Anda di halaman 1dari 102

ANALISIS PERENCANAAN PENAMBAHAN PENYULANG BARU DISTRIBUSI

SEBAGAI SOLUSI PENEKANAN SUSUT TEKNIS DENGAN


PERTIMBANGAN ASPEK KELAYAKAN EKONOMIS
(Studi Kasus: PT.PLN (PERSERO) UP3 Payakumbuh di ULP Lima Puluh Kota)

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknologi

Oleh :

RISKY ARIANTO
11750515060

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

ii
LEMBAR PENGESAHAN

iii
iv
LEMBAR HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

Tugas akhir yang tidak diterbitkan ini terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau adalah terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa
hak cipta pada penulis. Referensi kepustakaan di perkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau
ringkasan hanya dapat dilakukan seizin penulis dan harus disertai dengan kebiasaan ilmiah
untuk menyebutkan sumbernya.
Penggandaan atau penerbitan sebagian atau seluruh Tugas Akhir ini harus memperoleh
izin dari Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau. Perpustakaan yang meminjamkan Tugas Akhir ini untuk anggotanya diharapkan untuk
mengisi nama, tanda peminjaman dan tanggal pinjam.

v
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa di dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan oleh saya maupun orang lain untuk keperluan lain, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak memuat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
kecuali disebutkan dalam referensi dan di dalam daftar pustaka.
Saya bersedia menerima sanksi jika pernyataan ini tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

Pekanbaru, 14 Januari 2022


Yang membuat pernyataan,

Risky Arianto
NIM. 11750515060

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia, maka wajib baginya berilmu, dan barangsiapa
yang menghendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya berilmu, dan barang siapa yang menghendaki
keduanya, maka wajib baginya berilmu.
(HR.Tirmidzi)

Terima Kasih Ya Allah…


Sembah sujud serta syukurku kepada-Mu ya Allah, zat yang Maha Pengasih namun tak
pernah pilih kasih dan Maha Penyayang yang kasih sayang-Nya tak terbilang. Engkau zat yang
Maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati ini di atas agama-Mu ya Allah. Lantunan
sholawat beriring salam penggugah hati dan jiwa, menjadi persembahan penuh kerinduan pada
sosok panutan umat, pembangun peradaban manusia yang beradab Nabi Muhammad SAW.

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu


dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.
(QS : Al-Mujadilah 11)

Ku persembahkan karya ini untuk Ayahanda tercinta, sosok pejuang dalam hidupku
yang tak pernah mengenal kata lelah apalagi mengeluh serta Ibunda tersayang, malaikat tanpa
sayap dalam hidupku yang tak kenal waktu siang dan malam selalu menjaga dan melindungi
hingga aku bisa sampai seperti sekarang ini, Adik-adik tercinta, seluruh keluarga serta sahabat
dan seluruh keluarga besar teknik elektro UIN SUSKA RIAU yang doanya senantiasa
mengiringi setiap derap langkahku dalam meniti kesuksesan.

Dan katakanlah:”Ya Tuhan-ku, masukkan aku ketempat masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku
ketempat keluar yang benar dan berilah aku disisi-Mu kekuasaan yang dapat menolongku.”
(QS: Al-Isra 80)

| Risky Arianto |
| 14 Januari 2022 |
vii
ANALISIS PERENCANAAN PENAMBAHAN PENYULANG BARU DISTRIBUSI
SEBAGAI SOLUSI PENEKANAN SUSUT TEKNIS DENGAN
PERTIMBANGAN ASPEK KELAYAKAN EKONOMIS
(Studi Kasus: PT.PLN (PERSERO) UP3 Payakumbuh di ULP Lima Puluh Kota)

RISKY ARIANTO
11750515060

Tanggal Sidang :
Program Studi Teknik Elektro
Fakultas Sain dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Jl. HR. Soebrantas no. 155 Panam, Pekanbaru

ABSTRAK
Permasalahan yang terjadi pada trafo unit 1 dengan kapasitas trafo 60 MVA untuk mensuplai feeder pangkalan
mengalami pembebanan puncak hingga 120 A atau 70,7 % , ini mengindikasikan bahwa pembebanan hampir
mencapai batas maksimal, hal ini berpengaruh terhadap jatuh tegangan yang berdampak pada kerugian daya,
dikarenakan beban yang di suplai begitu berat dengan banyaknya pabrik-pabrik industri serta jarak yang jauh.
Sehubungan dengan permasalahan yang terjadi, penelitian ini bertujuan untuk menekan susut teknis dengan
parameter jatuh tegangan dan rugi-rugi daya, dengan mengikutsertakan analisis dampak, perhitungan teoritis,
tahapan penelitian, dan analisis korelasi antara aspek teknis dan ekonomisnya. Untuk itu, metode yang penulis
gunakan adalah dengan menganalisis susut teknis pada kondisi eksisting dan setelah adanya perencanaan
penambahan penyulang baru untuk menentukan kelayakan pada aspek teknis, dengan bantuan software ETAP
12.6.0 dan menggunakan perhitungan secara manual. Lalu untuk analisis kelayakan ekonomis menggunakan
parameter NPV,BCR,IRR dan PP. Dengan adanya analisis terhadap perencanaan penambahan penyulang baru
menghasilkan penekanan susut teknis sebesar 19,996 kV atau sebesar 5 % pada feeder Pangkalan dan hal ini
berdampak pada penekanan rugi-rugi daya sebesar 0,160 MW, dimana saving kWh yaitu sebesar 31.869 kWh
per/bulan apabila di rupiahkan sebesar 401.049.661,98/ tahum, dengan total gain tegangan ujung sebesar 13,64 %.
Selain itu pada analisis kelayakan ekonomis juga menunjukkan hasil yang positif dengan NPV sebesar Rp
6.337.507.177, BCR yaitu sebesar 1,08, IRR 10,5 %, dengan jangka pengembalian modal 9 tahun 5 bulan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perencanaan penambahan penyulang baru setelah di analisis melalui dua
tahapan dari aspek teknis dan ekonomis memberikan memberikanl hasil yang layak.

Kata Kunci : Jatuh tegangan, rugi-rugi daya, kelayakan ekonomis.

viii
PLAN ANALYSIS OF ADDITION OF NEW FILTER DISTRIBUTION AS
A SOLUTION OF EMPOWERMENT TECHNICAL SHORT WITH
CONSIDERATION ASPECT OF ECONOMIC FEASIBILITY
(Case Study: PT. PLN (PERSERO) UP3 Payakumbuh at ULP Fifty Cities)

RISKY ARIANTO
11750515060

Date of Examination :
Electrical Engineering Department
Faculty of Science and Technology
Sultan Syarif Kasim State Islamic University Riau
St. HR. Soebrantas number.155 Panam, Pekanbaru

ABSTRACT
Problems that occur in the unit 1 transformer with a transformer capacity of 60 MVA to supply the base feeder
experience a peak load of up to 120 A or 70.7%, this indicates that the loading is almost reaching the maximum
limit, this affects the voltage drop which has an impact on power losses, because the load that is supplied is so
heavy with the many industrial factories and the long distances. In connection with the problems that occur, this
study aims to suppress technical losses with the parameters of voltage drop and power losses, by including impact
analysis, theoretical calculations, research stages, and correlation analysis between technical and economic
aspects. For this reason, the method that the author uses is to analyze technical losses in existing conditions and
after planning the addition of new feeders to determine feasibility on technical aspects, with the help of ETAP
12.6.0 software and using manual calculations. Then for the analysis of economic feasibility using parameters
NPV, BCR, IRR and PP. With the analysis of the planning for the addition of a new feeder, it results in a technical
loss suppression of 19.996 kV or 5% at the Pangkalan feeder and this has an impact on suppressing power losses
of 0.160 MW, where the kWh saving is 31,869 kWh per/month when converted into rupiah. 401,049,661.98/year,
with a total end voltage gain of 13.64%. In addition, the economic feasibility analysis also shows positive results
with an NPV of Rp. 6,337,507,177, BCR of 1.08, IRR of 10.5%, with a payback period of 9 years and 5 months.
The conclusion of this research is that the planning of adding a new feeder after being analyzed through two stages
from the technical and economic aspects gives a decent result.

Keywords : Drop voltage, Apparent losses, Economic feasibility

ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin hal yang pertama penulis ucapkan sebagai rasa syukur
yang sangat berlimpah kepada Allah SWT atas segala karunia, rahmat, Ilmu-Nya yang tak
terhingga sampai kapanpun, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas akhir ini.
Sholawat serta salam terucap buat junjungan alam Nabi besar Muhammad SAW Allahumma
Sholli’ala Sayyidina Muhammad Wa’ala Ali Sayyidina Muhammad, karena jasa beliau yang
telah membawa manusia merasakan nikmatnya Islam seperti sekarang ini. Laporan tugas akhir
ini berjudul “Analisis Perencanaan Penambahan Penyulang Baru Sebagai Solusi Penekanan
Susut Teknis dengan Pertimbangan Kelayakan Ekonomis (Studi Kasus: PT.PLN
(PERSERO) UP3 Payakumbuh di ULP Lima Puluh Kota)”. Dalam proses penyusunans
Laporan Tugas Akhir ini, banyak sekali pihak yang telah membantu penulis dalam memperoleh
ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam penyusunan laporan ini, baik berupa bantuan materi
maupun berupa motivasi dan dukungan kepada penulis. Maka dari itu, Pada kesempatan ini
penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Teristimewa Kedua Orang tua penulis, serta kakak, adik dan keluarga besar yang
telah mendoakan dan memberikan dukungan, serta motivasi agar penulis dapat
tawakal dan sabar sehingga sukses memperoleh kelancaran dalam menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini dengan maksimal.
2. Bapak Prof. Dr. Khairunnas, M.Ag. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau;
3. Bapak Dr. Hartono M.Pd Selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau;
4. Ibu Dr. Zulfatri Aini, ST., MT. Selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
5. Bapak Sutoyo ST., MT selaku Sekretaris Program Studi Teknik Elektro Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau;

x
6. Ibu Dr. Zulfatri Aini S.T., M.T, selaku dosen pembimbing luar biasa yang selalu
membantu memberikan inspirasi, motivasi, dan sabar memberikan arahan maupun
kritikan kepada penulis menyelesaikan tugas akhir ini;
7. Bapak Ahmad Faizal, ST., MT selaku koordinator Tugas Akhir Prodi Teknik Elektro
Fakultas Sains dan Teknologi yang selalu membantu memberikan inspirasi dan
motivasi dalam penyelesaian tugas akhir ini.
8. Bapak Halim Mudia, S.T.,M.T selaku dosen Pembimbing Akademik yang
mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1
(S1) di Program Studi Teknik Elektro konsentrasi Energi Fakultas Sains dan
Teknologi
9. Seluruh Staf Dosen dan Karyawan Fakultas Sains dan Teknologi, khususnya
Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
10. Seluruh Teman-Teman Teknik Elektro Angkatan 17 yang begitu banyak membantu
dan mendoakan.
11. Seluruh pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pelaksanaan Laporan Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian laporan tugas akhir ini masih banyak
kesalahan baik disengaja maupun akan kekurangan apapun itu, oleh karena itu, kritik dan saran
yang sifat nya membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Pekanbaru, 14 Januari 2022

RISKY ARIANTO
11750515060

xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................iii
LEMBAR HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL .................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN.................................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... xix
DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xxi
DAFTAR RUMUS ............................................................................................................ xxii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................................. xxiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... I-1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ I-1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... I-4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. I-4

1.4 Batasan Masalah .............................................................................................. I-5

1.5 Manfaat Peneltian ............................................................................................ I-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................................II-1


2.1 Penelitian Terkait ........................................................................................... II-1

2.2 Sistem Tenaga Listrik ..................................................................................... II-2

2.3 Sistem distribusi ............................................................................................. II-4

2.3.1 Sistem Jaringan Distribusi Primer ................................................................. II-4


2.3.2 Sistem Jaringan Distribusi Sekunder .............................................................. II-7
2.4 Konstruksi Utama Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik .......................... II-8

2.4.1 Saluran Distribusi Tegangan Menengah berdasarkan Jenisnya ....................... II-8

xii
2.4.2 Pertimbangan Lokasi Kontruksi pada Jaringan Distribusi ............................ II-10
2.4.3 Jenis dan Fungsi Komponen pada Kontruksi Jaringan Distribusi ................. II-11
2.5 Gangguan pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik .......................................... II-15

2.5.1 Pengaruh dari Gangguan Terhadap Sistem Distribusi................................... II-15


2.6 Drop Voltage ................................................................................................ II-16

2.6.1 Pengaturan Tegangan Pada Sistem Distribusi .............................................. II-17


2.6.2 Batas Persentase Drop Voltage .................................................................... II-17
2.6.3 Penyebab Terjadinya Drop Voltage pada Jaringan Distribusi ....................... II-18
2.6.4 Upaya Memperbaiki Tegangan .................................................................... II-19
2.7 Studi Aliran Daya ......................................................................................... II-21

2.7.1 Daya Aktif ................................................................................................... II-23


2.7.2 Daya Reaktif ................................................................................................ II-23
2.7.3 Daya Semu .................................................................................................. II-24
2.7.4 Power Losses ............................................................................................... II-24
2.7.5 Faktor Daya ................................................................................................. II-26
2.8 Sifat Beban ................................................................................................... II-27

2.8.1 Beban Resistif .............................................................................................. II-27


2.8.2 Beban Induktif ............................................................................................. II-27
2.8.3 Beban Kapasitif ........................................................................................... II-28
2.8.4 Faktor Beban (Load Factor) ........................................................................ II-28
2.8.5 Faktor Rugi Beban (Loss Load Factor) ........................................................ II-29
2.8.6 Hubungan antara faktor beban dan faktor kerugian beban ............................ II-29
2.8.7 Faktor Kerugian Pada Feeder ...................................................................... II-30
2.9 ETAP ........................................................................................................... II-30

2.10 Faktor Pendukung Kelayakan Pada Aspek Teknis ........................................ II-31

2.10.1 Saving kWh ................................................................................................. II-31


2.10.2 Gain Tegangan ............................................................................................ II-31
2.11 Kajian Kelayakan Ekonomis Proyek ............................................................. II-31

2.11.1 NPV (Net Present Value) ............................................................................. II-32

xiii
2.11.2 Internal Rate of Return ( IRR) ..................................................................... II-32
2.11.3 Benefit Cost Ratio (BCR) ............................................................................ II-33
2.11.4 Payback Period (PP) ................................................................................... II-33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................... III-1
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................................. III-1

3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................................... III-2

3.3 Sumber Data Penelitian ................................................................................. III-2

3.4 Prosedur Penelitian ........................................................................................ III-2

3.5 Identifikasi Masalah ...................................................................................... III-4

3.6 Studi Literatur ............................................................................................... III-4

3.7 Pengumpulan Data ........................................................................................ III-4

3.7.1 Data Susut Teknis ......................................................................................... III-4


3.7.2 Data Single Diagram .................................................................................... III-5
3.7.3 Data Lokasi dan Panjang Saluran .................................................................. III-5
3.7.4 Data Beban Puncak....................................................................................... III-6
3.7.5 Data Beban Trafo ......................................................................................... III-7
3.7.6 Data Jenis dan Ukuran Pengantar.................................................................. III-7
3.8 Analisis Kondisi Eksisting ............................................................................. III-8

3.8.1 Pengolahan Data Untuk Input ke Dalam Software ETAP 12.6.0 Kondisi Eksisting
.................................................................................................................... III-8
3.8.2 Simulasi Aliran Daya Kondisi Eksisting ....................................................... III-9
3.8.3 Perhitungan Secara Teoritis Kondisi Eksisting .............................................. III-9
3.8.4 Rincian Aliran Daya Kondisi Eksisting ....................................................... III-10
3.8.5 Rekomendasi Solusi Kondisi Eksisting ....................................................... III-10
3.9 Analisis Kelayakan ...................................................................................... III-10

3.10 Aspek Teknis ............................................................................................... III-11

3.11 Analisis Susut Teknis Kondisi Eksisting ...................................................... III-11

3.12 Analisis Kondisi Setelah Perencanaan Penamabahan Penyulang Baru.......... III-11

xiv
3.12.1 Pengolahan Data Kondisi Setelah Perencanaan Penambahan Penyulang Baru ......
.................................................................................................................. III-12
3.12.2 Simulasi Aliran Daya Melalui Perencanaan Penyulang Baru (Pola Operasi 2) .....
.................................................................................................................. III-13
3.12.3 Perhitungan Aliran Daya Secara Teoritis Melalui Jalur Penyulang Baru ..... III-13
3.12.4 Rincian Aliran Daya Melalui Jalur Penyulang Baru .................................... III-14
3.12.5 Analisis Simulasi Tegangan Ujung Feeder Pangkalan Setelah Perencanaan
Penambahan Penyulang Baru (Pola Operasi 3) ........................................... III-14
3.12.6 Perhitungan Aliran Daya Secara Teoritis Feeder Pangkalan Setelah Perencanaan
.................................................................................................................. III-15
3.12.7 Rincian Aliran Daya Melalui Jalur Penyulang Pangkalan............................ III-16
3.12.8 Rincian Nilai Susut Teknis Kondisi Eksisting dan Setelah Perencanaan ...... III-16
3.13 Analisis Faktor Pendukung Tambahan Pada Aspek Teknis .......................... III-16

3.14 Penilaian Kelayakan Pada Aspek Teknis ..................................................... III-16

3.15 Analisis Simulasi Menggunakan Bantuan Software ETAP 12.6.0 ................ III-17

3.15.1 Input Data Jaringan Tegangan Menengah pada Software ETAP 12.6.0 ....... III-18
3.16 Aspek Kelayakan Ekonomis ........................................................................ III-23

3.16.1 Data Pendukung Perhitungan Kelayakan Ekonomis .................................... III-24


3.16.2 Indikator Pendukung Kelayakan Ekonomis................................................. III-26
3.17 Penilaian Kelayakan .................................................................................... III-27

3.18 Kesimpulan/Saran/Rekomendasi ................................................................. III-27

BAB IV HASIL DAN ANALISA .................................................................................... IV-1


4.1 Hasil Penelitian .............................................................................................IV-1

4.2 Analisis Kondisi Eksisting .............................................................................IV-1

4.2.1 Pengolahan Data Untuk Single Line Diagram Kondisi Eksisting ................... IV-2
4.2.2 Hasil Simulasi Aliran Daya Kondisi Eksisting (Pola Operasi 1) .................... IV-3
4.2.2.1 Hasil Simulasi Aliran Daya Kondisi Eksisting Menggunakan Software ETAP
12.6.0..........................................................................................................IV-3

xv
4.2.2.2 Hasil Simulasi Tegangan Ujung Feeder Pangkalan Kondisi Eksisting .......IV-4

4.2.2.3 Hasil Simulasi Tampilan Rugi-rugi Daya Kondisi Eksisting ......................IV-4

4.2.2.4 Hasil Pembebanan Trafo GI Koto Panjang Kondisi Eksisting ....................IV-5

4.2.3 Hasil Perhitungan Aliran Daya Secara Teoritis Pada Kondisi Eksisting ........ IV-6
4.2.3.1 Menghitung Beban Rata-Rata Kondisi Eksisting .......................................IV-6

4.2.3.2 Menghitung Faktor Beban (Load Factor) Kondisi Eksisting ......................IV-6

4.2.3.3 Menghitung Faktor Rugi Beban (Loss Load Factor) Kondisi Eksisting......IV-7

4.2.3.4 Menghitung Jatuh Tegangan (Drop Voltage) Kondisi Eksisting .................IV-7

4.2.3.5 Menghitung Persentase Jatuh Tegangan Kondisi Eksisting ........................IV-7

4.2.3.6 Menghitung Daya Kirim Kondisi Eksisting ...............................................IV-7

4.2.3.7 Menghitung Rugi-rugi Daya Kondisi Eksisting ..........................................IV-8

4.2.3.8 Menghitung Persentase Rugi Daya Kondisi Eksisting ................................IV-8

4.2.4 Hasil Rincian Aliran Daya Kondisi Eksisting ................................................ IV-9


4.2.5 Rekomendasi Solusi Kondisi Eksisting ....................................................... IV-10
4.3 Analisis Kondisi Setelah Adanya Perencanaan Penambahan Penyulang Baru .......
.................................................................................................................... IV-10

4.3.1 Pengolahan Data Kondisi Setelah Perencanaan Penambahan Penyulang Baru ......
.................................................................................................................. IV-11
4.3.2 Hasil Simulasi Aliran Daya Melalui Perencanaan Penyulang Baru(Pola Operasi 2)
.................................................................................................................. IV-11
4.3.2.1 Hasil Simulasi Aliran Daya Kondisi Setelah Perencanaan Penyulang Baru .......
................................................................................................................ IV-12

4.3.2.2 Hasil Simulasi Tampilan Rugi-rugi Daya Kondisi Setelah Perencanaan


Penambahan Penyulang Baru .................................................................... IV-13

4.3.2.3 Hasil Simulasi Tegangan Ujung Melalui Penyulang Baru ........................ IV-14

4.3.2.4 Hasil Pembebanan Trafo GI Koto Panjang Kondisi Setelah Perencanaan..........


................................................................................................................ IV-14

xvi
4.3.3 Hasil Perhitungan Aliran Daya Secara Teoritis Melalui Penyulang Baru ..... IV-15
4.3.3.1 Menghitung Beban Rata-Rata Penyulang Baru ........................................ IV-15

