Anda di halaman 1dari 52

2023

Abu Farraz Aljauzi

inqi

[ Ashlus Sunnah wa
I’tiqod Ad-Din]
[Type the abstract of the document here. The abstract is typically a
short summary of the contents of the document. Type the abstract
of the document here. The abstract is typically a short summary of
the contents of the document.]
"Mengikat ilmu dengan Tulisan"

Ashlus Sunnah wa I’tiqod Ad-Din


Posted on 7 January 2013 by abu raafi
‫أﺻﻞ ا ﺴﻨﺔ واﻋﺘﻘﺎد ا ﻳﻦ‬
‫ﻤﺪ ﻋﺒﺪ ا ﺮ ﻦ ﺑﻦ ﻤﺪ ﺑﻦ إدر ﺲ‬ ‫ﻷ‬
‫ا ﺸﻬ ﺑﺎﺑﻦ أ ﺣﺎﺗﻢ‬

Kitab : Ashlus Sunnah wa I’tiqodud Diin (Pokok-Pokok Sunnah dan


Keyakinan-Keyakinan Islam)

Penulis : Abu Muhammad Abdurrahman bin Muhammad bin Idris


(Ibnu Abi hatim 240-327 H)

:‫ﺣﺎﺗﻢ‬ ‫ﻗﺎل ﻋﺒﺪ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﺑﻦ أﺑﻲ‬


‫ﺳﺄﻟﺖ أﺑﻲ وأﺑﺎ زرﻋﺔ –رﺿ ال ﻋﻨﻬﻤﺎ – ﻋﻦ ﻣﺬاﻫﺐ أﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ‬
‫ﻓ أﺻﻮل اﻟﺪﻳﻦ وﻣﺎ أدرﻛﺎ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻓ ﺟﻤﻴﻊ اﻷﻣﺼﺎر وﻣﺎ‬
‫ﻳﻌﺘﻘﺪان ﻣﻦ ذﻟﻚ‬

ً‫ ﺣﺠﺎزاً وﻋﺮاﻗﺎً وﻣﺼﺮا‬-‫ أدرﻛﻨﺎ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻓ ﺟﻤﻴﻊ اﻟﻤﺼﺎر‬: ‫ﻓﻘﺎﻻ‬


:‫ﻣﺬﻫﺒﻬﻢ‬ ‫وﺷﺎﻣﺎً وﻳﻤﻨﺎً – ﻓﻜﺎن ﻣﻦ‬
Telah berkata Abdurrahman bin Abi hatim : Aku pernah bertanya
kepada bapakku (yaitu Imam Abu hatim) dan Abu Zur’ah (semoga
Allah meridloi keduanya) tentang madzhab Ahlus Sunnah di dalam
ushuluddin (pokok–pokok agama) dan apa yang keduanya dapatkan

1
dari para ulama di seluruh negeri serta apa saja yang mereka
berdua yakini.

Maka, keduanya berkata : Kami telah berjumpa dengan para ulama


di seluruh negeri baik di Hijaz, Iraq, Mesir, Syam maupun Yaman,
maka diantara madzhab yang mereka anut adalah :

‫ أن اﻹ ﻳﻤﺎن ﻗﻮل وﻋﻤﻞ ﻳﺰﻳﺪ وﻳﻨﻘﺺ‬. ١


1. Iman itu berupa perkataan dan perbuatan, bertambah dan
berkurang.

۞ Penjelasan :
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

ُ ٰ‫اد ُﻫ ْﻢ ُﻫ ًﺪى و ٰاﺗ‬


ُ ‫ﯩﻬ ْﻢ َ ْﻘ ٰﻮ‬
ْ‫ﯨﻬﻢ‬ َ َ ْ ََْ َ ْ َ
‫وا ِ ﻦ اﻫﺘﺪوا ز‬
“Dan orang–orang yang mendapat petunjuk, Allah menambah
petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka
(balasan) ketaqwaannya.” [Muhammad : 17

ً َ ْ ْٓ ُ َ ٰ َ ْ َ َ ْ َ
‫…ﻳﺰداد ا ِ ﻦ اﻣﻨﻮا ِا ﻤﺎﻧﺎ‬

“Dan supaya orang – orang yang beriman bertambah imannya.”


[Al- Muddatstsir : 31]
َٰ ً َ ْ ْ َُْ َ ُُٰٰ ْ َْ َ ْ َ ُ َ َ ْ ُُُُْ ْ َ َ ُ َ ُ َ
‫ ِاذا ذ ِﻛﺮ ا و ِﺟﻠﺖ ﻗﻠﻮ ﻬﻢ و ِاذا ﺗ ِﻠﻴﺖ ﻋﻠﻴ ِﻬﻢ اﻳﺘﻪ زاد ﻬﻢ ِا ﻤﺎﻧﺎ و‬...
ُ
ۙ◌‫َر ِّ ِﻬ ْﻢ َ ﺘَ َﻮ ْﻮ َن‬

2
“Dan apabila kepada mereka dibacakan ayat-ayat-Nya, maka
bertambah iman mereka.” [Al-Anfal 2]

Iman yang sempurna mencakup qaul (perkataan) dan amal


(perbuatan), Syaikul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :

“Dan di antara prinsip Ahlus sunnah wal jama’ah, ad-din


(agama/amalan) dan al-iman adalah perkataan dan perbuatan,
perkataan hati dan lisan, perbuatan hati, lisan dan anggota badan”.
[Syarh Aqidah Wasithiyah, hlm. 231]

Para Imam Ahlus Sunnah mengatakan bahwa iman itu adalah


perkataan dan perbuatan, karena pada umumnya ahli bid’ah
mengatakan bahwa iman itu di i’tiqodkan (diyakini) cukup dihati
tanpa ada sangkut paut sama sekali dengan lisan dan perbuatan.

Bahkan sebagian dari ahli bid’ah yang lain mengatakan bahwa iman
itu cukup dengan lisan, tidak ada sangkut pautnya dengan hati dan
perbuatan, Seperti orang munafiq (nifaq i’tiqodiyyah), Mereka
mengucapkan keimanan dengan lisan namun mengingkari dalam
hati ?!

Adapun perbuatan adalah bagian dari iman, dimana iman akan ;

 Bertambah dengan sebab mentaati Allah dan


 Berkurang dengan sebab mentaati syaithon (maksiat).

‫واﻟﻘﺮآن ﻛﻼم اﻟ ﻪ ﻏﻴﺮ ﻣﺨﻠﻮق ﻣﻦ ﺟﻤﻴﻊ ﺟﻬﺎﺗﻪ‬. ٢


2. Al–Qur’an adalah Kalam Allah bukan makhluq, dalam segala
aspek/jurusannya.

۞ Penjelasan :

3
Allah azza wa jalla berfirman :

َ ََ َ َ ْ َ َ ُْ ََ َ َ َ َ ْ َ ْ ُْ َ ّ ٌ َ َ ْ َ
… ِ ‫ما‬ ٰ
‫و ِن أﺣﺪ ِﻣﻦ ا ﻤ ِ ِ اﺳﺘﺠﺎرك ﻓﺄ ِﺟﺮه ﺣ ﺴﻤﻊ‬

“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta


perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat
mendengar kalam Allah”. [At-Taubah: 6]

Inilah aqidah yang sangat besar dan sangat agung yang terambil
dari cahaya dan hidayah Al-qur’an dan As-Sunnah bersama
perjalanan Salaful Ummah, Bahwa Al-qur’an adalah Kalamullah dari
segala jurusannya, lafadz-lafadznya dan makna-maknanya.

Ia (Al-qur’an) dihafal di dalam dada, diucapkan dengan lisan dan


ditulis di berbagai mushaf.

Barangsiapa yang berkeyakinan bahwa Al–Qur’an itu makhluq,


maka ia adalah seorang penganut faham Jahmiyah yang sesat.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah bersepakat bahwa Al–Qur’an adalah
kalam Allah dan bukan makhluk.

‫واﻟﻘﺪر ﺧﻴﺮه وﺷﺮه ﻣﻦ اﻟ ﻪ ﻋﺰ وﺟﻞ‬. ٣


3. Takdir yang baik maupun yang buruk adalah dari Allah Azza wa
Jalla.

۞ Penjelasan :
Allah Ta’ala berfirman :

َ َ ُ ََْ َ ْ َ ُ
‫ٍء ﺧﻠﻘﻨﺎه ِﺑﻘﺪ ٍر‬ ‫ِإﻧﺎ‬

4
“Sesungguhnya, segala sesuatu Kami ciptakan dengan takdir.”
[Al-Qamar 49]

Mengimani hal tersebut merupakan aqidah yang sangat besar sekali


dan iman kepada takdir yang baik dan buruk terdiri dari ;

Pertama : Menerima dan mengimani seluruh hadits-hadits (shahih)


yang menerangkan masalah takdir dan tidak boleh menolak atau
mengingkari dengan alasan bertentangan dengan akal atau lainnya.

Kedua : Tidak bertanya dengan pertanyaan seperti; ‘kenapa ?’ dan


‘bagaimana ?’

Ketiga : Apabila hadits-hadits yang menerangkan masalah takdir


belum diketahui maksud dan tafsirnya (karena keterbatasan akal)
maka cukup (wajib) mengimani dan berserah diri (taslim).

‫وﺧﻴﺮﻫﺬه اﻷﻣﺔ ﺑﻌﺪ ﻧﺒﻴﻬﺎ –ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺴﻠﻢ – أﺑﻮ ﺑ ﺮ اﻟﺼﺪﻳﻖ ﺛﻢ‬. ٤


– ‫ﻋﻤﺮ ﺑﻦ اﻟﺨﻄﺎب ﺛﻢ ﻋﺜﻤﺎن ﺑﻦ ﻋﻔﺎن ﺛﻢ ﻋﻠ ﺑﻦ أﺑﻲ ﻃﺎﻟﺐ‬
‫ وﻫﻢ اﻟﺨﻠﻔﺎء اﻟﺮاﺷﺪون اﻟﻤﻬﺪﻳﻮن‬,-‫رﺿ اﻟ ﻪ ﻋﻨﻬﻢ‬
4. Sebaik–baik umat setelah Nabinya adalah Abu Bakar Ash–
Shiddiq, kemudian ‘Umar bin Al–Khattab, kemudian ‘Utsman bin
Affan, kemudian ‘Ali bin Abu Thalib radliyallahu ‘anhum. Mereka
adalah Khulafaur Rasyidun Al–Mahdiyun (para khalifah yang
berpegang teguh kepada agama dan mengikuti kebenaran).

