Muawiyah Bin Abu Sufyan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

MUAWIYAH BIN ABU

SUFYAN

NAMA KELOMPOK
Zahwa Rizkina
Mili Gayatri
Choiril Huda
Rahman Alfariski
Nurjanah
Natasya
Hendra Afandi

MADRASAH ALIYAH AL IHSAN


BULUH RAMPAI
Muawiyah bin Abu Sufyan (602 – 680; umur 77–78 tahun; bahasa
Arab: ‫ )معاوية بن أبو س فيان‬atau Muawiyah I adalah khalifah yang berkuasa pada
tahun 661 sampai 680. Dia merupakan salah satu sahabat Nabi dan juga
merupakan saudara tiri dari Ummu Habibah Ramlah, istri Muhammad SAW.
Meski 'Utsman bin 'Affan yang sebenarnya merupakan khalifah pertama dari Bani
Umayyah, Muawiyah adalah khalifah yang menjadikan Umayyah sebagai dinasti
di kekhalifahan. Muawiyah merupakan khalifah pertama dari Bani Umayyah yang
berasal dari garis Sufyani, sebutan untuk keturunan Abu Sufyan bin Harb.
Muawiyah memulai karier politiknya sebagai penguasa setelah ditunjuk
menjadi Gubernur Syria pada 639 oleh Khalifah 'Umar bin Khattab dan
membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang cakap. Salah satu capaiannya
adalah pembentukan angkatan laut Muslim pertama. Pembunuhan Khalifah
'Utsman bin 'Affan pada tahun 656 dan perbedaan pendapat mengenai status
pembunuhnya menjadikan terjadinya perselisihan antara pihak Muawiyah dan
Khalifah 'Ali bin Abi Thalib yang berujung pada Pertempuran Shiffin.
Sepeninggal 'Ali mangkat dan putranya, Hasan, melepas jabatan khalifah setelah
disandang selama sekitar enam atau tujuh bulan, Muawiyah resmi menjadi
khalifah pada tahun 661.
Pada masanya, Muawiyah melakukan berbagai upaya penaklukan.
Pengepungan Konstantinopel pada masanya merupakan upaya penaklukan
pertama Konstantinopel oleh umat Muslim. Dalam bidang pemerintahan,
Muawiyah lebih mengedepankan kecakapan dan kesetiaan daripada sistem
kebangsawanan lama. Secara kepribadian, Muawiyah juga termasuk Muslim yang
saleh dan menjaga ibadahnya meski dia menanggung beban memimpin
kekhalifahan yang wilayahnya sudah sangat luas.
Perselisihannya dengan 'Ali bin Abi Thalib, juga penunjukkan putranya
untuk menjadi khalifah sepeninggalnya, merupakan tema utama yang menjadikan
Muawiyah sebagai sosok yang kontroversial dalam sejarah Islam. Literatur
Madinah awal dan Abbasiyah awal memiliki gambaran yang baik terkait
Muawiyah, tetapi tidak demikian dengan literatur Abbasiyah pada masa
belakangan yang lebih cenderung bersifat anti-Umayyah.
Nama lengkap Muawiyah adalah Muawiyah bin Abu Sufyan bin Harb
bin Umayyah bin Abdi Syams bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab.[3] Ia berasal
dari bani (klan) Umawiyah. Muawiyah memiliki atau julukan. Julukannya adalah
Abu Abdurrahman dan Al-Quraisyi al-Umawi Al-Makki. Umar bin Khattab juga
berkata bahwa Muawiyah suka makan makanan yang lezat [4] dan bergaya seperti
raja.[5] Umar berkata begitu bukan bermaksud menjelekkan Muawiyah tapi hanya
menginformasikan ciri khas Muawiyah. Bisa dimengerti mengapa Muawiyah
melakukan hal itu karena ia memang berasal dari kabilah terpandang di
masyarakat. Muawiyah adalah orang yang menyukai kebersihan.
Prestasi Muawiyah bin abu Sufyan
Ada beberapa prestasi Muawiyah sebelum menjabat Khalifah pertama Dinasti
Umayyah. Berikut penjelasan Pengasuh Ma'had Subuluna Bontang Kalimantan
Timur Ustaz Ahmad Syahrin Thoriqdalam satu kajiannya.
1. Memiliki Kecakapan dalam Memimpin Muawiyah radhihallahu 'anhu
memulai kiprah pengabdiannya sejak masa kekhalifahan Abu Bakar Shiddiq
radhiyallahu 'anhu, yakni saat ia mendampingi kakaknya Yazid bin Abu
Sufyan menjadi gubernur di negeri Syam. Karier Mu'awiyah mulai
merangkak naik saat khalifah Umar menugaskannya dalam sebuah misi
