Anda di halaman 1dari 15

A.

Pengertian post partum

Post partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat- alat kandungan kembali pada
keadaan sebelum hamil,masa post partum berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Wahyuningsih, 2019)

B. Tahapan masa post partum

1. Immediate postpartum (setelah plasenta lahir-24 jam)

Masa segera setelah plasenta lahir sampai 24 jam, adapun masalah yang sering terjadi pendarahan
karena atonia uteri. Oleh karena itu perlu melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia,
tekanan darah dan suhu.

2. Early postpartum (24 jam-1 mg)

Harus dipastikan involusi uteri normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapat makanan dan cairan serta ibu dapat menyusui dengan baik

3. Late post partum (1 mg-6 mg)

Tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling/ pendidikan kesehatan
Keluarga Berencana ( KB.).

C. Kebutuhan masa post partum

1. Nutrisi dan Cairan

Masalah nutrisi perlu mendapat perhatian karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Kebutuhan gizi ibu saat menyusui adalah
sebagai berikut:

a. Konsumsi tambahan kalori 500 kalori tiap hari

b. Diet berimbang, protein, mineral dan vitamin

c. Minum sedikitnya 2 liter tiap hari (±8 gelas ).


d. Fe/tablet tambah darah sampai 40 hari pasca persalinan

e. Kapsul Vit. A 200.000 unit

2. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepatnya tenaga kesehatan membimbing
ibu post partum bangun dari tempat tidur membimbing secepat mungkin untuk berjalan. Ibu post
partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum. Hal ini dilakukan
bertahap. Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu post partum dengan penyulit misalnya anemia,
penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam dan sebagainya.

Keuntungan dari ambulasi dini

a. Ibu merasa lebih sehat

b. Fungsi usus dan kandung kemih lebih baik.

c. Memungkinkan kita mengajarkan ibu untuk merawat bayinya.

d. Tidak ada pengaruh buruk terhadap proses pasca persalinan, tidak memengaruhi penyembuhan luka,
tidak menyebabkan perdarahan, tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.

3. Eliminasi

Setelah 6 jam post partum diharapkan ibu dapat berkemih, jika kandung kemih penuh atau lebih dari 8
jam belum berkemih disarankan melakukan kateterisasi. Hal-hal yang menyebabkan kesulitan berkemih
(retensio urine) pada post partum : Berkurangnya tekanan intra abdominal.

a. Otot-otot perut masih lemah.

b. Edema dan uretra.

c. Dinding kandung kemih kurang sensitif d. Ibu post partum diharapkan bisa defekasi atau buang air
besar setelah hari kedua post partum, jika hari ketiga belum defekasi bisa diberi obat pencahar oral atau
rektal.

4. Kebersihan diri
Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu kebersihan tubuh,
pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap terjaga. Langkah- langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh terutama perineum.

b. Mengajarkan ibu cara membersihkan alat kelamin dengan sabun dan air dari depan ke belakang.

c. Sarankan ibu ganti pembalut setidaknya dua kali sehari

d. Membersihkan tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan alat kelamin.

e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi/ luka jahit pada alat kelamin, menyarankan untuk
tidak menyentuh daerah tersebut.

5. Istirahat dan tidur

Menganjurkan ibu istirahat cukup dan dapat melakukan kegiatan rumah tangga secara bertahap. Kurang
istirahat dapat mengurangi produksi ASI, memperlambat proses involusi dan depresi pasca persalinan.
Selama masa post partum, alat-alat interna dan eksternal berangsur-angsur kembali ke keadaan
sebelum hamil (involusi). Ada 2 perubahan yang terjadi pada ibu yaitu fisiologis/fisik dan perubahan
psikologis.

D. Perubahan Fisiologis Pada Masa Post partum

1. Uterus

Setelah plasenta lahir, uterus akan mulai mengeras karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Uterus
berangsur-angsur mengecil sampai keadaan sebelum hamil.