۞ Penjelasan :
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Hendaklah kalian
mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin
sesudahku.” [HR.Abu Daud. Ahmad, dan lainnya]

5
Adapula riwayat dari Ibnu ‘Umar yang berkata : “Kami berkata,
sedangkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup :
Sebaik–baik ummat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah
beliau adalah Abu Bakar, Umar kemudian Utsman.” [Muttafaqun
‘Alaih]

‫وأن اﻟﻌﺸﺮة اﻟﺬﻳﻦ ﺳﻤﺎﻫﻢ رﺳﻮل اﻟ ﻪ ﺻﻠ اﻟ ﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ و‬. ٥


‫ وﻗﻮﻟﻪ ﺣﻖ‬,‫ﺷﻬﺪ ﻟﻬﻢ ﺑﺎﻟﺠﻨﻪ ﻋﻠ ﻣﺎ ﺷﻬﺪ ﺑﻪ‬
5. Sesungguhnya sepuluh orang yang telah disebutkan nama
mereka oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan telah
disaksikan masuk surga sesuai dengan pernyataan beliau shallallahu
alaihi wasallam dan perkataan beliau itu benar adanya.

۞ Penjelasan :
Sepuluh Orang tersebut yang telah di jamin masuk surga ialah ; Abu
Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin
Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abu
Ubaidah bin Jarrah dan Sa’id bin Zaid.

Dari Sa’id bin Zaid yang berkata : “Bahwa saya pernah mendengar
bahwa beliau bersabda : Sepuluh orang ada di jannah, Nabi di
jannah, Abu Bakar di jannah, Umar di jannah, Utsman di jannah, Ali
di jannah, Thalhah di jannah, Sa’ad bin Malik di jannah,
Abdurrahman bin ‘Auf di jannah.

Bila aku mau akan kusebutkan yang kesepuluh.” Para sahabat


bertanya : “Siapakah dia ?” “Beliau bersabda : Sa’id bin Zaid”.
[Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ashabus Sunan selain An-
Nasa’i]

6
Dalam riwayat lain dari jalur Abdurrahman bin ‘Auf pada riwayat At-
Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanad shahih. Disebutkan yang
kesepuluh adalah Az–Zubair bin Al–‘Awwam.

–‫واﻟﺘﺮﺣﻢ ﻋﻠ ﺟﻤﻴﻊ أﺻﺤﺎب ﻣﺤﻤﺪ –ﺻﻠ اﻟ ﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬. ٦


‫واﻟ ﻒ ﻋﻤﺎ ﺷﺠﺮ ﺑﻴﻨﻬﻢ‬
6. Memintakan kasih sayang (ber-tarahhum) bagi seluruh shahabat
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta menahan diri dari
(membicarakan) perselisihan yang terjadi diantara mereka.

۞ Penjelasan :
Ber-tarahhum yakni mengucapkan rahimahumullah (semoga Allah
merahmati mereka) atau radhiyallahu’anhum (semoga Allah
meridhoi mereka).

Memintakan kasih sayang dan ridla untuk para sahabat Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan salah satu sifat hamba–
hamba Allah yang beriman dan bertaqwa, yang di dalam hati
mereka tidak terdapat kebencian, kemunafikan dan kedengkian.
Bagaimana mungkin seorang mukmin tidak memintakan rahmat
dan ridla Allah untuk para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, sedangkan mereka semua berada di jannah berdasarkan
keterangan dari nash Al-Qur’an :

“Dan Allah menjanjikan, untuk masing–masing al-husna


(kebaikan).” Al-Husna (kebaikan) disini artinya jannah. [Al-Hadid :
10]

Allah sendiri telah menyatakan keridlaan-Nya kepada mereka :


“Allah meridlai mereka dan mereka pun ridla kepada Allah.”
[At-Taubah : 100]

7
‫وأن اﻟ ﻪ ﻋﻠ ﻋﺮﺷﻪ ﺑﺎﺋﻦ ﻣﻦ ﺧﻠﻘﻪ ﻛﻤﺎ وﺻﻒ ﺑﻪ ﻧﻔﺴﻪ ﻓ‬. ٧
,‫ﻛﻴﻒ‬ ‫اﻟ ﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﺑﻼ‬ ‫ﻟﺴﺎن رﺳﻮ ﻟﻪ ﺻﻠ‬ ‫ﻛﺘﺎﺑﻪ وﻋﻠ‬
‫ ﻟﻴﺲ ﻛﻤﺜﻠﻮ ﺷﻴﺊ وﯨﻮ اﻟﺴﻤﻴﻊ اﻟﺒﺼﻴﺮ‬,‫أﺣﺎط ﺑ ﻞ ﺷﻴﺊ ﻋﻠﻤﺎ‬
7. Sesungguhnya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya yang terpisah dari
makhluk-Nya, sebagaimana sifat yang Dia (Allah) sifatkan diri-Nya
dalam kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya, tanpa diketahui kaif
(bagaimana)nya.

Ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Tidak ada sesuatupun yang


serupa dengan-Nya dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

۞ Penjelasan :
Salah satu dari aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah
Menetapkan sifat Al-Uluw (ketinggian Allah) dan sifat istiwa’
(bersemayamnya Allah di atas Arsy-Nya) yang sesuai dengan
kebesaran dan kemuliaan-Nya, sekaligus menyalahi Aqidah firqoh-
firqoh sesat dari ahli bid’ah seperti Mu’tazilah dan Jahmiyyah dan
yang mengikuti Manhaj mereka dari Asy’ariyyah dan Maturidiyyah.

Istiwa’ Allah di atas ‘Arsy-Nya disebutkan dalam tujuh tempat di Al-


Qur’an yaitu :

1. Al-A’raf ayat 56
2. Yunus ayat 3
3. Ar–Rad ayat 2
4. Thaha ayat 5
5. Al–Furqan ayat 59
6. As–Sajadah ayat 4
7. Al–Hadid ayat 4

8
• Makna istiwa terkait sifat Allah ada 4, yaitu;

1. Al-Uluw (tinggi)
2. Al-Irtifa’ (meninggi)
3. As-Suud (naik)
4. Al-Istiqrar (menetap)

Kalam “Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya dan Dia


Maha Mendengar lagi Maha Melihat” untuk meniadakan Tamtsil
(penyerupaan atau kesamaan Allah dengan makhluqnya) dan
menetapkan sifat Allah yang Maha Mendengar dengan
pendengran-Nya dan yang Maha Melihat dengan penglihatan-Nya.

‫ وﻳﺮاه أﻫﻞ اﻟﺠﻨﺔ‬,‫اﻟﺨﺮة‬ ‫ﻳﺮى ﻓ‬ ‫واﻟ ﺔ ﺗﺒﺎرك وﺗﻌﺎﻟ‬. ٨


‫ وﻳﺴﻤﻌﻮن ﻛﻼﻣﺔ ﻛﻴﻒ ﺷﺎء وﻛﻤﺎ ﺷﺎء‬,‫ﺑﺄﺑﺼﺎرﻫﻢ‬
8. Allah Tabaraka wa Ta’ala akan dapat dilihat di akhirat, dan
Segenap penduduk surga akan melihat-Nya dengan mata kepala
mereka. Dan mereka mendengar perkataan-Nya sebagaimana Dia
berkehendak.

۞ Penjelasan :
Allah Ta’ala berfirman :

“Wajah–wajah mu’minin pada hari itu berseri–seri kepada Rabbnya


mereka melihat.” [Al-Qiyamah 22-23]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : “Sesungguhnya


kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan
ini..”

9
[Shahih Bukhari, Fathul Bari, XIII/419, hadits no. 7434, dan Muslim
Syarah Nawawi, tahqiq Khalil Ma’mun Syiha, V/135, hadits no.
1432, Bab Fadhli Shalati Ash Shubhi Wal ‘Ashri Wal Muhafazhah
‘Alaihima. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Tirmidzi, no. 2551;
Shahih Sunan At Tirmidzi, III; Ibnu Majah, Shahih Sunan Ibni Majah,
I, no. 147/176, dan lain-lain]

Dalam Hadits yang lain ; “Ketahuilah, sesungguhnya kalian akan di


hadapkan kepada Rabb kalian, maka kalian akan melihat Rabb
kalian sebagaimana kalian melihat bulan ini”. [HR Muslim].

,‫أﺑﺪ ًا‬ ‫ وﻫﻤﺎﻣﺨﻠﻮﻗﺘﺎن ﻻ ﻳﻔﻨﻴﺎن‬,‫واﻟﺠﻨﺔ ﺣﻖ واﻟﻨﺎر ﺣﻖ‬. ٩


.‫رﺣﻢ‬ ‫ﻓﺎﻟﺠﻨﺔ ﺛﻮاب ﻷوﻟﻴﺎﺋﻪ واﻟﻨﺎر ﻋﻘﺎب ﻷﻫﻞ ﻣﻌﺼﻴﺘﻪ إﻻ ﻣﻦ‬
9. Jannah (syurga) adalah benar dan naar (neraka) adalah benar
(adanya), Keduanya adalah makhluk yang tidak akan punah selama-
lamanya (kekal abadi). Maka Surga adalah ganjaran bagi para wali-
Nya, sedangkan neraka adalah hukuman/adzab bagi orang–orang
yang bermaksiat kepada-Nya, kecuali yang mendapatkan rahmat-
Nya.

۞ Penjelasan :
Dalam Syarah Aqidah Thahawiyah hal. 476-477, Imam Ath-Thahawi
berkata : “Ahlus Sunnah bersepakat bahwa jannah dan neraka
adalah dua makhluq yang sekarang telah ada…” Kemudian beliau
menyebutkan banyak dalil, diantaranya Allah Ta’ala berfirman :
“Telah disediakan (jannah) itu bagi orang–orang yang bertaqwa.”.
[Ali ‘Imran 133]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman :

10
“Yang telah disediakan (jahannam itu) bagi orang kafir.”. [Ali ‘Imran
131]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menceritakan kisah ‘Isra’


dan Mi’raj :

“Kemudian, saya memasuki jannah, ternyata ia berupa bukit–bukit


permata.” [Al-Bukhari dan Muslim]

Adapun dalil dari Al-Qur’an tentang kekekalan Surga, Allah


berfirman :

“Balasan mereka di sisi Rabb mereka adalah surga Adn yang


mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun
ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang
yang takut kepada Rabbnya.” [Al-Bayinah: 8]

Dalil dari Al-qur’an kekekalan neraka, Allah berfirman :

“Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka


sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya”. [Al-Jin: 23]

Dalil dari hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam :

“Apabila penduduk surga telah ke surga dan penduduk neraka telah


ke neraka, didatangkan kematian (maut) hingga berada di antara
surga dan neraka. Kemudian (kematian) itu disembelih. Lantas ada
yang menyeru, ‘Wahai penghuni surga, tak ada lagi kematian!
Wahai penghuni neraka, tak ada lagi kematian!’ Akhirnya,
kegembiraan penghuni surga semakin bertambah. Sebaliknya,
kesedihan penghuni semakin menjadi.” [HR Bukhari dan Muslim]

11
‫واﻟﺼﺮاط ﺣﻖ‬. ١٠
10. Shirath adalah benar (adanya).

۞ Penjelasan :
Shirath yaitu jembatan yang terbentang di atas neraka jahannam
yang akan dilewati semua oleh manusia ketika menuju Surga.