4.3.3.2 Menghitung Faktor Beban (Load Factor) Penyulang Baru....................... IV-16

4.3.3.3 Menghitung Faktor Rugi Beban (Loss Load Factor) Penyulang Baru ......IV-16

4.3.3.4 Menghitung Jatuh Tegangan (Drop Voltage) Kondisi Eksisiting .............. IV-16

4.3.3.5 Menghitung Persentase Jatuh Tegangan Penyulang Baru ......................... IV-17

4.3.3.6 Menghitung Daya Kirim Penyulang Baru ................................................ IV-17

4.3.3.7 Menghitung Rugi-rugi Daya Penyulang Baru .......................................... IV-17

4.3.3.8 Menghitung Persentase Rugi Daya Penyulang Baru ................................ IV-18

4.3.4 Hasil Rincian Aliran Daya (Pola Operasi 2) ................................................ IV-18


4.3.5 Hasil Analisa Simulasi Tegangan Ujung Feeder Pangkalan Kondisi Setelah
Perencanaan Penambahan Penyulang Baru (Pola Operasi 3) ....................... IV-19
4.3.6 Hasil Perhitungan Teoritis Melalui Jalur Penyulang Pangkalan (Pola Operasi 3)..
.................................................................................................................. IV-20
4.3.6.1 Menghitung Beban Rata-Rata Feeder Pangkalan Setelah Perencanaan .... IV-20

4.3.6.2 Menghitung Faktor Beban (Load Factor) Feeder Pangkalan Setelah Perencanaan
................................................................................................................ IV-20

4.3.6.3 Menghitung Loss Load Factor Feeder Pangkalan Setelah Perencanaan ... IV-20

4.3.6.4 Menghitung Jatuh Tegangan Feeder Pangkalan Setelah Perencanaan ......IV-21

4.3.6.5 Menghitung Persentase Jatuh Tegangan Feeder Pangkalan Setelah Perencanaan


................................................................................................................ IV-21

4.3.6.6 Menghitung Daya Kirim Feeder Pangkalan Setelah Perencanaan ............ IV-21

4.3.6.7 Menghitung Rugi-rugi Daya Feeder Pangkalan Setelah Perencanaan ......IV-22

4.3.6.8 Menghitung Persentase Rugi Daya Feeder Pangkalan Setelah Perencanaan ......
................................................................................................................ IV-22

4.3.7 Hasil Rincian Aliran Daya (Pola Operasi 3) ................................................ IV-23

xvii
4.3.8 Rincian Hasil Susut Teknis Kondisi Eksisting dan Sesudah Perencanaan
Penambahan Penyulang Baru...................................................................... IV-24
4.4 Hasil Analisis Faktor Pendukung Tambahan Pada Aspek Teknis ................. IV-24

4.4.1 Saving ........................................................................................................ IV-25


4.4.2 Gain Tegangan ........................................................................................... IV-26
4.4.3 Benefit ........................................................................................................ IV-26
4.5 Penilaian Kelayakan Pada Aspek Teknis ..................................................... IV-27

4.6 Analisis Kelayakan Ekonomis ..................................................................... IV-27

4.6.1 Hasil Perhitungan Data Pendukung Kelayakan Ekonomis ........................... IV-28


4.6.2 Hasil Perhitungan Indikator Kajian Kelayakan Ekonomis ........................... IV-29
4.6.2.1 Net Present Value (NPV) ........................................................................ IV-30

4.6.2.2 Internal Rate of Return (IRR) .................................................................. IV-31

4.6.2.3 Benefit Cost Ratio (BCR) ........................................................................ IV-31

4.6.2.4 Payback Period (PP) .............................................................................. IV-32

4.7 Penilaian Kelayakan Pada Aspek Ekonomis ................................................ IV-32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. V-1


5.1 Kesimpulan .................................................................................................... V-1

5.2 Saran .............................................................................................................. V-2

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. i


LAMPIRAN

xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2. 1 Alur sistem tenaga listrik ................................................................................ II-3
Gambar 2. 2 Sistem distribusi primer tipe radial ................................................................. II-5
Gambar 2. 3 Sistem distribusi primer tipe Klutser ............................................................... II-5
Gambar 2. 4 Sistem tipikal Spindel ..................................................................................... II-6
Gambar 2. 5 Sistem distribusi tipe grid ............................................................................... II-6
Gambar 2. 6 Sistem LRS (Loop Restoration Scheme) .......................................................... II-7
Gambar 2. 7 Sistem distribusi sekunder ............................................................................... II-8
Gambar 2. 8 Isolator tumpu ............................................................................................... II-12
Gambar 2. 9 Isolator tarik ................................................................................................. II-12
Gambar 2. 10 Fuse cut-out ................................................................................................ II-13
Gambar 2. 11 Load breaker switch .................................................................................... II-13
Gambar 2. 12 Recloser ...................................................................................................... II-14
Gambar 2. 13 Medium Voltage Circuit Breaker................................................................. II-14
Gambar 2. 14 Sistem 3 Bus Sederhana .............................................................................. II-22
Gambar 2. 15 Arus dan tegangan pada beban resistif ........................................................ II-27
Gambar 2. 16 Arus, tegangan dan GGL induksi pada beban induktif ................................ II-28
Gambar 2. 17 Arus, tegangan, dan GGL induksi pada beban kapasitif ............................... II-28
Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian ....................................................................................... III-3
Gambar 3. 2 Single line diagram feeder Pangkalan ............................................................ III-5
Gambar 3. 3 Lokasi Peneltian ............................................................................................ III-6
Gambar 3. 4 Skema analisis kondisi eksisting..................................................................... III-8
Gambar 3. 5 Skema analisis kondisi setelah perencanaan penambahan penyulang baru .... III-12
Gambar 3. 6 Skema simulasi penekanan susut teknis menggunakan ETAP 12.6.0 ............ III-17
Gambar 3. 7 Input data Impedansi sumber gardu induk koto panjang ............................... III-18
Gambar 3. 8 Input data busbar ......................................................................................... III-18
Gambar 3. 9 Input data kabel AAAC(Allumunium Alloy Conductor) 240 mm² ................. III-19
Gambar 3. 10 Input data Current Transformer(CT) .......................................................... III-19
Gambar 3. 11 Input data high voltage circuit breaker (HVCB)......................................... III-20
Gambar 3. 12 Input data trafo beban pada penyulang berdasarkan spesifikasinya ............. III-20

xix
Gambar 3. 13 Input data Automatic voltage regulator (AVR) ........................................... III-21
Gambar 3. 14 Input data beban trafo penyulang distribusi ................................................ III-21
Gambar 3. 15 Input data recloser ..................................................................................... III-22
Gambar 3. 16 Input data load breaker switch (LBS) ......................................................... III-22
Gambar 3. 17 Input data fuse cut out (FCO) ..................................................................... III-23
Gambar 3. 18 Ilustrasi Perencanaan Penambahan Penyulang Baru ................................... III-24
Gambar 4. 1 Hasil Simulasi Aliran Daya Kondisi Eksisting............................................. ..IV-3
Gambar 4. 2 Tegangan ujung feeder-1 pangkalan kondisi eksisting ....................................IV-4
Gambar 4. 3 Hasil tampilan rugi-rugi daya kondisi eksisting ..............................................IV-4
Gambar 4. 4 Hasil simulasi aliran daya kondisi setelah perencanaan penyulang baru ....... IV-12
Gambar 4. 5 Hasil tampilan rugi-rugi daya kondisi setelah perencanaan penyulang baru ...........
.................................................................................................................... IV-13
Gambar 4. 6 Hasil simulasi kondisi tegangan ujung melalui penyulang baru .................... IV-14
Gambar 4. 7 Kondisi Tegangan Ujung Feeder Pangkalan Sesudah Perencanaan Penambahan
Penyulangan Baru........................................................................................ IV-19

xx
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3. 1 Data susut teknis kondisi eksisting ..................................................................... III-4
Tabel 3. 2 Data panjang saluran ......................................................................................... III-6
Tabel 3. 3 Data perencanaan penambahan penyulang pada penelitian ................................. III-6
Tabel 3. 4 Data Beban puncak saat ini ................................................................................ III-7
Tabel 3. 5 Data beban trafo pada feeder-1 pangkalan ......................................................... III-7
Tabel 3. 6 Data jenis dan ukuran penghantar ...................................................................... III-7
Tabel 3. 7 Data Lengkap Setiap Tahap Asumsi Rancangan Anggaran Biaya .................... III-25
Tabel 3. 8 Data Asumsi Potensi Pelanggan Baru dari Perencanaan Penambahan Penyulang ......
........................................................................................................................ III-26
Tabel 4. 1 Pengelompokan data untuk meng-input ke dalam software ETAP 12.6.0 .......... IV-2
Tabel 4. 2 Rangkuman Hasil simulasi aliran daya ..............................................................IV-5
Tabel 4. 3 Hasil rincian aliran daya kondisi eksisiting ........................................................IV-9
Tabel 4. 4 Pengelompokan data kondisi setelah perencanaan penambahan penyulang baru untuk
meng-input ke dalam software ETAP 12.6.0 .................................................... IV-11
Tabel 4. 5 Rangkuman hasil simulasi aliran daya setelah perencanaan melalui penyulang baru .
........................................................................................................................ IV-15
Tabel 4. 6 Hasil rincian aliran daya (Pola Operasi 2) ........................................................ IV-18
Tabel 4. 7 Hasil rincian aliran daya (Pola Operasi 3) ........................................................ IV-23
Tabel 4. 8 Rincian Hasil Susut Teknis Kondisi Eksisting dan Sesudah Perencanaan Penambahan
Penyulang Baru ................................................................................................ IV-24
Tabel 4. 9 Rincian Saving kWH ....................................................................................... IV-25
Tabel 4. 10 Gain tegangan ujung ...................................................................................... IV-26
Tabel 4. 11 Hasil perhitungan data asumsi kajian kelayakan ekonomis ............................. IV-29
Tabel 4. 12 Parameter Ketentuan perhitungan indikator kajian kelayakan ekonomis ......... IV-30

xxi
DAFTAR RUMUS
Rumus Halaman
Rumus 2.1 Perhitungan Drop Voltage ............................................................................ II-17
Rumus 2.2 Perhitungan Total Drop Voltage Setiap Saluran ............................................ II-17
Rumus 2.3 Perhitungan Drop Voltage melalui Faktor Impedansi ..................................... II-19
Rumus 2.4 Perhitungan Pembuktian Drop Voltage .......................................................... II-19
Rumus 2.5 Perhitungan Persentase Drop Voltage ............................................................ II-19
Rumus 2.6 Perhitungan Daya Aktif ................................................................................. II-24
Rumus 2.7 Perhitungan Daya Reaktif .............................................................................. II-25
Rumus 2.8 Perhitungan Daya Semu ................................................................................ II-25
Rumus 2.9 Perhitungan Rugi Daya Satu Fhasa ................................................................ II-26
Rumus 2.10 Perhitungan Total Rugi Daya ....................................................................... II-26
Rumus 2.11 Perhitungan Rugi Daya 3 Fhasa .................................................................. II-26
Rumus 2.12 Perhitungan Rugi Daya 3 Fhasa Menggunakan Periode t ............................ II-26
Rumus 2.13 Perhitungan Total Daya Kirim Periode t ...................................................... II-26
Rumus 2.14 Perhitungan Persentase Rugi-rugi Daya ....................................................... II-26
Rumus 2.15 Perhitungan Faktor Daya ............................................................................. II-27
Rumus 2.16 Perhitungan Beban Resistif ......................................................................... II-28
Rumus 2.17 Perhitungan Beban Induktif ........................................................................ II-29
Rumus 2.18 Perhitungan Beban Kapasitif ....................................................................... II-29
Rumus 2.19 Perhitungan Loss Factor .............................................................................. II-29
Rumus 2.20 Perhitungan Rasio Beban Rata-rata ............................................................. II-30
Rumus 2.21 Perhitungan Loss Load Factor ..................................................................... II-30
Rumus 2.22 Perhitungan Hubungan LLF dan LF ............................................................ II-30
Rumus 2.23 Perhitungan empiris LLF dan LF ................................................................. II-30
Rumus 2.24 Perhitungan koefisien faktor beban .............................................................. II-30
Rumus 2.25 Perhitungan kerugian teknis setiap feeder .................................................... II-31
Rumus 2.26 Perhitungan Saving kWh ............................................................................. II-32
Rumus 2.27 Perhitungan Gain Tegangan ........................................................................ II-32
Rumus 2.28 Perhitungan NPV (Net Present Value) ......................................................... II-33
Rumus 2.29 Perhitungan IRR (Internal Rate of Return)................................................... II-33

xxii
Rumus 2.30 Perhitungan BCR (Benefit Cost Ratio) ......................................................... II-34
Rumus 2.31 Perhitungan PP (Payback Period) ................................................................ II-34

xxiii
DAFTAR SINGKATAN
SLD = Single Line Diagram
TD = Trafo Distribusi
PMT = Pemutus Tenaga
SU = Saklar Utama
FCO = Fuse Cut Out
SC = Saklar Cabang
FC = Fuse Cabang
GH = Gardu Hubung
GI = Gardu Induk
GD = Gardu Distribusi
SR = Saluran Rumah
LBSM = Load Breaker Switch Motorize
AVR = Automatic Voltage Regulator
SUTM = Saluran Udara Tegangan Menengan
JTR = Jaringan Tegangan Rendah
JTM = Jaringan Tegangan Menengah
PHBTR = Panel Hubung Bagi Tegangan Rendah
ETAP = Electrical Transient Analysis Program
SUTET = Saluran Udara Tegangan Extra Tinggi
SUTM = Saluran Udara Tegangan Menengah
SUTT = Saluran Udara Tegangan Tinggi
SKTM = Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah
NO = Normally Open
NC = Normally Close
AAAC = All Allumunium Alloy-Conductor
AAAC-S = All Allumunium Alloy Conductor-Single
BC = Bare Conductor
MVCB = Medium Voltage Circuit Breaker
HVCB = High Voltage Circuit Breaker

xxiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi merupakan kebutuhan pokok bagi umat manusia, karena sampai saat ini tidak
bisa terlepas dari kehidupan makhluk hidup. Seperti hal nya kebutuhan energi listrik, yang
tergolong sebagai kebutuhan primer karena setiap aktifitas sehari-hari hampir sepenuhnya
membutuhkan energi listrik. Dimana, hal ini pula yang mendorong kebutuhan energi listrik
semakin meningkat berbanding lurus dengan pertumbuhan makhluk hidup.
Dalam memenuhi kebutuhan energi listrik yang terus meningkat, pemerintah melalui
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyediakan dan mengembangkan sistem tenaga lsitrik
yang berkelanjutan yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan pembagian 8 regional di
seluruh penjuru Indonesia, di antaranya regional Jawa bagian barat, Jawa bagian tengah, Jawa
bagian timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku & Papua, serta Bali & Nusa Tenggara
Timur, dimana segala sesuatu hal mengenai elektrifikasi setiap provinsi per-tahun nya di atur
didalam Rancangan Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) PT.PLN (PERSERO)[1].
Provinsi Sumatera barat merupakan salah satu provinsi yang termasuk bagian regional
Sumatera dengan berpusat pada Unit Induk Wilayah (UIW), yang terdiri dari 4 Unit Pelaksana
Pelayanan Pelanggan (UP3), yaitu UP3 Padang yang terdiri dari 10 Unit layanan Pelanggan
(ULP), UP3 Bukittinggi dengan 7 (ULP), UP3 Solok dengan 9 (ULP), dan UP3 Payakumbuh
dengan 4 (ULP). Untuk itu, maka suplai tenaga listrik berasal dari 2 jenis pembangkit, yaitu
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang berjumlah 3 unit dengan kapasitas masing–masing
pada PLTA Maninjau (68 MW), PLTA Singkarak (175 MW), dan PLTA Batang Agam (3 x 3,5
MW). Lalu, pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berjumlah 2 unit memiliki
kapasitas yaitu pada PLTU Sawah lunto (200 MW), dan PLTU Teluk Sirih (2×100 MW), tenaga
listrik tersebut disalurkan melalui 19 gardu induk dengan kapasitas (1.414 MVA)[2].
Sistem gardu induk di provinsi Sumatera barat menggunakan sistem yang saling ter-
interkoneksi dengan GI lainnya, dimana salah satunya adalah GI Koto panjang yang merupakan
bagian dari UP3 Payakumbuh, ULP Lima puluh kota, dengan total kapasitas trafo sebesar 90
MVA dan tegangan sumber sebesar 21 kV yang terbagi menjadi 2 unit pelayanan. Pada unit 1
memiliki kapasitas trafo sebesar 60 MVA untuk mensuplai 3 penyulang yaitu, penyulang

I-1
borobudur, pangkalan, dan spare. Pada unit 2 memiliki kapasitas trafo sebesar 30 MVA untuk
mensuplai 4 penyulang yaitu, penyulang perambanan, mendut, dan 2 spare[3].
Pada trafo unit 1 yang mensuplai penyulang pangkalan mengalami pembebanan puncak
sebesar 120 A atau sekitar 70,7 %, hal ini mengindikasikan bahwa pembebanan hampir
mencapai batas maksimal[3], dan berpengaruh terhadap susut teknis berupa jatuh tegangan yang
berdampak menyebabkan rugi-rugi daya, dimana ini disebabkan karena beban yang di suplai
begitu berat dengan banyaknya pabrik-pabrik industri serta jarak suplai yang jauh, sesuai dengan
ketentuan bahwa besaran tegangan akan berbanding lurus dengan besaran arus listrik namun,
berbanding terbalik dengan nilai resistansi atau hambatan. Jadi, semakin panjang saluran maka
akan semakin tinggi angka jatuh tegangan dan rugi daya yang dihasilkan[34].
Berdasarkan permasalahan yang diperoleh dari narasumber melalui proses wawancara
bersama pegawai PT. PLN (Persero) UP3 Payakumbuh, bagian staf perencanaan jaringan oleh
Muhammad Reza Afriano menyatakan bahwa, penyulang pangkalan pada kondisi saat ini
mengalami susut teknis berupa jatuh tegangan mencapai 13 % atau sebesar 18,304 kV, dari
tegangan sumber sebesar 21 kV, dampaknya menyebabkan rugi-rugi daya mencapai 4,26 % atau
sebesar 0,311 MW[7]. Menurut SPLN T6.001:2013 keputusan direksi PT.PLN (PERSERO)
No.391.K/DIR2013 menyatakan, batas toleranasi jatuh tegangan untuk tegangan menengah
sebesar ±10% dari tegangan nominal sistem[22], dan rugi daya menurut SPLN No.1:1978
menyatakan, bahwa rugi daya pada jaringan tegangan menengah tidak boleh melebihi ±2%[11].
Sejauh ini beberapa upaya telah dilakukan oleh pihak PLN namun, ada beberapa faktor
di lapangan yang menjadi kendala dalam perealisasian untuk mengatasi permasalahan tersebut,
seperti untuk me-manuvernya ke feeder lain tidak dapat dilakukan karena tidak ada feeder
terdekat yang bisa digunakan untuk saling me-manuver beban. Dalam hal penambahan kapasitor
bank dan pengaturan tap trafo juga telah coba diterapkan, namun kondisi lapangan tidak
memungkinkan untuk direalisasikan, Pada pengaturan tap trafo AVR juga tidak bisa
direalisasikan, karena sudah dalam batas maksimal. Untuk pergantian jenis penghantar juga
sudah dipertimbangkan, namun untuk saat ini jenis kabel penghantar yang digunakan sudah
memenuhi standar SPLN bahkan menggunakan jenis AAAC(All Allumunium Alloy Conductor)
berukuran 240 mm² namun masih juga mengalami susut teknis[7].
Penelitian terkait mengenai cara penekanan susut teknis di antaranya melakukan
manuver ke feeder lain yang menyatakan bahwa itu dapat menekan susut teknis, namun
I-2
biasanya hanya feeder terdekat yang di ambil jalurnya untuk di manuver[12]. Kemudian,
melakukan perencanaan rekonfigurasi jaringan dapat menekanan susut teknis, karena beban
sudah dipecah menjadi beberapa bagian, namun penelitian ini hanya membahas hingga sisi
teknis[8]. Beberapa penelitian terkait lainnya mengenai cara penekanan susut teknis[5][10][11],
menyimpulkan bahwa penekanan susut teknis dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun
harus disesuaikan dengan kebutuhan kondisi lapangan.
Berdasarkan permasalahan dan berbagai upaya yang telah dilakukan, maka penulis
menawarkan solusi yaitu dengan melakukan perencanaan penambahan penyulang baru dengan
bantuan software ETAP 12.6.0, Hal ini bertujuan untuk melakukan analisis kelayakan pada sisi
teknis disertai analisis dampak, dan tahapan dalam melakukan sebuah perencanaan terhadap
penekanan susut teknis, dengan menggunakan metode perbandingan antara kondisi eksisiting
dan kondisi resetting. Pada penilaian kelayakan aspek teknis, penulis memberikan faktor
pendukung tambahan yaitu saving kWh (energi listrik yang terselamatkan), gain (peningkatan
tegangan) dan benefit dari setiap pola operasi yang direncanakan, agar arah pada penelitian ini
lebih tajam dari sisi aspek teknis.
Selain itu tujuan dari penelitian ini akan meng-analisis kelayakan ekonomis yang
diperlukan dalam pengkajian perencanaan penambahan penyulang baru, karena kedua aspek ini
memiliki korelasi yang harus dipertimbangkan agar penelitian menjadi lebih kompleks untuk
disajikan, dengan berdasarkan peraturan direksi nomor : 0036.P/DIR/2016 tentang pedoman
perencanaan dan pengendalian anggaran di ingkungan PT PLN (Persero) yang mengatakan
bahwa setiap program investasi dinyatakan layak berdasarkan kajian kelayakan ekonomis
dengan menggunakan metode penilaian Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Payback Period (PP)[30].
Sebelumnya, penulis telah melakukan diskusi dengan pihak terkait mengenai upaya
perencanaan jaringan baru, namun hingga saat ini belum ada analisis lebih mendalam baik dari
segi teknis maupun segi ekonomis sehingga belum ada tahap tindak lanjutan dari pihak PLN.
Maka, dari itu penulis tertarik melakukan penelitian ini dengan harapan penelitian ini bisa
menjadi acuan untuk pihak terkait dan menjadi acuan untuk pengembangan penelitian
selanjutnya.
Dari berbagai penjabaran yang telah dipaparkan maka untuk dapat mengatasi
permasalahan susut teknis yang terjadi saat ini, akan dilakukan perencanaan penambahan
I-3
penyulang baru dengan bantuan software ETAP 12.6.0 dengan output analisis pada setiap pola
operasi yang direncanakan, serta dilengkapi kajian analisis kelayakan pada sisi teknis dan
kelayakan ekonomis agar penelitian ini memiliki arah yang lebih tajam sekaligus menjadi
pengembangan dari penelitian terkait sebelumnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perencanaan Penambahan Penyulang Baru
Distribusi Sebagai Solusi Penekanan Susut Teknis dengan Pertimbangan Aspek Kelayakan
Ekonomis (Studi Kasus: PT.PLN(Persero) UP3 Payakumbuh ULP Lima Puluh Kota)’’
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, rumusan masalah pada
penelitan sebagai berikut :
1. Bagaimana cara menekan susut teknis akibat rugi-rugi daya dan drop voltage?
2. Bagaimana menganalisis perhitungan susut teknis pada kondisi eksisting dan sesudah
adanya perencanaan penambahan penyulang baru?
3. Bagaimana dampak perencanaan penambahan penyulang baru terhadap penekanan susut
teknis?
4. Bagaimana melakukan perencanaan pernambahan penyulang baru secara teknis dan
ekonomis?
5. Bagaimana korelasi antara aspek teknis dan aspek ekonomis terhadap perencanaan
penambahan penyulang baru?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam tugas akhir ini sebagai berikut :
1. Untuk melakukan perencanaan cara menekan susut teknis akibat rugi-rugi daya dan drop
voltage yang terjadi saat ini
2. Untuk menganalisis perhitungan susut teknis pada kondisi eksisting dan sesudah
perencanaan penambahan penyulang baru
3. Untuk menganalisis dampak dari perencanaan penambahan penyulang baru terhadap
penekanan susut teknis.
4. Untuk mengetahui cara melakukan perencanaan penambahan baru baik secara teknis
maupun secara ekonomis.
5. Untuk mengetahui korelasi antara aspek teknis dan aspek ekonomis terhadap
perencanaan penambahan penyulang baru.
I-4
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
Penelitian ini difokuskan membahas analisis kelayakan pada sisi teknis dan ekonomis.
Pada sisi teknis akan meng-analisis cara penekanan susut teknis dengan menggunakan metode
perbandingan antara kondisi eksisting dan setelah adanya perencanaan penambahan penyulang
baru, menggunakan bantuan software ETAP 12.6.0 dan perhitungan secara manual. Pada sisi
ekonomis akan menggunakan parameter kelayakan berupa NPV, IRR, BCR, dan Payback
Period.
1.5 Manfaat Peneltian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
pemahaman akan cara menekan susut teknis.
2. Diharapkan dari penelitian ini dapat menjadi rekomendasi untuk merealisasikan
perancangan jaringan baru di PT.PLN UP3 Payakumbuh khususnya di daerah penelitian,
dan bisa diterapkan untuk menjadi acuan di tempat lain.
3. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk melakukan sebuah
perencanaan proyek penambahan penyulang baru dengan melihat dari kedua aspek yaitu
teknis maupun ekonomis.
4. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk pengembangan penelitian
selanjutnya.

