Review Feature
Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia
dalam Koran Suara Merdeka Rubrik Bincang-bincang
Selain itu, huruf miring juga digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan
dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Kata bodhol ditulis menggunakan huruf
miring karena kata tersebut termasuk kosa kata bahasa Jawa. Penulisan kata off
line dan on line juga menggunakan huruf miring karena berasal dari bahasa Inggris
Penulisan tanda baca dalam teks ini memang bisa dibilang sudah baik, akan
tetapi banyak kesalahan dalam pemenggalan kata. Space kolom yang kecil
mengakibatkan banyak terjadi pemenggalan kata di akhir baris. Pemenggalan kata
yang ada dalam teks ini banyak yang tidak tepat. Ada enam pemenggalan kata
yang tidak sesuai kaidah ejaan.
Pada paragraf 9, kata alternatif dipenggal menjadi alternat-ifnya. Kata
tersebut berasal dari kata dasar alternatif yang diikuti kata ganti –nya. Dalam PU
EBI dijelaskan bahwa pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan
antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya. Sehingga, pemenggalan yang
tepat untuk kata tersebut, yakni alternatif-nya. Berikut kesalahan pemenggalan
kata yang tidak sesuai kaidah ejaan bahasa Indonesia yang terdapat dalam teks
Sejarah sebagai Rekreasi.
Pemenggalan Pemenggalan
No. Kata
dalam Teks sesuai kaidah
1. Kalangan kalan-gan kala-ngan
2. Misalnya mis-alnya misal-nya
3. kekerasan kek-erasan ke-kerasan
4. modernisasi mod-ernisasi moder-nisasi
5. Referensi ref-erensi re-ferensi
Daftar Pustaka
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. 2016. Jakarta: Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa.
Daftar Pustaka:
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. 2016. Jakarta: Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa.
Kata Definisi
Gabut Kata ini sering digunakan anak remaja yang tidak mempunyai
kegiatan dan bingung harus melakukan apa. Kata ini tergolong
adverbia
Lebay Sikap yang berlebihan. Tergolong dalam adverbia.
Scan Mengubah hardfile menjadi softfile dengan sebuah alat.
Link 1) Kata ini mempunyai dua definisi. Definisi yang pertama
mengacu pada alamat web. Biasanya orang akan mengirim link
(alamat web) kepada seseorang agar orang tersebut juga
membuka laman web tersebut; 2) Kenalan di sebuah instansi
untuk membantu dan memudahkan suatu urusan
Kagol Kata ini berasal dari bahasa Jawa. Perasaan tidak enak karena
suatu hal. Misalnya perasaan ketika sudah janjian bertemu,
namun secara tiba-tiba dibatalkan sepihak.
Charger Alat untuk mengisi ulang daya. Biasanya digunakan pada alat
elektronik seperti pada telepon genggam dan laptop.
Seminar Sebuah acara penyampaian materi untuk menambah
pengetahuan. Terdapat pemateri dan peserta seminar.
Penyampaian materi ini menggunakan makalah.
Booming Viral, banyak diperbincangkan dan dilakukan.
Hoax Tidak benar; tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Wasis Pintar
Banner bahan yang digunakan untuk spanduk. Biasanya dijadikan
iklan.
Cengkrama berbincang-bincang dengan orang lain dalam kedekatan yang
intens
Typo Salah ketik
Garing Obrolan tidak bermutu dan guyonan yang tidak lucu
Bete Perasaan tidak enak, sebal, dkk
Haters Sebutan kelompok pembenci di media massa. Termasuk
kategori nomina
Jayus Lelucon yang dipaksa menjadi lucu. Termasuk kategori
adverbia
Jutek Sikap tidak mengenakkan hati; acuh; judes; galak, tidak ramah.
Katrok Sifat norak
Kepo Rasa ingin tahu yang dalam dibarengi dengan rentetan
pertanyaan. Masuk kategori verba. Kata ini berasal dari kata
kaypoh. Bahasa Hokkien yang banyak dipakai di Singapura dan
sekitarnya.
Modus Kependekan dari modal dusta. Dapat juga diartikan sebagai
sebuah aktivitas yang mempunyai tujuan lain dibaliknya. Masuk
dalam kategori verba.
Unyu Mengacu pada hal yang imut, manis, dan menggemaskan.
Termasuk dalam kategori adverbia.
Maho Singkatan dari manusia homo. Kata ini digunakan oleh
kalangan muda untuk bahan candaan.
Mainstream Sudah terlalu sering dilakukan.
Fix Pasti
Baper Kependekan dari bawa perasaan. Sering menyangkut pautkan
segala sesuatu dengan perasaan. Bisa dibilang perasaan yang
sensitif. Biasanya lebih kepada hal-hal yang menyangkut
perasaan terhadap lawan jenis.
Pesugihan Usaha mendapatkan kekayaan dengan bantuan makhluk halus
dan biasanya membutuhkan tumbal.
Softfile Dokumen yang belum dicetak. Masih berupa dokumen yang
ada di perangkat komputer.
Flashdisk Sebuah alat untuk menyimpan dokumen yang masih berupa
softfile. Alat ini berbentuk kecil dan praktis dibawa kemana-
mana. Tergolong nomina
Mager Kependekan dari malas gerak
Mlipir Menghindar dari suatu urusan
Peres Palsu, bohong, tidak tulus
Gokil Gila dalam artian positif. Biasanya merujuk pada orang yang
suka bercanda
Antum Kalian (laki-laki jamak). Tapi biasanya digunakan untuk Anda
(laki-laki tunggal)
Barakallah Semoga Allah memberkahi. Kata ini sering digunakan untuk
ucapan selamat, misalnya pada perayaan ulang tahun, wisuda,
pernikahan, dan sebagainya.
Cinlok Cinta lokasi. Cinta yang tumbuh antara pria dan wanita karena
secara intens bersama dan berlangsung dalam waktu yang
lama di suatu lokasi.
Budget Anggaran
Distorsi Perubahan atau penyimpangan terhadap suatu hal
Image Gambaran, cerminan, atau bayangan
Kapabilitas Kemampuan, kecakapan.
Rating Tingkat, pangkat, kelasi
Skill Keterampilan
2. Saparan
Upacara Bekakak di Gunung Gamping atau biasanya disebut juga Upacara
Saparan. Disebut saparan sebab pelaksanaan upacara tersebut harus
jatuh atau berkaitan dengan bulan Sapar. Upacara ini diadakan atas
perintah P. Mangkubumi. Kata sapar identik dengan ucapan Arab Syafar
yang berarti bulan Arab yang kedua. Jadi saparan ialah upacara selamatan
yang diadakan disetiap bulan Sapar.
Penyelenggaraan upacara Saparan Gamping bertujuan untuk
menghormati arwah (roh halus) Kiai dan Nyai Wirosuto sekeluarga.