Allah Ta’ala berfirman :

“Dan tidak ada seorang pun dari kalian, melainkan akan


mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu
kemestian yang sudah ditetapkan”. [Maryam :17]

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu


dan Ka’ab bin Ahbar radhiyallahu ‘anhu bahwa yang dimaksud
dengan mendatangi neraka dalam ayat tersebut adalah melewati
shirath. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir 5/254]

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

Kemudian didatangkan jembatan lalu dibentangkan di alas


permukaan neraka jahannam.

Kami (para Sahabat)bertanya : “Wahai Rasulullah, bagaimana


(bentuk) jembatan itu ?”.

jawab beliau, “licin (lagi) mengelincirkan, Di atasnya terdapat besi-


besi pengait dan kawat berduri yang ujungnya bengkok, ia bagaikan
pohon berduri di Nejd, dikenal dengan pohon Sa’dan ..”
[Muttafaqun ‘alaih]

12
‫واﻟﻤﻴﺰان اﻟﺬي ﻟﻮ ﻛﻔﺘﺎن ﻳﻮزن ﺑﻮ أﻋﻤﺎل اﻟﻌﺒﺎد ﺣﺴﻨﻬﺎ‬. ١١
‫وﺳﻴﺌﻬﺎ ﺣﻖ‬
11. Mizan (timbangan) yang mempunyai dua sisi (daun) timbangan
yang di tombang dengannya amalan para hamba, yang baik
maupun yang buruk adalah benar (adanya).

۞ Penjelasan :
Mizan adalah timbangan yang Allah letakkan pada hari kiamat nanti
untuk menimbang amalan para hamba-Nya. [Syarh Lum’atul I’tiqad
hlm. 120]

Allah ta’ala berfirman:

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat,


maka tiadalah dirugikan seseorang sedikit pun. Dan jika (amalan
itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)
nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” [Al-Anbiya:
47]

“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang


siapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-
orang yang beruntung.” [Al-A’raf: 8]

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengisahkan dalam hadits


bithaqah (selembar kartu) yang masyhur;

“Sesungguhnya Allah akan menyelamatkan/membebaskan


seseorang dari umatku di hadapan seluruh makhluk pada hari
kiamat, yang dipampangkan kepadanya 99 catatan amalannya,
setiap catatan amalan panjangnya sejauh mata memandang. Dia

13
(Allah) berkata kepadanya; “Apakah engkau akan mengingkari
sesuatu dari catatan-catatan ini ? Apakah para malaikat-Ku yang
bertugas mencatat amal mendzalimimu?” Dia menjawab; “Tidak,
wahai Rabbku.” Allah berkata; “Apakah engkau memiliki udzur
(alasan) atau kebaikan?” Orang tersebut bingung, kemudian dia
menjawab; “Tidak, wahai Rabbku.” Allah kemudian berkata; “Justru
engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku. Tidak ada sedikit pun
kedzaliman yang akan menimpamu pada hari ini.”
Kemudian dikeluarkan satu kartu (bithaqah) miliknya yang ada
padanya ucapan syahadatnya. Allah berkata; “Datangkanlah kartu
itu!”
Orang itu berkata; “Wahai Rabbku, apa artinya kartu ini
dibandingkan dengan lembaran catatan amalan itu?” Allah
menjawab, “Sesungguhnya engkau tidak akan didzalimi.” Kemudian
diletakkan lembaran-lembaran tersebut di salah satu sisi
timbangan, sedangkan kartu itu diletakkan di sisi timbangan
lainnya. Sisi timbangan yang ada lembaran-lembaran naik dan
bagian lain yang berisi kartu turun”. [HR. at-Tirmidzi]
.

‫واﻟﺤﻮض اﻟﻤ ﺮم ﺑﻪ ﻧﺒﻴﻨﺎ –ﺻﻠ اﻟ ﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ– ﺣﻖ‬. ١٢


12. Al-Haudh (telaga) yang di muliakannya Nabi kita shallallahu
‘alaihi wa sallam dengannya adalah benar (adanya).

۞ Penjeasan :
• Makna al-Haudh;

14
– Secara etimologi, al-Haudh adalah tempat terkumpulnya air
dalam jumlah yang banyak, yakni telaga.

– Adapun makna al-Haudh secara syar’i adalah sebuah telaga di


Mahsyar, yang airnya bersumber dari sungai al-Kautsar (yang
dikaruniakan) kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. [Syarh
Lum’atul I’tiqad li Ibnu ‘Utsaimin hlm. 123]

• Dalil nya :

Allah berfirman :

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang


banyak”. [Al-Kautsar : 1]

Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda :

“Al Kautsar itu adalah telaga yang Allah subhanahu wa ta’ala


janjikan untukku, dimana pada telaga ini terdapat kebaikan yang
banyak.” [HR Muslim]

“Telagaku (lebar dan panjangnya) sejauh perjalanan satu bulan.


Airnya lebih putih daripada perak, baunya lebih harum daripada
misik, dan bejana-bejananya sejumlah bintang-bintang di langit.
Barang siapa yang meminumnya, niscaya dia tidak akan merasa
haus selamanya.” [HR. Muslim]

Hadits – hadits mengenai telaga mencapai derajat mutawatir,


diriwayatkan oleh lebih dari tiga puluh shahabat. [Lihat “Al-Bidayah
wan Nihayah” Ibnu Katsir, “As-Sunnah” Ibnu Abi Syaibah dan
“Ma’arij Al-Qabul” Al-Hakamiy]

15
‫ وأن ﻧﺎﺳﺎ ﻣﻦ أﻫﻞ اﻟﺘﻮﺣﻴﺪ ﻳﺨﺮﺟﻮن ﻣﻦ اﻟﻨﺎر‬.‫واﻟﺸﻔﺎﻋﺔ ﺣﻖ‬. ١٣
‫ﺑﺎﻟﺸﻔﺎﻋﺔ ﺣﻖ‬
13. Syafa’at adalah benar (adanya). Dan sesungguhnya sebagian
manusia dari ahli tauhid (yang masuk neraka) keluar dari neraka
dengan sebab mendapat syafa’at adalah benar.

۞ Penjelasan :
• Makna Syafaat;

– Secara bahasa syafa’at berarti menjadikan sesuatu genap


(berpasangan). Asy-syaf’u artinya genap lawan dari al-witru
(genap). [Lisaanul ‘Arab (8/183)]

– Adapun dalam istilah syariat syafa’at adalah menjadi penengah


bagi orang lain untuk mengusahakan kebaikan atau mencegah
keburukan.
[Syarhul Aqiidatil Waasithiyyah (2/168)]

Imam Ibnul Atsir berkata :

“(Lafazh) syafa’at disebutkan berulang kali dalam hadits-hadits


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam perkara yang
berkaitan dengan urusan dunia maupun akhirat. Syafa’at ini artinya
memohon (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) agar (Dia)
mengampuni dosa-dosa dan kesalahan (yang terjadi) di antara
mereka. [Kitab An-Nihaayah Fi Ghariibil Hadits Wal Atsar (2/1184)]

• Dalil penetapan syafaat, Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

16
“Siapakah (tiada seorangpun) yang dapat memberi syafa’at di sisi
Allah tanpa izin-Nya.” (QS. al-Baqarah: 255)

“Dan mereka tidak (bisa) memberi syafa’at melainkan kepada


orang yang diridhai Allah.” (QS. al-Anbiyaa’: 28)

“Pada hari itu (hari kemudian) tidak berguna syafa’at, kecuali


(syafa’at) orang yang diberi izin oleh Allah Maha Pemurah, dan Dia
telah meridhai perkataannya.” (QS. Thaahaa: 109)

Dan masih banyak ayat yang semisal.

• Dalil dari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencapai


derajat mutawatir (diriwayatkan dari banyak jalan sehingga tidak
mungkin diingkari kebenarannya) :

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda ; “Setiap Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mempunyai doa yang mesti dikabulkan (oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala), maka mereka semua menyegerakan doa
mereka tersebut (di dunia), dan aku menyimpan doaku sebagai
syafa’at bagi umatku pada hari Kiamat nanti, maka syafa’at itu
insya Allah akan diraih oleh orang yang meninggal dunia dari
umatku dalam keadaan dia tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu.“ (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa salam bersabda ; “Orang yang paling berbahagia dengan
(mendapatkan) syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang
mengucapkan (kalimat) Laa ilaaha illallahu (tidak ada sembahan
yang benar kecuali Allah) dengan ikhlas dari hati atau jiwanya.“
(HR. Bukhari)

17
‫وﻋﺬاب اﻟﻘﺒﺮ ﺣﻖ‬. ١٤
14. Adzab kubur adalah benar (adanya).

۞ Penjelasan :
• Dalilnya:

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan


ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia d̲ a̲n̲ ̲d̲i ̲ ̲a̲k̲h̲ir̲ ̲ a̲t;̲
dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat
apa yang Dia kehendaki.” (Ibrahim: 27)

Ayat ini menunjukkan adanya fitnah (ujian) di alam kubur, siksaan


dan kenikmatannya, sebagaimana yang terdapat dalam nash-nash
yang mutawatir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang
fitnah tersebut, sifatnya, kenikmatan dan siksaannya.” [Taisir Al-
Karim Ar-Rahman]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat ini lalu bersabda:


“(Ayat ini) turun berkenaan tentang siksaan kubur. Dikatakan
kepadanya: ‘Siapakah rabb-mu?’ Maka dia menjawab: ‘Rabb-ku
adalah Allah, nabiku Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, Maka
itulah yang dimaksud dengan firman-Nya: “Allah meneguhkan
(iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” [HR. Muslim: 2871]

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu’anhu, beliau berkata:


Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
(mengurusi) jenazah, lalu beliau bersabda: “Wahai sekalian
manusia, sesungguhnya umat ini akan diuji dalam kuburnya. Jika

18
seseorang telah dikuburkan dan para pelayatnya telah
meninggalkannya, maka dia didatangi oleh malaikat yang di
tangannya ada palu, lalu mendudukkannya dan bertanya: ‘Apa
pendapatmu tentang orang ini (maksudnya Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, pen.)?’

Jika dia seorang mukmin maka dia mengatakan: ‘Aku bersaksi


bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah semata,
tidak ada sekutu bagi-Nya, dan Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Nya.’
Maka malaikat itu berkata kepadanya: ‘Engkau benar.’ Maka
dibukakan baginya pintu menuju neraka, lalu dikatakan kepadanya:
‘Ini tempatmu jika sekiranya engkau kafir kepada rabb-mu. Adapun
jika engkau beriman kepada-Nya, maka sesungguhnya Allah telah
menggantikanmu dengan yang ini’, lalu dibukakan baginya pintu
menuju surga. Maka dia pun ingin segera beranjak ke sana, maka
dikatakan kepadanya: ‘Diamlah,’ lalu diluaskan kuburannya.

Adapun orang yang kafir atau munafik maka dikatakan kepadanya:


‘Apa pendapatmu tentang orang ini?’ Maka dia menjawab: ‘Aku
tidak tahu!’