I-5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terkait
Dalam melakukan sebuah penelitian dibutuhkan adanya studi literatur yang bertujuan
untuk menemukan rujukan atau referensi dari sumber yang relevan, terkait dengan penelitian
yang akan dilakukan, rujukan ini didapatkan dari jurnal, buku, paper, maupun berita dengan
memiliki hubungan pada penelitian ini.
Pada penelitian mengenai rekonfigurasi saluran untuk mengurangi jatuh tegangan dan
rugi daya penyulang abang, penelitian ini menganalisis tentang rekonfigurasi jaringan tegangan
menengah pada kondisi eksisting dan sesudah, yang bertujuan untuk memperbaiki tegangan
jatuh dan rugi daya yang terjadi. Hasil dari penelitian ini bahwa rekonfigurasi yang paling baik
yaitu dengan perencanaan penyulang baru, dengan kenaikan tegangan yang awalnya 16.749 kV
(16,25%) menjadi 19.412 kV (2,94%) dan rugi daya yang awalnya 573 kW (10,12%) menjadi
105 kW (3,41%). Sedangkan, penyulang Kubu akan memiliki tegangan terendah 19,41 kV (2,95
%) dan rugi-rugi daya 105,2 kW (2,73 %)[8]. Namun, tidak ada sedikitpun dari penelitan ini
membahas hingga kajian kelayakan ekonomis, hanya dari sisi teknis saja.
Pada penelitian mengenai analysis drop voltage and alternative network manuvers in
BRG-4 recovery, penelitian ini menganalisis penurunan tegangan dan memberikan alternatif
manuver jaringan. Analisis dilakukan menggunakan bantuan software ETAP 12.6.0, diperoleh
hasil bahwa terjadi penurunan tegangan dengan kondisi kritis mulai terjadi pada bus 52 dengan
tegangan terima 91,79% dan penurunan tegangan 8,21%. Tegangan penerima ultimit pada BRG-
4 adalah 91,49% dengan penurunan tegangan 8,51% yang terjadi pada bus 57. Setelah
mengetahui penurunan tegangan, dilakukan manuver jaringan melalui feeder BRG-3
menghasilkan kondisi marjinal pada semua bus di feeder BRG-4, sedangkan manuver jaringan
melalui feeder BRG-6 mendapatkan kondisi yang lebih baik ditandai dengan sejumlah bus yang
menunjukkan kondisi normal[12].
Pada penelitian mengenai evaluasi dan usulan perbaikan jatuh tegangan dan rugi daya
rayon sakura, mengalami permasalahan susut tegangan terendah sebesar 17.809 kV (10,95%).
penelitian ini menganalisis evaluasi menggunakan perbandingan antara metode pengaturan Tap
charger trafo dan pemasangan kapasitor bank. Tujuan nya untuk memperbaiki tegangan terima.

II-1
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pemasangan kapasitor bank lebih baik dengan
peningkatan tegangan sebesar 19.068 kV (4,66%),jika dibandingkan dengan pengaturan tap
charger trafo yang hanya menghasilkan peningkatan tegangan sebesar 18.889 kV (5,55%)[10].
Pada penelitian mengenai analisa perbaikan jatuh tegangan dengan pemasangan (AVR)
Automatic Voltage Regulator di penyulang durian-4,dilakukan dengan membandingkan dampak
susut tegangan dan rugi daya aktif pada kondisi tanpa pemasangan dan dengan pemasangan
AVR pada feeder durian-4. Hasil perhitungan untuk pemasangan AVR memiliki rasio tegangan
sebesar 0,818, sehingga tegangan kirim meningkat sebesar 19.254 kV yang sebelumnya sebesar
15.753 kV, dan rugi daya aktif yang awalnya 947.108 kW menjadi 809.939 kW. Dengan
demikian pemasangan automatic voltage regulator dapat meningkatkan kualitas tegangan[5].
Pada penelitan mengenai analisa susut daya dan jatuh tegangan GI lamper Semarang,
penelitian ini dikaji tentang menganalisis penambahan luas penampang penghantar terhadap
drop voltage yang perhitungannya dibantu dengan aplikasi ETAP 12.6 untuk simulasi dan
secara manual. Nilai susut tegangan berdasarkan perhitungan manual dari jenis penghantar
AAAC (All Alumunium Alloy Conductor) dengan luas penampang 70 mm², 150 mm²,dan 240
mm², adalah sebesar 0,28 %,0,19 %,dan 0,17 %. Sedangkan menggunakan simulasi aplikasi
ETAP 12.6 didapatkan hasil sebesar 1,15%, 0,59%, dan 0,42%. Berdasarkan penelitian ini
bahwa dengan dilakukannya rekonduktor penghantar akan menurunkan drop voltage, sehingga
dapat meningkatkan kualitas mutu sistem tenaga listrik[11].
Dari studi literature review yang telah penulis lakukan, berdasarkan riset terkait yang
paling mendekati[8][12], penelitian akan berfokus pada dua aspek yaitu, pada aspek teknis yang
menggunakan metode rekonfigurasi pada kondisi eksisting dan resetting, dengan menggunakan
bantuan software ETAP 12.6.0 dan perhitungan secara teoritis, serta menambahkan pada faktor
pendukung tambahan untuk penilaian kelayakan dari sisi teknis berupa saving, gain, dan benefit.
Selain itu pembaharuan dalam penelitian ini akan mengkaji tentang kajian kelayakan ekonomis
dengan penilaian kelayakan menggunakan tolak ukur NPV,IRR,BCR, dan PP, agar penelitian
ini menjadi memiliki arah yang lebih tajam dan balance.
2.2 Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat pembangkit listrik dengan sistem yang
saling interkoneksi yang dihubungkan melalui jaringan transmisi menuju gardu Induk lalu
menuju jaringan distribusi dimana nantinya akan memasok beban. Maksud dari interkoneksi
II-2
adalah seluruh sistem tenaga listrik yang termasuk dalam regional cakupan RUPTL di Indonesia
saling melengkapi baik sebagai pemasok daya maupun penerima daya. Sistem tenaga listrik
terdiri dari komponen-komponen listrik seperti : generator, transformator, saluran transmisi,
saluran distribusi, dan beban sistem yang merupakan satu kesatuan sehingga membentuk suatu
sistem tenaga listrik[14]
Proses pada sistem tenaga listrik dimulai dari pusat pembangkit listrik seperti PLTB,
PLTA, PLTD, PLTG, PLTU dan sebagainya dimana nantinya akan menghasilkan energi listrik.
Selanjutnya energi listrik yang telah di hasilkan, untuk dapat menyuplai menuju gardu Induk
tegangan extra tinggi, diperlukan jaringan transmisi saluran udara tegangan extra
tinggi(SUTET) dimana sebelumnya tegangan dinaikkan berkisar mulai dari 20 kV menjadi 500
kV oleh trafo step up, setelah melalui proses tersebut, tegangan dari 500 kV diturunkan menjadi
150 kV di gardu induk tegangan extra tinggi untuk kemudian disalurkan kembali pada saluran
udara tegangan tinggi (SUTT) menuju gardu induk pelanggan. Pada gardu induk pelanggan,
tegangan 150 kV diturunkan kembali menjadi 20 kV yang mana ini sudah termasuk bagian dari
jaringan distribusi tegangan menengah dan biasanya akan digunakan untuk pelanggan tegangan
menengah seperti pabrik-pabrik industri, lalu dari 20 kV diturunkan kembali melalui trafo
distribusi menuju jaringan distribusi tegangan rendah sebesar 380/400 Volt yang kemudian akan
disalurkan ke masyarakat menjadi 220 Volt melalui (PHBTR) panel hubung bagi tegangan
rendah. Untuk lebih jelasnya alur pada sistem tenaga listrik dapat dilihat pada gambar 2.1 di
bawah ini[13].

Gambar 2. 1 Alur sistem tenaga listrik [13]

II-3
2.3 Sistem distribusi
Sistem distribusi tenaga listrik adalah bagian dari sistem kelistrikan yang dimulai dari
gardu induk dengan tegangan yang telah di turunkan dari 150 kV menjadi 20 kV menuju ke
gardu hubung yang selanjutnya tegangan akan disalurkan melalui jaringan tegangan menengah
menuju ke arah jaringan tegangan rendah, namun disini tegangan kembali di turunkan dari 20
kV menjadi 380/400 Volt melalui gardu distribusi dan tahapan terakhir untuk menuju ke
msyarakat tegangan akan diturunkan menjadi 220 Volt melalui PHBTR(Panel hubung bagi
tegangan rendah). Untuk pembagian daerah cakupan proses jaringan distribusi dapat dilihat
sebagai berikut[16] :
1. Gardu Induk (GI).
2. Saluran tegangan menengah (TM)/Jaringan tegangan menengah(JTM)/ sistem distribusi
primer 20 kV.
3. Gardu Distribusi (GD).
4. Saluran tegangan rendah (TR)/Jaringan tegangan rendah(JTR)/sistem distribusi
sekunder(380/400 Volt)
5. Sambungan rumah (220 Volt)
Pada sistem jaringan distribusi tenaga listrik memiliki dua pembagian sistem, yaitu
sistem distribusi primer dan sistem distribusi sekunder.
2.3.1 Sistem Jaringan Distribusi Primer
Sistem jaringan distribusi primer merupakan kategori jaringan tegangan menengah
dalam penyaluran pasokan tegangan listrik melalui saluran udara tegangan menengah(SUTM)
maupun saluran kabel tanah tegangan menengah(SKTM), dengan tegangan sebesar 20 hingga
21 kV yang berasal dari sumber yaitu gardu induk maupun gardu hubung yang nantinya akan
terhubung pada jaringan distribusi sekunder. Berdasarkan konfigurasi saluran pada jaringan
distribusi primer, terdiri dari beberapa sistem sebagai berikut[16]:
1. Sistem Tipe Radial.
Pada sistem distribusi tipe radial memiliki konsep pengoperasian yang hanya mampu
menyalurkan daya dalam satu arah. Pada jaringan ini biasanya digunakan untuk
pelayanan dengan tingkat kerapatan beban yang rendah. Pada jaringan tipe radial
memiliki kelemahan apabila terjadi suatu gangguan yang dekat dengan sumber, maka

II-4
semua load pada feeder operasi tersebut akan ikut mengalami gangguan hingga
gangguan dapat teratasi.

Gambar 2. 2 Sistem distribusi primer tipe radial[16]


2. Sistem Kluster (Cluster/Leap Frog)
Sistem jaringan tegangan menengah tipe kluster memilki tipikal sistem yang tertutup,
namun beroperasi secara radial(Radial open loop). Terlihat pada gambar 2.3 pada
saluran bagian tengah tipe kluster ini merupakan feeder cadangan, karena memilki luas
penampang penghantar yang lebih besar.

Gambar 2. 3 Sistem distribusi primer tipe Klutser[16]


3. Sistem Spindel
Pada sistem jaringan tegangan menengah tipikal spindle umumnya digunakan untuk
saluran kabel bawah tanah. Pada tipe ini dikenal dengan memiliki 2 jenis feeder yaitu
feeder cadangan (feeder express atau standby) dan feeder operasi (working feeder).
Untuk sistem pengoperasiannya, feeder cadangan tidak diberikan beban dan akan
berfungsi menjadi back-up supply jika pada feeder operasi mengalami gangguan, dimana
dapat dilihat pada gambar 2.4 dengan ujung feeder berakhir pada gardu hubung dengan

II-5
kondisi feeder operasi normally open(NO), kecuali pada feeder cadangan dengan kondisi
normally close (NC).

Gambar 2. 4 Sistem tipikal Spindel [16]


4. Sistem Grid(Tie-Line)
Pada sistem jaringan distribusi primer tipe grid memiliki konsep operasi sistem dengan
menggunakan beberapa rel daya, yang dimana antara rel-rel tersebut terhubung oleh
saluran penghubung yang biasa disebut tie-feeder. Dalam artian lain, setiap gardu
distribusi akan menerima ataupun mengirim daya antara satu dengan yang lain menuju
titik beban. Untuk sistem ini, memiliki kelemahan dalam sistem pengoperasiannya
karena cukup rumit, sedangkan tuntutan harus meminim-kan nya dari gangguan karena
sisitem ini dipakai pada daerah padat beban dan pelanggan penting seperti bandar udara,
rumah sakit, dan lainnya.

Gambar 2. 5 Sistem distribusi tipe grid[16]

II-6
5. Sistem Loop
Pada sistem distribusi primer tipikal loop memiliki konsep rangkaian tertutup karena
area pelayanan beban membentuk suatu rangkaian tertutup. Kelebihan dari sistem ini
adalah perawatannya yang sederhana, kehandalan yang tinggi, dan tegangan yang baik.
Untuk kekurangannya sisitem ini memerlukan biaya investasi yang cukup mahal apabila
dibandingkan dengan tipe radial, dikarenakan akibat banyaknya penggunaan pengaman
serta penghubung tenaga listrik.

Gambar 2. 6 Sistem LRS (Loop Restoration Scheme)[16]


2.3.2 Sistem Jaringan Distribusi Sekunder
Pada sistem jaringan distribusi sekunder atau biasa disebut sistem jaringan distribusi
tegangan rendah memiliki fungsi penyalur tenaga listrik dimulai dari gardu distribusi ke
konsumen energi listrik (pusat beban). Untuk sistem ini memiliki besar tegangan 380/400 Volt
setelah diturunkan dari tegangan menengah 20 kV. Pada saluran rumah atau masyarakat
biasanya juga termasuk dalam tipe distribusi sekunder dengan tegangan sebesar 220 Volt setelah
melalui PHBTR(Panel hubung bagi tegangan rendah)[19].

II-7
Gambar 2. 7 Sistem distribusi sekunder[16]
2.4 Konstruksi Utama Sistem Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Konstruksi utama pada jaringan tegangan menengah telah ditetapkan oleh UU.No.30
Ketenagalistrikan Th/2009 yang harus di penuhi guna untuk mencapai sebuah realisasi dengan
bestandarkan SPLN. Pada pasal tersebut berisi tentang ditetapkannya standar untuk jaringan
tegangan menengah sebagai tegangan operasi yang berlaku di Indonesia yaitu 20 kV. Di
dalamnya juga termasuk jarak aman antar fasa dengan lingkungan, antara fasa dengan tanah,
yang apabila jaringan tersebut menggunakan SUTM,SKUTM, dan SKTM sebagai pemilihan
konstruksi utama nya. Selain itu keunggulan lain adalah kemudahan dalam hal opeasional
termasuk juga dalam pemeliharaan pada saat bertegangan di jaringan utama.
Pada konstruksi utama, ukuran dimensi selain guna untuk memenuhi syarat pada
pendstribusian daya, harus memperhatikan juga syarat akan ketahanan penghantar pada isolasi
guna keamaan pada jaringan tegangan menengah 20 Kv. Dalam jaringan tegangan menengah
kontruksi akan diklasifikasikan sebagai berikut[18] :
2.4.1 Saluran Distribusi Tegangan Menengah berdasarkan Jenisnya
Pada jaringan distribusi tegangan menengah, untuk dapat men-supply tenaga listrik
diperlukan adanya saluran kabel guna menjadi penghantar pada jaringan tegangan menengah
tersebut. Adapun jenis daluran pada jaringan distribusi tegangan menengah dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu[17] :