Tabel Perubahan Uterus

Waktu TFU Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr

Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 gr


1 minggu 1/2 pst symps 500 gr

2 minggu Tidak teraba 450 gr

6 minggu Bertambah kecil 50 gr

8 minggu Normal 30 gr

2. Lochea

Yaitu cairan/ secret berasal dari kavum uteri dan vagina selama masa post partum (Sitti Saleha, 2009
dalam ). Berikut ini, beberapa jenis lokia:

a. Lokia Rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, desidua, verniks
kaseosa, lanugo, mekonium berlangsung 2 hr post partum.

b. Lokia Sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah berlangsung 3-7 hr post partum.

c. Lokia Serosa berwarna kuning karena mengandung serum, jaringan desidua, leukosit dan eritrosit
berlangsung 7-14 hr post partum

d. Lokia Alba berwarna putih terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua berlangsung 14 hr-2 mg berikutnya.

3. Endometrium

Perubahan terjadi dengan timbulnya thrombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi
plasenta. Bekas implantasi plasenta karena kontraksi sehingga menonjol ke kavum uteri, hari ke 1
endometrium tebal 2,5 mm, endometrium akan rata setelah hari ke 3.

4. Serviks

Setelah persalinan serviks menganga, setelah 7 hari dapat dilalui 1 jari, setelah 4 minggu rongga bagian
luar kembali normal.

5. Vagina dan Perineum

Vagina secara berangsur-angsur luasnya berkurang tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran nullipara,
hymen tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil dan berubah menjadi karunkula mitiformis. Minggu
ke 3 rugae vagina kembali. Perineum yang terdapat laserasi atau jahitan serta udem akan berangsur-
angsur pulih sembuh 6-7 hari tanpa infeksi. Oleh karena itu vulva hygiene perlu dilakukan.

6. Mamae/ payudara

Semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Ada 2 mekanisme : produksi
susu, sekresi susu atau let down. Selama kehamilan jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan
fungsinya mempersiapkan makanan bagi bayi. Pada hari ketiga setelah melahirkan efek prolaktin pada
payudara mulai dirasakan, sel acini yang menghasilkan ASI mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap
puting, oksitosin merangsang ensit let down (mengalirkan) sehingga menyebabkan ejeksi ASI.

7. Sistem Pencernaan

Setelah persalinan 2 jam ibu merasa lapar, kecuali ada komplikasi persalinan, tidak ada alasan menunda
pemberian makan. Konstipasi terjadi karena psikis takut BAB karena ada luka jahit perineum.

8. Sistem Perkemihan

Pelvis ginjal teregang dan dilatasi selama kehamilan, kembali normal akhir mg ke 4 setelah melahirkan.
Kurang dari 40% wanita post partum mengalami proteinuri non patologis, kecuali pada kasus
preeklamsi.

9. Sistem Muskuloskeletal

Ligamen, fasia, diafragma pelvis meregang saat kehamilan, berangsur angsur mengecil seperti semula.

10. Sistem Endokrin

Hormon-hormon yang berperan :

a. Oksitosin berperan dalam kontraksi uterus mencegah perdarahan, membantu uterus kembali normal.
Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. b. Prolaktin, dikeluarkan oleh kelenjar
dimana pituitrin merangsang pengeluaran prolaktin untuk produksi ASI, jika ibu post partim tidak
menyusui dalam 14-21 hr timbul menstruasi.

c. Estrogen dan progesteron, setelah melahirkan estrogen menurun, progesteron meningkat.

11. Perubahan Tanda-tanda Vital


a. Suhu tubuh saat post partum dapat naik kurang lebih 0,5°C, setelah 2 jam post partum normal.

b. Nadi dan Pernapasan, nadi dapat bradikardi kalau takikardi waspada mungkin ada perdarahan,
pernapasan akan sedikit meningkat setelah persalinan lalu kembali normal.

c. Tekanan darah kadang naik lalu kembali normal setelah beberapa hari asalkan tidak ada penyakit yang
menyertai. BB turun rata-rata 4,5 kg

12. Setelah partus/ melahirkan, adanya striae pada dinding abdomen tidak dapat dihilangkan sempurna
dan berubah jadi putih (striae albicans).