Waktu penyelenggaraan upacara Saparan Gamping telah ditetapkan, ialah
setiap hari Jumat dalam bulan Sapar antara tanggal 10-20 pada pukul
14.00. (gudeg.net)
3. Mitoni
Mitoni, tingkeban, atau disebut juga tujuh bulanan merupakan suatu
prosesi adat jawa yang ditujukan pada wanita yang telah memasuki masa
tujuh bulan kehamilan. Mitoni berasal dari kata “pitu” yang artinya angka
tujuh. Pitu juga dapat diartikan sebagai pitulungan yang artinya adalah
pertolongan.
Acara ini merupaka sebuah doa agar pertolongan datang pada si bunda
yang sedang mengandung dan doa untuk si anak kelak menjadi pribadi
yang baik dan berbakti.
(hipwee.com)
4. Jarik
Kain panjang yang memiliki motif batik yang beragam corak. Digunakan
sebagai bawahan oleh pria dan wanita yang dipadukan dengan beskap
maupun kebaya. Sebenarnya jarik dipakai oleh orang pada zaman dahulu
di Jawa, terutama pada orang keraton atau kerajaan seperti di Solo dan
Yogyakarta. (langnusa.com)
5. Mendhak
Salah satu ritual dalam adat istiadat kematian budaya Jawa. Upacara
tradisional mendhak dilaksanakan secara individu atau berkelompok untuk
memperingati kematian seseorang. Upacara ini dilaksanakan tiga kali
dalam seribu hari setelah hari kematian: pertama disebut mendhak pisan,
upacara untuk memperingati satu tahun kematian (365 hari); kedua disebut
mendhak pindho sebagai upacara peringatan dua tahun kematian; ketiga
disebut sebagai mendhak telu atau pungkasan atau nyewu dina, yang
dilaksanakan pada hari ke seribu setela kematian. Menurut kepercayaan
Jawa, setelah satu tahun kematian, arwah dari saudara yang diperingati
kematiannya tersebut telah memasuki dunia abadi untuk selamanya, oleh
karena itu penting sekali diadakannya beberapa upacara untuk menemani
perjalanan sang arwah. (gudeg.net)
6. Jagong
Di Jawa Tengah arti jagong adalah menghadiri undangan ke tempat orang
punya hajat, baik itu pernikahan, sunatan, atau hajatan lain yang si
empunya hajat mengedarkan undangan kepada seluruh kerabat, saudara,
teman, sekedar kenalan atau bahkan orang yang tidak dikenal sekalipun.
(kompasiana.com)
7. Kasodo
Upacara Yadnya Kasada Bromo atau Hari raya besar Suku Tengger umat
Hindu di Gunung Bromo yang disebut Kasodo.
Kasodo merupakan upacara sesembahan atau sesaji yang ditujukan
kepada Tuhan mereka Sang Hyang Widhi asa dan para leluhur yang
digelar setiap bulan Kasada hari 14 dalam penanggalan kalender
tradisional Hindu Tengger. Upacara adat ini digelar di Pura Luhur Poten,
tepat di kaki Gunung Bromo, pada tengah malam hingga dini hari.
Upacara ini bertujuan untuk mengangkat dukun atau tabib yang ada di
setiap desa di sekitar Gunung Bromo. Dalam acara ini, suku Tengger akan
melemparkan sesajen berupa sayuran, ayam, dan bahkan uang ke kawah
gunung tersebut.
8. Keboan
Rangkaian selamatan desa sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil
panen yang melimpah sekaligus sebagai upacara bersih desa agar warga
diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala marabahaya.
Digelar setiap tahun sekali, tepatnya bulan Muharam atau Suro pada
penanggalan Jawa, dikenal warga setempat dengan ritual kebo-keboan.
Tradisi ini sudah berlangsung sejak abad 18. Warga meyakini jika tidak
dilakukan akan muncul musibah di desa mereka. (banyuwangibagus.com)
9. Manggulan
Malam terakhir bagi calon pengantin putri sebagai seorang remaja atau
gadis. Pada malam tersebut pengantin putri dirias secara sederhana untuk
menjamu para kerabat yang hadir dalam acara tersebut. (jawatimuran.net)
10. Jomblakan
Jomblakan adalah upacara yang dilaksanakan bersama-sama dengan
waktu ijab. Yang hadir dalam upacara ini: penghulu, kedua calon mempelai
pengantin, dua saksi dari keluarga pegantin pria dan pengantin wanita
(yaitu orang tua atau bila orang tua tidak ada, yang menjadi wali saudara
laki-laki). (ngalam.id)
11. Ngerik
Ngerik atau ngetepi adalah menghilangkan bulu kuduk (bulu kalong) dan
menghilangkan bulu-bulu pada wajah yang masih melekat, supaya bersih
(terhindar dari gangguan) biasanya dilakukan saat menjelang akad nikah.
12. Brokohan
Brokohan adalah salah satu tradisi kelahiran dalam budaya Jawa. Upacara
brokohan ini ditujukan untuk memohon keselamatan dan agar bayi menjadi
anak yang baik. Upacara ini dilaksanakan segera setelah bayi lahir dan
dihadiri oleh si ibu, suami, keluarga, dukun, pinisepuh dan putra-putri famili.
(gudeg.net)
13. Nglimani
Upacara tradisi saat umur kandungan 5 bulan, bertujuan untuk memohon
keselamatan baik untuk si anak maupun ibunya. Upacara dimulai dengan
pembacaan doa, dan para hadirin duduk mengelilingi makanan. Terdapat
makanan pantangan yaitu nanas muda, buah maja, ikan kali, dan kpiting.
(gudeg,net)
14. Ombyong
Sebutan bagi rombongan pengiring pengantin yang biasanya terdiri dari
para keluarga terdekat pengantin pria/wanita yang telah ditentukan.
(wonosari.com)
15. Bucalan
Kata benda dari sesaji yang akan ditempatkan/dibuang di tempat-tempat
tertentu, dengan maksud mengharapkan partisipasi dari para bahu rekso
(makhluk yang tidak kelihatan) maupun yang kelihatan, untuk menjaga
jalan-jalan yang akan dilalui pengantin dan juga di tempat-tempat yang
akan dipakai tempat upacara/perhelatan dan diminta supaya tidak
mengganggu pengantin, orang tua, keluarga, pengiring, tamu-tamu, para
panitia, dll. (wonosari.com)
Medan Makna
Ubarampe Pernikahan Adat Jawa
2. Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua
kesatuan yang ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin.
3. Asok tukon
Hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk
membantu meringankan keuangan kepada keluarga pengantin putri.
4. Gethok dina
Menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi. Untuk mencari
hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran kepada orang yang ahli
dalam perhitungan Jawa.