Maka dikatakan kepadanya: ‘Kamu tidak tahu dan tidak berusaha


untuk mengetahui serta tidak mendapatkan hidayah!’ Lalu
dibukakan baginya pintu menuju surga lalu dikatakan kepadanya:
‘Ini tempatmu jika sekiranya engkau beriman kepada Rabb-mu.
Adapun di saat engkau kafir kepadanya, maka Allah menggantinya
dengan yang ini, lalu dibukakan baginya pintu menuju neraka.’ Lalu
malaikat itu memukulnya dengan palu dengan pukulan yang
didengar oleh seluruh makhluk Allah kecuali jin dan manusia.”

Sebagian sahabat bertanya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa


sallam: “Wahai Rasulullah, apakah setiap kami yang jika malaikat
yang di tangannya ada palu berdiri di sisi kepalanya akan

19
dipukulkan ketika itu?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab dengan menyebut firman Allah : “Allah meneguhkan
(iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan
orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.”
(Ibrahim: 27). [HR. Ath-Thabari, 16/592, Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-
Sunnah, 2/417, dishahihkan Al-Albani t dalam Ash-Shahihah no.
3394]

‫وﻣﻨﻜﺮ وﻧﻜﻴﺮ ﺣﻖ‬. ١٥


15. (Malaikat) Munkar dan Nakir adalah benar (adanya).

۞ Penjelasan :
• Dalil firman Allah subhanahu wa ta’ala :

“Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,


kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” [An-Nisa’:
136]

“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan
malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam
urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua,
tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang
dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” [Fathir:1]

• Dalil dari hadits Nab shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Jika mayit atau
salah seorang dari kalian telah dikubur, datang dua malaikat, hitam
(tubuhnya), biru (kedua matanya), satu dari keduanya bernama Al-

20
Munkar dan yang lain An-Nakir” [HR.At-Tirmidzy dan dihasankan
Syeikh Al-Albany]

‫واﻟ ﺮام اﻟ ﺎﺗﺒﻮن ﺣﻖ‬. ١٦


16. Malaikat mulia yang mencatat amal perbuatan menusia adalah
benar (adanya).

۞ Penjelasan :
• Dalil firman Allah Ta’ala :

“Dan sesungguhnya bagi kamu ada malaikat–malaikat yang


mengawasi. Yang mulia dan mencatat.” [Al-Infithar 10-11]

“Apakah mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia


dan bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan
utusan-utusan (malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi
mereka.” [az-Zukhruf: 80]

“(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya,


seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.
Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya kecuali ada di dekatnya
malaikat pengawas yang selalu hadir.” [Qaf: 17—18]

• Dalil hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; Allah


berfirman :

“Apabila hamba-Ku berniat melakukan satu amalan yang jelek,


janganlah kalian menulisnya. Apabila dia melakukannya, tulislah
satu kejelekan. Apabila dia berniat melakukan satu kebaikan,
kemudian tidak jadi melakukannya, tulislah (baginya) satu
kebaikan. Apabila dia melakukannya tulislah (baginya) sepuluh
kebaikan.” [Muttafaqun alaih]

21
‫واﻟﺒﻌﺚ ﻣﻦ ﺑﻌﺪ اﻟﻤﻮت ﺣﻖ‬. ١٧
17. Kebangkitan setelah mati adalah benar (adanya).

۞ Penjelasan :
• Dalil dari Al-qur’an Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Dan dengarkanlah (seruan) pada hari penyeru (malaikat) menyeru


dari tempat yang dekat. (Yaitu) pada hari mereka mendengar
teriakan dengan sebenarbenarnya. Itulah hari keluar (dari kubur).”
[Qaf: 41-42]

“Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya


mereka akan dibangkitkan pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari
(ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam?” [Al-
Muthaffifin: 4-6]

“Dari bumi (tanah) itulah, Kami menjadikan kalian, kepadanya Kami


akan mengembalikan kalian, dan darinya Kami akan mengeluarkan
kalian di kali yang lain.” [Thaha: 55]

“Dan Allah menumbuhkan kalian dari tanah dengan sebaik-baiknya,


kemudian Dia mengembalikan kalian ke dalam tanah serta
mengeluarkan kalian (darinya pada hari kiamat) dengan sebenar-
benarnya.” [Nuh:17-18]

• Dalil dari Hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam :

Dari Jabir Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:


“Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya ketika
meninggal.” [HR. Muslim no. 2878]

22
Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Jika Allah menginginkan siksa pada suatu kaum, niscaya adzab-
Nya mengenai orang yang bersama mereka, kemudian mereka
akan dibangkitkan sesuai dengan amalan mereka.” [HR. Al-Bukhari
no. 6575, Kitabul Fitan, Bab Idza Anzalallahu bi Qaumin ‘Adzaban]

Dari Aisyah bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam


bersabda:

“Kalian akan dikumpulkan pada hari kiamat nanti dalam keadaan


tidak memakai alas kaki, tidak berpakaian, dan belum dikhitan.”
Aisyah berkata: “Wahai Rasulullah, kaum pria dan wanita sebagian
mereka akan melihat yang lainnya.”

Rasulullah berkata: “Keadaan ketika itu lebih dahsyat, mereka tidak


lagi memikirkan hal itu.” [HR. Al-Bukhari no. 6572, Muslim no.
2859]

‫ ﻻ ﻧﻜﻔﺮ أﻫﻞ اﻟﻘﺒﻠﺔ‬,‫وأﻫﻞ اﻟ ﺒﺎﺋﺮﻓ ﻣﺸﻴﺌﺔ اﻟ ﻪ ﻋﺰوﺟﻞ‬. ١٨


.‫ﻋﺰوﺟﻞ‬ ‫ وﻧﻜﻞ ﺳﺮاﺋﺮﻫﻢ إﻟ اﻟ ﻪ‬,‫ﺑﺬﻧﻮﺑﻬﻢ‬
18. Orang-orang yang mengerjakan dosa-dosa besar (urusannya)
diserahkan kepada kehendak Allah ‘Azza wa Jalla, Kami tidak
mengkafirkan kaum muslimin dengan sebab dosa-dosa mereka,
Kami serahkan rahasia mereka kepada Allah ‘Azza wa Jalla.

۞ Penjelasan :
• Dalil dari Al-qur’an, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang


apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila

23
dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman
mereka (karenanya) dan kepada Rabbnyalah mereka bertawakkal.”
[Al-Anfaal: 2]

• Dalil dari Hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam :

“Tidaklah berzina seorang pezina tatkala dia berzina dalam


keadaan mukmin, tidaklah mencuri seorang pencuri tatkala dia
mencuri dalam keadaan mukmin, tidaklah seseorang meminum
khamar tatkala meminumnya dia dalam keadaan mukmin, dan
tidaklah seseorang merampas barang berharga yang para manusia
mengangkat pandangan kepadanya ketika merampasnya ia dalam
keadaan mukmin.” [Riwayat Bukhari no. 2343 dan Muslim no. 57
dari Abu Hurairah]

Barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya menghukuminya dengan


keislaman, maka dia adalah muslim. Barangsiapa yang Allah dan
Rasul-Nya menghukuminya dengan kekufuran maka dia adalah
kafir. (Allah ‘Azza wa Jalla berfirman):

“Hukum itu hanyalah kepunyaan Allah.” [Yusuf: 40 & 67 dan Al-


An’aam: 57]

Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma dia berkata: Rasulullah


shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa saja yang
mengatakan kepada saudaranya ‘Wahai kafir!’ maka (panggilan
itu) kembali kepada salah satu dari keduanya.” [Riwayat Al-Bukhari
no. 5753 dan Muslim no. 60]

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu bahwasanya dia mendengar Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seseorang
menuduh seorang lain dengan kefasikan dan tidaklah ia
menuduhnya dengan kekafiran kecuali akan kembali kepadanya

24
jika (ternyata) temannya (yang dituduh) tidak seperti itu.” [Riwayat
Al-Bukhari no. 5698 dan Muslim no. 61]

Dari Tsabit bin Adh-Dhahhak radhiyallahu anhu dari Nabi shallallahu


‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

“Barangsiapa menuduh seorang mukmin dengan kekafiran maka


dia seperti membunuhnya.” [Riwayat Al-Bukhari no. 5754]

‫وﻧﻘﻴﻢ ﻓﺮض اﻟﺠﻬﺎد واﻟﺤﺞ ﻣﻊ أﺋﻤﺔ اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻓ ﻛﻞ دﻫﺮ‬. ١٩


.‫وزﻣﺎن‬

19. Kami menegakkan kewajiban jihad dan haji bersama para


pemimpin kaum muslimin pada setiap masa dan zaman.

۞ Penjelasan :
• Dalilnya; Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja


yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk
berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan
musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu
tidak mengetahuinya sedang Allah mengetahuinya.” [Al-Anfal: 60]

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di


jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
bangunan yang tersusun kokoh.” [Ash-Shaff : 4]

Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

25
“Sesungguhnya seorang pemimpin itu adalah pelindung/perisai
yang dibawah kepemimpinannya diperangilah (musuh) dan
dengannyalah dihindarkan (bahaya musuh)”. [HR. al Bukhari no.
2957 dan Muslim no. 1841]

Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda :

“Wa idzaas tunfirtum, fanfiruu !” yang artinya “Dan jika kalian


diperintahkan untuk pergi berperang (berjihad), maka berangkatlah
!” [HR. Bukhari no. 1834 dan Muslim no. 1353]

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-


Nya, dan ulil amri di antaramu…” [An-Nisaa’: 59]

Rasul shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Akan ada sepeninggalku nanti para pemimpin yang tidak


berpegang kepada petunjukku dan tidak mengikuti sunnahku. Dan
akan ada di antara para penguasa itu orang-orang yang berhati
setan namun berbadan manusia.”

Hudzaifah bertanya, “Apa yang harus saya perbuat jika


mendapatinya?” Beliau menjawab, “Hendaklah kamu mendengar
dan taat, meskipun punggungmu dipukul dan hartamu dirampas.
Dengar dan taatlah!” [HR. Muslim]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Wajib atas seorang muslim untuk mendengar dan taat (kepada


penguasa muslim) pada apa-apa yang ia sukai dan ia benci, kecuali
apabila penguasa itu menyuruh untuk berbuat kemaksiatan.
Apabila ia menyuruh untuk berbuat maksiat, maka tidak boleh

26
mendengar dan tidak boleh taat” [HR. Al-Bukhari, Muslim, at-
Tirmidzi, dan Ibnu Majah]

‫ وﻧﺴﻤﻊ‬.‫ول ﻧﺮى اﻟﺨﺮوج ﻋﻠ اﻷﺋﻤﺔ وﻻاﻟﻘﺘﺎل ﻓ اﻟﻔﺘﻨﺔ‬. ٢٠


.‫ﻃﺎﻋﺔ‬ ‫وﻧﻄﻴﻊ ﻟﻤﻦ وﻻه اﻟ ﻪ أﻣﺮﻧﺎ وﻻ ﻧﻨﺰع ﻳﺪ ًا ﻣﻦ‬
20. Kami tidak keluar (memberontak/menentang) kepada para
pemimpin (kaum muslimin) dan tidak memerangi (nya) didalam
fitnah. Dan kami mendengar dan taat kepada orang yang Allah
angkat menjadi pemimpin kami dan kami tidak keluar dari ketaatan
(kepadanya).