13. Evaluasi tonus otot abdomen untuk menentukan diastasis (derajat pemisahan otot rektus
abdomen). Setiap wanita mempunyai 3 set otot abdominalis yaitu rectus abdominalis, oblique,
transverse. Rectus abdominalis merupakan otot paling luar yang bergerak dari atas ke bawah. Otot ini
terbagi 2 yang dinamakan rekti yang lebarnya ± 0,5 cm dan dihubungkan oleh jaringan fibrous (linea
alba).

Pada saat hamil otot dan persendian menjadi relaks untuk persiapan melahirkan (linea alba menjadi
sangat mudah mulur). Ketika otot rectus abdomen makin terpisah dan linea alba makin mulur ke
samping dan menjadi sangat tipis, pemisahan otot ini disebut diastasis.

E. Asuhan Keperawatan pada ibu dengan post partum

1. Pengkajian Keperawatan

Adapun pengkajian pada klien pasca persalinan normal menurut Bobak (2005) dalam Wahyuningsih,
2019, meliputi :

a. Pengkajian data dasar klien

Meninjau ulang catatan prenatal dan intraoperatif dan adanya indikasi untuk kelahiran abnormal.
Adapun cara pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, pemeriksaan fisik yaitu mulai inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi.

b. Identitas klien
1) Identitas klien meliputi: nama, usia, status perkawinan, pekerjaan, agama, pendidikan, suku, bahasa,
yang digunakan, sumber biaya, tanggal masuk rumah sakit dan jam, tanggal pengkajian, alamat rumah.

2) Identitas suami meliputi: nama suami, usia, pekerjaan, agama, pendidikan, suku.

c. Riwayat keperawatan

1) Riwayat kesehatan

Data yang perlu dikaji antara lain: keluhan utama saat masuk rumah sakit, faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi, adapun yang berkaitan dengan diagnosa yang perlu dikaji adalah peningkatan tekanan
darah, eliminasi, mual atau muntah, penambahan berat badan, edeme, pusing, sakit kepala, diplopia,
nyeri epigastrik.

2) Riwayat Kehamilan

Informasi yang dibutuhkan adalah para dan gravida, kehamilan yang direncanakan, masalah saat hamil
atau ante natal care (ANC) dan imunisasi yang diberikan pada ibu selama hamil.

3) Riwayat Melahirkan

Data yang harus dikaji adalah tanggal melahirkan, lamanya persalinan, posisi fetus, tipe melahirkan,
analgetik, masalah selama melahirkan jahitan pada perineum dan perdarahan.

4) Data bayi

Data yang harus dikaji meliputi jenis kelamin, dan berat badan bayi. Kesulitan dalam melahirkan, apgar
score, untuk menyusui atau pemberian susu formula dan kelainan kongenital yang tampak pada saat
dilakukan pengkajian.

5) Pengkajian masa post partum atau post partum

Pengkajian yang dilakukan meliputi keadaan umum. Tingkat aktivitas setelah melahirkan, gambaran
lochea, keadaan perineum, abdomen, payudara, episiotomi, kebersihan menyusui dan respon orang
terhadap bayi.

d. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada ibu masa post partum atau pasca partum yaitu :
1. Rambut

Mengkaji kekuatan rambut klien karena diet yang baik selama masa hamil akan berpengaruh pada
kekuatan dan kesehatan rambut.

2. Muka

Mengkaji adanya edema pada muka yang dimanifestasikan dengan kelopak mata yang bengkak atau
lipatan kelopak mata bawah menonjol.

3. Mata

Mengkaji warna konjungtiva bila berwarna merah dan basah berarti normal, sedangkan berwarna pucat
berarti ibu mengalami anemia, dan jika konjungtiva kering maka ibu mengalami dehidrasi.

4. Payudara

Mengkaji pembesaran, ukuran, bentuk, konsistensi, warna payudara dan mengkaji kondisi puting,
kebersihan puting, inspeksi bentuk perut ibu mengetahui adanya distensi pada perut, palpasi juga tinggi
fundus uterus, konsistensi serta kontraksi uterus.

5. Lochea

Mengkaji lochea yang meliputi karakter, jumlah warna, bekuan darah yang keluar dan baunya.

6. Sistem perkemihan

Mengkaji kandung kemih dengan palpasi dan perkusi untuk menentukan adanya distensi pada kandung
kemih yang dilakukan pada abdomen bagian bawah.

