Anda di halaman 1dari 122

Pembinaan Sastra

Review Feature
Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia
dalam Koran Suara Merdeka Rubrik Bincang-bincang

Penggunaan ejaan di Suara Merdeka khususnya di rubrik Bincang-bincang


edisi Minggu, 1 Oktober 2017 dapat dikatakan sudah baik. Penggunaan tanda
baca dan penulisannya pun hanya ditemukan sedikit kesalahan. Pertama dilihat
dari penulisan tanda baca. Penggunaan tanda baca titik dan koma sudah sesuai
PU EBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Misalnya saja penggunaan
tanda baca koma di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian. Perhatikan
kutipan berikut:

Pertama, agar siswa mengetahui, syukur-syukur memahami, ada dimensi waktu


dalam kehidupan manusia. Artinya ada masa lalu, sekarang, dan masa depan.

Kutipan di atas mengandung dua kaidah penggunaan koma. Pertama,


penggunaan koma untuk mengampit keterangan tambahan atau keterangan
aposisi. Pada kalimat pertama terdapat kata “syukur-syukur memahami” sebagai
keterangan tambahan. Dalam penulisannya sudah menggunakan koma untuk
mengampit keterangan tambahan tersebut sesuai kaidah. Kaidah kedua yang
dipakai, yakni penggunaan koma di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian
yang ditunjukkan oleh kalimat kedua, yakni masa lalu, sekarang, dan masa depan.
Tanda koma yang digunakan dalam kalimat tersebut untuk memerincikan dimensi
waktu kehidupan manusia yang terdiri dari tiga masa.
Kaidah penggunaan huruf miring sudah diterapkan oleh Suara Merdeka
khususnya dalam penulisan teks ini. Terdapat dua kaidah yang digunakan. Kaidah
pertama yang digunakan yakni bahwa huruf miring dipakai untuk menuliskan judul
buku, nama majalah, atau nama surat kabar, yang dikutip dalam tulisan, termasuk
dalam daftar pustaka. Kaidah tersebut dipakai dalam menuliskan Suara Merdeka
dan Majalah Historia. Berikut kutipannya:

Berikut perbincangan wartawan Suara Merdeka, Gunawan Budi Susanto,


dengan guru sejarah, Herry Anggoro Djatmiko.
Kisah-kisah revolusi dari kalangan rakyat biasa atau dari perempatan juga saya
hadirkan melalui beberapa artikel dari Majalah Historia atau tulisan Romo
Mangunwijaya dan foto-foto suasana revolusi.

Selain itu, huruf miring juga digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan
dalam bahasa daerah atau bahasa asing. Kata bodhol ditulis menggunakan huruf
miring karena kata tersebut termasuk kosa kata bahasa Jawa. Penulisan kata off
line dan on line juga menggunakan huruf miring karena berasal dari bahasa Inggris
Penulisan tanda baca dalam teks ini memang bisa dibilang sudah baik, akan
tetapi banyak kesalahan dalam pemenggalan kata. Space kolom yang kecil
mengakibatkan banyak terjadi pemenggalan kata di akhir baris. Pemenggalan kata
yang ada dalam teks ini banyak yang tidak tepat. Ada enam pemenggalan kata
yang tidak sesuai kaidah ejaan.
Pada paragraf 9, kata alternatif dipenggal menjadi alternat-ifnya. Kata
tersebut berasal dari kata dasar alternatif yang diikuti kata ganti –nya. Dalam PU
EBI dijelaskan bahwa pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan
antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya. Sehingga, pemenggalan yang
tepat untuk kata tersebut, yakni alternatif-nya. Berikut kesalahan pemenggalan
kata yang tidak sesuai kaidah ejaan bahasa Indonesia yang terdapat dalam teks
Sejarah sebagai Rekreasi.
Pemenggalan Pemenggalan
No. Kata
dalam Teks sesuai kaidah
1. Kalangan kalan-gan kala-ngan
2. Misalnya mis-alnya misal-nya
3. kekerasan kek-erasan ke-kerasan
4. modernisasi mod-ernisasi moder-nisasi
5. Referensi ref-erensi re-ferensi

Daftar Pustaka
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. 2016. Jakarta: Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa.

Review Kesalahan Ejaan Bahasa Indonesia dalam


Feature
Penggunaan ejaan bahasa Indonesia di Radar Semarang pada Rubrik Kedu,
edisi Jumat 29 September 2017 tentang “Sarung Tenun Produk Perajin Kota
Magelang Tembus ke Timur Tengah” sudah dapat dikatakan baik, mulai dari
penggunaan tanda koma, huruf kapital dan penulisan angka. Misalnya
penggunaan tanda koma dalam tempat dan tanggal: Saat ini, pria kelahiran
Jombang, 14 November 1964 ini, memiliki 30 karyawan. Huruf kapital dan
penulisan angkapun penggunaannya dalam teks ini sudah baik. Misalnya huruf
kapital pada nama bulan, nama orang, nama kota, dll.
Terdapat dua kata yang mengalami kesalahan pemenggalan kata dalam
teks “Sarung Tenun Produk Perajin Kota Magelang Tembus ke Timur Tengah”.
Kesalahan pemenggalan teks biasanya disebabkan space kolom yang kecil dan
hanya bisa diisi sekitar 5-6 kata. Dua kata yang mengalami kesalahan
pemenggalan kata tersebut adalah kata dipintal terdapat pada paragraf 6
“kemudian, benang-benang itu dip-intal menjadi gulungan-gulungan kecil yang
disebut kelos”, dan pada kata mengungkapkan yang terdapat pada paragraf 16
“Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Magelang,
Joko Budiyono men-gungkapkan, Kota Magelang tidak memiliki sumber daya alam
yang potensial”
Pemenggalan kata diatur dalam PU EBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia). Beberapa pemenggalan kata yang diatur adalah pemenggalan kata
pada kata dasar dan pemenggalan kata pada kata yang berimbuhan.
Pemenggalan kata pada kata dasar, ketika di tengah kata terdapat huruf
vokal yang berurutan, maka pemenggalannya dilakukan diantara kedua huruf
vokal itu.
Contoh: bu-ah
ma-in
Namun ketika terdapat huruf diftong ai, au, ei maka tidak dipenggal.
Contoh: au-la
sau-da-ra
Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan diantara dua huruf vokal,
pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan itu.
Contoh: ba-pak
la-wan
Jika ditengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Contoh: sang-gup
som-bong
Pemenggalan kata pada kata yang berimbuhan, pemenggalan kata turunan
sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya.
Contoh: ber-jalan
mem-bantu
Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami
perubahan dilakukan seperti pada kata dasar.
Contoh: me-nu-tup
me-nya-pu
Dengan melihat beberapa aturan tentang pemenggalan kata tersebut, bisa
kita ketahui bahwa terdapat dua kata yang kurang tepat pemenggalan katanya
pada teks “Sarung Tenun Produk Perajin Kota Magelang Tembus ke Timur
Tengah” yaitu dip-intal dan men-gungkapkan. Seharusnya pemenggalan kata
dipintal menjadi di-pintal atau dipin-tal, sedangkan kata mengungkapkan menjadi
meng-ungkapkan atau me-ngungkapkan.

Daftar Pustaka:
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. 2016. Jakarta: Badan Pengembangan
dan Pembinaan Bahasa.

Kosakata yang Umum Digunakan Masyarakat untuk usulan KBBI

Kata Definisi
Gabut Kata ini sering digunakan anak remaja yang tidak mempunyai
kegiatan dan bingung harus melakukan apa. Kata ini tergolong
adverbia
Lebay Sikap yang berlebihan. Tergolong dalam adverbia.
Scan Mengubah hardfile menjadi softfile dengan sebuah alat.
Link 1) Kata ini mempunyai dua definisi. Definisi yang pertama
mengacu pada alamat web. Biasanya orang akan mengirim link
(alamat web) kepada seseorang agar orang tersebut juga
membuka laman web tersebut; 2) Kenalan di sebuah instansi
untuk membantu dan memudahkan suatu urusan
Kagol Kata ini berasal dari bahasa Jawa. Perasaan tidak enak karena
suatu hal. Misalnya perasaan ketika sudah janjian bertemu,
namun secara tiba-tiba dibatalkan sepihak.
Charger Alat untuk mengisi ulang daya. Biasanya digunakan pada alat
elektronik seperti pada telepon genggam dan laptop.
Seminar Sebuah acara penyampaian materi untuk menambah
pengetahuan. Terdapat pemateri dan peserta seminar.
Penyampaian materi ini menggunakan makalah.
Booming Viral, banyak diperbincangkan dan dilakukan.
Hoax Tidak benar; tidak dapat dibuktikan kebenarannya.
Wasis Pintar
Banner bahan yang digunakan untuk spanduk. Biasanya dijadikan
iklan.
Cengkrama berbincang-bincang dengan orang lain dalam kedekatan yang
intens
Typo Salah ketik
Garing Obrolan tidak bermutu dan guyonan yang tidak lucu
Bete Perasaan tidak enak, sebal, dkk
Haters Sebutan kelompok pembenci di media massa. Termasuk
kategori nomina
Jayus Lelucon yang dipaksa menjadi lucu. Termasuk kategori
adverbia
Jutek Sikap tidak mengenakkan hati; acuh; judes; galak, tidak ramah.
Katrok Sifat norak
Kepo Rasa ingin tahu yang dalam dibarengi dengan rentetan
pertanyaan. Masuk kategori verba. Kata ini berasal dari kata
kaypoh. Bahasa Hokkien yang banyak dipakai di Singapura dan
sekitarnya.
Modus Kependekan dari modal dusta. Dapat juga diartikan sebagai
sebuah aktivitas yang mempunyai tujuan lain dibaliknya. Masuk
dalam kategori verba.
Unyu Mengacu pada hal yang imut, manis, dan menggemaskan.
Termasuk dalam kategori adverbia.
Maho Singkatan dari manusia homo. Kata ini digunakan oleh
kalangan muda untuk bahan candaan.
Mainstream Sudah terlalu sering dilakukan.
Fix Pasti
Baper Kependekan dari bawa perasaan. Sering menyangkut pautkan
segala sesuatu dengan perasaan. Bisa dibilang perasaan yang
sensitif. Biasanya lebih kepada hal-hal yang menyangkut
perasaan terhadap lawan jenis.
Pesugihan Usaha mendapatkan kekayaan dengan bantuan makhluk halus
dan biasanya membutuhkan tumbal.
Softfile Dokumen yang belum dicetak. Masih berupa dokumen yang
ada di perangkat komputer.
Flashdisk Sebuah alat untuk menyimpan dokumen yang masih berupa
softfile. Alat ini berbentuk kecil dan praktis dibawa kemana-
mana. Tergolong nomina
Mager Kependekan dari malas gerak
Mlipir Menghindar dari suatu urusan
Peres Palsu, bohong, tidak tulus
Gokil Gila dalam artian positif. Biasanya merujuk pada orang yang
suka bercanda
Antum Kalian (laki-laki jamak). Tapi biasanya digunakan untuk Anda
(laki-laki tunggal)
Barakallah Semoga Allah memberkahi. Kata ini sering digunakan untuk
ucapan selamat, misalnya pada perayaan ulang tahun, wisuda,
pernikahan, dan sebagainya.
Cinlok Cinta lokasi. Cinta yang tumbuh antara pria dan wanita karena
secara intens bersama dan berlangsung dalam waktu yang
lama di suatu lokasi.
Budget Anggaran
Distorsi Perubahan atau penyimpangan terhadap suatu hal
Image Gambaran, cerminan, atau bayangan
Kapabilitas Kemampuan, kecakapan.
Rating Tingkat, pangkat, kelasi
Skill Keterampilan

Kosakata dalam Budaya Jawa untuk Usulan ke KBBI


1. Grebeg
Garebeg atau lebih sering disebut grebeg. Grebeg adalah acara budaya
yang rutin diadakan oleh Keraton Kasultanan Yogyakarta setiap Bulan
Rabiul Awal penanggalan Hijriyah.
Perayaan Grebeg diawali dengan upacara pemberangkatan dari
pergelaran Keraton Yogyakarta. Acara biasanya dimulai sekitar pukul
10.00 WIB. Setelah acara pembukaan dan doa selesai, dilanjutkan dengan
iring-iringan dan disusul gunung-gunungan besar yang dibawa beberapa
orang. (jogjapedia.net)

2. Saparan
Upacara Bekakak di Gunung Gamping atau biasanya disebut juga Upacara
Saparan. Disebut saparan sebab pelaksanaan upacara tersebut harus
jatuh atau berkaitan dengan bulan Sapar. Upacara ini diadakan atas
perintah P. Mangkubumi. Kata sapar identik dengan ucapan Arab Syafar
yang berarti bulan Arab yang kedua. Jadi saparan ialah upacara selamatan
yang diadakan disetiap bulan Sapar.
Penyelenggaraan upacara Saparan Gamping bertujuan untuk
menghormati arwah (roh halus) Kiai dan Nyai Wirosuto sekeluarga.
Waktu penyelenggaraan upacara Saparan Gamping telah ditetapkan, ialah
setiap hari Jumat dalam bulan Sapar antara tanggal 10-20 pada pukul
14.00. (gudeg.net)

3. Mitoni
Mitoni, tingkeban, atau disebut juga tujuh bulanan merupakan suatu
prosesi adat jawa yang ditujukan pada wanita yang telah memasuki masa
tujuh bulan kehamilan. Mitoni berasal dari kata “pitu” yang artinya angka
tujuh. Pitu juga dapat diartikan sebagai pitulungan yang artinya adalah
pertolongan.
Acara ini merupaka sebuah doa agar pertolongan datang pada si bunda
yang sedang mengandung dan doa untuk si anak kelak menjadi pribadi
yang baik dan berbakti.
(hipwee.com)

4. Jarik
Kain panjang yang memiliki motif batik yang beragam corak. Digunakan
sebagai bawahan oleh pria dan wanita yang dipadukan dengan beskap
maupun kebaya. Sebenarnya jarik dipakai oleh orang pada zaman dahulu
di Jawa, terutama pada orang keraton atau kerajaan seperti di Solo dan
Yogyakarta. (langnusa.com)

5. Mendhak
Salah satu ritual dalam adat istiadat kematian budaya Jawa. Upacara
tradisional mendhak dilaksanakan secara individu atau berkelompok untuk
memperingati kematian seseorang. Upacara ini dilaksanakan tiga kali
dalam seribu hari setelah hari kematian: pertama disebut mendhak pisan,
upacara untuk memperingati satu tahun kematian (365 hari); kedua disebut
mendhak pindho sebagai upacara peringatan dua tahun kematian; ketiga
disebut sebagai mendhak telu atau pungkasan atau nyewu dina, yang
dilaksanakan pada hari ke seribu setela kematian. Menurut kepercayaan
Jawa, setelah satu tahun kematian, arwah dari saudara yang diperingati
kematiannya tersebut telah memasuki dunia abadi untuk selamanya, oleh
karena itu penting sekali diadakannya beberapa upacara untuk menemani
perjalanan sang arwah. (gudeg.net)

6. Jagong
Di Jawa Tengah arti jagong adalah menghadiri undangan ke tempat orang
punya hajat, baik itu pernikahan, sunatan, atau hajatan lain yang si
empunya hajat mengedarkan undangan kepada seluruh kerabat, saudara,
teman, sekedar kenalan atau bahkan orang yang tidak dikenal sekalipun.
(kompasiana.com)

7. Kasodo
Upacara Yadnya Kasada Bromo atau Hari raya besar Suku Tengger umat
Hindu di Gunung Bromo yang disebut Kasodo.
Kasodo merupakan upacara sesembahan atau sesaji yang ditujukan
kepada Tuhan mereka Sang Hyang Widhi asa dan para leluhur yang
digelar setiap bulan Kasada hari 14 dalam penanggalan kalender
tradisional Hindu Tengger. Upacara adat ini digelar di Pura Luhur Poten,
tepat di kaki Gunung Bromo, pada tengah malam hingga dini hari.
Upacara ini bertujuan untuk mengangkat dukun atau tabib yang ada di
setiap desa di sekitar Gunung Bromo. Dalam acara ini, suku Tengger akan
melemparkan sesajen berupa sayuran, ayam, dan bahkan uang ke kawah
gunung tersebut.

8. Keboan
Rangkaian selamatan desa sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil
panen yang melimpah sekaligus sebagai upacara bersih desa agar warga
diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala marabahaya.
Digelar setiap tahun sekali, tepatnya bulan Muharam atau Suro pada
penanggalan Jawa, dikenal warga setempat dengan ritual kebo-keboan.
Tradisi ini sudah berlangsung sejak abad 18. Warga meyakini jika tidak
dilakukan akan muncul musibah di desa mereka. (banyuwangibagus.com)

9. Manggulan
Malam terakhir bagi calon pengantin putri sebagai seorang remaja atau
gadis. Pada malam tersebut pengantin putri dirias secara sederhana untuk
menjamu para kerabat yang hadir dalam acara tersebut. (jawatimuran.net)

10. Jomblakan
Jomblakan adalah upacara yang dilaksanakan bersama-sama dengan
waktu ijab. Yang hadir dalam upacara ini: penghulu, kedua calon mempelai
pengantin, dua saksi dari keluarga pegantin pria dan pengantin wanita
(yaitu orang tua atau bila orang tua tidak ada, yang menjadi wali saudara
laki-laki). (ngalam.id)
11. Ngerik
Ngerik atau ngetepi adalah menghilangkan bulu kuduk (bulu kalong) dan
menghilangkan bulu-bulu pada wajah yang masih melekat, supaya bersih
(terhindar dari gangguan) biasanya dilakukan saat menjelang akad nikah.

12. Brokohan
Brokohan adalah salah satu tradisi kelahiran dalam budaya Jawa. Upacara
brokohan ini ditujukan untuk memohon keselamatan dan agar bayi menjadi
anak yang baik. Upacara ini dilaksanakan segera setelah bayi lahir dan
dihadiri oleh si ibu, suami, keluarga, dukun, pinisepuh dan putra-putri famili.
(gudeg.net)

13. Nglimani
Upacara tradisi saat umur kandungan 5 bulan, bertujuan untuk memohon
keselamatan baik untuk si anak maupun ibunya. Upacara dimulai dengan
pembacaan doa, dan para hadirin duduk mengelilingi makanan. Terdapat
makanan pantangan yaitu nanas muda, buah maja, ikan kali, dan kpiting.
(gudeg,net)

14. Ombyong
Sebutan bagi rombongan pengiring pengantin yang biasanya terdiri dari
para keluarga terdekat pengantin pria/wanita yang telah ditentukan.
(wonosari.com)

15. Bucalan
Kata benda dari sesaji yang akan ditempatkan/dibuang di tempat-tempat
tertentu, dengan maksud mengharapkan partisipasi dari para bahu rekso
(makhluk yang tidak kelihatan) maupun yang kelihatan, untuk menjaga
jalan-jalan yang akan dilalui pengantin dan juga di tempat-tempat yang
akan dipakai tempat upacara/perhelatan dan diminta supaya tidak
mengganggu pengantin, orang tua, keluarga, pengiring, tamu-tamu, para
panitia, dll. (wonosari.com)