۞ Penjelasan :
• Dalilnya; Firman Allah ‘Azza wa Jalla :

“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-


Nya, dan ulil amri di antaramu…” [An-Nisaa’: 59]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Wajib atas seorang muslim untuk mendengar dan taat (kepada


penguasa muslim) pada apa-apa yang ia sukai dan ia benci, kecuali
apabila penguasa itu menyuruh untuk berbuat kemaksiatan.
Apabila ia menyuruh untuk berbuat maksiat, maka tidak boleh
mendengar dan tidak boleh taat”. [HR. Al-Bukhari, Muslim, at-
Tirmidzi, dan Ibnu Majah]

Dari Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu’anhu, Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

27
“Akan ada para pemimpin/penguasa setelahku yang mengikuti
petunjuk bukan dengan petunjukku dan menjalankan sunnah
namun bukan sunnahku. Dan akan ada di antara mereka orang-
orang yang memiliki hati laksana hati syaitan yang bersemayam di
dalam raga manusia.” Maka Hudzaifah pun bertanya, “Wahai
Rasulullah, apa yang harus kulakukan jika aku menjumpainya?”
Beliau menjawab, “Kamu harus tetap mendengar dan taat kepada
pemimpin itu, walaupun punggungmu harus dipukul dan hartamu
diambil. Tetaplah mendengar dan taat.” [HR. Muslim]

Dari Ummu sulaim bahwa sesungguhnya Nabi shallallaahu ‘alaihi


wasallam bersabda :

“Sesungguhnya akan diangkat diatas kalian para pemimpin, kalian


mengenal dan mengingkari (tindak-tanduk mereka), barang siapa
yang membenci perbuatan tersebut sungguh ia telah terlepas dari
dosa, dan barang siapa yang mengingkarinya sungguh ia telah
selamat, tetapi siapa yang redha dan mengikutinya (maka ia ikut
berdosa).” Lalu para sahabat berkata, “Ya Rasulullah bukankah kita
memerangi mereka?“ Beliau jawab, “Tidak, selama mereka masih
shalat”. [HR. Muslim]

‫وﻧﺘﺒﻊ اﻟﺴﻨﺔ واﻟﺠﻤﺎﻋﺔ وﻧﺠﺘﻨﺐ اﻟﺸﺬوذ واﻟﺨﻠﻒ واﻟﻔﺮﻗﺔ‬. ٢١


21. Kami mengikuti Sunnah dan Jama’ah, dan kami menjauhi
sempalan dan khilaf (perselisihan yang akan membawa kepada
perpecahan) serta firqoh (golongan/sekte).

۞ Penjelasan :
• Dalil dari Al-qur’an dan As-Sunnah,

28
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah


aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.”
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Ali Imran: 31]

“Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang


lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari
jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu
bertakwa.” [QS. Al-An’am: 153]

Ibnu Mas’ud radliyallahu’anhu berkata :

“Pada suatu hari Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam membuat


sebuah garis lurus untuk kami, kemudian beliau bersabda: ‘Ini
adalah jalan Allah’, kemudian beliau membuat garis-garis di sebelah
kanan dan kirinya, seraya bersabda: ‘Ini adalah jalan-jalan lain, di
setiap jalan tersebut ada setan yang mengajak untuk mengikutinya.
Lalu beliau membaca ayat, “Inilah jalanKu yang lurus, maka ikutilah
jalan tersebut. Dan, janganlah kalian mengikuti jalan-jalan yang lain.
Jika kalian mengikuti jalan-jalan tersebut, niscaya kalian semua akan
terpisah dari jalanNya.” [HR. Ad-Darimi no. 204]

Hadits dari Irbadh bin Sariyah radliyallahu’anhu, Nabi shallallaahu


‘alaihi wasallam bersabda ;

“Sesungguhnya orang-orang yang hidup setelahku akan melihat


perselisihan yang banyak. Maka, hendaklah kalian berpegang
dengan sunahku, sunah para khalifah yang lurus dan mendapat
petunjuk, berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah dengan gigi

29
geraham. Jauhilah oleh kalian perkara-perkara baru (dalam urusan
agama), sebab setiap perkara yang baru adalah bid’ah dan setaip
bid’ah adalah sesat.” [HR. Abu Daud no. 3991, At-Tirmizi no. 2600,
dan Ibnu Majah no. 42 dengan sanad yang shahih]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan


janganlah kamu bercerai berai, …” [QS Ali Imran: 103]

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai


dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada
mereka. …”
[QS Ali Imran:105]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Yahudi telah berpecah-belah menjadi 71 golongan, maka satu di


Surga dan tujuh puluh di Neraka, dan Nashara telah berpecah belah
menjadi 72 golongan, maka satu di Surga dan tujuh puluh satu di
Neraka, dan demi yang jiwaku di tangan-Nya sungguh ummatku
akan berpecah belah menjadi 73 golongan, maka satu di Surga dan
tujuh puluh dua di Neraka, dikatakan “Wahai Rasul ALLAH siapa
mereka itu?”, beliau berkata: “Mereka adalah al-Jama’ah.”.” [HR
Ahmad, shahih]

Dalam Riwayat At-Tirmidzi;

“Mereka adalah golongan yang mana aku dan para sahabatku


berpegang teguh padanya.” [HR. At-Tirmizi no. 2565]

Hadits dari Hudzaifah bin Yaman radliyallahu’anhu : Tinggalkan


semua firqoh (sekte) tersebut meskipun kamu menggigit akar kayu

30
sampai ajal menjemput, dan kamu masih tetap pada pendirianmu.”
[HR. Al-Bukhari no. 3338 dan Muslim no. 3434]

Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Jama’ah itu rahmat sedangkan furqah (perpecahan) itu ‘adzab”


[HR Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah dan dihasankan oleh al-Albani
dalam takhrijnya, Shahih al-Jami’ dan yang lain]

‫وإن اﻟﺠﻬﺎد ﻣﺎض ﻣﻨﺬ ﺑﻌﺚ اﻟ ﻪ ﻋﺰوﺟﻞ ﻧﺒﻴﻪ ﺻﻠ اﻟ ﻪ ﻋﻠﻴﻪ‬. ٢٢


‫وﺳﻠﻢ إﻟ ﻗﻴﺎم اﻟﺴﺎﻋﺔ ﻣﻊ أوﻟ اﻷﻣﺮ ﻣﻦ أﺋﻤﺔ اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻻ ﻳﺒﻄﻠﻪ‬
.‫واﻟﺤﺞ ﻛﺬﻟﻚ‬ ,‫ﺷ ء‬
22. Sesungguhnya jihad terus berlangsung terus sejak Allah ‘Azza
wa Jalla mengutus Nabi-Nya shallallaahu ‘alaihi wasallam sampai
hari kiamat bersama ulill amri dari para pemimpin kaum muslimin,
dan tidak ada sesuatupun juga yang dapat membatalkannya, dan
demikian juga haji.

۞ Penjelasan dalil Al-qur’an dan As-Sunnah :


Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Dan perangilah mereka supaya jangan ada fitnah dan supaya


agama ini semata-mata untuk Allah.” [Al-Anfal: 39]

“Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik


dan bersikap keraslah terhadap mereka.” [At-Tahrim: 9]

“Hai Nabi, berjihadlah melawan orang-orang kafir dan orang-orang


munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka.” [At-Taubah:
73]

31
“Dan berapa banyak nabi yang berperang, bersama-sama mereka
sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka tidak
menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka (dalam
perjuangan) di jalan Allah, tidak lesu, dan tidak (pula) menyerah
(kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar.” [Ali
Imran: 146]

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di


jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti
bangunan yang tersusun kokoh.” [Ash-Shaff : 4]

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-


Nya, dan ulil amri di antaramu…” [An-Nisaa’: 59]

“Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa, apabila di katakan


kepada kamu ‘berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah, kamu
merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu?” [At-Taubah : 38]

Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

“Jika diminta untuk berangkat, maka berangkatlah” [HR. Bukhori


no 2825]

Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya


seorang pemimpin itu adalah pelindung/perisai yang dibawah
kepemimpinannya diperangilah (musuh) dan dengannyalah
dihindarkan (bahaya musuh)”. [HR. al Bukhari no. 2957 dan Muslim
no. 1841]

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

32
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang
sebenar-benarnya.” [Al-Hajj: 78]

“Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir dan


berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an dengan jihad yang
besar.” [Al-Furqan: 52]

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau


berat. Dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah.” [At-
Taubah: 41]

Dari Abu Hurairah radliyalla’anhu, Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam


bersabda : “Tidak akan terjadi kiamat hingga kaum muslimin
memerangi Yahudi dan membunuhi mereka, sampai ketika Yahudi
bersembunyi di balik batu atau pohon, batu dan pohon itu berkata:
‘Wahai muslim, wahai hamba Allah, Yahudi ada di belakangku,
kemari dan bunuhlah dia.’ Kecuali pohon gharqad, (dia tidak
berbicara) karena dia dari pohon Yahudi.” [HR. Bukhari dan Muslim,
Kitaabul Jihaad]

‫اﻷﻣﺮ ﻣﻦ أﺋﻤﺔ‬ ‫أوﻟ‬ ‫ودﻓﻊ اﻟﺼﺪﻗﺎت ﻣﻦ اﻟﺴﻮاﺋﻢ إﻟ‬. ٢٣


.‫اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ‬

23. Dan (diperbolehkan) menyerahkan zakat-zakat berupa binatang


ternak (Onta, Sapi dan Kambing) kepada ulil amri dari para
pemimpin kaum muslimin.

