Anda di halaman 1dari 41

BUKU INFORMASI

MELAKUKAN PENETRANT TEST (PT)


C.24LAS01.034.01

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I.


DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS
DIREKTORAT BINA STANDARDISASI KOMPETENSI DAN PELATIHAN KERJA
Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 51 Lt. 6.A Jakarta Selatan
2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI -------------------------------------------------------------------------------------- 2


BAB I PENDAHULUAN ------------------------------------------------------------------------ 5
A. Tujuan Umum --------------------------------------------------------------------- 5
B. Tujuan Khusus -------------------------------------------------------------------- 5
BAB II MENYIAPKAN UJI PENETRANT ------------------------------------------------------ 6
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam menyiapkan uji penetrant --------- 6
1. Jenis, karakteristik, dan fungsi penetrant-------------------------------- 6
a. Jenis Penetrant ----------------------------------------------------------- 6
b. Karateristik Penetrant --------------------------------------------------- 7
c. Fungsi Penetrant --------------------------------------------------------- 8
2. Karakteristik bahan logam dan non logam uji --------------------------- 8
a. Sifat Discontinuitas ------------------------------------------------------ 8
b. Pengkondisian Permukaan ---------------------------------------------- 10
3. Prosedur penetrant test untuk bahan logam dan non logam --------- 11
4. Persiapan tempat, alat, dan alat bantu pelaksanaan penetrant test 12
a. Peralatan dan Alat Bantu Uji Penetrant ------------------------------ 12
5. Prosedur K3 ------------------------------------------------------------------- 13
a. Prosedur Keselamatan -------------------------------------------------- 13
b. Masalah Keselamatan Kerja -------------------------------------------- 14
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam menyiapkan uji penetrant --------- 15
C. Sikap Kerja dalam menyiapkan uji penetrant -------------------------------- 15
BAB III MENGIDENTIFIKASI CACAT PERMUKAAN ----------------------------------------- 16
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam mengidentifikasi cacat permukaan
--------------------------------------------------------------------------------------- 16
1. Identifikasi permukaan dan jenis bahan/produk ------------------------ 16
2. Menentukan jenis penetrant yang diperlukan sesuai prosedur ------- 17
a. Aplikasi Cairan Penetrant ----------------------------------------------- 17
3. Memilih metode uji sesuai prosedur -------------------------------------- 19
a. Klasifikasi Teknik Uji Penetrant ---------------------------------------- 19
b. Diagram Uji Penetrant -------------------------------------------------- 20

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 2 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

c. Prosedur ------------------------------------------------------------------- 23
d. Teknik Temperatur Pengujian Standard ----------------------------- 24
e. Teknik Temperatur Pengujian Nonstandard ------------------------- 24
f. Batasan Teknik ----------------------------------------------------------- 25
g. Kalibrasi ------------------------------------------------------------------- 25
h. Pencahayaan ------------------------------------------------------------- 25
4. Membersihkan permukaan bahan/produk berdasarkan metode uji
yang digunakan sesuai prosedur ------------------------------------------ 25
a. Surface Preparation ----------------------------------------------------- 25
5. Identifikasi dan evaluasi dwell time (waktu penetrasi) untuk cacat
permukaan -------------------------------------------------------------------- 26
6. Membersihkan penetrant sesuai prosedur ------------------------------- 27
a. Pembersihan Penetrant Sisa ------------------------------------------- 27
7. Pengaplikasian developer pada permukaan sesuai prosedur --------- 30
a. Developer Kering -------------------------------------------------------- 30
b. Developer Basah --------------------------------------------------------- 31
c. Water-Base Developer -------------------------------------------------- 31
8. Analisa hasil penetrant yang timbul sesuai dengan metode yang
digunakan --------------------------------------------------------------------- 32
a. Indikasi Palsu ------------------------------------------------------------- 32
b. Indikasi Nonrelevan ----------------------------------------------------- 33
c. Indikasi Relevan ---------------------------------------------------------- 33
d. Evaluasi ------------------------------------------------------------------- 33
e. Kriteria Keberterimaan Menurut Standard ASME ------------------- 34
9. Mendokumentasikan hasil analisis ---------------------------------------- 34
a. Standard ------------------------------------------------------------------ 34
b. Spesifikasi ----------------------------------------------------------------- 35
c. Written Practice ---------------------------------------------------------- 35
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam mengidentifikasi cacat
permukaan ------------------------------------------------------------------------- 36
C. Sikap Kerja yang Diperlukan dalam mengidentifikasi cacat permukaan 36
DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------------------------------------------- 37

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 3 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

A. Dasar Perundang-undangan ---------------------------------------------------- 37


B. Buku Referensi ------------------------------------------------------------------- 37
C. Majalah atau Buletin -------------------------------------------------------------- 37
D. Referensi Lainnya ----------------------------------------------------------------- 37
DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN --------------------------------------------------- 38
A. Daftar Peralatan/Mesin ----------------------------------------------------------- 38
B. Daftar Bahan ----------------------------------------------------------------------- 38
LAMPIRAN ----------------------------------------------------------------------------------------- 39
Lampiran 1 Contoh Form Uji Penetrant -------------------------------------------- 40
DAFTAR PENYUSUN ----------------------------------------------------------------------------- 41

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 4 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu Melakukan
Penetrant Test (PT).
B. Tujuan Khusus
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi Menyiapkan
Informasi dan Laporan Pelatihan ini guna memfasilitasi peserta latih sehingga pada
akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menyiapkan uji penetrant yang meliputi kegiatan mengidentifikasi jenis,
karakteristik, dan fungsi penetrant, mengidentifikasi karateristik bahan logam
dan non logam, mengidentifikasi prosedur penetrant test untuk bahan logam
dan non logam, mengidentifikasi dan menyiapkan tempat, alat, dan alat bantu
pelaksanaan penetrant test, melaksanakan K3 sesuai prosedur;
2. Mengidentifikasi cacat permukaan yang meliputi kegiatan mengidentifikasi
Permukaan dan jenis bahan/produk, menentukan jenis penetrant yang
diperlukan sesuai prosedur, memilih metode uji sesuai prosedur, membersihkan
permukaan bahan/produk berdasarkan metode uji yang digunakan sesuai
prosedur, mengidentifikasi dan mengevaluasi dwell time (waktu penetrasi) untuk
cacat permukaan, membersihkan penetrant sesuai prosedur, mengaplikasikan
developer pada permukaan sesuai prosedur, menganalisis hasil penetrant yang
timbul sesuai dengan metode yang digunakan, mendokumentasikan hasil
analisis;

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 5 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