Daftar Leksikon (Jawa) Dalam Kamus Indonesia Inggris


Oleh John M. Echols Dan Hassan Shadily Edisi 2007

No Kata Bahasa Inggris Halaman


1. Abangan Who does not adhere strictly to 1
the precepts of o.’s nominsl
religion
2. Abu Dust 2
3. Adiguna Rely too much on o.’s own abilities 4
4. Adreng Eager 4
5. Ajak Wild dog 7
6. Ajengan Community leader, s.o. to emulate 8
7. Alon-alon Slow, slowly 13
8. Aluwung Preferable 14
9. Ambeg – First things first 15
parama-arta
10. Ambyar Splatter, fall apart 16
11. Ambyuk Swarm, gather in large numbers 16
12. Amoh In rags 16
13. Ampiran Stopping-off place 17
14. Amput Meng-have sexual intercourse 17
15. Ancang The distance o. Runs before 19
taking a leap
16. Ancuk Meng- copulate. Di- Dammit! Fuck 19
you!
17. Andap Able to be humble 19
18. Angél Difficult, strange, unusual 20
19. Angop A yawn,. Meng- to yawn 23
20. Angsu Draw water 23
21. Anom Young 24
22. Anteng Calm, quiet 25
23. Antep Heavy, solid, massive 25
24. Anyar New 26
25. Anyep Bland not salty 26
26. Anyes Cold and damp 26
27. Apus Deceive, trick 28
28. Arék Child 29
29. Arso Ng- in front of an exalted person 30
30. Asesanti Utter a slogan 32
31. Asmaragama The art of sexual relations 32
32. Asor lowly 32
33. Asu Dog! Bastard! 33
34. Atur Meng-kan offer, give 35
35. Awé, awé-awé wave 36
36. Ayem Calm, assured 36
37. Ayunda Elder sister 37
38. Babon Hen 38
39. Badék A guess 39
40. Badog Eat gluttonously 39
41. Bahu Hamlet headman 42
42. Baja Mixture of oil and burnt coconut 42
shell for blackening teeth
43. Bajul Crocodile 43
44. Bakda The celebration at the end of the 44
fasting month
45. Balapecah Crockery 45
46. Balon prostitute 46
47. Bambung, Squatter, street people 47
bambungan
48. Bancakan k.o ritual feast 47
49. Bancar Flow copiously 47
50. Banget Very, excessively 48
51. Bangir pointed 48
52. Bangus Snout 50
53. Banjang Fishing platform 50
54. Banyak Goose 52
55. Banyu bening A high degree of spiritual 52
enlightenment and peace
56. Bareng With, together with 53
57. Barongan Folk entertainment featuring 54
performer dressed as monster
58. Baros k.o tropical magnolia 54
59. Basuki Prosper, flourish 55
60. Bati Gain, profit 56
61. Bausastra Dictionary 58
62. Bebet Wraparound indicating rank, worn 60
by males
63. Bébét Ancestor 60
64. Bebuka Foreword 61
65. Bejo Lucky 62
66. Belandang Mem- run fast 64
67. Belendung Mem- be sticking out 65
68. Belér m-i Cut into s.t 65
69. Belet Ke- have the need, have 65
compeliing urge
70. Bendoro A title of nobility 69
71. Bendosa Catafalque 69
72. Bené See BENAH 69
73. Bengawan River 69
74. Bentus See BENTUR 71
75. Berak-berok Scream and shriek 71
76. Berét See BARÉT 73
77. Besar 12th month of the Muslim 75
calendar
78. Besutan k.o comedy show 76
79. Bétét k.o parrot, long-tailed parakeet 76
80. Biduren Suffer From rash 79
81. Bindeng Nasal 81
82. Blanggur Large firecrackers 83
83. Blangkon Male batik headdress 83
84. Blantik Broker middleman in livestock 83
85. Bléncong Oil lamp used in wayang 84
perfomance
86. Bleng Natural brine 84
87. Blorong Black and white striped 84
88. Bludas-bludus Go in and out 84
89. Blusuk Mem- go through place in which 84
pas sage is difficult
90. Bobok Mem- pierce, break open 84
91. Bojo Spouse 85
92. Bol Anus 85
93. Bondo Goods, capital 86
94. Bongkrék Inedible 87
95. Bontot Rice wrapped in leaves to eat 87
away from home
96. Bontot Youngest 87
97. Bréngos Moustache 89
98. Bréwok Whiskers, sideburns 89
99. Brocél Having a rough surface 89
100. Brojol m-, mem-, come out unexpectedly 89
101. Brongkol Lump under skin 89
102. Brujul Sapi, oxen for plowing 89
103. Bubrah Fall apart, scatter all over 91
104. Bubras Scraped off 91
105. Buk See IBU 92
106. Buntel Wrapping 96
107. Byar on 99
108. Byur Splashing noise when s.t falls or is 99
thrown into water
109. Cacadan Whiffletree, pole to connect the 100
yoke to the plow
100. Cacak Elder brother 100
101. Cakal-bakal Founder of a village 101
102. Cakrak Well formed body, good-looking 102
103. Cakruk Small market 102
104. Calak Who performs traditional 102
circumcision
105. Camilan Snacks 103
106. Cancut loincloth 103
107. Canda Joke 103
108. Canggah Great-great-grandchild 104
109. Cantas Sharp-tongued 105
110. Catur Talk 106
111. Cedal Suffer from speech defect 108
characterized by pronunciation
of/r/ as a tap or as /i/
112. Celupak Oil lamp without a chimney 110
113. Cengéngés Men- jeer or sneer at 112
114. Cibuk Dipper 117
115. Cikal Young coconut 117
116. Cilik, cilikan Little, small 117
117. Ciplak Ny- chew s.t noisily 118
118. Clila-clili Flustered, embarrrassed 119
119. Clingak-clinguk Look bewildered 120
120. Clingus Bashful but coy 120
121. Clutak Always getting at food 120
122. Colong Men-, ny-, steal 121
123. Congkrah Quarrel 122
124. Congor Snout, muzzle 122
125. Coro cockroach 123
126. Cung Laddy, sonny, a term of address 125
127. Curuk Waterfall 126
128. Dadung Hawser 127
129. Dahar Eat 128
130. Dahyang Guardian spirit 128
131. Dal 5th in series of eight years 128
132. Dalem Residence of high offcial, palace 129
of king
133. Damén Rice straw 129
134. Dangir Men- i hoe before planting 130
135. Dawuh Order, command 133
136. Dedek See DEDAK 135
137. Degan Young coconut 135
138. Delep Men- 1 sink, go below surface 136
139. Delikan Game of hide and seek 136
140. Dempal Physically strong 137
141. Denger See DENGAR 138
142. Dengkul knee 138
143. Dermimil Mumble 141
144. Déwé, déwék o.’s own 143
145. Didéh Coangulated chicken or beef 143
blood as food
146. Didis Men- removes nits and lice from 144
o.’s hair
147. Digdaya invulnerable 144
148. Dimas Term of address for younger 144
brother
149. Dléwéran Ooze and trickle down slowly 146
150. Dodok Squat, kneel sitting on the hams 147
151. Dodot k.o batik wraparound worn by 147
courtiers and bridegrooms
152. Dolan Make a visit for pleasure 147
153. Domblong Open-mouthed due to surprise 147
154. Dongkrok n- remain motionless 148
155. Dowér Having a drooping lower lip 149
156. Dubang Saliva reddened by betel chewing 150
157. Dudut Men- pull, tug at 150
158. Dugal naughty 150
159. dugdén invulnerable 150
160. Dugdér Week-long festival before fasting 150
month
161. Dulur Kin, family 151
162. Dumel Nag, complain 151
163. Durén See DURIAN 151
164. Durna Name of character in the wayang 151
adviser first to o
165. Dursila Unethical 151
166. Dusel n-, men- snuggle up close 151
167. éco Tasty, delicious 152
168. Éling Remember 155
169. Élon Meng-i side with, espouse the 155
cause of, defend
170. Embah Term of address and reference for 156
o.’s grandparent
171. Emoh Be unwilling 157
172. Empal Spiced and fried chunks of beef 157
173. Empik Eager, want to 157
174. Emplék Sheet, layer 157
175. Émplék Roof eaves 157
176. Empon-empon spices 157
177. Encék Stand on s.t 158
178. Endon Meng- stay for a considerable 158
length of time
179. Enes Meng- languish from sadness 159
180. Énggokan curve 159
181. Engkak k.o crow 159
182. Entit Ng-steal 160
183. Éntog Manila duck 160
184. Enyék Answer in a mocking way 160
185. Éwa Averse, unwilling 161
186. Éyang Term of address and reference for 161
granparent
187. Gajih Fatty portions of meat 167
188. Galengan Small dike in rice field 168
189. Gamblang Clear, understandable 169
190. Gambuh A male dancer 169
191. Gambyong k.o woman’s dance 169
192. Gancaran Prose 169
193. Gandes Gracefull 170
194. Gangsir Mole cricket 171
195. Gantél Meng-i hang from 171
196. Gantét Stick 171
197. Gaok k.o bird, crow 172
198. Gaplok Meng- slap s.o on the back 172
199. Ganyong k.o edible tuber 172
200. Gara-gara Scene in traditional wayang 172
201. Garan handle 172
202. Garang Meng- roast s.t 172
203. Garbis k.o round, yellow and black melon 172
204. Garebeg Of the three major muslim 173
religious festivals
205. Garéng Son of semar in jv shadow play 173
206. Gatot Sliced dried cassava boiled with 174
coconut milk
207. Gatuk Match, meet, coincide 174
208. Gayem Meng-i chew the cud 174
209. Gayeng Pleasant, warm, cordial 174
210. Gebang Tall thornless jungle palm with 175
large leaves
211. Gébér Wattle on birds 175
212. Gébés Shake o.’s head in disagreement 175
213. Geblak Ng- fall backward 175
214. Geblas Meng- go away hurriedly 175
215. Geblok Bolt of cloth 175
216. Gebos Meng- suddenly let of smoke 175
217. Gebrés Sneeze 175
218. Gebyah Meng- uyah consider all to be the 175
same, make no distinction
219. Gebyak Perform, stage 175
220. Gebyar Sparke, shine, glitter 175
221. Gebyur Meng- spalsh a large amount of 175
water on s.o or s.t
222. Gecek Meng- crush , smash 175
223. Gedebok Trunk of a banana plant, esp 175
224. Gédéng Sheaf 175
225. Gedobros Ng- talk nonsense 175
226. Gedruk Meng- stamp 176
227. Gegaokan caw 176
228. Gejug Meng- kick in fighting 176
229. Gelo Be disapponted and therefore be 180
hurt and angry
230. Gembrot Big-bellied, paunchy 182
231. Gempil Chipped, damaged 182
232. Genah Proper 183
233. Géncét Grown together 183
234. Gendak Mistress, concubine 183
235. Gendeng Dumb, stupid 183
236. Gending Musical composition for gamelan 183
237. Gendruwo Malevolent spirit 184
238. Genduk girl 184
239. Geplak k.o sweet cake 185
240. Geragas Ng- gluttonous 185
241. Geranggang Bamboo spear 186
242. Geréh Dried salted fish of any kind 186
except anchovy
243. Gering Ill, esp of animals 187
247. Geropyak Sound of a crash 188
248. Geropyok Stage a raid, give chase 188
249. Gerudug Meng- attack en masse 188
250. Getuk k.o sweet steamed loaf of 189
pounded cassava
251. Géyong-géyong Dangle 189
252. Gigir gunung montain ridge, range of hills 190
253. Gigis See KIKIS 190
254. Giris Feel fear and horror 191
255. Gisik Beach 191
256. Gita Hymn, song 191
257. Gites Meng- crush lice between tips of 191
o.’s fingernails
258. Glenggem Ng- eat s.t pr put s.t in o.’s pocket 191
quietly without letting anyone
know to avoid sharing it
259. Gogok Meng- drink straight from a pitcher 192
or bucket
260. Gombyok Tassel, fringe 193
261. Gompyok Bunch 193
262. Gondang Snail, slug 193
263. Gondok Angry in a suppressed 193
264. Gondol Meng- Carry in mounth 194
265. Gori Unripe jackfruit 194
266. Gosong Burnt, scorched, singed 194
267. Gotri Pellet, buckshot 194
268. Gotrok k.o narrow-gauge railway 194
269. Gradag Sound of dragging or moving over 195
a rough surface
270. Grégél Ng-i nervous to the point of 195
quevering
271. Greges Feverish 195
272. Gremet Meng- advance very slowly 195
273. Grengseng Feeling of excitement or 195
anticipation
274. Gudangan Steamed mixed vegetables with 196
grated coconut and chili peppers
275. Gudeg Young jackfruit cooked in coconut 196
milk with spices
276. Gugu Men- listen to and obey s.o 196
277. Gumuk Knoll 197
278. Gurung Windpip, esophagus, gullet 199
279. Gusah Meng- chase away 199
280. Gus Respectful term of address by 199
adults to boys or youth
281. Guyon Ber- joking 199
282. Guyub Friendly, close, mutually helpful 199
283. Iga Rib 217
284. Inggih Yes 223
285. Isin Shy, embarrassed, ashamed 227
286. Jagabaya Village constable 230
287. Janggel Corncob, young corn on the cob 234
288. Janjang Long and slender 235
289. Jaran horse 236
290. Jeding k.o tub to store water 238
291. Jedul Sudden appearance 238
292. Jégal Men- stop 238
293. Jegog Men- to bark 238
294. Jegrag Men- stand on end 238
295. Jejer A row of leather puppets arrayed 239
in prepraration for use in
performance
296. Jeléh Nj-i digunting, sickening 239
297. Jelu Irked, piqued,annoyed 240
298. Jembut Pubic hair 240
299. Jemparing Arrow 240
300. Jeneng Name 241
301. Jeng Polite form of address fora woman 241
the same age or youngerthan
speaker
302. Jentat-jentit Way of walking sexily 242
303. Jéntrét Row, line 242
304. Jerangkong skeleton 243
305. Jeroan Innards, entrails as food 243
306. Joglo Steep upper section of roof of 246
traditiona jv mansion
307. Jogo tirto Officer in village in charge of 246
distribution of water for irigation
308. Jompo Old, decrepit, infirm 246
309. Jor-jor Push, elbow aside 246
310. Jotakan Be on unfriendly terms 247
311. Julig Cunning, sly 248
312. Kadung I got too far, overdo 253
313. Kakang Elder brother 254
314. Kalelep Be submerged, lowered 256
315. Kalingan Partially hidden, with oobstructed 257
view
316. Kamso Rustic,provincial 259
317. Kangmas Older brother 259
318. Kanjeng Form of address or reference for a 259
high-ranking noble
319. Kantil The champac, k.o magnolia 259
320. Kaper Moth 260
321. Kapiran Be nenglected 260
322. kapurancang Ng- stand with the hands cupped 261
convering the genitals as a sign of
deference
323. Karawitan Gamelan music and singing 262
accompanied by a gamelan
324. Kasmaran Smitten with love 264
325. Katél k.o large black spider 265
326. Katés Papaya 265
327. Katok Shorts, undershorts 265
328. Kawiryan Military, having to do with military 266
officers
329. Kawruh Knowledge 266
330. Kawung Sugar palm leaf used as wrapper 266
for cigarettes
331. Kebacut Gone too far, taken an irrevocable 268
step
332. Kebét Pages of a book 268
333. Kecaprak Ng- open o.’s big mouth 268
334. Kécé Cross-eyed 268
335. Kedasih k.o cuckoo 270
336. Keduk A scoop 270
337. Kelasa Mat 273
338. Kelilip Speck in the eye 274
339. Kelihmpungan Confused, distraught 274
340. Keluron miscarriage 276
341. Keluruk Crow, go cock-a- doodle-d0 276
342. Kemayu coquettish 277
343. Kemplong Mallet for softening batik cloth 279
344. Kemringet sweaty 279
345. Kemrungsung Uncomfortable, ill at ease 279
346. Kemul Blanket, converlet 279
347. Kendil Pot for cooking rice 281
348. Kentit Meng- steal s.t 282
349. Képék Notes for cheating on a test 283
350. Kepincut Attracted, drawn to 283
351. Kepyur Meng- sprinkle down 284
352. Kerambil Coconut 284
353. Kéré Puppy 286
354. Kerenceng A net of bamboo srips for carrying 286
small loose items
355. keréték Horse-drawn two-wheeled cart 286
356. Kesel Tired, exhausted 291
357. Kesrakat Suffering from poverty 291
358. Kesusu In a hurry 291
359. Ketaton Get injured 292
360. Keték Monkey 292
361. Keti 100,ooo.se- 100,000 292
362. Ketiban Have s.t fall on o. 292
363. Ketimus Cake made of corn or cassava 293
with coconut and palm sugar
364. Ketiwul Steamed porridge or cake of 293
powdered cassava with palm
sugar and grated coconut
365. Ketul Dull 293
366. Kiprah Gait, pace, progress 298
367. Kirab A ritual procession moving in a 298
circle
368. Kirana ray 298
369. Klaras Dry banana leaf 300
370. Klécam-klécem Smile 300
371. Klésot Mrng- move squatting close to the 300
ground in a submissive attitude
372. Kléték Meng- i peel s.t 300
373. Kliwon The 5th day of the five-day week 300
374. Klobot Dried corn husk used as cigarette 301
wrapper
375. klojotan Shake, tremble 301
376. Kluing Millipede 301
377. Kluwih k.o breadfruit with many seeds 301
378. Kober Have the oppotunity or chance 301
379. Kombong Stable,coop 303
380. Kombor Too big in size, loose fitting 303
381. Komprang k.o bell-bottom trousers 304
382. Konco Buddy, crony 305
383. Kopong Empty, hollow 308
384. Kori door 309
385. Kréték Horse-drawn cart 311
386. Kruntel Rollled up, curled 312
387. Kudu Must, have to 314
388. Kulino Be accustomed to 316
389. Kulon West 316
390. Kulon nuwun What is called out to announce 316
o.’s arrival at s.o.’s house, ask to
come in
391. Kuluk A man’s court headdress shaped 316
like a fez
392. Kuminter Think o. Is smart when o. Is not 316
393. Kung Having a properly developed 317
voice
394. Kungkum Meng- diri bathe submerging o.s 317
in the water
395. Kunir See KUNYIT 317
396. Ladén Who serves 322
397. Lajo Nge- commute to and from a 323
place of employment or study
398. Laler See LALAT 325
399. Lambangsari Sexual intercourse 325
400. Lampor Howling sound of evil spirits heard 326
on rivers
401. Lapat-lapat Vague,barely visible 330
402. Laru Fermenting agent added to make 331
vinegar
403. Larung Float 331
404. Latar yard 331
405. Lawon White cotton 332
406. Lédék Dance performance at feasts by 334
hired dancer joined by honored
spectators
407. Legén Unfermetted toddy 335
408. Legi The first day of the five-day week 335
409. Lelep Me- kan sub merge, immerse 336
410. Lelet Nge- very slow 336
411. Lelono broto Lead an ascetic itinerant way of 336
life
412. Lémbéng coquettish 337
413. Lempeng See LEMPANG 337
414. Lencir Tall and slim 338
415. Lésot Nge- sit on the ground of floor 341
416. Lha Well, yes, of course 342
417. Lho My! (Exclamation of surprise at 342
learn ing s.t. unexpected)
418. Likur Se- 21, tiga- 23 343
419. Limar Silk of pabric 344
420. Lincak Low bamboo bench for sitting or 344
sleepping
421. Lindu Eartquake 344
422. Lindur Nge- talk in or sleep 345
423. Lingir Sharp edge 345
424. Lintang star 345
425. Liwet -nasi boiled rice 346
426. Liyer-liyer Doze 346
427. Lodoh Stripped (threads of screw, etc) 347
428. Loh jinawi Lush, luxuriant, fertile 347
429. Londo White person 348
430. Lonéng Balustrade, railing 348
431. Lonté prostute 349
432. Lor north 349
433. Luak k.o civet cat 349
434. Ludruk Folk theater in which all parts are 350
played by men
435. Luku Plowshare 351
436. Lulur Herbal cosmetic used to lighten 351
437. Lungguh Sit at ease, ke-an job, position 351
438. Lunglit (balung Emaciated 352
kulit)
439. Lurik Striped woven material 352
440. Lurub Cloth for covering a bier 352
441. Mabur Fly, run away 353
442. Macak Drees up 353
443. Macan Tiger 353
444. Macapat Six line, verse form 353
445. Madang Eat rice 353
446. Madap Face 353
447. Madon Chase after women 353
448. Madya Level of leanguage between 354
kromo and ngoko
449. Maem (child leanguage) Eat 354
450. Mait See MAYAT 355
451. Malih Changed, altered 358
452. Mambeg Stagnan ( of water in a swamp or 359
stream that is stopped up)
453. Mambu Smelling bad, tainted 359
454. Mandeg, Stop, get stuck, stall 360
mandek
455. Mandeng Knowing o.s proper position 360
456. Mangap Gape 360
457. Mangir k.o. powder to lighten the skin 360
458. Mantu Hold wedding for o.’s daughter 362
459. Manuk Bird 362
460. Manut Obidient, tending to follow order 362
above
461. Mapan Established, in proper place, order 362
462. Marem Satisfied, content, complacent 362
463. Maro, maron System of ranting rice fields 363
sharing the crop 50-50
464. Mas Title below radén 363
465. Masih Be related in a certain way 364
466. Masin Salty, briny 364
467. Mat, mat-matan Sitting arround enjoying o.s. 364
468. Maton Rational 365
469. Mbék Goat, bleat 366
470. Mbengok Shout, yell 366
471. Mbok A coacing particle 366
472. Mbok Form of addres for older java 366
woman of humble origin
473. Mbokmas See MBOK 366
474. Memedi Ghost 368
475. Méncla-méncle Inconsistent, unreiable 368
476. Ménclok Perch (of birds) 368
477. Meniran Tired from speaking 369
478. Menjangan Deer 369
479. Mentok Breast of chicken 370
480. Méntok Duck 370
481. Mertamu Pay a visit 371
482. Mésem Smile 371
483. Midodaréni Celebration of the eve before a 372
wedding
484. Milik Greedy for material wealth 372
485. Mimik Drink 373
486. Minggat Flee, run away 373
487. Miru Pleat a sarong 374
488. Misan First cousin 374
489. Mitoni Ceremony and feast given for a 374
women seven months pregnant
with he first baby
490. Modar Die 375
491. Modol Disheveled, untidy 375
492. Momot Carry ( a load pessenger) 376
493. Mrongos Bucktoothed 377
494. Mumbul Rise, bounced 379
495. Mumet dizzy 379
496. Munyeng Dizzy 380
497. Murup Flame, flaming 381
498. Nanak-nunuk Slow-moving (person) 384
499. Ndableg, stubborn 386
ndablek
500. Ndoro Master, term of address for a 386
member of the aristocracy
501. Nduk See GENDUK 386
502. Néko-néko All k.o things 386
503. Nelangsa Arousing pity 386
504. Nempil Busy s.t from a place of business 386
that does not normally sell that
item , e.g buy rice from a food stall
505. Néng Polite form of address to youngers 387
woman
506. Nerimo Passive, acquiescent to o.’s fate 387
507. Ngabéhi, ngabéi Title of nobility 387
508. Ngalor-ngidul In all directions 387
509. Ngambul Sulk 387
510. Nganték Until 387
511. Ngarsa dalem The sultan 387
512. Ngeden Strain during bowel movement 387
513. Ngelotok Burst open 388
514. Ngelu Have a headache 388
515. Ngenes Deeply saddened 388
516. Ngéngér Live with s.o and do chores in 388
return for room and board
517. Ngeres Upleasant or irritating sensation 388
due to sand or dust
518. Ngottko Speech level of jv used among 388
intimates or when speaking to
certain people of lower status
519. Ngoyo Exert o.s 388
520. Ngréh Look down on 388
521. Ngurek Gnaw 388
522. Njelirit Form a thim line, like a them line 390
523. Notok To the very end 391
524. Nunut Ride along with 391
525. Nyalawadi Arausing suspicion, having s.t 392
secret about it
526. Nyamikan Sweet snack, candy 392
527. Nyanyah Me- chew 393
528. Nyi Respectfull title for women 393
529. Nyunyut Be soggy ( of s.t. that was crisp) 393
530. Oblak Spacious, loose, not firm 394
531. Ocak-ocak Meng- choke 395
532. Ogah Be averse to 395
533. Ojo Do not 395
534. Ombyok Bunch 396
535. Oncar Meng-i irrigate 397
536. Oncék peel, shell 397
537. Oncor Torch 397
538. Ondo Ladder 397
539. Ongkang- Sit with legs dangling 397
ongkang
540. Ontang-anting Only child 397
541. Ontong The whole banana flower 397
including petals
542. Onyah-anyih Dally, dawdle 397
543. Opén Attentive, careful 397
544. Orak-arik Stir-fried cabbage with egg 398
545. Orong-orong Insect, mole cricket 400
546. Oro-oro legume 400
547. Oték loose, of teeth 400
548. Oyak Meng- chase after 400
549. Oyék dish made from cassava 400
550. Oyot-oyotan Various k.o. roots 400
551. Pacé The mengkudu tree and its fruit 401
552. Paés Make up (cosmetic) 402
553. Paga Basket (hung up to preserve food) 402
554. Paguyuban association 403
555. Pahing See PAING 403
556. Paido m- disparage, belittle 403
557. Paidon Cuspidor 403
558. Pakdé Uncle 404
559. Pakné Term of addres to o.’s husband 404
560. Palagan Battleground 404
561. Pambek Pride 405
562. Pamungkas Final (part) 405
563. Panembrama Song welcoming a celebrity 407
opening an important event
564. Pangabekti Homage 407
565. pangéstu Blessing, spiritual movement 407
originating in Central Java
566. Panggih Ritual meeting at the wedding of a 407
couple being married
567. Pangkon Wooden base of gamelan 408
568. Pangling Fail to recognize 408
569. Panu See PANAU 409
570. Parikan Aphorism 410
571. Pasaréan Cemetery, grave 412
572. Paséban Audience hall 412
573. Pécok axe 414
574. Pedél Flat 415
575. Pedot Broken off, in two 415
576. Pedut Mist, fog 415
577. Pekiwan Toilet 416
578. Peliket Sticky 417
579. Pelinteng Catapult 417
580. Pélog Seven-tone gamelan scale 417
581. Péncut Ke- fall in love, be attracted to 418
582. Pendaringan Place to store rice 419
583. Pengaron Large earthenware pot for cooking 419
rice etc
584. Peningset Bride price 419
585. Pépé Expose s.t to sun, dry in sun 420
586. Pepundén, Object of worship 420
pepundi
587. Perangas- Make a wry expression 421
perongos
588. Permana carefull 424
589. Pernah Be related in a certain way 424
590. Piwulang Lesson, teaching 431
591. Plempem Large pipe 431
592. Pocok Mem- i fill a certain position 432
temporarily
593. Pongo Be open-mouthed from surprise or 433
bewilderment
594. Pramana Carefull 435
595. Prapén Furnace, fireplace, or any place 435
for a fire
596. Primbon Divining manual 437
597. Pringgitan Open structure in front of 437
mansion, behind the pendopo, for
showing shadow plays or
receiving visitors
598. Priyayi o. belonging to upper classes 437
599. Protol Apart, in pieces 438
600. Punakawan Servants of royalty in wayang 440
601. Pundén Holy place 441
602. Punjul A bit over in amount 441
603. Pupuk m-, mem- put traditional 441
medicines on a wound
604. Puter See PUTAR 443
605. R (Radén) Masculine noble title 444
606. RA Title of unmarried female nobility 444
607. RA Title of married female nobility 444
608. Rada Rather, somewhat, 444
609. Ragil Youngest 445
610. Raharja Well- being, prosperity 445
611. Rai- gedék shameless 445
612. Rajabrana Treasure, riches 446
613. Ramanda Father 447
614. Rambaté rata Heave-ho, phrase uttered in 447
hayo unison by group carrying s.t heavy
515. Rampung Finished, settled, completed 448
516. Ranjam See RAJAM 449
517. Rasan Ng- i, -an backbite, gossip about 451
518. Rawit Ka-an music, song 452
519. Rawon k.o beef stew made with keluak 452
520. Rawuh Come 452
521. Rayagung The 6th month of the Arabic 452
calendar
522. Réh Nge- boss around 453
523. Rebon Every wednesday 453
524. Régol Archway, entrance 454
525. Rejeb See RAJAB 455
526. Reksa Watch over, guard 455
527. Rémbés k.o eye disease in which the 456
eyess are watery
528. Rémbong Be-an be frayed 456
529. Rembulan Moon, s.t similar to the moon 456
530. Rempela Chicken gizzard 456
531. Rendeng Rainy season 457
532. Réng Laths used to support or press 457
down roof tiles
533. Réngréngan blueprint 458
534. Réog, réok Cackle 459
535. Rerasan Thinking and talking 459
536. Resik Pure, clean 460
537. Réwang Servant, assistant 461
538. Rikuh Feel awkward or ashamed in the 462
presence of o.’s betters
539. R.M Title of minor male nobility 464
540. Rompal Knocked loose, fall apart 465
541. Rondo royal Fried fritters of fermented casava 466
542. Ronggéng Paid dancing or singing girl 466
sometimes also available for sex
543. Rongkongan Skeleton 466
544. Ruat Exorcism 467
545. Saba Frequent a place 470
546. Sabak Slate for school 470
547. Sadérék Relation, relative 471
548. Sadran Ceremony to pay homage to 472
ancestoral spirits
549. Saka Year in the calendar beginning 473
550. Sambang Disease or affliction caused by 477
evil spirits
551. Sambang visit 477
552. Sambat Ber-, meny- ask for help 477
553. Sambékala Accident 477
554. Sami mawon It is just the same 478
555. Sampéan you 478
556. Sampur Sash, k.o long scarf worn by 479
female dancer
557. Sanépa Figure of speech to express a 480
superlative by referring to aquality
the apposite of the expected and
using it as o. Of the standards of
comparison that is saying that in
comparison to the thing described
the characteristic thing has the
opposite quality
558. Sangan Earthen pot 480
559. Sangling Meny- polish, burnish 481
560. Santek Latch 481
561. Santeng Sash worn around waist of 481
traditional woman’s dress
562. Sarangan Chestnut 483
563. Saraséhan Informal discussion, meeting 483
564. Saréan Grave, graveyard 483
565. Saridelé Soybean milk 483
566. Saron Of the metallophone instruments 483
of gamelan
567. Saru Indecent, obscence 483
568. Sasana Auditorium, public center 483
569. Sato Wild animal 484
570. Satron Meny-i be hostile toward 484
571. Satru See SETRU 484
572. Saut Snatch 485
573. Sawang Ny- look 485
574. Sebal Meny- deviate 486
575. Sekar Flower 490
576. Sekel Robust 490
577. Sékéng Poor 491
578. Sekoteng, Ginger-flavored drink served hot 491
sekoténg
579. Selak Have to do s.t immediately without 492
delay
580. Sélakarang k.o medicinal preparation 492
581. Selawé 25 493
582. Selekit Ny-offensive, tending to hurt o.’s 493
feeling
583. Selingkuh Dishonest, corrupt 494
584. Selomot Meny- fool, hoodwink 495
585. Sempal Broken, chipped 498
586. Semprul Mild swear word: you jerk! 499
587. Sénapati Commander in chief 499
588. Sendang Spring, source 499
589. Senggak Applaud, cheer 501
590. Sengkalan Chronogram 501
591. Sengkelit The wearing of a kris stuck in a 501
belt t the back of o.’s waist
592. Sengsem Ke- highly attracted to s.t 501
593. Senguk Meny- sniff 501
594. Sentak Meny- snap at s.o verbally abuse 502
s.o, tongue-lash
595. Sentana Relative by birth or adoption 502
596. Sentana Cemetery 502
597. Sentong Small inner room of a house 502
598. Sentrap-sentrup Nasal 503
599. Sépa Flat, uninteresting, with no spices 503
600. Sepuh Old 504
601. Seréng Rocket 506
602. Serimpung Meny- tie or etangle an other’s 507
feet
603. Sérok Scoop, round spatula 507
604. Sesanti Slogan, motto 509
605. Sesembahan s.o or s.t worshiped 509
606. Sespuh Elders 509
607. Sését Skinned, scraped 509
608. Setén Assistant to adistrict head 510
609. Setinggil Audience hall 510
610. Setu See RESTU 511
611. Séwot Furious 511
612. Sidomukti Batik disgn of dark symetrical 513
patterns
613. Sigar A slice 513
614. Siji One 513
615. Sikut Elbow 514
616. Simbok See MBOK 515
617. Singgit Sacred, no trespassing 517
618. Sinuhun Term of address for a sovereign 518
619. Sipat kuping Helter-skelter 518
620. Sirep Quiet, silent 519
621. Siwak, siwakan Not on speaking terms 521
622. Siwalan k.o fan palm or its edible fruit 521
623. Slentik Meny-, ny-, snap s.o or s.t with 521
o.’s index finger
624. Slintru Screen to partition a room 521
625. Sokoguru Central pillar 523
626. Sok-sok Often 523
627. Solot Heatedly angry 523
628. Songsong k.o ceremonial umbrella of royalty 523
629. Sowan Visit 525
630. Sreg Well fitting, comfortable 526
631. Srempeng enthusiastic 526
632. Sribombok Long-necked waterbid 526
633. Srimpi Court dance 526
634. Sripah The deceased 526
635. Sugih wealthy 530
636. Suh Broom binding 530
637. Suhun Meny- show great respect for s.o 530
638. Sujén skewer 530
639. Suku Leg 531
640. Sukun Toothless gum 531
641. Sulap dazzled 531
642. Sulap Ber- find a defect in the wearing 531
643. Sulih A substitute 531
644. Sulut meny- Kindle, ignite 531
645. Sumbar Boast, brag 532
646. Sumbul Basket with a lid 532
647. Sumbut In balance with the efforts or costs 532
worthwhile
668. Sumpal Stopper 532
669. Sumpek Crowded 532
670. Sumping Ear ornament worn in classical 532
dance
671. Sunan Ruler of Surakarta 533
672. Sungkan Reluctant to approach or take 533
action toward s.o of higher status
673. Sungkem Show respect by kneeling and 533
pressing o.’s face to another’s
knees
674. Sungu Horn of animal 534
675. Surén See SURIAN 535
676. Surjan Long-sleeved man’s jacket us of 535
woven, striped material
677. Surup Fitting, proper, appropriate 535
678. Surup Meny- set, sink 535
679. Susuan Nest 536
680. Susuk Surplus change after payment 536
681. Susukan Channel between two rivers 536
682. Susur Quid of tobacco, often mixed with 537
betel ingredients
683. Sutil Frying spatula 537
684. Suwar-suwir sweetmeat 537
685. Suwuk Meny- heal magically by blowin on 537
s.t
686. Taék Bullshit! Exclamation of surprise 540
or disagreement
687. Tak By me 543
688. Tal Fan palm, the leaves of which 544
were formerly used for writting on
689. Talang Middleman 544
690. Tambeng Disobedient 546
691. Taméng A shield for combat 546
692. Tampah Winnowing tray 547
693. Tan A privative prefix, a-. Suara 548
soudless
694. Tandak Dance 549
695. Tandon Security for a loan 549
696. Tandur Transplanting 549
697. Tangéh Far off, away 550
698. Tanggap Sunmmon a dalang 550
699. Tanggon Reliable 550
700. Tanggulang Sluice-gate 550
701. Tangkur Seahorse 552
702. Tangpu Pawnshop 552
703. Tangsel A wedge 552
704. Tapih Woman’s ankle-length batik 553
wraparound
705. Tapuk Men- slap 553
707. Tatakan Base of a tray, etc 555
708. Tatanan Arrangement, order 555
709. Tatu Wound 556
710. Tayub Tarian 557
711. Tédéng Protective screen 558
712. Tedun Hernia 558
713. Tegel Capable of doing s.t despicable 559
714. Téklék Wooden clog with leather straps 560
715. Telédék Dancing girl 562
716. Telék Bird droppings 562
717. Telétong Manure, dung 562
718. Telu three 562
719. temantén Bride, bridegroom 563
720. Témbok Masonry wall 564
721. Témbong Spot, esp. Facial birthmark 564
722. Temebar Spread out, dispersed 564
723. Temenan Really, truly 564
724. Tempik Vagina 565
725. Tepas Veranda, porch 569
726. Tepa slira Principle of putting o.s in another’s 569
place, i.e not doing s.t o would not
want done to o.s
727. Terbang k.o tambourine 571
728. Terwélu Hare 573
729. Tetarub Stage with decorations 573
730. Tetel Glutinous rice steamed in coconut 574
milk
731. Tétélan Bones with a bit of adhering meat 574
732. Tétér Men- hit repeatedly 574
733. Tetirah Go s.w for a cure 574
734. Téwél Unripe jackfruit 574
735. Téyol Exhausted 574
736. Thok Only, so much and not a bit more 574
737. Tilas Trace 576
738. Timbel Lead 577
739. Timbrung Men- interfere in s. o.’s affairs 577
740. Ting Lantern 578
741. Tingkepan Traditional ceremony hrld for a 579
woman seven months pregnant
742. Tirakat Do s.t ascetic in order to fulfill a 580
wish or commemorate an event
743. Titimangsa Chronicle, date 581
744. Titiran propeller 581
745. Tiwikrama Yhe process whereby kresna 581
turns himself into wisnu in a crisis
746. Tlola-tlolo move 581
747. To Right 581
748. Tokolan Bean sprouts 582
749. Tolé Boy 583
750. Topobroto Lead a sedentary, ascetic way of 585
life
751. Topong Rimless hat 585
752. Trembesi k.o tree 586
753. Trengginas Swift, quick-moving 586
754. Trenyuh Moved to pity 586
755. Tresno Feel love 586
756. Trondol Featherless, esp of live avians 587
757. Tuding Index finger 589
758. Tumbal S.t used to prevent disease or 591
misfortune
759. Tumbu k.o small basket 592
760. Tumpeng Ceremonial dish of yellow rice 593
served in a cone shape
761. Tumplek Spilled all over 593
762. Tungkul Men- push from behind 595
763. Ublak-ublek Ng- turn upside down to find s.t 599
764. Ubleg-ubleg Ng- pester s.o 599
765. Ucek Meng- rub with o.’s hands 600
766. Udar reel 600
767. Udek Meng- stir 600
768. Udel Navel 600
769. Udet Belt 600
770. Udut Meng- smoke s.t –an pipe to 600
smoke
771. Ugem Property 600
772. Ugeran Rule, norm 600
773. Ulem Invitation 602
774. Uler Worm 602
775. Uluk Salam extend greetings 602
776. Ulu-ulu Official responsible for irrigation 602
777. Umak-umik Meng- silently mouth words 602
778. Umbul Children’s game played with 602
picture cards which are tossed in
the air
779. Umbul-umbul Banner 602
780. Umpel-umpelan Crowded 603
781. Umuk Brag, boast 603
782. Unclik Meng- walk without looking left or 603
right
783. Undak Step 603
784. Undat Meng- dig up old grievances 603
785. Unduh Meng- pick 603
786. Undur-undur Ant-lion 604
787. Uneg-uneg, Grudges 604
unek-unek
788. Unggah-ungguh etiquette 604
789. Ungkur Ber- an, back to back 604
790. Unjukan Drinks offered to a respected 605
person
791. Upet Wick, fuse 606
792. Upleg Be extremely busy 606
793. Urét Larva, white grub 606
794. Urik Meng- pick, pluck 606
795. Uring-uringan Grumble angrily, be angry 606
796. Urun Contribution 606
797. Usuk Rafter 608
798. Uyel-uyel Jostle e.o 608
799. Wadduh See ADUH 610
800. Wadon Female 610
801. Waduh See ADUH 610
802. Wadul Tell on s.o, be a tattletale 610
803. Waled Ooze, alluvium 612
804. Walang Grasshopper 612
805. Walét k.o swallow 612
8. Waluh Squash, gourd, pumpkin 612
807. Waluku Plow 612
808. Wangsit Divine inspiration 612
809. Wanti-wanti Repeatedly, time after time 612
810. waranggana Singer in gamelan orchestra 612
811. Warek Satiated, full 612
812. Warok k.o ascetic expert of martial arts, 613
often homosexual
813. Waringin See BERINGIN 613
814. Wayuh Ber- have more than o wife 614
815. Wé Gosh 614
816. Wedana District chief 614
817. Wedar Disclose 614
818. Wedel Me- dye 614
819. Wedung Cleaver 614
820. Welang See BELANG 614
821. Welasan Custom of giving or buying 10 614
units with an extra o. as a gift
822. Welas asih Mercy 614
823. Wesi See BESI 614
824. Wétan East 614
825. Wéwé, wéwé k.o. ugly female ghost with 614
gombél sagging breats
826. Widuri k.o shrub 614
827. Wijén See BIJIAN 614
828. Wiron Pleats in a batik wraparound 615
829. Wisik inspiration 615
830. Wiyaga Gamelan player 615
831. Wong Person 615
832. Wong Because 615
833. Wong What are you talking about 615
834. Wuku Of the 30 seven-day periods 615
which make up the 210- day
calendar cycle
835. Wuluh See BULUH 615
836. Wungkul Whole, unbroken 615
837. Wungu See UNGU 615
838. Wuwu See BUBU 615
839. Wuwung See BUBUNG 615
840. Yayi Younger brother or sister 617