۞ Penjelasan :
• Dalilnya :

33
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka.” [QS. At-Taubah: 103]

Dari Abu Hurairah radliyallahu’anhu, Nabi shallallaahu ‘alaihi


wasallam bersabda :

“(Pada hari kiamat nanti) akan datang seekor unta dalam


bentuknya yang paling baik kepada pemiliknya yang ketika di dunia
dia tidak menunaikan haknya (zakatnya). Maka unta itu akan
menginjak-injaknya dengan kakinya. Begitu juga akan datang
seekor kambing dalam bentuknya yang paling baik kepada
pemiliknya yang ketika di dunia dia tidak menunaikan haknya
(zakatnya). Maka kambing itu akan menginjak-injaknya dengan
kakinya dan menyeruduknya dengan tanduknya”. Dan Beliau
berkata,: “Dan diantara haknya adalah memerah air susunya (lalu
diberikan kepada faqir miskin) “. Beliau Shallallahu’alaihiwasallam
melanjutkan: “Dan pada hari qiyamat tidak seorangpun dari kalian
yang datang membawa seekor kambing di pundaknya kecuali
kambing tersebut terus bersuara, lalu orang itu berkata,: “Wahai
Muhammad!”. Maka aku menjawab: “Aku sedikitpun tidak punya
kekuasaan atasmu karena aku dahulu sudah menyampaikan
(masalah zakat ini). Dan tidak seorangpun dari kalian yang datang
membawa seekor unta di pundaknya kecuali unta tersebut terus
bersuara, lalu orang itu berkata,: “Wahai Muhammad!”. Maka aku
berkata: “Aku sedikitpun tidak punya kekuasaan atasmu karena aku
dahulu sudah menyampaikan (masalah zakat ini)”. [HR. Al-Bukhari
no. 1314]

34
Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma berkata: “Barangsiapa
yang menyimpannya dan ia tidak menunaikan zakatnya maka
celakalah ia.” [HR. Al-Bukhari no. 1316]

‫ وﻻﻧﺪرى ﻣﺎﻫﻢ‬,‫واﻟﻨﺎس ﻣﺆﻣﻨﻮن ﻓ أﺣ ﺎﻣﻬﻢ وﻣﻮارﻳﺜﻬﻢ‬. ٢٤


‫ وﻣﻦ‬,‫ إﻧﻪ ﻣﺆﻣﻦ ﺣﻘﺎً ﻓﻬﻮ ﻣﺒﺘﺪع‬:‫ ﻓﻤﻦ ﻗﺎل‬.‫ﻋﻨﺪ اﻟ ﻪ ﻋﺰ وﺟﻞ‬
‫ إﻧ ﻣﺆﻣﻦ‬:‫ وﻣﻦ ﻗﺎل‬,‫ إﻧﻪ ﻣﺆﻣﻦ ﻋﻨﺪ اﻟ ﻪ ﻓﻬﻮ ﻣﻦ اﻟ ﺎذﺑﻴﻦ‬:‫ﻗﺎل‬
.‫ﻣﺼﻴﺐ‬ ‫ﺑﺎﻟ ﻪ ﻓﻬﻮ‬
24. Dan manusia (muslim secara lahiriyah dihukumi) beriman
didalam hukum-hukum (lahiriyah) mereka dan (demikian juga
didalam hukum) warits mereka, sedangkan kita tidak mengetahui
(sama sekali) keadaan mereka (yang sebenarnya) di sisi Allah ‘Azza
wa Jalla. Maka barangsiapa yang mengatakan; “sesungguhnya dia
mu’min yang sebenar-benarnya” maka dia mubtadi’ (ahli bid’ah),
dan barangsiapa yang mengatakan; “sesungguhnya dia mu’min di
sisi Allah” maka dia termasuk dari para pendusta, dan barangsiapa
yang mengatakan; “sesungguhnya aku orang yang beriman kepada
Allah” maka dia benar.

‫واﻟﻤﺮﺟﺌﺔ ﻣﺒﺘﺪﻋﺔ ﺿﻼل‬. ٢٥


25. Murji’ah adalah ahli bid’ah yang sesat.

۞ Penjelasan :
Murji`ah, nisbat kepada irja` (‫ )ارﺟﺎء‬yang artinya mengakhirkan.

Kelompok ini disebut dengan Murji`ah, dikarenakan dua hal:

35
1. Karena mereka mengakhirkan (tidak memasukkan) amalan ke
dalam definisi keimanan. [Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyyah, karya
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan hal. 113]
2. Karena keyakinan mereka bahwa Allah mengakhirkan
(membebaskan) azab atas (pelaku) kemaksiatan. [An-Nihayah fi
Gharibil Hadits wal Atsar, karya Al-Imam Ibnul Atsir, 2/206]

Mereka semua (Murji’ah) sepakat bahwa amalan ibadah bukanlah


bagian dari keimanan. Kemudian mereka berbeda pendapat
tentang hakikat keimanan, dengan tiga versi:

1. Iman: keyakinan dalam hati dan perkataan dengan lisan (versi


Murji`ah Fuqaha).
2. Iman: pengetahuan/ pembenaran dalam hati saja (versi Jahm
bin Shafwan dan mayoritas Murji`ah).
3. Iman: perkataan dengan lisan saja (versi Muhammad bin
Karram).
[Lihat Majmu’ Fatawa (7/195, 387)]

*Selengkapnya tentang Murji’ah bisa klik : http://is.gd/Jh8Lut

‫ وﻣﻦ أﻧﻜﺮ ﻣﻨﻬﻢ أن اﻟ ﻪ ﻻ ﻳﻌﻠﻢ ﻣﺎ‬,‫واﻟﻘﺪرﻳﺔ ﻣﺒﺘﺪﻋﺔ ﺿﻼل‬. ٢٦


.‫ﻛﺎﻓﺮ‬ ‫ﻳ ﻮن ﻗﺒﻞ أن ﻳ ﻮن ﻓﻬﻮ‬
26. Qodariyyah adalah ahli bid’ah yang sesat, maka barangsiapa
diantara mereka (orang qodariyyah) yang mengingkari sesunguhnya
Allah tidak mengetahui apa yang akan terjadi sebelum terjadinya
(sesuatu tersebut) maka dia kafir.

۞ Penjelasan :

36
Qodariyah adalah orang-orang yang berpendapat menolak
keberadaan takdir. Sehingga mereka meyakini bahwa hamba
memiliki kehendak bebas dan kemampuan berbuat yang terlepas
sama sekali dari kehendak dan kekuasaan Allah, padahal Allah ‘Azza
wa Jalla berfirman ;

”Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidak berbunuh-bunuhan


orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang
kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka
berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman ada (pula) di
antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, niscaya
mereka tidak berbunuh-bunuhan akan tetapi Allah berbuat apa
yang dikehendaki-Nya.” [Al-Baqarah: 253]

”Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami akan berikan tiap-tiap


jiwa petunjuk (bagi)nya, akan tetapi telah tetaplah perkataan
(ketetapan) dari-Ku, sesungguhnya akan Aku penuhi neraka
jahanam itu dengan jin dan manusia” [Sajdah:13]

• Kesesatan Qodariyah menimbulkan dua kebi’ahan dalam agama :

1. Pengingkaran mereka terhadap ilmu Allah yang telah


mendahului setiap kejadian, padahal tidak ada suatu kejadian
apapun di alam semesta kecuali pasti diketahui Allah.
2. Keyakinan mereka bahwa hamba sendiri yang mempunyai kuasa
penuh untuk mewujudkan perbuatan. [Jaami’ al-Ulum wal Hikam
1/103]

*sumber : http://is.gd/lzKlC0

‫وأن اﻟﺠﻬﻤﻴﺔ ﻛﻔﺎر‬. ٢٧

37
27. Sesungguhnya jahmiyyah itu adalah orang-orang kafir.

۞ Penjelasan :
Jahmiyah adalah pengikut Jahm bin Shofwan dari penduduk negeri
Tirmidz di Khurosan. Seorang yang selalu berkata dan berbantah,
banyak berbicara tentang perkara yang berkaitan dengan Allah,
menganggap bahwa Al-Qur’an adalah makhluk, mengatakan bahwa
Allah tidak berbicara dengan Nabi Musa, mengatakan bahwa Allah
tidak mempunyai sifat Al-Kalam (Berbicara), mengatakan bahwa
Allah tidak bisa dilihat (yaitu pada waktu di surga), mengatakan
bahwa Allah tidak bertempat di atas ‘Arsy.

• Bid’ah-bid’ah Jahmiyah yang lainnya antara lain :

a. At-Ta’thil. Yaitu yang mengingkari sifat-sifat Allah yang Mulia


dan menganggap bahwa sifat-sifat tersebut tidak boleh
diberikan kepada Allah karena apabila diberikan kepada Allah
akan menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya (yang
mempunyai sifat). [Ar-Radd ‘alaa Jahmiyyah, hal.17 karya Imam
ad-Darimi, dan Majmuu’ Fataawaa (5/20)]
b. Al-Jabr. Yaitu yang menganggap bahwa manusia mereka tidak
mempunyai kemampuan untuk berbuat sesuatu dan tidak
disifati dengannya (kemampuan). Manusia adalah majbur
perbuatannya, artinya mereka tidak memiliki daya upaya,
ikhtiar, kemampuan dan kehendak dalam perbuatannya.
[Maqalaat Islamiyyin al-Asy’ari (1/312)]
c. Al-Irja’. Yaitu yang menganggap bahwa iman itu cukup dengan
pengetahuan. Sesungguhnya seseorang yang mengingkari iman
dengan lisannya tidak dihukumi kafir, karena ilmu dan
pengetahuan keduanya tidak akan hilang dengan sebab
pengingkaran dan sesungguhnya iman itu tidak akan berkurang
serta tidak ada perbedaan antara iman satu orang dengan iman
orang yang lainnya. [Maqalaat Islamiyyin (1/312)]
38
*Sumber :
Kitab Mauqifu Ahlussunnati wal Jama’ati min Ahlil Ahwaai wal
Bida’i, Syaikh DR.Ibrahim Ar-Ruhaili]
Selengkapnya di : http://is.gd/Htzp46 dan http://is.gd/nopLbp

‫وأن اﻟﺮاﻓﻀﺔ رﻓﻀﻮا اﻟﺴﻠﻢ‬. ٢٨


28. Sesungguhnya raafidhah (syi’ah) itu mereka adalah orang-orang
yang telah meninggalkan islam.

۞ Penjelasan :
Mereka dinamakan Rafidhah dikarenakan mereka ‫رﻓَﻀﻮا‬
(menjauhi/menolak) Zaid bin Ali ketika mereka meminta Zaid untuk
berlepas diri dari Abu Bakr dan Umar, akan tetapi beliau justru
mendoakan rahmat untuk mereka berdua. Maka mereka berkata,
“Kalau begitu kami akan menjauhi kamu.” Maka Zaid berkata,
“Pergilah, karena kalian adalah orang-orang yang dijauhkan.” Dan
ada yang berpendapat bahwa mereka dikatakan Rafidhah karena
mereka menolak Abu Bakr dan Umar. [Lihat Siyar A’lam An-Nubala`:
5/390 dan Majmu’ Al-Fatawa Ibnu Taimiah: 4/435]

Syaikh Al-Islam (Ibnu Taimiyah) juga berkata masih pada tempat


yang sama, “Asal mazhab Rafidhah adalah dari kaum munafiq dan
zindiq, karena mazhab ini dimunculkan oleh Abdullah bin Saba`
sang zindiq. Dia menampakkan pengkultusan yang berlebihan
terhadap Ali dengan klaim bahwa Ali adalah imam dan menyatakan
ada nash dari Nabi akan hal itu.”

• Berikut beberapa aqidah dan pemikiran Abdullah bin Saba` yang


dia susupkan ke dalam umat ini:

39
1. Mencetuskan sekte Syiah Rafidhah ini.
2. Dia berusaha membunuh Utsman bin Affan radhiallahu anhu.
3. Mencela dan mengkafirkan para sahabat, terkhusus Abu Bakr
dan Umar radhiallahu anhuma.
4. Keyakinan akan adanya wasiat kekhalifahan untuk Ali.
5. Aqidah ar-raj’iah (reinkarnasi).
6. Pengkultusan yang berlebih kepada Ali dan anak keturunannya.
7. Aqidah al-bada` (Allah mengetahui setelah sebelumnya tidak
tahu).
8. Meyakini Ali sebagai sembahan.
9. Ali radhiallahu anhu belum meninggal.