7. Perineum

Pengkajian dilakukan dengan menempatkan ibu pada posisi senyaman mungkin dan tetap menjaga
privasi dengan inspeksi adanya tanda-tanda "REEDA" (Rednes/ kemerahan, Echymosis/ perdarahan
bawah kulit, Edeme/ bengkak, Discharge/ perubahan lochea, Approximation/ pertautan jaringan).

8. Ektremitas bawah

Ekstremitas atas dan bawah dapat bergerak bebas, kadang ditemukan edema, varises pada tungkai kaki,
ada atau tidaknya tromboflebitis karena penurunan aktivitas dan reflek patela baik.
e. Tanda-tanda vital

Mengkaji tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah selama 24 jam pertama
masa post partum atau pasca partum.

f. Pemeriksaan penunjang.

a. Jumlah darah lengkap hemoglobin atau hematokrit (Hb/Ht): mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek dari kehilangan darah pada pembedahan.

b. Urinalis: kultur urine, darah, vaginal, dan lochea, pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan
individual.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut teori pada klien pasca persalinan normal menurut Doengoes (2001)
dalam Wahyuningsih, 2019, meliputi :

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, edeme atau pembesaran
jaringan.

b. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan kerusakan kulit, penurunan Hb.

c. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan.

d. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek dehidrasi, diare dan nyeri
perineal/rectal.

e. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek-efek hormonal, trauma mekanis dan edema
jaringan.

f. Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan berhubungan dengan intake adekuat.

3. Perencanaan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan pada ibu paska persalinan normal (Doengoes, 2001) adapun diagnosa
yang munkin didapatkan yaitu:

Diagnosa 1

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma mekanis, edeme atau pembesaran jaringan.

Tujuan: Nyeri dapat hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria hasil :

1. Klien tampak rileks

2. Rasa nyaman nyeri dapat berkurang / hilang

3. Skala nyeri 1-2. . Tanda-tanda vital dalam batas normal TD 120/80 mmHg,

4 Nadi: 80-88 x/mnt, RR: 20 x/mnt, Suhu : 36°C

Rencana Tindakan :

1. Tentukan adanya lokasi dan sifat nyeri, tinjau ulang persalinan dan catatan kelahiran.

2. Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomi, perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan local, eksudat
purulen atau kehilangan perlekatan jahitan.

3. Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah proses kelahiran.

4. Anjurkan relaksasi dengan nafas dalam.

5. Inspeksi hemoroid pada perineum, anjurkan penggunaan kompres es selama 20 menit setiap 4 jam.

6. Mengkaji nyeri tekan uterus tentukan adanya frekuensi intensitas nyeri.

7. Beri analgesik 30 60 menir sebelum menyusui atau perawatan perineum bila dibutuhkan.

Diagnosa 2

Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan kerusakan kulit, penurunan Hb.
Tujuan

Resiko tinggi terhadap infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria hasil :

1. Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan resiko atau meningkatkan penyembuhan.

2. Menunjukan luka yang bekas dari drainage purulen bebas dari infeksi dan karakteristik normal.

Rencana Tindakan :

1. Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi, catat tanda-tanda menggigil, anoreksia atau
malaise.

2. Infeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam, perhatikan nyeri tekan berlebihan, kemerahan, edema
atau adanya laserasi.

3. Perhatikan frekuensi / jumlah berkemih.

4. Anjurkan klien mandi setiap hari dan ganti pembalut. Anjurkan klien untuk menggunakan krim
antibiotik pada perineum sesuai indikasi

5. Berikan antipiretik.

Diagnosa 3

Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat

Tujuan : Pengetahuan dapat bertambah setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria hasil :

Mengungkapkan pemahaman tentang perubahan fisiologi, kebutuhan-kebutuhan individu, hasil yang


diharapkan.

Rencana Tindakan :
1. Mengkaji kesiapan dan motifasi klien untuk belajar, bantu klien atau pasangan dalam mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan.

2. Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang distandarisasi atau ceklis.