2. Upacara panggih
Adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :
a. Liron kembar mayang
Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna
menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk bersama-sama mewujudkan
kebahagiaan dan keselamatan.
b. Gantal
Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar
oleh masing-masing pengantin, dengan harapan semoga semua
godaan akan hilang terkena lemparan itu.
c. Ngidak endhog
Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai
simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.
d. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra
Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih
yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor.
e. Minum air degan
Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani
(manikem ).
f. Di- kepyok dengan bunga warna-warni
Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan
mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan bahagia lahir batin.
g. Masuk ke pasangan
Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap
berkarya melaksanakan kewajiban.
h. Sindur
Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang
mundur. Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup
dengan semangat berani karena benar.
Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk di sasana
riengga , di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu :
i. Timbangan
Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki
kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog
singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan bahwa
masing-masing pengantin sudah seimbang.
j. Kacar-kucur
Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri
berupa uang receh beserta kelengkapannya. Mengandung arti
pengantin pria akan bertanggung jawab memberi nafkah kepada
keluarganya.
k. Dulangan
Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini
mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol
seksual). Dalam upacara dulangan ada makna tutur adilinuwih (seribu
nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang
bermakna :
a. tumpeng tunggarana : agar selalu ingat kepada yang
memberi hidup.
b. tumpeng puput : berani mandiri.
c. tumpeng bedhah negara : bersatunya pria dan wanita.
d. tumpeng sangga langit : berbakti kepada orang tua.
e. tumpeng kidang soka : menjadi besar dari kecil.
f. tumpeng pangapit : suka duka adalah wewenang Tuhan Yang
Maha Esa.
g. tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini tidak ada
yang abadi.
h. tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada mertua.
i. tumpeng kesawa : nasihat agar rajin bekerja.
3. Sungkeman
Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa
restu. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah,
menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri
diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra.
Ciri-ciri busana pria yaitu :
1. Selop
Selop terbuat dari kain beludru warna hitam, dihiasi bordir kain batik
yang dikenakan adalah kain batik sidomukti, sido mulyo, atau sido asih,
tergantung dari kain batik yang dipakai mempelai wanita
2. Sabuk
Sabuk dan boro terbuat dari bahan cinde epek dan timan: epek
berwarna hitam sedangkan timang berwarna keemasan dengan permata.
3. Kemeja
Kemeja dengan kerah dan mansyet kalung disebut juga kalung ulur
atau kalung karset baju menggunakan baju beskap kembar atau sama
dengan motif baju yang dipakai oleh pengantin putri.
4. Destar
Destar disebut juga blangkon warna sesuai dengan motif kain batik
yang digunakan oleh penganti wanita dilengkapi dengan bros dibagian
tengah disebut dengan jepitan.
5. Keris
Keris yang digunakan berbentuk ladrang pada ukiran keris dimasukkan
bunga yang disebut dengan kolong keris. Sumping dibuat dari bunga
melati sengah mekar diletakkan pada bagian telinga kanan dan kiri.
RIASAN
Busana dan Riasan Pengantin Wanita
Pengantin wanita memakai dhodhot bangun tulak pola alas – alasan, sampur/
selendang sekar cinde arbit, dan kain cinde sekar merah. Tata rias pengantin Solo
Putri yaitu:
a. Sanggul/Konde bokor mengkurep tata rambut pengantin dibuat
seperti bokor tengkurap sehingga dinamakan bokor mengkurep.
b. Racik melati miji timun , sanggul rambut diisi dengan irisan daun
pandan dan ditutup rajut bunga melati. Perpaduan daun pandan dan
bunga melati memancarkan keharuman yang berkesan religius,
sehingga pengantin diharapkan dapat membawa nama harum yang
berguna bagi masyarakat.
c. Ronce bunga melati tibo dodo, pada bagian bawah agak ke arah
kanan sanggul dipasang untaian melati berbentuk belalai gajah
sepanjang 40 cm, diberi nama gajah ngoling. Hiasan ini bermakna
bahwa pemakainya menunjukkan kesucian/kesakralan baik sebagai
putri maupun kesucian niat dalam menjalani hidup yang sakral pula.
d. Cunduk Menthul dan Pethat/sisir berbentuk gunung, diperindah
perhiasan cundhuk sisir dan cundhuk mentul di bagian atas konde 5
tangkai bunga dipasang di atas sanggul menghadap belakang,
menggambarkan sinar matahari yang berpijar memberi kehidupan.
e. Kalung Sungsun (kalung terdiri 3 susun), melambangkan 3 tingkatan
kehidupan manusia dari lahir, menikah, meninggal.
f. Gelang Binggel Kana, berbentuk melingkar tanpa ujung pangkal yang
melambangkan kesetiaan tanpa batas
g. Kelat Bahu (perhiasan pada pangkal lengan), berbentuk seekor naga,
kepala dan ekornya membelit. Melambangkan bersatunya pola rasa
dan pikir yang mendatangkan kekuatan dalam hidup.
h. Centhung, perhiasan berupa sisir kecil bertahtakan berlian di letakkan
diatas dahi pada sisi kiri dan kanan. Melambangkan bahwa pengantin
putri telah siap memasuki pintu gerbang kehidupan rumah tangga.
i. Cincin, putri tidak diperkenankan memakai cincin di jari tengah.
Karena sebagai simbol satu perintah untuk diunggulkan, yaitu milik
Tuhan. Cincin di jari manis sebagai simbol untuk senantiasa bertutur
kata manis. Cincin di jari kelingking simbol untuk selalu terampil dan
giat dalam mengerjakan pekerajaan rumah tangga. Cincin di ibu jari
sebagai simbol untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan ikhlas
dan terbaik
j. Paes. Tata rias wajah pengantin Putri laksana putri raja dengan paes
hitam pekat menghiasi dahi. Sebelumnya, merias atau lazimnya
disebut paes sesudah siraman dimaksud adalah melambangkan
persiapan memperindah diri lahir batin. Menggingat makna yang
dalam, pekerjaan paes diserahkan kepada juru paes yang punya
daya batin yang baik dan luhur yang dapat ditularkan kepada calon
mempelai. Dalam hal ini tata rias dilakukan oleh Pemaes. Pemaes,
orang yang bertanggung jawab mengatur segala persiapan
pernikahan adat Jawa, bertanggung jawab mengatur pakaian dan
rias muka yang akan dikenakan oleh kedua pengantin. Paes
dilakukan setelah dilakukannya pada upacara Ngerik. Ngerik atau
memotong rambut yang pertama-tama, dilakukan oleh ayah calon
mempelai waniata dengan disaksikan oleh ibunda nya, sebagai tanda
pemberian ijin untuk upacara ngerik oleh pemaes. Ini mengandung
arti bahwa sang ayah sudah rela dan ikhlas bahwa putrinya akan
hidup sendiri dilingkungan orang lain. Upacara mengerik wulu kalong
(bulu-bulu halus) disekitar dahi agar waktu dihias akan nampak
bersih dan bersinar. Disamakan/ dinamakan dengan wulu kalong,
karena kalong (kelelawar) meempunyai bulu-bulu yang sangat halus
sama seperti rambut-rambut halus yang tumbuh di dahi para gadis.