Semua aqidah busuk lagi rusak ini diambil oleh orang-orang Syiah
Rafidhah dari orang Yahudi ini. Dan semua ini senantiasa mereka
yakini sampai di zaman sekarang, sebagaimana yang dikatakan oleh
Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam kitabnya Al-Ilhad Al-
Khumaini fi Ardhi Al-Haramain hal. 110.

• Nama lain Syiah Rafidhah :

1. Syiah Itsna ‘Asyariah (Syiah 12), nisbat kepada keyakinan


mereka akan adanya 12 imam.
2. Syiah Al-Ja’fariah, nisbat kepada Ja’far Ash-Shadiq.
3. Syiah Al-Imamiah, karena mereka meyakini Ali dan
keturunannya adalah para imam, dan mereka masih menunggu
seorang yang akan keluar di akhir zaman.

*Sumber : http://is.gd/c67ryL

‫واﻟﺨﻮارج ﻣﺮاق‬. ٢٩
29. Khawarij itu adalah orang-orang yang telah keluar.

40
۞ Penjelasan :
Diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id al-Khudri radliyallahu’anhu, ia
berkata;

“Ketika kami berada di sisi Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam


dan beliau sedang membagi-bagi (rampasan perang), datanglah
Dzul Khuwaisirah dari Bani Tamim, kepada beliau. Ia berkata;
‘Wahai Rasulullah, berbuat adillah!’

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pun bersabda; ‘Celaka


engkau! Siapa lagi yang berbuat adil jika aku tidak berbuat adil?
Benar-benar merugi jika aku tidak berbuat adil.’

Maka Umar bin al-Khaththab radliyallahu’anhu berkata; ‘Wahai


Rasulullah, izinkanlah aku untuk memenggal lehernya!’
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berkata; ‘Biarkanlah ia,
sesungguhnya ia akan mempunyai pengikut yang salah seorang dari
kalian merasa bahwa shalat dan puasanya tidak ada apa-apanya
dibandingkan shalat dan puasa mereka. Mereka selalu membaca Al-
Qur’an namun tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka
keluar dari Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari Ar-
Ramiyyah (hewan buruan). [Shahih, HR. Al-Imam Muslim dalam
Shahih-nya, “Kitabuz Zakat, bab Dzikrul Khawarij wa Shifaatihim”,
2/744]

Al-Imam an-Nawawi berkata; “Dinamakan Khawarij dikarenakan


keluarnya mereka dari jamaah kaum muslimin. Dikatakan pula
karena keluarnya mereka dari jalan (manhaj) jamaah kaum
muslimin, dan dikatakan pula karena sabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam:

... ‫ﻳﺨْﺮج ﻣﻦ ﺿﯩﻀ ﻫﺬَا‬

41
“Akan keluar dari diri orang ini…” [al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim
bin al-Hajjaj, 7/145]

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata, “Dinamakan dengan itu


(Khawarij) dikarenakan keluarnya mereka dari din (agama) dan
keluarnya mereka dari ketaatan terhadap orang-orang terbaik dari
kaum muslimin.” [Fathul Bari Bisyarhi Shahihil Bukhari, 12/296]

Disebut pula dengan al-Maariqah (yang keluar), karena banyaknya


hadits-hadits yang menjelaskan tentang muruq (keluar)nya mereka
dari din (agama). Disebut pula dengan al-Muhakkimah, karena
mereka selalu mengulang kata-kata Laa Hukma Illa Lillah (tiada
hukum kecuali untuk Allah), suatu kalimat yang haq namun
dimaukan dengannya kebatilan. Disebut pula dengan an-Nawashib,
dikarenakan berlebihannya mereka dalam menyatakan
permusuhan terhadap ‘Ali bin Abu Thalib. [Firaq Mu’ashirah, 1/68—
69, Dr. Ghalib bin ‘Ali al-Awaji]

Mereka juga biasa disebut dengan al-Haruriyyah karena mereka


(dahulu) tinggal di Harura yaitu sebuah daerah di Irak dekat Kota
Kufah, dan menjadikannya sebagai markas dalam memerangi Ahlul
‘Adl (para sahabat Rasulullah n). [al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim
bin al-Hajjaj, 7/145]

*sumber : http://is.gd/udOK2a

• Sebab penyimpangan Khawarij :

1. Bodoh dan tidak faham tafsir Al Qur’an.


2. Tidak mengikuti Sunnah dan pemahaman para sahabat dalam
menerapkan Al Qur’an dan Sunnah.
3. Wara’ tanpa ilmu.
4. Memandang satu kesatuan antara kesalahan dan dosa.

42
5. Keliru dan rancu memahami wasilah dan maqaasid (tujuan
syar’i).

• Diantara Pemikiran Aqidah Khawarij antara lain :

– Mengkafirkan pelaku dosa besar dan memberlakukan hukum


orang kafir didunia dan akhirat padanya.

– Mengkafirkan orang yang menyelisihi mereka dan memaksa orang


lain mengikuti kebid’ahannya.

– Mengingkari adanya syafaat Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam


terhadap pelaku dosa besar yang belum bertaubat sebelum
wafatnya.

– Membenci kaum muslimin dan mengkafirkan mereka serta


menghalalkan darah dan harta mereka.

– Mencari kesalahan pemerintah yang sah (Waliyul Umur) dan


mengajak orang banyak untuk menyerangnya kemudian mencela
pemerintah dan mengkafirkan mereka.

– Mewajibkan menggulingkan pemimpin (pemerintah) yang


berbuat dzolim dan jahat dan melarang mereka menjadi penguasa
dengan segala cara yang mereka mampui, baik dengan kekerasan
senjata atau tidak.

*Penjelasan selengkapnya di : http://is.gd/chBfow


.
,‫وﻣﻦ زﻋﻢ أن اﻟﻘﺮآن ﻣﺨﻠﻮق ﻓﻬﻮ ﻛﺎﻓﺮ ﻛﻔﺮاً ﻳﻨﻘﻞ ﻋﻦ اﻟﻤﻠﺔ‬. ٣٠
.‫ﻛﺎﻓﺮ‬ ‫وﻣﻦ ﺷﻚ ﻓ ﻛﻔﺮه ﻣﻤﻦ ﻳﻔﻬﻢ ﻓﻬﻮ‬

43
‫ ﻷدري ﻣﺨﻠﻮق أو‬: ‫وﻣﻦ ﺷﻚ ﻓ ﻛﻠﻢ اﻟ ﻪ ﻓﻮﻗﻒ ﻓﻴﻪ ﺷﺎﻛﺎً ﻳﻘﻮل‬
‫ ﻋﻠﻢ‬, ً ‫اﻟﻘﺮآن ﺟﺎﻫ‬ ‫ وﻣﻦ وﻗﻒ ﻓ‬. ‫ﻏﻴﺮ ﻣﺨﻠﻮق ﻓﻬﻮ ﺟﻬﻤ‬
.‫ﻔﺮ‬ ‫وﺑﺪع وﻟﻢ ﻳ‬

‫وﻣﻦ ﻗﺎل ﻟﻔﻈ ﺑﺎﻟﻘﺮآن ﻣﺨﻠﻮق ﻓﻬﻮ ﺟﻬﻤ أو اﻟﻘﺮآن ﺑﻠﻔﻈ‬


‫ﻣﺨﻠﻮق ﻓﻬﻮﺟﻬﻤ‬
30. Barangsiapa yang mengatakan sesungguhnya Al-qur’an itu
adalah makhluq maka dia kafir dengan kekufuran yang keluar dari
agama, Dan barangsiapa yang ragu-ragu tentang kekufuran itu
sedangkan dia orang yang faham (bahwa Al-qur’an itu
sesungguhnya bukan makhluq), maka dia juga kafir*.

*Keterangan: barangsiapa yang tidak mengkafirkan orang kafir


padahal telah mengetahuinya maka menjadi kafir.

Dan barangsiapa yang ragu tentang Kalamullah, lalu dia tawaqquf


(diam tidak memutuskan sesuatu) berkata; “Saya tidak tahu
(Kalamullah itu) makhluq atau bukan makhluq”, maka dia seorang
pengikut Jahmiyah,
Dan barangsiapa yang tawaqquf tentang Al-qur’an (makhluq atau
bukan makhluq) karena kebodohan, maka dia diajarkan (yang
benar) dan di bid’ahkan (sikap/perkataannya) namun tidak
dikafirkan.

Dan barangsiapa yang mengatakan bahwa lafadh Al-qur’an (yang di


lafadhkan pembacanya) itu adalah makhluq atau Al-qur’an dengan
lafadhnya itu adalah makhluq maka dia adalah seorang pengikut
firqoh Jahmiyah.

44
‫ ﺳﻤﻌﺖ أﺑﻲ ﻳﻘﻮل‬: ‫ﻗﺎل أﺑﻮ ﻣﺤﻤﺪ‬
Berkata Abu Muhammad (Imam Ibnu Abi hatim): Saya mendengar
bapakku (Abu hatim) radliyallahu’anhu berkata:

.‫اﻷﺛﺮ‬ ‫ اﻟﻮﻗﻴﻌﺔ ﻓ أﻫﻞ‬:‫ﻋﻼﻣﺔ أﻫﻞ اﻟﺒﺪع‬


Tanda ahli bid’ah ialah mencaci-maki/mencela/memfitnah ahlul
atsar (ahlus sunnah).

.‫اﻻﺛﺮ‬ ‫ ﺗﺴﻤﻴﻬﻢ أﻫﻞ اﻷﺛﺮ ﺣﺸﻮﻳﺔ وﻳﺮﻳﺪون إﺑﻄﺎل‬:‫وﻋﻼﻣﺔ اﻟﺰﻧﺎدﻗﺔ‬


Dan tanda kaum zindiq adalah mereka menamakan ahlul atsar
(ahlus sunnah) sebagai hasywiyah (orang yang paling rendah dan
yang tidak ada kebaikannya serta faidahnya), dan yang mereka
(kaum zindiq) mau/ kehendaki adalah untuk membatalkan atsar
(sunnah).

.‫ﻣﺸﺒﻬﺔ‬ ‫ ﺗﺴﻤﻴﺘﻬﻢ أﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ‬:‫وﻋﻠﻤﺔ اﻟﺠﻬﻤﻴﺔ‬


Dan tanda jahmiyyah adalah mereka menamakan Ahlus Sunnah
sebagai musyabbihah (kaum yang menyerupakan Allah dengan
makhluq-Nya).

۞ Penjelasan :
Hal ini dikarenakan Ahlus Sunnah telah menetapkan sifat-sifat Allah
sesuai dengan kemuliaan dan kebesaran-Nya tanpa merubah lafadh
dan maknanya (seperti perbuatan kaum jahmiyyah).