BAB II
MENYIAPKAN UJI PENETRANT

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Menyiapkan uji penetrant


1. Jenis, karateristik, dan fungsi penetrant
Evaluasi atau inspeksi terhadap suatu diskontinyuitas pada konstruksi yang
menggunakan material logam, sebaiknya dilakukan secara rutin, untuk
mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja, dan juga akan mempermudah
perawatannya. Untuk melakukan evaluasi atau inspeksi tersebut diperlukan suatu
metoda pengujian yang sekiranya mampu mendeteksi keberadaan
diskontinyuitas pada suatu logam material.
Uji liquid penetrant merupakan salah satu metoda pengujian jenis NDT (Non-
Destructive Test) yang relatif mudah dan praktis untuk dilakukan. Uji Liquid
Penetrant ini dapat digunakan untuk mengetahui diskontinyuitas halus pada
permukaan seperti retak, berlubang atau kebocoran. Pada prinsipnya metoda
pengujian dengan liquid penetrant memanfaatkan daya kapilaritas. Kapilaritas
adalah peristiwa naik atau turunnya permukaan zat cair pada discontinuity.
Discontinuity adalah ketidak sempurnaan pada material akibat proses
manufaktur, seperti lubang, retakan, kotoran dll.

Gambar 1. Prinsip dari cairan penetrant (PT)

a. Jenis penetrant
Cairan penetrant yang dipakai di dalam NDT dapat dikagorikan berdasarkan
jenis zat pewarna yang ditambahkan yaitu sebagai berikut:
1) Visible dye penetrants mengandung zat pewarna merah

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 6 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

2) Fluorescent penetrants mengandung zat pewarna fluorescent (hijau-


kuning).
3) Dual sensitivity penetrants, mengandung kombinasi kedua zat pewarna,
visible dan fluorescent.
Penetrant dikelompokkan lebih lanjut berdasarkan proses pembersihan sisa
penetrant dari permukaan spesimenya itu sebagai berikut:
1) Water-washable penetrants,mengandung zat pengemulsi atau dapat
dibilas dengan air.
2) Post-emulsifiable penetrants, memerlukan pengemulsi terpisah untuk
menjadikan penetrant dapat dibilas dengan air.
3) Solvent removable penerants, harus dibersihkan dengan solvent khusus
jika menggunakan penetrant visible dalam kaleng bertekanan.
b. Karateristik penetrant
Diskontinyuitas yang mampu dideteksi dengan pengujian ini adalah
diskontinyuitas yang bersifat terbuka dengan prinsip kapilaritas seperti pada
gambar. Deteksi diskontinyuitas dengan cara ini tidak terbatas pada ukuran,
bentuk arah diskontinyuitas, struktur bahan maupun komposisinya. Liquid
penetrant dapat meresap kedalam celah diskontinyuitas yang sangat kecil.
Pengujian penetrant tidak dapat mendeteksi kedalaman dari diskontinyuitas.
Proses ini banyak digunakan untuk menyelidiki keretakan permukaan
(surface cracks), kekeroposan (porosity), lapisan-lapisan bahan, dll.
Penggunaan uji liquid penetrant tidak terbatas pada logam ferrous dan non
ferrous saja tetapi juga pada ceramics, plastic, gelas, dan benda-benda hasil
powder metalurgi.

Gambar 2.Proses kapilaritas pada specimen uji

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 7 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

Pengujian liquid penetrant tidak dapat mendeteksi cacat internal dan


memiliki kemampuan deteksi yang lebih rendah dibanding magnetic particle .
Liquid penetrant merupakan kebalikan dari magnticparticle. Dimana liquid
penetrant digunakan untuk mendeteki cacat permukaan padamaterial non -
ferromagnetic
c. Fungsi Penetrant
Metode pengujian dengan penetran merupakan salah satu metode uji tidak
merusak (Non Destructive Test) pada suatu material dimana permukaanya
tidak berpori. Pengujian penetran ini dapat digunakan untuk mendeteksi
kerusakan atau diskontinuitas yang terbuka pada permukaan. Penggunaan
uji penetran sangat luas, selain untuk memeriksa sambungan las dan surface
pada benda kerja, metode uji penetrant ini juga bisa untuk mendeteksi
kerusakan retakan yang terjadi pada komponen mesin seperti crank shaft,
roda gigi, dll

2. Karakteristik bahan logam dan non logam uji


a. Sifat Discontinuitas
Discontinuitas yang terletak dibawah permukaan pada satu tahapan produksi
dapat terbuka ke permukaan pada tahapan lainnya seperti akibat
penggerindaan dan permesinan.
Inklusi nonlogam dan porositas dalam ingot dapat menyebabkan stringers,
seams, lipatan tempa, cold shuts, dan sejenisnya

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 8 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

Gambar 3 . Proses Pembuatan Logam

Tiap jenis discontinuitas dibagi menjadi tiga kategori umum yaitu :


1) Discontinuitas Bawaan
Biasanya berhubungan dengan discontinuitas yang ditemukan dalam
logam cair. Discontinuitas wrought bawaan berhubungan dengan
peleburan dan pembekuan ingot sebelum dibentuk menjadi
slabs,boom dan billet. Discontinuitas tuangan bawaan berhubungan
dengan peleburan, pengecoran, dan pembekuan benda cor, biasanya
disebabkan karena variabel bawaan seperti kurang pengisian, gating,
suhu tuang berlebihan, dan gas yang terperangkap.
2) Discontinuitas Proses
Biasanya berhubungan dengan aneka proses manufaktur seperti
permesinan , pembentukan, extruding, pengerolan, pengelasan, laku
panas, dan pelapisan.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 9 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

3) Discontinuitas Proses
Berhubungan dengan aneka kondisi pengoperasian seperti korosi
tegangan, kelelahan, dan erosi.
berikut adalah jenis-jenis discontinuitas :
1) Cold shut
2) Retak fillet
3) Retak gerinda
4) Retak daerah pengaruh panas
5) Retak laku panas
6) Retak susut
7) Retak ulir
8) Hydrogen flake
9) Kurang penembusan
10)Laminasi
11)Lipatan dan lapisan
12)Susut mikro
13)Korosi tegangan
14)Sobek panas
15)Korosi batas butir
b. Pengkondisian Permukaan
Semua kotoran yang menghalang penetrant untuk memasuki discontinuitas
harus dibersihkan. Jenis kotoran yang harus dibersihkan meliputi debu,
gemuk, karat, kerak, asam, bahkan air. Solvent yang digunakan untuk
pembersih harus mudah menguap sehingga cepat keluar dari dalam
discontinuitas dan tidak mengencerkan penetrant.
Pembersihan permukaan secara mekanis seperti memakai sikat baja, abrasive
blasting, kertas gosok, dan alat sekrap umumnya tidak direkomendasikan,
namun ada kalanya cara-cara tersebut harus digunakan. Apabila digunakan
cara-cara diatas ,discontinuitas yang membuka ke permukaan dapat tertutupi
seperti gambar dibawah ini.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 10 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