Tujuan utama menurut adat adalah agar si calon benar-benar bersih
baik secara lahiriah maupun batiniah. Setelah itu, pengantin wanita
dipaes hitam pekat menghiasi dahi.Paes memiliki makna sebagai
berikut:
a. Gajah – gajahan (bagian tengah dahi) : Gusti Ingkang Maha
Kwaos
b. Pengapit (pendamping di kiri dan kanan gajah-gajahan): Ibu
c. Panitis (sebelah pengapit): Bapak
d. Godheg (di sisi kedua telinga): Anak
Permohonan bahwa semua komponen keluarga bisa menjadi baik.
maka ada kata “ABIMANYU”, yaitu Anak, Bapak, Ibu Manuggal
Marsudi Yektining Urip.
Basahan
Busana basahan mempelai wanita berupa kemben sebagai penutup dada,
kain dodot atau kampuh, sampur atau selendang cinde, sekar abrit (merah) dan
kain jarik warna senada , serta buntal berupa rangkaian dedaunan pandan dari
bunga-bunga bermakna sebagai penolak bala.
Busana basahan pengantin pria berupa kampuh atau dodot yang bermotif
sama dengan mempelai wanita, kuluk (pilihan warnanya kini semakin beragam,
tidak hanya biru sebagaimana tradisi Keraton) sebagai penutup kepala, stagen,
sabuk timang, epek, celana cinde sekar abrid, keris warangka ladrang, buntal,
kolong keris, selop dan perhiasan kalung ulur.
Menurut tradisi Keraton Surakarta, busana yang di gunakan pada saat
Upacara Pernikahan adalah Busana Kampuh/dodot yaitu kain khusus sepanjang
+/- 4,5 m yang di hiasi taburan prada emas pada babaran kain nya, yaitu corak
Alas- Alasan berwarna hijau yaitu corak yang terdiri dari aneka satwa dan
tumbuhan yang ada di rimba / hutan seperti:
Keprabon
Busana Sikepan Ageng / Busana Solo Basahan Keprabon adalah salah satu
gaya busana basahan yang diwarnai dari tradisi para bangsawan dan raja Jawa
yang hingga kini tetap banyak diminati. Mempelai pria mengenakan kain dodotan
dilengkapi dengan baju Takwa yakni semacam baju beskap yang dulu hanya boleh
dipergunakan oleh Ingkang Sinuhun saja. Untuk mempelai wanita memakai kain
kampuh atau dodot dilengkapi dengan bolero potongan pendek berlengan panjang
dari bahan beludru sebagai penutup pundak dan dada.
Penutup Kepala
Untuk bagian kepala biasanya orang Jawa kuna (tradisional) mengenakan iket
yaitu ikat kepala yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi penutup
kepala. Cara mengenakan iket harus kenceng (kuat) supaya ikatan tidak mudah
terlepas. Makna iket dimaksudkan manusia seyogyanya mempunyai pemikiran
yang kenceng, tidak mudah terombang-ambing hanya karena situasi atau orang
lain tanpa pertimbangan yang matang.
Hampir sama penggunaannya yaitu udheng juga, dikenakan di bagian kepala
dengan cara mengenakan seperti mengenakan sebuah topi. Jika sudah dikenakan
di atas kepala, iket dan udheng sulit dibedakan karena ujud dan fungsinya sama.
Udheng dari kata kerja Mudheng atau mengerti dengan jelas, faham. Maksudnya
agar manusia mempunyai pemikiran yang kukuh, mengerti dan memahami tujuan
hidup dan kehidupan atau sangkan paraning dumadi. Selain itu udheng juga
mempunyai arti bahwa manusia seharusnya mempunyai ketrampilan dapat
menjalankan pekerjaannya dengan dasar pengetahuan yang mantap atau
mudheng. Dengan kata lain hendaklah manusia mempunyai ketrampilan yang
profesional.
Busana
a. Beskap
Beskap selalu dilengkapi dengan benik (kancing baju) disebelah kiri dan
kanan. Lambang yang tersirat dalam benik itu adalah agar orang (jawa) dalam
melakukan semua tindakannya apapun selalu diniknik, diperhitungkan dengan
cermat. Apapun yang akan dilakukan hendaklah jangan sampai merugikan orang
lain, dapat, menjaga antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
b. Sabuk
Sabuk (ikat pinggang) dikenakan dengan cara dilingkarkan (diubetkan) ke
badan. Ajaran ini tersirat dari sabuk tersebut adalah bahwa harus bersedia untuk
tekun berkarya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah manusia harus
ubed (bekerja dengan sungguh-sungguh) dan jangan sampai kerjanya tidak ada
hasil atau buk (impas/tidak ada keuntungan). Kata sabuk berarti usahakanlah agar
segala yang dilakukan tidak ngebukne. Jadi harus ubed atau gigih.
c. Epek
Epek bagi orang jawa mengandung arti bahwa untuk dapat bekerja dengan
baik, harus epek (apek, golek, mencari) pengetahuan yang berguna. Selama
menempuh ilmu upayakan untuk tekun, teliti dan cermat sehingga dapat
memahami dengan jelas.
d. Timang
Timang bermakna bahwa apabila ilmu yang didapat harus dipahami dengan
jelas atau gamblang, tidak akan ada rasa samang (khawatir) samang asal dari kata
timang.
e. Jarik
Jarik atau sinjang merupakan kain yang dikenakan untuk menutup tubuh dari
pinggang sampai mata kaki. Jarik bermakna aja gampangserik (jangan mudah iri
terhadap orang lain). Menanggapi setiap masalah harus hati-hati, tidak grusa-
grusu (emosional).
f. Wiru Jarik
Wiru Jarik atau kain dikenakan selalu dengan cara mewiru (meripel) pinggiran
yang vertikal atau sisi saja sedemikian rupa. Wiru atau wiron (rimple) diperoleh
dengan cara melipat-lipat (mewiru). Ini mengandung pengertian bahwa jarik tidak
bisa lepas dari wiru, dimaksudkan wiwiren aja nganti kleru, kerjakan segala hal
jangan sampai keliru agar bisa menumbuhkan suasana yang menyenangkan dan
harmonis.
g. Bebed
Bebed adalah kain (jarik) yang dikenakan oleh laki-laki seperti halnya pada
perempuan, bebed artinya manusia harus ubed, rajin bekerja, berhati-hati
terhadap segala hal yang dilakukan dan tumindak nggubed ing rina wengi (bekerja
sepanjang hari)
h. Canela
Canela mempunyai arti Canthelna jroning nala (peganglah kuat dalam hatimu)
canela sama artinya Cripu, Selop, atau sandal. Canela selalu dikenakan di kaki,
artinya dalam menyembah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, hendaklah dari lahir
sampai batin sujud atau manembah di kaki-NYA. Dalam hati hanyalah sumeleh
(pasrah) kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
masa yang akan datang, Blora akan menjadi Nnegara besar. Maka sehingga
diumpamakan “Batok Bolu Isi Madu” atau “Doekoet Sirno Ing Tawang Tingal”
Perlambangnya:yang artinya wataknya orang suka berusaha mencari
sandang, pangan dan kekayaan, tetapi royal, jadi kekayaannya itu lalu habis.
