DOSEN PENGAMPU :
ABD. RAZAK RAMLI ., SE ., M.SI
DISUSUN OLEH :
PUTRIA MADA
WULAN
FUAD
ANDHY RAZAK
DZULQARNAIN
MOH.NAUVAL
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata?
2. Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada penulisan partikel,singkatan,akronim
dan angka?
3. Bagaimana cara penggunaan tanda baca yang benar sesuai dengan EYD
C. Tujuan Makalah
1. mengidentifikasi penggunaan EYD yang benar dan baku
2. mengidentifikasi penulisan kata yang benar sesuai dengan EYD
D. Manfaat Makalah
Makalah ini bermanfaat sebagai acuan pembelajaran EYD yang lebih maksimal untuk masa
yang akan dating,minimal untuk bahan kajian yang mengacu kepada kemajuan dimasa yang
akan datang.
BAB II
A. Asep Syamsul M. Romli ( dosen mata kuliah bahasa jurnalistik) menjelaskan peran EYD dan
penggunaan EYD dalam bahasa jurnalistik. Beliau menjelaskan, EYD merupakan aturan tata
Bahasa Indonesia yang baku. Peran EYD yakni sebagai pedoman umum bagi para pengguna
Bahasa Indonesia. Siapa pun, kapan pun, dimana pun menggunakan EYD secara benar dan
baik, maka harus mengacu pada EYD yang sesuai dengan Undang-Undang dan Pancasila.
EYD pun memiliki pengecualian, biasanya pada penulisan judul. EYD yang digunakan saat ini
adalah EYD yang telah disepakati oleh 3 negara yakni Indonesia, Malaysia dan
Bruneidarussalam.
B. Ejaan yang Disempurnakan (EYD) tetap menjadi acuan bagi para penerbit yang menyadari
pentingnya penerapan bahasa secara standar dalam karya atau produk bernama buku. Karena
itu, bagi banyak penerbit, salah satu poin kriteria kelayakan naskah adalah naskah ditulis
dengan bahasa Indonesia yang standar atau mengikuti pedoman EYD, terutama untuk naskah-
naskah nonfiksi. Namun, dalam praktiknya, penerapan EYD tidak sepenuhnya bisa
dilaksanakan oleh penerbit serta tidak semuanya naskah ditulis dengan penerapan EYD.
BAB III
PEMBAHASAN
3. PENULISAN AKRONIM
Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai
kata.
Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan nama diri
berupa gabungan huruf.
a. Akronim nama diri
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
b. Akronim bukan nama diri
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf
kecil.
Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu membentuk akronim, maka
harus diperhatikan dua syarat
Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada
kata Indonesia.
Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim
4. PENULISAN ANGKA
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka,
Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan lazim
digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :
(1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(2) satuan waktu,
(3) nilai uang, dan
(4) kuanitas.
Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau kamar
pada alamat.
Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
5. PENULISAN LAMBANG BILANGAN
Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat diantaranya
perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam Pedoman EYD, belum tentu
dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.
a. Penulisan lambang bilangan satu-dua kata
Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
b. Penulisan lambang bilangan awal kalimat
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah
sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada
awal kalimat.
c. Penulisan lambang bilangan utuh
Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah
dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik
yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kemudahan.
d. Penulisan lambang bilangan angka-huruf
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam
dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. (ash3).com
C. Penggunaan Tanda Baca
1. Tanda Titik (. )
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya: A. S. Kramawijaya
Muh. Yamin
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya: Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum)
Dr. (Doktor)
2. Tanda Koma ( , )
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
4. Tanda Titik Dua ( : )
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau
pemerian.
Misalnva: Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum dan Ekonomi Perusahaan.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: a. Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
b. Tempat sidang : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Jam : 9.30 pagi
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
... ada cara ba-
ru juga.
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja
pada ujung baris.
b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan
bagian kata di depannya pada
Misalnya:
.. . cara baru meng-
ukur panas.
... cara baru me-
ngukur kelapa.
... alat pertahan-
an yang baru.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak
berulang-ulang
dibolak-balikkan
kemerah-merahan
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks
karangan.
6. Tanda Pisah ( - )
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu
sendiri.
b. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas.
Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan
atom- tidak mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
7. Tanda Elipsis ( ... )
a. Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
8. Tanda Tanya ( ? )
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar ini sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!
Merdeka!
Kesimpulan
Ejaan merupakan keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-
lambang bunyi ujaran dan bagaimana interrelasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya,
penggabungannya) dalam suatu bahasa. Ejaan yang disempurnakan bertujuan untuk dapat
berkomunikasi dengan bahasa indonesia yang baik dan benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam EYD, seperti :
1. Pemakaian huruf
3. Penulisan kata