Gambar 4.Proses Pembersihan Logam

3. Prosedur penetrant test untuk bahan logam dan non logam


Pengujian penetrant dapat diplikasikan pada berbagai jenis material, termasuk
material logam dan nonlogam. Pengujian penetrant tidak dapat diaplikasikan
untuk menemukan discontinuitas yang tidak membuka ke permukaan dan
permukaan material yang berpori.
Pengujian penetrant untuk bahan logam dan nonlogam terdiri dari tahapan-
tahapan berikut:
a. Pembersihan dan pengeringan benda atau lokasi yang diperiksa.
b. Aplikasi penetrant. Dibiarkan beberapa lama agar menyusup ke dalam
diskontinuitas.
c. Pembersihan penetrant sisa dipermukaan.
d. Aplikasi developer.
e. Evaluasi indikasi,diterima atau ditolak.
f. Pembersihan benda atau lokasi setelah selesai diuji.
Semua kotoran yang menghalangi penetrant untuk memasuki diskontinuitas
harus dibersihkan. Jenis kotoran yang harus dibersihkan meliputi debu, gemuk,
karat, kerak, asam, bahkan air. Solvent yang digunakan untuk pembersih harus
mudah menguap sehingga cepat keluar dari dalam dikontinuitas dan tidak
mengencerkan penetrant. Pembersihan permukaan secara mekanis seperti
memakai sikat baja, abrasive blasting, kertas gosok, dan alat sekrap umumnya
tidak direkomendasikan, namun ada kalanya cara-cara tersebut harus digunakan.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 11 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

4. Persiapan tempat, alat, dan alat bantu pelaksanaan penetrant test


a. Peralatan dan Alat Bantu Pengujian Penetrant
Peralatan pengujian penetrant ada yang stasioner dan ada yang portable.
Peralatan stasioner adalah peralatan yang letaknya menetap di satu lokasi.
Peralatan tersebut ukurannya bervariasi yang bergantung pada ukuran dan
jenis spesimen uji.Tergantung pada jenis dan proses yang digunakan,sistem
stasioner terdiri dari bagian-bagian:
1) Tempat pembersihan awal (jauh dari lokasi pengujian)
2) Tangki berisi cairan penetrant
3) Tempat pengering (digunakan bareng dengan tangki penetrant)
4) Tangki berisi cairan pengemulsi
5) Tangki pembilasan
6) Lokasi developer (tangki,dust chamber,atau peralatan penyemprot)
7) Tempat pengeringan (berupa oven)
8) Tempat pemeriksaan (bilik tertutup atau meja dengan lampu
penerangan)
9) Tempat pembersihan akhir (jauh dari lokasi pengujian)

Gambar 5. Peralatan Stasioner

Penetrant visible maupun fluorescent tersedia dalam bentuk paket yang


dapat dipakai memeriksa di lokasi terbuka, atau saat menguji bagian dari
benda berukuran besar. Keduanya dikemas dalam bentuk kaleng semprot
bertekanan.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 12 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

Paket penetrant visible terdiri dari :


1) Kaleng berisi solvent pembersih
2) Kaleng berisi penetrant
3) Kaleng berisi nonaqueous wet developer
4) Kain lap dan kuas
5) Light meter
Paket penetrant fluorescent biasanya terdiri dari :
1) Kaleng berisi solvent pembersih
2) Kaleng berisi penetrant fluorescent
3) Kaleng berisi nonaqueous wet developer
4) Kain lap dan kuas
5) Lampu ultraviolet dan trafonya
6) Tudung kain hitam untuk melakukan pemeriksaan
7) Black light meter

5. Prosedur K3
a. Prosedur Keselamatan
Sebelum melakukan kegiatan uji penetrant terlebih dahulu telah melangkapi
diri dengan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai berikut :
1) Pakaian dan celana bengkel
2) Safety shoes
3) Kaca mata pelindung harus digunakan bila melakukan percobaan
4) Sarung tangan pada saat mengetsa
5) Masker

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 13 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

Gambar 6. Alat Pelindung Diri (APD)

b. Masalah Keselamatan Kerja


Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan uji penetrant,
karena pada umumnya pemeriksaan penetrant mudah terbakar dan dapat
menyebabkan iritasi kulit, berikut adalah masalah keselamatan kerja dan cara
menanggulanginya :
1) Radiasi Sinar Ultraviolet
Spektrum sinar ultraviolet yang dihasilkan oleh lampu mercury dapat
mengakibatkan kulit terbakar dan melukai mata. Namun demikian jika
filter lampu digunakan dengan benar, sinar yang merugikan dapat
disaring.
Personil yang menggunakan lampu ultraviolet untuk melakukan pengujian
dengan penetrant berwarna hijau-kuning sebaiknya memakai kaca mata
pelindung warna kuning untuk menghalangi masuknya cahaya ultraviolet
ke dalam mata.
2) Kebakaran
Kebanuakan material penetrant mudah terbakar. Peraturan OSHA
mensyaratkan bahwa material penetrant yang digunakan dalam tangki
Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 14 dari 41
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

terbuka memiliki titik nyala lebih dari 93o C. Semakin tinggi nyala suatu
material, semakin rendah bahaya kebakaran yang ditimbulkannya.
3) Iritasi Kulit
Iritasi kulit dapat dihindari dengan mencegah kontak yang tidak perlu dan
dengan pemakaian sarung tangan, baju pelindung, dan krim pelindung
tangan.
4) Polusi Udara
Serbuk developer tidak beracun, namun menghirupnya secara berlebihan
harus dihindari. Kipas penghisap udara sebaiknya dipasang pada daerah
tertutup dimana terdapat serbuk developer atau uap penetrant.
5) Pembuangan Material Penetrant
Buangan penetrant harus dikumpulkan dan diolah. Hal ini bias sangat
mahal, cara terbaik untuk menghemat biaya yaitu dengan mengendalikan
jumlah material penetrant yang dipakai.