(Watekipun tiyang sami taberi ngupados sandang sandang lan tedo soho Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
tidak kena. Mata tombak menancap pada sebuah batu besar. Begitu tombak
dicabut, bekas lobang lubang pada batu tersebut menjadi terowongan seperti
gua, hingga tembus ke daerah tuban Tuban, Jawa Timur. Begitu melihat ada
terowongan tersebut. Melihat hal itu, Blacak Ngilo berkata bahwa kelak kalau
jaman zaman sudah makmur tempat tersebut dinamakan gua Gua
sentonoSentono.
Tak lama kemudian sanga kerbau berdiri, lalu berjalan kea rahke arah
barat. Jaka Sangsang dan Jaka Ngilo mengikutinya dari belakang. Dalam
perjalanan tersebut, Blacak Ngilo melihat ada sumber mata air di tepi sebuah
batu, dan airnya Nampak tampak sangat jernih. Setelah tombaknya dicuci
bersih, Blacak Ngilo lalu beristirahat dengan duduk bersandar pada batu di
tepi mata air tersebut. Dia lalu berangan-angan bahwa, oleh karena mata air
tersebut dia gunakan untuk mencuci tombak pusakanya yang bernama
Krincing Mas, maka kelak kalau mata air tersebut berkembang menjadi
sebuah sumur atau belik, dinamakan Belik Krincing. Selain itu, oleh karena
dia beristirahat dengan duduk bersandar (senden) pada batu, maka kelak
kalau jaman zaman sudah makmur tempat tersebut dinamakan Dukuh
Menden.
Pada saat itu datanglah Jaka Senthir, teman Jaka Sangsang dalam
mengabdi sebagai penggembala kerbau milik baginda Baginda
kuwungKuwung. Kedatangan Jaka Senthir adalah karena atsatas pemirintah
perintah Begede Kuwung untuk menyuruh Jaka Sangsang agar segera pulang
dengan menggiring kerbaunya karena waktunya mengabdi sudah habis, dan
sudah tiba saatnya dia kembali ke Dukuh Jambi. Atas perintah tersebut, Jaka
Sangsang menggiring kerbaunya ke arah barat, bersama-sama dengan Jaka
Senthir. Dalam perjalanan tersebut, Jaka Sangsang dan Jaka Senthir melihat
ikan kutuk berada di dalam lubang (rang). Ikan-ikan tersebut lalu di
rogohdirogoh, hingga akhhirnya akhirnya tertagkap tertangkap semua, maka
kelak tempat tersebut dinamakan ‘Dukuh Gioto’. Keduanya melanjutkan
perjalanan ke arah barat. Pada suatu tempat tampak orang banyak
berkerumun, yang terdiri atas para petani dan buruh tani. Mereka tersebut
ternyata hanya membicarakan masalah pangan (bab pangan), yaitu mengenai
padi, jagung, ketela, kacang, dan lain-lain. Oleh karena itu, tempat tersebut
kemudian dinamakan ‘dukuh Dukuh bapangan’Bapangan’.
Kemudian sang kerbau berlari ke arah barat. Jaka Sangsang andan Jaka
Senthir terus mengikuti kemana dia lari. Akhirnya kerbau tadi berhenti dengan
menanduk-nanduk tanah, dan tanah dari hasil tanduka tersebut lalu
dimakanmemakan tanah hasil tandukan tersebut. Melihat hal itu, Jaka
Sangsang bergumanbergumam: “kebo kok mangan lemah/ ngampo” (kerbau
kok makan tanah/makan ampo). Oleh karena itu, tempat tersebut dinamakan
‘dukuh Dukuh ngampon’Ngampon’. Sampai di rumah sang panggede, Jaka
Sangsang lalu bertanya kepada Begede Kuwung mengenai apakah benar
kalau dirinya sudah saatnya berhenti mengabdi. Menurut Begede Kuwung,
hari itu bertepatan hari senin Senin legiLegi, yaitu merupakan hari yang baik
untuk dia pulang. Dan sebagai Sebagai upah selama mengabdi, Jaka
Sangsang diberi seekor anak kerbau (gudel).
Jaka Sangsang pulang dengan membawa serta anak kerbau sebagai
upah hasil kerjanya. Akan tetapi, ternyata anak kerbau tersebut tidak sehat,
melainkandan banyak gudiknya. Di Dia terus berjalan ke arah timur seraya
menuntun anak kerbau tersebut. Ketika melewati desa Desa singgitSinggit,
anak kerbau tersebut di bawadibawa ke sungai dengan maksut maksud untuk
dibersihkan (diguyang). Akan tetapi, setelah diguyang anak kerbau tersebut
tidak mau berjalan. Ditarik maupun didorong tetap tidak mau jalan. Oleh
karena itu, ia menjadi jengkel, lalu anak kerbau tersebut ditempeleng dengan
tangan kanannya hingga mati seketika. Setelah itu, Jaka Sangsang pulang ke
Dukuh Jambi dengan tangan kosong. Sesampainya di rumah, Jaka Sangsang
memberitahu paman dan ibunya bahwa anak kerbau hasil dari kerjanya di
tempat Begede Kuwung telah ditempelengnya hingga tewas. Tersebutlah di
desa Di Desa tersebutlah disekitar dukuh Dukuh Singgit tahu bahwa di sungai
ada bangkai anak kerbau yang dikerumuni semut karena itusehingga sungai
tersebut dinamakan sungai Sungai ‘Kali Semut’.
Jaka Sangsang memberitahu ibunya bahwa di dia sangat mencintai Dewi
Sumilah, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, dia memohon kepada
ibunya agar mau melamau melamar Dewi Sumilah untuk dirinya. Mbok
Randha Jambi berusaha menghibur hati anaknya seraya memberikan
pengertian bahwa keinginannya itu ibarat pepatah (cebol nglayuh lintang) si
pungguk merindukan bulan. Jaka Sangsang dianjurkan mencari gadis lain
saja sebagai pengantinya. Oleh karenaKarena begitu sayangnya kepada Jaka
Sangsang, akhirnya Mbok Randha Jambi bersedia melamarkan Dewi
Sumilah. Alhasil, lamaran Mbok Randha Jambi benar-benar ditolak. Bahkan,
di rumah Begede Kuwung dia mendapatkan penghinaan yang sangat
menyakitkan.