Daftar Kata (Jakarta) Dalam Kamus Indonesia Inggris


Oleh John M. Echols Dan Hassan Shadily
Edisi ketiga

No Kata Kepala Bahasa Inggris Halaman


1. Abang And some other regions 1
2. Ablak Ng- open wide 2
3. Abruk Ng-in slam or set s.t down with a 2
crash
4. Ai I 6
5. Ajat See HAJAT 8
6. Akiau Young Ch man 9
7. Ama See SAMA 14
8. Ame See SAMA 16
9. Ampat See EMPAT 17
10. Ana Used by those of Arab descent or 17
educated in isl. Schools) I
11. Andang-andang Mole, birthmark 19
12. Ane See ANA 19
13. Arti Ng- understand, comprehend 30
14. Aye I 36
15. Babe Boss 38
16. Badung Naughty but witty (of children) 39
17. Bagong 1 Wid boar. 2 willing sexual 40
partner
18. Bahna On account of 41
19. Beréo, beréok See BRÉwok 73
20. Bodol Torn or with holes 85
21. cadél See CEDAL 100
22. ceban 10,000, in commercial 107
transaction
23. cecéng 1,000, in commercial transaction 107
24. cédok Dipper 108
25. cepék 100, in commercial transaction 113
26. Cetiao, cetiau Million, in commercial 116
transaction
27. Colong Men-, ny- steal 121
28. Dedek See DEDAK 135
29. Dedemenan Favorite thing or peson 135
30. Déh Com on, please do 135
31. démplon Cute, pretty 137
32. Denger See DENGAR 138
33. Dengkul Knee 138
34. Doang,doangan Only, no more than 146
35. Embi Term of address for o.’s aunt 156
36. Empok Term of address and reference 157
for o.’s older sister
37. émrat Large watering can 157
38. Enga, engah Be aware, be conscious 159
39. énggét Meng- hook 159
40. énggokan Curve 159
41. engkong Term of address and refence for 159
grandfather
42. entar Later 159
43. énté You 159
44. galagasi Poisonous spider 167
45. gantét Stick 171
46. Gentayangan Roam about, wandering 184
47. Gentus Surly, offensive ( of speech, 185
words)
48. Gepak Kick 185
49. Geplak Sweet cake 185
50. Geratak Search, look for ( every where) 186
51. Gerayang Meng- grope, esp. 186
52. Gergajul scoundrel 186
53. Gering Ill, esp. Of animals 187
54. Gerobok Bamboo cupboard for food 187
storage
55. Gerong Hole or cavity in the earth 187
56. Geros Meng- snore 188
57. Getas Clear, distinct (change, etc) 189
58. géték Small raft 189
59. géyong Large-buttocked 189
60. Gocan Toss and turn 192
61. Gohok k.o. plant bearing sour purple 192
fruit
62. Gompal Torn down, broken 193
63. Gua Familiar first person pronoun 195
64. Guguh Very old 196
65. Gurat Scratch, line 198
66. Gurem See GURAM 198
67. Jakut Jakarta Utara N Jkt 232
68. Jémbér Dirty, muddy 240
69. Jembut Pubic hair 240
70. Jéntrét Row, line 242
71. Jobong Prostitute 245
72. Jogrog Nge-, n-, be in a place without 246
moving
73. Jon towél Young fellow thats puts on airs 246
74. Kali probably 256
75. kali Very 256
76. Kebét Pages of book 268
77. kedékeran Be agitated, kick the feet in 270
agitation
78. kéder Confused, lose o.’s way 270
79. Kekep Ng-in hold in tight embrace, get 271
hold of
80. Kékhi, kéki Annoyed, irritated,resentful 271
81. Kelilip Speck in the eye 274
82. Kelimpungan Confused, distraught 274
83. Kemekmek Be fascinated 278
84. Kentit Meng- steal 282
85. Képét Fin 283
86. képrétan Slapm with the back of the hand 283
87. Kéték Armpit. Meng- i tickle under the 292
arm
88. Ketoprak k.o salad consisting of bean 293
sprouts, tofu, rice noodles and a
peanut sauce.
89. Kibul Bottom , buttocks, rear. 296
90. Kicerat Meng- spurt out 296
91. Kinces Deflated, burst 297
92. Kintut Youngest child 297
93. Kombor Too big in size 303
94. Kopong Empty ,hollow 308
95. Kubil Swollen (of eyes) 313
96. Lédék Me- , nge- tease. Nge-in tease 334
s.o.
97. Léncong Me- veer, swerve 338
98. Lénong k.o folk theater 339
99. Lindur Nge- talk in o.’s sleep 345
100. Lomot Nge- suck in 348
101. Lopakan Puddle 349
102. Lopak-lopak Woven pouch for tobacco 349
103. Madang Eat rice 353
104. madikipé Swear word, mother-fuckker 353
105. Madipantat Swear word, mother-fucker 353
106. Mah Particle to mark thr topic 354
107. Masup See MASUK 364
108. Méncos Miss a target, fail, not be in a 368
straight line
109. Mengkali See BARANGKALI 369
110. Meniran Tired from speaking 369
111. Mentak Probable 370
112. Misan First cousin 374
113. Mismis Avaricious 374
114. Moblong Loose, baggy 375
115. Moderok Mushy 375
116. Modol Kill 375
117. Modol Disheveled, untidy 375
118. Moler prostituate 375
119. Mpok Term of address to young 377
woman of low class
120. Nébéng Sponge off s.o 386
121. Ngebodoin See BODO 387
122. Ngeden Strain during bowel movement 387
123. Ngelotok Burst open (of fruit) 388
124. Ngok Loud smacking kiss 388
125. No Two, in commercial transactions 390
126. Noné See NONA 391
127. Nongol Stick the head out, appear, be 391
conspicious
128. Nonok Vagina 391
129. Nora, norak Tacky, in bad taste, vulgar, lower 391
than normal.
130. Nyok See AYO 393
131. Ogah Be averse to 395
132. Opyok Apply s.t wet to the head 398
133. Orak Meng- 1 shake s.t violently 398
134. Panggeng Constant, regular,unchanging 407
135. Péang Worn off 414
136. Pédél Flat 415
137. Pelengak Ter-, m-, surprised 417
138. Peléngsong m- deviate 417
139. Peliket sticky 417
140. Péngén Want s.t 419
141. Per Nge- be scared 420
142. Perak Silver, rupiah 421
143. Pétak Hide and seek 426
144. Puguh For sure, certain 439
145. Racek pockmarked 444
146. Rada Rather, somewhat 444
147. Ramban Me, me- i collect grass or leaves 447
for food
148. Randek Me- stop 448
149. Rangas Termite 448
150. Rébék Dirty, not washed 453
151. Rejeng Me- seize, catch 455
152. Réncék Me-kan clean tree trunk of 457
branches –an branch
153. Renyek Crumpled, shrunk 458
154. Reprep Torn 459
155. Ricis Me- slice, chop 462
156. Riyep Me- dim 464
157. Romong Torn, in tatters 465
158. Rompal Knocked loose, fall apart 465
159. Rongkongan Skeleton 466
160. Rundu randa Come and go 469
161. Sabar Ketidak-an impatience 471
162. Sableng Slightly crazy, silly 471
163. Sambat Ber- , meny-, ask for help 477
164. Sangra Meny- i fry without oil 481
165. Sangu Ny- oni give s.o provisions or 481
money for a trip
166. Sengkilit Meny- 1 trip up by tying or 501
grabing leg
167. Sentil Meny- 1 snap o.’s fingers 502
168. Sentiong Ch graveyard 502
169. Serimpung Meny- 1 tie or etangle an others 507
feet
170. Seruduk Meny- 1 ram into 508
171. Seruit Meny- blow a whistle 508
172. Serut k.o carpentry tool, a plane 508
173. Solot Heatdly angry 523
174. Somprét Dammit, term of verbal abuse 523
175. Somsom Conceited, arrogant 523
176. Sono Place of origin 523
177. Sono See SANA 523
178. Sutil Frying, spatula 537
179. Talang middleman 544
180. Tambang Thick rope 546
181. Tampang Wad, roll 547
182. Telek See TELAK 562
183. Tetua Moles, age spots 574
184. Timpa Punch s.o 577
185. Timpé Men- swipe, pilfer 577
186. Timpuk Men- i, n- in throw at 577
187. Tipar Dry rice field 580
188. tojos Perforate,, pierce 582
189. Tonggos bucktoothed 584
190. Tonjok First 584
191. Topo Rag 585
192. Torék Hard of hearing 585
193. Totol Freckles 585
194. Towél Touch slightly with finger 585
195. Toyor Men- strike, punch 585
196. Trindil Robbed, fleeced 586
197. Tuman Be accustomed to 591
198. Tumbal s.t used to prevent disease or 591
misfortune
199. Tumbén For the first time 592
200. Tumpil Supporting pole, prop 593
201. Tundangan See TUNANG 594
202. Ucek Meng- rub with o.’s hands 600
203. Uda, udah See sUDAH 600
204. Udé, udéh See SUDAH 600
205. Udek Meng- stir 600
206. Udeng Headcloth 600
207. Unclik Meng- walk without looking left or 603
right
208. Upleg Be extremely busy 606

Medan Makna
Ubarampe Pernikahan Adat Jawa

Sebelum pernikahan dilakukan, ada beberapa prosesi yang harus• dilakukan,


baik oleh pihak laki-laki maupun perempuan. Menurut Sumarsono (2007), tata
upacara pernikahan adat Jawa adalah sebagai berikut :

1. Babak I (Tahap Pembicaraan)


Yaitu tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya hajat mantu
dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan pertama sampai tingkat
melamar dan menentukan hari penentuan (gethok dina).

2. Babak II (Tahap Kesaksian)


Babak ini merupakan peneguhan pembicaaan yang disaksikan oleh pihak
ketiga, yaitu warga kerabat dan atau para sesepuh di kanan-kiri tempat
tinggalnya, melalui acara-acara sebagai berikut :
1. Srah-srahan
Yaitu menyerahkan seperangkat perlengkapan sarana untuk
melancarkan pelaksanaan acara sampai hajat berakhir. Untuk itu diadakan
simbol-simbol barang-barang yang mempunyai arti dan makna khusus,
berupa cincin, seperangkat busana putri, makanan tradisional, buah-
buahan, daun sirih dan uang. Adapun makna dan maksud benda-benda
tersebut adalah :
a. Cincin emas
Cincin yang berbentuk bulat tidak ada putusnya, maknanya agar cinta
mereka abadi tidak terputus sepanjang hidup.
b. Seperangkat busana putri
Bermakna masing-masing pihak harus pandai menyimpan rahasia
terhadap orang lain.
c. Perhiasan yang terbuat dari emas, intan dan berlian
Mengandung makna agar calon pengantin putri selalu berusaha untuk
tetap bersinar dan tidak membuat kecewa.
d. Makanan tradisional
Terdiri dari jadah, lapis, wajik, jenang; semuanya terbuat dari beras
ketan. Beras ketan sebelum dimasak hambur, tetapi setelah dimasak,
menjadi lengket. Begitu pula harapan yang tersirat, semoga cinta
kedua calon pengantin selalu lengket selama-lamanya.
e. Buah-buahan
Bermakna penuh harap agar cinta mereka menghasilkan buah kasih
yang bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.
f. Daun sirih
Daun ini muka dan punggungnya berbeda rupa, tetapi kalau digigit
sama rasanya. Hal ini bermakna satu hati, berbulat tekad tanpa harus
mengorbankan perbedaan.

2. Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua
kesatuan yang ditandai dengan tukar cincin antara kedua calon pengantin.
3. Asok tukon
Hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk
membantu meringankan keuangan kepada keluarga pengantin putri.
4. Gethok dina
Menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi. Untuk mencari
hari, tanggal, bulan, biasanya dimintakan saran kepada orang yang ahli
dalam perhitungan Jawa.

3. Babak III (Tahap Siaga)


Pada tahap ini, yang akan punya hajat mengundang para sesepuh dan
sanak saudara untuk membentuk panitia guna melaksanakan kegiatan acara-
acara pada waktu sebelum, bertepatan, dan sesudah hajatan.
1. Sedhahan
Yaitu cara mulai merakit sampai membagi undangan.
2. Kumbakarnan
Pertemuan membentuk panitia hajatan mantu , dengan cara :
a. Pemberitahuan dan permohonan bantuan kepada sanak saudara,
keluarga, tetangga, handai taulan, dan kenalan.
b. Adanya rincian program kerja untuk panitia dan para pelaksana.
c. Mencukupi segala kerepotan dan keperluan selama hajatan.
d. Pemberitahuan tentang pelaksanaan hajatan serta telah selesainya
pembuatan undangan.
3. Jenggolan atau Jonggolan
Saatnya calon pengantin sekalian melapor ke KUA (tempat domisili
calon pengantin putri). Tata cara ini sering disebut tandhakan atau
tandhan, artinya memberi tanda di Kantor Pencatatan Sipil akan ada
hajatan mantu, dengan cara ijab.

4. Babak IV (Tahap Rangkaian Upacara)


Tahap ini bertujuan untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu
sudah tiba. Ada beberapa acara dalam tahap ini, yaitu :
1. Pasang tratag dan tarub
Pemasangan tratag yang dilanjutnya dengan pasang tarub digunakan
sebagai tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu dirumah yang
bersangkutan. Tarub dibuat menjelang acara inti. Adapun ciri kahs tarub
adalah dominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna-warni,
dan kadang disertai dengan ubarampe berupa nasi uduk (nasi gurih), nasi
asahan, nasi golong, kolak ketan dan apem.
2. Kembar mayang
Berasal dari kata kembar• artinya sama dan mayang• artinya bunga
pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang
kebahagiaan dan keselamatan. Jika pawiwahan telah selesai, kembar
mayang dilabuh atau dibuang di perempatan jalan, sungai atau laut dengan
maksud agar pengantin selalu ingat asal muasal hidup ini yaitu dari bapak
dan ibu sebagai perantara Tuhan Yang Maha Kuasa. Barang-barang untuk
kembar mayang adalah :
a. Batang pisang, 2-3 potong, untuk hiasan. Biasanya diberi alas dari
tabung yang terbuat dari kuningan.
b. Bambu aur untuk penusuk (sujen), secukupnya.
c. Janur kuning ± 4 pelepah.
d. Daun-daunan: daun kemuning, beringin beserta ranting-rantingnya,
daun apa-apa, daun girang dan daun andong.
e. Nanas dua buah, pilih yang sudah masak dan sama besarnya.
f. Bunga melati, kanthil dan mawar merah putih.
g. Kelapa muda dua buah, dikupas kulitnya dan airnya jangan sampai
tumpah. Bawahnya dibuat rata atau datar agar kalau diletakkan tidak
terguling dan air tidak tumpah.
3. Pasang tuwuhan (pasren)
Tuwuhan dipasang di pintu masuk menuju tempat duduk pengantin.
Tuwuhan biasanya berupa tumbuh-tumbuhan yang masing-masing
mempunyai makna :
a. Janur
Harapannya agar pengantin memperoleh nur atau cahaya terang dari
Yang Maha Kuasa.
b. Daun kluwih
Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu, jika mungkin malah dapat
lebih (luwih ) dari yang diperhitungkan.
c. Daun beringin dan ranting-rantingnya
Diambil dari kata ingin, artinya harapan, cita-cita atau keinginan yang
didambakan mudah-mudahan selalu terlaksana.
d. Daun dadap serep
Berasal dari suku kata rep artinya dingin, sejuk, teduh, damai, tenang
tidak ada gangguan apa pun.
e. Seuntai padi (pari sewuli )
Melambangkan semakin berisi semakin merunduk. Diharapkan semakin
berbobot dan berlebih hidupnya, semakin ringan kaki dan tangannya,
dan selalu siap membantu sesama yang kekurangan.
f. Cengkir gadhing
Air kelapa muda (banyu degan ), adalah air suci bersih, dengan lambang
ini diharapkan cinta mereka tetap suci sampai akhir hayat.
g. Setundhun gedang raja suluhan (setandan pisang raja)
Semoga kelak mempunyai sifat seperti raja hambeg para marta,
mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
h. Tebu wulung watangan (batang tebu hitam)
Kemantapan hati (anteping kalbu), jika sudah mantap menentukan
pilihan sebagai suami atau istri, tidak tengok kanan-kiri lagi.
i. Kembang lan woh kapas (bunga dan buah kapas)
Harapannya agar kedua pengantin kelak tidak kekurangan sandang,
pangan, dan papan. Selalu pas, tetapi tidak pas-pasan.
j. Kembang setaman dibokor (bunga setaman yang ditanam di air dalam
bokor)
Harapannya agar kehidupan kedua pengantin selalu cerah ibarat bunga
di taman.
4. Siraman
Ubarampe yang harus disiapkan berupa air bunga setaman, yaitu air
yang diambil dari tujuh sumber mata air yang ditaburi bunga setaman yang
terdiri dari mawar, melati dan kenanga. Tahapan upacara siraman adalah
sebagai berikut :
a. calon pengantin mohon doa restu kepada kedua orangtuanya.
b. calon mantu duduk di tikar pandan tempat siraman.
c. calon pengatin disiram oleh pinisepuh , orangtuanya dan beberapa
wakil yang ditunjuk.
d. yang terakhir disiram dengan air kendi oleh bapak ibunya dengan
mengucurkan ke muka, kepala, dan tubuh calon pengantin. Begitu
air kendi habis, kendi lalu dipecah sambil berkata “ Niat ingsun
ora mecah kendi, nanging mecah pamore anakku wadon ―.
5. Adol dhawet
Upacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah ibu
calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapak. Pembelinya adalah para
tamu dengan uang pecahan genting (kreweng ). Upacara ini mengandung
harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi, banyak tamu
dan rezeki yang datang.
6. Midodareni
Midodareni adalah malam sebelum akad nikah, yaitu malam melepas
masa lajang bagi kedua calon pengantin. Acara ini dilakukan di rumah
calon pengantin perempuan. Dalam acara ini ada acara nyantrik untuk
memastikan calon pengantin laki-laki akan hadir dalam akad nikah dan
sebagai bukti bahwa keluarga calon pengantin perempuan benar-benar
siap melakukan prosesi pernikahan di hari berikutnya. Midodareni berasal
dari kata widodareni• (bidadari), lalu menjadi midodareni yang berarti
membuat keadaan calon pengantin seperti bidadari. Dalam dunia
pewayangan, kecantikan dan ketampanan calon pengantin diibaratkan
seperti Dewi Kumaratih dan Dewa Kumajaya.
5. Babak V (Tahap Puncak Acara)
1. Ijab qobul
Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul dimana
sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan naib yang disaksikan
wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah pihak serta beberapa tamu
undangan. Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak, tidak memakai subang
atau giwang guna memperlihatkan keprihatinan mereka sehubungan
dengan peristiwa menikahkan atau ngentasake anak.

2. Upacara panggih
Adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :
a. Liron kembar mayang
Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna
menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk bersama-sama mewujudkan
kebahagiaan dan keselamatan.
b. Gantal
Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang saling dilempar
oleh masing-masing pengantin, dengan harapan semoga semua
godaan akan hilang terkena lemparan itu.
c. Ngidak endhog
Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah sebagai
simbol seksual kedua pengantin sudah pecah pamornya.
d. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra
Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna semoga benih
yang diturunkan bersih dari segala perbuatan yang kotor.
e. Minum air degan
Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air mani
(manikem ).
f. Di- kepyok dengan bunga warna-warni
Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang akan
mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan bahagia lahir batin.
g. Masuk ke pasangan
Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan hidup siap
berkarya melaksanakan kewajiban.
h. Sindur
Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau pantang
mundur. Maksudnya pengantin siap menghadapi tantangan hidup
dengan semangat berani karena benar.
Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk di sasana
riengga , di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa, yaitu :
i. Timbangan
Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan pengantin, kaki
kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri diduduki pengantin putri. Dialog
singkat antara Bapak dan Ibu pengantin putri berisi pernyataan bahwa
masing-masing pengantin sudah seimbang.
j. Kacar-kucur
Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada pengantin putri
berupa uang receh beserta kelengkapannya. Mengandung arti
pengantin pria akan bertanggung jawab memberi nafkah kepada
keluarganya.
k. Dulangan
Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini
mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya (simbol
seksual). Dalam upacara dulangan ada makna tutur adilinuwih (seribu
nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan tumpeng yang
bermakna :
a. tumpeng tunggarana : agar selalu ingat kepada yang
memberi hidup.
b. tumpeng puput : berani mandiri.
c. tumpeng bedhah negara : bersatunya pria dan wanita.
d. tumpeng sangga langit : berbakti kepada orang tua.
e. tumpeng kidang soka : menjadi besar dari kecil.
f. tumpeng pangapit : suka duka adalah wewenang Tuhan Yang
Maha Esa.
g. tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini tidak ada
yang abadi.
h. tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada mertua.
i. tumpeng kesawa : nasihat agar rajin bekerja.
3. Sungkeman
Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta mohon doa
restu. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang menyembah,
menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai dari pengantin putri
diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada bapak dan ibu pengantin putra.
Ciri-ciri busana pria yaitu :
1. Selop
Selop terbuat dari kain beludru warna hitam, dihiasi bordir kain batik
yang dikenakan adalah kain batik sidomukti, sido mulyo, atau sido asih,
tergantung dari kain batik yang dipakai mempelai wanita
2. Sabuk
Sabuk dan boro terbuat dari bahan cinde epek dan timan: epek
berwarna hitam sedangkan timang berwarna keemasan dengan permata.
3. Kemeja
Kemeja dengan kerah dan mansyet kalung disebut juga kalung ulur
atau kalung karset baju menggunakan baju beskap kembar atau sama
dengan motif baju yang dipakai oleh pengantin putri.
4. Destar
Destar disebut juga blangkon warna sesuai dengan motif kain batik
yang digunakan oleh penganti wanita dilengkapi dengan bros dibagian
tengah disebut dengan jepitan.
5. Keris
Keris yang digunakan berbentuk ladrang pada ukiran keris dimasukkan
bunga yang disebut dengan kolong keris. Sumping dibuat dari bunga
melati sengah mekar diletakkan pada bagian telinga kanan dan kiri.

Ciri-ciri busana wanita


Tata rias pengantin adat jawa putri merupakan corak khas pengantin dari
Surakarta atau disebut juga solo dilihat dari cara berpakaiannya solo putri
memiliki ciri sebagai berikut :
a. Kain batik
Kain batik digunakan oleh pengantin haruslah bertipe sido mukti yang
artinya jaya, sidomulyo yang artinya mulya, atau sido asih yang berarti
kasih sayang, motif kain batik pada gambar adalah sido mukti. kain batik
haruslah diwiron, jumlah wiron pada kain batik ini biasanya berumlah ganjil
antara 9,10 atau 11, lebarnya 2 jari.
b. Kebaya panjang
Kebaya panjang dibuat dari bludru atau disebut juga blenggen warnanya
bisa hitam, hijau, briu, ungu, coklat, dihiasi oleh sulaman bordir warna
emas, disertai dengan bef atau kutu baru, disertai dengan sematan bros
tiga sususn pada kutu baru.
c. Selop
Selop terbuat dari bahan yang sama dengan kebaya pengantin.
d. Setagen
Stagen adalah ikatan pinggang dari kain yang panjang berwarna umumnya
hitam digunakan untuk mengikat pinggang dan perut dengan kuat dan rapi
supaya terlihat singset. Strepless/ long torso berwarna hitam, pilih yang
resleting belakang, digunakan untuk membentuk tubuh pengantin wanita.
e. Angkin
Kain yang digunakan untuk menutupi stagen dan long torso, warnanya
merah hijau atau hitam.

RIASAN
Busana dan Riasan Pengantin Wanita

Pengantin wanita memakai dhodhot bangun tulak pola alas – alasan, sampur/
selendang sekar cinde arbit, dan kain cinde sekar merah. Tata rias pengantin Solo
Putri yaitu:
a. Sanggul/Konde bokor mengkurep tata rambut pengantin dibuat
seperti bokor tengkurap sehingga dinamakan bokor mengkurep.
b. Racik melati miji timun , sanggul rambut diisi dengan irisan daun
pandan dan ditutup rajut bunga melati. Perpaduan daun pandan dan
bunga melati memancarkan keharuman yang berkesan religius,
sehingga pengantin diharapkan dapat membawa nama harum yang
berguna bagi masyarakat.
c. Ronce bunga melati tibo dodo, pada bagian bawah agak ke arah
kanan sanggul dipasang untaian melati berbentuk belalai gajah
sepanjang 40 cm, diberi nama gajah ngoling. Hiasan ini bermakna
bahwa pemakainya menunjukkan kesucian/kesakralan baik sebagai
putri maupun kesucian niat dalam menjalani hidup yang sakral pula.
d. Cunduk Menthul dan Pethat/sisir berbentuk gunung, diperindah
perhiasan cundhuk sisir dan cundhuk mentul di bagian atas konde 5
tangkai bunga dipasang di atas sanggul menghadap belakang,
menggambarkan sinar matahari yang berpijar memberi kehidupan.
e. Kalung Sungsun (kalung terdiri 3 susun), melambangkan 3 tingkatan
kehidupan manusia dari lahir, menikah, meninggal.
f. Gelang Binggel Kana, berbentuk melingkar tanpa ujung pangkal yang
melambangkan kesetiaan tanpa batas
g. Kelat Bahu (perhiasan pada pangkal lengan), berbentuk seekor naga,
kepala dan ekornya membelit. Melambangkan bersatunya pola rasa
dan pikir yang mendatangkan kekuatan dalam hidup.
h. Centhung, perhiasan berupa sisir kecil bertahtakan berlian di letakkan
diatas dahi pada sisi kiri dan kanan. Melambangkan bahwa pengantin
putri telah siap memasuki pintu gerbang kehidupan rumah tangga.
i. Cincin, putri tidak diperkenankan memakai cincin di jari tengah.
Karena sebagai simbol satu perintah untuk diunggulkan, yaitu milik
Tuhan. Cincin di jari manis sebagai simbol untuk senantiasa bertutur
kata manis. Cincin di jari kelingking simbol untuk selalu terampil dan
giat dalam mengerjakan pekerajaan rumah tangga. Cincin di ibu jari
sebagai simbol untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan ikhlas
dan terbaik
j. Paes. Tata rias wajah pengantin Putri laksana putri raja dengan paes
hitam pekat menghiasi dahi. Sebelumnya, merias atau lazimnya
disebut paes sesudah siraman dimaksud adalah melambangkan
persiapan memperindah diri lahir batin. Menggingat makna yang
dalam, pekerjaan paes diserahkan kepada juru paes yang punya
daya batin yang baik dan luhur yang dapat ditularkan kepada calon
mempelai. Dalam hal ini tata rias dilakukan oleh Pemaes. Pemaes,
orang yang bertanggung jawab mengatur segala persiapan
pernikahan adat Jawa, bertanggung jawab mengatur pakaian dan
rias muka yang akan dikenakan oleh kedua pengantin. Paes
dilakukan setelah dilakukannya pada upacara Ngerik. Ngerik atau
memotong rambut yang pertama-tama, dilakukan oleh ayah calon
mempelai waniata dengan disaksikan oleh ibunda nya, sebagai tanda
pemberian ijin untuk upacara ngerik oleh pemaes. Ini mengandung
arti bahwa sang ayah sudah rela dan ikhlas bahwa putrinya akan
hidup sendiri dilingkungan orang lain. Upacara mengerik wulu kalong
(bulu-bulu halus) disekitar dahi agar waktu dihias akan nampak
bersih dan bersinar. Disamakan/ dinamakan dengan wulu kalong,
karena kalong (kelelawar) meempunyai bulu-bulu yang sangat halus
sama seperti rambut-rambut halus yang tumbuh di dahi para gadis.
Tujuan utama menurut adat adalah agar si calon benar-benar bersih
baik secara lahiriah maupun batiniah. Setelah itu, pengantin wanita
dipaes hitam pekat menghiasi dahi.Paes memiliki makna sebagai
berikut:
a. Gajah – gajahan (bagian tengah dahi) : Gusti Ingkang Maha
Kwaos
b. Pengapit (pendamping di kiri dan kanan gajah-gajahan): Ibu
c. Panitis (sebelah pengapit): Bapak
d. Godheg (di sisi kedua telinga): Anak
Permohonan bahwa semua komponen keluarga bisa menjadi baik.
maka ada kata “ABIMANYU”, yaitu Anak, Bapak, Ibu Manuggal
Marsudi Yektining Urip.
Basahan
Busana basahan mempelai wanita berupa kemben sebagai penutup dada,
kain dodot atau kampuh, sampur atau selendang cinde, sekar abrit (merah) dan
kain jarik warna senada , serta buntal berupa rangkaian dedaunan pandan dari
bunga-bunga bermakna sebagai penolak bala.
Busana basahan pengantin pria berupa kampuh atau dodot yang bermotif
sama dengan mempelai wanita, kuluk (pilihan warnanya kini semakin beragam,
tidak hanya biru sebagaimana tradisi Keraton) sebagai penutup kepala, stagen,
sabuk timang, epek, celana cinde sekar abrid, keris warangka ladrang, buntal,
kolong keris, selop dan perhiasan kalung ulur.
Menurut tradisi Keraton Surakarta, busana yang di gunakan pada saat
Upacara Pernikahan adalah Busana Kampuh/dodot yaitu kain khusus sepanjang
+/- 4,5 m yang di hiasi taburan prada emas pada babaran kain nya, yaitu corak
Alas- Alasan berwarna hijau yaitu corak yang terdiri dari aneka satwa dan
tumbuhan yang ada di rimba / hutan seperti:

Keprabon
Busana Sikepan Ageng / Busana Solo Basahan Keprabon adalah salah satu
gaya busana basahan yang diwarnai dari tradisi para bangsawan dan raja Jawa
yang hingga kini tetap banyak diminati. Mempelai pria mengenakan kain dodotan
dilengkapi dengan baju Takwa yakni semacam baju beskap yang dulu hanya boleh
dipergunakan oleh Ingkang Sinuhun saja. Untuk mempelai wanita memakai kain
kampuh atau dodot dilengkapi dengan bolero potongan pendek berlengan panjang
dari bahan beludru sebagai penutup pundak dan dada.

Penutup Kepala
Untuk bagian kepala biasanya orang Jawa kuna (tradisional) mengenakan iket
yaitu ikat kepala yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi penutup
kepala. Cara mengenakan iket harus kenceng (kuat) supaya ikatan tidak mudah
terlepas. Makna iket dimaksudkan manusia seyogyanya mempunyai pemikiran
yang kenceng, tidak mudah terombang-ambing hanya karena situasi atau orang
lain tanpa pertimbangan yang matang.
Hampir sama penggunaannya yaitu udheng juga, dikenakan di bagian kepala
dengan cara mengenakan seperti mengenakan sebuah topi. Jika sudah dikenakan
di atas kepala, iket dan udheng sulit dibedakan karena ujud dan fungsinya sama.
Udheng dari kata kerja Mudheng atau mengerti dengan jelas, faham. Maksudnya
agar manusia mempunyai pemikiran yang kukuh, mengerti dan memahami tujuan
hidup dan kehidupan atau sangkan paraning dumadi. Selain itu udheng juga
mempunyai arti bahwa manusia seharusnya mempunyai ketrampilan dapat
menjalankan pekerjaannya dengan dasar pengetahuan yang mantap atau
mudheng. Dengan kata lain hendaklah manusia mempunyai ketrampilan yang
profesional.

Busana
a. Beskap
Beskap selalu dilengkapi dengan benik (kancing baju) disebelah kiri dan
kanan. Lambang yang tersirat dalam benik itu adalah agar orang (jawa) dalam
melakukan semua tindakannya apapun selalu diniknik, diperhitungkan dengan
cermat. Apapun yang akan dilakukan hendaklah jangan sampai merugikan orang
lain, dapat, menjaga antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.

b. Sabuk
Sabuk (ikat pinggang) dikenakan dengan cara dilingkarkan (diubetkan) ke
badan. Ajaran ini tersirat dari sabuk tersebut adalah bahwa harus bersedia untuk
tekun berkarya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah manusia harus
ubed (bekerja dengan sungguh-sungguh) dan jangan sampai kerjanya tidak ada
hasil atau buk (impas/tidak ada keuntungan). Kata sabuk berarti usahakanlah agar
segala yang dilakukan tidak ngebukne. Jadi harus ubed atau gigih.

c. Epek
Epek bagi orang jawa mengandung arti bahwa untuk dapat bekerja dengan
baik, harus epek (apek, golek, mencari) pengetahuan yang berguna. Selama
menempuh ilmu upayakan untuk tekun, teliti dan cermat sehingga dapat
memahami dengan jelas.

d. Timang
Timang bermakna bahwa apabila ilmu yang didapat harus dipahami dengan
jelas atau gamblang, tidak akan ada rasa samang (khawatir) samang asal dari kata
timang.

e. Jarik
Jarik atau sinjang merupakan kain yang dikenakan untuk menutup tubuh dari
pinggang sampai mata kaki. Jarik bermakna aja gampangserik (jangan mudah iri
terhadap orang lain). Menanggapi setiap masalah harus hati-hati, tidak grusa-
grusu (emosional).

f. Wiru Jarik
Wiru Jarik atau kain dikenakan selalu dengan cara mewiru (meripel) pinggiran
yang vertikal atau sisi saja sedemikian rupa. Wiru atau wiron (rimple) diperoleh
dengan cara melipat-lipat (mewiru). Ini mengandung pengertian bahwa jarik tidak
bisa lepas dari wiru, dimaksudkan wiwiren aja nganti kleru, kerjakan segala hal
jangan sampai keliru agar bisa menumbuhkan suasana yang menyenangkan dan
harmonis.

g. Bebed
Bebed adalah kain (jarik) yang dikenakan oleh laki-laki seperti halnya pada
perempuan, bebed artinya manusia harus ubed, rajin bekerja, berhati-hati
terhadap segala hal yang dilakukan dan tumindak nggubed ing rina wengi (bekerja
sepanjang hari)

h. Canela
Canela mempunyai arti Canthelna jroning nala (peganglah kuat dalam hatimu)
canela sama artinya Cripu, Selop, atau sandal. Canela selalu dikenakan di kaki,
artinya dalam menyembah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, hendaklah dari lahir
sampai batin sujud atau manembah di kaki-NYA. Dalam hati hanyalah sumeleh
(pasrah) kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.