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Menyiapkan uji penetrant


1. Mengidentifikasi jenis, karakteristik, dan fungsi penetrant.
2. Mengidentifikasi karakteristik bahan logam dan non logam uji
3. Mengidentifikasi prosedur penetrant test untuk bahan logam dan non logam
4. Mengidentifikasi tempat, alat, dan alat bantu pelaksanaan penetrant test
5. Melaksanakan K3 sesuai prosedur

C. Sikap kerja
Harus bersikap secara:
1. Cermat dan teliti dalam Menyiapkan uji penetrant.
2. Taat asas dalam mengaplikasikan cara, langkah-langkah, panduan, dan pedoman
yang dilakukan.
3. Berpikir analitis serta evaluatif waktu melakukan analisis.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 15 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

BAB III
MENGIDENTIFIKASI CACAT PERMUKAAN

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengidentifikasi cacat permukaan


1. Identifikasi permukaan dan jenis bahan/produk
Inspeksi cacat perlu dilakukan terhadap konstruksi maupun komponen mesin
secara kontinu. Dengan mengetahui terjadinya cacat sejak dini selain akan
mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja juga akan memudahkan
perawatan yang imbasnya pada penekanan nilai ekonomi akibat kerusakan
alat. Dengan mengetahui kerusakan suatu komponen sejak awal akan
mengurangi dampak yang merusak terhadap komponen lain. Untuk keperluan
inspeksi cacat tersebut diperlukan suatu pengujian yang mampu mendeteksi
keberadaan suatu cacat. Uji liquid penetrant merupakan salah satu jenis NDT
(Non Destructive Test) yang relatif mudah dan cepat pelaksanaannya serta
murah biayanya dibandingkan dengan uji NDT yang lain. Pengujian ini adalah
cara yang paling peka untuk menentukan adanya cacat halus pada permukaan
seperti retak, lubang halus atau kebocoran.
Cacat yang mampu dideteksi dengan uji ini adalah keretakan yang bersifat
mikro. Yaitu keretakan yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
Deteksi keretakan dengan cara ini tidak tergantung pada ukuran, bentuk, arah
keretakan, struktur bahan maupun komposisinya. Liquid penetrant dapat
meresap ke dalam celah retakan yang sangat kecil bahkan ke dalam keretakan
yang hanya sedalam 4 mikron (4x10-6 m). Penyerapan liquid penetrant ke
dalam celah retakan terjadi karena daya kapiler. Proses ini banyak digunakan
untuk menyelidiki keretakan permukaan (surface cracks), kekeroposan
(porosity), lapisan-lapisan bahan, dll. Sedangkan seberapa dalam keretakan
tersebut tidak mampu dideteksi dengan uji ini. Penggunaan uji liquid penetrant
tidak terbatas pada logam ferrous dan non ferrous saja, tetapi juga pada
keramik, plastik, gelas, dan benda-benda hasil powder metallurgi.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 16 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

Penggunaan uji liquid penetrant ini sangat terbatas yakni :


a. Keretakan atau kekeroposan yang diselidiki dapat dideteksi apabila keretakan
tersebut terjadi sampai ke permukaan benda. Keretakan di bawah permukaan
(subsurface cracks) tidak dapat dideteksi dengan cara ini.
b. Permukaan yang terlalu kasar atau berpori-pori juga dapat mengakibatkan
indikasi yang palsu.
c. Tidak dianjurkan menyelidiki benda-benda hasil powder metallurgi karena
kurang padat (berpori-pori).

2. Menentukan jenis penetrant yang diperlukan sesuai prosedur


a. Aplikasi Cairan Penetrant
Efektifitas pengujian cairan penetrant tergantung pada kemampuan
penetrant untuk meresap ke dalam diskontinuitas permukaan. Semua cat,
karbon, oli, pernis, oksida, lapisan, air, kotoran dan cat sejenisnya harus
dihilangkan sebelum aplikasi penetrant. Cairan penetrant di atas
permukaan benda uji tidak semata-mata meresap ke dalam
diskontinuitas. Penetrant tertarik ke dalamnya oleh gaya kapiler. Inilah
mengapa permukaan bagian bawah dari suatu benda masih dapat
diperiksa dengan penetrant dan memperoleh hasil yang valid.
Ada dua jenis zat pewarna yang digunakan dalam cairan penetrant:
1) Visible atau color contrast – pewarna merah yang tampak jelas di bawah
kondisi pencahayaan normal.
2) Fluorescent or brightness contrast – pewarna yang akan
memancarkan cahaya tampak apabila dilihat dengan lampu
ultraviolet.
Pewarna dengan sensitivitas ganda atau mode ganda atau respon ganda
mengandung kombinasi pewarna visible dan fluorescent. Pewarna visible
umumnya merah menyala dan pewarna fluorescent berwarna kuning-
perunggu atau biru-hijau. Kombinasi ini memungkinkan pengujian
penetrant dilakukan di bawah cahaya biasa dan indikasi yang meragukan
diperiksa dibawah cahaya ultraviolet.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 17 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

Penetrant, baik fluorescent maupun visible dapat diaplikasikan dengan


salah satu dari cara berikut :
1) Penyemprotan: menggunakan alat penyemprot bertekanan rendah
atau dari kaleng semprot bertekanan.
2) Kuas atau kain: diaplikasikan dengan kain lap, kapas, atau kuas,
apabila menguji sebagian kecil/lokasi dari suatu benda.
3) Pencelupan: benda uji dibenamkan ke dalam tangki penetrant, lalu
diangkat dan ditiriskan. Metoda ini tidak cocok untuk benda
berukuran besar dan merupakan pemborosan apabila hanya daerah
kecil saja yang diuji.
4) Penuangan: penetrant dituangkan diatas permukaan benda dan
setelah itu ditiriskan.
Jangka waktu dimana penetrant berada diatas permukaan benda uji
merupakan bagian terpenting dari pengujian. Jangka waktu ini dikenal
sebagai waktu diam (dwell time), yang berhubungan langsung dengan
ukuran dan bentuk diskontinuitas yang dicari mengingat ukuran
diskontinuitas menentukan kecepatan terjadinya penetrasi. Diskontinuitas
yang rapat, seperti retakan memerlukan waktu penetrasi lebih dari30
menit untuk terbentuknya indikasi. Diskontinuitas berukuran besar
memerlukan waktu penetrasi antara 3 sampai 5 menit. Suhu benda uji
dan suhu cairan penetrant dapat mempengaruhi waktu diam yang
disyaratkan. Menghangatkan benda uji mempercepat penetrasi dan
mempersingkat waktu diam. Namun demikian perlu diperhatikan agar
tidak berlebihan memanaskan spesimen karena suhu yang terlalu tinggi
menyebabkan penguapan penetrant dari dalam diskontinuitas, yang
akhirnya akan mengurangi sensitivitas. Waktu diam didasarkan pada
asumsi bahwa penetrant tetap dalam kondisi basah pada permukaan
benda. Penambahan penetrant selama waktu diam diperbolehkan. Pada
tiap kasus, waktu diam ditentukan oleh jenis diskontinuitas yang akan
dicari dan rekomendasi dari pabrik pembuat penetrant.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 18 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

3. Memilih metode uji sesuai prosedur


a. Klasifikasi Teknik Uji Penetrant
Pemilihan proses terbaik ditentukan oleh sensitivitas yang disyaratkan,
jumlah artikel atau spesimen yang diuji, kondisi permukaan komponen
yang diperiksa, konfigurasi benda uji,ketersediaan air, listrik, udara
bertekanan, lokasi pengujian yang sesuai,dll.