Alkisah, Jaka Sangsang dan Dewi Sumilah sudah berjanji sehidup semati.
Ikatan batin mereka berdua sudah sangat kuat. Dalam waktu yang bersama
Dewi Sumilah dan Jaka Sangsang beranjak keluar rumah. Mereka saling
melambaikan tangan. Jaka Sangsang melangkah kaki ke arah barat. Dewi
Sumilah melangkahkan kaki kea rahke arah timur. Jaka Sangsang berjalan
menyusuri tepi bengawan Bengawan, tiba-tiba dia terjatuh pada tanah yang
berlereng (mereng). Jaka Sangsang selalu bersabda bahwa kelak kalau
jaman zaman sudah makmur, tempat tersebut dinamakan Parengan. Jaka
SAngsang Sangsang terus melanjutkan perjalanan ke arah barat melalui desa
Desa Jigar, kemudian menyeberang bengawanBengawan. Di tempat itu, dia
melihat orang-orang yang sedang menata dan mengelempokkan kayu yang
bisa dijual dan yang hanya bisa untuk memasak. Salah seorang di antara
mereka bahwa diantara mereka mengatakan bahwa oleh karena hutan milik
Negaranegara, maka yang bisa dimakan dan oleh rakyat hanyalah cabang
dan rantingnya. Mendengar jawaban tersebut Jaka Sangsang berkata kelak
kalau jaman zaman sudah makmur, tempat itu dinamakan Dusun Jipangulu.
Pada saat itu tiba-tiba dia mendengar suara seorang wanita menangis di
seberang barat bengawanBengawan. Setelah dilihat, ternyata dia adalah dewi
sumilahDewi Sumilah yang memanggil-manggil dari seberang sungai, dan
dikawal beberapa orang. Dewi Sumilah menangis karena ketakutan
mendengar suara kerat-kerat, yang merupakan suara hantu untuk menakut-
nakuti (wedenan). Oleh karena itu, Jaka Sangsang lalu berkata bahwa kelak
kalau jaman zaman sudah maju, tempat tersebut dinamakan ‘Dusun
Kradenan’.
Akhirnya Dewi Sumilah dan Jaka Sangsang yang berada di sebelah
barat dan timur sungai saling melambaikan tangan. Selanjutnya, masing-
masing melangkah mendekat, tidak lagi menghiraukan air bengawan
Bengawan yang menghalanginya. Mereka terus melangkah, perlahan tapi
pasti. Dengan tangan saling menggapai, akhirnya keduanya tenggelam
dalam aliran bengawanBengawan. Mayat Jaka Sangsat Sangsang dan Dewi
Sumilah kelihatan terlihat samar-samar (moyo-moyo) mengapung di
bengawanBengawan. Kadang-jadang tampak kadang-kadangdan tidak
tampak pul. Oleh karena itu, tempat tersebut dinamakan “Kedung Moyo”.
arakan pengantin. Dalam penyerbuan tersebut, terjadi peperangan yang Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
sengit. Banyak penduduk Desa Sambeng yang mati dan tempat terjadinya
peperangan itu kemudian dinamakan Desa Besah. Kata Besah berasal dari
blasah (bahasa Jawa) berarti ‘bergeletakan’
Dalam peperangan tersebut, Naya Gimbal menunjukkan kesaktiannya Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt, Line spacing: 1.5 lines
karena tidak ada satupun peluru Kompeni yang dapat menembus tubuhnya.
Namun, karena kalah persenjataan dan prajurit, akhirnya pasukan Naya
Gimbal terkepung dan Naya Gimbal menyerah. Bupati Blora, Raden
Tumenggung Cakranegara, membawa Naya Gimbal ke Rembang. Oleh
Residen Rembang, Naya Gimbal dimasukkan ke dalam Tong kayu dalam
keadaan kaki dan tangan terikat. Kemudian tong tersebut dipaku dan disekrup
sebelum akhirnya diceburkan ke laut Jawa.
bersabda:
“Besuk yen ono rejaningjaman, nek dadi kuto ya kuto Gresi, yen dadi desa
ya Desa Gresi” (Besok jika zaman sudah jaya, kalau jadi kota disebut kota
Kota Gresi, kalau jadi desa ya Desa Gresi).
Peran tanding Ki Ageng Nglaban dengan Ki Ageng Bathokan, semakin Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt, Line spacing: 1.5 lines
seru dan bergeser ke timur. Keduanya sama-sama sakti. Perang keduanya
sampai pada Mbong Anyar, di situ ada kedung yang dalam.Ketika digunakan
perang kedua orang sakti tersebut, kedung itu seperti dikebur (diaduk), maka
kemudian desa itu dinamakan Desa Keburan. Perang semakin ke timur dan
suatu saat keduanya sempat dikerumuni jangkrik, maka dinamakan tempat itu
Desa Jangkrikan. Perang semakin ke timur dan di sebelah utara kraton
Keraton, Ki Ageng Nglaban akhirnya gugur dan darahnya banyak sekali
hingga seperti blumbang, dan sampai sekarang blumbang tersebut airnya Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
berkah. Menurut tradisi lisan yang berkembang di Desa Janjang, kedua orang
yang di mdimakamkan di situ adalah putra (sentono dalem) dari kerajaan Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
meninju batu besar, hingga batu itu menjadi lekuk-lekuk dan sekarang disebut
Batu Cumpleng. Ternyata keduanya disebut : Batu Tapaan. Ia mempunyai
binatang peliharaan kuda tunggang dan seekor harimau yang disebut: Kyai
Pengkrong. Pada waktu itu, ada juga seorang putri dari Desa Bleboh bernama
Randa Kuning datang untuk meminta menjadi istrinya. Namun, hal ini
ditolaknya, tetapi putri itu tidak mau kembali. Akhirnya karena kasihan,
permintaan itu dipenuhi tetapi hanya sebagai abdi bukan sebgia sebagai istri.
Dan Randa Kuning diberi pekerjaan membatik sampai akhir hidupnya.
Dengan kejadian itu maka maka putri itu bersumpah anak cucunya dari
Bleboh jangan sampai kawin menikah dengan orang dari Desa Janjang.
Pesan itu ditunaikan hingga kini., . orang Orang Desa Bleboh tidak berani
kawin menikah dengan orang desa Desa Janjang. Dahulu Begitu juga
masyarakat yang dahulu menjadi wilayah Janjang tidak boleh menanam
kedelai hitam dan padi ketan irenghitam. Hal itu dikarenakan Karena sewaktu
Eyang Jatikusuma dan Eyang Jatiswara berkelana, kudanya sakit karena
kakinya menginjak tonggak bekas kedelai hitam dan makan dedak padi ketan
ireng.hitam.