i. Curiga lan warangka


Curiga atau keris berujud wilahan, bilahan dan terdapat di dalam warangka
atau wadahnya. Curiga dikenakan di bagian belakang badan. Keris ini mempunyai
pralambang bahwa keris sekaligus warangka sebagaimana manusia sebagai
ciptaan dan penciptanya Yatu Allah Yang Maha Kuasa, manunggaling kawula
Gusti. Karena diletakkan di bagian belakang tubuh, keris mempunyai arti bahwa
dalam menyembah Tuhan Yang Maha Kuasa hendaklah manusia bisa untuk
ngungkurake godhaning setan yaitu menjauhkan godaan setan yang senantiasa
mengganggu manusia ketika manusia akan bertindak kebaikan.
Daftar kata Minangkabau dalam Kamus Indonesia Inggris oleh John M.
Echols
No. Kata Kepala Bahasa Inggris Halaman
1. Ajak As 7
2. Ambik Take 15
3. Andam Grave 19
4. Andung Grandmother 19
5. Ang You 20
6. Asung Incite 33
7. Belado A dish with red paper 63
8. Buntak Short and stout 96
9. Calak Sharp-tongue 102
10. Daga Resistance 127
11. Dunsanak Relative 130
12. Gadang Large-big 166
13. Gendeg Oblique 183
14. Gepuk Fat 185
15. Geranyam Come up in waves 186
16. Geratih Canter 186
17. Gerendel Grendel 186
18. Geretang Adopt a fighting posture 186
19. Gerindin Suffer from shivers 187
20. Gerundang Tadpole 188
21. Gerupis Tinker at 188
22. Gili Tickle 190
23. Gohong Hole 192
24. Gombang Goodlooking 193
25. Goyak Shake or rock s.t. 194
26. Gubit Beckor 195
27. Julung The first time 248
28. Kakok Hold 255
29. Kepantang Yesterday 282
30. Lampok Pile of harvested rice 326
31. Lasat Serious 331
32. Lindap Shade 343
33. Lintuh Weak 346
34. Linyak Pressed flat 346
35. Nagari Negeri 382
36. Ngarai Chasm, Gorge 387
37. Ongkok Walk with a stoop 397
38. Oyak Shake 400
39. Padusi Woman, Famale 402
49. Pai Go 403
41. Panekui Panekuk 407
42. Pedusi Woman, Female 415
43. peréwa Who lives outside customary low 422
44. Pusu Troop, Band 442
45. Rabas Drizzle 444
46. Rabu Lungs 444
47. Rancak Handsome, Beautiful 448
48. Rangak Hoisy 448
49. Rapun Broken destroyed 450
50. Recak Ride 453
51. Redah Cut down 454
52. Renyang Restless 458
53. Rewang Grope about 461
54. Rigai Skinny 462
55. Rimis Half a cent 462
56. Rungus Grumble 469
57. Sarau Unfortunate 483
58. Sarit Difficult 483
59. Sarut Gras 483
60. Sasaran Target 484
61. Seduh Pour boiling water on 489
62. Sembayan Co-wife 497
63. Senting Difficult 502
64. Serang Become more 505
65. Sesap Abandoned field 509
66. Sibir A small slice 513
67. Silik Observe 515
68. Sipaku Gelang Traditional bangle worn 518
69. Sipedas Ginger 518
70. Sulak Cancel 527
71. Suarang Join property of husband and wife acquired 528
during marriage
72. Sudi Interrogation 529
73. Sugi To bacco quid 530
74. Suling Tumbled up side down 531
75. Sudut Generation 533
76. Sudut Carry 533
77. Suntih Cut into small pieces 534
78. Surih A scratch or line 535
79. Takah Appearance 543
80. Talah Hastily 544
81. Tambo Legend 546
82. Tambuh Have another plate of rice 546
83. Tambun Timbun 546
84. Tampang Planting seed 547
85. Tampus Sorrel color 548
86. Tanahulayat Community 548
87. Tanggang Refrain from a normal activity 550
88. Tanjur Ladle made of coconut shell 552
89. Tapian Tepi 553
90. Telémpong Percussion instrument 562
91. Teluk belanga Traditional tunic for men 562
92. Temaah Greedy 563
93. Tinggam Conjuration which causes death 578
94. Tingkalak Fish trap 579
95. Tipak Portion 580
96. Tirau Gnome 580
97. Tokok Hammer 582
98. Tonggok Perch 584
99. Tukas False accusation 590
100. Tunda Push 594
101. Tungkup Face downward 595
102. Tuntun Close 596
103. Tura-tura Get very angry 596
104. Udi Unfortunate 600
105. Ulafularan Cramp 602
106. Upik Term of address for a little girl 606
107. Uring Groove between nose and upperlip 606

a. Menyunting Cerita Rakyat Jawa Tengah


Suntingan Cerita Rakyat Jawa Tengah
Ovi Ayuning Tyas
Universitas Negeri Yogyakarta

23. Riwayat Sunan Pojok Blora


Nama Sunan Pojok Blora, menurut cerita rakyat yang berkembang secara
turun temurun menyatakan bahwa nNama Sunan Pojok disandang beliau
sejak menjadi cikal bakal Kkadipaten Blora, dengan memberikkan nama-
nama dukuhan dan kota serta memberikan banyak peninggalan, seperti
Masjid Aagung Baiturahman Blora. dan Selain itu, masih banyak lagi yang
harus digali dan kita jadikan suri teladan tauladan dalam kehidupan pribadi,
keluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sunan Pojok Blora ,
adalah sosok hamba Allah yang mempunyai banyak pahala, karena
pengabdian beliau dalam membela tanah air, nNegara dan bangsa yaitu
(Kerajaan Islam Mataram) dan Sultan Agung Hanyokrokusuma, sebagai
rajanyaselaku raja. Beliau Sunan Pojok Blora adalah sosok hamba Allah, yang
diberi dikaruniai oleh Allah, banyak karamah atau keanehan atau Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

keistimewaan yang tidak dimiliki hamba Allah pada umumnya. Beberapa


klaramah karamah yang dimiliki beliau yaitu, ada karamah yang bersifat umum Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
dan karamah yan bersifat khusus. Karamah-karamah yang beliau miliki Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

merupakan sebagai ujian yang harus difahamidipahami, dihayati, dan


diamlakan diamalkan demi penghambaan diri kepada Allah SWT, kepada
pemerintah, dan kepada masyarakat sebgaiamana sebagaimana
diperintahkan dalam Al-Quran dan ALal-sunnah. Atas jasa-jasa beliau dan
perjuangan beliau dalam menegakkan syari’ah syariah agama Islam dengan
tarekat- dan hakekatnya hakikatnya yang berasal dari Allah SWT, karena
beliau mendapat kedudukan beliau sebgaia sebagai wliyullahwaliyullah. Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Font color: Orange

Masyarakat dan pemerintah Kabupaten Blora menyakini meyakini bahwa


Sunan Pojok Blora adalah cikal bakal (pendiri) kabubupaten Kabupaten Blora.
Beliau Sunan Pojok Blora memiliki nama atau sebutan atau panggilan tidak
hanya satu nama. Nama-nama panggilan tersebut, yaitu: Pangeran Pojok,
Pangeran Surabaya, Pangeran Surabahu, Pangeran Sedah: Syaikh Amirullah
Sayid Abdurrochim, dan Sunan Pojok Blora atau Mbah Benun Wali Pojok
Blora,. Pangeran Pojok atau Pangeran Surabaya, putra putera Pangeran
Ronggo Sedajoe, dan. Pangeran Ronggo Sedajoe pitera putra Pangeran
Sedajoe.
Pangeran Sedajoe putra Putera Hadipati Sarengat yang kawinmenikah
dengan Ratu Pekodjo. Pangeran Pojok yang menjadi Adipati Tuban selama
42 tahun sejak tahun 1619-16611610—1661. Pada hari grebeg Grebeg
maulud Maulud tahun Dal, seluruh bBupati tanah Jawa datang ke Mataram
untuk menghadap Sri Sultan yang pada saat itu yang menjadi raja adalah
Susuhan Hamangkurat I (Agung) menjadi raja, tentang pelaksanaan tugasnya
sebagai Adipati di Tuban., Kkemudian beliau kembali. dan Ssesampainya di
suatu tempat, beliau beristirahat, yaitu di bawah pohon nangka., Kkarena
tempat tersebut masih hutan belantara, beliau dan anak buahnya nasak- Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

nasak (membabat hutan) dan sehingga tempat tersebut dinamakan Ddesa


Sasak.
Perjalanan dilanjutkan lagi dengan jperlahan-lahan (alon-alon). karena Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

tanahnya embelSesampai di tempat yang bertanah embel, lalu tempat


tersebut kemudian diberi anmadinamakan Blora yang artinya dalam bahasa
Jjawa disebut embel. Dan Kkarena perjalanan secara alon alonalon-alon Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

(perlahan-lahan-), maka tempat tersebut dinamakan Alun-alun Perjuangan.


Sselanjutnya, beliau adalah membuat tempat ibadah, yang letaknya di
sebelah barat Laun-alunAlun-alun Blora, yang sekarang menjadi Mmasjid
Agung Baitunnur Blora. Sunan Pojok Blora, yang sekarang menjadi masjid
Agung Baitunnur Blora.
Sunan Pojok Blora mempunyai tiga orang putra, yaitu : Pangeran Kleco,
Raden Sumoditi, dan Raden Dipoyudo. Pangeran Kleco berada di Kudus
sedangkandan Raden Sumodito dan Raden Dipoyudo berada di Blora.
Setelah wilayah Blora dibangun dan putera puteraputra beliau Sunan Poijok
Pojok Blora, yang bernama Raden Sumodito, dengan sebutan Raden
Tumenggung Djojodipo di Blora atau Raden Tumenggung Djojodiwirya
menjadi bBupati pertama di Kadipaten Blora.
ADIPATI/ BUPATI BLORA
Wilayah Blora
Jaman Zaman Kerajaan Demak Wilayah Blora adalah termasuk wilayah
Kadipaten Jipang Panoolan dengan Adipatinya adalah Aria Panangsang.
Karena menguasai Jipang, maka Aria Panangsang disebut juga dengan nama
Adipati Aria Jipang, dengan wilayah kekuasaan meliputi Pati, Lasem, Blora,
dan Jipang. Setelah Pangeran Trengena Trenggana wafat, maka Jaka Tingkir
sebagai menaturnyamengambil alih tugas Pangeran Trenggana. Pangeran
Trenggana menggantikan tahta Kerajaan Demak, tetap tetapi Jaka Tingkir
memindahkan pusat pemerintahan kerjaan Kerajaan Demak dipindah ke
Pajang Sala, makasehingga Blora masuk di dalam Kerajaan Pajang.
kemudian Namun, direbut oleh Kerajaan Mataram, yang kedatonnya di
Kutogede Kotagede, Yogyakarta. Banyak wilayah yang jauh dari pusat
pemerintahan keratonKeraton Mataram, yang melepaskan diri termasuk Blora
yang melepaskan diri. Panembahan Senopati sebagai raja Raja Mataram
yang pertampertama, yang memerintah pada tahun 1586-16011586—1601,
berusaha memasukkan daerah yang jauh dari pusat pemerintahan, kembali
ke wilayah Mataram. Maka, Blora masuk ke wilayah Mataram bagian
Timurtimur.
Pada masa pemerintahan Raja Mataram, yaitu Paku Buwono II, yang
kedatonnya ada di Surakarta, terjadilah pemberontakan yang dipimpin oleh
G.P.H MnagkubumiMangkubumi dapat menguasai wilayah Sukawati,
Grobogan, Demak, Blora, dan Yogyakarta, . Beliau Pangeran Mangkubumi
diangkat rakyatnya oleh rakyat menjadi raja di Yogyakarta, dengan nama
Sultan Kabanaran., Nama itu diberikan karena beliau lama bertempat tinggal
di Desa Kabanaran dan dengan sebutan Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun
Kanjeng Susuhan Senopati Ing Ngalaga Ngabdurahman Syidin Panatagama
Kalifatullah. Setelah Perjanjian giyanti Giyanti tahun 1755, Blora masuk dalam
wilayah Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Jaman Zaman Mataram
Adipati Kadipaten Blora di jamanpada zaman Kerajaan Mataram, sampai
dengan tahun 1749 M, ada dua Adipati yaitu : RT Raden Tumenggung (RT)
Joyodipo dan RT Joyokusumo.
Raden Tumenggung Djojodipo (R.T.RT Joyodipo)
Raden Tumenggung (R.T)
Raden Tumenggung (R.T)R.T. Djojodipo, puteranya adalah seorang
putra dari Pangeran Soerobahoe Bupati Toeban, dengan sebutan nama
Pangeran Sede, Pangeran Podjok, Pangeran Surabaya, Syaikh Abdurrochim,
dan Suan Pojok Blora, yang merupakan puteranya putra dari Pangeran
Sedayu. Sementara itu, R.T. Joyodipo mempunyai sebutan nama Raden
Sadito, juga R.T. Jati Wiryo, juga dan R.T. Joyodiwiryo,. Beliau menjabat
bBupati pertama di Kadipaten Blora,. R.T. Djojodipo, memiliki semangat
perjuangan, semangat pengabdian,semangat perjuangan dan pengabdian
yang besar terhadp terhadap pemerintahan dan kemasyarakatan serta selalu
hormat kepada kedua orang tuanya. Baktinya terhadap orang tuanya,
diwujudkan dengan memindahkan makam Sunan Pojok, yang tepatnya
sejajar dengan makam Sunan Pojok yaitu dike sebelah timurnya mMakam
beliau Sunan Pojok Blora.
Raden Tumenggung Djojokoesoemo
Raden Tumenggung Djojokoesoemo, menjadi bBupati kedua Kabupaten
Blora, menggantikan bBapak mertuanya, yaitu R.TR.T. Joyodipo,. R.T.
Djojokoesoemo, kawinmenikah dengan putrinya putri dari R Raden Sadito
yang juga disebut RRaden. Somodito, atau R.TR.T. Djatiwiryo, R.T.R.T.
Djojodipo, atau R.T.R.T. Djojodiwiryo yang menjadi, bupati Bupati Blora.
R.TR.T. Djojokoesoemo mempunyai putra yang bernama R.T,R.T.
Koesoemojoedo, yang kawin menikah dengan putrinya Kyai Toemenggoeng
Mertogoeno yang merupakan Bupati Lasem. Setelah K.T. Mertoguna wafat,
maka kedudukan sebagai Bupati Lasem digantikan oleh menantunya.
Kerajaan Mataram mulai tahun 1582-17491582—1749, telah mengalami
pergantian Rraja-raja dan keratonnya atau kedatonnya juga mengalami
perpindahan dari suatu tempat ke tempat lainnya. Hal tersebut disebabkan
karena rusak atau akibat-akibat lainnya. Kedaton atau kKeraton Mataram,
berawal dari Kotagede selama 19 tahun, kemudian dipindah ke Plered Pleret
selama 76 tahun., kKemudian pindah lagi ke Kartasura selama 56 tahun,
kemudiandan pindah lagi di Surakarta selama 4 tahun. dan sSelanjutnya
kKeraton Mataram dibagi menjadi dua yaitu Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat dan Keraton Surakarta Hadiningrat sampai sekarang. Raja
Wilayah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang menjadi raja adalah Sultan
Hamengku Buwono dan Raja Kaeraton Keraton Surakarta Hadiningrat yang
menjadi raja adalah Paku Buwono sampai dengan sekarang.
Keraton Kartosuro rusak berantakan dan sudah tidak pantas lagi
ditempati seorang raja, karena akibat peperangan yang terus menerus. Atas
kehendak Sri Baginda Sunan Paku Buwono II, beliau berkeinginanan
berkeinginan membangun keraton baru,. mMenurut pendapat beliau, keraton
yang baru nanti dibangun di sebelah timur sSungai Bengawan Solo. Menurut
prakarsa Tumenggung Honggowongso dalam ilhamnyamendapatkan ilham
yaitu, agar keraton yang baru itu dibangun di sebelah barat sSungai
Bengawan Solo. dengan penjelasan Hal tersebut dikarenakan bahwa jika
dibangun di sebelah timur, maka keturunan raja hanya mempunyai tiga kali
keturunan dan rakyat banyak yang akan menganut agama Budha. Jika
dibangun di sebelah barat sSungai Bengawan Solo, kelak akan dapat
menurunkan raja-raja sepuluh keturunan. Maka Oleh karena itu, diputuskan
bahwa keraton yang baru dibangun di Desa Kedhung Lembu yang terletak di
sebelah barat sungai. Sebagai arsitektur pembangunan ditunjuk Gusti
Pangeran Haryo Mangkubumi, yang ditunjuk sebagai arsitektur
pembangunan, diperintahkan agar untuk segera melaksanakan
pembangunan keraton tersebut, beliaudan dibantu oleh Tumenggung
Honggowongso.
Pembangunan keraton berjalan sampai satu tahun. Pada tahun 1744 Sri
Susuhan Paku Buwono II, dengan para kerabatnya, serta dan segala alat-alat
perlengkapan upacara adat dipindahkan ke keraton yang baru diberi nama
“Surakarta Hadiningrat”. Dalam peresmian penggunaan keraton baru
tersebut., Gubernur Jendral Van Imhoff di dari Batavia akan datang di
Surakarta sebagai tamu negara. Sri Susuhan Paku Buwono II akan
menjemput sendiri ke Semarang dan kembalinya ke keraton bersama-sama
dengan tamunya serta dan Mayor Van Hogendroff ( Penasehat Sri Sunan).
Selama tiga hari, Sri Baginda Sunan berada di Semarang selama tiga hari,
untuk penyambutan tamu agung itu,tersebut. di Di keraton diadakan
keramainakeramaian, pesta dansa, disajikan dan tari Bedhaya Serimpi
dengan jamuan makan yang sangat mariah. Di perbatasan kota dipasang
gapura yang dihias dengan pohon beringin dan janur kuning, serta disambut
dengan gamelan yang bertalu-talu sangat ramai. Rakyat kawula alit
diharuskan, menyambut di sepanjang jalan yang dilalui para tamu agung itu.
Waktu Saat Gubernur Jendral Van imhoff hadir dalam pesta keramaian itu,
tiba-tiba mendapat kesempatan sebuah beritanya kepada dari Patih Adipati
Pringgolaya menjawab, bahawa bahwa Sri Susuhan Paku Buwono II
bertindak tidak adil dengan para pangeran lainnya, sehingga,. Hal tersebut
menimbulkan iri hati di kalangan pangeran tersebut, misalnya dalam hal
pembagian tanah,. Gusti Pangeran Haryo Mangkubumi menerima 500 karya,
hal itu maka ia terus mebujuk membujuk Sri Susuhan Paku Buwono II agar
pembagian tanah milik GPH Mangkubumi dikurangi separuhnya, jika tinggal
tersisa 1.750 karya. Selain daripada itu, Gubernur Jendral Van Imhoff
menharap kepadamengharapkan Sri Baginda Sunan agar diperkenankan
meminjam atau menyewa pelabuhan Semarang. Sebagai pembayaran sewa,
Sri Sunan akan menerima f 40.000 setiap bulnnya bulan dari kompeni
Belanda. Sri Susuhan Paku Buwono II, merasa kebingungan dan tidak dapat
berbicara apa apaapapun kecuali hanya menganggukkan kepala,. oleh
Gubernur Van Imhoff dikira telah menyetujui permi9ntaan permintaan mereka.
Selanjutnya, Gubernur Jendral Van Imhoff segera menyodorkan surat
pernyataan yang harus ditanda tangani oleh Sri Susuhan Paku Buwono II.
Dengan rasa gemetar, Sri Baginda Sunan menggoreskan tanda tangannya di
atas kertas perjanjian tersebut. Peroistiwa Peristiwa inilah tersebut sebagai
awal peletakan penjajahan di bumi kKerajaan Mataram. Semua ini atasitu
akibat keteledoran Pating Pringgolaya sebagai kaki tanagn kompeni Belanda.
Sebagai akibat perjanjian tahun 1949, maka penobatan raja rajaraja-raja di
Jawa Tengah, selanjutnyayang dilakukan oleh seorang pembesar Belanda.
Bupati BupatiBupati-bupati di kKabupaten Blora yang dinobatkan oleh setelah
perjanjian tahun 1749, yang penobatannya dilakukan ileh seorang pembesar
BleandaBelanda setelah perjanjian tahun 1749,, adalah :
R.TR.T. Djayeng Wilotikto
R.T. Djayeng Wilotikto Mmenjadi Bupati Blora Wetan, namun setelah R.T
Djayeng Wilotiktobeliau wafat, oleh atas kehendak sinuhun Susuhan Paku
Buwono III Surakarta Hadiningrat, maka Kkabupaten dihimpun menjadi satu
kembali dan yang menjadi Bupati bupati adlah adalah R.TR.T. Djayeng
Titonoto. kKemudian pindah ke kKabupaten Blora Kulon pada Tahun
Jurnawal, dengan sinengkalan “TRITOESTO ROSO TUNGGAL’ 1693, YANG
JATUH PADA TAHUN je 1767/1768.
Blora itu dariberasal kata Balora, dalam bahasa Kawi yang artinya Embel. Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt, Line spacing: 1.5 lines
Dan pPralambangnya:yaitu “ Batok Bolu Isi Madu”, yang artinya : termasuk
Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
kota kecil dan tempatnya kurang baik, tetapi banyak penghasilannya. DiPada Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

masa yang akan datang, Blora akan menjadi Nnegara besar. Maka sehingga
diumpamakan “Batok Bolu Isi Madu” atau “Doekoet Sirno Ing Tawang Tingal”
Perlambangnya:yang artinya wataknya orang suka berusaha mencari
sandang, pangan dan kekayaan, tetapi royal, jadi kekayaannya itu lalu habis.
(Watekipun tiyang sami taberi ngupados sandang sandang lan tedo soho Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

kasugihan, nanging royal, dados kasugihanipun lajeng ngamlompro).


(Doekoet = suket, sirno= ical, tingal= wekasan, Tawang=awing-awang)
R.T. Tirtokoesoemo
R.T. Tirtokoesomo, putrenya R.tputra dari R.T. Djayeng tTirtonoto,
menggantikan ayahnya menjadi Bupati Blora. R.T. Tirtokoesoemo,
mempunyai putera tigatiga putra, yaitu :
- 1. R.B. Tirtokoesomo II di Montok Solo
- 2. R.B. Hastrokoesoomo Wedono Banjaran Jepara
- 3. R.B. Wongsodikromo Wedono Mayong
R.T. Tirtonegoro
R.T. Tirtonegoro menjadi Bupati Blora menggantikan ayahnya, yaitu R.T.
Prawirojudo,. R.T. Tirtonegoro mempunyai putra empatempat putra, yaitu : R.
Ongkowidjojo, R. Prawirokoesomo, R. Tirtomedjo, dan R. Soemowidjojo.
-R. Ongkowidjojo
-R. Prawirokoesomo
=R. Tirtomedjo
-R. Soemowidjojo
Bupati -bupati selanjutnya di Kabupaten Blora di jpada zaman
pemerintahan kKeraton Surakarta Hadiningrat adalah sebagai berikut :
- R.T. Tirtonegoro II
- R.T.A Tjokronagoro I
- R.T. Tirtonegoro IV
- R.T. Pnaji Notowidjojo
- R.T.Tjokronagoro II
- R.M.T.A Tjokronagoro III
- R.M. Said Abdul Kadir Djailani
- R.M.T.A Tjakraningrat
- R.M. Moerjono Djojodigdo
- R.M. Soedojono
24. Lanjutan Akhil Basiroh
Jaka Sangsang memberitahu ibunya bahwa dia sangat mencintai Dewi Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt
Sumilah. Begitu pula Dewi Sumilah juga mencintainya. Oleh karena itu, dia
memohon kepada ibunya agar mau melamar Dewi Sumilah untuk dirinya.
Mendengar pernyataan anaknya tersebut, Mbok Randha Jambi merasa
sangat masgulmasygul. Akan mMenolak rasanya tidak tega, tetapi kalau
maujika menuruti keinginan anaknya sepertinya akan sia-sia.
Mbok Randha Jambi berusaha menghibur hati anaknya seraya
memberinya pengertian bahwa keingnannya keinginannya itu ibarat pepatah
‘cebol nggayuh lintang’ (si pungguk merindukan bulan), yaitu sesuatu yang
sangat mustahil untuk bisa terlaksana. Jaka Sangsang dianjurkan untuk
mencari gadis lain saja sebagai penggantinya. Sang ibu akan mengendorkan
keinginan Jaka Sangsang untuk mempersunting Dewi Sumilah. Namun, Dia
tidak mau gadis lain.
Oleh kKarena begitu sayangnya kepada Jaka Sangsang, akhirnya Mbok
Randha Jambi mengalah. Demi kebahagiaan anak satu-satunya, Mbok
Randha Jambi segera berangkat untuk melamar Dewi Sumilah. Dalam hati,
sebenarnya dia sudah menduga bahwa lamarannya mungkin akan ditolak,
sebab dirinya miskin sedagkan sedangkan orang tua Dewi Sumilah adalah
seorang penggede yang snagat sangat kaya raya. Alahasil, lamaran Mbok
Randha Jambi pun benar-benar ditolak. Bahkan di rumah Begede Kuwung,
dia mendapatkan penghinaan yang sangat menyakitkan.
Alkisah, Jaka Sangsang dan Dewi Sumilah sudah berjanji sehidup semati.
Ikatan batin mereka berdua sudah sangat kuat. Oleh karena itu, walaupun
mereka dalam kejauhan masing-masingsaling berjauhan namun bisa saling
mengerti perasaan kekasihnya. Dewi Sumilah bisa merasakan kepedihan hati
Jaka Sangsang. Begitu pula Jaka Sangsang juga bisa merasakan kepedihan
hati Dewi Sumilah.
Dengan waktu yang bersamaan, Dewi Sumilah dan Jaka Sangsang
beranjak keluar rumah. Mereka saling melambaikan tangan. Jaka Sangsang
melangkahkan kaki ke arah barat. Sedangkan Dewi Sumilah melangkahkan
kaki ke arah timur. Jaka Sangsang berjalan menyusuri tepi Begawan. Tiba-
tiba dia terjatuh. bahwa kKelak kalau jika jzaman sudah makmur, tempat
tersebut dinamakan Dusun Parengan.
Jaka Sangsang terus melanjutkan perjalanan ke arah barat, melalui Desa
Jigar, kemudian akanmenyebrang menyeberang bBengawan. Di tempat itu,
dia melihat orang-orang yang sedang menata kayu. Jaka Sang-
sangSangsang bertanya kepada mereka, apa yang sedang mereka lakukan.
Orang-orang itu pun menjawab bahwa mereka sedang mengelompokkan
kayu yang bisa dijual dan yang hanya bisa untuk memasak. Salah seorang di
antara mereka mengatakan bahwa, oleh karena hutan adalah milik negara,
maka yang bisa dimakan dan ditelan (dipangan dan diulu) oleh rakyat Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

