atau perselisihan antara individu dan orang lain atau organisasi. Konflik
biasanya dikutip sebagai sumber kerusakan organisasi karena perbedaan
kepribadian atau kegagalan kepemimpinan dan harus diselesaikan melalui
intervensi manajemen tingkat tinggi. Pandangan ini tidak sepenuhnya
benar. Konflik juga dapat membantu meningkatkan kinerja tim dengan
memberikan tantangan untuk menjadi lebih baik. Konflik hanya
membutuhkan manajemen yang tepat.
Konflik dapat muncul pada setiap level organisasi, baik itu
organisasi kecil maupun organisasi besar. Konflik adalah kejadian sehari-
hari dalam kehidupan perawat, dan dapat mengganggu penyelesaian
pekerjaan. Gejala stres seperti kesulitan berkonsentrasi, kecemasan,
gangguan tidur, dan menarik diri dan masalah hubungan interpersonal
lainnya dapat terjadi. Kepahitan, kemarahan, dan, dalam kejadian yang
jarang terjadi, kekerasan dapat meletus di tempat kerja jika konflik tidak
diselesaikan. Selain itu, konflik juga memiliki sisi positif yang dimana konfil
bisa dalam bentuk proses belajar bagaimana mengelola konflik secara
konstruktif, orang dapat mengembangkan cara kerja sama yang lebih
terbuka dan kooperatif, mereka dapat mulai melihat satu sama lain
sebagai orang-orang dengan kebutuhan, perhatian, dan impian yang sama
alih-alih sebagai pesaing atau penghambat kemajuan dan terlibat dalam
penyelesaian konflik yang berhasil dapat menjadi pengalaman yang
memberdayakan. Tujuan dalam menangani konflik adalah untuk
menciptakan lingkungan di mana konflik ditangani dengan cara yang
kooperatif dan konstruktif, bukan dengan cara yang kompetitif dan
destruktif (Tappen, 2015).
Konflik biasanya dipandang merusak dan berbahaya, namun para
ahli mengatakan tidak semua konflik bersifat merusak. Pada satu tingkat,
konflik menjadi perubahan positif dan perkembangan perubahan. Serta
memberikan energi dan motivasi bagi seseorang untuk menilai dirinya
sendiri dan memiliki kesempatan untuk maju dalam berbagai situasi (Marli
& Backes, 2014).
Konflik dapat muncul pada setiap level organisasi, baik itu
organisasi kecil maupun organisasi besar seperti rumah sakit. Rumah sakit
dianggap sebagai organisasi yang paling rentan menghadapi konflik,
perubahan konstan, beragam disiplin ilmu dan profesi, peningkatan
pengetahuan publik dan harapan pelayanan kesehatan, dan tekanan dari
tim manajemen untuk mengembangkan rumah sakit yang lebih baik
dalam menanggapi konflik yang memungkinkan akan terjadi (Dall’Agnol et
al., 2013).
Menurut (Tappen, 2015) Konflik dapat terjadi pada tingkat
manapun dan melibatkan sejumlah orang. Pada tingkat individu, konflik
dapat terjadi antara dua orang dalam satu tim, di departemen yang
berbeda, atau antara staf dan pasien atau anggota keluarga. Pada tingkat
kelompok, konflik dapat timbul antara dua tim, dua departemen, atau dua
kelompok profesional yang berbeda (misalnya, antara perawat dan
pekerja sosial yang bertanggung jawab untuk merencanakan aftercare).
Konflik juga dapat muncul antara dua organisasi (misalnya, ketika dua
fasilitas kesehatan bersaing untuk mendapatkan kontrak dengan rumah
sakit besar).
Konflik memiliki banyak arti, konflik dapat diartikan sebagai
rivalitas, ketidaksepakatan, atau pertentangan dengan apa yang
sebenarnya diharapkan dari orang atau organisasi lain. Konflik biasanya
muncul karena perbedaan ide, pandangan, keputusan, prioritas,
keyakinan, nilai dan tujuan serta dapat menimbulkan ketidaksetujuan baik
dari individu maupun kelompok tertentu dalam organisasi (Saltman et al.,
2006).
Ada tiga sumber utama konflik, yang pertama adalah perbedaan
karakteristik individu, seperti perbedaan nilai budaya dan perbedaan
karakteristik demografis. Kedua, ada faktor interpersonal di kalangan
pekerja yang menghasilkan kurangnya kepercayaan, ketidakjujuran dan
rasa tidak hormat, dan komunikasi interpersonal yang buruk. Ketiga
adalah faktor organisasi seperti saling ketergantungan antarprofesi dan
perubahan organisasi karena pembentukan struktur dan kekuasaan
institusi medis (Başoğul & Özgür, 2016).