3. Mengkaji keadaan fisik klien. Rencanakan sesi kelompok atau individu.

4. Berikan atau kuatkan informasi yang berhubungan dengan pemeriksaan pasca partum lanjutan.

5. Demonstrasikan tehnik-tehnik perawatan baik.

Diagnosa 4

Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, efek-efek dehidrasi, diare dan nyeri
perineal/rectal.

Tujuan : Konstipasi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria hasil :

1. Klien defekasi biasa atau optimal satu hari sekali.

2. Keluhan saat BAB tidak ada.

Rencana tindakan :

1. Auskultasi adanya bising usus, perhatikan kebiasaan pengosongan normal atau diastase recti.

2. Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar, peningkatan cairan dan upaya
untuk membuat pola pengosongan normal.

3. Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi.

4. Mengkaji episiotomi, perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan jaringan.

5. Kolaborasi berikan laksatif, lunak feses, suppositoria atau enema.

Diagnosa 5
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek-efek hormonal, trauma mekanis dan edema
jaringan.

Tujuan : Perubahan eliminasi urine tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Kriteria hasil :

1. Berkemih tidak dibantu dalam waktu 6-8 jam setelah kelahiran

2. Mengosongkan kandung kemih setiap berkemih.

Rencana Tindakan :

1. Mengkaji masukan cairan dan keluar urine terakhir.

2. Palpasi kandung kemih, pantau fundus dan likasi serta jumlah aliran lochea.

3. Perhatikan adanya edema atau laserasi episiotomi dan jenis anastesi yang digunakan

4. Anjurkan berkemih dalam 6-8 jam pasca persalinan dan setiap

4 jam setelahnya, bila kondisi memungkinkan biarkan klien berjalan ke kamar mandi.

5. Anjurkan klien minum 6 sampai 8 gelas cairan perhari.

6. Melakukan kateterisasi sesuai indikasi

Diagnosa 6

Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan berhubungan dengan intake adekuat.

Tujuan: Risiko tinggi terhadap kekurangan cairan berlebihan tidak terjadi setelah dilakukan tindakan
keperawatan.

Kriteria hasil:

Tetap normotensif dengan masukan cairan dan keluaran urine seimbang, haemoglobin dan hematokrit
dalam keadaan normal.

Rencana tindakan :
1. Catat kehilangan cairan pada waktu kelahiran

2. Dengan perlahan masase fundus bila uterus menonjol

3. Perhatikan adanya rasa haus, berikan cairan sesuai toleransi

4. Evaluasi masukan cairan dan keluaran urune, selama diberikan infus atau sampai. pola berkemih
normal.

4. Implementasi Keperawatan

Dalam melaksanakan implementasi seorang tenaga kesehatan harus mempunyai kemampuan kognitif
dalam proses implementasi yaitu mencakup melakukan pengkajian ulang kondisi klien, memvalidasi
rencana keperawatan yang telah disusun, menentukan kebutuhan yang tepat untuk memberikan
bantuan, melaksanakan strategi keperawatan dan mengomunikasikan kegiatan baik dalam bentuk lisan
maupun tulisan. Diharapkan juga tenaga kesehatan mampu bekerja sama dengan klien, keluarga serta
anggota tim kesehatan yang terkait, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan dapat optimal dan
komprehensif.

a. Kolaborasi

Melakukan dengan tim kesehatan yang lain diantaranya mengganti cairan yang hilang dengan infus
mengandung elektrolit, obat-obatan, gizi, dan lain-lain

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang merupakan tahap akhir dari proses keperawatan bertujuan untuk menilai hasil akhir dari
seluruh tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi pada ibu post partum meliputi: dimulainya
ikatan keluarga, berkurangnya nyeri, terpenuhi kebutuhan psikologi, mengekspresikan harapan diri yang
positif, komplikasi tercegah teratasi, bebas dari infeksi, pola eliminasi optimal, mengungkapkan
pemahaman tentang perubahan fisiologis dan kebutuhan ibu post partum (Doenges, 2005 dalam
Wahyuningsih, 2019).
Sumber : Wahyuningsih, dkk., 2019. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Post Partum Dilengkapi Dengan
Panduan Persiapan Praktikum Mahasiswa Keperawatan. Yogyakarta : Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai