Anda di halaman 1dari 15

KERANGKA ACUAN KERJA

Paket Pekerjaan

DD PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI SADDANG


KAB. PINRANG

Tahun Anggaran 2017


KERANGKA ACUAN KERJA
DD Pengendalian Banjir Sungai Saddang Kab. Pinrang
Tahun Anggaran 2017

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sungai Saddang berada pada Daerah Aliran Sungai Saddang Wilayah Sungai Saddang sesuai
dengan Keppres No. 12 Tahun 2012.
Sejarah Banjir Sungai Saddang sebagai berikut :
1. Banjir tahun 2016
Tiga Dusun di Desa Sipatuo, Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi
Selatan terendam banjir akibat luapan Sungai Saddang. Ketiga dusun tersebut yakni
Dusun Tabo, Dusun Labatu, dan Dusun Barombong. Air merendam satu-satunya akses
jalan penghubung tiga dusun ini, warga desa terisolir banjir dengan ketinggian 1 meter.
Air juga merendam 400 hektar sawah yang mulai menguning siap panen, serta air juga
merendam sekira 700 hektar area perkebunan jagung.
2. Banjir tahun 2011
Luapan banjir Sungai Saddang menyebabkan lima dusun terendam di Desa Baba Binanga
dan Desa Katomporang, Kecamatan Patampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Banjir juga merusak 200 hektar tanaman padi siap panen, 600 hektar perkebunan jagung,
dan 500 hektar tambak. Banjir menyebabkan dua rumah rusak terkena arus, masing-
masing dua di Dusun Cilellang dan Babana.
3. Banjir tahun 2010
Dua kecamatan di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan yakni Kecamatan Duampanua
dan Cempa, terendam banjir akibat luapan Sungai Saddang. Sedikitnya 600 rumah
penduduk di Desa Salipolo, Kecamatan Cempa dan Desa Bababinanga, Kecamatan
Duampanua terendam banjir hingga setinggi 1 meter. Selain merendam pemukiman
warga, banjir juga merendam beberapa fasilitas umum seperti masjid dan sekolah yang
ada di wilayah Kecamatan Dumapanua.
Informasi dari Pemda dan warga setempat bahwa hampir setiap tahun Sungai Saddang meluap
hingga masuk di kawasan pemukiman.
Dengan kejadian tersebut diatas maka perlu penanganan/pengendalian daya rusak air. Atas
dasar pertimbangan tersebut di atas maka Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang
akan melakukan Detail Desain Pengendalian Banjir Sungai Saddang Kabupaten Pinrang.
B. Nama Kegiatan
DD Pengendalian Banjir Sungai Saddang Kab. Pinrang

C. Lokasi Kegiatan
Lokasi kegiatan yaitu di Sungai Saddang Kabupaten Pinrang.

II. MAKSUD DAN TUJUAN


A. Maksud
Maksud kagiatan ini yaitu melakukan suatu perencanaan secara rinci terkait konsep
pengendalian daya rusak air sungai untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
B. Tujuan
Tujuan kegiatan ini yaitu untuk menyiapkan suatu dokumen dan gambar kerja yang dapat
dijadikan pedoman pada saat pelaksanaan fisik serta dilengkapi spesifikasi teknik, Rencana
Anggaran Biaya (RAB) dan membuat pedoman pemeliharaan.

III. SASARAN
Sasaran kegiatan ini yaitu untuk meminimalisir efek/dampak banjir Sungai Saddang.

IV. SUMBER DANA


Kegiatan ini dilaksanakan dengan biaya kurang lebih Rp. 986.000.000 (Sembilan Ratus Delapan
Puluh Enam Juta Rupiah) termasuk PPn yang bersumber dari dana APBN, DIPA Satker Balai
Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang Tahun Anggaran 2017.

V. ORGANISASI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN


Organisasi Pejabat Pembuat Komitmen yaitu PPK Perencanaan dan Program Satker Balai Besar
Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang.

VI. STANDAR TEKNIS


 Kriteria perencanaan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan, Kementerian
Pekerjaan Umum.
 Norma, Standar, Pedoman, dan Manual.
 Pedoman, kriteria dan standar lainnya berdasarkan pertimbangan penyesuaian terhadap
kondisi di lapangan, kemudahan pemeliharaan serta biaya yang paling menguntungkan, dan
disetujui oleh direksi pekerjaan.
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
− SNI 03-1724-1989 : Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk
Bangunan di Sungai
− SNI 03-2414-1991 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
− SNI 03-2415-1991 : Metode Perhitungan Debit Banjir
− SNI 03-2851-1991 : Tata Cara Perencanaan Teknis Bendung Penahan Sedimen
− SNI 03-2819-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
dengan Alat Ukur Arus Tipe Baling-baling
− SNI 03-2820-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka
Dengan Pelampung Permukaan
− SNI 03-2822-1992 : Metode Pembuatan Lengkung Debit dan Tabel
Sungai/Saluran dengan Analisis Grafis
− SNI 03-2830-1992 : Metode Perhitungan Tinggi Muka Air Sungai dengan Cara
Pias Berdasarkan Rumus Manning
− SNI 03-3414-1994 : Metode Pengambilan Contoh Muatan Sedimen Melayang
diSungai dengan Cara Integrasi Kedalaman Berdasarkan
Pembagian Debit
− SNI 03-3444-1994 : Tata Cara Perhitungan Tinggi Muka Air Sungai Penampang
Ganda dengan Cara Pias Berdasarkan Rumus Manning
− SNI 03-3961-1995 : Metode Pengujian Kadar Sedimen Layang Secara
Gravimetri dengan Pengendapan
Pedoman Teknis :
− Pd T-06-2004-A : Tentang peramalan debit aliran sungai
− Pd T-02-2005-A : Analisis Daya Dukung tanah Pondasi Dangkal pada
Bangunan Air
− Pd T-03.2-2005-A : Penyelidikan Geoteknik untuk Pondasi Bangunan Air Vol. 1,
2 dan 3
− Pd T-03-2005-A : Pedoman Penyelidikan Geoteknik untuk Pondasi Bangunan
Air Vol. 1
− Pd T-04-2005-A : Perencanaan Jeti Tipe rubble mound untuk penanggulangan
pentupuan muara sungai oleh sedimen
− Pd T-07-2004-A : Perbaikan Muara Sungai dengan Jeti
− Pd T-10-2004-A : Pengukuran dan Pemetaan Teristris Sungai
− Pd T-11-2004-A : Pemeliharaan Bangunan Persungaian
− Pd T-12-2004-A : Perencanaan Teknis Bendung Pengendali Dasar Sungai
− Pd T-14-2004-A : Analisis Stabilitas Bendungan Tipe Urugan akibat beban
Gempa
− Pd T-15-2004-A : Perencanaan Hidraulik, O&P Bang. Penangkap Pasir Tipe
PUSAIR
− Pd T-18-2004-A : Pembuatan peta bahaya akibat aliran debris
− Pd T-22-2004-A : Pengisian kekosongan data hujan dengan metode korelasi
distandarisasi nonlinier bertingkat
− Pd T-23-2004-A : Peramalan Banjir dan Peringatan Dini

VII. REFERENSI HUKUM


 Undang Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan
 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai.
 Keputusan Presiden RI Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai.
 Peraturan Menteri PUPR Nomor 04 Tahun 2015 tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah
Sungai.

VIII. LINGKUP KEGIATAN


Lingkup kegiatan Detail Desain ini berupa studi literatur baik aspek teknis-substansial, sosial
ekonomi maupun kebijakan dan peraturan yang terkait dengan perencanaan, perancangan,
persyaratan teknis, pelaksanaan pembangunan, dan pengawasan pembangunan serta survei
pengumpulan data, analisis data dan desain, meliputi :
1. Menyusun Rencana Mutu Kontrak
2. Inventarisasi data, peta, tata ruang, bangunan keairan serta morfologi sungai.
3. Pengumpulan data topografi, geologi, hidrologi, data banjir serta studi yang telah ada.
4. Pengukuran topografi, detail situasi, penampang melintang dan memanjang sungai.
5. Melakukan analisis penyebab dan dampak kerusakan yang timbul akibat banjir.
6. Melakukan identifikasi lokasi yang berpotensi sebagai sarana resapan air dan sarana
penampung banjir.
7. Melakukan analisis hidrologi, hidrolika, geologi, dan morfologi sungai.
8. Melakukan perencanaan konstruksi dan metode pelaksanaan.
9. Menyiapkan gambar desain
10. Melakukan perhitungan biaya konstruksi dan analisa harga satuan
11. Menyiapkan spesifikasi teknis.
12. Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM)
13. Pelaporan
Semua hasil pekerjaan yang telah selesai di desain secara detail sudah didiskusikan serta disetujui
oleh semua Direksi Pekerjaan dibuat dalam bentuk buku laporan segera diserahkan. Adapun
kegiatan yang diperlukan untuk kelengkapan dan penyelesaian pekerjaan ini tetapi belum tercantum
dalam kegiatan-kegiatan tersebut diatas akan ditentukan kemudian berdasarkan petunjuk Direksi.

IX. METODOLOGI
Rincian kegiatan Detail Desain, meliputi:
A. Persiapan
Kegiatan persiapan terdiri dari :

 Mobilisasi sumber daya, persiapan administrasi dan teknik

 Menyusun Rencana Mutu Kontrak

 Survei pendahuluan.

 Koordinasi dengan instansi terkait sehubungan dengan program pembangunan


sektoral/regional dan perencanaan pengembangan wilayah meliputi RUTR dan RDTR.

 Inventarisasi kondisi fisik dan permasalahan sungai.

 Melakukan identifikasi lokasi yang berpotensi sebagai:


a. Sarana resapan air, dilakukan dengan menambah luas bidang resapan air hujan
kedalam tanah sesuai kecocokan kondisi tanah setempat, dapat berupa saluran, pipa
(berlubang), sumur dan kolam resapan serta perkerasan lolos air.
b. Sarana penampung banjir, dilakukan dengan menambah volume tampungan air
sehingga dapat mengurangi banjir dan dibuat terhubung dengan sungai.

 Wawancara dengan penduduk setempat mengenai kondisi dan karakteristik sungai berikut
tanda-tanda banjir (floodmark) untuk penajaman pilihan debit rencana.

 Penentuan referensi pengukuran dengan menggunakan refernsi nasional (TTG).