hanyalah cabang dan rantingnnya. Mendengar jawaban tersebut, Jaka


Sangsang berkata bahwa kelak kalau jika jZaman sudah makmur, tempat
tersebut dinamakan ‘Dusun Kradenan’.
Akhirnya Dewi Sumilah dan Jaka Sangsang berada di sebrang seberang
barat dan timur sungai, mereka saling melambaikan tangan.
25. Legenda Arung Bondan
Pada zaman dahulu kala, di Medang Kamulan hidup seorang pemuda Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt
yang tampan dan gagah perkasa,. Pemuda tersebut bernama Arung Bondan
namanya. Ia berbeda dengan pemuda-pemuda lain seumurnya. Pemuda-
pemuda lain yang gemar berburu binatang, memancing di sungai atau berlatih
menggunakan senjata. sedangkan Arung Bondan lebih suka berguru pada
orang-orang pintar dan memohon kemurahan dewata.
Pada suatu hari, ia mendengar kabar ada seorang guru sakti yang tinggal
di seberang lautan di Pulau Majeti. Pulau Majeti tersebut berada di Ssebelah
utara Pulau Jawadwipa. Kemudian Arung bBondan pamit dan memohon doa
restu kepada bapak ibunya untuk diperbolehkan belahar berguru kepada guru
sakti tersebut. Setelah bapak dan ibunya mengijinkannya pergi, Arung
bBondan kemudian berlayar mengebrangi menyeberangi selat yang
memisahkan Pulau Majeti dan Pulau Jawa.
Setelah berlayar beberapa waktu, ia kemudian mendarap menepi di
Pulau Majeti. Arung bBondan lalu pergi ke Kaling dan menjumpai guru sakti
tersebut.
“Wahai gGuru, hamba datang dari jauh ingin berguru, terimalah hamba Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt
ini sebagai murid karena hamba ingin menjadi orang yang pandai seperti
guru.”
“Baiklah, aku terima engkau sebagai muridku. Aku hanya minta Eengkau
rajin belajar dan tidak malas. Dan setelahSetelah memiliki ilmu, engkau harus
mengamalkan dalam hidupmu. Apakah engkau bersedia menerima syarat
itu?”
“hHamba bersedia dan berjanji akan melaksanakan semua persyaratan
dari gGuru.”
Setelah menjadi murid guru sakti tersebut, Arung bondan Bondan belajar
berbagai macam ilmu. Ia juga belajar pasa kepada seorang guru yang pandai
pengobatan dan pertukangan. Di Kaling, Ia pun menjumpai seorang
Brahmana dari India dan belajar ilmu agama kepadanya. Ketika ada seorang
Biksu datang dari Swarnadpwipa, ia menggunakan kesempatan itu untuk
belajar mediasi. lLambat laun, ilmu yang didapat Arung Bondan semakin
banyak. Akhirnya, Arung Bondan berhasil menjadi seorang yang cerdik dan
pandai berkat kerja keras dan ketekunannya.
Setelah Iia merasa cukup dengan ilmu yang didapatnya di Kaling, Arung
Bondan pun memutuskan untuk pulang ke Medang Kamulan, di Pulau
Jawadwipa. Arung Bndan Bondan pun mengembangkan dan mengamalkan
ilmu yang telah diperolehnya di edangkamulanMedang Kamulan. Namun, Ia
ia tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang telah dimilikinya. Masih ada
keinginan dalam dirinya untuk selalu menimba ilmu yang belum dimiliki dan
dikuasainya.
Suatu hari Ia ia mendengar bahwa di Rajekwesi, negeri di sebelah timur
Medang Kamulan, ada seorang raja yang bernama Angling Darmo yang
mengerti bahasa hewan. Tertariklah Arung Bondan untuk bisa
mempelajarinya. Ia kemudian minta ijin izin orang tuanya untuk menuju pergi
ke Rajekwesi.
“Bapak, ijinkan izinkan saya untuk mencari ilmu ke Rajegwesi. Saya ingin Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt
berguru kepada Prabu Angling darmaDarma.”
“Bukankan kau sudah menguasai berbagai ilmu, anakkuAnakku?”
Sebenarnya orang tuanya agak sedikit keberatan. Karena Mereka
menginginkan Arung Bonang dapat \ segera menikah seperti teman
sebayanya dan memerikan memberikan mereka cucu-cucu.
“saya Saya sangat ingin berguru kepada Prabu Angling Darma. Saya Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt
mohon sekali ini saja, bapak bisa mengijinkan mengizinkan dan saya berjanji
setelah pulang ke Rajegwesi akan memenuhi keinginan bapak Bapak untuk
berumah tangga.”
“kalau Kalau memang engkau sudah bertekad bulat, bapak Bapak tidak
bisa menahanmu. Bapak merestui kepergianmu, tetapi jangan lama-lama
seperti merantau ke Kaling.”
Akhirnya kepergian Bondang pergi ke Rajegwesi untuk menemui Prabu
Angling Darma. Sesampai di Rajegwesi, ia tidak mengalami kesuitan yang
berarti untuk menjumpai Prabu Angling darma. Dan disampaikanlah
Disampaikanlah maksuda kedatangannya kepada Prabu Angling darma.
“hamba Hamba datang dari Medang kamulan Kamulan. karena Karena Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt
mendengar kepandaian Prabu Angling darmaDarma, hamba ingin berguru
kepada Prabu. bolehkah Bolehkah hamba berguru kepada Prabu?”
“tentu Tentu saja boleh, dan bahkan aku senang ada anak muda yang
gemar belajar, bahkan dan datang dari tempat yang jauh.”
Sungguh gembira hati Arung Bondan ketika Prabu Angling Darma mau
menerimanya sebagai muridnya. Seperti ketika menimba ilmu di Kaling, di
Rajegwesi pun Arung Bondan dengan tekun dan bersungguh-sungguh
berguru pada kepada Prabu Angling Darma. Prabu Angling Darma sangat
senang melihat murid yang cerdas dan berbaka berbakat serta rajin belajar
seperti Arung Bondan. Setelah ilmu yang diajarkan dirasa cukup, Prabu
Angling Darma berkata kepada Arung Bondan.
“segala Segala ilmu telah ku berikankuberikan kepadamu dank kau Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt
termasuk anak yang tekun sehingga cepat dapat menyerap segala ilmu yang
telah aku ajarakanajarkan. Sekarang, pulangah ke Medang Kamulan dan
amalkan ilmu itu untuk kebaikan semua makhluk di bumi. Pasti kedua orang
tuamu sudah menantimu pulang.”
“sungguh Sungguh hamba sangat berterimaksih, PramuPrabu. Semoga
segala pesan dan nasihat Prabu dapat hamba laksanakan. Dan Sekarang
hamba mohon pamit.” Kemudian pergilah Arung Bondan meninggalkan
Rajegwesi.
Dalam perjalanan pulang ke Swarnadwipa, ada seorang guru yang
sangat pandai. ia Ia kemudian terpikir ingin belajar di Swarnadwipa sekaligus
ingin melihat plau Pulau Swarnadwipa. Perjalanan ke Pulau swarnadwipa
Swarnadwipa ternyata sangat jauh,. berhariBerhari-hari Arung bondan
berlayar, namun ia tidak merasa tidak lelah karena ia ingin terus belajar. Ia
sangat ingin menjadi orang yang sangat pandai.
Akhirnya setelah berhari-hari berlayar, sampailah Arung Bondan di Pulau
Swarnadwipa. Begitu senang ia bisa sampai di Swarnadwipa, sebab di negeri
itu banyak sekolah yang mengajarkan berbagai ilmu. Murid-murid yang belajar
dan berguru di Swarnadwipa datang dari berbagai pelosok negeri, bahkan ada
murid yang berasal dari negeri seberang, Tiongkok. Arung Bondan tinggal dan
berguru di Swarnadwipa selama beberapa tahun. Ia mempelajari berbagai
ilmu yang belum dimilikinya dan membuatnya semakin pandai.
Namun,Walaupun demikian, ia tidak sombong. karena kepandaiannya itu
setelah Setelah dirasakannya cukup dalam mempelajari semua ilmu yang
ada, akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke Medang Kamulang.
Sesampainya di Medang Kamulang, Arung Bondan kemudan mendirikan
padepokan dan ia menjadi seorang gurunya. Banyak anak muda yang belajar
kepadanya dan berbagai ilmu ia diajarkan kepada murid-muridnya. Orang-
orang di Desa desa merasa sangat senang sebab anak-anak mereka
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya tidak mereka miliki. Arung
Bondan terkenal sebagai ahli bagunan bangunan dan ilmu pemerintahan.
Karena ilmu yang dimilikinya itu, ia sering di mintadiminta tolong baik oleh
rekyat rakyat biasa maupun raja untuk membangun rumah. Di samping itu, ia
juga sering di mintadiminta nasihat oleh punggawa kerajaan tentang berbagai
persoalan pemerintahan yang mereka hadapi.
Karena kepandaian yang dimilikinya dan sifatnya yang tidak sombong,
Arung Bondan memiliki banyak sahabat di berbagai tempat. Namun, kedua
orang tuanya merasa gelisah dan sedih karena hingga saat ini Arung Bondan
belum juga mempunyai istri. Suatu hari di panggillahdipanggillah Arung
Bondan oleh orang tuanya.
“Anakku, kau sudah menjadi orang yang pandai dan terkenal di selerung Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt
seluruh Medang Kamulan. Namun masih ada satu yang kurang….”
“Apa yang kurang, Bapak?”
“Engkau belum beristri. Bapak ingin kau telah beristri dan memiliki anak
sebelum bapak Bapak meninggal. Maukah kau memenuhi permintaan
bapakmu Bapakmu yang renta ini?”
Beberapa waktu kemudian Arung Bondan akhirnya menikah dengan
gadis pilihannya. Setelah menikah, Arung Bondan bertapa di sebuah gunung.
Berkat kesungguhan dan kemulyaan kemuliaan sifatnya, dewata berkenan
atas laku tapa Arung Bondan. Kemudian dewa memberi anugrah anugerah
kepasa kepada Arung BodanBondan. Dalam tapanya, Arung Bondan
menerima wahyu dewa.
“Ku anugrahkanKuanugerahkan kepadamu, kelak anak cucumu akan Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt
menjadi orang-orang yang pandai dan berkuasa. Dari anak cucumu itu akan
lahir para patih di Jawadwipa dan juga para ahli bangunan.”
Setelah menyelesaikan laku pertapanya tersebut., Arung Bondan pulang
ke Medang Pamulang. Beberapa tahun kemudian, Arung Bondan dikaruniai
beberapa anak. Seperti yang diterimanya saat laku tapa, anak-anaknya
menjadi orang yang pandai. Ada yang menjadi patih, dan ada yag menjadi ahli
pertukangan. Konon, dari keturunan Arung Bonanglah Bondanlah asal para
patih dan punggawa kerajaan kerajaankerajaan-kerajaan di Jada dan pejabat
tinggi keraan kerajaan di Jaman zaman kuno. Dari keturunan Arung Bondan
pula, lahir orang-orang yang ahli bangunan. Sehingga Oleh karena itu, Arung
Bondan disebut segai sebagai nenek moyang para ahli bangunan di pulau
Pulau Jawa.
26. ((BELUM ADA JUDUL)
Kuda gagak rimang adalah kua kuda tunggangan andalah andalan Arya Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt
Penangsang. Menurut cerita tutur yang berkembang, khususnya di sekitar
wilayah Jipang dan Panolan, konon asal-usul kuda gagak rimang adalah kuda
milik Riman, anak Soreng Pati Penggede di Desa Kasiman. Kuda tersebut
menghilang pada saat tuannya, Riman, bertarung melawan Siman, anak
Soreng Rangkut, penggede di Desa Sambong, Mereka memperebutkan Rara
Swari, gadis pujaan hati mereka. Adapun kisahnya yaitu sebagai berikut.
Pada saat Riman bertarung melawan Siman dalam rangka
memperebutkan Rara Swari, gadis pujaan mereka, kuda kendaraan Riman
melarikan diri. Sampai saat Riman meninggal, kuda itu tidak ketahuan
rimbanya. Konon, kuda tersebut melarikan diri masuk hutan. Tersebutlah Arya
Penangsang, adipati Adipati Jipang Panolan, sedang memikirkan daerah
kekuasaanya di bagian utara. Ia berjalan mengadakan lawatan ditemani oleh
patihnya yang bernama Metaun. Tatkala perjalanan Arya Penangsang sampai
pada suatu tempat yang banyak ditumbuhi rumput yang segar, tampaklah
seekor kuda hitam yang mulus ‘pancal panggung’ sedang berlari
mendekatinya. AnaehnyaAnehnya, kuda yang tampak binal tersebut
sesampainya di depan Arya Penangsang seketika jinak, seolah-oleh seolah-
olah minta dikasihi. Dia menggaruk menggaruk-garuk kakinya ke tanah,
seolah minta perlindungan.
Melihat hal itu, Arya Penangsang segera mendekatinya,. seketika
Seketika itu, Arya Penangsang merasa tertarik kepada kuda tersebut. Dan
dan bermaksud ingin memiliknya. Kuda tersebut lalu didekatinya kemudian ia
naik kemenaiki punggungnya. Di atas punggung kuda yang baru di
tungganginyaditungganginya tersebut, Arya Penangsang tampak sangat
gagah dan anggun. Ia lalu mengajak patih Patih Mentaun untuk mencari
pemilik kuda tersebut. Adapun tempat Tempat dimana ditemukan penemuan
kuda tersebut diberi nama Desa Gagakan, oleh karena sang kuda berbulu
hitam mulus bagaikan burung agagk gagak maka kemudia tempat tersebut
disebut (Desa) Gagakan.
Untuk mencari sang pemilik kuda, Arya Penangsang dengan diiringi patih
Patih Metaun, berjalan ke arah timur. Akhirnya, ia sampai di tempat Soreng
Pati dan Soreng Rangkut yang bertarung. Pada saat itu kedua jagoan tersebut
sedang merenungi peristiwa yang baru saja mereka alami, yang memakan
korban anak-anak yang sangat mereka cintai. Mereka berdua merasa sangat
menyesal. , baru kemudian, berkat Berkat nasihat gurunya, Ki Gede Senori,
akhirnya mereka bisa menerima dengan ikhlas segala apa yang telah terjadi
dan menimpa dirinya.
Tersebutlah Arya Penangsang. Begitu tiba di tempat itu, segeralah
menghampiri keempat orang yang sedang duduk termenung tersebut. Lain
halnya dengan Soreng Pati, begitu melihat kuda tunggangan anakknya datang
dengan ditunggangi orang lain, seketika hatinya yang semula sudah agak
reda langsung kembali membara, . karena Ia teringat akan kepada Riman,
anaknya. Dia langsung berdiri, dan dengan marah akan menghampiri sang
penunggang kuda,. begitu Begitu paula pula saudara-saudaranya , Soreng
Rangkut dan Roreng Rana. Mereka mengira orang tersebut telah merampas
kuda milik Riman.
Akan tetapi, kekuatan mereka sekan tiba-tiba sirna begitu orang yang
menunggang kuda tersebut mengibaskan tangannya, untuk memberi isyarat
agar mereka menahan diri. Seketika mereka jatuh terduduk. Seakan-akan ada
kekuatan gaib maha dahsyat yang memaksa mereka untuk duduk
menghormat. Sadarlah sekarang mereka bahwa sedang berhadapan dengan
mereka bukan seseorang yang bukan sembarangan. Maka, dengan
menunggu apa yang terjadi selanjutnya, mereka tetap duduk dengan mata
melotot tak berkedip.
Arya Penangsang lalu memperkenalkan dirinya pada keempat orang,
guru dan murit murid tersebut. Mereka berempat pun mangut-mangut tanda
kagum akan kesaktian adipati tersebut. Kemudian, Arya Penangsang
menanyakan apakah mereka tahu siapa pemilik kuda hitam itu. Seketika
keempatnya serentak menjawab “Riman”. Begitu mendengar jawaban
tersebut, Arya Penangsang lalu memberi nama kuda hitam tersebut dengan
sebutan ‘gagak Riman’. Karena karena kuda tersebut berbulu hitam mulus
‘laksana burung gagak’ dan pemiliknya bernama ‘Riman’. Dalam
perkembangan selanjutnya, nama ‘gagak riman’ sering juga disebut ‘gagak
rimang’.
Keempat orang guru dan murit murid tersebut oleh Arya Penangsang
untuk menjadidijadikan pengikutnya. Keempatnya diberi pangkat ‘Wedana
Prajurit’. adapun tempat Tempat yang digunakan untuk menambatkandimana
kuda gagak riman, di tambatkaitu kemudian disebut dengan nama (Desa)
‘Cancangan’Desa Cancangan. Sedangkan peninggalan Peninggalan yang
berkaitan dengan legenda kuda gagak rimang, antara lainyaitu adanya
sendang Sendang ‘Modan’Modan dan sendang gagakanGagakan.
Sendang Modan berada di sebelah selatan Desa Gagakan, yang dahulu
merupakan tempat minum kuda Riman. Konon dikabarkan bahwa air dari
sendang tersebut sangat bertuah, terutama bagi seseorang yang ingin
menggugurkan kandungan. Jika ada orang yang ingin menggurka
menggugurkan kandungan, maka dengan minum air Sendang Modan yang
mengambilnya diambil dengan cara mencuri maka sehingga kandungannya
akan menghilang tanpa bekas. Adapun mengenai Sendang Gagakan yaitu
terdapat di sebelah timur Desa Gagakan. Sendang ini airnya selalu keruh
karena konon sendang ini merupakan berkubangnya kuda Riman sebelum
berjumpa dengan Arya Penangsang.

27. Legenda Penaklukan Blora


Setelah kekalahan Arya Jipang dalam peperangan dalam melawan Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt
pajangPajang. , Suldan Sultan Hadiwijaya kemudian memerintahkan putranya
yang bernama Pangran Benawa untuk memimpin Jipang Panolan. Namun,
sebenarnya kekalahan Arya Jipang dari Pajang tidak membuat rakyat Jipang
Panolan takluk begitu saja pada Pajang. Sebagian Besar rakyat, prajurit, dan
keluarga Arya Jipang meninggalkan Jipang Panolan. Mereka pergi ke
Surabaya dan k eke Palembang. Karena sebagian rakyar rakyat Kadipaten
Jipang Panolan pergi, maka pengeran pangeran Benawa kemudian
mendatangkan orang Pajang untuk menjadi prajurit dan pegawa kadipaten.
Orang-irang Orang-orang pajang Pajang yang datang dan berada di
Jipang Panolan ternyata bertindak sewenang-wenang terhadap rakar rakyat
asli Jipang. Kerena Karena tidak tahan akan peruatan sewenang-wenag
orang Pajang, rakyat Jipang mengungsi ke Blora yag terletak di sebelah barat
laut Jipang. Ketika mendengar adanya pengungsian tersebut, orang-orang
Pajang kemudian mengejar dan menganiaya mereka. Bahkan orang Pajang
bukan hanya berlaku sewenang-wenang terhadap orang Jipang yang
mengungsi ke Blora, tetapi juga bertindak serupa terhadap rakyat Blora.
Seperti seperti yang dilakukan oleh seorang prajurit Pajang terhadap seorang
pengembala sapi yang sebenarnya merupakan rakyar rakyat Blora.
“kalian Kalian sebagai rakyat yang kalah perang sudah sepantasnya
menuruti semua kehendak kami, orang Pajang. Serahkanlah sapimu yang
gemuk itu kepada kami.”
“janganJangan, ini milik kami satu-satunya. ! Sapi ini kami butuhkan untuk
membajak sawah.”
“kalau Kalau kau tidak menurut, kau akan dipukul!”
Kemudian Prajurit Pajang memukuli pengembala pengembala-
pengembala yang malang itu dan merampas sapinya.
Melihat kekejaman orang Pajang, sisa-sisa keluarga Arya Jipang beserta
punggawanya menghimpun kekuatan untuk memulai perlawanan terhadap
Pajang dan menjadikan Blora sebagai basis perlawanannya. Ki Lurah dan
beberapa warganya saling mengutarakan pendapat tentang kekejaman yang
dilakukan oleh orang-orang Pajang tersebut.
“ Kita tidak mungkin membiarkan diri kita di hinadihina oleh Pajang”
“mereka Mereka telah berlaku sewenang-wenang bahkan merampas
harta kita”
“prajurit Prajurit dan orang-orang Pajang suka membunuh dan
memperkosa anak-anak kita. Mereka menganggap kita bukan manusia lagi.”
“tidak Tidak ada jalan lain, kita harus melawannya, kita kobarkan perang.
Kita kobarkan semangat Arya Jipang yang pantang menyerah. Kita lawan
Pajang!”
“kalau Kalau memang itu sudah menjadi tekad kalian, aku pun setuju,
sebab kekejaman pajag Pajang sudah di luar batas kemanusiaan, . bersiaplah
Bersiaplah berperang mulai dari sekarang!”
Mereka kemudian melancarkan serangan terhadap prajurit Pajang serta
dan bergerilya. Semakin lama perlawanan rakyat Blora terhadap Pajang,
semakin menguat da prajurit pajang Pajang kewalahan. Lalu mereka
malaporkan perlawanan Rakyat rakyat Blora kepada Sultan Hadiwijaya di
Pajang.
“Kanjeng Sultan Hadiwijaya, menurut laporan prajurit yang bertugas di
Blora, perlawanan Rakyat Blora semakin lama semakin besar, dan mereka
tidak mau tunduk kepada Pajang. Mereka melawan kekuasaan Pajang, apa
yang harus kita lakukan?”
“ Kalau memang Blora merongrong kewibawaan Pajang, sudah
semestinya kita akan mengirim pasukan ke Blora.”
“Apakah kita akan menumpas pemberontakan rakyar rakyat Blora?”
“yaYa, sebab di sana sisa-sisa kekuatan Arya Jipang bercokol. Kita harus
menumpas sisa=sisasisa-sisa prajurit Arya Jipang yang sekarang bekerja
sama dengan Surabaya untuk membangun kekuatan di Blora.”
Sultan Hadiwijaya kemudian memperintahkanmemerintahkan patihnya
untuk mempersiapkan penyerangan di Blora.
“ Paman patihPatih, engkau bersama Senopati mulai sekarang harus
menyiapkan prajurit untuk menghancurkan Blora. Kalau sangat diperlukan,
ajaklah putra angkatku, Sutawijaya,. dan jangan lupa, mintalah nasihat
kepada Ki Ageng Pemanahan, Ki Panjawi, dan Ki Juru Mertani.”
Dengan segera, Patih pajang Pajang melakukan semua titah rajanya.
Setelah semua prajurit disiapkan dengan baik, Sultan Pajang mengirimkan
ekspedisi bersenjata untuk menumpas perlawanan rakyat Blora, . hamper
Hampir semua prajurit Pajang dikerahkan ke Blora.
Setelah kekalahan Jipang Panolan, Blora di pandang penting dan
sekaligus sebagai ancaman oleh Pajang karena Blora menjadi pusat
pergerakan orang-orang Jipang Panolan yang tidak mau menerima
kekuasaan Pajang. Selain itu, wilayah Blora juga akan direbut oel oleh
Surabaya karena Blora merupakan penghasil kayu jati yang berkualitas
terbaik. Kayu jati sangat baik untuk membuat perahu dan rumah. Kayu jatidan
menjadi salah satu dagangan yang laris pada saat itu. Prajurit Pajang
bergerak ke Blora. Prajurit pajang Pajang terdiri atas pasukan gajah, pasukan
berkuda, dan pasukan berombak. Sesampainya di Blora, prajurit pajang
Pajang mulai menyerang prajurit maupun rakyat biasa.
“serangSerang, habisi semua yang di depanmu, Prajurit!” demikian
perintah senopati Senopati kepada prajuritnya.
“kalau Kalau bukan prajurit apakah tetap dibunuh?”
“semua Semua orang laki-laki yang sudah di sunat harus dibunuh, baik
prajurit maupun rakyat biasa. Sebab bila masih ada orang laki-laki dewasa,
mereka akan menjadi pemberontak. Aku perintahkan untuk dibunuh semua!”
“bahkan Bahkan perbuatan itu tidak ksatria, senopatiSenopati?”
“kalian Kalian prajurit tidak perlu membantah senopatiSenopati. Tugasmu
melaksanakan perintahku. Kalau tidak melaksanakan perintah ini, kalian yang
akan ku bunuhkubunuh!”
Mendengar perintah senopati Senopati tersebut, maka prajurit Pajang
menyisir setiap rumah yang dilaluinya dalam perjalaan penyerangan tersebut.
Penggeledahan dilakukan di semua rumah penduduk siang dan malam. Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt
Bila di dalam rumah itu terdapat seorang laki-laki yang sudah di sunatdisunat,
langsung dibunuh. Bila yang ada di dalam rumah hanya seorang gadis, maka
anak gadis tersebut diperkosa oleh prajurit. Bila orang yang ada di dalam
rumah tersebut tidak mau digeledah, maka rumahnya dibakar dan diratakan
dengan tanah. Jerit tangis terdengar memilukan mengiringi setiap kedatangan
para prajurit Pajang tersebut. Rakyat menjadi sangat ketakutan. Berhari-hari
rakyat Blora diliputi rasa sedih dan tangisan anak yang ditinggal bapaknya dan
abangnya. Tangisan ibu yang kehilangan suami dan anak laki-lakinya. Darah
mengalir bagai air sungai. Mayat bergelimpangan di jalan-jalan, di sawah, .
Didi rumah, dan di mana pun sudut Blora dijumpai mayat.
Beberapa ibu dan penduduk laki-laki yang tersisa pergi menemui Ki lurah
dan mangadu tentang keadaan di Blpra Blora yang semakin genting
etrsebuttersebut.
“bila Bila keadan ini terus berlanjut, rakyat Blora akan habis, lalu apa yang
harus kita lakukan?”
“lelaki Lelaki yang sudah di sunatdisunat, dan bapak-bapak harus segera
meninggalkan bloraBlora. Bersembunyilah ke hutan-hutan.”
“lalu Lalu bagaimana nasib anak-anak Ki Lurah?”
“biarlah Biarlah ibu-ibu yang merawatnya. Hanya inilah jalan satu-
satunya. Bila kita ingin keturunan orang Blora tidak punah.maka Pergilah
pergilah sekarang, . selamatkanlah Selamatkanlah dirimu dan generasimu
berikutnya.”
“Ki Lurah sendiri ikut dengan kami?”
“Aku akan menjaga para istri dan anak-anak”
“Itu berarti Ki Lurah akan di bunuhdibunuh oleh prajurit Pajang.”
“yaYa, tetapi untuk beberapa saat sepeninggal kalian mengungsi ke
hutan, aku dapat menjaga mereka walau aku harus mati. Sekarang
berangkatlah dan jangan hiraukan pedulikan diriku.”
Gelap malam telah menelan segala yang ada di bumi Blora, . dalam
Dalam kegelapan malam itu pula beberapa orang laki-laki yang tersisa menuju
hutan, untuk bersembunyi dari kejaran prajurit Pajang. HuatanHutan jari di
sekitar Blora sangatlah lebat. Pergerakan orang laki-laki yang tersisa itu
semakin jauh masuk hutan. Naik gunung, dan menuruni lembah untuk
menceri mencari tempat yang dianggap aman untuk berlindung.
“sudah Sudah berhari-hari kita berjalan di dalam hutan, saya kira kita bisa
tinggal menetap di sini, tidak perlu meneruskan perjalanan.”
“yaYa, saya setuju. Lagi pula di tempat ini juga terdapat sungai yang
cukup deras airnya. Di seberang sungai ada juga gua yang dapta dapat kita
pakai gunakan untuk tempat berteduh kalau hujan dan dapat di
pakaidigunakan untuk tidur di pada waktu malam.”
“baiklah Baiklah, kalau teman-teman menghendeki menghendaki tempat
ini untuk tempat tinggal kita bersembunyi dari kejaran prajurit Pajang, aku
setuju.”
Akibat pembantaian dan Pajang yang kejam dan ganas, penduduk Blora
yang tersisa hanyalah kaum perempuan, bayi, dan anak-anak. Tidak ada satu
pun lelaki dewasa yang tertinggal di Blora.
Peristiwa penyerbuan Pajang ke Blora dan pembantaian Pajang di Blora
tersenut tersebut dikenal dengan peristiwa pambloraPamblora. Beberapa
tahun kemudian, setelah peristiwa pambloraPamblora, orang-orang laki-laki
yang bersembunyi di hutan kembali menjumpai keluarga mereka dan
membangun Blora kembali. Namun, ada sebagian dari mereka yang tetap
memutuskan untuk tinggal di hutan bersama dengan orang Kalang yang ahli
bangunan.

28. Legenda Kedung Moyo


Alkisah, pada jaman zaman kerajaan Kerajaan Mataram, di dukuh Dukuh
Jambi, Desa Mendalem ada seorang janda yang disebut ‘Mbok Randha
Jambi’. Dia hidup berda berdua dengan adiknya yang bernama Blacak Ngilo.
Mereka berdua hidup dalam kemiskinan. Suatu hari Mbok Randha Jambi ke
bengawan Bengawan untuk mencuci beras (mususi). Tiba-tiba ia melihat
sebuah peti (gendaga) yang tersangkut di atas rerumputan glagah di tepi
bengawanBengawan. Peti tersebut diambilnya, lalu dibuka. Dia sangat
terkejut karena di dalam peti terdapat seorang bayi laki-laki. yang lalu Lalu
dibawanya pulang bayi tersebut. Sang bayi pun segera di
rawatnyadirawatnya. Dia sangat bersyukur dan sangat beruntung. Sebab
karena sudah lama dia mendambakan hadirnya seorang anak.
Bayi tersebut kemuian kemudian diberi nama Jaka Sangsang. Dan
setelah Setelah dewasa, ibu dan pamannya menyuruhnya pergi ke rumah
Begede Kuwung yang bernama Ki Mangun Dipura untuk mohon mengabdi
sebagai penggembala kerbau. Setibanya di rumah Begede Kuwung, Jaka
Sangsang ditanya oleh Ki Mangun Dipura mengenai jati dirinya beserta
maksud kedatangannya. Walaupun abdi penggembala kerbau, sang Sang
Begede, sudah cukup banyak, namun karena jumlah kerbau yang dipelihari
dipelihara mencapai 144 ekor, makasehingga tenaga Jaka Sangsang sangat
diperlukan. Adapun kerbau yang dipercayakan untuk dipelihara Jaka
Sangsang adalah seekor kerbau pancal Pancal panggung Panggung yang
berkalungkan benang lawe tiga warna.
Begede Kuwung sudah mempunyai enam orang abdi penggembala
kerbau, yaitu: Jaka Pon, Jaka Wage, Jaka Kliwon, Jaka Legi, Jaka Pahing,
dan Jaka Senthir. Adapun anak Begede ada dua orang, semuannyasemuanya
perempuan, yaitu bernama Dewi Sumilah dan Retno Dumilah. Setelah itu,
Jaka Sangsang menjalankan tugas menggembala kerbau dan segeralah
melepas kerbau pancal Pancal panggung Panggung dari ikatannya. Dalam
menggembala, ia tidak mau berjalan kaki, melainkan sembari sehingga naik
di punggung kerbau yang digembalanya. Sebenarnya Jaka Sangsang dalam
hati tahu kala kalau kerbau hati pancal Pancal panggung Panggung itu adalah
seekor kerbau yang sangat dikeramatkan. Akan tetapi, dia sama sekali tidak
merasa takut.
Kerbau Pancal Panggung yang dikendarai Jaka Sangsang berjalan terus
ke arah timur. Di suatu tempat, Jaka Sangsang menemukan sebuah parit yang
airnya mengalir dengan sangat jernih. Agar kerbau yang digembalakan bisa
minum, parit tersebut lalu di bendungdibendung (disingget) sehingga airnya
bisa menggenang. Oleh karena air yang diminum kerbau tersebut adalah
hasil dari singgetan (bendungan), maka tempat tersebut kemudian dinamakan
‘dukuh singget’. Ketika hari sudah sore, ia pulang ke rumah Bagede Kuwung
seraya menggiring kerbaunya ke kandang. Pada saat Jaka Sangsang tidur,
ada temannya yang melihat bahwa tubuh Jaka Sangsang memancarkan
sinar. Dewi Semilar Sumilah juga mengetahui hal itu. Oleh karenannya karena
itu, dia jatuh hati kepadanya. temanTeman-temannya lama-kelamaan
mengetahui kalau Dewi Sumilah menaruh hati kepada Jaka Sangsang. Dalam
hati mereka merasa cemburu. Akan tetapi, Dewi Sumilah tidak terpengaruh
pada perbuatan mereka, malahan rasa cintanya kepada Jaka Sangsang
semakin membara. Jaka Sangsang pun membalas Dewi Sumilah. Akhirnya
Begede Kuwung mengetahui kalau putrinya, Dewi Sumilah, jatuh cita cinta
kepada Jaka Sangsang. Begede Kuwung tidak
memperbolehkannnyamengizinkannya.
Pada suatu hari, Begede Kuwung kedatangan tamu bernama Ki Gede
Sentono. Kedatangan tamu tersebut dengan maksud tersebut melamar kedua
putri Begede Kuwung, Dewi Sumilah dan Retno Dumilah, untuk dikawinkan
dinikahkan dengan dua orang anak Begede Sentono yang bernama Suronggo
dan Suranggi. Pada dasarnya lamaran tersebut diterima, tetapi dengan syarat,
yaitu Dewi Sumilah meminta mas kawin berupa seekor pancal Pancal
panggungPanggung. Sesampai di rumah, Ki Gede Sentono memberitahu
kedua putranya, jika mereka berdua sangat ingin bisa menikah dengan putri
Begede Kuwung, di sarankandisarankan esok hari mereka berdua harus
menemui Jaka Sangsang untuk diminta kerbaunya. Jika boleh diminta secara
cuma-cuma, . kalau Namun, jika tidak boleh diminta, dibeli berapa
harganayamaka dibeli. Jika masih tidak boleh, maka Jika tidak boleh dibeli,
diminta minta dengan paksa.
Keesokan harinya Suronggo dan Suranggi melaksanakan anjuran
ayahnya. Pagi-pagi mereka berdua sudah menunggu di jalan yang biasa
dilewati Jaka Sangsang dalam menggembala kerbau. Mereka berdua lalu
menanyakan tentang diri sang pemuda, siapa namanya dan kerbau siapa yag
yang dinaikinya. Sang Jaka Sagsang Sangsang pun menjawab, memberitahu
bahwa dirinya adalah anak dari desa Kuwung, abdi Begede Kuwung,
namanya Jaka Sangsang adapun dan kerbau yang dinaikinya adalah milih
milik Baginda kUwungKuwung, bernama kerbau pancal Pancal
panggungPanggung. Jaka Sangsang juga menanyakan siapa mereka.
Suronggo dan Suronggi menjelaskan tentang siapa dirinya. Diberitahukan
bahwa mereka adalahyang merupakan anak dari Ki Gede Sentono. Adapun
keperluan Keperluan menemui Jaka Sangsang adalah mau memina meminta
kerbaunya akan dipergunakanuntuk digunakan sebagai mas kawin dalam
meminang anak Begede Kuwung yang bernama Dewi Sumilah.
Mendengar pernyataan Suronggo dan Suronggi, Jaka Sangsang seketika
marah. Lalu terjadilah perselisihan di antara mereka, yang berlanjut menjadi
pertarungan. Dalam pertarungan tersebut, Suronggo dan Suronggi
mengalami kekalankekalahan. Adapun sang Sang kerbau pancal Pancal
panggung Panggung berlari-lari tampak gembira begitu mengetahui tuannya
menang dalam pertanrunganpertarungan, dia berlari-lari tampak gembira.
Pada saat itu, datanglah Blancak Milo, yang mengetahui keponakannya habis
usai bertaruh dan menang, serta kerbaunya berlari-lari tampak gembira. Dia
selalu bersabda bahwa kelak jika jamannya zaman sudah makmur tempat
tersebut bisa dinamakan dukuh Dukuh Jigar.
Tak lama kemudian, datanglah Ki Begede Sentono di hadapan Blacak
Ngilo. Blacak Ngilo bertanya mengenai siapa dirinya. Ki Sentono lalu
menjelaskan bahwa maksud kedatangannya adalah untuk mencari Jaka
Sangsang akan dibunuhdan akan membunuhnya dan kerbaunya akan
diminta. Mendengar jawaban tersebut, Blacak Ngilo marah. Dia lalu
menantang Ki Sentono bahwa tidak perlu mencari Jaka Sangsang, kalau
berani hadapilah dirinya. Akhirnya terjadilah pertarungan diantara antara
keduannya. Dalam pertarungan tersebut, mula-mula Ki Blacak Ngilo hampir
kalah. Dia lalu berlari ke arah barat laut, sampai di tepi Bengawan Solo. Di
tempat tersebut dia lalu mengambil senjatanya berupa sepucuk Tumbak
Krincing Mas. Ki Sentono di umbakdiumbak tapi bisa menghindar sehingga Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