II-8
1. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Pada saluran udara tegangan menengah biasa digunakan untuk jenis kontruksi yang
sering digunakan di Indonesia, dikarenakan pada kontruksi jenis ini memiliki
keunggulan yaitu murah dengan impact dapat menyalurkan tenaga listrik dalam daya
yang sama. Untuk (SUTM) sendiri, memilki ciri utama yaitu pada penghantar yang
digunakan secara telanjang atau biasa disebut BC(Bare conductor). Pada penghantar ini
jenis konduktor yang biasa digunakan adalah AAAC(All Allumunium Alloy-Conductor),
namun bisa juga menggunakan AAAC-S(half insulted single core) dengan ukuran
penghantar dimulai dari 35 mm²,70 mm² , 150 mm² ,240 mm², dengan cara
pemasangannya untuk jenis AAAC dan AAAC-S adalah dengan cara ditumpang pada
cross arm lalu diikat menggunakan binding wire selanjutnya ditopang dengan isolator
pada tiang besi maupun tiang beton tergantung kebutuhan pada jaringan tegangan
menengah yang direncanakan. Selain itu fakor lain yang harus dipertimbangkan ketika
pemilihan jenis konduktor yang ingin digunakan adalah pada pada aspek keamanannya,
dikarenakan saluran jenis ini tidak menjamin akan keamanan akan gangguan tegangan
sentuhan yang telah menjadi syarat, namun dapat mengurangi jenis gangguan temporer
yang khususnya seperti akibat sentuhan tanaman pada lokasi pemasangan saluran.
2. Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)
Pada kontruksi jenis saluran kabel udara tegangan menengah atau biasa disebut
(SKUTM) memilki beberapa perbedaan dengan SUTM, meskipun sama-sama saluran
yang digunakan di udara untuk tegangan menengah, di antara perbedaan tersebut ada
pada jenis konduktor yang digunakan yaitu pada SKUTM menggunakan jenis
penghantar isolasi setengah (AAAC-S) namun juga dapat digantikan dengan penghantar
berisolasi penuh yang dipilin(MVTIC). Selain itu perbedaan lain terdapat pada
peningkatan keamanan dan kehandalan dalam penyaluran tenaga listrik dikarenakan
isolasi untuk setiap fasa jaringan tegangan menengah tidak perlu dilidungi oleh
pelindung mekanis. Dalam pemilihan tiang beton sebagai penopang jenis saluran ini
harus memperhatikan dari berat kabel pilin yang akan digunakan, dan untuk biaya yang
digunakan biasanya sedikit lebih mahal dari penggunaan SUTM karena beberapa aspek
yang telah dijelaskan dari perbedaan antara kedua jenis kontruksi ini. Untuk jenis ini
cara pemasangannya biasanya menggunakan bantuan aksesoris penggantung atau biasa
II-9
disebut suspension camp dan penarik atau strain clamp namun hanya akan digunakan
ketika jenis konduktor yang digunakan berisolasi penuh jenis MVTIC.
3. Saluran Kabel Tanah Tegangan Menengah (SKTM)
Pada kontruksi jenis saluran kabel tanah tegangan menengah atau biasa disebut (SKTM),
merupakan jenis kontruksi yang paling mahal dibanding jenis SKUTM, dan SUTM
dengan penyaluran daya yang sama, namun memiliki impact keamanan dan kehandalan
yang cenderung lebih dominan dari jenis sebelumnya, dikarenakan pada isolasi
penghantar antar fasa nya diberi pelindung mekanis yang dipersyaratkan. Dari sisi biaya
pada jenis ini, kontruksi di tanam langsung pada tanah erupakan yang termurah bila
dibandingkan menggunakan pemasangan kontruksi secara conduit bahkan tunneling
atau biasa disebut (terowongan beton). Pada kontruksi jenis ini tidak pernah bisa lepas
dari penggunaan SKUTM maupun SUTM dikarenakan selain merupakan satu kesatuan
dalam sistem distribusi biasanya SKTM ini hanya di pasang menjelang masuk Gardu
hubung, ataupun keluaran dari gardu hubung lalu di lanjutkan dengan pemasangan
SKUTM maupun SUTM serta juga memperhatikan masalah transisi kontruksi yang
harus dijadikan perhatian pada pemasangan, khususnya pada daerah beban dengan
kerapatan tinggi.
2.4.2 Pertimbangan Lokasi Kontruksi pada Jaringan Distribusi
Dalam kontruksi jaringan tegangan menengah, selain perlu mengetahui tentang berbagai
jenis saluran juga harus mempertimbangkan dalam segi pemilihan lokasi untuk kontruksi
jaringan teganga menengah. Dalam pertimbangan tersebut di dalamnya melihat dari mutu,
handal, aman, mudah, murah dan estetika. Maksudnya adalah dari sisi mutu yaitu kontruksi
yang akan direalisasikan harus memiliki jaminan yang kuat terhadap kualitasnya hingga
mencapai sisi pengguna, artinya kualitas daya yang akan dinikmati pengguna harus memenuhi
standar yang telah ditetapkan melalui peng-operasian yang efektif. Dari sisi secure atau biasa
disebut aman artinya disepanjang jalur lintasan jaringan distribusi tidak menyebabkan bahaya
baik dari lingkungan, operator ataupun sarana lain yang terkait. Dari sisi andal artinya dalam
kondisi apapun keberlanjutan akan penyaluran tenaga listrk tetap terjaga atau terjamin. Dari sisi
murah artinya pada biaya konstruksi berlandaskan pada sistem meminimalisir biaya desain atau
kontruksi namun tetap memperhatikan akan fungsi dari kualitas dan kehandalan. Dan terakhir
dari sisi estetika yang artinya bila pemasangan konstruksi berdasarkan ketentuan dari
II-10
perencanaan pemasangan dapat direalisasikan, maka artinya dari sisi estetika kontruksi pada
jaringan tersebut di nilai baik, namun di sisi lain, mungkin karena adanya beberapa faktor
eksternal seperti pemasangan yang tidak sesuai standar dan timbulnya gangguan yang
menyebabkan realisiasi pada perencanaan sebelumnya berubah, maka yang terlihat secara
realisasi pada jaringan tegangan menengah ini menjadi tidak rapi atau tidak estetika[17].
2.4.3 Jenis dan Fungsi Komponen pada Kontruksi Jaringan Distribusi
Komponen pada kontruksi atau biasa disebut dengan material yang dibutuhkan pada
jaringan distribusi merupakan cakupan dari semua alat-alat yang akan digunakan untuk
keperluan membangun suatu kontruksi yang utuh berdasarkan dari pertimbangan lokasi
kontruksi. Material distribusi terbagi menjadi dua, yaitu material distribusi pokok atau utama
yang merupakan bagian yang tidak bisa digantikan karena memiliki peranan sangat penting pada
kontruksi. Lalu material pelengkap dikarenakan hanya untuk melengkapi atau penunjang dalam
pemasangan pada material utama suatu kontruksi jaringan distribusi. Adapun jenis dan fungsi
komponen distribusi dapat dijelaskan secara berikut[17] :
1. Penghantar/konduktor
Penghantar atau konduktor termasuk dalam material distribusi utama, karena konduktor
memiliki peranan menghantarkan tenaga listrik ke pelanggan. Pada saluran udara
biasanya penghantar disebut dengan kawat yaitu penghantar telanjang, dan pada saluran
dalam tanah maupun saluran udara yang penerapannya lebih dominan menggunakan
isolasi baik setengan maupun full insulted biasanya disebut kabel. Pada penghantar juga
harus mempunyai sifat yang baik dengan ciri yaitu fleksibilitas yang tinggi dan ringan,
konduktivitas, memilliki kekuatan pada daya tarik tinggi, serta daya tahan agar tidak
mudah rapuh. Dalam mendapatkan jenis konduktor sesuai kriteria tersebut, maka dapat
ditinjau dari segi ekonomis dan umur akan penggunaan jenis penghantar yang dipilih.
2. Isolator
Isolator termasuk dalam kategori material utama, dikarenakan fungsinya sebagai
pengaman pada penghantar bertegangan dengan pemasangan yang diletakkan pada tiang
dan ditopang menggunakan travers. Untuk isolator dibedakan berdasarkan jenis
kontruksi nya yaitu[17] :

II-11
a. Isolator tumpu
Biasanya digunakan untuk menyangga kawat maupun konduktor penghantar yang
bertegangan guna menghantarkan tenaga listrik ke pelanggan.

Gambar 2. 8 Isolator tumpu[17]


b. Isolator tarik
Biasanya digunakan untuk pemasangan pada tiang penyangga dan tiang tarik atau akhir
dari jaringan distribusi.

Gambar 2. 9 Isolator tarik[17]


3. Peralatan hubung (Switching)
Peralatan hubung dimaksudkan untuk kemudahan dalam operasional pada jaringan
SUTM maupun SKUTM yang biasanya di alokasikan pada percabangan maupun zona
yang sudah terbagi dalam perencanaan konstruksi. Biasanya peralatan hubung dipasang
pada lokasi yang berkondisi sering mengalami gangguan, agar lebih mudah dan cepat
dalam proses manuver maupun perbaikan di lokasi tersebut. Peralatan hubung dapat
dikategorikan sebagai material pendukung karena penggunaannya sesuai dengan
kebutuhan terhadap kondsi akan kontruksi yang direncanakan. Pada peralatan hubung
terdapat beberapa jenis yaitu[17] :
a. Fuse Cut-Out (FCO)
Peralatan hubung jenis fuse cut out biasa digunakan untuk pemutus rangkaian listrik
pada jaringan distribusi, penggunaanya biasanya diletakkan dengan faktor jarak antar

II-12
tiang distribusi. Penggunaan FCO dilakukan secara manual yaitu turun langsung
kelapangan untuk melakukan pemutusan tegangan.

Gambar 2. 10 Fuse cut-out[17]


b. Load Breaker Switch (LBS)
Pada peralatan jenis load breaker switch ini berfungsi sebagai alat pemutus sekaligus
penyambung dalam rangkaian sistem distribusi tenaga listrik dalam keadaan berbeban.
Perbedaannya dengan FCO adalah sistem yang digunakan lebih canggih dengan
jangkauan yang lebih jauh dari FCO. LBS juga bisa digunakan untuk me-manuver
jaringan pada daerah tertentu yang ingin diminimalisir akan terjadinya gangguan. Untuk
LBS sendiri terdiri dari yaitu LBS yang penggunaannya harus secara manual dan Load
breaker Switch Motorize (LBSM) yang penggunannya secara sistem kontrol.

Gambar 2. 11 Load breaker switch[17]


c. Recloser
Recloser hampir memiliki fungsi yang sama dengan LBS namun yang membedakannya
hanya dari segi harga yang lebih mahal dan sistem yang lebih canggih dari LBS maupun
LBSM, bisa dikatakan recloser merupakan perlatan hubung tingkat paling atas.

II-13
Gambar 2. 12 Recloser[17]
d. Medium Voltage Circuit Breaker (MVCB)
Pada peralatan hubung jenis medium voltage circuit breaker berfungsi sebagai saklar
utama yang biasanya terletak pada pangkal di jaringan distribusi 20 kV. Cara kerjanya
hampir sama seperti circuit breaker pada umumnya, namun peralatan ini digunakan
dalam tingkatan jaringan bertegangan 20 hingga 24 kV.

Gambar 2. 13 Medium Voltage Circuit Breaker[17]


4. Kontruksi Tiang
Dalam sebuah kontruksi tegangan menengah tiang termasuk dalam kategori utama
dikarenakan fungsinya sebagai jalur atau tempat penyangga konduktor dan menjadi
jarak yang aman terhadap makhluk hidup karena konduktor yang tersanggapada tiang
bertegangan tinggi. Adapun tiang dibedakan berdasarkan jenis bahannya berdasrkan
ketatapan yang berlaku pada SPLN adalah sebagai berikut[17] :
a. Kontruksi Tiang Besi
Pada jenis kontruksi tiang besi terbuat dari bahan besi yang dibuat berbentuk pipa yang
disambungkan agar memperoleh kekuatan menahan beban tertentu sesuai kebutuhan
yang direncanakan. Penggunaan tiang besi digunakan berdasarkan spesifikasinya dan

II-14
memiliki ketentuan pada SPLN No.54/Th.1983 tentang standarisasi tiang besi baja pada
jaringan distribusi.
b. Kontruksi Tiang Beton
Pada jenis tiang beton memiliki 2 bentuk, yaitu berbentuk seperti huruf H dengan fungsi
biasanya lebih kuat untuk menahan beban yang disangga, dan berbentuk bulat dengan
fungsi mempunyai kekuatan yang sama yangbberada pada setiap sisinya. Pada tiang
beton memiliki kelemahan diantaranya gampang rapuh, berat, sulit dipasang di daerah
perbukitan, transportasinya suliy, dan untuk pemasangan diperlukan alat alat yang
khusus, namun memiliki keunggulan yaitu tidak sulit dalam pemeliharaan, umur tidak
terbatas sesuai kondisi, dan kekuatan puncak yang bisa digunakan besar.
c. Kontruksi Tiang Kayu
Pada jenis kontruksi menggunakan tiang kayu memiliki landasan pada SPLN
No.115/Th.1995 tentang standarisasi tiang kayu pada jaringan distribusi. Biasanya tiang
kayu untuk saat ini sangat jarang sekali digunakan, karena perawatan dan daya tahan
pada jenis tiang ini cukup singkat dan berbahaya.
2.5 Gangguan pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik
Pada jaringan distribusi tenaga listrik, dalam proses menghantarkan tenaga listrik dari
sumber menuju beban, tidaklah selalu mulus dikarenakan oleh faktor akan gangguan. Gangguan
pada sistem distribusi tenaga listrik adalah kejadian yang disebabkan oleh faktor internal dan
ekternal selama proses penyaluran tenaga listrik sehingga menyebabkan relay bekerja untuk
memutuskan tegangan pada alat pemutus tenaga melalui peralatan hubung jaringan distribusi.
Pada gangguan internal biasanya disebabkan oleh kegagalan sistem dalam jaringan
distribusi tersebut seperti kerusakan peralatan hubung jaringan, peralata jaringan distribusi yang
sudah tua, supply tenaga listrik yang berlebih ataupun kurang, dan kesalahan pada sistem alat
pendeteksi di jaringan distribusi. Untuk gangguan eksternal biasanya disebabkan oleh faktor
alam, lingkungan, dan kondisi cuaca seperti sambaran petir, makhluk hidup, maupun cuaca yang
exstrim[19].
2.5.1 Pengaruh dari Gangguan Terhadap Sistem Distribusi
Dalam sistem distribusi tenaga listrik, pengaruh dari gangguan terhadap jaringan
tegangan menengah akan berdampak pada sistem tersebut baik secara fatal seperti konsleting
pada jaringan tegangan menengah dimana bisa menyebabkan kebakaran yang dapat
II-15
berkembang secara meluas kelingkungan dan tentunya akan berpengaruh pada kegagaln sistem
secara total[19]. Adapun beberapa pengaruh dari gangguan terhadap sistem distribusi tenaga
listrik[19] :
1. Menyeybabkan tegangan menurun dan berdampak relay karena coil tegangan gagal
bertahan.
2. Stabilitas sistem menjadi terganggu sehingga menimbulkan pemadamam secara
menyeluruh pada daerah sistem tenaga listrik.
3. Kerusakan pada peralatan yang berbahaya baik bagi pelanggan maupun pihak penyedia
daya, karena pengaruh over heating atau yang biasa disebut pemanasan berlebih pada
peralatan dan pengaruh tekanan mekanis pada bila terlalu sering mengalami gangguan.
4. Busur api atau arching berdampak pada kerusakan peralatan dan membahayakan bagi
pihak pelanggan maupun penyedia daya.
5. Terjadinya susut teknis yang menyebabkan tegangan menurun dari supply tenaga listrik
hingga ke pihak pelanggan dan berdampak pada power loses yang dapat menyebabkan
kerugian bagi pihak penyedia tenaga listrik.
2.6 Drop Voltage
Dalam sebuah sistem tenaga listrik susut tegangan atau drop voltage adalah hal yang
sering terjadi dikarenakan sebab dari gangguan pada proses supply tenaga listrik dari sumber
menuju pelanggan. Secara garis besar drop voltage memiliki pengertian yaitu besarnya nilai
tegangan yang hilang pada suatu penghantar selama proses supply tenaga listrik. Drop voltage
secara umum akan semakin besar terjadi apabila panjang saluran yang dilewati nya semakin
jauh namun akan berbanding terbalik dengan luas penampang yang digunakan pada penghantar,
maksudnya semakin besar dan semakin bagus jenis penghantar yang digunakan maka akan
semakin baik untuk meminimalisir drop voltage pada suatu sistem tenaga listrik[34].
Dalam sebuah jaringan tegangan menengah panjang saluran di desain dengan
pertimbangan drop voltage yang akan terjadi. Sebenarnya drop voltage merupakan perbedaan
antara tegangan kirim(sumber) dan tegangan yang diterima(beban) yang disebabkan karena
adanya impedansi pada saluran penghantar. Ketentuan berlaku apabila semakin besar impedans
pada saluran maka akan semakin besar perbedaan nilai tegangan pada sisi pen-supply tenaga
listrik dengan sisi penerima. Mutu penyaluran distribusi tenaga listrik dikatakan rendah apabila
perbedaan antara tegangan kirim dan tegangan terima melebihi dari standar yang ditentukan.
II-16
Persamaan untuk perhtiungan susut teknis pada jaringan distribusi primer adalah sebagai
berikut[34] :
(∆V ) = √3 x I x L (.R . cos φ + X . sin φ.) (2.1)
Dengan ;
I. = Arus beban (Ampere)
R. = Tahanan rangkaian (Ohm/km)
X. = Reaktansi rangkaian (Ohm/km)
L. = Panjang rangkaian (km)
φ. = Sudut faktor daya
Sehingga agar dapat menghitung besarnya jumlah nilai drop voltage pada distribusi
primer menggunakan persamaan berikut :
∆V 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆V1 + ∆V2 +∆V3 (2.2)
2.6.1 Pengaturan Tegangan Pada Sistem Distribusi
Umumnya drop voltage terjadi berbanding lurus bersamaan dengan besar arus dan sudut
fasenya, yaitu arus yang tersalurkan pada seluruh sistem. Agar para pelanggan pada titik
penerima tidak mengalami dampak dari drop voltage, maka tegangan di titik sumber dinaikkan.
Akibat tegangan pengirim dinaikkan,maka pelanggan yang berada pada titik terdekat dengan
sumber akan mengalami penremiaan tegangan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pelanggan yang berada jauh dari titik sumber. Dalam kenyataannya, setiap pelanggan
menggunakan jenis-jenis peralatan yang sejenis, oleh karena itu tegangan pelayanan bagi setiap
pelanggan paling sedikit harus sama. Untuk itu perlu adanya toleransi tegangan dari setiap
peralatan yang dipakai, yaitu batas atas dan batas bawah dari tegangan nominalnya, batas
toleransi tegangan suatu peralatan tercantum pada papan namanya[20].
2.6.2 Batas Persentase Drop Voltage
Pada batas persentase jatuh tegangan biasanya besar maksimal dan minimal angka jatuh
tegangan telah ditetapkan melalui kebijaksanaan perusahaan penyedia tenaga listrik. Untuk
standarisasi sebuah perusahaan listrik negara memiliki standar berdasarkan SPLN T6.001:2013
keputusan direksi PT.PLN (PERSERO) No.391.K/DIR2013 menyatakan, batas toleranasi jatuh
tegangan untuk tegangan menengah sebesar ±10% dari tegangan nominal sistem[22]

II-17
Jatuh tegangan salah satunya juga disebabkan dari faktor akibat adanya impedansi (Z)
dari sebuah saluran tenaga listrik, yang mana di dalam impedansi terdapat hambatan listrik (R)
yang merupakan perbandingan tegangan listrik pada komponen listrik terhadap arus yang
melewatinya, dan reaktansi (X) merupakan tahanan yang akan bereaksi ketika terjadi perubahan
voltage dan current, dengan membawa arus (I) dalam sebuah penyaluran tenaga listrik, untuk
itu dapat dijabarkan dengan persamaan berikut[20] :
𝑉𝑑 = 𝐼. 𝑍 (2.3)
Dengan ;
𝑉𝑑 = Drop voltage(Volt)
I. = Arus (Ampere)
Z. = Impedansi (Ohm)
Untuk itu dalam menghitung drop voltage (∆V) pada suatu saluran ketika telah
mendapatkan nilai drop voltage aslinya, dapat dibuktikan kembali dengan menggunakan
persamaan antara selisih dari tegangan kirim atau tegangan sumber (Vs) dan tegangan terima
(Vt), dan menggunakan persamaan berikut[20] :
∆V = | Vs | – | Vt | (2.4)
Dengan ;
∆V= Drop tegangan (Volt)
Vt= Ketetapan nilai tegangan yang diterima (Volt)
Vs= Ketatapan nilai tegangan dari sisi pengirim (Volt)
Apabila ingin mengetahui persentase drop voltage yang terjadi dapat menggunakan
persamaan berikut[34]:
𝑉𝑠−𝑉𝑡
∆V = x 100% (2.5)
𝑉𝑡

2.6.3 Penyebab Terjadinya Drop Voltage pada Jaringan Distribusi


Dalam sebuah jaringan distribusi tenaga listrik, ada beberapa penyebab yang
mengakibatkan terjadinya drop voltage dan dapat mempengaruhi besarnya nilai yang akan
terjadi pada drop voltage suatu saluran distribusi yang mana di antaranya adalah sebagai
berikut[20] :
1. Rendahnya nilai tegangan kirim dari sumber seperti gardu induk maupun gardu hubung.

II-18
2. Jarak yang jauh pada suatu saluran distribusi tenaga listrik antara sumber dengan
penerima
3. Pada penghantar atau konduktor memiliki sambungan yang tidak baik atau tidak sesuai
standar dalam saluran distribusi.
4. Jenis dan ukuran penghantar yang digunakan pada saluran distribusi
5. Pada sautu saluran distribusi, terjadi beban yang tak seimbang yang terjadi pada jalur 3
fasa (R-S-T).
6. Regulasi tegangan saluran yang buruk
7. Rendahnya perhatian terhadap peralatan baik dari segi perawatan maupun
memperhatikan usia peralatan yang akan digunakan pada jaringan distribusi.
2.6.4 Upaya Memperbaiki Tegangan
Pada sebuah sistem tenaga listrik, selain dampak dari terjadinya drop voltage, tentu
perlu juga di lakukan cara untuk menanggulanginya agar tidak merugikan baik dari pihak
penyedia tenaga listrik maupun dari pihak pelanggan agar terciptanya sebuah mutu yang baik
dan sesuai standar dari tenaga listrik yang disalurkan. Berikut adalah beberapa upaya untuk
memperbaiki tegangan sehingga dapat meminimalisirkan kerugian baik dari segi ekonomis
maupun teknis[20] :
1. Memperbesar tegangan kirim dari sisi sumber
Memperbesar tegangan kirim merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tegangan,
dengan pertimbangan nilai impedansi saluran baik dari jenis dan ukuran penghantar yang
digunakan, maupun panjang saluran.
2. Penyeimbangan Beban pada Saluran
Pada suatu saluran perlu diperhatikan pengukuran beban yang dilakukan secara realtime,
agar penyeimbangan beban dapat dilakukan. Manfaat dari penyeimbangan beban akan
menghasilkan arus pada setiap fasa dengan nilai yang sama, begitupula dengan drop
voltage pada masing-masing fasa akan mendekati nilai yang sama atau seimbang.
Dampak negative dari beban yang tidak seimbang pada setiap fasa di saluran distribusi
akan menghasilkan nilai pada hantaran netral dialiri arus yang nilainya tidak dapat
terukur dan akan merugikan pihak penyedia tenaga listrik, dan apabila pada saluran tidak
dilakukan pnyeimbangan beban jika terjadi beban yang berat pada salah satu fasa

II-19
penghantar, maka nilai drop voltage akan lebih besar dibanding fasa lainnya pada
saluran tersebut.
3. Memilih jenis dan ukuran penghantar yang tepat
Dalam sebuah saluran tenaga listrik, jenis dan ukuran penghantar akan sangat
berpengaruh terhadap besar dan kecil nya nilai susut teknis yang dihasilkan. Untuk itu
pada perencanan sebuah saluran jaringan distribusi harus memperhatikan analisa
terhadap penghantar yang akan digunakan. Selain itu faktor lainnya pemilihan dari jenis
dan ukuran penghantar yang tepat akan berdampak pada umur penghantar dengan beban
yang ditanggung nya, karena apabila semakin besar penghantar dan jenis yang bagus
maka akan mengurangi nilai impedansi dari saluran tersebut dan dapat meminimalisir
susut teknis yang dapat terjadi pada saluran distribusi listrik.
4. Planning pembangunan feeder express atau feeder cadangan
Perencanan pembangunan feeder express atau feeder cadangan merupakan salah satu
usaha dalam memperbaiki tegangan, karena dapat mengurangi beban yang ditampung
pada feeder utama. Biasanya pembangunan ini direalisasikan apabila susut teknis pada
jaringan sebelumnya cukup besar sehingga mengakitbatkan daya di sisi oenerima
menjadi minim. Selain itu pembangunan feeder express direncanakan untuk beban yang
menginginkan supply tenaga listrik yang konstan dan daya yang seimbang dalam artinya
sama seperti mendekati daya dari sisi sumber.
5. Mengubah Load Tap Changer Transformator
Dalam mengubah pengaturan load tap charger pada trafo akan berdampak pada output
tegangan dari trafo tersebut, namun pengaturan load tap charger ini hanya dapat
mengatur nilai tegangan nya saja, karena berkaitan dengan cara pengaturannya. Untuk
cara pengaturan load tap charger dilakukan dengan mengatur rasio lilitan primer dan
sekunder pada trafo. Jika menginginkan tegangan keluaran yang besar maka
diperbanyak pengaturan pada lilita sekunder. Jika menginginkan tegangan yang kecil
atau menurunkan tegangan maka diperbanyak pada lilitan primer. Dalam pengaturannya
tidak akan berdampak pada perubahan besarnya nilai drop voltage yang terjadi, karena
tenaga listrik yang mengalir dan impedansi pada saluran tetap sama seperti keadaan
sebelum dilakukan pengaturan tap charger.