Karena besar pengharuhnya pengaruh dan kesaktiannya, setelah wafat,
makamnya masih dianggap keramat dan tiap tahun pada hari Jum’at Jumat
Pon selalu diadakan upacara Manganan JnajangJanjang. Pada upacara itu,
orang dari dalam desa dan darimaupun luar desa, bahkan dari luar desa bnyak
banyak yang datang dengan membawa sesaji, ada yang membawa tumpeng
bucu, panggang ayam, dan jajan pasar, . ada Ada juga yang menyembelih
ternak, misalnya kambing atau lembu. Bila dalam membawa tumpeng bucu
dan panggang ayam oleh anak anak-anak gembala dan panggang ayamnya
diminta, harus diberikan. Setelah sampai, nasi dan jajannya dikumpulkan
menjadi satu dan orangnya kebanyakan orang menanti upacara selesai. Pada
upacara itu dipertunjukkan wayang krucil sebagai peninggalan keduanya. Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
Setelah upacara selesai diadakan, selamatan dan nasi-nasi tersebut Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
dibagikan merata ke seluruh orang yang ada untuk kemudian dibawa pulang,
.kepercayaan Kepercayaan pada upacara tersebut, yaitu biasanya membawa
ramalan keadaan yang akan datang. Bila dalam upacara tersebut nasi yang
dibagikan itu kurang, ramalan di pada tahun yang akan datang akan adalah
masa paceklik (kurang pangan). Bila daun pembungkusnya kurang, maka
akan terjadi mahalnya harga tembakau. Bila air yang adaa ada dalam guci
(genthong) itu kurang, maka akan terjadi kemarau panjang. Barang-barang Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
perkataan setitik atau benturan kllithak klithak- klithik suara benturan kayu, Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
sebagai bahan baku wayang Wayang krucilKrucil. Kayu yang dipakai bahan Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
wayang ini adalah kayu yang berserat kuat. Tidak jarang aspek-aspek
pertunjukkan pada wayang Wayang krucil Krucil didasarkan pada
kepercayaan yang mereka anut, dan diyakini mempunyai kekuatan magis.
Namun, sebaliknya banyak aspek pertunjukkannya yang bersifat hiburan.
Pengertian di atas memuat cakupan yang snagat sangat luas tentang
kehadiran wayang Wayang krucilKrucil/wayang Wayang Klithik, sebagia . Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Not Italic
Sebagai seni pewayangan yang jauh dari pengaruh seni istana, keduanya
memiliki bentuk pertunjukkan yang beragam, begitu lihayati lihai dan dimiliki
serta akrab dengan pendukungnya, yaitu sepanjang daerah-daerah
pedesaan yang masih kental dengan sifat sifat-sifat kepedesaannya. Oleh
karenanya, maka wayang Wayang krucil Krucil Blora menjadi milik semua
warga. Seni rakyat, dan lagu rakyat tak pernah diketahui penciptanya. Pada
umumnya dimulai lari dari seorang pencipta yang merupakan anggota
masyarakat. Begitu musik atau lagunya itu tercipta, masyarakat mengklaim
sebagai milik mereka.
Di Blora kehidupan Kehidupan wayang Wayang krucil Krucil di Blora,
tempat asal mulanya, masih dihubungkan dengan hal hal-hal yang
skaralsakral, seperti apa yang dialami oleh Mitra lala wayang Wayang krucil
Krucil yang masih bertahan saat ini di Blora. Ia dapat mendhalang mendalang
karena wangsit atau wahyu, . pada Pada saat waktu itu, ia mimpi disuruh
menggantikan mendalang seorang yang tua, kemudian dengan telanjang
dada ia duduk di samping kota kotak wayang dan langsung bisa mendalang,
seperti apa yang terdapat dalam mimpi. Ciri yang menarik dalam pertunjukkan
wayang Wayang Krucil Blora adlah adalah iringan krucilan, . dalang Dalang Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
dalam memainkan wayang yang diiringi krucilan ini ikut meliuk meliuk-liukkan Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
tubuhnya mengimbangi semaraknya gending krucilan. Wayang krucil Krucil Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
tak ada pekerjaan di desa (sebab masa menggarapa sawah telah usai).
Wayang Krucil merupakan serpihan tradisi yang tidak dapat ditinggal
begitu saja, karena telah menjadi milik masyarakat Blora, sehingga
kadangyang identik dengan daerah. Sebagai kajian dalam tulisan ini, akan
digunakan contoh-contoh dalam wayang Wayang Krucil Blora. Wayang Krucil
peninggalan Jartikusuma dan Jatiswara yang ada di Janjang terdiri dari lima
buah wayang yang menurut keterangan melambangkan beliau sekeluarga.
Nama Nama-nama dari wayang itu adalah:
a. Kyai Brajal melambangkan beliau Eyang Jatikusuma
b. Kyai Kuripan melambangkan beliau Eyang Jatiswara
c. Nyai Sekintir melambangkan beliau Putri Rondo Kuning
d. Semar, dan
e. Bletik melambangkan para punakawanPunakawan
Wayang tersebut adalah wayang yang selalu dibungkus kain mori dan
tidak digunakan untuk pertunjukkan tetpai tetapi hanya untuk orang yang
mempunyai ujar. Sedangkan untuk Untuk kelengkapan wayang itu, dibuatkan
wayang krucil biasa. Gamelannya hanya terdiri dari: Gonggong, kenong,
gambang, kendang, dan saron. Larasnya Laras yang digunakan yaitu laras
pelog, lampunyadan lampu yang digunakan yaitu lampu blencong.
pahagyan boja wiwah daup (resepsi) dimeriahkan dengan pagelaran wayang Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
ketika sampai di depokDepok. Ia berkata, “ayo Ayo ojo ndeprok ning kene,
ngetan sitik.” ( ayo jangan duduk di sini, ke timur sedikit) sampai Sampai di
Ara-Ara Amba. , Karena karena lari terus merasa lapar, kemudian masak
(ngeliwet)lawe bekas lalu dibuang ke selatan, dan hingga desa itu menjadi
desa Desa laweyanLaweyan. Kemudian, ia terguling lagi ke arah timur
menjadi Desa Gulingan.
Kejar Kejar-mengejar itu akhirnya berakhir di Mbong Sungsang. Menurut
kepercayaan, Mbong Sungsang ditempati oleh seorang wanita dan apabila di
jembatanjembatan itu selalu runtuh. Menurut penduduk setempat, jika mau
meruntuhkan jembatan biasanya permisi melalui mimpi sesepuh desa. “aja
Aja da bungah-bungah ya, aku kok brebengen wong sepatunan, iki kreteke
arep tak gulingna. Artinya yaitu (jangan bersenang-senang, saya bising
mendengar orang berjalan dengan sepatu, ini jembatan mau saya runtuhkan).