Tabel 1. Klasifikasi teknik uji penetrant

Daftar berikut menunjukkan tingkat sensitivitas sistem penetrant, mulai


dari yang paling sensitive dan paling mahal:
1) Post-emulsified–fluorescent.
2) Solvent-removable–fluorescent
3) Water-washable–fluorescent
4) Post-emulsified–visible.
5) Solvent-removable–visible.
6) Water-washable–visible.
Secara umum kelebihan dari pengujian penetrant adalah portable, biaya
yang tidak mahal, sensitifitas baik, serbaguna, hampir semua material
padat tidak berpori dapat diuji, efektif untuk inspeksi tak merusak suatu
hasil produksi. Keterbatasan dari pengujian penetrant adalah hanya
diskontinuitas yang membuka kepermukaan spesimen yang dapat di

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 19 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

deteksi, banyak variable prosesyang harus dikontrol, hasil dipengaruhi


oleh temperatur yang bervariasi, kondisi permukaan dan konfigurasi
benda yang diuji, sangat membutuhkan persiapan permukaan.

b. Diagram Uji Penetrant


1) Untuk Teknik Water-Removable (Proses I-A atau II-A)

Gambar 7 . Water-Removable (Proses I-A atau II-A)

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 20 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

2) Untuk Teknik Post-emulsifiable (lipophilic) (Proses I-B atau II-B).

Gambar 8 . Post-emulsifiable (lipophilic) (ProsesI-BatauII-B).

3) Untuk Teknik Solvent Removable (Proses I-C atau II-C).

Gambar 9. Solvent Removable (Proses I-C atau II-C).

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 21 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

4) Untuk Teknik Post-emulsifiable (hydrophilic) (Proses I-D)

Gambar 10. Post-emulsifiable (hydrophilic) (Proses I-D)

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 22 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

c. Prosedur
Pengujian penetrant harus dilakukan berdasarkan prosedur tertulis yang
berisi persyaratan-persyaratan minimal seperti tercantum dalam Tabel 2.
Tabel 2 Persyaratan prosedur pengujian penetrant

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 23 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

d. Untuk Temperatur Pengujian Standard


Temperatur penetrant dan permukaan yang akan diuji harus berada di
antara 5oC–52oC selama pengujian berlangsung.
e. Teknik Untuk Temperatur Pengujian Nonstandard
Ketika tidak memungkinkan untuk melakukan pengujian penetrant
dengan rentang temperatur antara 5oC – 52oC, maka diperlukan
kualifikasi terhadap material penetrant dari prosedur yang dibuat untuk
rentang temperatur lebih tinggi atau lebih rendah dari temperatur
standard. Kualifikasi ini dilakukan menurut Mandatory Appendix III ASME
Section V Article 6.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 24 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

f. Batasan Teknik
Pengujian fluorescent penetrant tidak boleh diikuti dengan pengujian
color contrast penetrant. Pencampuran material penetran dari jenis/famili
yang berbeda atau berbeda pabrikan tidak diijinkan.
g. Kalibrasi
Light meter baik visible maupun fluorescent (black light meter) harus
dikalibrasi minimal sekali dalam setahun atau setelah dilakukan perbaikan,
jika light meter tidak digunakan dalam jangka waktu setahun atau lebih,
kalibrasi harus dilakukan sebelum digunakan.
h. Pencahayaan
Intensitas cahaya pada permukaan benda uji atau lokasi yang diperiksa
harus minimal 100 fc (1000 lx) untuk visible penetrant dan minimal 1000
μW/cm2 untuk fluorescent penetrant.

4. Membersihkan permukaan bahan/produk berdasarkan metode uji


yang digunakan sesuai prosedur
a. Surface Preparation
Identifikasi permukaan benda uji sangat penting dalam pengujian cairan
penetrant karena beberapa alasan:
1) Jika spesimen tidak bersih secara fisika dan kimia, pengujian penetrant
menjadi tidak efektif.
2) Jika semua bekas material penetrant tidak dibersihkan setelah pengujian,
maka akan merusak spesimen setelah benda tersebut terpasang (klorin
dan sulfur dapat merusak beberapa jenis paduan).
Pemilihan proses pembersihan ditentukan oleh faktor berikut:
1) Jenis kotoran yang dibersihkan.
2) Komposisi logam induk.
3) Tingkat kebersihan yang disyaratkan.
4) Ketersediaan peralatan pembersih.
5) Faktor-faktor biaya dan waktu.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 25 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

Pembersihan permukaan dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya


pembersihan dengan deterjen, pembersihan dengan uap solvent, pembersihan
dengan uap air, pembersihan dengan solvent, pembersihan dengan larutan
asam (pickling), pembersihan dengan paint remover, pembersihan dengan
etsa, pembersihan ultrasonik, dan pembersihan secara mekanis.

5. Identifikasi dan evaluasi dwell time (waktu penetrasi) untuk cacat


permukaan
Sebelum dilakukan penyemprotan liquid penetrant terlebih dahulu
ditentukan dwell time yang digunakan untuk proses penetrasi liquid
penetrant dengan baik. Dwell time ditentukan dengan dua pertimbangan,
yang pertama ditentukan dari bahan penetrant tersebut, dan yang kedua
menggunakan tabel standard dari ASME 2010 section V article 6,
berdasarkan bahan yang digunakan. Karena material ujinya berupa weld
part maka dwell time penetran minimumnya adalah 5 menit. Berikut adalah
tabel dwell time sesuai ASME V Article 6 (Untuk rentang suhu dari 50 ° F
sampai 125 ° F (10 ° C hingga 52 ° C)) :

Tabel 2. Tabel minimum Dwell Time (ASME V article 6, 2010 section V)


Material Form Type of Dwell Times (minutes)
Discontinuity Penetrant Developer
Aluminium, magnesium, Castings Cold shuts, 5 7
steel, brass and bronze, and welds porosity, lack of
titanium and high- fusion, cracks
temperature alloys (all forms)
Wrought Laps, cracks 10 7
materials- (all form)
extrusions,
forging,
plate
Carbide-tipped tools Lack of fusion, 5 7
porosity, cracks
Plastic All forms Cracks 5 7
Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 26 dari 41
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