tidak kena. Mata tombak menancap pada sebuah batu besar. Begitu tombak
dicabut, bekas lobang lubang pada batu tersebut menjadi terowongan seperti
gua, hingga tembus ke daerah tuban Tuban, Jawa Timur. Begitu melihat ada
terowongan tersebut. Melihat hal itu, Blacak Ngilo berkata bahwa kelak kalau
jaman zaman sudah makmur tempat tersebut dinamakan gua Gua
sentonoSentono.
Tak lama kemudian sanga kerbau berdiri, lalu berjalan kea rahke arah
barat. Jaka Sangsang dan Jaka Ngilo mengikutinya dari belakang. Dalam
perjalanan tersebut, Blacak Ngilo melihat ada sumber mata air di tepi sebuah
batu, dan airnya Nampak tampak sangat jernih. Setelah tombaknya dicuci
bersih, Blacak Ngilo lalu beristirahat dengan duduk bersandar pada batu di
tepi mata air tersebut. Dia lalu berangan-angan bahwa, oleh karena mata air
tersebut dia gunakan untuk mencuci tombak pusakanya yang bernama
Krincing Mas, maka kelak kalau mata air tersebut berkembang menjadi
sebuah sumur atau belik, dinamakan Belik Krincing. Selain itu, oleh karena
dia beristirahat dengan duduk bersandar (senden) pada batu, maka kelak
kalau jaman zaman sudah makmur tempat tersebut dinamakan Dukuh
Menden.
Pada saat itu datanglah Jaka Senthir, teman Jaka Sangsang dalam
mengabdi sebagai penggembala kerbau milik baginda Baginda
kuwungKuwung. Kedatangan Jaka Senthir adalah karena atsatas pemirintah
perintah Begede Kuwung untuk menyuruh Jaka Sangsang agar segera pulang
dengan menggiring kerbaunya karena waktunya mengabdi sudah habis, dan
sudah tiba saatnya dia kembali ke Dukuh Jambi. Atas perintah tersebut, Jaka
Sangsang menggiring kerbaunya ke arah barat, bersama-sama dengan Jaka
Senthir. Dalam perjalanan tersebut, Jaka Sangsang dan Jaka Senthir melihat
ikan kutuk berada di dalam lubang (rang). Ikan-ikan tersebut lalu di
rogohdirogoh, hingga akhhirnya akhirnya tertagkap tertangkap semua, maka
kelak tempat tersebut dinamakan ‘Dukuh Gioto’. Keduanya melanjutkan
perjalanan ke arah barat. Pada suatu tempat tampak orang banyak
berkerumun, yang terdiri atas para petani dan buruh tani. Mereka tersebut
ternyata hanya membicarakan masalah pangan (bab pangan), yaitu mengenai
padi, jagung, ketela, kacang, dan lain-lain. Oleh karena itu, tempat tersebut
kemudian dinamakan ‘dukuh Dukuh bapangan’Bapangan’.
Kemudian sang kerbau berlari ke arah barat. Jaka Sangsang andan Jaka
Senthir terus mengikuti kemana dia lari. Akhirnya kerbau tadi berhenti dengan
menanduk-nanduk tanah, dan tanah dari hasil tanduka tersebut lalu
dimakanmemakan tanah hasil tandukan tersebut. Melihat hal itu, Jaka
Sangsang bergumanbergumam: “kebo kok mangan lemah/ ngampo” (kerbau
kok makan tanah/makan ampo). Oleh karena itu, tempat tersebut dinamakan
‘dukuh Dukuh ngampon’Ngampon’. Sampai di rumah sang panggede, Jaka
Sangsang lalu bertanya kepada Begede Kuwung mengenai apakah benar
kalau dirinya sudah saatnya berhenti mengabdi. Menurut Begede Kuwung,
hari itu bertepatan hari senin Senin legiLegi, yaitu merupakan hari yang baik
untuk dia pulang. Dan sebagai Sebagai upah selama mengabdi, Jaka
Sangsang diberi seekor anak kerbau (gudel).
Jaka Sangsang pulang dengan membawa serta anak kerbau sebagai
upah hasil kerjanya. Akan tetapi, ternyata anak kerbau tersebut tidak sehat,
melainkandan banyak gudiknya. Di Dia terus berjalan ke arah timur seraya
menuntun anak kerbau tersebut. Ketika melewati desa Desa singgitSinggit,
anak kerbau tersebut di bawadibawa ke sungai dengan maksut maksud untuk
dibersihkan (diguyang). Akan tetapi, setelah diguyang anak kerbau tersebut
tidak mau berjalan. Ditarik maupun didorong tetap tidak mau jalan. Oleh
karena itu, ia menjadi jengkel, lalu anak kerbau tersebut ditempeleng dengan
tangan kanannya hingga mati seketika. Setelah itu, Jaka Sangsang pulang ke
Dukuh Jambi dengan tangan kosong. Sesampainya di rumah, Jaka Sangsang
memberitahu paman dan ibunya bahwa anak kerbau hasil dari kerjanya di
tempat Begede Kuwung telah ditempelengnya hingga tewas. Tersebutlah di
desa Di Desa tersebutlah disekitar dukuh Dukuh Singgit tahu bahwa di sungai
ada bangkai anak kerbau yang dikerumuni semut karena itusehingga sungai
tersebut dinamakan sungai Sungai ‘Kali Semut’.
Jaka Sangsang memberitahu ibunya bahwa di dia sangat mencintai Dewi
Sumilah, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, dia memohon kepada
ibunya agar mau melamau melamar Dewi Sumilah untuk dirinya. Mbok
Randha Jambi berusaha menghibur hati anaknya seraya memberikan
pengertian bahwa keinginannya itu ibarat pepatah (cebol nglayuh lintang) si
pungguk merindukan bulan. Jaka Sangsang dianjurkan mencari gadis lain
saja sebagai pengantinya. Oleh karenaKarena begitu sayangnya kepada Jaka
Sangsang, akhirnya Mbok Randha Jambi bersedia melamarkan Dewi
Sumilah. Alhasil, lamaran Mbok Randha Jambi benar-benar ditolak. Bahkan,
di rumah Begede Kuwung dia mendapatkan penghinaan yang sangat
menyakitkan.
Alkisah, Jaka Sangsang dan Dewi Sumilah sudah berjanji sehidup semati.
Ikatan batin mereka berdua sudah sangat kuat. Dalam waktu yang bersama
Dewi Sumilah dan Jaka Sangsang beranjak keluar rumah. Mereka saling
melambaikan tangan. Jaka Sangsang melangkah kaki ke arah barat. Dewi
Sumilah melangkahkan kaki kea rahke arah timur. Jaka Sangsang berjalan
menyusuri tepi bengawan Bengawan, tiba-tiba dia terjatuh pada tanah yang
berlereng (mereng). Jaka Sangsang selalu bersabda bahwa kelak kalau
jaman zaman sudah makmur, tempat tersebut dinamakan Parengan. Jaka
SAngsang Sangsang terus melanjutkan perjalanan ke arah barat melalui desa
Desa Jigar, kemudian menyeberang bengawanBengawan. Di tempat itu, dia
melihat orang-orang yang sedang menata dan mengelempokkan kayu yang
bisa dijual dan yang hanya bisa untuk memasak. Salah seorang di antara
mereka bahwa diantara mereka mengatakan bahwa oleh karena hutan milik
Negaranegara, maka yang bisa dimakan dan oleh rakyat hanyalah cabang
dan rantingnya. Mendengar jawaban tersebut Jaka Sangsang berkata kelak
kalau jaman zaman sudah makmur, tempat itu dinamakan Dusun Jipangulu.
Pada saat itu tiba-tiba dia mendengar suara seorang wanita menangis di
seberang barat bengawanBengawan. Setelah dilihat, ternyata dia adalah dewi
sumilahDewi Sumilah yang memanggil-manggil dari seberang sungai, dan
dikawal beberapa orang. Dewi Sumilah menangis karena ketakutan
mendengar suara kerat-kerat, yang merupakan suara hantu untuk menakut-
nakuti (wedenan). Oleh karena itu, Jaka Sangsang lalu berkata bahwa kelak
kalau jaman zaman sudah maju, tempat tersebut dinamakan ‘Dusun
Kradenan’.
Akhirnya Dewi Sumilah dan Jaka Sangsang yang berada di sebelah
barat dan timur sungai saling melambaikan tangan. Selanjutnya, masing-
masing melangkah mendekat, tidak lagi menghiraukan air bengawan
Bengawan yang menghalanginya. Mereka terus melangkah, perlahan tapi
pasti. Dengan tangan saling menggapai, akhirnya keduanya tenggelam
dalam aliran bengawanBengawan. Mayat Jaka Sangsat Sangsang dan Dewi
Sumilah kelihatan terlihat samar-samar (moyo-moyo) mengapung di
bengawanBengawan. Kadang-jadang tampak kadang-kadangdan tidak
tampak pul. Oleh karena itu, tempat tersebut dinamakan “Kedung Moyo”.

29. Legenda Asal-Usul Lima Desa


Cerita ini merupakan legenda yang menyeritakan asal usulasal-usul lima
nama desa di Kecamatan Jipon, Kabupaten Blora. Legenda ini berawal dari
ketika Perang Diponegoro selesai dengan ditanggkapnya Pangeran
Diponegoro oleh Belanda, di mana kemudian sisaSisa-sisa prajurit kemudian
mengikuti Pangeran Diponegoro melarikan diri ke utara namun tetap bergirlya
bergerilya meneruskan perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda.
Salah satunya prajurit Pangeran Diponegoro yang menyelamatkan diri ke
utara tersebut yaitu Naya Sentika. Perjuangan Naya Sentika dilanjutkan di
sekitar Desa Bangsri. Lurah Desa Bangsri, yang bernama Ki Gede Toinah,
mendukung dan membantu perlawanan Naya Sentika terhadap Belanda.
Di Desa Bangsri ini, Naya Santika membangun kekuatan bersama para
pengikutnya. Ia tidak hanya mendapatkan kekuatan dari Lurah Desa Bangsri,
tetapi seluruh rakyat di desa tersebut juga ikut membantunya. Penduduk Desa
Bangsri ada yang menjadi prajurit dan ada juga yang membantu menyediakan
makanan dan perlengkapan perang lainnya. Dari Desa Bangsri, pasukan
Naya Santika menyerang desa-desa di sekitarnya yang menjadi kaki tangan
Belanda. Lambat laun penyerangan yang dilakukan oleh Naya Santika
tersebut terdengar oleh Bupati Blora, Raden Tumenggung Cakranegara.
Bupati Blora yang merasa dekat dengan Belanda merasa terancam
kedudukannya. Maka, ia segera memerintahkan kepada para penggawanya
untuk menghentikan peperangan yang dilakukan oleh Naya Sentika dan para
pengikutnya.
“Peperangan yang dikobarkan Naya Sentika harus dihentikan. Kalau
sampai Belanda mendengar ada perang di wilayah Blora, jabatanku sebagai
bupati akan terancam.”
“Bagaimana caranya, kanjeng Kanjeng bupatiBupati?”
“Aku akan mengutus adikku, Pangeran Sumenep, untuk menyerbu Desa
Bangsri, yang dijadikan markas Naya Sentika, dan menumpas
pemberontakan itu. Lebih baik kita terlebih dahulu menyerbu daripada kita di
serbudiserbu Naya Sentika duluan. Aku dengar Naya Sentika punya rencana
menyerbu kota Blora.”
Kemudian rencana Raden Mas Tumenggung Cakranegara untuk
melakukan penyerbuan ke Desa Bangsri pun segera dimatangkan. Pasukan,
makanan, senjata, dan strategi disiapkan dengan baik. Namun demikian,
ternyata Naya Sentika Santika pun sudah mendengar rencana penyerbuan
Bupati Blora tersebut ke Desa Bangsri. Oleh karena itu, ia segera
memindahkan markasnya ke arah tenggara Bangsri. Tempat yang kemudian
dijadikan markas baru oleh Naya Sentika dan pengikutnya kemudian
dinamakan Desa Nglorok, yang berarti pergi ke arah tenggara. Saat itu pula
Naya Sentika bernazar tidak akan memotong rambutnya sebelum berhasil
menumpas Belanda dan membuatnya angkat kaki dari Tanah tanah Jawa.
Karena nazar itulah, kemudian Naya Sentika Santika bergelar Naya Gimbal.
Istri Naya SentikaSantika, Dyah Ayu Sumarti, tidak ikut suaminya pindah ke
Desa Nglorok, melainkan tetap tinggal di Desa Bangsri. Dyah Ayu Sumarti
tetap tinggal karena ia harus tetap melatih para wanita Desa Bangsri untuk
menjadi prajurit.
Sementara itu, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, Pangeran
Sumenep menyerbu Desa Bangsri. Namun, ketika pasukannya sampai di
Desa Bangsri, ia tidak menemukan prajurit Naya SentikaSantika. Pangeran
Sumenep hanya berjumpa dengan istri Naya Sentika, Dyah Ayu Sumarti dan
beberapa prajurit wanitanya. Melihat kecantikan Dyah Ayu Sumarti, Pangeran
Sumenep jatuh cinta dan ingin menjadikannya istri, tetapi Dyah Ayu Sumarti
menolak. Kemudian, Dyah Ayu Sumarti melarikan diri dan mengadukan
segala perbuatan Pangeran Sumenep kepada Naya Sentika, suaminya.
Mendengar pengaduaan istrinya itu, maka Naya Sentika atau Naya Gimbal
beserta prajuritnya langsung menyerang pasukan Pangeran Sumenep.
Dalam, penyerbuan itu, Pangeran Sumenep kalah dan melarikan diri ke Blora.
Dalam peperangan itu, ada beberapa prajurit Naya Gimbal yang terluka
dan diobati dengan meggunakan daun turi yang masih muda. Oleh karena itu,
tempat di mana terjadi pertempuran antara pasukan Naya Gimbal dan
pasukan Pangeran Sumenep dinamakan Desa Turi. Tidak jauh dari tempat
untuk mengobati prajurit yang terluka, ditemukan mayat para prajurit
Pangeran Sumenep, yang tersangkut di pohon, sehingga tempat itu kemudian
diberi nama Desa Semampir sebab ada mayat yang semampir (=tersangkut)
di pohon. Prajurit Naya Gimbal bersukaria karena dapat mengalahkan
pasukan Pangeran Sumenep. Dalam perjalanan kembali ke Desa Nglorok,
sampai di suatu tempat mereka saling tinggil-tinggilan (= saling mengangkat
tubuh seorang dengan yang lainnya) sebagai ungkapan kegembiraan,
sehingga tempat itu kemudian dinamakan Desa Tinggil.
Setelah penyerangan Pangeran Sumenep, pasukan Naya Gimbal
diperkuat oleh Ki Gede Toniah, Ki Samboro, Beia, dan Dyah Ayu Sumarti
beserta prajurit putrinya. Ia menyuruh sebagian prajuritnya ke Gunung Genuk
untuk mengambil senjata. Namun, di tengah perjalanan, prajurit Naya Gimbal
bertemu dari orang dari Desa Taunan dan Mrayun yang menyarankan agar
senjata dari Gunung Genuk disimpan di rumah lurah Mrayun. Saran itu
diterima oleh suruhan oleh Naya Gimbal. Sampai sekarang sebagian senjata
yang berupa pedang dan bendhe masih ada di Desa Mrayun. Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

Kekalahan Pangeran Sumenep saat melawan Naya Gimbal kemudian


dilaporkan kepada Raden Mas Tumenggung Cakranegara. Mendengar
laporan itu, ia lalu meminta bantuan Kompeni di Semarang. Kompeni
mengabulkan permintaan Raden Mas Tumenggung Cakranegara. Beberapa
hari kemudian, sejumlah besar tentara Kompeni berangkat dari Semarang ke
Blora. Setelah bantuan Kompeni dari Semarang itu tiba, Kompeni bersama
dengan pasukan Raden Mas Tumenggung Cakranegara menyerbu Desa
Bangsri. Terjadilah pertempuran yang sengit. Banyak jatuh korban,
berjatuhan, baik dari pihak Naya Gimbal maupun pihak Kompeni Belanda dan
Bupati Blora, Raden Mas Tumenggung Cakranegara. Perang Bangsri yang
seru sampai saat ini tetap dikenang oleh penduduk Desa Bangsri karena
keberaniaan dan perjuangan Naya Gimbal dan prajuritnya, yang sebagian
besar adalah penduduk Bangsri, yang tiada kata menyerah itu. Untuk
mengenang peperangan itu, penduduk Bangsri mendirikan patung Naya
Gimbal sebagai peringatan Perang Bangsri, yaitu perang antara rakyat yang
dipimpin oleh Naya Gimbal dengan Belanda dan kaki tangannya.
Karena kekuatan yang tidak seimbang, baik kekuatan prajuritnya maupun
senjatanya, akhirnya Naya Gimbal terdesak dan mengundurkan diri ke arah
timur, ke Desa Sambeng, di sebelah timur laut Kota Cepu. Di desa tersebut,
Naya Gimbal dan prajuritnya bersembunyi. Pasukan Kompeni bersama
pasukan Raden Mas Tumenggung Cakranegara mengejar ke Sambeng.
Ketika Kompeni mencari persembunyian Naya Gimbal, penduduk Desa
Sambeng memberi tahu persembunyiaannya Naya Gimbal\.
Setelah diketahui tempat persembunyiaan Naya Gimbal, maka Kompeni
dan pasukan Bupati Blora berencara berencana menangkap Naya Gimbal
dengan tipu muslihat. Ketika menyerbu Naya Gimbal, barisan pertama bukan
Kompeni dan pasukan Blora, tetapi penabuh terban dan jidor seperti arak- Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

arakan pengantin. Dalam penyerbuan tersebut, terjadi peperangan yang Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

sengit. Banyak penduduk Desa Sambeng yang mati dan tempat terjadinya
peperangan itu kemudian dinamakan Desa Besah. Kata Besah berasal dari
blasah (bahasa Jawa) berarti ‘bergeletakan’
Dalam peperangan tersebut, Naya Gimbal menunjukkan kesaktiannya Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt, Line spacing: 1.5 lines
karena tidak ada satupun peluru Kompeni yang dapat menembus tubuhnya.
Namun, karena kalah persenjataan dan prajurit, akhirnya pasukan Naya
Gimbal terkepung dan Naya Gimbal menyerah. Bupati Blora, Raden
Tumenggung Cakranegara, membawa Naya Gimbal ke Rembang. Oleh
Residen Rembang, Naya Gimbal dimasukkan ke dalam Tong kayu dalam
keadaan kaki dan tangan terikat. Kemudian tong tersebut dipaku dan disekrup
sebelum akhirnya diceburkan ke laut Jawa.

30. Legenda Pusaka Wulu Domba Pancal Panggung


Semasa hidup, Sultan Hadiwijaya memimpin kerajaan Pajang, ia
memerintah negerinya dengan arif dan bijaksana. Di samping berusaha
memakmurkan rakyatnya, Sultan Hadiwijaya juga memperluas daerah
kekuasaannya. Pada tahun 1549, ia dapat mengalahkan Arya Penangsang,
sehingga wilayah Jipang Panolan menjadi daerah kekuasaan Pajang.
Beberapa waktu kemudian, Sultan Hadiwijaya bermaksud menyerahkan
Jipang Panolan kepada anaknya yang bernama Pangeran Benawa.
Setelah memepertimbangkan dengan seksama saksama, akhirnya
Pangeran Benawa bersedia menerima permintaan ayahandanya, Sultan
Hadiwijaya, untuk menjadi Adipati Jipang Panolan. Bebebrapa hari kemudian
akhirnya Pangeran Benawa berangkat ke Jipang Panolan dan menjadi Adipati
adipati di sana. Kehidupan di Kadipaten Jipang Panolan maupun Kota Raja
Pajang berjalan dalam keadaan damai, dan tidak ada peperangan. Rakyatnya
hidup makmur dan sejahterah. Sampai suatu saat, Pajang dapat dikalahkan
oleh Sutawijaya yang sedang melebarkan kekuasaan Mataram. Lambat laun
kekuasaan Pajang menjadi redup akibat kekalahan tesebut.
Sultan Hadiwijaya sangat sedih dengan kekalahan Pajang dari Mataram.
Pada suatu hari, Sultan Hadiwijaya memanggil anaknya, Pangeran Benawa,
danBeliau bermaksud menyerahkan Wulu Domba Pancal Panggung, yang
merupakan kumpulan pusaka kerajaan Kerajaan Pajang.
“Anakku Benawa, aku ingin engkau menyelamatkan pusaka kerajaan
Kerajaan Pajang ini, Wulu Bomba Pancal Panggung. Bawalah pergi dan
simpanlah baik-baik di tempat yang engkau anggap aman.”
Sultan Hadiwijaya kemudian menyerahkan sebuah guci buatan Cina yang
berisi sekumpulan pusaka Pajang kepada Pangeran Benawa.
“Baiklah ayahanda, aku akan melaksanakan titiahmu titahmu sebaik-
baiknya. Aku Akan akan aku selamatkan menyelamatkan pusaka Pajang ini.
doakanlah Doakanlah agar hamba dapat menyelamatkan pusaka tersebut.”
Selanjutnya, Pangeran Benawa segera bergegas meninggalkan Pajang.
Ia sangat terharu hingga air matanya bercucuran karena merasakan
penderitaan ayahnya, Sultan Hadiwijaya. Pangeran Benawa bertekad untuk
mewujudkan pesan ayahnya untuk mengambangkan mengembangkan
Jipang Panolan menjadi tempat yang makmur dan damai. Seiring dengan
berjalannya waktu, daerah Jipang Panolan akhirnya berkembang pesat.
Pangeran Benawa dapat memerintah daerahnya dengan bijaksana sehingga
menjadi makmur dan damai. Perkembangan itu membuat iri penguasa
wilayah kadipaten lainnya di sekitar Jipang Panolan. Salah satunya adalah
Kadipaten Rajegwesi, yaitu wilayah kadipaten yang letakknya di seberang
Sungai Bengawan di sebelah timur Jipang Panolan.
Adipati Rajegwesi sangat iri terhadap kemajuan dan kemakmuran yang
dicapai oleh Kadipaten Jipang Panolan dalam beberapa waktu terakhir.
Kemudian untuk dapat menandingi kemakmuran yang dicapai tersebut, maka
ia berencana menghancurkan Kadipaten Jipang Panolan. Adipati setuju
dengan usulan Ki Demang dan ia menyuruh Patih patih untuk menyiapkan
prajurit pilihan yang diberikan tugas untuk mencuri pusaka Jipang Panolan.
Beberapa waktu kemudian, berangkatlah para prajurit pilihan tersebut dan
secara diam-diam mereka masuk ke wilayah Kadipaten Jipang Panolan untuk
mengambil pusaka yang dimiliki oleh Pangeran Benawa.
Pusaka Jipang Panolan tersebut disimpan pada tempat khusus yang
dijaga oleh beberapa prajurit. Pada suatu pagi, ketika para prajurit Jipang
Panolan yang bertugas menjaga pusaka memeriksa tempat penyimpanan
pusaka, mereka sangat kaget melihat pusaka Jipang Panolan tidak ada di
tempatnya. Kemudian, prajurit yang bertugas menjaga pusaka tersebut
melaporkan hilangnya Pusaka Wulu Domba Pancal Panggung kepada
Pangeran Benawa. Ketika itu Pangeran Benawa sedang membicarakan
kehidupan rakyat Jipang Panolan bersama patih dan kedua saudaranya yaitu
Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran Jati Swara. Maka, ia kemudian
memerintahkan kepada kedua adiknya, Pangeran Jati Kusuma dan Pangeran
Jati Swara untuk mencarai mencari pusaka yang hilang tersebut.
Berhari-hari kedua pangeran tersebut berjalan, masuk hutan, mendaki
gunung, menuruni lembah, menyeberangi sungai, serta dan bertanya ke
kampung-kampung dan di desa-desa. Perjalanan menemukan pusaka
Pusaka Wulu Domba Pancal Panggung tersebut cukup panjang dan
melelahkan, namun keduanya tidak patah semangat dan terus berjalan.
Dalam perjalanan mereka, Pangeran Jati Kusuma sering menolong orang lain
yang kesulitan dan yang mengalami penderitaan., Seperti seperti bertemu
dengan bapak tua yang sedang memikul kayu jati, keduanya lalu menawarkan
bantuan.
Pada kesempatan lain ketika melewati hutan, kedua pangeran itu juga
menolong anak kijang yang terjelat kakinya oleh ulah pemburu. Ketika mereka
melihat telur-telur burung merak yang tergeletak di jalan, kedua pangeran
tersebut membuatkan sarang dari rumput dan meletakkan telur itu kedalam
sarangnya, . lalu Lalu sarang itu diletakkan jauh dari jalan agar tidak terinjak.
Selama berjalan dalam hutan, Pangeran Jati Swara dan Pangeran jati
Kusuma tidak pernah menebang pohon atau merusak pohon-pohon yang
rimbun di hutan.Tidak segan-segan kedua pangeran itu menegur dan
menasihati orang-orang yang menebang pohon secara berlebihan dan tidak
mau menanam pohon kembali.
Kebaikan hati dan keramahan Pangeran Jati Swara dan Jati Kusuma
diketahui oleh penduduk desa yang tinggal di sepanjang perkampungan yang
dilalui kedua pangeran. Dalam perjalanan itu, mereka mendapat empat
sahabat. Seorang pemuda desa beserta tiga temannya bermaksud berguru
dan mengikuti perjalanan kedua pangeran tersebut.
“Bolehkah saya berguru dan menyertai perjalanan pangeran dalam
mencari pusaka?”
“Kalau itu, keinginanmu, kami tidak bisa menolaknya.”
Kemudian mereka berenam meneruskan perjalanan dan sampailah
mereka ke di Desa Janjang yang terletak di atas sebuah bukit. Akhirnya di
desa itulah mereka dapat menemukan pusaka Pusaka Wulu Domba Pancal
Panggung yang hilang. Namun, setelah menemukan pusaka itu, Pangeran
Jati Swara dan Pangeran Jati Kusuma tidak kembali ke Jipang Panolan sebab
mereka mendengar bahwa Pangeran Benawa kembali ke Pajang.Dan
kekuasaan Kekuasaan Pajang telah diserahkan kepada Sultan Sutawijaya di
Mataram. Kemudian, Pangeran Jati Swara dan Pangeran Jati Kusuma
memutuskan untuk tinggal dan menetap di Desa Janjang tersebut. Demikian
juga dengan empat pemuda yang mengikutinya, mereka juga tinggal di sana.
Setelah beberapa waktu Pangeran Jati Swara dan Pangeran Jati Kusuma
berserta muridnya tinggal di Deda Janjang, ada seorang putri bernama Rondo
Kuning yang tergila-gila dan ingin dijadikan istri oleh Pangeran Jati Swara dan
Pangeran Jati Kusuma. Namun, dengan sikap yang halus dan sopan
Pangeran Jati Swara dan Pangeran Jati Kusuma dapat menolak keinginan
Rondo Kuning. Karena keinginannya untuk menjadi istri pangeran tidak dapat
terpenuhi, maka, Rondo Kuning akhirnya menjadi murid Pangeran Jati Swara
dan Pangeran Jati Kusuma.
Di Desa Janjang tersebut, Pangeran Jati Swara dan Pangeran Jati Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt, Line spacing: 1.5 lines
Kusuma bersama keempat sahabatnya mengajarkan kepada penduduk
sekitar tinggalnya berbagai kebijakan dan pengetahuan yang berguna serta
menanamkan rasa cinta kepada alam dan sesamanya. Kedua pangeran itu
juga menyebarkan agama Islam di daerah itu. Lambat laun, tempat tinggal
kedua pangeran itu bersama murid-muridnya menjadi desa yang maju dan
berkembang. Banyak penduduk sekitar hutan menetap bersama Pangeran
Jati Swara dan Pangeran Jati Kusuma di desa tersebut. Berkat keteladanan
dan ajaran yang disampaikan kedua pangeran tersebut, desa itu menjadi desa
damai dan makmur kedudukan penduduknya.

31. Legenda Longko Pati


Legenda Longko Pati Merupakan merupakan cerita rakyat yang berasal
dari Ngawen. Berawal dari Desa Nganguk, Kecamatan Jakenan, Kabupaten
Pati yang sering digunakan oleh Kiai Mutamakin (Kajen), Kiai Abdul Qohal
(Ngampel Blora), dan Kai Muzaroah, ada juga yang menyebut dengan nama
Jerangah atau Longko Pati (Kedungjambon Ngawen Blora) bertemu dan
membahas strategi untuk melawan penjajah Belanda yang menguasai
Nusantara saat itu, . dengan Dengan intensitas pertemuan yang cukup sering
antara tokoh-tokoh agama ini, Belanda merasa tidak senang dan Belanda
merasa terganggu kekuasaannya di Nusantara, khususnya di wilayah Pati.
Belanda merencanakan pengrebekan penggerebekan untuk menangkap
ketiga orang tersebut. Setelah tentara Belanda sampai di lokasi pertemuan,
baru diintip atau tepatnya dalam bahasa Jawa dianguk para tokoh tersebut
telah melarikan diri dan lolos dari penangkapan Belanda. Konon, dari peristiwa
inilah nama desa Desa Nganguk ada.
Dalam pelariannya, Kiai Muzaroah bersama istri dan Kiai Abdul Qohar
menuju daerah Blora, . Abdul Qohar yang akhirnya menetap di daerah Blora
utara tempatnya tepatnya di Desa Ngampel Kecamatan Blora, sedangkan Kiai
Muzaroah akhirnya tiba di Banjarwaru Kecamatan Ngawen, sebelah barat
Blora. Dalam pelariannya, Kiai Muzaroah tidak hanya mencari aman dari
pengejaran tentara Belanda, di Banjarwaru Muzaroah jugaia melakukan syiar
agama Islam dengan cara yang sangat baik dan santun. Di Banjarwaru,
Muzaroahsana ia bekerja kepada seorang raja yang kaya raya. Setelah sekian
lama bekerja dengan janda kaya raya tersebut, Kiai Muzaroah mengetahui
kebiasaan majikannya yang selalu membungkus uang sebanyak tujuh
bungkusan. Melihat ini, Kiai Muzaroah menanyakan kepada sang majikan
berkenaan dengan tujuh bungkusan tersebut. Kemudian majikan menjelaskan
bahwa setiap malam sang majikan selalu didatangi rampok atau begal yang
jumlahnya tujuh orang. Setelah mendapatkan penjelasan dari majikannya,
Kiai Muzaroah memberi saran kepada majikannya untuk tidak membungkus
uang itu lagi dimalam pada malam selanjutnya dan menjamin keselamatannya
untuk malam-malam berikutnya, kecuali dimalam pada malam yang manasaat
Kiai Muzaroah pendapatkan mendapatkan penjelasan tentang tujuh
bungkusan tersebut. Di Pada malam tersebut, Kiai Muzaroah memagari
rumah sang majikan dengan karomah yang dipunyainyamiliknya dan Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
menunggu kedatangan begal yang selalu datang ke rumah dang sang majikan
untuk meminta jatah uang. Setelah ketujuh begal datang ke rumah majikan
KH.Muzaroah, mereka tidak dapat masuk ke dalam rumah, para begal seperti
memanjat batu yang sangat besar. Akhirnya mereka kelelahan memanjat dan
akhirnyahingga tertidur, . melihat Melihat para begal yang kelelahan dan
tertidur, Kiai Muzaroah meminta pembantu majikannya untuk memasak nasi
liwet dengan sayur dan lauk-pauknya. Setelah masakan yang diminta siap,
para begal yang tertidur dibangunkan, kemudian diajak makan bersama.
Dalam makan bersama begal tersebut, Kiai Muzaroah menjanji meminta para
begal berjanji untuk tidak melakukan kejahatan apapun, . kalau Kalau tidak,
mereka akan mati dan para begal di tawariditawari untuk masukmemeluk
agama Islam. dan akhirnya Akhirnya ketujuh begal tersebut sadar dan masuk
Islam. dan konon Konon, para begal tersebut menjadi murid Kiai Muzaroah.
Dalam kisah Kisah lain menyebutkan bahwa Kiai Muzaroah apabila Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt, Line spacing: 1.5 lines
berasil berhasil menangkap maling atau penjahat tidak dihukum mati, tetapi di
ndinasihati yang hingga akhirnya sadar agar untuk tidak melakukan kejahatan
lagi. Karena pada waktu itu, apabila maling atau penjahat tertangkap pasti
akan dihukum mati. Dari kedua kisah di atas Kiai Muzaroah mendapat julukan
Longko Pati. ‘Longko’ yang berarti tidak mungkin dan ‘Pati’ adalah mati, maka
Longko Pati adalah orang yang tidak mungkin mati menghadapi para begal
dengan karomahnya.