II-20
6. Penerapan pemasangan kapasitor bank
Pada umumnya jaringan distribusi beban yang dimiliki pada saluran bersifat resistif-
induktif yang mana di dalamnya terdapat arus resistif dan arus induktif yang mengalir
pada saluran. Dari pemasangan kapasitor, sebagian besar arus induktif pada beban
induktif dapat terkompensasi oleh arus kapasitif sesuai sifat kapasitor bank yang mana
arus total yang mengalir menajdi semakin kecil atau bisa dikatakan hanya arus resistif
yang terdapat pada jaringan. Semakin kecilnya arus yang mengalir maka akan
berdampak positif pada nilai susut teknis yang semakin kecil pula, sehingga tegangan
yang berada di sisi penerima akan semakin besar dan supply daya semakin besar pula
nilainya. Selain itu pemasangan kapasitor bank juga dapat meningkatkan nilai faktor
daya dikarenakan dapat mengurangi penyerapan daya reaktif oleh beban.
7. Planning pembangunan gardu baru
Perencanaan untuk membangun gardu baru adalah alternative lain dalam usaha
memperbaiki tegangan. Biasanya hal ini direalisasikan ketika terjadi susut teknis yang
sangat besar karena penghantar yang terlalu panjang dan faktor lain adalah adanya
kenaikan beban yang tinggi. Pada pembangunan gadu baru ini memiliki prinsip dengan
membagi beban pada jaringan distribusi terhadap jaringan sebelumnya sehingga akan
mempengaruhi nilai dari arus yang mengalir karena cakupan dari beban akan semakin
kecil dan pendek dari sebelumny. Dalam hal ini akan sangat berdampak pada positif dari
segi teknis yaitu dapat mengurangi nilai susut teknis yang ada pada jaringan distribusi,
otomatis apabila direalisasikan ini juga akan berdampak untuk menaikkan tegangan dan
daya pada sisi penerima beban.
2.7 Studi Aliran Daya
Dalam sebuah sistem tenaga listrik perlu adanya perencanaan studi aliran daya sebelum
merealisasikan ke dalam bentuk nyata. Studi aliran daya sendiri memiliki pengertian tentang
studi yang dilakukan untuk menganalisis sebuah perencanaan guna mendapatkan segala sesuatu
informasi tentang aliran daya atau tegangan pada suatu sistem pada saat sistem tersebut dalam
baik kondisi pengoperasian normal, yang sedang berjalan saat ini, maupun untuk perencanaan
di masa mendatang. Studi aliran daya sangat dibutuhkan khususnya pada masa mendatang
karena semakin lama maka kebutuhan akan energi listrik semakin meningkat (baik dari makhluk
hidup maupun perkembangan zaman)[23].
II-21
Masalah yang biasanya terjadi pada aliran daya adalah pada perhitungan di bus dan
terminal di titik tertentu untuk mendapatkan nilai aliran dan tegangan pada sistem. Gambar 2.15
menunjukan sistem 3 bus yang sederhana. Dalam studi aliran daya, bus-bus dalam sebuah sistem
tenaga listrik akan dibagi menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut[23] :
1. Bus sumber atau swing bus atau biasa juga disebut slack bus, memiliki fungsi untuk
membagikan daya dari simber menuju beban dan untuk mencatu daya jika terjadi rugi
daya pada sistem. Pada bus ini terhubung dengan generator sehingga untuk nilai fasa
dan tegangan pada bus ini dapat diketahui.
2. Bus beban atau Load bus atau juga PQ Bus, dimana pada bus ini akan terhubung dengan
beban. Untuk load bus nilai dari daya reaktif dan daya aktif dapat diketahui.
3. Regulated Bus atau Voltage-Controlled Bus, Pada bus ini akam terhubung ke generator
sehingga daya aktif dan magnitude tegangan dapat diketahui.

Gambar 2. 14 Sistem 3 Bus Sederhana[23]


Pada tiap-tiap bus terdapat 4 besaran, yaitu:
1. Daya nyata atau daya aktif P
2. Daya reaktif Q
3. Sudut fasa tegangan Ɵ
4. Harga skalar tegangan |V|
Selain itu dalam analisis aliran daya listrik juga dapat berguna untuk mengetahui efek
interkoneksi dengan sistem tenaga listrik lainnya, sistem pembangkit baru, beban yang baru,
dan pada saluran yang baru. Tujuan lainnya dari studi aliran daya adalah agar dapat mengetahui
besarnya nilai vektor tegangan pada tiap bus dan besar aliran daya pada tiap cabang suatu

II-22
jaringan pada kondisi beban tertentu dalam kondisi normal. Hasil analisis dari studi aliran daya
akan digunakan untuk menelaah berbagai persoalaan pada jaringan tersebut, untuk itu akan
meliputi hal-hal sebagai berikut[23]:
1. Pengaturan tegangan (voltage regulation), perbaikan faktor daya (power factor)
jaringan, kapasitas kawat penghantar, termasuk rugi-rugi daya.
2. Perencanaan jaringan, yaitu kondisi jaringan yang diinginkan pada masa mendatang
untuk melayani pertumbuhan beban sesuai dengan kenaikan terhadap kebutuhan tenaga
listrik.
3. Perluasan atau pengembangan jaringan, yaitu menentukan lokasi yang tepat untuk
penambahan bus beban dan unit pembangkitan atau gardu induk baru.
2.7.1 Daya Aktif
Daya aktif (Active Power) merupakan daya yang terpakai pada saat melakukan energi
sebenarnya. Satuan daya aktif adalah Watt. Misalnya energi cahaya, panas, mekanik dan lain –
lain. Daya ini digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan dalam bentuk kerja.
Daya aktif dinyatakan dengan persamaan[24] :
P = V. I . Cos φ
P = 3 . VL. IL . Cos φ
L - N / 1 fasa ; P = 𝑉𝐿−𝑁x I x Cos φ
L - L/ 3 fasa ; P = √3 x 𝑉𝐿−𝐿x I x Cos φ (2.6)
Dengan ;
𝑉𝐿−𝐿 = Tegangan line-line (V)
𝑉𝐿−𝑁 = Tegangan line-netral (V)
I = Arus yang melalui penghantar (A)
Cos φ = Faktor daya
P = Daya Nyata
2.7.2 Daya Reaktif
Daya reaktif merupakan jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan suatu medan
magnet. Dari memebentuknya suatu medan magnet maka akan terbentuk fluks medan magnet.
Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif yaitu seperti motor, transformator, lampu pijar
dan lain – lain. Satuan daya reaktif adalah Var. Daya Reaktif dinyatakan dengan persamaan

II-23
berikut[24] :
Q = V.I.Sin φ
Q = 3 . VL. IL. Sin φ
L - N / 1 fasa ; Q= 𝑉𝐿−𝑁x I x Sin φ
L - L/ 3 fasa ; Q = √3 x 𝑉𝐿−𝐿x I x Sin φ (2.7)
Dengan ;
𝑉𝐿−𝐿 = Tegangan line-line (V)
𝑉𝐿−𝑁 = Tegangan line-netral (V)
I = Arus yang mengalir pada penghantar (A)
Sin φ = Faktor daya
Q = Daya Reaktif (VAR)
2.7.3 Daya Semu
Daya semu adalah daya listrik yang timbul melalui suatu penghantar transmisi atau
distribusi listrik. Daya ini merupakan hasil perkalian antara tegangan dan arus yang melalui
penghantar. Daya semu dapat dinyatakan dalam persamaan berikut[24] :
S = P + jQ, mempunyai nilai/ besar dan sudut
S=S φ
S = √P2 + √Q2 φ
L - N / 1 fasa ; S = 𝑉𝐿−𝑁x I
L - L/ 3 fasa ; 𝑆3 =√3 x 𝑉𝐿−𝐿x I (2.8)
Dengan ;
S = Daya Semu (VA)
I = Arus yang melalui penghantar (A)
𝑉𝐿−𝑁 = Tegangan line-netral (V)
𝑉𝐿−𝐿 = Tegangan line-line (V)
2.7.4 Power Losses
Power losses atau biasa disebut rugi daya listrik terjadi akibat arus yang melewati
konduktor tidak sempurna. Bahan konduktor memiliki karakteristik impedansi yang
menghasilkan penurunan tegangan sepanjangn saluran sebanding dengan aliran arus.

II-24
Komponen resistif (R) dari impedansi (Z) berkontribusi dalam terjadinya rugi daya aktif (Ploss).
Kerugian daya jika per-fasa dapat dihitung menggunakan persamaan berikut berikut[25] :
Ploss = I² x ( I x R x ℓ )
= I² R (2.9)
Dalam sebuah saluran tenaga listrik apabila ingin menghitung kerugian daya untuk
sebuah sistem 3 fasa,maka bisa dilakukan dengan menghitung kerugian untuk setiap fase secara
terpisah sesuai dengan arus yang diukur, maka di dapatkan persamaan sebagai berikut[25]:
Ploss total = Ploss-a + Ploss-b + Ploss-c
= Ia² Ra + Ib² Rb + Ic² Rc (2.10)
Namun untuk menghitung kerugian daya listrik 3 fasa secara langsung tanpa harus
menghitungnya secara terpisah, dapat digunakan persamaan berikut[25] :
Ploss = 3 x 𝐼2 x 𝑅 x ℓ (2.11)
Apabila ingin menghitung susut daya dengan menggunakan periode waktu (missal 1
bulan) untuk 3 phasa menggunakan persamaan berikut[35] :
Susut daya (ΔP) = 3 x I² (R x L) x LLF x periode t x 10-3 (2.12)
Untuk dapat mengetahui jumlah daya yang dapat dikirim dari jaringan distribusi 3 phasa,
dengan menggunakan periode t, dapat menggunakan persamaan berikut[35] :
P send = √3 x V x I x Cos θ x periode t (2.13)
Dengan :
Ploss = Susut Daya (Watt)
Psend = Daya kirim (Watt)
R = Tahanan kawat per fasa (Ω/ Km)
ℓ = Panjang saluran (Km)
I = Arus beban (A)
LLF = Faktor kehilangan beban
t = Periode dalam waktu yang ditentukan
Dalam kerugian daya memiliki batas toleransi yang diizinkan oleh Perusahaan penyedia
daya. Berlandaskan hal tersebut maka toleransi rugi daya disandarkan oleh SPLN No.1 Th.1978
yang mana berisi tentang sebuah jaringan distribusi tegangan menengah pada kriteria susut daya
yang diizinkan tidak boleh melebihi dari 2%. Untuk menghitung persentase kerugian daya dapat
menggunakan persamaan berikut [33] :
II-25
∆P
η = 𝑥 100 % (2.14)
P

Dengan :
η = Efisiensi daya (%)
∆P = Susut daya (kW)
P = Daya yang dikirim (kW)
2.7.5 Faktor Daya
Faktor daya atau power factor (pf) adalah rasio perbandingan antara daya aktif (Watt)
dengan daya nyata (VA). Faktor daya dapat dikatakan sebagai besaran yang menunjukkan
seberapa efisien jaringan yang kita miliki dalam menyalurkan daya yang bisa kita manfaatkan.
Faktor daya memiliki nilai range antara 0 – 1 dan dapat juga dinyatakan dalam persen (%).
Semakin tinggi faktor daya (mendekati 1) artinya semakin banyak daya tampak yang diberikan
sumber bisa kita manfaatkan, sebaliknya semakin rendah faktor daya (mendekati 0) maka
semakin sedikit daya yang bisa kita manfaatkan. Semua peralatan listrik memiliki kapasitas
maksimum penyaluran arus, apabila faktor daya rendah artinya walaupun arus yang mengalir di
jaringan sudah maksimum namun pada kenyataan nya hanya porsi kecil saja yang bermanfaat
bagi pemilik jaringan[26].
Faktor Daya = Daya Aktif (P) / Daya Nyata (S) (2.15)
= kW/kVA
= V.I Cos φ/ V.I
= Cos φ
Jika power faktor (pf) lebih kecil dari 0,85 maka kapasitas daya aktif (kW) yang
digunakan akan berkurang, biasanya standar yang digunakan oleh sistem suatu pembangkit
ataupun yang biasa digunakan PLN adalah 0,85 hingga 0,90, namun akibat dari menurunnya pf
maka akan timbul beberapa persoalan di antaranya[30]:
1. Membesarnya penggunaan daya listrik kVAR
2. Membesarnya penggunaan daya listrik kWH karena rugi – rugi;
3. Mutu listrik menjadi rendah karena jatuh tegangan (voltage drops).
4. Terjadinya Apparent Losses atau rugi-rugi daya pada saluran .
Beberapa strategi yang digunakan untuk mengkoreksi faktor daya atau menekan faktor
daya adalah[30] :

II-26
1. Meminimalkan operasi dari beban motor
2. Mengganti motor – motor listrik yang sudah tua (sudah tidak layak)
3. Memasang kapasitor pada jaringan AC untuk menurunkan medan dari daya reaktif.
4. Menghindari operasi dari peralatan listrik di atas tegangan rata – ratanya
5. Jika Pada distribusi bisa dengan melakukan pemasangan saluran baru atau feeder express
tanpa beban (Murni)
2.8 Sifat Beban
Dalam suatu sistem rangkaian listrik selalu dijumpai suatu sumber dan beban. Apabila
sumber listrik adalah DC, maka sifat beban hanya bersifat resistif murni, karena frekuensi
sumber DC adalah nol. Reaktansi induktif (XL) akan menjadi nol yang berarti induktor tersebut
akan short circuit. Reaktansi kapasitif (XC) akan menjadi tak berhingga yang berarti kapasitif
tersebut akan open circuit. Jadi sumber DC akan mengakibatkan beban-beban induktif dan
beban kapasitif tidak akan berpengaruh pada rangkaian. Bila sumber listrik AC maka beban
dibedakan menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut [27] :
2.8.1 Beban Resistif
Beban resistif merupakan suatu resistor murni, contoh : pemanas,lampu pijar. Beban ini
tidak menyerap daya reaktif sama sekali dan hanya menyerap daya aktif. Tegangan dan arus se-
fasa. Secara matematis dinyatakan[27] :
R=V/I (2.16)

Gambar 2. 15 Arus dan tegangan pada beban resistif [27]

2.8.2 Beban Induktif


Beban induktif merupakan beban yang mengandung kumparan kawat yang dililitkan
pada sebuah inti yang biasanya inti besi, contoh : induktor, transformator dan motor – motor
listrik. Beban ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1 “lagging”. Beban ini menyerap daya aktif

II-27
(kW) dan daya reaktif (kVAR), dimana tegangan mendahului arus sebesar φ°. Secara rumus
dinyatakan[27] :
XL = 2πf.L (2.17)

Gambar 2. 16 Arus, tegangan dan GGL induksi pada beban induktif [27]

2.8.3 Beban Kapasitif


Beban kapasitif merupakan beban yang mengandung suatu rangkaian kapasitor. Beban
ini mempunyai faktor daya antara 0 – 1 “leading”. Beban ini menyerap daya aktif (kW) dengan
output daya reaktif (kVAR), Dimana arus mendahului tegangan sebesar φ°. Secara rumus
dinyatakan[27] :
XC = 1 / 2πfC (2.18)

Gambar 2. 17 Arus, tegangan, dan GGL induksi pada beban kapasitif[27]

2.8.4 Faktor Beban (Load Factor)


Faktor beban atau biasa disebut dengan load factor meruupakan rasio beban rata-rata
selama periode yang ditentukan dengan beban puncak atau maksimum yang terjadi pada
periode tersebut[28].
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔 (𝑊𝑎𝑡𝑡)
LF = (2.19)
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑃𝑢𝑛𝑐𝑎𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔 (𝑊𝑎𝑡𝑡)

II-28
Dengan :
LF = Faktor Beban Sistem (Load Factor) Area Pelayanan (Region)
Dalam mendapatkan rasio nilai beban rata-rata selama periode yang ditentukan
memerlukan asumsi data beban puncak dalam periode t dan beban dalam kondisi normal atau
beban dalam kondisi tidak puncak, maka dapat menggunakan persamaan berikut[32]:
Rasio beban rata-rata = (6/16+1) x (beban puncak / 2) (2.20)
2.8.5 Faktor Rugi Beban (Loss Load Factor)
Loss load factor merupakan aktual dari komponen sirkuit / instalasi dihitung dengan
menerapkan faktor pada kerugian total dengan asumsi arus maksimum yang mengalir melalui
item sirkuit / instalasi tersebut selama seluruh periode. Maka di dapatkan persamaan sebagai
berikut[28] :
𝐿𝑜𝑠𝑠 arus maksimum (kWh)
LLF = 𝐴𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 𝑙𝑜𝑠𝑠 selama periode (kWh) (2.21)

Ada metode yang memberikan hubungan antara Load loss factor (LLF) dan faktor beban
(LF). Rumus yang digunakan untuk penghitungan ditampilkan menggunakan persamaan
berikut[28] :
LLF = 0,3 LF + 0,7 LF² (2.22)
Dengan :
LLF = Faktor rugi beban (Loss load faktor)
LF = Faktor beban pada sistem (Load factor) area pelanggan (Region)
2.8.6 Hubungan antara faktor beban dan faktor kerugian beban
Karena kerugian adalah fungsi kuadrat perkiraan dari permintaan seperti yang diberikan
dalam persamaan di atas, maka diperlukan untuk menghitung hubungan yang tepat antara faktor
beban dan faktor kerugian beban untuk menghitung kerugian. Persamaan empiris yang
diberikan di bawah ini memberikan hubungan antara faktor beban dan faktor beban rugi[28].
LLF = k * LF + (1-k) * LF2 (2.23)
Dengan k = koefisien.
Dapat dibuktikan bahwa koefisien k bervariasi dari satu konsumen ke konsumen lain
tergantung pada jenis dan kelas konsumen yang dapat diturunkan dari persamaan berikut[28].
LLF−LF²
𝑘= (2.24)
LF−LF²

