenderung menurun seiring dengan usia
orang yang makin tua. Tapi meski sebuah penelitian menunjukkan bahwa
frekuensi aktivitas seksual dapat menurun seiring bertambahnya usia bagi
banyak orang yang sepuh, seks tetap menjadi bagian penting dari kehidupan
mereka.

Ada sebuah miskonsepsi umum bahwa seiring bertambahnya usia, orang-


orang usia lanjut hilang pula minat dan kapasitas untuk berhubungan seksual.
Namun sebuah survei di Inggris menunjukkan bahwa usia yang menua bukan
masalahnya.

Hasil survei kami menemukan bahwa 85% laki-laki berusia 60-69 tahun
masih aktif secara seksual - seperti halnya 60% dari kelompok usia 70-79
tahun, dan 32% dari kelompok usia 80 tahun dan di atasnya. Perempuan
ditemukan kurang aktif secara seksual ketika mereka menua,
tapi penelitian menunjukkan bahwa, seperti halnya laki-laki, banyak
perempuan juga ingin terus berhubungan seks seiring bertambahnya usia.
Studi di Amerika Serikat melaporkan tingkat aktivitas seksual yang serupa di
semua kelompok umur.

Dan fakta bahwa begitu banyak orang masih bermain seks seiring


bertambahnya usia adalah berita baik, karena penelitian baru
kami tampaknya mengindikasikan bahwa semakin sedikit aktivitas seksual
dilakukan oleh orang lanjut usia, semakin besar kemungkinan mereka
mengalami masalah kesehatan mental dan fisik.
Informasi akurat dan kredibel bagaikan oksigen yang menyehatkan kita.
Dapatkan sekarang

Tetap berhubungan seks


Penelitian kami meninjau kehidupan seks dari 2.577 laki-laki dan 3.195
perempuan berusia 50 tahun dan di atasnya. Kami bertanya apakah mereka
pernah mengalami penurunan hasrat seksual, frekuensi aktivitas seksual, dan
kemampuan untuk ereksi (laki-laki) atau terangsang secara seksual
(perempuan) dalam setahun terakhir.

Kami menemukan bahwa laki-laki yang melaporkan penurunan hasrat


seksual, lebih mungkin untuk terserang kanker atau penyakit kronis lainnya
yang dapat membatasi aktivitas sehari-hari. Laki-laki dan perempuan yang
melaporkan penurunan frekuensi kegiatan seksual juga lebih mungkin
mengalami penurunan dalam menilai tingkat kesehatan mereka. Dan laki-laki
dengan disfungsi ereksi juga lebih mungkin didiagnosis menderita kanker
atau penyakit jantung koroner. Penting untuk dicatat, bagaimana pun, bahwa
perubahan hasrat atau fungsi seksual bisa jadi merupakan efek dari penyakit
yang tidak terdiagnosis pada tahap awal.

Baca juga: The secret sex lives of older people that can make us
rethink our idea of intimacy

Penelitian kami juga menemukan bahwa orang tua cenderung


lebih menikmati hidup ketika mereka aktif secara seksual. Dan mereka yang
mengalami penurunan aktivitas seksual, melaporkan memiliki kesejahteraan
yang lebih buruk daripada mereka yang mempertahankan hasrat, aktivitas,
dan fungsi seksualnya.

Kami juga menemukan bahwa laki-laki yang aktif secara seksual pada masa
tuanya, memiliki kinerja kognitif yang lebih baik dibandingkan dengan
mereka yang tidak.

Hormon kebahagiaan
Bukan rahasia lagi bahwa seks dapat membantu kita menghasilkan “perasaan
menyenangkan”. Sebagian besar disebabkan oleh adanya
pelepasan endorfin saat berhubungan seks, yang menghasilkan perasaan
bahagia atau gembira. Ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental kita,
karena semakin tinggi kadar endorfin erat kaitannya dengan aktivasi sistem
kekebalan yang semakin besar - yang dapat mengurangi risiko kanker dan
penyakit jantung.

Penelitian menunjukkan bahwa pasangan yang melakukan hubungan seks


juga cenderung berbagi hubungan yang lebih dekat. Dan kedekatan seseorang
dengan pasangannya berhubungan dengan kesehatan mental yang lebih baik.
Seks dapat membuat Anda tetap dekat sebagai pasangan, menurunkan tingkat stres, dan meningkatkan sistem kekebalan
tubuh. Shutterstock/mangostock

Penting juga untuk diingat bahwa seks adalah bentuk aktivitas fisik - kerap
dilakukan dengan intensitas sedang - yang membakar hampir empat
kalori per menit. Semua olahraga disertai dengan manfaat kesehatan - dan
begitu juga seks. Jadi, sangat mungkin Anda memperoleh manfaat kesehatan
mental dan fisik dari aktivitas seksual yang teratur.