pembebasan negeri Kaisaria, di mana Mu'awiyah berhasil menuntaskan
tugasnya itu dengan gemilang dan penuh kesuksesan. Sejak saat itu berturut-
turut ia melakukan berbagai operasi pembukaan negeri lainnya. Bahkan
Yazid, yang semula sering turun sendiri dalam menuntaskan misi rumit dan
berbahaya, mulai mempercayakannya kepada adiknya ini.
2. Diangkat Menjadi Gubernur Syam Ketika Yazid wafat karena musibah tha'un
yang mewabah di Syam, khalifah Umar bin Khattab mengangkat Mu'awiyah
menjadi gubernur pengganti pada tahun 18 H. Keputusan Umar mengangkat
Muawiyah ini sempat ditentang oleh sebagian sahabat karena usianya yang
masih belia dan masih banyak sahabat senior yang lebih baik darinya. Namun
ketika mereka menyaksikan bagaimana kepemimpinan Mu'awiyah, akhirnya
orang-orang pun melihat ketepatan pilihan khalifah atas keputusannya.
3. Memimpin Syam Seperti Raja yang Penuh Tanggung Jawab Ketika
memimpin Syam, Muawiyah memang menempuh mazhab politik yang
berbeda, bahkan sangat kontras dengan sang khalifah Umar bin Khattab.
Muawiyah menjalankan pemerintahan sebagaimana para raja. Ia
menampakkan kemewahan, kemegahan dan pengawalan yang ketat sebagai
seorang pemimpin pemerintahan. Ia berpendapat hal itu tidak mengapa
karena syariat tidak pernah melarang hal mubah selama bisa
dipertanggungjawabkan. Seorang pemimpin baru dicela oleh agama ketika ia
berlaku zalim dan melakukan kebatilan dengan memperturutkan hawa
nafsunya.
4. Menjaga Wibawa Islam dengan Gaya Politiknya Mu'awiyah pernah
melakukan pawai kenegaraan untuk menyambut kunjungan khalifah ke Syam.
Tentu Umar tidak berkenan, lalu menegur gaya politiknya yang dianggapnya
glamour. Kala itu Mu'awiyah menjawab: ‫ انا بارض الجزاسيس والعدو‬،‫يا أمر المؤمنين‬
‫ فيجب ان تظهر من ع ز الس لطان م ا يك ون في ه ع ز اإلس الم و اهل ه وي رهبهم‬،‫" فيها كثيرة‬Wahai
Amirul mukminin, saya berada di wilayah yang banyak spionise musuh.
Itulah sebabnya kita perlu berpenampilan layaknya raja dan menampakkan
wibawa Islam agar mereka segan dan merasa takut untuk berbuat macam-
macam."
5. Dipuji oleh Umar bin Khattab Meski Umar tidak menyukai gaya
kepemimpinan ala Mu'awiyah, namun beliau memaklumi dan
menyetujuinya.Pernah Muawiyah disebut-sebut di hadapannya dengan
perkataan yang kurang sedap, maka Sayidina Umar berkata: ‫دعوا فتى قريش واب‬
‫ وأنه لمن يض حك فى الغض ب وال ين ال اال على الرض ا وال يأخ د من ف وق رأس ه اال من تحت‬.‫سيدها‬
‫قدميه‬. "Sudah, biarkan saja pemuda Quraisy dan anak dari tokoh besar ini.
Sungguh ia adalah orang yang tetap bisa tersenyum dalam kemarahannya dan
tidak didapatkan dari dirinya kecuali kerelaan. Dan siapapun tidak akan bisa
menundukkannya kecuali dengan cara yang juga menunduk kepadanya."
6. Diberi Kepercayaan Memperluas Wilayah Kekuasaan Posisi Mu'awiyah di
mata khalifah Umar sangat spesial. Bayangkan saja, di masa Sayidina Umar
beliau terbiasa memecat dan mengganti pejabat begitu saja. Bukan karena
tidak baik atau tak berprestasi, tapi khalifah melihat ada pengganti yang bisa
lebih baik lagi. Namun Mu'awiyah justru sebaliknya, ia malah mendapatkan
tambahan wilayah untuk kepemimpinannya. Yang tadinya hanya Syam,
meluas membawahi wilayah lain disekitarnya.
7. Memiliki Kecerdasan dan Manajerial yang Cakap Khalifah Umar sangat
mengagumi kecerdasan Muawiyah dan juga kemampuan manajerialnya yang
cakap. Bahkan Umar ada kalanya tak kuasa untuk tidak mengungkapkannya.
Suatu hari ada yang bercerita di hadapannya tentang prestasi hebat para raja-
raja dunia. Maka Umar menyela dengan berkata: ‫تذكرون كسرى و قيصر ودهاءهما‬
‫" وعندكم معاوية‬Kalian menyebut-nyebut kecerdikan Kisra dan Kaisar, padahal
kalian punya Muawiyah."

Anda mungkin juga menyukai