.‫ﻣﺠﺒﺮة‬ ‫ ﺗﺴﻤﻴﺘﻬﻢ أﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ‬:‫وﻋﻼﻣﺔ اﻟﻘﺪرﻳﺔ‬

45
Dan tanda qodariyyah (Mu’tazilah) adalah mereka menamakan
Ahlus Sunnah sebagai jabariyyah (kaum yang dipaksa karena tidak
punya kehendak sama sekali).

۞ Penjelasan :
Hal ini di karenakan Ahlus Sunnah menetapkan bahwa perbuatan
hamba diciptakan oleh Allah, sedangkan yang mengerjakan
perbuatan tersebut adalah hamba sendiri, yang dengan demikian
Ahlus Sunnah telah menetapkan adanya takdir Allah dan adanya
kehendak manusia.

.‫وﻧﻘﺼﺎﻧﻴﺔ‬ ‫ ﺗﺴﻤﻴﺘﻬﻢ أﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ ﻣﺨﺎﻟﻔﺔ‬:‫وﻋﻼﻣﺔ اﻟﻤﺮﺟﺌﺔ‬


Dan tanda murji’ah adalah mereka menamakan Ahlus Sunnah
sebagai (kaum) yang menyalahi dan mengurangi.

۞ Penjelasan :
Hal ini dikarenakan Ahlus Sunnah telah menetapkan bahwa iman itu
bertambah dan berkurang, sedangkan murji’ah mengatakan iman
itu tidak bertambah dan tidak berkurang.

.‫ﻧﺎﺻﺒﺔ‬ ‫ ﺗﺴﻤﻴﺘﻬﻢ أﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ ﻧﺎﺑﺘﺔ و‬:‫وﻋﻼﻣﺔ اﻟﺮاﻓﻀﺔ‬


Dan tanda raafidlah (syi’ah) adalah mereka menamakan Ahlus
Sunnah sebagai (kaum) yang rendah yang tidak ada kebaikannya
dan yang memusuhi ahli bait.

۞ Penjelasan :

46
Hal ini dikarenakan Ahlus Sunnah tidak berlepas diri dari Abu Bakar,
Umar dan Utsman dan bahkan Ahlus Sunnah telah menetapkan
khilafah mereka sesuai urutannya.

‫وﻻﻳﻠﺤﻖ أﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ إﻻ أﺳﻢ واﺣﺪ وﻳﺴﺘﺤﻴﻞ أن ﺗﺠﻤﻌﻬﻢ ﻫﺬه‬


. ‫اﻷﺳﺎﻣ‬
Padahal Ahlus Sunnah tidak mempunyai nama selain nama yang
satu (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) ?! Dan mustahil berkumpul pada
mereka (ahlus sunnah) semua nama-nama tersebut.

:‫ﻳﻘﻮل‬ ‫ ﺳﻤﻌﺖ أﺑﻲ‬: ‫ﻗﺎل أﺑﻮ ﻣﺤﻤﺪ‬


Berkata Abu Muhammad (Imam Ibnu Abi hatim): Saya mendengar
bapakku (Abu hatim) radliyallahu’anhu berkata:

.‫اﻷﺛﺮ‬ ‫ اﻟﻮﻗﻴﻌﺔ ﻓ أﻫﻞ‬:‫ﻋﻼﻣﺔ أﻫﻞ اﻟﺒﺪع‬


Tanda ahli bid’ah ialah mencaci-maki/mencela/memfitnah ahlul
atsar (ahlus sunnah).

.‫اﻻﺛﺮ‬ ‫ ﺗﺴﻤﻴﻬﻢ أﻫﻞ اﻷﺛﺮ ﺣﺸﻮﻳﺔ وﻳﺮﻳﺪون إﺑﻄﺎل‬:‫وﻋﻼﻣﺔ اﻟﺰﻧﺎدﻗﺔ‬


Dan tanda kaum zindiq adalah mereka menamakan ahlul atsar
(ahlus sunnah) sebagai hasywiyah (orang yang paling rendah dan
yang tidak ada kebaikannya serta faidahnya), dan yang mereka
(kaum zindiq) mau/ kehendaki adalah untuk membatalkan atsar
(sunnah).

.‫ﻣﺸﺒﻬﺔ‬ ‫ ﺗﺴﻤﻴﺘﻬﻢ أﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ‬:‫وﻋﻠﻤﺔ اﻟﺠﻬﻤﻴﺔ‬

47
Dan tanda jahmiyyah adalah mereka menamakan Ahlus Sunnah
sebagai musyabbihah (kaum yang menyerupakan Allah dengan
makhluq-Nya).

۞ Penjelasan :
Hal ini dikarenakan Ahlus Sunnah telah menetapkan sifat-sifat Allah
sesuai dengan kemuliaan dan kebesaran-Nya tanpa merubah lafadh
dan maknanya (seperti perbuatan kaum jahmiyyah).

.‫ﻣﺠﺒﺮة‬ ‫ ﺗﺴﻤﻴﺘﻬﻢ أﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ‬:‫وﻋﻼﻣﺔ اﻟﻘﺪرﻳﺔ‬


Dan tanda qodariyyah (Mu’tazilah) adalah mereka menamakan
Ahlus Sunnah sebagai jabariyyah (kaum yang dipaksa karena tidak
punya kehendak sama sekali).

۞ Penjelasan :
Hal ini di karenakan Ahlus Sunnah menetapkan bahwa perbuatan
hamba diciptakan oleh Allah, sedangkan yang mengerjakan
perbuatan tersebut adalah hamba sendiri, yang dengan demikian
Ahlus Sunnah telah menetapkan adanya takdir Allah dan adanya
kehendak manusia.

.‫وﻧﻘﺼﺎﻧﻴﺔ‬ ‫ ﺗﺴﻤﻴﺘﻬﻢ أﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ ﻣﺨﺎﻟﻔﺔ‬:‫وﻋﻼﻣﺔ اﻟﻤﺮﺟﺌﺔ‬


Dan tanda murji’ah adalah mereka menamakan Ahlus Sunnah
sebagai (kaum) yang menyalahi dan mengurangi.

۞ Penjelasan :

48
Hal ini dikarenakan Ahlus Sunnah telah menetapkan bahwa iman itu
bertambah dan berkurang, sedangkan murji’ah mengatakan iman
itu tidak bertambah dan tidak berkurang.

.‫ﻧﺎﺻﺒﺔ‬ ‫ ﺗﺴﻤﻴﺘﻬﻢ أﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ ﻧﺎﺑﺘﺔ و‬:‫وﻋﻼﻣﺔ اﻟﺮاﻓﻀﺔ‬


Dan tanda raafidlah (syi’ah) adalah mereka menamakan Ahlus
Sunnah sebagai (kaum) yang rendah yang tidak ada kebaikannya
dan yang memusuhi ahli bait.

۞ Penjelasan :
Hal ini dikarenakan Ahlus Sunnah tidak berlepas diri dari Abu Bakar,
Umar dan Utsman dan bahkan Ahlus Sunnah telah menetapkan
khilafah mereka sesuai urutannya.

‫وﻻﻳﻠﺤﻖ أﻫﻞ اﻟﺴﻨﺔ إﻻ أﺳﻢ واﺣﺪ وﻳﺴﺘﺤﻴﻞ أن ﺗﺠﻤﻌﻬﻢ ﻫﺬه‬


. ‫اﻷﺳﺎﻣ‬
Padahal Ahlus Sunnah tidak mempunyai nama selain nama yang
satu (Ahlus Sunnah wal Jama’ah) ?! Dan mustahil berkumpul pada
mereka (ahlus sunnah) semua nama-nama tersebut.

‫ ﻳﺄﻣﺮان ﺑﻬﺠﺮان أﻫﻞ اﻟﺰﻳﻎ‬:‫ ﺳﻤﻌﺖ أﺑﻲ وأﺑﺎ زرﻋﺔ‬:‫ﻓﺎل أﺑﻮ ﻣﺤﻤﺪ‬
‫ وﻳﻨﻜﺮان وﺿﻊ اﻟ ﺘﺐ‬,‫ وﻳﻐﻠﻈﺎن رأﻳﻬﻤﺎ أﺷﺪ اﻟﺘﻐﻠﻴﻆ‬,‫واﻟﺒﺪع‬
‫ وﻳﻨﻬﻴﺎن ﻋﻦ ﻣﺠﺎﻟﺴﺔ أﻫﻞ اﻟ ﻼم وﻋﻦ اﻟﻨﻈﺮ‬.‫ﺑﺮأي ﻓ ﻏﻴﺮ آﺛﺎر‬
.‫أﺑﺪا‬ ‫ﻻ ﻳﻔﻠﺢ ﺻﺎﺣﺐ ﻛﻼم‬: ‫ وﻳﻘﻮﻻن‬,‫ﻓ ﻛﺘﺐ اﻟﻤﺘﻜﻠﻤﻴﻦ‬
Berkata Abu Muhammad (imam Ibnu Abi hatim):
Saya telah mendengar bapakku dan Abu Zur’ah; keduanya telah

49
memerintahkan untuk meng-hajr (memboikot) ahli kesesatan dan
ahi bid’ah, dan keduanya (bapakku dan Abu Zur’ah) sangat keras
kepada kedua madzhab tersebut. Keduanya-pun telah mengingkari
menulis kitab dengan ro’yu (akal fikiran semata) tanpa adanya atsar
(dalil hadits atau perkataan salafush shalih). Dan keduanya telah
melarang duduk di majelis ahli kalam dan melihat (membaca) kitab-
kitab para pengikut ahli kalam.

Dan keduanya (Abu Hatim dan Abu Zur’ah) berkata :

Ahli kalam tidak akan beruntung selama-lamanya.

‫واﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ رب اﻟﻌﺎﻟﻤﻴﻦ وﺻﻠ اﻟ ﻪ ﻋﻠ ﻣﺤﻤﺪ واﻟﻪ وﺳﻠﻢ‬


‫ﺗﺴﻠﻴﻤﺎ‬
Dan segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam serta shalawat dan
salam Allah semoga tercurah kepada Muhammad dan keluarga-nya.

‫ وﺑﻮ أﻗﻮل‬: ‫وﻗﺎل أﺑﻮ ﻣﺤﻤﺪ‬


Dan berkata Abu Muhammad (Ibnu Abi hatim):

“Dan dengannya (I’tiqod tersebut) saya berpegang”.

-SELESAI-

50
– E-book Matan Kitab ‘Ashlus Sunnah wa’tiqoduddin’
dari http://www.anshorullah.wordpress.com
– E-book Terjemah Kitab ‘Ashlus Sunnah wa’tiqoduddin’
dari http://www.abusalma.wordpress.com
– Kitab Dasar-dasar Sunnah & Keyakinan-keyakinan Islam, Ustadz
Abdul Hakim Abdat, Maktabah Mu’awiyah bin Abi Abi Sufyan.

51

Anda mungkin juga menyukai