Glass All forms Cracks 5 7


Cermamic All forms Cracks, porosity 5 7

6. Membersihkan penetrant sesuai prosedur


a. Pembersihan Penetrant sisa
1) Water washable penetrant
Water washable penetrant mengandung zat pengemulsi, atau
dinamakan penetrant self-emulsifying. Penetrant ini larut dalam air dan
mudah dibersihkan dengan bilasan air. Harus diperhatikan agar volume
dan kekuatan semprot tidak sampai membasuh penetrant dari dalam
diskontinuitas. Aliran air yang pejal tidak diinginkan. Air dalam bentuk
percikan kasar menghasilkan pembersihan yang optimal. Tekanan air
tidak boleh melebihi 40 psi. Suhu air pembilas yang direkomendasikan
sebesar 10oC-38oC. Suhu air melebihi 38oC tidak direkomendasikan
karena dapat mempercepat penguapan penetrant. Sudut semprot yang
paling efektif adalah 45-75 derajat. Gambar di bawah memperlihatkan
cara pembersihan sisa penetrant water washable dipermukaan benda
uji.

Gambar 11. Cara Pembersihan Penetrant sisa (water washable penetrant)

2) Post-emulsifiable penetrant
Post-emulsifiable penetrant tidak mengandung zat pengemulsi. Penetrant
ini tidak larut dalam air. Post-emulsifiable penetrant memerlukan dua
langkah proses pembersihan. Sisa penetrant dibersihkan dengan aplikasi
emulsifier secara terpisah sehingga penetrant dapat dibilas dengan air.
Lamanya waktu diam untuk emulsifier adalah satu sampai empat menit
mengacu pada rekomendasi pabrik pembuat dan jenis diskontinuitas yang
Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 27 dari 41
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

dicari. Hasil campuran antara penetrant dan emulsifier selanjutnya dapat


dibilas dengan air.

Gambar 12. Cara Pembersihan Penetrant sisa (Post-emulsifiable penetrant)

Emulsifikasi penetrant jenis ini dilakukan dengan pencelupan,


penyemprotan atau penuangan, namun tidak boleh diaplikasikan dengan
kuas. Aplikasi dengan kuas menyulitkan pengontrolan emulsifikasi,
disamping bulu-bulu kuas bisa masuk ke dalam diskontinuitas. Terdapat
dua jenis emulsifier yang digunakan dalam proses pembersihan yaitu
lipophilic dan hydriphilic. Proses lipophylic dan hydrophilic memiliki
mekanisme yang sangat berbeda dalam merubah penetrant berbahan
dasar menjadi campuran yang bisa dibilas dengan air.
Mekanisme emulsifikasi lipophilic adalah dengan cara difusi. Molekul
emulsifier memasuki lapisan penetrant, sementara pada saat yang
bersamaan molekul penetrant memasuki lapisan emulsifier. Laju difusi
akan bertambah dengan peningkatan konsentrasi dan penambahan suhu.
Emulsifier lipophylic dijual dalam bentuk siap pakai dan tidak memerlukan
pencampuran lagi.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 28 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

Gambar 13. Proses emulsifikasi lipophylic (post-emulsifiable penetrant)

Mekanisme emulsifikasi hydrophilic adalah dengan cara pengelupasan


lapisan penetrant, emulsifier hydrophilic adalah larutan antara air dan zat
kimia yang disebut surfactant. Dijual di pasaran dalam bentuk konsentrat
dan harus dicampur dulu dengan air sebelum atau selama proses
pembersihan. Konsentrat disyaratkan mengandung air maksimum sebesar
5%, atau dengan melarutkan penetrant sehingga tidak terdeposit kembali
ke permukaan. Karena post emulsifiable penetrant tidak kompatibel
dengan air, direkomendasikan untuk melakukan pembilasan awal sebelum
aplikasi emulsifier. Pembilasan awal menghilangkan 60- 80% lapisan
penetrant di permukaan, sehingga banyak mengurangi terjadinya
kontaminasi pada emulsifier. Pembilasan awal juga menghasilkan lapisan
penetrant permukaan yang rata. Emulsifier hydrophilic diaplikasikan
dengan cara pencelupan atau penyemprotan. Segera setelah proses
emulsifikasi, disyaratkan untuk membilas seluruh bagian benda uji dengan
air bersih. Langkah ini akan menghentikan aksi emulsifikasi yang masih
tersisa dipermukaan benda.

3) Solvent removable penetrant


Solvent removable penetrant menggunakan penetrant jenis post-
emulsification. Solvent digunakan untuk menghilangkan pentrant sisa
yang ada dipermukaan benda. Solvent removable penetrant
menguntungkan dari segi portabilitas dan dapat digunakan di luar tanpa
menggunakan peralatan yang berat dan rumit. Cara ini sangat
memuaskan untuk pemeriksaan pemeliharaan dan untuk memeriksa
bagian dari suatu struktur yang besar. Penetrant seringkali diaplikasikan

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 29 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

dari kaleng semprot bertekanan yang membuat sistem ini sangat portabel.
Setelah waktu diam terpenuhi, penetrant sisa pada mulanya diseka
dengan lap penyerap dan kemudian dibersihkan dengan lap yang dibasahi
dengan solvent. Jangan pernah menyemprotkan solvent secara langsung
ke permukaan benda karena akan menghilangkan penetrant dari dalam
diskontinuitas.

Gambar 14. Proses pembersihan penetrant sisa (solvent removable penetrant)

7. Pengaplikasian developer pada permukaan sesuai prosedur


Indikasi adanya diskontinuitas bisa saja nampak sebelum developer
diaplikasikan, namun langkah ini akan memastikan bahwa semua
diskontinuitas akan tampak oleh mata telanjang. Proses developing
dilakukan dengan mengaplikasikan serbuk berdaya serap tinggi ke
permukaan benda uji setelah sisa penetrant dibersihkan. Penetrant akan
tertarik keluar dari diskontinuitas akibat gaya kapiler yang kuat dari serbuk
developer.