Konflik antara perawat dan manajer biasanya ditandai dengan
komunikasi yang buruk, ketidakseimbangan wewenang dan tanggung
jawab, deskripsi pekerjaan yang tidak jelas, kurangnya kesempatan untuk
promosi kerja, pengakuan kinerja yang buruk, kurangnya kepuasan kerja,
pendapatan dan ketidaksesuaian antara pekerjaan, pendidikan, dan
keterampilan (Başoğul & Özgür, 2016).
Menurut (Strack van Schijndel & Burchardi, 2007) Ada empat area dimana
konflik berasal :
1. Organisasi/ Tugas
Dimana konflik ini muncul disebabkan karena kekurangan
persediaan, salahnya metode, kurangnya tenaga kerja, manajemen
serta struktur sehingga sulit bagi mereka bekerja sebagaimana
mestinya. Intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegahnya
adalah pembangunan struktur organisasi yang baru, negosiasi
pendanaan serta target produksi.
2. Sosial/ Emosional
Masalah yang biasanya timbul disini adalah masalah antar individu
(simpati dan antipasti). Dimana ini bisa menjadi merusak suasana
kerja dan melemahkan produktiftas jika tidak ditangani dengan
baik.
3. Identitas/ Pandangan
Perbedaan pandangan akan arah dari organisasi juga bisa
menimbulkan konflik, konflik ini biasanya akan terbawa ke masalah
emosional, jika hal tersebut terjadi hal yang mungkin dilakukan
adalah mengembangkan tujuan, memberikan informasi dan
intervensi dalam keputusan kedepannya.
4. Keinginan/ Tujuan dan Pencapaian
Setiap orang memiliki keinginan maupun tujuan tersendiri,
contohnya memiliki penghasilan yang cukup, memiliki jenjang karir,
pendapat pelatihan, dan sebagainya. Keinginan masing-masing
individu untuk mencapai keinginannya tersebut dapat menimbulkan
konflik.
6. Perbedaan Budaya
Perbedaan bahasa dapat membuat komunikasi menantang.
Beberapa budaya menekankan pentingnya individu sementara yang
lain menekankan pentingnya kelompok. Contohnya, Keyakinan
berbeda tentang seberapa keras seseorang harus bekerja, apa
yang dimaksud dengan produktivitas, dan bahkan apa artinya tiba
di tempat kerja "tepat waktu" bisa menimbulkan konflik jika tidak di
komunikasikan dengan baik.
7. Konflik Etis
Distres moral terjadi ketika seorang perawat menghadapi situasi
yang melanggar etika pribadi atau profesionalnya, terutama ketika
orang lain mengabaikannya atau berpura-pura itu bukan masalah.
Contoh seperti konflik merekam tindakan perawatan yang tidak
memperoleh persetujuan pasien/ Informed Consent.
8. Invasi Ruang Pribadi
Kondisi ramai dan interaksi terus-menerus yang terjadi di ruang
perawatan yang sibuk, dapat meningkatkan ketegangan
antarpribadi dan menyebabkan perdebatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aberese-Ako, M., Agyepong, I. A., Gerrits, T., & Van Dijk, H. (2015). I
used to fight with them but now I have stopped!: Conflict and doctor-
nurse-anaesthetists’ motivation in maternal and neonatal care
provision in a specialist referral hospital. PLoS ONE, 10(8), 1–20.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0135129
Başoğul, C., & Özgür, G. (2016). Role of Emotional Intelligence in Conflict
Management Strategies of Nurses. Asian Nursing Research, 10(3),
228–233. https://doi.org/10.1016/j.anr.2016.07.002
Dall’Agnol, C. M., Moura, G. M. S. S. de, Magalhães, A. M. M. de, Falk, M.
L. R., Riboldi, C. de O., & Oliveira, A. P. de. (2013). Motivations,
contradictions and ambiguities in the leadership of nurses in
management positions in a university hospital. Revista Latino-
Americana de Enfermagem, 21(5), 1172–1178.
https://doi.org/10.1590/S0104-11692013000500022
Hatam, N., Jalali, M. T., Askarian, M., & Kharazmi, E. (2016). Relationship
between family-work and work-family conflict with organizational
commitment and desertion intention among nurses and paramedical
staff at hospitals. International Journal of Community Based Nursing
and Midwifery, 4(2), 107–118.
Marli, V., & Backes, S. (2014). Conflict management : challenges
experienced by nurse-leaders in the hospital environment. Invest
Educ Enferm, 35(2), 79–85. https://doi.org/10.1590/1983-
1447.2014.02.40155
Saltman, D. C., O’Dea, N. A., & Kidd, M. R. (2006). Conflict management:
A primer for doctors in training. Postgraduate Medical Journal,
82(963), 9–12. https://doi.org/10.1136/pgmj.2005.034306
Strack van Schijndel, R. J. M., & Burchardi, H. (2007). Bench-to-bedside
review: Leadership and conflict management in the intensive care
unit. Critical Care, 11(6). https://doi.org/10.1186/cc6108
Tappen, R. M. (2015). Nursing Leadership and Management Nursing
Leadership.