32. Legenda Silihwarna dan Silihwarni


Legenda terjadinya Desa Gresi berawal dari sebuah negari negeri yang Formatted: Justified, Indent: Left: 0.3", First line: 0.3",
Space After: 0 pt
bernama Tanjung Mas. Di negari negeri Tanjung Mas hiduplah seorang
Tumenggung bernama Tunggul Wulung dan istrinya, Dewi Semekar.
Tumenggul Tunggul Wulung termasuk orang yang sangat sakti.
Pada suatu waktu, terjadilah pemberontakan dari salah satu wilayah
negari negeri Tanjung Mas yaitu Nglangitan yang dipimpin oleh Bupati
Nglangitan. Walaupun telah melakukan perlawanan, namun para prajurit
Tanjung Mas ternyata dapat dikalahkan oleh Bupati Nglangitan. Melihat
kekalahan prajuritnya, Raja Tanjung Mas kemudian memerintahkan anaknya
yang bernama Pangeran Suryo untuk turun serta membantu prajurit melawan
serangan Bupati Nglangitan.
“Anakku, Suryo, aku mendengar para prajurit kita tidak mampu
menandingi kekuatan Bupati Nglangitan. Agar tidak semakin banyak prajurit
yang menjadi korban, aku perintahkan engkau agar ikut menyertai para
prajurit yang masih ada untuk melawan Bupati Nglangitan itu.”
“Baiklah, ayahandaAyahanda, akan aku laksanakan.”
“Segeralah berangkat, anakkuAnakku, . hatiHati-hati engkau melawan
Bupati Nglangitan.”
Namun, Pangeran Suryo tidak segera menuju ke medan perang,
melainkan pergi ke Katumenggungan menemui Tumenggung Wulung.
Pangeran Suryo sebenarnya secara diam-diam menyukai istri Tumenggung
Tunggul Wulung dan ingin memperistrinya. Dalam benak Pangeran Suryo, ini
merupakan kesempatan untuk dapat memiliki Dewi Semekar. Sesampainya
di Katumenggungan, ia kemudian menemui Tumenggung Tunggul Wulung
dan menyampaikan bahwa ia mendapat perintah dari ayahnya supaya
disampaikan kepada Tumenggung Wulung, yaitu perintah untuk menumpas
pemberontakan dari Bupati Nglangitan. Mendapat perintah dari Raja Tanjung
mas yang disampaikan melalui putranya, Pangeran Suryo tersebut, maka
dengan serta merta Tumenggung Wulung segera berangkat ke medan
perang. Ia percaya perintah tersebut karena yang menyampaikan adalah
putra raja sendiri.
Sepeninggal Tumenggung Wulung, Pangeran Suryo membujuk Semekar
agar mau menuruti kemauannya dan mau diperistri. Keinginan Pangeran
Suryo ditolak mentah-mentah oleh Semekar. Ia kemudian lari menyusul
Tumenggung Wulung. Semekar dapat bertemu dengan Tumenggung Wulung
yang saat itu baru sampai di Sekanthen, . saat Saat ini tempat tersebut
menjadi Desa Sekenthi. Begitu bertemu dengan suaminya, Tumenggung
Wulung, Dewi Semekar kemudian menyampaikan peristiwa yang
menimpanya sepeninggal suaminya tersebut, sambil menangis. Sampai saat
ini, tanah tempat menangis Dewi Semekar menjadi tanah yang sangar/gawat.
Setelah mendengar keluhan istrinya, Tumenggung Wulung tidak jadi
melanjutkan perjalanannya ke medan perang namun justru mengajak istrinya,
Semekar, untuk menghadap ke Raja Tanjung Mas. Sesampainya di istana,
Tumenggung Wulung segera menghadap raja dan menceritakan segala
kejadian, . ia Ia kemudian menyerahkan istrinya tersebut kepada raja karena
Semekar diinginkan oleh Pangeran Suryo. Setelah menyerahkan istrinya,
tersebut Tumenggung Wulung kemudian pergi ke medang perang untuk
melawan pemberontakan Bupati Nglangitan. Sepeninggal Tumenggung
Wulung, kemudian datanglah Pangeran SutryoSuryo. Kedatangan Suryo
membuat marah Raja Tanjung Mas. Kemudian Pangeran Suryo diperintahkan
untuk menumpas pemberontakan Bupati Nglangitan dan jika gagal maka akan
dihukum mati. Raja tidak segan menghukum mati walau itu putranya sendiri.
Sementara itu, Dewi Semekar kemudian pulang ke Bathokan, ke rumah
ayahnya. Sesampainya di rumah, ia menyampaikan kepada ayahnya bahwa
suaminya sudah tidak menggunakannya lagi.
“Ayahanda, aku pulang karena sudah tidak berguna lagi untuk
Tumenggung Wulung.”
“Anakku, Semekar, masihkah engkau mencintai Tumenggung Wulung?”
“Sebenarnya, aku masih mencintai Tumenggung Wulung,
ayahandaAyahanda.”
“Kalau begitu adanya, pergilah engkau ke Kabupaten Nglangitan dengan
menyamar menjadi seorang laki-laki. gantilah Gantilah namamu menjadi
Silihwarni. Kemudian sesampainya di Nglangitan, mendaftarlah menjadi
prajurit bupati.”
“Baiklah, ayahandaAyahanda, . jika Jika memang itu jalan yang dapat
membuat aku bertemu kembali dengan Tumenggung Wulung, maka akan aku
laksanakan.”
Kemudian pergilah Semekar ke Nglangitan dengan berpakaian seperti
laki-laki.
Sepeninggal Dewi Semekar, datanglah Tumenggung Wulung ke rumah
mertuanya, . ia Ia kemudian menyerahkan istrinya karena dicintai oleh anak
rajanya. Ayahnya Semekar yang merupakan Penggedhe Bathokan bertanya
kepada Tumenggung Wulung, apakah ia masih mencintai Semekar.
“Masih ayah, saya masih mencintai Semekar.”
“Jika kamu memang masih cinta dengan Semekar dan ingin bertemu lagi
dengannya, maka kamu harus membrantas Bupati Nglangitan dan mengganti
nama menjadi Silihwarna.”
Mendengar nasihat ayah mertuanya, maka berangkatlah Tumenggung
Wulung yang kemudian telah berganti nama menjadi Silihwarna ke
Nglangitan.
Sementara itu, Pangeran Suryo yang telah sampai di Nglangitan. atas
Atas perintah ayahnya, Raja Tanjung Mas, bertanding melawan Bupati
Nglangitan. Selanjutnya, di Nglangitan terjadi perang dan dimenangkan oleh
Pangeran Suryo. Setelah kekalahan Ngangitan, kemudian datanglah Silihwari
Silihwarni mendaftar menjadi prajurit, ia dapat diterima dengan syarat dapat
meringkus Pangeran Suryo. Kemudian terjadilah perang tanding antara
Silihwarni dengan Pangeran Suryo, yang akhirnya dapat dimenangkan oleh
Silihwarni. Pangeran Suryo kemudian diringkus dan dipenjara di Nglangitan.
Tidak selang waktu lama, datanglah Silihwarna mengamuk ke di Nglangitan
dan ditemui oleh Silihwarni. Kemudian terjadilah perang antara Silihwarna dan
Silihwarni yang akhirnya dimenangkan oleh Silihwarna.
Setelah kalah melawan Silihwarna, kemudian Silihwarni menjumpai
ayahnya, Ki Ageng Bathokan. Namun, ayahnya menyuruh Silihwarni untuk
maju perang lagi dengan menggunakan rayuan dan cubitan. Pergilah
Silihwarni kembali ke Nglangitan menemui Silihwarna dan menantangnya.
Setelah Silihwarna dicubit dan dirayu, ia bermaksud melarikan diri, namun
jatuh ke lubang becek seperti belik (sumur kecil dan dangkal), ). selanjutnya
Selanjutnya, tempat jatuhnya Tunggul Wulung tersebut menjadi “Sendang
Blibis”. Silihwarni yang memakai iket ikat kepala ditarik dan dibuang ke utara,
. tanah Tanah yang kejatuhan iketmenjadi tempat jatuhnya ikat kepala
tersebut longsor menjadi “gowaan” berluangdan, selanjutnya tempat jatuhnya
iket ikat Semekar menjadi “Sendang Gowak”. Di situlah tempat bertemunya
Silihwarna dan Silihwarni dengan Ki Ageng Bathokan, . Silihwarna berganti
menjadi Tumenggung Wulung dan Silihwarni kembali menjadi Semekar.
Kemudian Penggede Bathokan bersama-sama Tunggul Wulung dan
Semekar menuju Kabupaten Nglangitan. Bupati Nglangitan memiliki agul-agul
bernama Ki Ageng Nglaban, yang menjadi dalangnya Ki Ageng Nglangitan.
Ketika, Ki Ageng Nglaban, diberitahu bahwa Bupati Nglangitan dikalahkan
oleh Tumenggung Tunggul Wulung dan Semekar, maka Ki Ageng Nglaban
kemudian maju perang melawan Tunggul Wulung. Selang beberapa lama,
perang dilanjutkan oleh Penggedhe Bathokan dengan Penggede Nglaban. Ki
Ageng Nglangitan memiliki pager pagar besi atau pager wesi/dirajeg wesi, Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

sertadan perang tanding kolor Panggedhe Nglaban terlempar dan


menyangkut di pager pagar wesi (besi), maka di situ Ki Ageng Bathokan Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

bersabda:
“Besuk yen ono rejaningjaman, nek dadi kuto ya kuto Gresi, yen dadi desa
ya Desa Gresi” (Besok jika zaman sudah jaya, kalau jadi kota disebut kota
Kota Gresi, kalau jadi desa ya Desa Gresi).
Peran tanding Ki Ageng Nglaban dengan Ki Ageng Bathokan, semakin Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt, Line spacing: 1.5 lines
seru dan bergeser ke timur. Keduanya sama-sama sakti. Perang keduanya
sampai pada Mbong Anyar, di situ ada kedung yang dalam.Ketika digunakan
perang kedua orang sakti tersebut, kedung itu seperti dikebur (diaduk), maka
kemudian desa itu dinamakan Desa Keburan. Perang semakin ke timur dan
suatu saat keduanya sempat dikerumuni jangkrik, maka dinamakan tempat itu
Desa Jangkrikan. Perang semakin ke timur dan di sebelah utara kraton
Keraton, Ki Ageng Nglaban akhirnya gugur dan darahnya banyak sekali
hingga seperti blumbang, dan sampai sekarang blumbang tersebut airnya Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

seperti darah. Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

33. Legenda Prabu Klana Sawandana


Prabu Klana Sawandana dari Kabupaten Bantarangin jatuh cinta kepada Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt, Line spacing: 1.5 lines
Dewi sekartaji Sekartaji, putri dari Raja Kediri, maka diperintahkanlah Patih
Bujangganong (Pujangga Anom)untuk meminangnya. Keberangkatannya
disertai 144 prajurit berkuda yang dipimpin empat orang perwira diantaranya
yaitu Kuda lareanLarean, Kuda panaganPanagan, Kuda Panyisih, dan Kuda
Sangsangan. Sampai di hutan Wengkar, romboongan rombongan prajurit
Bantarangin dihadang oleh singo Singo Barong sebagai penjelmaan dari
Adipati Gembong Amijoyo yang ditugasi menjaga keamanan di perbatasan.
Terjadilah perselisihan yang memuncak menjadi dan peperangan yang
sengit. Semua prajurit dari Bantarangin dapat ditaklukkan oleh Singo Barong,
akan tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan melapor kepala kepada Sang
Adipati Klana Sawandana.
Pada saat itu, juga ada dua orang, Punakawan Raden Panji
Asmarabangun dari Jenggala bernama Lurah Noyontoko dan Untub, juga
mempunyai tujuan yang sama yatu diutus R. Panji untk untuk melamar Dewi
sekartajiSekartaji. Namun, setelah sampai di hutan Wengker, Noyotoko dan
Untub mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang melarang keduanya
untuk melanjutkan perjalanan, . namun keduanya Keduanya saling ngotot
sehingga terjadilah peperangan. Namun Noyontoko dan Untab merasa
kuwalahan kewalahan sehingga mendatangkan saudara seperguranya
seperguruannya yaitu Joko Londro dari Kedung Srengenge. Akhirnya, Singo
Barong dapat ditaklukkan dan dibunuh. Akan tetapi, Singo Barong memliki
memiliki kesaktian. Meskipun sudah mati, asal disumbari ia dapat hidp hidup
kembali. Peristiwa ini kemudian dilaporkan ke Raden Panji Asmarabangun,
kemudian berangkatlah ia dengan rasa marah dan ingin menjadi
melumpuhkan Singo Barong hingga menjadi dan tak berdaya.
Tetapi akibat kesaktian Adipati Klana Sawendana, kekuatan Singo
Barong dapat dipulihkan kembali dengan syarat Singo Barong mulai
mengantarkan ke Kediri untuk melamar Dewi sejartajiSejartaji. Setelah
sampai di alunAlun-alun kediri Kediri, pasukan untuk melamar Dewi Sekartaji
bertemu dnegan dengan rombongan Pannji Panji yang juga bermaksud ingin
meminang Dewi sekartajiSekartaji. Preseilisihanpun Perselisihan pun tak
terhindarkan, . akhirnya Akhirnya terjadilah perang tanding antara Raden Panji
dan Adipati Klana Sawandana yang akhirnya dimenangkan oleh Raden Panji.
Adipati Klana Sawendana berhasil dbunuhdibunuh, sedangkan Singo Barong
yang bermaksud membela Adipati Klana Sawendana dikutuk Raden Panji dan
sehingga tidak dapat berubah wujud dengan menjadi manusia (Gembong
Amijoyo) lagi. Akhirnya Sing Singo Barong takluk dan mengabdikan diri
kepada Raden Panji termasuk prajurit berkuda dan Bujangganong dari
Kerajaan BnantaranginBantarangin. Kemudian rombongan yang dipimpin
Raden Panji tersebut, melanjutka melanjutkan perjalanan guna melamar Dewi
Sekartaji. Suasana arak-arakan yang dipimpin oleh singo Singo Barong dan
Bujangganong inilah yang menjadi latar belakang kesenian Barongan.

34. Legenda Eyang Jatikusuma


Alkisah ada seorang pertapa yang bernama Eyang Jati Kusuma. Ia sudah Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt
bertahun bertahun-tahun bertapa di Gunung Butak. Ia bertapa dengan
maksud meminta ilmu dan kesaktian dari Tuhan agara dapat membantu dan
menolong sesama manusia. Pada suatu hari, ketika sedang berdoa, ia
mendengar suara gaib.
“Anakku, semua doamu sudah kukabulkan. Sekarang hentikanlah
tapamu dan pergilah ke arah selatan.”
Setelah mendengar suara gaib itu, Eyang Jati Kusuma bergegas turun
dari Gunung Butak dan pergi ke arah selatan sesua sesuai dengan pesan
suara gaib itu. Ia merasa telah memiliki cukup ilmu untuk bekal menolong
orang lain.
Pada tengah mlam malam, ketika ia menuruni Gunung Butak, Eyang Jati
Kusumo bertemu dengan harimau dan ular sanca yang besar. namun Namun,
ketika binatang itu tidak menyerang Eyang Jati Kusuma karena kesaktiannya
tersebutyang dimiliki Eyang Jati Kusua. Ia menerobos hutan jati yang cukup
lebat dan gelap karena sinar rembulan malam tidak bisa menerobos lebatnya
hutan jati. Menjelang fajar suara burung saling bersahutan seolah mengiringi
langkah Eyang Jati Kusuma menuruni Gunung Butak.
Setelah melewati hutan, Eyang Jati Kusuma sampai di persawahan.
Namun, sawah itu kering kerontang dan tidak ada padi atau tanaman lainnya.
Eyang Jtai Jati Kusuma heran bercampur bingung.
“Apa yang sedang terjadi di desa ini ?ini?”
Tidak terasa menempuh perjalanperjalanan, malam semakin meninggi
hingga menjelang dini hari, . tiba Tiba saatnya Eyang Jati Kusuma untuk
melaksanakan sholat salat subuh. Ia kemudian bergegas menuju
perkampungan terdekat dengan maksud meminta air untuk wudhuwudu.
Sesampainya di perkampungan, Eyang Jati Kusuma menemui seorang Ibu
ibu yang sedang mengumpulkan daun jati dan. Ia lalu menanyakan di
manasumur terdekat agardimana ia bisa memperoleh air.
“Bisakah ibuIbu menunjukkan sumur padaku agar aku dapat berwudhu
berwudu sebab sudah tiba saatnya untuk sholat salat subuh?.”
“Di tempat ini tidak ada sumur yang berair. Percuma saja mencari sumur.”
Namun, Eyang Jati Kusuma mendesak ibu yang mengumpulkan daun jati
tadi tersebut untuk membawanya ke sumur yang paling dekat.
“Tidak apa-apa, Bu. Meskipun sumurnya kering, saya tetap ingin ke
sana.”
Akhirnya, ibu yang mengumpulkan daun jati itu membawanya ke sebuah
sumur. Dalam perjalanan menuju sumur, ibu yang mengumpulkan daun jati
itu bercerita kepada Eyang Jati Kusuma bahwa desanya sudah lama dilanda
kekeringan.
“Semua sumur telah kering, demikian juga sungai yang ada di desa ini.
Sudah lama desa kami dilanda kekeringan., . penduduk seluruh desa dilanda
kekeringan. Akibat kekeringan itu, penduduk seluruh desa dilanda kelaparan.
Banyak orang yang mati karena kehabisan makanan. Banyak sapi, kambing,
dan ternak lainnya mati karena tidak ada air untuk diminum. Bila tidak ada
yang menolong kami, seisi desa ini akan mati.”
Mendengar cerita ibu itu, Eyang Jati Kusuma merasa iba dan berniat
untuk menolong penduduk desa itu.
“Aku harus menolong penduduk desa ini agar tidak banyak lagi jatuh
korban. Bukankah suara gaib itu berkata agar aku pergi ke selatan? Apakah
ini maksud Tuhan menuntun aku ke desa ini untuk menolong penduduk desa
ini ini?”
Kemudian, Eyang Jati Kusuma berdoa kepada Tuhan agar ia diberi
kekuatan untuk menolong penduduk desa itu. Tak lama kemudian, sampailah
Eyang Jati Kusuma dan ibu penduduk desa tersebut ke di sebuah sumur.
“Inilah satu-satunya sumur yang mungkin masih menyisakan air. Lihatlah
!”
“Terima kasih, BUBu. Ibu telah menolongku.”
Betapa kagetnya Eyang Jati Kusuma ketika melihat sumur itu, ternayta
ternyata cukup dalam sehingga tidak dapat mengambil airnya dengan timba.
Akhirnya, dengan segala ilmu dan kekuatan dari Allah, ia terpaksa
emnggulingkan menggulingkan sumur itu agar airnya dapat dipakai untuk
wudhuwudu. Setlah Setelah berwudhuberwudu, kemudian ia melaksankan
melaksanakan sholat salat subuh di dekat sumur itu.
Setelah selesai melaksanakan sholat salat subuh, Eyang Jati Kusuma
melihat sebuha sebuah pemandangan yang luar biasa. Air sumur yang
digulingkan itu ternyata mengalir terus. Aliran air dari sumur telah
digulingkanitu semakin deras dan berubah menjadi sebuah sungai. Sungai itu
mengalir ke Selatan selatan melintas melintasi sepanjang desa yang dilanda
kekeringan.
Melihat sebuah sungai yang mengalirkan air, penduduk desa itu
beregembira bergembira ria. Mereka mandi di sungai itu sebabnya itu sebab
sudah lama tidak mandi. Ada juga penduduk desa yang mengambil air untuk
mengisi tempayan. Ada pula yang menggiring ternaknya ke sungai. Setelah
mereka puas, barulah mereka bertanya satu dengan yang lainnya.
“Siapa yang menciptakan sungai itu ?”
Mereka saling bertanya, namun tidak ada yang dapat menjawab.
Melihat kebingungan penduduk desa tersebut, ibu pengumpul daun jati
yang menolong Eyang Jati Kusuma untuk menemukan sumur itu menjelaskan
bahwa yang membuat keajaiban itu adalah seorang pengembara yang
sedang mencari sumur karena akan melaksankan melaksanakan sholat salat
subuh.
“Sekarang pengembara itu ada dimana ?”
“Saya tidak tahu !”
“Marilah kita cari bersama-sama”
Para penduduk desa itu mencari Eyang Jati Kusuma untuk berterima
kasih, tetapi ternyata ia sudah pergi dari desa itu untuk meneruskan
perjalannanya perjalanannya menuju desa lain yang membutuhkan
pertolongan.

35. Legenda Tiga Serangkai Soreng


Punden makan makam dari Eyang Jati Kusuma terdapat di Desa Janjang,
Kecamatan Jiken. Makam tersebut masih dianggap keramat (bahasa jawa
dipundi), maka disebut punden dan sering dikunjungi orang untuk meminta Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

berkah. Menurut tradisi lisan yang berkembang di Desa Janjang, kedua orang
yang di mdimakamkan di situ adalah putra (sentono dalem) dari kerajaan Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

Kerajaan Pajang yang pergi meninggalkan kraton keraton dan mengembara.


Sampai di Desa Janjang, keduanya berhenti dan menetap di situ. Karena di
situ tempatnya tinggi, sehingga ia dapat melihat ke mana aja saja dengan
jelas, makasehingga tempat itu dinamakan Janjang (artinya jelas) dan
kemudian menjadi Desa Janjang. Dari situ pengaruhnya makin berkembang
sampai meliputi daerah Semanggi (Kecamatan Jepon), Desa Besah dan
Sambeng (Kecamatan Kasiman) dan daerah itu dijaga oleh para
punakwanPunakawan. DisituDi sana, Eyang Jati Kusuma dan Eyang
Jatiswara melakukan semedi dan tapa brata untuk mendapatkan ilham dan
kesaktian.
Cara bertapa kedua orang tersebut sangat berbeda, . kalau Kalau Ey6ang
Eyang Jati Kusuma dengan cara tidak makan tetapi boleh tidur, sedangkan
Eyang Jatiswara dengan cara tidak tidur tetapi boleh makan. Kaeran Karena
itu, timbullah perselisihan pendapat hingga kemudian keduanya saling
mengadu kesaktiakesaktian. Eyang Jatiswara dapat memulihkan kembali
periuk yang dibanting oleh Eyang Jati Kusuma. Eyang Jatiswara dapat pula
merendahkan pohon kelapa yang sangat tinggi. Karena Punakawannya
disuruh mengambil kelapa di Desa Semanggi tetapi tidak dapat memanjat.
Maka, maka oleh Eyang Jatiswara, membuat pohon kelapa itu dapat
merendah. Ia juga dapat masuk ke dalam tanah dan setelah kembali,
bekasnya sekarang menjadi gua. Dapat juga ia memecahkan batu besar
dengan menggunakan tangan hingga batu itu menjadi dua yang sekarangdan
bekasnya disebut : Batu Cepit. Sedang Sementara itu, Eyang Jatikusuma
mempunyai kesaktian dapat merendahkan pohon jati yang tinggi, karena
punakawan diruruh disuruh mengambil handuk yang tertinggal di Sendang
Masohan, tetapi tidak dapat merendah dengan sendirinya. ia Ia pun dapat
menghilang (musna) dan dapat kembali lagi. Ia Dapat dapat pula meniju Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

meninju batu besar, hingga batu itu menjadi lekuk-lekuk dan sekarang disebut
Batu Cumpleng. Ternyata keduanya disebut : Batu Tapaan. Ia mempunyai
binatang peliharaan kuda tunggang dan seekor harimau yang disebut: Kyai
Pengkrong. Pada waktu itu, ada juga seorang putri dari Desa Bleboh bernama
Randa Kuning datang untuk meminta menjadi istrinya. Namun, hal ini
ditolaknya, tetapi putri itu tidak mau kembali. Akhirnya karena kasihan,
permintaan itu dipenuhi tetapi hanya sebagai abdi bukan sebgia sebagai istri.
Dan Randa Kuning diberi pekerjaan membatik sampai akhir hidupnya.
Dengan kejadian itu maka maka putri itu bersumpah anak cucunya dari
Bleboh jangan sampai kawin menikah dengan orang dari Desa Janjang.
Pesan itu ditunaikan hingga kini., . orang Orang Desa Bleboh tidak berani
kawin menikah dengan orang desa Desa Janjang. Dahulu Begitu juga
masyarakat yang dahulu menjadi wilayah Janjang tidak boleh menanam
kedelai hitam dan padi ketan irenghitam. Hal itu dikarenakan Karena sewaktu
Eyang Jatikusuma dan Eyang Jatiswara berkelana, kudanya sakit karena
kakinya menginjak tonggak bekas kedelai hitam dan makan dedak padi ketan
ireng.hitam.
Karena besar pengharuhnya pengaruh dan kesaktiannya, setelah wafat,
makamnya masih dianggap keramat dan tiap tahun pada hari Jum’at Jumat
Pon selalu diadakan upacara Manganan JnajangJanjang. Pada upacara itu,
orang dari dalam desa dan darimaupun luar desa, bahkan dari luar desa bnyak
banyak yang datang dengan membawa sesaji, ada yang membawa tumpeng
bucu, panggang ayam, dan jajan pasar, . ada Ada juga yang menyembelih
ternak, misalnya kambing atau lembu. Bila dalam membawa tumpeng bucu
dan panggang ayam oleh anak anak-anak gembala dan panggang ayamnya
diminta, harus diberikan. Setelah sampai, nasi dan jajannya dikumpulkan
menjadi satu dan orangnya kebanyakan orang menanti upacara selesai. Pada
upacara itu dipertunjukkan wayang krucil sebagai peninggalan keduanya. Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

Setelah upacara selesai diadakan, selamatan dan nasi-nasi tersebut Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

dibagikan merata ke seluruh orang yang ada untuk kemudian dibawa pulang,
.kepercayaan Kepercayaan pada upacara tersebut, yaitu biasanya membawa
ramalan keadaan yang akan datang. Bila dalam upacara tersebut nasi yang
dibagikan itu kurang, ramalan di pada tahun yang akan datang akan adalah
masa paceklik (kurang pangan). Bila daun pembungkusnya kurang, maka
akan terjadi mahalnya harga tembakau. Bila air yang adaa ada dalam guci
(genthong) itu kurang, maka akan terjadi kemarau panjang. Barang-barang Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

peninggalan keduanya, antara lain:


a. Wayang wayang Krucil atau Wayang Klithik dan seperangkat
gamelan,
b. Guci guci (genthong yang berair) . air Air tersebut dapat digunakan
untuk upacara penyumpahan,
c. Upacara upacara penyumpahan,
d. Damar damar Sewu,
e. Baju baju Ontokusumo,
f. Kendikendi, dan
g. Mustoko mustoko Rumah.
Wayang Krucil dan Klithik sebenarnya memiliki arti yang sam sama, yaitu
berasal dari perkataan yang bermakna kecil. Perkataan kecil cukup
dimengerti; . Kelitik berasal dari kata ‘ketik’, yang artinya mengingatkan akan Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

perkataan setitik atau benturan kllithak klithak- klithik suara benturan kayu, Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

sebagai bahan baku wayang Wayang krucilKrucil. Kayu yang dipakai bahan Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

wayang ini adalah kayu yang berserat kuat. Tidak jarang aspek-aspek
pertunjukkan pada wayang Wayang krucil Krucil didasarkan pada
kepercayaan yang mereka anut, dan diyakini mempunyai kekuatan magis.
Namun, sebaliknya banyak aspek pertunjukkannya yang bersifat hiburan.
Pengertian di atas memuat cakupan yang snagat sangat luas tentang
kehadiran wayang Wayang krucilKrucil/wayang Wayang Klithik, sebagia . Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Not Italic

Sebagai seni pewayangan yang jauh dari pengaruh seni istana, keduanya
memiliki bentuk pertunjukkan yang beragam, begitu lihayati lihai dan dimiliki
serta akrab dengan pendukungnya, yaitu sepanjang daerah-daerah
pedesaan yang masih kental dengan sifat sifat-sifat kepedesaannya. Oleh
karenanya, maka wayang Wayang krucil Krucil Blora menjadi milik semua
warga. Seni rakyat, dan lagu rakyat tak pernah diketahui penciptanya. Pada
umumnya dimulai lari dari seorang pencipta yang merupakan anggota
masyarakat. Begitu musik atau lagunya itu tercipta, masyarakat mengklaim
sebagai milik mereka.
Di Blora kehidupan Kehidupan wayang Wayang krucil Krucil di Blora,
tempat asal mulanya, masih dihubungkan dengan hal hal-hal yang
skaralsakral, seperti apa yang dialami oleh Mitra lala wayang Wayang krucil
Krucil yang masih bertahan saat ini di Blora. Ia dapat mendhalang mendalang
karena wangsit atau wahyu, . pada Pada saat waktu itu, ia mimpi disuruh
menggantikan mendalang seorang yang tua, kemudian dengan telanjang
dada ia duduk di samping kota kotak wayang dan langsung bisa mendalang,
seperti apa yang terdapat dalam mimpi. Ciri yang menarik dalam pertunjukkan
wayang Wayang Krucil Blora adlah adalah iringan krucilan, . dalang Dalang Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

dalam memainkan wayang yang diiringi krucilan ini ikut meliuk meliuk-liukkan Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

tubuhnya mengimbangi semaraknya gending krucilan. Wayang krucil Krucil Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

bukan sekedar sekadar tontonan, kehadirannya juga seperti wayang yang


lain, dalam pertunjukkanya mengandung filsafah filsafat yang sarat dengan
tuntutan, . jumlah Jumlah boneka wayangnya tidak banyak,yaitu hanya 40
buah, . tanpa kelir dan instrumen Instrumen musiknya berlaras slendro sera
terdiri dari : kendhangkendang, 2 buah saron (dengan 9 wilah), kempul laras Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic
nem, kethukketuk, dan kenong laras nem. Fungsi wayang ini, menurut Sajid,
untuk ngamen ke kota semasa di desa terjadi paceklik dan sewaktu di desa Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

tak ada pekerjaan di desa (sebab masa menggarapa sawah telah usai).
Wayang Krucil merupakan serpihan tradisi yang tidak dapat ditinggal
begitu saja, karena telah menjadi milik masyarakat Blora, sehingga
kadangyang identik dengan daerah. Sebagai kajian dalam tulisan ini, akan
digunakan contoh-contoh dalam wayang Wayang Krucil Blora. Wayang Krucil
peninggalan Jartikusuma dan Jatiswara yang ada di Janjang terdiri dari lima
buah wayang yang menurut keterangan melambangkan beliau sekeluarga.
Nama Nama-nama dari wayang itu adalah:
a. Kyai Brajal melambangkan beliau Eyang Jatikusuma
b. Kyai Kuripan melambangkan beliau Eyang Jatiswara
c. Nyai Sekintir melambangkan beliau Putri Rondo Kuning
d. Semar, dan
e. Bletik melambangkan para punakawanPunakawan
Wayang tersebut adalah wayang yang selalu dibungkus kain mori dan
tidak digunakan untuk pertunjukkan tetpai tetapi hanya untuk orang yang
mempunyai ujar. Sedangkan untuk Untuk kelengkapan wayang itu, dibuatkan
wayang krucil biasa. Gamelannya hanya terdiri dari: Gonggong, kenong,
gambang, kendang, dan saron. Larasnya Laras yang digunakan yaitu laras
pelog, lampunyadan lampu yang digunakan yaitu lampu blencong.