II-29
2.8.7 Faktor Kerugian Pada Feeder
Kerugian feeder atau penyulang untuk periode t apabila menghitungnya dengan hanya
satu jalur penyulang saja dapat menggunakan persamaan berikut ini [28]:
Kerugian teknis = I2 × R × L × LLF × 24 × 30 × 10-9 (2.25)
Dengan ;
I = Beban dalam amp.
R = Resistensi konduktor dalam ohm / kilometer
L = Panjang feeder dalam kilometer
LLF = Faktor kehilangan beban
2.9 ETAP
Electrical transient and analysis program atau biasa disebut dengan sebuah software
ETAP dengan berbagai versi, namun penelitian ini menggunakan bantuan software ETAP
12.6.0 merupakan sebuah software yang digunakan untuk melakukan sebuah simulasi pada
suatu sistem tenaga listrik, baik yang akan direncanakan kedepannya maupun yang sudah
terealsiasi sebelumnya. Pada ETAP terdapat berbagai simulasi untuk sebuah sistem tenaga
listrik yang nantinya pada hasil simulasi dapat digunakan untuk sebuah analisis teknis. Adapun
analisis yang terdapat pada software ETAP adalah sebagai berikut[29]:
1. Membuat single line diagram
2. Setting data beban dan jaringan
3. Membuat desain denah beban
4. Arc flash analysis
5. Load flow analysis
6. Short circuit analysis
7. Analysis starting motor atau keadaan transient
8. Coordination of system protection
Dalam sebuah software ETAP menggunakan 2 standar frekuensi yang digunakan pada
sebuah sistem tenaga listrik, yaitu stamdar IEC yang menggunakan frekuensi sebesar 50 Hz dan
standar ANSI menggunakan frekuensi sebesar 60 Hz. Biasanya frekuensi yang digunakan
standarisasi pada cakupan negara-negara asia khususnya di Indonesia menggunakan standar IEC
yaitu 50 Hz, berbeda dengan negara-negara luar negeri biasanya eropa yang menggunakan
frekuensi 60 Hz. Dalam software ETAP agar penggunaan standar antara IEC dan ANSI dilihat
II-30
pada perbedaan komponen yang disediakan oleh fitur software ETAP itu sendiri, dan untuk
setiap spesifikasi pada komponen dapat disesuaikan dengan kondisi pada data lapangan ataupun
dengan fitur library pada software ETAP.
2.10 Faktor Pendukung Kelayakan Pada Aspek Teknis
Selain dengan melihat dari parameter yang biasa digunakan yaitu sisi teknis seperti
perhitungan jatuh tegangan dan rugi-rugi daya, dapat menambahkan korelasi dari dampak akan
adanya upaya perbaikan tegangan, yaitu dengan melakukan perhitungan dari sisi energi listrik
yang terselamatkan dan gain tegangan dari sebuah perubahan pola operasi agar sebuah
penelitian memiliki arah yang lebih tajam dan jelas dari sisi manfaat nya, sebagai berikut[32]:
2.10.1 Saving kWh
Saving kWh adalah pengertian dari daya yang terselamatkan atau energi listrik yang
terselamatkan dari sebuah upaya penekanan atau perbaikan pada sebuah perencanaan proyek.
Nilai saving kWh di dapatkan dari perhitungan total losses energi sebelum adanya perbaikan
atau biasa disebut kondisi eksisting dengan membandingkan pada saat kondisi setelah adanya
perbaikan. Untuk melihat nilai rupiah yang dihasilkan dari suatu saving kWh maka, diperlukan
penyesuaian dengan Tarif Tenaga Listrik berdasarkan patokan dari pihak penyedia daya
listrik[32]. Untuk menghitung nilai saving kWh digunakan persamaaan berikut :
Saving kWh = Total losses kondisi eksiting – Total losses kondisi sesudah (2.26)
2.10.2 Gain Tegangan
Merupakan kesempatan untuk memperoleh peningkatan dari sisi tegangan ujung setelah
adanya upaya dalam perbaikan tegangan, dengan melihat perbandingan pada kondisi eksiting.
Apabila adanya peningkatan dari gain tegangan ujung pada kondisi setelah upaya perbaikan,
maka nilai perbaikan tersebut bernilai positif dan dapat memberikan manfaat tegangan yang
semakin membaik. Untuk menghitung gain tegangan ujung dapat menggunakan persamaan[33]:
Total gain tegangan : Tegangan kondisi sesudah – Tegangan kondisi Eksisting (2.27)
2.11 Kajian Kelayakan Ekonomis Proyek
Kajian kelayakan ekonomis proyek merupakan kajian tentang kelayakan ekonomis
proyek dimana membahas tentang evaluasi untuk menilai kelayakan suatu program investasi
yang di dalamnya mencakup Kajian Kelayakan Operasi (KKO), Kajian Kelayakan Ekonomis,
dan Kajian Resiko. Pada kajian kelayakan proyek dimaksudkan untuk mendukung implementasi
proyek ketenagalistrikan sebagaimana tertuang didalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
II-31
Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero). Petunjuk penyusan analisis kelayakan proyek sarana
ketengalistrikan meliputi pembangunan proyek baru, perluasan, penambahan jaringan baru,
repowering, uprating, pada sarana pembangkit, distribusi, transmisi, dan gardu induk[30].
Setiap program investasi dinyatakan layak berdasarkan analisis kelayakan ekonomis
proyek yang meliputi kajian Kajian Kelayakan Operasi (KKO), Kajian Kelayakan Ekonomis
dengan menggunakan metode penilaian Internal Rate of Return (IRR) atau Net Present Value
(NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), dan Payback Period (PP) serta dilengkapi dengan kajian
resiko[30].
2.11.1 NPV (Net Present Value)
NPV adalah nilai saat ini dari keseluruhan Discounted Cash Flow atau total dari
gambaran ongkos atau total pendapatan proyek dilihat dengan nilai sekarang (nilai pada kondisi
awal proyek). Secara matematis nilai NPV dinyatakan dengan rumus[31] :
𝑛
CIF
NPV = ∑ ((1+𝑘)𝑡 𝑡 − 𝐶𝑂𝐹) (2.28)
𝑡=0

Dengan :
COF = Cash out flow/investasi
CIFt = Cash in flow pada periode t
k = Discount rate yang digunakan
n = Periode terakhir cash flow diharapkan
2.11.2 Internal Rate of Return ( IRR)
IRR merupakan besarnya tingkat keuntungan yang digunakan guna melunasi jumlah
uang yang dipinjam agar dapat tercapainya keseimbangan ke arah nol dengan melihat
pertimbangan keuntungan. IRR dapat ditunjukkan dalam bentuk (% / periode) dan biasanya
bernilai positif (I > 0). Untuk menghitung IRR dapat menggunakan Persamaan matematis
berikut[31] :
NPV𝑡
IRR = 𝑖1 + (NPV ) 𝑥 (𝑖2 − 𝑖1 ) (2.29)
1 −NPV2

Dengan :
IRR = Internal Rate of Return (%)
𝑁𝑃𝑉1 = Net Present Value dengan tingkat bunga rendah
𝑁𝑃𝑉2 = Net Present Value dengan tingkat bunga tinggi

II-32
𝑖1 = Tingkat bunga pertama (%)
𝑖2 = Tingkat bunga kedua (%)
2.11.3 Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit-Cost Ratio merupakan suatu rasio perbandingan antara pemasukan total
sepanjang waktu operasi proyek seperti pembangkit tenaga listrik dengan biaya investasi awal
proyek. Dapat dirumuskan dalam Persamaan[31]:
𝑛
∑1 𝐶𝐼𝐹𝑡
𝐵𝐶𝑅1 = 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐶𝑜𝑠𝑡
(2.30)
Dengan :
BCR = Benefit Cost Ratio
𝐶𝐼𝐹𝑡 = Cash in flow pada periode t
Investment cost = Biaya Investasi
2.11.4 Payback Period (PP)
Payback period atau periode pengembalian modal adalah lamanya jangka waktu yang
dibutuhkan untuk mengembalikan dana ataupun modal dalam sebuah investasi, maka dapat
dirumuskan dalam persamaan berikut [31] :
𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 𝐶𝑜𝑠𝑡
PP = (2.31)
𝐴𝑛𝑛𝑢𝑎𝑙 𝐶𝐼𝐹
Dengan :
PP = Periode pengembalian modal
Investment Cost = Biaya investasi
Annual CIF = Cash in flow tahunan

II-33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Pada penelitian ini akan dilakukan jenis penelitian yang berjenis kuantitaif dengan
pendekatan secara deskriptif. Penelitian kuantitatif artinya pola penelitian yang dilakukan secara
sistematis, terencana, terstruktur dengan jelas dan tepat. Dengan pendekatan secara deskriptif
artinya pendekatan yang memiliki fungsi untuk mendeskripsikan dan memberikan gambaran
terhadap objek yang akan diteliti melalui data dan sampel yang dikumpulkan tanpa melakukan
rekayasa.
Pada penelitian ini akan difokuskan pada dampak perencanaan penambahan penyulang
baru dengan melihat kondisi eksisting dan kondisi setelah adanya perencanaan penambahan
penyulang baru. Dimana, hal ini meliputi analisis kajian kelayakan pada sisi teknis dengan
bantuan software ETAP 12.6.0 dan perhitungan secara manual, serta meng-analisis kajian
kelayakan pada sisi ekonomis.
Terkait dengan data yang telah didapatkan dilapangan bahwa penyulang pangkalan
kondisi eksisting mengalami permasalahan yaitu susut teknis. Sementara seiring berjalannya
waktu permintaan penambahan beban semakin meningkat. Maka untuk memenuhi permintaan
beban yang semakin meningkat dan untuk mengoptimalkan penekanan susut teknis pada feeder
pangkalan akan dilakukan perencanaan penambahan penyulang baru, dengan rencana melihat
perbandingan antara kondisi eksisting dan kondisi resetting.
Perencanan yang penulis lakukan, pada feeder pangkalan akan diberikan Load Breaker
Switch dalam kondisi normally open sebagai pembatas sekaligus ma-nuver jaringan bila suatu
saat dibutuhkan, sebelum memasuki gardu hubung pangkalan. Lalu, penyulang baru akan di
bangun tanpa beban yang akan mensuplai tegangan secara murni ke gardu hubung pangkalan.
Sehingga dengan rencana perencanaan penambahan penyulang baru ini diharapkan dapat
memberikan penekanan susut teknis pada permasalahan yang terjadi.

III-1
3.2 Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini penulis memilih lokasi penelitian yaitu PT. PLN (Persero) UP3
Payakumbuh yang berada di Jl. Moh Yamin, Padang Tiakar Hilir, Payakumbuh Timur, Kota
Payaumbuh, Sumatera Barat, 26212, ULP Lima Puluh Kota. Peneliti memilih feeder-1
Pangkalan yang terletak di Pangkalan Kabupaten Lima Puluh Kota, dikarenakan feeder-1
Pangkalan mengalami susut teknis dengan parameter drop voltage pada tegangan ujung dan
rugi-rugi daya yang mengakibatkan sering terjadinya gangguan dan suplai tegangan yang
menuju ke gardu hubung pangkalan menjadi tidak maksimal.
3.3 Sumber Data Penelitian
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan data primer melalui
proses wawancara secara langsung oleh staff perencanaan PT.PLN (Persero) UP3 Payakumbuh
pada tahun 2021. Adapun data akan digunakan yaitu data susut teknis kondisi saat ini, data
single line diagram, data lokasi dan panjang saluran, data beban puncak, data trafo, data jenis
dan ukuran penghantar, dan data aspek kelayakan ekonomis.
3.4 Prosedur Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini penulis memulai dengan meng-identifikasi masalah lalu
menentukan masalah, kemudian melakukan proses studi literature review yang berguna untuk
meninjau penelitian ataupun riset yang telah dilakukan sebelumnya sesuai penelitian terkait.
Setelah itu, peneliti melakukan observasi terkait dengan penelitian yang akan dilakukan, pada
proses observasi, peneliti mengumpulkan data primer yang dibutuhkan pada penelitian.
Selanjutnya peneliti melakukan analisis kelayakan dari dua aspek, yaitu kajian
kelayakan pada sisi teknis dan kajian kelayakan pada sisi ekonomis. Kemudian, jika dinyatakan
layak dari kedua aspek tersebut, maka dilanjutkan dengan kesimpulan, saran maupun
rekomendasi. Jika tidak, masih ada peluang skenario menganalisis kembali pada kondisi
eksisting.

III-2
Gambar 3. 1 Prosedur Penelitian

III-3
3.5 Identifikasi Masalah
Pada tahap idenifikasi masalah yang terdapat pada penelitian ini akan terdiri dari
rumusan masalah yang berisi tentang perumusan masalah yang di angkat oleh peulis untuk
diberikan sebuah solusi, tujuan penelitian yang berisi tentang pencapaian yang di inginkan
berdasarkan rumusan masalah yang terjadi, batasan pada permasalahan yang berisi tentang
fokus pada penyelesaian permasalahan dengan dibatasi oleh variabel yang penulis buat pada
penelitian, serta manfaat pada penelitian yang berisi tentang kegunaan dari hasil penelitian yang
yang penulis lakukan baik untuk sekarang ataupun masa depan oleh siapapun yang berkaitan.
3.6 Studi Literatur
Pada penelitian ini studi literature akan digunakan sebagai acuan berfikir untuk
menyelasaikan masalah sekaligus menjadi acuan perbandingan pada penelitian yang akan
dilakukan dengan penelitian sebelumnya dengan landasan secara ilmiah, dimana di dalamnya
mempelajari tentang teori terkait penelitian yang diperoleh dari jurnal maupun buku terkait
tentang analisis penekanan pada susut sekaligus pembahasan tentang kajian kelayakan
ekonomis pada jaringan distribusi tenaga listrik.
3.7 Pengumpulan Data
Pada proses pengumpulan data, peneliti melakukan proses wawancara secara langsung
kepada staff perencanaan PT.PLN (Persero) UP3 Payakumbuh dengan data yang berupa, data
susut teknis kondisi eksisting, data single line diagram, data lokasi dan panjang saluran, data
beban puncak, data trafo, data jenis dan ukuran penghantar, dan data aspek kelayakan ekonomis
serta tinjauan pustaka yang diperoleh dari jurnal maupun buku referensi terkait penelitian yang
penulis lakukan.Adapun data yang diperlukan dalam proses pengumpulan yaitu :
3.7.1 Data Susut Teknis
Pada tahapan ini data susut teknis dibutuhkan untuk mengetahui kondisi susut teknis
yang terjadi saat ini di feeder pangkalan, sebelum adanya perencanaan penambahan penyulang
baru. Data ini di dapat langsung dari wawancara kepada pegawai PT.PLN (Persero) UP3
Payakumbuh. Berikut terlampir data susut teknis pada tabel 3.1.
Tabel 3. 1 Data susut teknis kondisi eksisting[7]
No Susut Teknis Kondisi Eksisting Angka Susut Teknis
1 Drop Voltage 18,304 kV
2 Apparent Losses 0,360 MW

III-4
3.7.2 Data Single Diagram
Pada tahapan ini data single diagram dibutuhkan untuk mengetahui tata letak posisi
feeder pangkalan dimana di dalamnya terdapat komponen-komponen yang berada pada
perencanaan dan titik beban(load point) yang akan berguna untuk input data pada perencanaan
tersebut. Berikut ini terlampir data single line diagram pada gambar 3.1.

Gambar 3. 2 Single line diagram feeder Pangkalan[7]


3.7.3 Data Lokasi dan Panjang Saluran
Pada tahapan ini data lokasi dan panjang saluran dibutuhkan untuk mengetahui panjang
saluran distribusi feeder pangkalan yang mengalami permasalahan tpada kondisi eksisting,
sekaligus untuk menentukan lokasi pada perencanaan penambahan penyulang baru yang
direncakan pada penelitian. Adapun data tersebut terlampir pada gambar 3.4 berikut;

III-5
Gambar 3. 3 Lokasi Peneltian[7]
Tabel 3. 2 Data panjang saluran[7]
No Nama Feeder Panjang Saluran
1 Feeder Pangkalan 55 KMS
Dari data lokasi penelitian dan panjang saluran pada kondisi ekstiting, peneliti dapat
menentukan estimasi panjang saluran pada perencanaan penambahan penyulang baru sebagai
solusi penekanan susut teknis yang peneliti lakukan. Pada tabel 3.3 akan menampilkan estimasi
dari panjang saluran pada penelitian.
Tabel 3. 3 Data perencanaan penambahan penyulang pada penelitian[7]
No Nama Feeder Estimasi Panjang Saluran
1 Perencanaan Penyulang Baru 55 KMS
3.7.4 Data Beban Puncak
Pada tahapan ini data beban puncak dibutuhkan untuk melihat kondisi beban puncak
yang di alami feeder-1 pangkalan pada jam 17.00 hingga 23.00. Namun dengan data yang input
kan nantinya pada software ETAP 12.6.0, yang mana ketika simulasi di running itu akan
menampilkan hasil pada kondisi beban 1 hari penuh, jadi terdapat sedikit perbedaan, karena ada
beberapa pelanggan besar yang hanya aktif ketika pagi hingga sore hari seperti pabrik-pabrik
industri. Berikut terlampir data beban puncak pada kondisi saat ini.

III-6
Tabel 3. 4 Data Beban puncak saat ini[7]
NO Nama Penyulang Kondisi Beban puncak Kondisi Beban Puncak Satu hari Penuh
jam 17-23.00 pada Software ETAP 12.6.0
1 Feeder Pangkalan 75 Ampere 120 Ampere
3.7.5 Data Beban Trafo
Data trafo dibutuhkan untuk mengetahui kapasitas suatu trafo dan beban yang
ditanggung oleh trafo pada feeder pangkalan untuk nantinya akan di input pada software ETAP
12.6.0 lalu mensimulasikan program tersebut. Berikut data beban pada feeder pangkalan.
Tabel 3. 5 Data beban trafo pada feeder pangkalan[7]
No Trafo Umum / Pemakaian Sendiri Jumlah Trafo Beban Trafo
1 Trafo Umum 29 1,4 MVA
2 Trafo sendiri PT. Statistika 1 1 MVA
3 Trafo sendiri Intan bersaudara 1 1 50 kVA
4 Trafo sendiri Intan bersaudara 2 1 250 kVA
3.7.6 Data Jenis dan Ukuran Pengantar
Pada tahapan ini data jenis dan ukuran penghantar dibutuhkan untuk menentukan jenis
dan ukuran penghantar yang akan digunakan nantinya pada jaringan distribusi tegangan
menengah sekaligus untuk mendapatkan nilai impedansi sesuai dengan SPLN 65:1985.
Tabel 3. 6 Data jenis dan ukuran penghantar[7]
No Nama Feeder Jenis Penghantar Ukuran Penghantar
1 Feeder Pangkalan AAAC(All Alumunium Alloy Conductor) 240 mm2

III-7
3.8 Analisis Kondisi Eksisting
Analisis kondisi eksiting akan menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan oleh
penulis agar dapat menganalisis permasalahan yang terjadi pada kondisi sebelum adanya solusi
sebuah perencanaan penambahan penyulang baru.
Untuk melakukan analisis pada kondisi eksisting ini dilakukan dengan berbagai tahapan,
yang terdiri dari pengolahan data untuk input ke dalam bantuan software ETAP 12.6.0, hasil
simulasi aliran daya, hasil perhitungan aliran daya secara teoritis, hasil rincian aliran daya, dan
rekomendasi solusi. Agar lebih jelas maksudnya, akan disajikan dalam bentuk diagram alir
gambar 3.5 berikut :

Pengolahan data untuk input ke dalam


software ETAP 12.6.0 kondisi eksisting

Simulasi aliran daya kondisi eksisting

Perhitungan secara teoritis kondisi eksisting

Rincian aliran daya kondisi eksisting

Rekomendasi solusi kondisi eksisting

Gambar 3. 4 Skema analisis kondisi eksisting

3.8.1 Pengolahan Data Untuk Input ke Dalam Software ETAP 12.6.0 Kondisi Eksisting
Dalam melakukan tahapan menganalisis pada kondisi eksisting, penulis menggunakan
bantuan software ETAP 12.6.0. Dimana dalam menggunakan software dibutuhkan beberapa
data yang akan di input kan, data tersebut berupa data single line diagram penyulang pangkalan
pada kondisi eksisting, data panjang saluran, data tegangan sumber, data pembebanan yang
dialami pada feeder pangkalan dalam kondisi eksisting, data kapsitas trafo yang berada di GI
Koto panjang untuk mensuplai feeder pangkalan, dan beban yang ada di depannya, data jenis