Gambar 15. Indikasi tampak setelah aplikasi developer

Seperti diperlihatkan dalam Gambar 11, citra diskontinuitas pada developer


tampak lebih luas dibanding ukuran diskontinuitas sebenarnya. Ada dua
jenis developer yang dipakai saat ini – kering dan basah. Keduanya memakai
serbuk putih dan perbedaan utamanya terletak pada metoda aplikasinya.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 30 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

a. Developer Kering
Developer kering dijual dalam bentuk butiran halus, serbuk putih lembut.
Aplikasi dilakukan dengan dengan alat penyemprot bertekanan rendah. Dapat
juga menggunakan kuas halus atau karena bentuknya yang sangat halus,
benda uji dapat dibenamkan ke dalam tangki developer, diangkat, dan sisa
developer di permukaan dihilangkan dengan cara meniup, menggoyang-
goyang, atau mengetuk-ketuk benda uji. Permukaan benda uji harus
benarbenar kering sebelum serbuk developer diaplikasikan. Permukaan yang
basah menghasilkan lapisan yang tidak merata, bahkan bisa terjadi
peggumpalan serbuk. Indikasi diskontinuitas akan terhalangi. Developer
kering biasanya dipakai bersama dengan penetrant fluorescent.
b. Developer basah
Developer basah ada dua jenis yaitu non aqueous wet developer dan water
base wet developer. Non aqueous wet developer terikat dalam suatu
suspensi solvent dan dikemas dalam kaleng semprot bertekanan. Penguapan
solvent membantu menarik penetrant dari dalam diskontinuitas. Nonaqueous
wet developer paling sering digunakan bersama solvent removable penetrant
dan jarang dipakai bersama water washable atau post-emulsifiable
penetrants. Nonaqueous wet developer merupakan jenis developer yang
paling sensitive dalam mendeteksi diskontinuitas halus. Hasil terbaik
diperoleh apabila developer diaplikasikan dalam bentuk lapisan tipis dan rata.
Seperti halnya developer kering, nonaquous developer hanya diaplikasikan
pada permukaan yang benar-benar kering.
c. Water-base wet developer
Water-base wet developer Pada water-base wet developer, serbuk developer
dicampur dengan air. Developer ini terdiri dari dua jenis: water suspended
dan water soluble developers.
1) Water Suspended
Pada water suspended developer, partikel serbuk developer terikat
dalam suspensi dengan air dan perlu diaduk terus-menerus agar tidak
mengendap.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 31 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

2) Water Soluble
Pada water soluble developer, serbuk developer larut dalam air dan
membentuk suatu larutan yang tidak perlu diaduk lagi. Water soluble
developer menghasilkan sensitivitas yang lebih baik untuk mendeteksi
diskontinuitas halus.
Water suspended dan water soluble developers umumnya digunakan dengan
water washable atau post emulsifiable penetrants, dan jarang dengan solvent
removable penetrant. Mereka diaplikasikan saat permukaan benda uji masih
dalam kondisi basah setelah pembilasan. Metoda aplikasi water base wet
developer adalah dengan cara pencelupan, penuangan,dan penyemprotan.

8. Analisa hasil penetrant yang timbul sesuai dengan metode yang


digunakan
Pencahayaan yang tepat harus dijadikan pertimbangan pertama dalam
pemeriksaan benda uji.
1. Jika dipakai fluorescent dye penetrant maka diperlukan ruangan gelap dan
lampu ultraviolet dengan intensitas yang memadai.
2. Jika dipakai visible dyepenetrant, diperlukan penerangan dengan cahaya
biasa.
Setelah indikasi diketahui lokasinya, selanjutnya diinterpretasi. Selama
interpretasi, penyebab dan pengaruh indikasi terhadap artikel atau benda uji
harus ditentukan. Pada tahap ini indikasi tersebut diklasifikasikan sebagai palsu,
tidak relevan atau relevan. Evaluasi mengikuti interpretasi. Jika selama tahap
evaluasi ditentukan bahwa diskontinuitas membahayakan pemakaian komponen,
atau tidak memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan, diskontinuitas tersebut
selanjutnya diklasifikasikan sebagai cacat atau defect.
a. Indikasi Palsu
Penyebab indikasi palsu yang paling umum adalah pembersihan yang buruk,
kondisi pemrosesan yang buruk, bilik pemeriksaan yang kurang bersih, atau
aspek lain dari proses penetrant. Operator dapat dengan mudah mengatakan
jika pembilasan sudah dilakukan dengan benar dengan memakai lampu
ultraviolet selama dan setelah proses pembersihan penetran fluorescent.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 32 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

Untuk menghindari indikasi palsu, harus diperhatikan agar tidak ada


kontaminasi dari luar seperti berikut ini:
1) Jejak penetrant ditangan operator.
2) Kontaminasi developer basah atau kering.
3) Penetran yang berpindah dari indikasi lain ke spesimen yang bersih.
4) Jejak penetrant dimeja pemeriksaan.

b. Indikasi nonrelevant
Indikasi nonrelevant disebabkan karena ketidakteraturan permukaan atau
konfigurasi benda yang pada kebanyakan kasus akibat disain. Indikasi
nonrelevant disebabkan karena adanya press fitted, alur, splined, atau
kelingan. Termasuk juga dalam indikasi nonrelevant adalah kerak lepas dan
pemukaan kasar pada benda tempa, benda cor dan pengelasan. Indikasi
nonrelevant dianggap tidak menggangu pemakaian komponen. Sama halnya
dengan indikasi palsu, inspektor harus memeriksa indikasi ini dengan hati-hati
untuk memastikan agar jangan sampai menutupi indikasi relevant.
c. Indikasi Relevant (indikasi sebenarnya)
Indikasi relevant (indikasi sebenarnya) disebabkankarena diskontinuitas
permukaan yang telah diinterpretasikan bukan sebagai indikasi palsu atau
nonrelevant. Indikasi sebenarnya harus dievaluasi penyebab sampai pada
pengaruh yang ditimbulkannya padausia pakai komponen. Penting dicatat
bahwa semua indikasi relevant adalah diskontinuitas, namun tidak semua
diskontinuitas adalah cacat.
d. Evaluasi
Interpretasi dan evaluasi akhir dilakukan antara 10 (sepuluh) hingga 30 (tiga
puluh) menit dihitung setelah developer yang disemprotkan ke permukaan
mulai mengering. Indikasi diskontinuitas bisa lebih besar dari diskontinuitas
yang menyebabkannya, namun ukuran indikasi yang dipakai sebagai dasar
untuk mengevaluasi keberterimaan. Indikasi relevan adalah indikasi yang
diakibatkan oleh diskontinuitasyang membuka ke permukaan yang ukuran
terbesarnya > 1.5 mm. Indikasi nonrelevan adalah indikasi yang diakibatkan
oleh kondisi-kondisi selain diskontinuitas seperti ketidakteraturan permukaan

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 33 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

akibat permesinan, penggerindaan, atau pengelasan.Latar belakang


berwarnamerah didaerah yangdiperiksayang dapat menutupi indikasi
diskontinuitas adalah tidak diijinkan dan daerah tersebut harus dibersihkan
dan diuji ulang. Indikasi linier adalah indikasi-indikasi yang memiliki panjang
lebih besar dari tiga kali lebarnya (L > 3W). Indikasi rounded adalah indikasi-
indikasi yang bentuknya bundar atau elips dengan panjang kurang dari atau
sama dengan tiga kali lebarnya (L≤3W)
e. Kriteria Keberterimaan menurut standart ASME
Semua permukaan yang diuji harus bebas dari :
1) Indikasi linier yang relevan (>1.5mm).
2) Indikasi rounded yangr elevan,dimana ukurannya > 5mm.
3) Empat atau lebih indikasi rounded yang relevan berjajar dalam satu garis,
terpisah satu sama lainnya pada jarak ≤ 1.5mm, dari ujung keujung.

