Anda di halaman 1dari 4

KOMPAS.

COM Seiring berlakunya new normal atau normal baru, disinfektan akan semakin marak
digunakan di ruang-ruang publik. Namun, beberapa jenis disinfektan semprot memiliki kandungan
berbahaya jika terhirup atau terkena mata.
Oleh karena itu Balai Pengembangan Instrumentasi LIPI mengembangkan ozon nanomist, disinfektan
berupa butiran uap air yang mengandung ozon nanobubble water.
Uap air ini akan menangkap dan mematikan virus dan bakteri di udara serta di permukaan benda.
“Ozon nanomist berbeda dengan disinfektan lainnya, karena tidak berbahan dasar kimia. Ozon
nanomist berbahan dasar oksigen yang kita ubah menjadi ozon. Ozon itu kemudian dilarutkan dalam
air, dan diuapkan,” tutur Anto Tri Sugiarto, peneliti yang mengembangkan ozon nanomist, kepada
Kompas.com, Senin (1/6/2020).
Ozon nanomist secara teknis dapat digunakan untuk menggantikan disinfektan kimiawi terutama
yang digunakan pada bilik, dengan potensi risiko yang lebih rendah selama mengikuti durasi dan
ketentuan yang berlaku.
“Ozon ini memang pada dasarnya disinfektan, memiliki kemampuan disinfeksi yang lebih tinggi
dibanding klorin. Ozon biasanya digunakan untuk sterilisasi makanan, minuman, juga air minum
dalam kemasan,” papar Anto.
Ozon nanomist bisa dimanfaatkan untuk sterilisasi ruangan dan permukaan, disinfektan pada
chamber, sterilisasi APD, sterilisasi kendaraan umum (bus, kereta, pesawat), dan lain sebagainya.
Apakah ozon nanomist mampu membunuh virus corona? Anto menyebutkan, penelitian
sebelumnya membuktikan bahwa ozon nanomist bisa membunuh virus SARS.
“Untuk virus SARS memang sudah terbukti dan pernah digunakan. Namun untuk membunuh virus
SARS-CoV-2, sedang dalam persiapan melakukan pengujian,” tuturnya.
Namun berhubung partikel ozon ini bisa membunuh sebagian besar bakteri dan virus, Anto
menggarisbawahi kemampua ozon nanomist membunuh virus corona. “Tinggal dosisnya saja berapa
banyak, apakah harus diperbanyak atau bagaimana,” tambahnya.
Saat ini, ozon nanomist telah digunakan di seluruh area perkantoran LIPI di berbagai kawasan. Anto
menyebutkan LIPI tengah bekerja sama dengan Persatuan Insinyur Indonesia dalam penjajakan ozon
nanomist di transportasi umum. “Untuk di MRT, TransJakarta, dan Commuterline masih dalam tahap
penjajakan. Semoga dapat direalisasikan,” lanjutnya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "LIPI Kembangkan Ozon Nanomist, Disinfektan
Aman Berbahan Dasar Oksigen",
Klik untuk baca: https://www.kompas.com/sains/read/2020/06/01/180400523/lipi-kembangkan-
ozon-nanomist-disinfektan-aman-berbahan-dasar-oksigen.
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Peneliti Jepang mengatakan, konsentrasi ozon yang rendah dapat
menetralkan partikel virus corona baru, berpotensi memberikan cara bagi rumahsakit untuk
mendisinfeksi ruang pemeriksaan dan ruang tunggu.
Para ilmuwan di Universitas Kesehatan Fujita mengungkapkan, mereka telah membuktikan, gas ozon
dalam konsentrasi 0,05 hingga 0,1 ppm, tingkat yang dianggap tidak berbahaya bagi manusia, bisa
membunuh virus.
Eksperimen tersebut menggunakan generator ozon di ruang tertutup dengan sampel virus corona.
Ilmuan menyebutkan, potensi virus menurun lebih dari 90% ketika terkena ozon tingkat rendah
selama 10 jam.
"Penularan virus korona baru dapat dikurangi dengan terapi ozon konsentrasi rendah secara terus
menerus, bahkan di lingkungan di mana orang-orang berada, menggunakan sistem semacam ini,"
kata Ketua Peneliti Takayuki Murata.
"Kami menemukan itu sangat efektif dalam kondisi kelembaban tinggi," ujar dia, Rabu (26/8), seperti
dikutip Reuters.
Ozon, sejenis molekul oksigen, diketahui menonaktifkan banyak patogen. Dan, eksperimen
sebelumnya telah menunjukkan, konsentrasi tinggi, antara 1-6 ppm, efektif melawan virus corona
tetapi berpotensi beracun bagi manusia.
Sebuah studi baru-baru ini di Institut Teknologi Georgia memperlihatkan, ozon mungkin efektif
dalam mendisinfeksi hamzat, kacamata, dan alat pelindung medis lainnya.
Rumahsakit Universitas Medis Fujita di Prefektur Aichi, Jepang, telah memasang generator ozon
untuk mengurangi infeksi di ruang tunggu dan ruang pasien. Mereka juga melakukan uji klinis obat
Avigan buatan Fujifilm pada pasien COVID-19.