III-8
penghantar, dan data trafo Automatic Voltage Regulator. Setelah semua data di kumpulkan,
langkah selanjutnya adalah membuat simulasi untuk melihat hasil running pada aliran daya.
3.8.2 Simulasi Aliran Daya Kondisi Eksisting
Setelah tahap pengolahan data berhasil dilakukan, langkah selanjutnya adalah meng-
runnning aplikasi di dalam software ETAP 12.6.0, kemudian melihat hasil dari simulasi aliran
daya yang terbagi dalam 4 bagian yaitu, hasil simulasi aliran daya kondisi eksisting dengan
tujuan untuk melihat aliran daya sepenuhnya dalam simulasi, kemudian hasil simulasi tegangan
ujung feeder pangkalan dengan tujuan untuk melihat drop tegangan yang terjadi pada feeder
pangkalan, berikutnya hasil simulasi tampilan rugi-rugi daya dengan tujuan untuk melihat rugi
daya yang terjadi pada kondisi eksisting tersebut, lalu, hasil pembebanan trafo GI Koto panjang
dengan tujuan apakah pembebanan pada trafo tersebut sudah mengalami batasan maksimal
sekaligus melihat pengaruh susut teknis terhadap pembebanan trafo pada GI Koto panjang.
3.8.3 Perhitungan Secara Teoritis Kondisi Eksisting
Setelah tahap simulasi aliran daya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pehitungan secara teoritis pada kondisi eksisting untuk melihat rincian nilai pada aliran daya
yang terjadi dengan melakukan perhitungan-perhitungan sebagai berikut :
1. Perhitungan beban rata-rata yang bertujuan untuk mengetahui beban rata-rata yang
terjadi pada kondisi eksisting, agar perhitungan pun menjadi lebih real dibanding
menggunakan perhitungan dengan menggunakan beban puncak. Pada perhitungan ini
digunakan persamaan 2.20.
2. Perhitungan faktor beban atau load factor yang bertujuan untuk mengetahui
perbandingan antara beban rata-rata dan beban puncak yang terjadi selama periode yang
ditentukan. Pada perhitungan ini digunakan persamaan 2.19.
3. Perhitungan faktor rugi beban atau loss load factor yang bertujuan untuk mengetahui
perbandingan antara rugi-rugi daya rata-rata terhadap rugi-rugi daya pada beban puncak.
Pada perhitungan ini digunakan persamaan 2.22.
4. Perhitungan jatuh tegangan yang bertujuan untuk mengetahui nilai jatuh tegangan yang
terjadi pada kondisi eksisting bisa juga dikatakan perbandingan antara tegangan sumber
dengan tegangan kirim. Pada perhitungan ini digunakan persamaan 2.1.
5. Perhitungan persentase jatuh tegangan yang bertujuan untuk mengetahui nilai persentase
jatuh tegangan yang terjadi, dengan mengetahui angka real jatuh tegangan terlebih
III-9
dahulu, dan setelah mendaptkan angka persentase jatuh tegangan selanjutnya
membandingkannya dengan standarisasi yang berlaku dari pihak penyedia daya. Pada
perhitungan ini digunakan persamaan 2.5.
6. Perhitungan daya kirim yang bertujuan untuk mengetahui jumlah energi listrik yang
berhasil dikirim dari sumber ke konsumen. Pada perhitungan ini menggunakan
persamaan 2.13.
7. Perhitungan rugi-rugi daya yang bertujuan untuk mengetahui jumlah rugi-rugi daya yang
terjadi selama proses pengiriman daya berlangsung, dengan beberapa faktor penyebab
missal eksternal seperti kondisi alam, dan internal seperti jatuh tegangan, dll. Pada
perhitungan ini menggunakan persamaan 2.12.
8. Perhitungan persentase rugi-rugi daya yang bertujuan untuk mengetahui angka
persentase rugi-rugi daya yang terjadi lalu membandingkannya dengan standarisasi yang
berlaku dari pihak penyedia daya. Pada perhitungan ini menggunakan persamaan 2.14
3.8.4 Rincian Aliran Daya Kondisi Eksisting
Setelah semua tahapan dilakukan, baik dari pengolahan data, simulasi dan perhitungan
secara teoritis, selanjutnya penulis merangkumnya dalam sebuah tabel agar lebih mudah di
pahami, dimana isi di dalam tabel merupakan rangkuman dari semua tahapan dalam proses
simulasi aliran daya pada kondisi eksisting atau bisa dikatakan sebagai pola operasi 1.
3.8.5 Rekomendasi Solusi Kondisi Eksisting
Pada tahapan ini merupakan rangkuman terhadap semua tahapan yang telah penulis
lakukan sebelumnya pada kondisi eksisitng, terdapat hasil evaluasi yang menggarisbesarkan
bahwa terjadi permasalahan susut teknis dengan beberapa upaya yang telah dilakukan
sebelumnya, telah penulis jelaskan pada BAB I, namun dari penulis memberikan rekomendasi
solusi berupa perencanaan penambahan penyulang baru sebagai upaya penekanan susut teknis.
3.9 Analisis Kelayakan
Pada penelitian ini penulis akan menggunakan analisis kelayakan dengan melihat dari
dua aspek yaitu aspek dan aspek ekonomis, dengan tujuan untuk menentukan kelayakan dari
kedua aspek tersebut agar penelitian ini sesuai dengan salah satu tujuan penulis supaya lebih
balance dan menemukan korelasi antara kedua aspek tersebut.
Analisis kelayakan ini akan dimulai dari aspek teknis dimana di dalamnya mencakup
analisis susut teknis kondisi eksisting, analisis susut teknis kondisi setelah perencanaan
III-10
penambahan penyulang baru, faktor pendukung tambahan pada aspek teknis, dan penilaian
kelayakan pada aspek teknis dengan tujuan untuk menentukan kelayakan dai sisi teknis.
Selanjutnya, akan dilakukan pada sisi aspek kelayakan ekonomis dimana di dalamnya
mencakup data pendukung perhitungan kelayakan ekonomis, indikator pendukung kelayakan
ekonomis dimana di dalamnya terdapat perhitungan Net Present Value (NPV), Payback period
(PP), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (BCR) yang nantinya akan menjadi
faktor untuk masuk ke dalam tahap penilaian kelayakan aspek ekonomis.
3.10 Aspek Teknis
Dalam menentukan kelayakan pada sisi teknis perlu adanya analisis yang lebih
mendalam mengenai permasalahan yang terjadi, sebelumnya penulis telah melakukan analisis
kondisi eksisting untuk mendapatkan nilai aliran daya dimana di dalamnya terdapat sebuah
permasalahan yaitu susut teknis dengan parameter jatuh tegangan dan rugi-rugi daya. Setelah
mendapatkan nilai susut teknis tersebut, kemudian menganalisis cara penekanan susut teknis
dengan perencanaan penambahan peyulang baru yang telah penulis tawarkan. Selanjutnya, dari
analisis setelah perencanaan penambahan penyulang baru maka penulis menambahkan faktor
pendukung tambahan pada aspek teknis berupa saving, gain, dan benefit guna lebih menguatkan
argument untuk kelayakan di sisi teknis sekaligus penentu penilaian kelayakan pada aspek
teknis tersebut.
3.11 Analisis Susut Teknis Kondisi Eksisting
Pada tahapan ini nilai-nilai susut teknis di dapatkan penulis setelah adanya pengolahan
data yang dilakukan di tahap analisis kondisi eksisitng, dimana secara garis besar penulis
menggunakan dua parameter yaitu jatuh tegangan dan rugi-ruhi daya terjadi sebelum adanya
perencanaan penambahan penyulang baru.
3.12 Analisis Kondisi Setelah Perencanaan Penamabahan Penyulang Baru
Setelah semua tahapan pada cakupan analisis kondisi eksisting, terdapat sebuah solusi
yaitu perencanaan penambahan penyulang baru yang penulis akan rencanakan melalui dua jalur
penyulang yaitu penyulang baru dan jalur feeder pangkalan. Adapun tahapan yang akan
dilakukan akan disajikan melalui diagram alur pada gambar 3.6 berikut ;

III-11
Pengolahan data untuk input ke dalam software ETAP 12.6.0
kondisi setelah perencanaan penambahan penyulang baru

Simulasi aliran daya kondisi setelah perencanaan

Perhitungan aliran daya secara teoritis melalui jalur penyulang baru

Rincian aliran daya melalui jalur penyulang baru

Analisis simulasi tegangan ujung feeder


pangkalan kondisi setelah perencanaan

Perhitungan aliran daya secara teoritis


penyulang pangkalan setelah perencanaan

Rincian aliran daya penyulang pangkalan

Rincian nilai susut teknis kondisi


eksisting dan setelah perencanaan
Gambar 3. 5 Skema analisis kondisi setelah perencanaan penambahan penyulang baru

3.12.1 Pengolahan Data Kondisi Setelah Perencanaan Penambahan Penyulang Baru


Dalam melakukan tahapan untuk menganalisis pada kondisi setelah perencanaan
penambahan penyulang baru, penulis menggunakan bantuan software ETAP 12.6.0. Dimana
dalam menggunakan software dibutuhkan beberapa data yang akan di input kan, data tersebut
berupa data ilustrasi perencanaan penambahan penyulang baru, jenis dan ukuran penghantar
yang akan direncanakan, panjang saluran, tegangan sumber, kapasitas trafo GI Koto panjang,
dan data trafo Automatic Voltage Regulator. Setelah semua data di kumpulkan, langkah
III-12
selanjutnya adalah membuat simulasi untuk melihat hasil running pada aliran daya dalam
kondisi setelah perencanaan penambahan penyulang baru dengan menganaslisis nya melalui dua
jalur penyulang yaitu penyulang baru dan penyulang pangkalan.
3.12.2 Simulasi Aliran Daya Melalui Perencanaan Penyulang Baru (Pola Operasi 2)
Setelah tahap pengolahan data berhasil dilakukan, langkah selanjutnya adalah meng-
runnning aplikasi di dalam software ETAP 12.6.0, kemudian melihat hasil dari simulasi aliran
daya pada kondisi setelah perencanaan penambahan penyulang baru yang terbagi dalam 4
bagian yaitu, hasil simulasi aliran daya kondisi setelah perencanaan dengan tujuan untuk melihat
aliran daya sepenuhnya dalam simulasi, berikutnya hasil simulasi tampilan rugi-rugi daya
dengan tujuan untuk melihat rugi daya yang terjadi pada kondisi setelah perencanaan dimana
ini merupakan cakupan antara kedua penyualang yang direncanakan, selanjutnya hasil simulasi
tegangan ujung penyulang baru dengan tujuan untuk melihat nilai tegangan apakah sudah
membaik dibanding kondisi eksisting, lalu, hasil pembebanan trafo GI Koto panjang dengan
tujuan apakah pembebanan pada trafo tersebut sudah mengalami batasan maksimal sekaligus
melihat pengaruh susut teknis terhadap pembebanan trafo pada GI Koto panjang pada kondisi
setelah adanya perencanaan penambahn penyulang.
3.12.3 Perhitungan Aliran Daya Secara Teoritis Melalui Jalur Penyulang Baru
Setelah tahap simulasi aliran daya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pehitungan secara teoritis pada kondisi setelah perencanaan melalui jalur penyulang baru untuk
melihat rincian nilai pada aliran daya yang terjadi, dengan melakukan perhitungan-perhitungan
yang tidak jauh berbeda persamaan yang digunakan sebagai berikut :
1. Perhitungan beban rata-rata yang bertujuan untuk mengetahui beban rata-rata yang
terjadi pada kondisi setelah perencanaan penambahan penyulang baru, agar perhitungan
pun menjadi lebih real dibanding menggunakan perhitungan dengan menggunakan
beban puncak. Pada perhitungan ini digunakan persamaan 2.20.
2. Perhitungan faktor beban atau load factor yang bertujuan untuk mengetahui
perbandingan antara beban rata-rata dan beban puncak yang terjadi selama periode yang
ditentukan. Pada perhitungan ini digunakan persamaan 2.19.
3. Perhitungan faktor rugi beban atau loss load factor yang bertujuan untuk mengetahui
perbandingan antara rugi-rugi daya rata-rata terhadap rugi-rugi daya pada beban puncak.
Pada perhitungan ini digunakan persamaan 2.22.
III-13
4. Perhitungan jatuh tegangan yang bertujuan untuk mengetahui nilai jatuh tegangan yang
terjadi pada jalur penyulang baru bisa juga dikatakan perbandingan antara tegangan
sumber dengan tegangan kirim. Pada perhitungan ini digunakan persamaan 2.1.
5. Perhitungan persentase jatuh tegangan yang bertujuan untuk mengetahui nilai persentase
jatuh tegangan yang terjadi, dengan mengetahui angka real jatuh tegangan terlebih
dahulu, dan setelah mendaptkan angka persentase jatuh tegangan selanjutnya
membandingkannya dengan standarisasi yang berlaku dari pihak penyedia daya. Pada
perhitungan ini digunakan persamaan 2.5.
6. Perhitungan daya kirim yang bertujuan untuk mengetahui jumlah energi listrik yang
berhasil dikirim dari sumber ke konsumen. Pada perhitungan ini menggunakan
persamaan 2.13.
7. Perhitungan rugi-rugi daya yang bertujuan untuk mengetahui jumlah rugi-rugi daya yang
terjadi selama proses pengiriman daya berlangsung, dengan beberapa faktor penyebab
misal eksternal seperti kondisi alam, dan internal seperti jatuh tegangan, dll. Pada
perhitungan ini menggunakan persamaan 2.12.
8. Perhitungan persentase rugi-rugi daya yang bertujuan untuk mengetahui angka
persentase rugi-rugi daya yang terjadi lalu membandingkannya dengan standarisasi yang
berlaku dari pihak penyedia daya. Pada perhitungan ini menggunakan persamaan 2.14
3.12.4 Rincian Aliran Daya Melalui Jalur Penyulang Baru
Setelah semua tahapan dilakukan, baik dari pengolahan data, simulasi dan perhitungan
secara teoritis, selanjutnya penulis merangkumnya dalam sebuah tabel agar lebih mudah di
pahami, dimana isi di dalam tabel merupakan rangkuman dari semua tahapan dalam proses
simulasi aliran daya pada kondisi setelah perencanaan memalui jalur penyulang baru atau bisa
dikatakan sebagai pola operasi 2.
3.12.5 Analisis Simulasi Tegangan Ujung Feeder Pangkalan Setelah Perencanaan
Penambahan Penyulang Baru (Pola Operasi 3)
Pada tahapan ini, penulis melakukan analisis dengan menggunakan pengolaha data pada
kondisi setelah perencanaan penambahan penyulang karena data yang dibutuhkan sama, dengan
melihat hasil simulasi tegangan ujung feeder pangkalan kondisi setelah perencanaan dengan
tujuan untuk mengetahui nilai tegangan yang ujung terjadi pada saat simulasi di running, apakah
kondisi tegangan mengalami perbaikan dibanding dengan kondisi eksisting.
III-14
3.12.6 Perhitungan Aliran Daya Secara Teoritis Feeder Pangkalan Setelah Perencanaan
Setelah tahap simulasi aliran daya, maka langkah selanjutnya adalah melakukan
pehitungan secara teoritis pada kondisi setelah perencanaan penambahan penyulang baru
melalui jalur feeder pangkalan untuk melihat rincian nilai pada aliran daya yang terjadi, dengan
melakukan perhitungan-perhitungan yang tidak jauh berbeda persamaan yang digunakan
sebagai berikut :
1. Perhitungan beban rata-rata yang bertujuan untuk mengetahui beban rata-rata yang
terjadi pada kondisi setelah perencanaan penambahan penyulang baru di jalur feeder
pangkalan agar perhitungan pun menjadi lebih real dibanding menggunakan
perhitungan dengan menggunakan beban puncak. Pada perhitungan ini digunakan
persamaan 2.20.
2. Perhitungan faktor beban atau load factor yang bertujuan untuk mengetahui
perbandingan antara beban rata-rata dan beban puncak yang terjadi selama periode yang
ditentukan. Pada perhitungan ini digunakan persamaan 2.19.
3. Perhitungan faktor rugi beban atau loss load factor yang bertujuan untuk mengetahui
perbandingan antara rugi-rugi daya rata-rata terhadap rugi-rugi daya pada beban puncak.
Pada perhitungan ini digunakan persamaan 2.22.
4. Perhitungan jatuh tegangan yang bertujuan untuk mengetahui nilai jatuh tegangan yang
terjadi pada jalur feeder pangkalan, bisa juga dikatakan perbandingan antara tegangan
sumber dengan tegangan kirim. Pada perhitungan ini digunakan persamaan 2.1.
5. Perhitungan persentase jatuh tegangan yang bertujuan untuk mengetahui nilai persentase
jatuh tegangan yang terjadi, dengan mengetahui angka real jatuh tegangan terlebih
dahulu, dan setelah mendapatkan angka persentase jatuh tegangan selanjutnya
membandingkannya dengan standarisasi yang berlaku dari pihak penyedia daya. Pada
perhitungan ini digunakan persamaan 2.5.
6. Perhitungan daya kirim yang bertujuan untuk mengetahui jumlah energi listrik yang
berhasil dikirim dari sumber ke konsumen. Pada perhitungan ini menggunakan
persamaan 2.13.
7. Perhitungan rugi-rugi daya yang bertujuan untuk mengetahui jumlah rugi-rugi daya yang
terjadi selama proses pengiriman daya berlangsung, dengan beberapa faktor penyebab

III-15
missal eksternal seperti kondisi alam, dan internal seperti jatuh tegangan, dll. Pada
perhitungan ini menggunakan persamaan 2.12.
8. Perhitungan persentase rugi-rugi daya yang bertujuan untuk mengetahui angka
persentase rugi-rugi daya yang terjadi lalu membandingkannya dengan standarisasi yang
berlaku dari pihak penyedia daya. Pada perhitungan ini menggunakan persamaan 2.14
3.12.7 Rincian Aliran Daya Melalui Jalur Penyulang Pangkalan
Setelah semua tahapan dilakukan, baik dari pengolahan data, simulasi dan perhitungan
secara teoritis, selanjutnya penulis merangkumnya dalam sebuah tabel agar lebih mudah di
pahami, dimana isi di dalam tabel merupakan rangkuman dari semua tahapan dalam proses
simulasi aliran daya pada kondisi setelah perencanaan penambahan penyulang baru memalui
jalur feeder pangkalan atau bisa dikatakan sebagai pola operasi 3.
3.12.8 Rincian Nilai Susut Teknis Kondisi Eksisting dan Setelah Perencanaan
Untuk memudahkan penulis dan kepada pihak pembaca, maka penulis merangkum hasil
dari penekanan susut teknis ke dalam sebuah tabel, dimana nantinya pada tabel terlihat dengan
jelas dampak dari penekanan susut teknis dengan parameter jatuh tegangan dan rugi daya pada
kondisi eksisting dan setelah adanya perencanaan penambahan penyulang baru.
3.13 Analisis Faktor Pendukung Tambahan Pada Aspek Teknis
Setelah dilakukan analisis pada kedua kondisi yaitu kondisi eksisting dan kondisi
sesudah adanya perencanaan penambahan penyulang baru, ada beberapa faktor pendukung
tambahan yang dapat menguatkan agar dari sisi teknis dapat dikatakan layak, seperti dengan
melihat sisi saving yaitu perhitungan nilai kWh yang dapat di minimalisir kerugiannya akibat
susut teknis yang terjadi, selanjutnya sisi gain tegangan yaitu perbandingan akan peningkatan
tegangan pada kondisi eksiting dengan kondisi sesudah, kemudian sisi benefit yaitu manfaat
yang dihasilkan. Setelah semua dilakukan maka akan dapat dilakukan penilaian kelayakan untuk
cakupan pada aspek teknis.
3.14 Penilaian Kelayakan Pada Aspek Teknis
Dalam melakukan penilaian kelayakan pada aspek teknis penulis menggunakan
beberapa standariasi yang berlaku seperti jatuh tegangan dan rugi daya apakah sudah sesuai
dengan standariasi PLN yang diberikan, lalu, untu faktor pendukung tambahan pada aspek
teknis, penulis memiliki landasan yang telah penulis tuangkan ke dalam referensi daftar pustaka,

III-16
selain itu faktor lain untuk menentukan kelayakan adalah dengan melihat banyaknya sisi positif
yang di dapat dibanding negative dalam sebuah perencanaan.
3.15 Analisis Simulasi Menggunakan Bantuan Software ETAP 12.6.0
Pada tahapan ini, untuk dapat menganalisis susut teknis dalam kondisi eksiting dan
setelah adanya perencanaan penambahan penyulang baru, penulis menggunakan bantuan
software ETAP 12.6.0, dengan pengolahan data input yang berbeda pada kedua kondisi tersebut,
dan sudah penulis jelaskan sebelumnya di setiap kondisi pada alur penelitian, untuk
mendapatkan hasil output yang digunakan sebagai perbandingan antara dua kondisi tersebut.
Untuk itu penulis akan menjabarkan tahapan yang penulis lakukan dalam melakukan simulasi
menggunakan software ETAP 12.6.0 pada gambar 3.7 berikut :

Mulai

Input data pada software ETAP 12.6.0 kondisi eksisting

Running simulasi aliran daya pada kondisi eksisting

Menganalisis hasil running simulasi pada kondisi eksisting

Input data pada software ETAP 12.6.0 kondisi setelah perencanaan

Running simulasi aliran daya kondisi setelah perencanaan

Menganalisis hasil running simulasi pada kondisi setelah perencanaaan

Membandingkan hasil simulasi kondisi eksisting dan setelah


perencanaan dengan parameter jatuh tegangan dan rugi daya menurut
SPLN T6.001:2013 & No.1:1978

Selesai

Gambar 3. 6 Skema simulasi penekanan susut teknis menggunakan ETAP 12.6.0

III-17
3.15.1 Input Data Jaringan Tegangan Menengah pada Software ETAP 12.6.0
1. Input data Impedansi sumber Gardu Induk Koto panjang

Gambar 3. 7 Input data Impedansi sumber gardu induk koto panjang


2. Input data busbar

Gambar 3. 8 Input data busbar

III-18
3. Input data Kabel AAAC(All Alumunium Alloy Conductor) 240 mm²

Gambar 3. 9 Input data kabel AAAC(Allumunium Alloy Conductor) 240 mm²


4. Input data Current Transformer (CT)

Gambar 3. 10 Input data Current Transformer(CT)

III-19
5. Input data high voltage circuit breaker (HVCB)

Gambar 3. 11 Input data high voltage circuit breaker (HVCB)

6. Input data trafo beban pada penyulang berdasarkan spesifikasinya

Gambar 3. 12 Input data trafo beban pada penyulang berdasarkan spesifikasinya

III-20
7. Input data Automatic voltage regulator (AVR)

Gambar 3. 13 Input data Automatic voltage regulator (AVR)


8. Input data beban trafo penyulang distribusi

Gambar 3. 14 Input data beban trafo penyulang distribusi

III-21
9. Input data Recloser

Gambar 3. 15 Input data recloser


10. Input data Load breaker switch (LBS)

Gambar 3. 16 Input data load breaker switch (LBS)

III-22
11. Input data fuse cut out (FCO)

Gambar 3. 17 Input data fuse cut out (FCO)

3.16 Aspek Kelayakan Ekonomis


Pada tahapan ini peneliti melakukan analisis kelayakan ekonomis pada perencanaan
penambahan penyulang baru dengan menggunakan analisis kajian kelayakan proyek untuk
perusahaan PT.PLN (Persero) UP3 Payakumbuh ULP Lima Puluh Kota. Peneliti menganalis
pada saat kondisi apabila perencanaan penambahan penyulang baru ini dilakukan atau
direalisasikan.
Untuk menganalisis pada aspek kelayakan ekonomis ini peneliti memiliki standar sesuai
EDARAN DIREKSI PT.PLN (PERSERO) Nomor :0004. E/DlR/201 8 tentang “Petunjuk
Penyusunan Kajian Kelayakan Proyek Sarana Ketanagalistrikan Dalam RUPTL”, dimana
didalamnya terdapat tentang kajian aspek kelayakan ekonomis dengan menggunakan metode
penilaian Net Present Value (NPV) atau Internal Rate of Return (IRR) , Benefit Cost Ratio
(BCR), dan Payback Period (PP).
Sebelumnya untuk dapat melakukan perhitungan kelayakan ekonomis dibutuhkan
beberapa data pendukung untuk perhitungan kelayakan ekonomis seperti asumsi RAB dengan
bisa didapatkan dengan melihat data gambar dengan keterangan lengkap untuk semua

III-23
spesifikasi material yang dibutuhkan, serta dilengkapi dengan kajian risiko, yang berguna untuk
menentukan apakah dari aspek secara ekonomis perencanaan penambahan penyulang baru ini
layak atau tidak direalisasikan, karena mengingat selain dari faktor secara ekonomis juga
melihat dari faktor pada penekanan susut teknis pada perencanaan penambahan penyulang baru
tersebut.
3.16.1 Data Pendukung Perhitungan Kelayakan Ekonomis
Dalam melakukan analisis kelayakan ekonomis, dibutuhkan beberapa data pendukung
agar dapat dilakukan perhitungan kelayakan ekonomis yaitu berupa data asumsi RAB yang bisa
didapatkan dengan melihat data gambar yang tertuang pada microsoft excel dengan keterangan
lengkap untuk semua spesifikasi material yang dibutuhkan.
1. Data perencanaan penambahan penyulang baru
Data didapatkan melalui survei langsung kelapangan dengan dibantu oleh staff pegawai
PLN. Gambar 3.17 di bawah ini merupakan ilustrasi sebuah perencanaan penambahan
penyulang baru yang tata letaknya tidak jauh berbeda dari penyulang lama. Pembuatan ilustrasi
ini menggunakan software microsft excel agar lebih mudah untuk menentukan spesifikasi secara
lengkap dari setiap material yang dibutuhkan utnuk menentukan RAB yang direncanakan dalam
perencanaan penambahan penyulang baru.