9. Mendokumentasikan hasil analisis


Hasil dari pengujian penetrant dapat didokumentasikan melalui gambar hasil
uji dan laporan tertulis. Form laporan hasil pengujian penetrant dapat dilihat
pada lampiran 1.
Ada 3 jenis dokumen tertulis untuk mengendalikan pengujian penetrant
yaitu standard, spesifikasi dan written practice.
a. Standard
Standard adalah dokumen referensi yang mengendalikan dan
menstandardkan kebiasaan yang umum diterima untuk melakukan
metoda NDT. Standard mendefinisikan kriteria peralatan, material
penetrant, kualifikasi inspektor, persyaratan uji, dan persyaratan prosedur
tertulis. ASTM E 165, Standard Test Method for Liquid Penetrant
merupakan salah satu contoh dari standard yang digunakan.
Banyak standard mensyaratkan agar pengujian penetrant dilakukan
dengan mengacu pada prosedur tertulis. Kualitas dan keandalan dapat
terpengaruh jika teknik dan prosedur yang benar tidak diikuti. Lagi pula,
prosedur tertulis menjamin dilakukannya pengujian berulang-ulang

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 34 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

b. Spesifikasi
Spesifikasi dibuat oleh perusahaan untuk proses tertentu. Spesifikasi
adalah alat yang digunakan oleh bagian teknik, manajemen, dan
pembelian untuk keperluan dokumen kontrak. Biasanya, spesifikasi akan
mencantumkan bagian-bagian berikut ini :
1) Dokumen referensi.
2) Material.
3) Perlengkapan.
4) Kualifikasi personil.
5) Pengendalian proses.
6) Persyaratan prosedur tertulis.

c. Written Practice
Written practice memberikan pedoman khusus terhadap pelaksanaan
pengujian penetrant. Detil yang tercantum dalam suatu written practice
adalah bervariasi.
Beberapa written practice bisa sangat khusus dan ditulis untuk satu
macam benda uji, sebaliknya yang lain bersifat umum dan mencakup
banyak benda uji yang berbeda. Seringkali, perusahaan mensyaratkan
subkontraktor menyediakan written practice untuk satu bagian khusus.
Dalam hal ini written practice akan ditulis mengacu pada dokumen
spesifikasi dari perusahaan tersebut.
Sebuah written practice sebaiknya memuat paling tidak hal-hal berikut :
1) Material penetrant yang dipakai.
2) Detil pembersihan awal benda uji.
3) Parameter pemrosesan secara lengkap.
4) Persyaratan inspeksi dan evaluasi.
5) Informasi khusus mengenai benda yang diperiksa.
6) Kriteria keberterimaan dan penolakan.
7) Prosedur pembersihan akhir.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 35 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengidentifikasi cacat permukaan


1. Mengidentifikasi permukaan dan jenis bahan/produk
2. Menentukan jenis penetrant yang diperlukan sesuai prosedur
3. Menentukan metode uji sesuai prosedur
4. Membersihkan permukaan bahan/produk berdasarkan metode uji yang
digunakan sesuai prosedur
5. Mengidentifikasi dan mengevaluasi dwell time (waktu penetrasi) untuk cacat
permukaan
6. Membersihkan penetrant sesuai prosedur
7. Mengaplikasikan developer pada permukaan sesuai prosedur
8. Mengidentifikasi analisa hasil penetrant yang timbul sesuai dengan metode yang
digunakan
9. Mendokumentasikan hasil analisis

C. Sikap kerja yang Diperlukan dalam Mengidentifikasi cacat permukaan


1. Harus cermat dan teliti dalam mengidentifikasi cacat permukaan.
2. Harus berpikir analitis serta evaluatif waktu menetapkan data menjadi informasi
sebagai dasar pelaksanaan kegiatan.
3. Harus taat asas dalam mengaplikasikan cara, panduan, dan pedoman.

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 36 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

DAFTAR PUSTAKA

A. Dasar Perundang-undangan
1. -
B. Buku Referensi
1. ASME Section V Article 6. Liquid Penetrant Examination, 2010 Edition.

2. ASME Section VIII Division 1. Mandatory Appendix 8 Methods for Liquid Penetrant
Examination (PT), 2010 Edition.

3. AWS Welding Handbook, Welding Science and Technology, 9th edition, American
Welding Society.,Miami, 2001
4. Mohammad Thoriq, ST.,MM ,Hendri Budi, S.ST.,MT ,Teori NDT, Politeknik
Perkapalan Negeri Surabaya, 2015.
5. M.M. Munir, Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Kapal,
PPNS, 2000.

C. Majalah atau Buletin


1. –

D. Referensi Lainnya
1. Browsing Internet, Alat Pelindung Diri, Kemenkes 17 Desember 2018 pukul 13.31

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 37 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN

A. Daftar Peralatan/Mesin

No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan


1. Laptop, infocus, laserpointer Untuk di ruang teori
2. Termometer laser
3. Light meter
4. Kamera
5. Penggaris
6. Spesimen Uji
7. Termometer laser

B. Daftar Bahan

No. Nama Bahan Keterangan


1. Modul Pelatihan (buku informasi, buku kerja, Setiap peserta
buku penilaian)
2. Cairan Penetrant Magnaflux SKL-SP1
3. Cairan Developer Magnaflux SKD-S2
4. Cairan Pembersih Magnaflux SKC-S
5. Masker dan sarung tangan
6. Kain kering

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 38 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

LAMPIRAN

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 39 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

LAMPIRAN 1

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 40 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Sub-Golongan Jasa Pembuatan Barang-Barang dari Logam C.24LAS01.034.1

DAFTAR PENYUSUN MODUL

NO. NAMA PROFESI

1. Arie Indra Rusmana, S.T  Instruktur Kejuruan Teknik Las


BBPLK Serang
 Asesor Teknik Las LSP BBPLK
Serang

Judul Modul: Melakukan Penetrant Test (PT) Halaman: 41 dari 41


Buku Informasi Versi: 2018

Anda mungkin juga menyukai