36. Legenda Pertempuran Arya Jipang dan Sutawijaya


Setelah berhaisl berhasil menaklukan demak Demak dan kemudian
memindahkan kekuasaan dari demak Demak ke Pajang, Sultan Hadiwijiya
tetap belum tenang hatinya. Hal ini disebabkan masih ada seorang pewaris
tahta, yang masih hidup. Pewaris demak Demak itu adalah Arya Jipang yang
merupakan cucu dari Sultan Trenggono. Arya Jipang berpendirian bahwa dia
lahdialah yang berhak atas tahta demakDemak. Sultan Hadiwijaya semakin
tidak tenang karena Arya Jipang berhasil memperkuat Adipaten Jipang.
Hadiwijaya mulai memikirkan rencana membunuh Arya Jipang, namun ia tidak
berani melakukannya sendiri. selain Selain masih ketutunan keturunan Sultan
Trenggono, Arya Jipang juga memiliki kesaktian yang jga hebat. Oleh karena
itu, Hadiwijaya pun membuat sayembara yaitu “barang siapa yang dapat
membunuh Arya Jipang akan mendapatkan hadiah bumi pati dan bumi
mataran.” Demikian bunyi sayembara di udiumumkan di seluruh wilayah
pajangPajang.
Banyak orang yang mendaftar dan ingin mengikuti sayembara itu. Bukan
hanya orang-orang pajangPajang, tetapi juga orang yang dari luar
pajangPajang. Namun, banyak dari mereka yang mendaftar tidak memenuhi
syarat dan banyak pula yang mengundurkan diri setelah mengetahui Arya
Jipang memiliki kesaktian yang luar biasa. Konon kabarnya arya Arya Jipang
memliki memiliki keris Kiai Kober yang ampuh dan kuda tunggangan yang
tangguh, yaitu gagak Gagak rimangRimang. Dari sekian orang yang
mendaftar, akhirnya yang ditetapkan layak mengikuti sayembara adalah
kakak angkat hadiwijaya Hadiwijaya sendiri, yaitu Ki Panjawi dan Ki Ageng
Pemanahan. Ketika mendaftar sebagai peserta sayembarsayembara, Ki
Ageng Pemanahan membawa serta Sutawijaya, yakni anak angkat
Hadiwijaya. Karena mengetahui bahwa Arya Jipang seorang yang sakti, maka
sebelum berangkat ke Jipang Ki Penjawi dan Ki Ageng Pemanahan
menjumpai Ki Juru Mertani, untuk meminta tolong akan dibuatkan strategi
mengalahkan Arya Jipang yang sakti itu. Ki Juru Martani menyanggupi
membuat strategi yang jitu untuk mengalahkan Arya Jipang.
Atas nasihat dari Juru Martani, diketahui bahwa Arya Jipang sering
menjalani puasa 40 hari, dan. menurut Menurut pesan gurunya, Sunan Kudus,
selama berpuasa tersebut tidak boleh marah dan harus menahan emosi.
Maka, ketika mengetahui suatu saat Arya Jipang sedang menjalani puasa 40
hari tersebut, Ki Penjawi kemudian mengatur cara yang licik untuk
mengalahkan Arya Jipang. Surat itu dikirim dengan cara memotong telinga
abdi Arya Jipang yang sedang mencari rumput untuk kudanya, gagak Gagak
rimangRimang. Setelah dipotong, telinga abdi pencari rumput itu ditempeli
surat tantangan atas nama Sultan Hadiwijaya.
Arya Jipang sangat marah ketika melihat telinga abdinya dipotong dan
ditempeli surat tantangan berperang. Ia membnanting membanting piring dan
yang dipegangnya dan menggebrak meja yang penuh dengan makanan, .
yang kebetulan Kebetulan ia sedang menyantap buka puasa.
“ini Ini penghinaan Hadi WijayaHadiwijaya terhadap Arya Jipang. aku Aku
harus meladeninya meladeninya!”
“Sabarlah, Kanjeng Adipati. Ingatlah pesan Sunan Kudus agar Adipati
menahan amarah selama 40 hari. Ingatlah kanjeng, puasa yang sedang
kanjeng jalani hanya tinggal satu hari lagi.”
“Benar, anakkuAnakku, . janganlah Janganlah kau masuk ke dalam
perangkap orang-orang pajang Pajang yang berniat membatalkan puasamu.”
Demikian patih Patih metahun Metahun dan ibuk Ibu Arya Jipang membujuk
anaknya.
Demikian juga adiknya, Arya Mataram, ikut pulang membujuk kakaknya
Arya Jipang agar tidak terbawa emosi saat sedang puasa dan mengurungkan
niatnya untuk meladeni tantangan tersebut.
“kang Kang mas Mas, tidak perlu meladeni siasat jahat Hadi
WijayaHadiwijaya. Ingatlah, kangmas Kang Mas adalah keturunan sultan
Sultan patah Patah yang luhur. Tidak pantas menjawab tantangan dengan
marah, . apalagi Apalagi kamu sedang dalam masa berpuasa. Sabarlah
barang sehari saja,”.”
Namun, kelihatan emosi yang sangat memuncak telah membuat Arya
Jipang mengabaikan nasihat orang-orang yang mencintainya. Ia akhirnya
berangkat menghadapi tantangan untuk berperang melawan Hadiwijaya. Ia
tidak mengetahui siasat licik yang sedang di jdijalankan oleh Ki Ageng
Pemanahan, Ki Penjawi, dan Ki Ageng Mertani. Dengan mengendari kuda
kesayangannya, gagak Gagak rimang Rimang dan membawa pusakanya,
keris Keris Kiai Setan Kober, Arya Jipang menjumpai musuhnya di tempat
Bengawan Sore, . Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, dan Ki Juru Martani serta
Sutawijaya sudah berada di Semberang Bengawan Soresana. Mereka bertiga
tidak berani menyebrangi menyeberangi Bengawan Sore karena mereka tahu
Sunan Kudus sudah memantrainya.
Demikian pula, Arya Jipang tidak berani menyebrangi Bengawan Sore
karena ingat pesan Sunan Kudus, gurunya, agar tidak menyebrangi
menyeberangi bengawan Bengawan soreSore. Siapapun yang menyebrangi
bengawan Bengawan sore Sore akan kalah.
“Hei Hadiwijaya, janganlah bersembunyi. Kalau berani, keluarlah
Lawanlah lawanlah aku.!”
Namun, Ki Ageng Pemanahan, Ki Penjawi, dan Ki Juru Mertani serta
Sutawijaya tidak menjawab. Hinggan Hingga berulang Arya Jipang berteriak,
tetap tidak ada jawaban. Ki Juru Martani mengeluarkan siasatnya. Sutawijaya
disuruh menaiki kuda betina yang sudah dipotong ekornya sehingga kelihatan
alat vitalnya. Alangkahnya kagetnya Arya Jipang. Yang keluar bukan
Hadiwijaya melainkan Sutawijaya, anak angkatnya. Sadarlah ia bahwa telah
diperdaya oleh Hadiwijaya.
Belum hilang rasa kagetnya dari tipu muslihat Hadiwijaya tersebut, Arya
Jipang dikagetkan oleh Gagak RemangRimang, kuda jantan tunggangannya.
Gagak Rimang menjadi liar dan tidak terkendali ketika melihat kuda betina
yang dinaiki Sutawijaya. Akhirnya, Arya Jipang terpaksa menyeberangi
bengawan Bengawan sore Sore karena gagak Gagak rimang Rimang
mengejar kuda betina milik Sutawijaya. Ketika baru saja menyebrangi
menyeberangi bengawan Bengawan soreSore, Kutawijaya segera menusuk
perut Arya Jipang dengan tombak Kaia Pleret. Perut arya Arya Jipang robek
dan ususnya terburai, , namun Namun, karena kesaktiannya, ia masih dapat
bertahan. Ususnya disampirkan pada pangkal keris pusakannya. Arya Jipang
yang sudah terluka malah dapat meringkus Sutawijaya dan mencekik
lehernya sampai tidak berdaya. Sekali lagi Ki Juru Mertani mengeluarkan
siasat liciknya, ia meneriaki Arya Jipang.
“Jipang, kau harus bersikap adil dan bersikap ksatria. Kau harus bisa
membunuh Sutawijaya dengan mencekiknya. Karena Sutawijaya bersenjata
tombak Kaia Plered, maka engkau pun harus membunuhnya dengan
pusakamu, keris Keris Kaia Setan Kober!”
Mendengar teriakan Ki Juru Mertani yang bernada mengejek, Arya Jipang
kembali tersulut emosinya, . ia Ia merasa diremehkan sebagai orang ksatria
keturunan Sultan Patah Eyang Luhur. Ia lupa bahwa itulah siasat licik Ki
Ageng Pemanahan, Ki Panjawa, dan Ki Juru Mertani. Tanpa mikir panjang
lagi, Arya Jipang mencabut keris Keris Kiai Setan Kober. Ia pun lupa bahwa
ususnya tersampir di keris tersebut. Ia kesakitan dan jatuh tersungkur dari
gagak Gagak rimang Rimang, kudanya. Melihat Arya jIpang Jipang telah jatuh
terseungkurtersungkur, Ki Ageng Pemanhan, Ki Panjawi, dan Ki Juru Mertani
serta Sutawijaya mengira Arya Jipang tewas. Mereka bertiga pun pulang ke
pajang Pajang dan membuat laporan palsu ke kepada Hadiwijaya bahwa Arya
Jpang Jipang telah mati di keroyokdikeroyok oleh Ki Ageng Pemanahan, Ki
Panjawi dan Ki Juru Martani. Mereka membuat laporan palsu tersebut dengan
maksud agar tetap mendapat hadiah bumi mataram Mataram dan bumi
patiPati, yang telah dijanjikan oleh Hadiwijaya dalam pengumuman
sayembara.
Sementara itu, sebenarnya Arya Jipang belum tewas, dan Patih Metahun Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt, Line spacing: 1.5 lines
mengetahuinya. Sehingga ia Ia beserta dan Arya mataram Mataram kemudian
menjemput arya Arya Jipang yang merupakan junjungannya dan
mengajaknya kembali ke Jipang. Setelah pertempuran dengan Sutawijaya,
Arya Jipang serta dan dengan punggawa dan serta keluarganya memutuskan
untuk memerintahkan Arya Jipang, . namun Namun, melarang rakyatnya
menceritakan keadaan yang sebenarnya. Pesan Arya Jipang itu di
pegangdipegang oleh orang-orang desa Desa Jipang panolan Panolan
sampai hari ini. Berita yang disebarkan oleh Ki Ageng Pemanehan, Ki Penjawi
dan Ki Juru Mertani serta Sutawijaya bahwa Arya Jipang tewas dalam
pertempuran tidak perlu di sdisanggah oleh rakyat Jipang. Arya Jipang
beserta dan adiknya, Arya Mataram, bahu bahu-membahu melebarkan
kekuasaannya di sekitar Jipang. Arya Jipang akhirnya meninggal wajar dalam
usia yang lanjut. Kegagahan dan keperwiraan Arya Jipang dan Kegagahan
kegagahan kudanya, Gagak Rimang, tetap di kenangdikenang oleh rakyat
Blora sampai sekarang.
Formatted: Indent: First line: 0.49", Space After: 0 pt, Line
spacing: 1.5 lines
37. Legenda Yuyu Rumpung
Menurut cerita rakyat, terdapat dua pusaka yang merupakan lambang Formatted: Indent: Left: 0.3", First line: 0.3", Space After:
0 pt, Line spacing: 1.5 lines
kekuasan dan kekuatan yang juga merupakan simbol kesatuan dan persatuan
yaitu “keris Keris rambut pinutung dan keluk kaniraga”. Barang siapa yang
memiliki dua pusaka tersebut akan mampu menguasai dan berkuasa di pulau
Pulau Jawa. Syahdan terdapat Terdapat dua penguasa lokal di pantai utara
Jata Jawa Tengah pada sisi timur, yaitu:
1. Kadipaten Paranggaruda, dengan Adipati Yudhapati, . wilayah Wilayah
kekuasaannya meliputi sungai Sungai Juana ke selatan, sampai ke
pegunungan Pegunungan gamping Gamping utara berbatasan dengan
wilayah Kabupaten Grobokan. Beliau Mempunyai mempunyai putra
bernama Raden Jasari.
2. Kadipaten carangsokoCarangsoko, dengan adipati Adipati bernama Puspa
Andungjaya, . kekuasannya Kekuasaannya meliputi utara sungai Sungai
Juana sampai ke pantai Pantai utara Utara Jawa Tengah bagian timur.
Adipati Carangsoko mempunyai seorang putri bernama Rara
rayungwulanRayungwulan. Ia yang memiliki dua pusaka tersebut.
Kedua kadipaten tersebut hidup rukun dan damai, saling menghormati,
dan menghargai. Untuk melastarikan melestarikan kerukunan dan
memperkuat tali persaudaraan, kedua adipati bersepakat untuk mengawinkan
menikahkan putra dan putrinya. Utusan untuk meminang Rara Rayungwulan
telah diterima, namun calon mempelai putri meminta bebana agar pada saat Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

pahagyan boja wiwah daup (resepsi) dimeriahkan dengan pagelaran wayang Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

dengan dalang kondang yang bernama Sapanayana.


Untuk memenuhi beban itu, Adipati Paranggaruda menugaskan pagede
Pagede kemaguhan Kemaguhan bernama Yuyu Rumpung agul-agul
Paranggaruda. Sebelum melaksanakan tugasnya, lebih dahulu Yuyu
Rumpung berniat melumpuhkan kewibawaan Kadipati Carangsoko dengan
cara menguasai dua pusaka milik Sukmayani dan Sukmayana di Majasemi.
Dengan bantuin Sondong, menjeruk kedua pusaka itu dapat dicerinya
dicarinya. namun Namun, sebelum kedua pusaka itu di serangkandiserahkan
kepada Yuyu Rumpung, dapat kedua pusaka direbut kembali oleh Sondong
Magerti dari wedariWedari. Dan Akhirnya, pusaka itu diserahkan kembali
kepada raden Raden Sukmayana. Usaha Yuyu Rumpung menguasai dan
memiliki dua pusaka itu gagal. Walau demikian, Yuyu Rumpung tetap
melanjutkan tugasnya untuk mencari dalang Dalang SapayanaSapanyana,
agar perkawinan pernikahan putra Adipati Paranggaruda tidak mengalami
kegagalan.
Pada malam di meriahkan resepsi perkawinan yang diselenggarakan di
Kadipaten Carangsoka dimeriahkan, denganoleh pagelaran wayang kulit oleh
Ki Dalang Sapanyana. Di luar dugaan, pahargyan baru saja dimulai, tiba-tiba Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

mempelai putri meninggalkan kursi pelaminan menuju ke panggung dan


seterusnya melarikan diri bersama dalang Dalang Sapanyana. Pahargyan Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

perkawinan pernikahan antara Raden Jasari dan Rara Rayungwulan gagal


total. Adipati Yudapati merasa dipermalukan, sehingga emosinya tak dapat
dikendalikan lagi. Sekaligus Ia menyatakan permusuhan terhadap kepada
Adipati Carangsoko. Dansehingga peperangan tidak dapat dielakkan. Raden
Rukmayana dari Adipati carangsoko Carangsoko memimipin memimpin
prajurit Carangsoko, sehingga mengalami luka parah dan kemudian wafat.
Raden kembangjaya Kembangjaya (, adik kandung Raden Sukmayana),
meneruskan perang. Dengan bantuan dalang Dalang SupanyanaSapanyana,
ia hanya mengunakan menggunakan sebuah pusaka itu dapat sehingga
menghancurkan prajurit Paranggaruda. Akhirnya Adipati Paranggaruda, dan
Yudapati gugur. dan putra Putra laki-lakinya dalam di palagan Palagan
membela kehormatannya.
Oleh Adipati Carangsoko memberi perintah untuk menikahkan, karena
jasanya Raden Kembangjaya di kawinkan dengan Rara Rayungwulan karena
jasa Raden Kembangjaya. kemudian Kemudian, Raden Kembangjaya
diangkat menjadi mengganti pengganti Carangsoka. Untuk mengatur
pemerintahannya agar semakin luas wilayahnya ke bagian selatan, Adipati
raden Raden kembang Kembangjaya jaya memindahkan pusat
pemerintahannya dari Carangsoka ke desa Desa kemiri Kemiri. Desa itu
dengan mengganti diganti nama menjadi Pesantenan dan gelar Raden
Kembangjawa dengan gelar yaitu Adipati Jayakusuma di Pesantenan. Adipati
Jayakusuma hanya mempunyai seorang putra tunggal yaitu Raden Tambra.
Setelah ayahnya wafat, Raden Tambra diangkat menjadi Adipati
KesantenanPesantenan, dengan gelar Adipati Tambranegara.
Dalam menjalankan tugas pemerintahan, Adipati Tambranegara
bertindak arif dan bijaksana. Ia Menjadi menjadi songsong agung yang sangat
memperhatikan nasib rakyatnya, serta dan menjadi pengayom bagi hamba
sahayanya. Kehidupan rakyatnya penuh dengan kerukunan, kedamaian,
ketenangan, dan kesejahteraannya semakin meningkat.
Sedang diDi Blora, cerita Yuyu Rumpun dikira sebagai orang yang
memiliki kesaktian tinggi, dan sering dikaitkan dengan terjadinya desa Desa
gilinganGilingan. Cerita ini diawali peristiwa istri Yuyu Rumpung jatuh cinta
dengan lurah Lurah Jambang. Ia Memutuskan memutuskan kabur hingga ia
sampai maguwanMaguwan, tegalgunungTegalgunung, . Lalu dihentikan
berhenti di karang Karang Jati kemudian dan mengejar lagi sampai ndeprok Formatted: Font: (Default) Arial, 11 pt, Italic

ketika sampai di depokDepok. Ia berkata, “ayo Ayo ojo ndeprok ning kene,
ngetan sitik.” ( ayo jangan duduk di sini, ke timur sedikit) sampai Sampai di
Ara-Ara Amba. , Karena karena lari terus merasa lapar, kemudian masak
(ngeliwet)lawe bekas lalu dibuang ke selatan, dan hingga desa itu menjadi
desa Desa laweyanLaweyan. Kemudian, ia terguling lagi ke arah timur
menjadi Desa Gulingan.
Kejar Kejar-mengejar itu akhirnya berakhir di Mbong Sungsang. Menurut
kepercayaan, Mbong Sungsang ditempati oleh seorang wanita dan apabila di
jembatanjembatan itu selalu runtuh. Menurut penduduk setempat, jika mau
meruntuhkan jembatan biasanya permisi melalui mimpi sesepuh desa. “aja
Aja da bungah-bungah ya, aku kok brebengen wong sepatunan, iki kreteke
arep tak gulingna. Artinya yaitu (jangan bersenang-senang, saya bising
mendengar orang berjalan dengan sepatu, ini jembatan mau saya runtuhkan).
.. Kemudian tidak selang lama jembatan ambrol.

1. Membantu Pengetikan Rekomendasi “Penyuluhan Penggunaan Bahasa


Indonesia di Kabupaten Tegal”
Rekomendasi
Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Badan Publik Kabupaten Tegal
Slawi, 2—4 Oktober 2017

Diskusikan hal-hal berikut ini sehingga menghasilkan rekomendasi berkaitan


dengan penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik Kabupaten Tegal.

1. Bagaimana menurut Bapak dan Ibu tentang pengunaan bahasa Indonesia


pada badan publik yang ada di Kabupaten Tegal?
2. Menurut Bapak dan Ibu, siapakah yang memiliki peranan dalam
pemartabatan bahasa Indonesia pada badan publik?
3. Menurut Bapak dan Ibu, apakah selama ini Pemerintah Kabupaten Tegal
sudah berpartisipasi atau memiliki peran dalam memartabatkan
penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik?
a. Jika sudah, hal-hal apakah yang sudah dilakukan oleh pihak Pemerintah
Kabupaten Tegal dalam memartabatkan penggunaan bahasa Indonesia
pada badan publik?
b. Jika belum, menurut Bapak dan Ibu, mengapa Pemerintah Kabupaten
Tegal belum melaksanakan pemarabatan penggunaan bahasa
Indonesia pada badan publik?
c. Menurut Bapak dan Ibu, apa yang perlu dilakukan Pemerintah
Kabupaten Tegal dalam pemartabatan penggunaan bahasa Indonesia
di badan publik?
4. Rekomendasi apa yang dapat Bapak dan Ibu sampaikan tentang
penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik?

Kelompok :I
Ketua Kelompok : Sofan Rohman
Sekertaris : Rofikoh
Anggota : 1. Sudadi
2. Sariah
3. Trisnoningsih
4. Rismiatun

Jawaban
1. Di Kabupaten Tegal dalam penggunaan bahasa Indonesia khususnya di
badan publik masih belum sesuai dengan kaidah, kadang masih
menggunakan bahasa campuran.
Dalam persumatan/ Teks Naskah masih merujuk aturan Tata laksana yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Tegal, sedangkan Tata Naskah
masih terdapat ketidaksesuaian dengan kaidah yang benar.
2. Di kabupaten Tegal belum memiliki badan/ bagian khusus yang memiliki
peranan dalam pemartabatan bahasa Indonesia.
3. a. Pemerintah Kabupaten Tegal sudah berpatisipasi dalam peran
memartabatkan penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik, tetapi
belum maksimal. Karena belum memiliki badan/ bagian yang mempunyai
kewenangan tentang pemartabatan bahasa Indonesia.
b.
c. Perlu adanya pembentukan (perujukan) badan/ bagian yang khusus
menangani pemartabatan bahasa Indonesia.

Rekomendasi:
1. Perlu dibuat badan/ bagian yang mempunyai kewenangan khusus/ peran
dalam pemartabatan penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik,
yang beranggotakan para ahli/ orang yang mempunyai kompetensi di
bidangnya.
2. Diupayakan ada persamaan tentang penggunaan bahasa Indonesia pada
badan publlik khususnya dalam Tata Naskah dari Badan/ Bagian Balai
Bahasa bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Tegal memberi
penyuluhan kepada steakhedder dan anggota Badan/ Bagian yang
menangani pemartabatan bahasa Indonesia yang dibentuk sampai dengan
terciptanya pedoman yang baku untuk Tata Naskah yang sesuai pedoman.
3. Tata Naskah yang sudah dibuat untuk dipublikasikan ke SKPD di
Kabupaten Tegal sampai ke tingkat UPT atau satuan pendidikan oleh
badan/ bagian yang menangani khusus pemartabatan bahasa Indonesia.

Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Badan Publik Kabupaten Tegal


Slawi, 2—4 Oktober 2017

Diskusikan hal-hal berikut ini sehingga menghasilkan rekomendasi berkaitan


dengan penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik Kabupaten Tegal.

1. Bagaimana menurut Bapak dan Ibu tentang pengunaan bahasa Indonesia


pada badan publik yang ada di Kabupaten Tegal?
2. Menurut Bapak dan Ibu, siapakah yang memiliki peranan dalam
pemartabatan bahasa Indonesia pada badan publik?
3. Menurut Bapak dan Ibu, apakah selama ini Pemerintah Kabupaten Tegal
sudah berpartisipasi atau memiliki peran dalam memartabatkan
penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik?
a. Jika sudah, hal-hal apakah yang sudah dilakukan oleh pihak Pemerintah
Kabupaten Tegal dalam memartabatkan penggunaan bahasa Indonesia
pada badan publik?
b. Jika belum, menurut Bapak dan Ibu, mengapa Pemerintah Kabupaten
Tegal belum melaksanakan pemarabatan penggunaan bahasa
Indonesia pada badan publik?
c. Menurut Bapak dan Ibu, apa yang perlu dilakukan Pemerintah
Kabupaten Tegal dalam pemartabatan penggunaan bahasa Indonesia
di badan publik?
4. Rekomendasi apa yang dapat Bapak dan Ibu sampaikan tentang
penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik?

Kelompok : II
Ketua Kelompok : Abadi Widodo, S.AP
Sekertaris : Ahmad Fatihuddin
Anggota : 1. Moch. Taufik
2. Daisah
3. Sri Nurnaeni
4. Sri Hidayah
5. Aneke Suwandani

Jawaban
1. Menurut kami, penggunaan bahasa Indonesia pada Badan Publik di
Kabupaten Tegal masih belum sesuai dengan bahasa Indonesia yang baik
dan benar. Karena masih banyak ditemukan pada surat dinas, penggunan
kata atau kalimat yang tidak efektif/ tata naskah tidak mengacu pada
aturannya.
2. Pemerintah daerah dan seluruh instansi di lingkungan pemerintah
Kabupaten Tegal.
3. Sudah.
a. Sosialisasi penggunaan tata naskah dinas dalam bentuk format tanpa
ada penjelasan secara langsung.
b.
c. Di daerah perlu adanya badan/ lembaga yang khusus menangani
kebahasaan.
4. Pemerintah daerah membuat peraturan yang baku/ Perbu tentang
pentingnya penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar pada
badan publik.
Penekanan pada tata naskah dinas:
1. SK;
2. Surat-surat biasa;
3. Surat-surat perjanjian, dll.

Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Badan Publik Kabupaten Tegal


Slawi, 2—4 Oktober 2017
Diskusikan hal-hal berikut ini sehingga menghasilkan rekomendasi berkaitan
dengan penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik Kabupaten Tegal.

1. Bagaimana menurut Bapak dan Ibu tentang pengunaan bahasa Indonesia


pada badan publik yang ada di Kabupaten Tegal?
2. Menurut Bapak dan Ibu, siapakah yang memiliki peranan dalam
pemartabatan bahasa Indonesia pada badan publik?
3. Menurut Bapak dan Ibu, apakah selama ini Pemerintah Kabupaten Tegal
sudah berpartisipasi atau memiliki peran dalam memartabatkan
penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik?
a. Jika sudah, hal-hal apakah yang sudah dilakukan oleh pihak Pemerintah
Kabupaten Tegal dalam memartabatkan penggunaan bahasa Indonesia
pada badan publik?
b. Jika belum, menurut Bapak dan Ibu, mengapa Pemerintah Kabupaten
Tegal belum melaksanakan pemarabatan penggunaan bahasa
Indonesia pada badan publik?
c. Menurut Bapak dan Ibu, apa yang perlu dilakukan Pemerintah
Kabupaten Tegal dalam pemartabatan penggunaan bahasa Indonesia
di badan publik?
4. Rekomendasi apa yang dapat Bapak dan Ibu sampaikan tentang
penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik?

Kelompok : III
Ketua Kelompok : Muryanto
Sekertaris : Epa Nuryani
Anggota : 1. Herman Supriyanto
2. Esti Handayani
3. Julikha
4. Sugiyanti
5. Umi Zumaeroh
6. Fachrujin
Jawaban
1. Penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik yang ada di Kabupaten
Tegal.
a. Untuk penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan Kabupaten Tegal
belum sesuai dengan pedoman ejaan bahasa Indonesia/ masih lemah.
b. Karena belum adanya pedoman baku untuk penggunaan bahasa
Indonesia di dalam persuratan.
2. Yang memiliki peranan dalam pemartabatan bahasa Indonesia pada badan
publik.
i. Pimpinan
ii. Staf yang menangani persuratan
3. Apakah selama ini pemerintah Kabupaten Tegal sudah berpartisipasi atau
memiliki peran dalam memartabatkan penggunaan bahasa Indonesia.
a. Sudah pernah ada untuk secara khusus yaitu untuk penomoran surat.
b. Secara umum belum, kendalanya;
Mengadakan sosialisasi penyuluhan kepada atasan/ pimpinan/ pejabat
yang membuat kebijakan.
4. 1) Bupati dan DPRD harus membuat Perda/ Perbud tentang Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia yang benar dalam pembuatan surat.
2) Penerbitan buku tentang penggunaan bahasa Indonesia/ ejaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Badan Publik Kabupaten Tegal


Slawi, 2—4 Oktober 2017

Diskusikan hal-hal berikut ini sehingga menghasilkan rekomendasi berkaitan


dengan penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik Kabupaten Tegal.
1. Bagaimana menurut Bapak dan Ibu tentang pengunaan bahasa Indonesia
pada badan publik yang ada di Kabupaten Tegal?
2. Menurut Bapak dan Ibu, siapakah yang memiliki peranan dalam
pemartabatan bahasa Indonesia pada badan publik?
3. Menurut Bapak dan Ibu, apakah selama ini Pemerintah Kabupaten Tegal
sudah berpartisipasi atau memiliki peran dalam memartabatkan
penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik?
a. Jika sudah, hal-hal apakah yang sudah dilakukan oleh pihak Pemerintah
Kabupaten Tegal dalam memartabatkan penggunaan bahasa Indonesia
pada badan publik?
b. Jika belum, menurut Bapak dan Ibu, mengapa Pemerintah Kabupaten
Tegal belum melaksanakan pemarabatan penggunaan bahasa
Indonesia pada badan publik?
c. Menurut Bapak dan Ibu, apa yang perlu dilakukan Pemerintah
Kabupaten Tegal dalam pemartabatan penggunaan bahasa Indonesia
di badan publik?
4. Rekomendasi apa yang dapat Bapak dan Ibu sampaikan tentang
penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik?

Kelompok : III
Ketua Kelompok : Muryanto
Sekertaris : Epa Nuryani
Anggota : 1. Herman Supriyanto
2. Esti Handayani
3. Julikha
4. Sugiyanti
5. Umi Zumaeroh
6. Fachrujin

Jawaban
1. Penggunaan Bahasa Indonesia pada badan publik yang ada di Kabupaten
Tegal
Jawab:
a. Untuk penggunaan Bahasa Indonesia di lingkungan Kabupaten Tegal
belum sesuai dengan pedoman ejaan Bahasa Indonesia/ masih lemah.
b. Karena belum adanya pedoman baku untuk penggunaan Bahasa
Indonesia di dalam persuratan.
2. Yang memiliki peranan dalam pemartabatan Bahasa Indonesia pada
badan publik.
- Pimpinan
- Staf yang menangani persuratan
3. Apakah selama ini Pemerintah Kabupaten Tegal sudah berpartisipasi atau
memiliki peran dalam memartabatkan penggunaan bahasa Indonesia.
a. Sudah pernah ada untuk secara khusus yaitu untuk penomoran surat.
b. Secara umum belum,
Kendalanya:
Mengadakan sosialisasi/ penyuluhan kepada atasan/ pimpinan/ pejabat
yang membuat kebijakan.
4. 1. Bupati & DPRD harus membuat Perda/ Perbud tentang Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang benar dalam pembuatan surat
2. Penerbitan buku tentang penggunaan Bahasa Indonesia/ ejaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.

Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Badan Publik Kabupaten Tegal


Slawi, 2—4 Oktober 2017-10-17

Diskusikan hal-hal berikut ini sehingga menghasilkan rekomendasi bekaitan


dengan penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik Kabupaten Tegal.

1. Bagaimana menurut Bapak dan Ibu tentang penggunaan bahasa Indonesia


pada badan publik yang ada di Kabupaten Tegal.
2. Menurut Bapak dan Ibu, siapakah yang memiliki peranan dalam
pemartabatan bahasa Indonesia pada badan publik?
3. Menurut Bapak dan Ibu, apakah selama ini Pemerintah Kabupaten Tegal
sudah berpartisipasi atau memiliki peran dalam memartabatkan
penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik?
a. Jika sudah, hal-hal apakah yang sudah dilakukan oleh pihak Pemerintah
Kabupaten Tegal dalam memartabatkan penggunaan bahasa Indonesia
pada bada publik?
b. Jika belum, menurut Bapak dan Ibu, mengapa Pemerintah Kabupaten
Tegal belum melaksanakan pemartabatan penggunaan bahasa
Indonesia pada badan publik?
c. Menurut Bapak dan Ibu, apa yang perlu dilakukan Pemerintah
Kabupaten Tegal dalam pemartabatan penggunaan bahasa Indonesia
pada badan publik?
4. Rekomendasi apa yang dapat Bapak dan Ibu sampaikan tentang
penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik?

Kelompok : IV
Ketua Kelompok : Teguh Imam .P
Sekretaris : Wahyu Handayani
Anggota : 1. Serengat
2. Sulastri
3. Nuniek Yuyu .W
4. Christin Handayani
5. Mohamad Joni
6. Febri Arief .H

Jawaban

1. Masih menggunakan kebiasaan yang sudah ada.


Saran: Perlu adanya keseragaman dalam tata naskah surat.
2. Atasan langsung.
Saran: Pejabat perlu mengikuti kegiatas penyuluhan Pemartabatan
Bahasa Indonesia.
3. a) Sudah.
Hal-hal yang sudah dilakukan oleh pihak Pemerintah Kabupaten Tegal
adalah:
Penyeragaman:
- Nomor dan kode surat
- Bentuk surat
- Jenis dan ukuran huruf
- Surat keterangan
Saran: menerbitkan tata naskah Dinas yang sesuai dengan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun
b)
c) – Adanya kerjasama natara Pemerintah Kabupaten Tegal dengan Balai
Bahasa Jawa Tengah untuk mengadakan Penyuluhan Bahasa Indonesia
secara bertahap sampai tingkat bawah.
– Menetapkan penggunaan Bahasa Indonesia di badan publik untuk
kepentingan administrasi, sesuai dengan kaidah bahasa.
4. – Gunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
– Mengubah tata naskah Dinas sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia.

Penyuluhan Bahasa Indonesia bagi Badan Publik Kabupaten Tegal


Slawi, 2—4 Oktober 2017-10-17

Diskusikan hal-hal berikut ini sehingga menghasilkan rekomendasi bekaitan


dengan penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik Kabupaten Tegal.

1. Bagaimana menurut Bapak dan Ibu tentang penggunaan bahasa Indonesia


pada badan publik yang ada di Kabupaten Tegal.
2. Menurut Bapak dan Ibu, siapakah yang memiliki peranan dalam
pemartabatan bahasa Indonesia pada badan publik?
3. Menurut Bapak dan Ibu, apakah selama ini Pemerintah Kabupaten Tegal
sudah berpartisipasi atau memiliki peran dalam memartabatkan
penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik?
a. Jika sudah, hal-hal apakah yang sudah dilakukan oleh pihak Pemerintah
Kabupaten Tegal dalam memartabatkan penggunaan bahasa Indonesia
pada bada publik?
b. Jika belum, menurut Bapak dan Ibu, mengapa Pemerintah Kabupaten
Tegal belum melaksanakan pemartabatan penggunaan bahasa
Indonesia pada badan publik?
c. Menurut Bapak dan Ibu, apa yang perlu dilakukan Pemerintah
Kabupaten Tegal dalam pemartabatan penggunaan bahasa Indonesia
pada badan publik?
4. Rekomendasi apa yang dapat Bapak dan Ibu sampaikan tentang
penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik?

Kelompok :V
Ketua Kelompok : Kartono
Sekretaris : Fredi Setiawan
Anggota : 1. Sri Haryati
2. Rina Yuly A.
3. Feri Dwi D.
4. Tri Adiningrum
5. Darsim
6. Suma

Jawaban

1. Masih belum Tata untuk penggunaan Bahasa di Kabupaten Tegal ada


beberapa hal yang mempengaruhi keadaan tersebut di antaranya:
- Pemakaian Bahasa Daerah yang masih menyatu atau kuat sebagai
komunikasi.
2. Pemerintah daerah dalam hal ini adalah kepemimpinan pada instansi-
instansi dinas terkait.
3. Sudah. Tapi belum maksimal. Tapi masih terbatas pada instansi tertentu.
4. Harus membiasakan menggunakan bahasa dalam kehidupan sehari-hari
yang baik dan benar.
5. Penggunaan bahasa Indonesia pada badan publik harapannya sampai ke
tingkat desa.
- Rekomendasi yang disampaikan ini terutama terkait dengan surat dinas
bahwa perlu ada pengkajian ulang pada Tata Naskah. Sampai detik ini
Kabupaten Tegal masih menggunakan Tata Naskah tahun 2009.
Sementara Tata Naskah yang terbaru adalah tahun 2015 maka perlu
disesuaikan baik format, draft susunan surat harus mengikuti Tata
Naskah yang baru.
- Penyelarasan konsep surat menyurat dalam kedinasan adanya susunan
kalimat yang masih belum sepaham antara pimpinan dan pembuat
surat.

Anda mungkin juga menyukai