Gambar 3. 18 Ilustrasi Perencanaan Penambahan Penyulang Baru

III-24
2. Data Salah Satu Cara Perhitungan RAB
Data didapatkan penulis dari staff pegawai PLN secara langsung saat melakukan
penelitian setelah melakukan survei langsung kelapangan. Data berikut merupakan sebagian
penulis lampirkan karena sebagian data penuhnya berada dalam microsoft excel sekaligus
menjadi bukti kesinambungan data untuk dapat melakukan perhitungan RAB dimana di
dalamnya terdapat akan data harga material dan jasa pada setiap perencanaan penambahan
penyulang baru yang akan dibagi ke dalam beberapa tahap, namun penulis hanya melampirkan
salah satu tahap untuk membuktikan salah satu cara perhitungan, untuk data salah satu cara
perhitungan RAB penulis telah melampirkan pada bagian lampiran penulisan tugas akhir ini.
3. Data Lengkap Setiap Tahap Asumsi Rencana Anggaran Biaya
Data didapatkan setelah melakukan survei langsung kelapangan dengan berpatokan dari
gambar ilustrasi perencanaan penambahan penyulang baru. Setelah itu akan dilakukan
perhitungan RAB melalui daftar dari harga dan jasa yang diperlukan untuk melakukan
perencanaan pada ilustrasi perhitungan, maka akan didapatkan data asumsi RAB yang
dibutuhkan dalam perencanaan penambahan penyulang baru, yang akan digunakan untuk
mendapatkan nilai-nilai indikator pendukung aspek kelayakan ekonomis pada tabel 3.7.
Tabel 3. 7 Data Lengkap Setiap Tahap Asumsi Rancangan Anggaran Biaya
No Tahap Perencanaan Penegerjaan Nilai RAB

1 Penarikan SUTM A3CS 240 MM Penyulang Baru Tahap II Rp 2.010.728.100

2 Penarikan SUTM A3CS 240 MM Penyulang Baru Tahap I Rp 2.557.382.804

3 Penarikan SUTM A3CS 240 MM Penyulang Baru Tahap III Rp 2.212.642.307

4 Pergelaran SKTM Penyulang Baru Rp 938.824.185

5 Penarikan SUTM A3CS 240 MM Penyulang Baru Tahap IV Rp 3.915.483.713

6 Penarikan SUTM A3CS 240 MM Penyulang Baru Tahap V Rp 3.038.409.815

7 Penarikan SUTM A3CS 240 MM Penyulang Baru Tahap VI Rp 2.743.174.137

8 Penarikan SUTM A3CS 240 MM Penyulang Baru Tahap VIII Rp 2.173.414.261

9 Penarikan SUTM A3CS 240 MM Penyulang Baru Tahap VII Rp 3.230.118.109

Total Rp 22.820.177.431

III-25
4. Data Asumsi Potensi Pelanggan Baru dari Perencanaan Penambahan Penyulang Baru
Data didapatkan penulis secara langsung kepada pihak pegawai staff PLN. Data berikut
merupakan asumsi dari potensi yang bisa didapatkan apabila perencanaan penambahan
penyulang baru layak untuk direalisasikan. Namun hingga saat ini pihak PLN belum mengkaji
terlalu dalam mengenai hal ini, selain itu dikarenakan kondisi saat ini dari sisi teknis juga belum
mendukung yang dimana kedua potensi pelanggan besar ini memerlukan kondisi jaringan yang
stabil, sehingga penulis menjadikan data ini sebagai bahan pendukung untuk perhitungan
kelayakan ekonomis yang akan dibahas pada bab berikutnya :
Tabel 3. 8 Data Asumsi Potensi Pelanggan Baru dari Perencanaan Penambahan Penyulang[7]
No Asumsi Potensi Pelanggan Baru Kebutuhan Daya
1 PT. BAM 1 MVA
2 PT. ATC 1,45 MVA
3.16.2 Indikator Pendukung Kelayakan Ekonomis
Pada tahapan ini aspek kelayakan ekonomis digunakan untuk memuat Analisis dengan
menggunakan beberapa indikator. lndikator dasar yang umum digunakan adalah:
1. Asumsi kebutuhan analisis
Meupakan asumsi yang digunakan sesuai dengan kebutuhan analisis yang digunakan
pada penelitian ini.
2. NPV (Net Present Value)
Pada tahap perhtiungan NPV akan digunakan persamaan pada 2.28. Dimana penulis
menggunakan NPV untuk mengetahui nilai saat ini dari keseluruhan Discounted Cash
Flow atau total dari gambaran ongkos atau total pendapatan proyek dilihat dengan nilai
sekarang (nilai pada kondisi awal proyek).

3. PP (Payback Period)
Pada tahapan ini penulis menggunakan rumus pada 2.31, dimana payback period atau
periode pengembalian modal digunakan untuk mengetahui lamanya waktu yang
diperlukan untuk mengembalikan dana ataupun modal dari investasi.
4. IRR (Internal rate of return)
Pada tahap ini penulis akan menggunakan persamaan 2.29, dimana menggunakan IRR
untuk mengetahui besarnya tingkat keuntungan yang digunakan guna melunasi jumlah

III-26
uang yang dipinjam agar dapat tercapainya keseimbangan ke arah nol dengan melihat
pertimbangan keuntungan. IRR dapat ditunjukkan dalam bentuk (% / periode) dan
biasanya bernilai positif (I > 0).NPV (Net Present Value).
5. BCR (Benefit-Cost Ratio)
Pada tahapan ini penulis menggunakan persamaan pada 2.30, dimana menggunakan
Benefit-Cost ratio untuk menentukan suatu rasio perbandingan antara pemasukan total
sepanjang waktu operasi proyek dengan biaya investasi awal proyek.
3.17 Penilaian Kelayakan
Pada tahapan ini mengacu dari parameter aspek sebelumnya yaitu aspek teknis dan aspek
kelayakan ekonomis. Jika keduanya layak, maka penelitian dapat dilanjutkan, dan jika tidak
masih ada peluang skenario diaspek yang direncanakan misal pada aspek teknis maupun pada
aspek ekonomis.
3.18 Kesimpulan/Saran/Rekomendasi
Kesimpulan merupakan rangkuman mengenai penelitian yang telah dilakukan dan
sesuai dengan tujuan yang hendak kita capai. Saran merupakan suatu masukan yang bersifat
membangun untuk menjadi acuan maupun rekomendasi pada penelitian selanjutnya.

III-27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari keseluruhan penelitian yang dilakukan penulis yang tertera pada laporan tugas
akhir, maka penulis memiliki kesimpulan yaitu ;
1. Dari penelitian yang telah penulis lakukan, dapat dinyatakan bahwa dalam kasus susut
teknis yang terjadi pada feeder pangkalan, dapat ditekan dengan menggunakan cara
perencanaan penambahan penyulang baru, dengan membandingkan hasil antara kondisi
eksisting dan setelah adanya perencanaan penambahan penyulang baru.
2. Setelah penelitian dilakukan oleh penulis, untuk menganalis perhitungan susut teknis
pada kondisi eksisting dan setelah adanya perencanaan penambahan penyulang baru
dilakukan setelah melakukan hasil running simulasi pada kedua kondisi tersebut untuk
melihat hasil simulasi aliran daya yang terjadi. Setelah mendapatkan angka hasil
simulasi aliran daya, dapat dibuktikan bahwa perencanaan penambahan penyulang baru
melalui perhitungan secara teoritis dapat menekan susut teknis pada kondisi eksisting.
3. Dengan adanya perencanaan penambahan penyulang baru tersebut, memberikan
dampak yang positif yaitu dengan meningkatnya tegangan yang berada pada feeder
pangkalan yang sebelumnya mengalami drop voltage sebesar 18,304 kV atau sebesar 13
% kini telah menjadi 19,996 kV atau sebesar 5 % dari tegangan kirim 21 kV, dan hal ini
berdampak juga dengan rugi-rugi daya yang dapat ditekan dimana sebelumnya 0,311
MW menjadi 0,160 MW dalam kondisi beban puncak, dengan demikian diperoleh
saving kWh atau kWh yang terselamatkan sebesar 31.869 kWh melalui perhitungan
menggunakan beban rata-rata, dimana bila di rupiahkan sebesar Rp 401.049.661,98 /
tahun dan total gain tegangan ujung sebesar 13,64 % dimana hal ini jika dilihat dari sisi
aspek teknis, dengan demikian aspek teknis telah dalam kategori layak karena sangat
banyak memberikan dampak positif dari perencanaan penambahan penyulang baru
tersebut.
Selain itu, dampak yang diberikan dari penekanan susut teknis pada kelayakan ekonomis
melalui beberapa parameter yang dibutuhkan dengan berdasarkan peraturan direksi
nomor : 0036.P/DIR/2016 dan daran direksi nomor : 0004.E/DIR/2018, maka diperoleh

V-1
hasil pada NPV yaitu sebesar Rp 6.337.507.177, BCR yaitu sebesar 1,08, IRR 10,5 %
dengan payback period yaitu 9 tahun 5 bulan, maka perencanaan penambahan penyulang
baru tersebut dapat termasuk dalam kategori layak dari sisi ekonomis.
4. Cara yang dapat dilakukan dalam melakukan perencanaan penambahan penyulang baru
dari sisi teknis dimulai menganalisis terlebih dahulu permasalahan yang terjadi (kondisi
eksisting), dengan data yang diperlukan, setelah itu menganalisis pada kondisi setelah
perencanaan penambahan penyulang, lalu membandingkannya dengan kondisi
eksisting, dan menentukan kelayakannya dari sisi teknis. Cara yang kedua, pada sisi
ekonomis, diperlukan beberapa data yang dierlukan setelah melakukan perencanaan
penambahan peyulang baru, lalu cari landasan yang terkait akan aspek ekonomis, dan
melakukan penilaian dari sisi ekonomis.
5. Korelasi antara aspek teknis dan ekonomis adalah agar suatu penelitian menjadi lebih
balance atau seimbang, karena biasanya dalam melakukan sebuah perencanaan baik
proyek ataupun perencanaan penyulang baru seperti pada peneltian yang penulis lakukan
lebih baiknya di analisis dengan dua aspek yaitu teknis dan ekonomis.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian dari laporan tugas akhir yang dilakukan penulis, maka penulis
memiliki saran yang semoga bermanfaat untuk kedepannya yaitu sebagai berikut ;
1. Evaluasi dapat dilakukan pada feeder-feeder lain yang mengalami masalah yang sama
sehingga bisa memberikan dampak yang positif bagi perusahaan penyedia daya.
2. Sebaiknya jika melakukan penelitian tentang permasalahan pada aspek teknis, juga
melibatkan atau membuatnya lebih kompleks dengan adanya analisa pada aspek
ekonomis sehingga membuat penelitian lebih balance untuk dipertimbangkan
kedepannya.
3. Dibuat menggunakan bantuan software ETAP 12.6.0 atau versi lain, sehingga
memudahkan untuk menganalisis suatu permasalahan yang terjadi dan dapat
meminimalisir biaya dengan adanya perencanaan yang matang terlebih dahulu.

V-2
DAFTAR PUSTAKA
[1] PT. PLN (Persero), “RUPTL PT.PLN (Persero) 2019-2027”. (Diakses 23 Febuari 2021)
[2] PT. PLN (Persero), “Statistik PLN 2019”, No. Publikasi 03101-190615. Sekretariat
Perusahaan PT. PLN (Persero). (diakses 23 Febuari 2021).
[3] Nikman “Gardu induk Koto Panjang melalui media wawancara berdasarkan data”2021.
[4] Thakur, Ritula and Puneet Chawla. 2015. “Voltage Drop Calculations & Design of
Urban Distribution Feeders”. IJRET:International Journal of Research in Engineering
and Technology. 4(12) : 43-53
[5] Maheka, M. S. “Analisa Perbaikan Jatuh Tegangan dengan Pemasangan Automatic
Voltage Regulator pada Penyulang Duiran 4 PT.PLN Rayon Rasau Jaya”. Jurnal Teknik
Elektro Universitas Tanjungpura, 2(1).
[6] Marniati, Y., & Haifatulah, Q. A. (2018). “Evaluasi Susut Daya Penyulang Cendana 20
kV Pada Gardu Induk Bungaran Dengan ETAP 12.6”. Jurnal Teknik Elektro-ITP, 7(1),
79-93.
[7] Muhammad Reza Afriano “Dokumen PT. PLN (Persero) UP3 Payakumbuh”. (access at
28 Febuari 2021)
[8] Suardika, I. P. A., Arjana, I. G. D., & Pemayun, A. A. G. M. ”Rekonfigurasi Saluran
Distribusi 20 kV Untuk Mengurangi Rugi-Rugi Daya dan Jatuh Tegangan Pada
Penyulang Abang “.(E-Journal SPEKTRUM Vol. 5, No. 2 Desember 2018).
[9] Peraturan Edaran Direksi PT.PLN (PERSERO) no.0036.”Pedoman Perencanaan dan
Pengendalian Anggaran di Lingkungan PT.PLN(PERSERO).Jakarta,28 Januari 2016.
[10] Rahman, A. “Evaluasi dan Usulan Perbaikan Jatuh tegangan dan Rugi-rugi Daya pada
Jaringan Distribusi (20) kV PT.PLN (PERSERO) Rayon Sakura”. Jurnal Teknik Elektro
Universitas Tanjungpura, 1.
[11] Maulana, D. A., Nugroho, D., & Sukoco, B. (2020). “Analisa Susut Daya dan Drop
tegangan Terhadap Jaringan Tegangan Menengah 20 kv pada Gardu Induk Pandean
Lamper Semarang”. Prosiding Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU) Klaster
Engineering.
[12] Umar, & Murtadho, N. A. (2019, June). “Analysis voltage drop and alternative network
manuvers in BRG-4 recovery PT. PLN (Persero) Salatiga service unit using etap power

i
station 12.6”. In AIP Conference Proceedings (Vol. 2114, No. 1, p. 050021). AIP
Publishing LLC.
[13] S. dkk Muslim, “Teknik Pembangkit Tenaga Listrik”, 2008.
[14] T.S Hutauruk, “Transmisi Daya Listrik”. Jakarta: Erlangga,1993
[15] T.A. Short, “Electrical Distribution Hanbook Short", No. C. 2004
[16] Daman Suswanto. “Sistem Distribusi Tenaga Listrik”. Padang, Juli 2009.
[17] PT. PLN (Persero). “Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga
Listrik”. Keputusan Direksi PT. PLN Persero No. 606.K/DIR/2010
[18] PT. PLN (Persero). Budaya Perusahaan PT. PLN Persero. Undang-Undang
Ketenagalistrikan No. 30 Tahun 2009.
[19] Normalasari, Dewi, 2010. “Analisa Keandalan Sistem Distribusi dengan Metode RIA
Pada Sistem Distribusi 20 KV Di PT. PLN (Persero) APJ Jember”. Tugas Akhir,
Jurusan Teknik Elektro, Universitas Jember, Jember.
[20] D. Peukasa, “Analisa Jatuh Tegangan Jaringan Distribusi 20kV Pada Feeder Syiah
Kuala PT. PLN (Persero) UPT Tragi Banda aceh,” Skripsi, Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh, Indonesia 2014.
[21] Jurnal, R. T. (2018). “ANALISIS DROP TEGANGAN PADA JARINGAN TEGANGAN
MENENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PROGRAM ETAP”. Energi &
Kelistrikan, 10(1), 26-37
[22] PT.PLN (PERSERO) “Standarisasi Perusahaan Listrik Negara (SPLN) T6.001:2013
No. 391.K/DIR , Tegangan-Tegangan Standar”. Lampiran Edaran Direksi.
[23] Saadat, H. ,2004. “Power System Analysis Second Edition”. Singapore: McGrawHill
Education (Asia)
[24] Meier, Alexander Von. (2006). “Electric power systems: a conceptual introduction”.
United States of America : A Wiley-Interscience publication.
[25] Pande, S., & Ghodekar, J. G. (2012). “Computation of technical power loss of feeders
and transformers in distribution system using load factor and load loss
factor”. International Journal of Multidisciplinary Sciences and Engineering, 3(6), 22-
25
[26] Rofii, A., & Ferdinand, R. (2018). “Analisa Penggunaan Kapasitor Bank Dalam Upaya
Perbaikan Faktor Daya”. Jurnal Kajian Teknik Elektro, 3(1), 39-51.
ii
[27] Eryuhanggoro Yugi. “Perancangan perbaikan faktor daya pada beban 18.956 kW/ 6600
V, menggunakan Kapasitor Bank di PT.Indorama Ventures Indonesia”. [Tugas Akhir].
Jakarta:2013.
[28] Pande, S., & Ghodekar, J. G. (2012). “Computation of technical power loss of feeders
and transformers in distribution system using load factor and load loss
factor. International Journal of Multidisciplinary Sciences and Engineering”, 3(6), 22-
25.
[29] E. 12.6, “ETAP 12.6 User Guide”, Oper., no. 10002889, 2014
[30] Peraturan Edaran Direksi PT.PLN (PERSERO) no.0036.”Pedoman Perencanaan dan
Pengendalian Anggaran di Lingkungan PT.PLN(PERSERO).Jakarta,28 Januari 2016.
[31] Tze San Ong dan Chun Hau Thum, “Net Present Value and Payback Period for Building
Integrated Photovoltaic Projects in Malaysia,” International Journal of Academic
Research in Business and Social Sciences, Februari 2013.
[32] Yudra Pramono CH. Ganang, (2021). “Analisa Pengaruh Ketidakseimbangan Beban
Terhadap Arus Netral dan Susut (Losses) Pada Trafo Distribusi PV55 di PT.PLN
(PERSERO) ULP Tawaeli”. Skripsi:ITP-PLN.
[33] Pramasrianda Bagas Nugroho, (2021). “Analisis Penurunan Susut Teknis Melalui
Penyeimbangan Beban dan Perbaikan Drop Tegangan Ujung Gardu Distribusi (GD)
AM 023 di PT.PLN (PERSERO) Wilayah NTB, UP3 Mataram”. Skripsi:ITP-PLN.
[34] Affandy, I., Arjana, I. G. D., & Partha, C. G. I. (2021). “Pengaruh Rekonfigurasi
Penyulang Terhadap Drop Tegangan Penyulang Penebel dan Penyulang Jatiluwih PT.
PLN (Persero) ULP Tabanan”. Jurnal Sosial Teknologi, 1(7), 724-734
[35] Aulia Rahman Dian, (2021). “Analisis Perhitungan kWh Pada SUTM 20 kV Tanpa
Padam di PT.PLN (PERSERO) UP3 Parepare”. Skripsi:ITP-PLN.

iii
LAMPIRAN
1. Data Single Line Diagram UP3 Payakumbuh

i
2. Data asumsi salah satu cara perhitungan RAB

ii
3. Data Pengajuan Potensi Permohonan Pemasangan Kapasitas Daya Baru dari Salah Satu
Pelanggan Besar PT.BAM[7]

4. Data Pengajuan Potensi Permohonan Pemasangan Kapasitas Daya Baru dari Salah Satu
Pelanggan Besar PT.ATC[7]

iii
5. Data Pendukung dan Hasil Perhitungan Asumsi Kajian Kelayakan Ekonomis

iv
6. Bukti perhitungan mencari nilai Net Present Value (NPV)

v
7. Bukti Pehitungan mencari nilai Benefit Cost ratio (BCR)

vi
8. Bukti perhitungan mencari nilai Internal Rate Of Return (IRR)

vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Risky Arianto, lahir di Sungai Guntung, 04 Mei 1999, Merupakan anak kedua
dari 3 bersaudara dari pasangan Suryanto dan Ani, yang beralamat di Parit 10,
Jln.Semboja C3.22, Kec. Kateman, Sungai Guntung, Desa air tawar, Pulau
Sambu Guntung.
Email : 11750515060@students.uin-suska.ac.id
riskyarianto1997@gmail.com
HP : 0822-8874-6264 / 0822-8345-7905
Pengalaman pendidikan yang dilalui dimulai dari SD 023 Dwipa Abadi Pulau Sambu Guntung
pada tahun 2006-2012, kemudian melanjutkan di SMP 023 Dwipa Abadi Pulau Sambu Guntung
pada tahun 2012-2015, Setelah itu dilanjutkan dengan pendidikan di SMK Negeri 2 Tembilahan
pada tahun 2015-2017. Setelah lulus SMK penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Teknik
Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, dengan
mengambil bidang kajian Energi pada tahun 2017. Penulis menyelesaikan masa studi selama 4
setengah tahun dan lulus pada tahun 2022 dengan penelitian Tugas Akhir berjudul “Analisis
Perencanaan Penambahan Penyulang Baru Distribusi Sebagai Solusi Penekanan Susut Teknis
Dengan Pertimbangan Aspek Kelayakan Ekonomis (Studi Kasus: PT.PLN (PERSERO) UP3
Payakumbuh di ULP Lima Puluh Kota)”

Anda mungkin juga menyukai