.. Kemudian tidak selang lama jembatan ambrol.
Kelompok :I
Ketua Kelompok : Sofan Rohman
Sekertaris : Rofikoh
Anggota : 1. Sudadi
2. Sariah
3. Trisnoningsih
4. Rismiatun
Jawaban
1. Di Kabupaten Tegal dalam penggunaan bahasa Indonesia khususnya di
badan publik masih belum sesuai dengan kaidah, kadang masih
menggunakan bahasa campuran.
Dalam persumatan/ Teks Naskah masih merujuk aturan Tata laksana yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Tegal, sedangkan Tata Naskah
masih terdapat ketidaksesuaian dengan kaidah yang benar.
2. Di kabupaten Tegal belum memiliki badan/ bagian khusus yang memiliki
peranan dalam pemartabatan bahasa Indonesia.
3. a. Pemerintah Kabupaten Tegal sudah berpatisipasi dalam peran
memartabatkan penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik, tetapi
belum maksimal. Karena belum memiliki badan/ bagian yang mempunyai
kewenangan tentang pemartabatan bahasa Indonesia.
b.
c. Perlu adanya pembentukan (perujukan) badan/ bagian yang khusus
menangani pemartabatan bahasa Indonesia.
Rekomendasi:
1. Perlu dibuat badan/ bagian yang mempunyai kewenangan khusus/ peran
dalam pemartabatan penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik,
yang beranggotakan para ahli/ orang yang mempunyai kompetensi di
bidangnya.
2. Diupayakan ada persamaan tentang penggunaan bahasa Indonesia pada
badan publlik khususnya dalam Tata Naskah dari Badan/ Bagian Balai
Bahasa bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tegal memberi
penyuluhan kepada steakhedder dan anggota Badan/ Bagian yang
menangani pemartabatan bahasa Indonesia yang dibentuk sampai dengan
terciptanya pedoman yang baku untuk Tata Naskah yang sesuai pedoman.
3. Tata Naskah yang sudah dibuat untuk dipublikasikan ke SKPD di
Kabupaten Tegal sampai ke tingkat UPT atau satuan pendidikan oleh
badan/ bagian yang menangani khusus pemartabatan bahasa Indonesia.
Kelompok : II
Ketua Kelompok : Abadi Widodo, S.AP
Sekertaris : Ahmad Fatihuddin
Anggota : 1. Moch. Taufik
2. Daisah
3. Sri Nurnaeni
4. Sri Hidayah
5. Aneke Suwandani
Jawaban
1. Menurut kami, penggunaan bahasa Indonesia pada Badan Publik di
Kabupaten Tegal masih belum sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Karena masih banyak ditemukan pada surat dinas, penggunan
kata atau kalimat yang tidak efektif/ tata naskah tidak mengacu pada
aturannya.
2. Pemerintah daerah dan seluruh instansi di lingkungan pemerintah
Kabupaten Tegal.
3. Sudah.
a. Sosialisasi penggunaan tata naskah dinas dalam bentuk format tanpa
ada penjelasan secara langsung.
b.
c. Di daerah perlu adanya badan/ lembaga yang khusus menangani
kebahasaan.
4. Pemerintah daerah membuat peraturan yang baku/ Perbu tentang
pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada
badan publik.
Penekanan pada tata naskah dinas:
1. SK;
2. Surat-surat biasa;
3. Surat-surat perjanjian, dll.
Kelompok : III
Ketua Kelompok : Muryanto
Sekertaris : Epa Nuryani
Anggota : 1. Herman Supriyanto
2. Esti Handayani
3. Julikha
4. Sugiyanti
5. Umi Zumaeroh
6. Fachrujin
Jawaban
1. Penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik yang ada di Kabupaten
Tegal.
a. Untuk penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan Kabupaten Tegal
belum sesuai dengan pedoman ejaan bahasa Indonesia/ masih lemah.
b. Karena belum adanya pedoman baku untuk penggunaan bahasa
Indonesia di dalam persuratan.
2. Yang memiliki peranan dalam pemartabatan bahasa Indonesia pada badan
publik.
i. Pimpinan
ii. Staf yang menangani persuratan
3. Apakah selama ini pemerintah Kabupaten Tegal sudah berpartisipasi atau
memiliki peran dalam memartabatkan penggunaan bahasa Indonesia.
a. Sudah pernah ada untuk secara khusus yaitu untuk penomoran surat.
b. Secara umum belum, kendalanya;
Mengadakan sosialisasi penyuluhan kepada atasan/ pimpinan/ pejabat
yang membuat kebijakan.
4. 1) Bupati dan DPRD harus membuat Perda/ Perbud tentang Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia yang benar dalam pembuatan surat.
2) Penerbitan buku tentang penggunaan bahasa Indonesia/ ejaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Kelompok : III
Ketua Kelompok : Muryanto
Sekertaris : Epa Nuryani
Anggota : 1. Herman Supriyanto
2. Esti Handayani
3. Julikha
4. Sugiyanti
5. Umi Zumaeroh
6. Fachrujin
Jawaban
1. Penggunaan Bahasa Indonesia pada badan publik yang ada di Kabupaten
Tegal
Jawab:
a. Untuk penggunaan Bahasa Indonesia di lingkungan Kabupaten Tegal
belum sesuai dengan pedoman ejaan Bahasa Indonesia/ masih lemah.
b. Karena belum adanya pedoman baku untuk penggunaan Bahasa
Indonesia di dalam persuratan.
2. Yang memiliki peranan dalam pemartabatan Bahasa Indonesia pada
badan publik.
- Pimpinan
- Staf yang menangani persuratan
3. Apakah selama ini Pemerintah Kabupaten Tegal sudah berpartisipasi atau
memiliki peran dalam memartabatkan penggunaan bahasa Indonesia.
a. Sudah pernah ada untuk secara khusus yaitu untuk penomoran surat.
b. Secara umum belum,
Kendalanya:
Mengadakan sosialisasi/ penyuluhan kepada atasan/ pimpinan/ pejabat
yang membuat kebijakan.
4. 1. Bupati & DPRD harus membuat Perda/ Perbud tentang Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang benar dalam pembuatan surat
2. Penerbitan buku tentang penggunaan Bahasa Indonesia/ ejaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Kelompok : IV
Ketua Kelompok : Teguh Imam .P
Sekretaris : Wahyu Handayani
Anggota : 1. Serengat
2. Sulastri
3. Nuniek Yuyu .W
4. Christin Handayani
5. Mohamad Joni
6. Febri Arief .H
Jawaban
Kelompok :V
Ketua Kelompok : Kartono
Sekretaris : Fredi Setiawan
Anggota : 1. Sri Haryati
2. Rina Yuly A.
3. Feri Dwi D.
4. Tri Adiningrum
5. Darsim
6. Suma
Jawaban