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul : "Penelitian terbaru: Konsentrasi ozon yang
rendah bisa netralkan virus corona",
klik untuk baca : https://kesehatan.kontan.co.id/news/penelitian-terbaru-konsentrasi-ozon-yang-
rendah-bisa-netralkan-virus-corona
Halodoc, Jakarta - Penyebaran penyakit COVID-19 makin hari makin tidak terkontrol. Sejauh ini
belum dapat ditemukan cara yang benar-benar pasti untuk membunuh virus corona, terutama jika
menempel pada benda yang rentan disentuh. Namun, sebuah kabar beredar jika sinar ultraviolet
dapat membunuh virus corona dengan cara menyinari benda yang sudah terkontaminasi. Benarkah
hal tersebut? Temukan jawabannya di bawah ini!
Menghilangkan Virus Corona dengan Penggunaan Sinar Ultraviolet
Belakangan ini, permintaan terhadap alat pemancar sinar ultraviolet yang menyerupai tongkat
tersebut meningkat tajam. Alat ini disebut-sebut ampuh sebagai pembunuh virus corona yang sudah
disetujui oleh pemerintah di beberapa negara. Meski begitu, Food and Drugs Association (FDA) telah
merilis peringatan terkait keamanan dari penggunaan alat ini yang menyebabkan cedera mata, luka
bakar di kulit, dan masalah keamanan lainnya.
Sinar ultraviolet sendiri adalah cahaya yang tidak terlihat dengan frekuensi elektromagnetik yang
lebih tinggi daripada cahaya yang tampak. Sinar matahari merupakan sumber sinar UV yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami kanker kulit. Cahaya matahari terdiri dari tiga jenis sinar, yaitu
UVA, UVB, dan UVC. Penggunaan jenis cahaya yang dapat membunuh virus corona adalah UVC.
Sinar UVC adalah jenis ultraviolet yang paling efektif untuk membunuh kuman dan kerap digunakan
untuk mendisinfeksi permukaan, udara, serta cairan. Metode yang dilakukan untuk membunuh
kuman, seperti virus dan bakteri dengan merusak asam nukleat dan proteinnya. Kerusakan ini
membuat kuman tidak dapat melakukan proses yang dibutuhkan untuk bertahap hidup.
Sinar UVC mengandung energi yang paling banyak dibandingkan dua jenis lainnya. Sinar UVC yang
berasal dari matahari sebagian besar diserap oleh ozon bumi, jadi kamu kemungkinan tidak terpapar
oleh jenis sinar ini setiap hari. Namun, ada berbagai sumber sinar UVC buatan manusia yang dapat
digunakan.
Namun benarkah jika sinar ultraviolet dapat ampuh untuk membunuh virus corona?
Dari beberapa penelitian disebutkan jika jenis sinar UVC memang ampuh untuk membunuh virus
penyebab COVID-19 ini. Sinar ini bukan hanya dapat mendisinfeksi permukaan, tetapi juga cairan
dan udara. Berikut ini penjelasannya:
• Disinfeksi pada Permukaan
Studi yang dilakukan oleh American Journal of Infection Control (AJIC), menyebut sinar UVC ampuh
untuk membunuh SARS-CoV-2 pada permukaan sekitar laboratorium. Disebutkan jika sinar
ultraviolet ini ampuh untuk mengurangi jumlah virus corona yang masih hidup sebesar 99,7 persen
hanya dalam 30 detik. Jenis sinar UVC yang digunakan pada penelitian ini disebut dengan sinar UVC
jauh, yang panjang gelombangnya di kisaran 207 hingga 222 nanometer. Penggunaan alat ini juga
tidak terlalu berbahaya bagi kulit dan mata dibandingkan jenis sinar UVC lainnya.
• Disinfeksi pada Cairan
Pada studi lainnya dari AJIC menyebut jika penggunaan sinar UVC dapat ampuh untuk membunuh
sebagian besar virus penyebab COVID-19, ini di dalam cairan. Paparan sinar ultraviolet tersebut
dapat sepenuhnya membunuh virus yang ada dalam waktu 9 menit.
• Disinfeksi pada Udara
Dikutip dari jurnal terbitan Scientific Reports, penggunaan sinar UVC jauh mampu membunuh dua
jenis virus corona yang berterbangan di udara. Jenis virus tersebut adalah 229E dan OC43, yang
dapat menyebabkan flu biasa pada manusia. Kesimpulan yang diambil adalah sinar ultraviolet ini
dapat membunuh 99,9 persen virus penyebab COVID-19 yang ada di udara dengan waktu 25 menit.
Dipercaya jika hal ini juga ampuh terhadap SARS-CoV-2.

Artikel ini telah tayang di Halodoc.com dengan judul : " Sinar Ultraviolet Bisa Membunuh Virus
Corona, Benarkah?"
klik untuk baca : https://www.halodoc.com/artikel/sinar-ultraviolet-bisa-membunuh-virus-corona-
benarkah

Anda mungkin juga menyukai