Mencoba posisi baru


Tentu saja, seks bukan satu-satunya faktor yang dapat
membantu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pada usia lanjut.
Seperti yang ditunjukkan oleh penelitian kami, lansia tidak kekurangan hasrat
seksual, dan kehidupan seks yang aktif harus didorong. Memang, ada
kemungkinan bahwa kehidupan seks yang teratur dan bebas masalah dapat
mengarah pada kesehatan mental (dan mungkin fisik) yang lebih baik.
Tetapi informasi dan dorongan untuk mencoba posisi seks baru dan
mengeksplorasi berbagai jenis aktivitas seksual biasanya tidak diberikan
kepada lansia. Dalam banyak kasus, ketika membahas tentang lansia dan seks,
dokter sering menundukkan kepala dan tidak benar-benar ingin
membicarakannya.

Tapi diskusi semacam itu mungkin dapat membantu dalam menantang norma
dan ekspektasi tentang aktivitas seksual. Dan seperti yang ditunjukkan oleh
penelitian kami, hubungan seks juga dapat membantu orang untuk hidup
lebih sejahtera dan lebih sehat - hingga lanjut usia.
Manfaat Berhubungan Intim pada Usia Tua 
Berhubungan intim pada usia lanjut, selain bermanfaat bagi kesehatan secara fisik,
juga bermanfaat bagi psikologis kedua belah pihak. Salah satu manfaat bagi kesehatan
secara fisik yang dimaksud adalah potensi menurunnya risiko terkena penyakit jantung
koroner jika dibandingkan dengan mereka di usia lanjut yang tidak lagi melakukan
hubungan intim.

Tak hanya bermanfaat bagi kesehatan secara fisik, manfaat secara psikologis yang
didapat dari berhubungan intim pada usia lanjut adalah menurunkan kadar stres dan
depresi, serta dapat meningkatkan rasa percaya diri kedua belah pihak.

Penelitian bahkan menunjukkan, berhubungan intim pada usia lanjut juga dapat
membuat hubungan di antara keduanya menjadi lebih dekat. Kedekatan hubungan
secara emosional ini juga dapat memicu kesehatan mental yang lebih baik. 

Berhubungan intim pada usia lanjut juga dapat memicu pelepasan hormon endorfin
yang memunculkan perasaan bahagia atau gembira. Selain berdampak pada kondisi
psikologis, kadar endorfin berbanding lurus dengan aktivasi sistem kekebalan tubuh.
Semakin tinggi kadar endorfin, semakin tinggi pula sistem kekebalan tubuh yang dapat
mengurangi risiko kanker dan penyakit jantung.

Apakah Berbahaya Berhubungan Intim pada Usia


Tua?
Tidak sedikit orang yang tidak lagi berhubungan intim pada usia lanjut dikarenakan
pemikiran bahwa hal tersebut akan membahayakan. Namun benarkah demikian?

Pada usia lanjut, hubungan intim pada dasarnya tidak berbahaya selama dilakukan
dalam cara dan frekuensi yang tepat dan tidak berlebihan. Frekuensi berhubungan
intim yang dianjurkan pada usia lanjut adalah maksimal dua kali dalam satu minggu. 

Jika dilakukan dalam frekuensi yang terlalu sering, dikhawatirkan bukannya


menurunkan risiko terkena penyakit jantung koroner, justru malah meningkatkan
risikonya. Mengapa demikian?

Hal tersebut disebabkan karena stamina yang menurun seiring bertambahnya usia.
Seringkali, laki-laki akan mengonsumsi suplemen penambah stamina atau obat kuat.
Konsumsi suplemen dan obat kuat jika dikonsumsi secara berlebihan akibat terlalu
sering berhubungan intim ini yang dapat menjadi bumerang dan memunculkan
dampak negatif pada tubuh.
Tantangan Berhubungan Intim pada Usia Tua
Perubahan fungsi seksual
Seiring bertambahnya usia, perubahan fungsi seksual umumnya terjadi baik secara
perlahan atau secara tiba-tiba tanpa gejala sebelumnya. Perubahan fungsi seksual
yang dimaksud adalah:

 Membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai ereksi


 Kesulitan mempertahankan ereksi
 Ejakulasi kurang kuat dan jumlah air mani yang berkurang
 Durasi orgasme menjadi lebih singkat
Penurunan gairah seks
Gairah seks turut dipengaruhi oleh usia seseorang. Berikut adalah beberapa
perbedaan perubahan gairah seks pada setiap tahapan dekade usia:

 Gairah seks tergolong kuat pada usia 20-an. Hal ini dapat disebabkan karena
rentang usia ini merupakan tahap permulaan hubungan yang baru. Selain itu,
secara alamiah dorongan untuk bereproduksi juga cukup tinggi. 
 Gairah seks sedikit menurun secara alami pada usia 30-an. Pada rentang
usia ini, hormon testosteron cenderung berkurang sehingga berujung pada
penurunan gairah seks secara alami. Pada rentang usia ini, umumnya juga
menjadi waktu tersibuk khususnya bagi perempuan yang sedang berfokus
untuk mengembangkan karier atau mengurus anak. Keduanya membutuhkan
perhatian dan energi tinggi sehingga perempuan merasa lebih butuh istirahat
pada malam hari.
 Gairah seks menurun drastis pada usia 40-an. Tidak hanya gairah seks yang
menurun pada rentang usia ini, melainkan juga suasana hati dan sensasi yang
dirasakan ketika bersentuhan. Rentang usia ini juga merupakan masa
perempuan memasuki masa pramenopause yang berkaitan dengan fluktuasi
hormon dan gairah seks.
Disfungsi ereksi 
Risiko disfungsi ereksi semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Namun, ada
beberapa faktor yang juga dapat meningkatkan risiko terjadinya disfungsi ereksi.
Faktor tersebut meliputi kondisi kesehatan seperti kebiasaan merokok, kebiasaan
konsumsi alkohol tinggi, konsumsi narkotika dan obat-obatan berbahaya, obesitas,
pemakaian obat-obatan, diabetes dan penyakit jantung.
Dalam menghadapi tantangan-tantangan di atas, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan. Agar mengetahui cara yang sesuai dengan kondisi kesehatan Anda,
konsultasikan ke dokter spesialis.

Tips Berhubungan Intim pada Usia Tua


Jaga kesehatan
Dalam berhubungan seksual, diperlukan kekuatan otot dan kelenturan tubuh. Untuk
itu, sebaiknya Anda menerapkan gaya hidup sehat dengan menata pola makan dan
rutin berolahraga. 

Jika dilakukan secara rutin, olahraga dapat menjaga bentuk badan sehingga juga dapat
meningkatkan kepercayaan diri sehingga Anda tidak menutup diri dari berhubungan
intim bersama pasangan.

Jaga komunikasi
Utamakan kejujuran dalam hubungan seksual Anda dan cobalah terbuka mengenai
pikiran dan perasaan Anda terkait hubungan seksual bersama pasangan. Semakin
bertambahnya usia, tentu ada beberapa hal yang berbeda jika dibandingkan dengan
hubungan seksual waktu usia muda. Gairah seks, misalnya.

Jika diperlukan, dedikasikan waktu tersendiri untuk membahas topik yang perlu
komunikasi mendalam seperti disfungsi ereksi atau mengatasi libido rendah. Cari
waktu yang tepat dan ketika posisi kedua pihak sedang santai. Hindari
membicarakannya pada saat hubungan seks sedang akan berlangsung.

Usahakan rangsangan seksual


Rangsangan seksual umumnya menurun pada usia yang lanjut, namun hal ini dapat
diatasi dengan menjaga diri pada kondisi rileks serta fleksibel untuk membantu proses
stimulasi seksual.

Cobalah pendekatan yang berbeda seperti melakukan pemanasan seksual, perlahan


tapi pasti.

Manfaatkan alat bantu


Jika diperlukan, manfaatkan penggunaan alat bantu seperti vibrator atau sex
toy lainnya. Produk-produk tersebut dalam membantu stimulasi gairah seksual.
Produk-produk tersebut umumnya juga dirancang untuk membantu masalah seksual
atau kondisi kesehatan tertentu, seperti lamban dalam terangsang atau artritis.
Eksperimen dengan posisi
Tips lain yang dapat dicoba adalah dengan mencoba beberapa posisi yang belum
pernah atau jarang dilakukan sebelumnya. Selain untuk meningkatkan antusiasme,
coba juga posisi yang dapat meningkatkan kenyamanan tubuh pada saat berhubungan
intim, seperti mengganjal tubuh dengan bantal.

Anda mungkin juga menyukai