B. Pengumpulan Data (Sekunder dan Primer)
1. Pengumpulan Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diperlukan untuk pengolahan data selanjutnya. Data yang
diperlukan diantaranya adalah :
a. Peta topografi, geologi, dan tata guna lahan.
b. Kejadian banjir (luas, tinggi, lama, frekuensi, lokasi).
c. Potensi kawasan yang dilindungi.
d. Potensi dataran banjir yang dapat menampung puncak banjir (potensi daerah retensi).
e. Data curah hujan dan data pos duga air.
f. Bangunan sungai yang sudah ada.
g. Kerusakan akibat banjir yang pernah terjadi.
h. Studi-studi terdahulu.
i. Foto udara yang tersedia (bila ada).
j. Kependudukan (jumlah, status, mata pencaharian, pendapatan).
k. Sarana dan prasarana yang ada.
l. Dampak sosial yang terjadi.
m. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengendalian banjir.
n. RUTR Provinsi, RDTR Kabupaten/Kawasan, program regional/sektoral.
2. Pengumpulan Data Primer
Survei Primer diperlukan untuk mendapatkan data lokal terkini yang akan digunakan
dalam perencanaan seperti peta dasar, kondisi fisik area pekerjaan seperti kondisi tanah
dan kondisi topografi. Jenis Survei primer yang dibutuhkan adalah:
a. Pemetaan Situasi dan Profil Sungai
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk memperoleh data topografi yang akan digunakan
membuat perencanaan teknis, meliputi:
1. Pemasangan Bench Mark (BM)
Pengukuran rangka pemetaan daerah (poligon dan waterpass dengan patok
setiap 100 meter atau disesuaikan dengan kondisi alur/trase sungai).
Pengukuran poligon dilakukan dengan sistem tertutup (kring tertutup) dan
setiap daerah yang diukur harus dipasang minimal 1 (satu) unit titik tetap
(BM). Pengukuran situasi detail sungai dengan kerapatan titik tinggi yang
sesuai dengan penggambaran peta skala 1:1000.
Hasil dari kegiatan ini terdiri dari:
 Peta situasi skala penggambaran 1:1000 yang memuat juga hasil pengukuran.
 Profil melintang sungai dengan interval 100 meter atau sesuai dengan
petunjuk Direksi, untuk pengukuran profil melintang penampang sungai
minimal 50 meter ke kiri dan 50 meter ke kanan dari tepi/tebing sungai atau
disesuaikan dengan kondisi lapangan. Skala penggambaran horizontal (H)
1:1000 dan vertikal (V) 1:100.
 Peta sungai dan skema sungai dengan skala yang disesuaikan.
 Deskripsi kondisi geomorfologis sungai.
b. Pengamatan Visual Material Dasar dan Tebing Sungai
Pengamatan visual material dasar sungai sebanyak 10 (sepuluh) lokasi yang
tersebar disepanjang lokasi studi dan dilengkapi dengan dokumentasi, untuk
menunjang perhitungan stabilitas dasar.
c. Penyelidikan Geologi/Mekanika Tanah
Penyelidikan tanah di lapangan dan di laboratorium dilakukan sesuai kebutuhan.
Data penelitian tanah harus dapat memberikan informasi yang jelas tentang sifat-
sifat dan karakteristik tanah. Jenis penelitian yang harus dilakukan adalah sondir
dan pengambilan contoh tanah asli dan penelitian laboratorium. Lokasi titik-titik
sondir dan pengambilan contoh tanah akan ditentukan oleh Direksi sesuai dengan
keperluan.
Sondir
Tujuan utama dari pekerjaan sondir adalah untuk mengetahui lebih jelas tentang
nilai konus (Ø) dan nilai kohesi (c). Lokasi sondir adalah di lokasi rencana
bangunan. Jumlah seluruh titik sondir ditetapkan kurang lebih 4 titik atau atas
petunjuk Direksi. Kedalaman tiap-tiap sondir ditentukan kurang lebih 20 m atau
sesuai kondisi lapangan.
Bor Tangan
Bor tangan dilakukan sebanyak 3 (tiga) titik untuk rencana bahan timbunan.
Penentuan lokasi rencana bahan timbunan dengan memperhitungkan volume
rencana timbunan dan dengan persetujuan Direksi. Pengambilan contoh tanah
terganggu dan tidak terganggu untuk keperluan pengujian mekanika tanah.
Test Laboratorium
Pengujian laboratorium baik pengujian karakteristika fisik maupun mekanis,
meliputi:
 Grain Size Analysis
 Atterberg Limits Test
 Specific Gravity
 Natural Moisture Content Test
 Unit Weight
 Consolidation Test
 Direct Shear Test
 Proctor Compaction Test
 Permeability Test.
C. Pengolahan dan Analisa Data
Meliputi analisis dan perhitungan:
1. Debit banjir rencana untuk berbagai periode ulang serta debit dominan yang
memungkinkan kerusakan badan sungai.
2. Analisis Hidrolika meliputi; analisis aliran sungai terhadap gerusan tebing/dasar dan
endapan serta analisis kestabilan profil sungai dengan kondisi debit banjir rencana dan
muka air rencana.
3. Membuat analisis penentuan jenis bangunan sungai.
4. Menentukan alternatif terpilih berdasarkan pertimbangan aspek teknis, ekonomi, dampak
lingkungan, sosial, besarnya resiko, kesulitan pelaksanaan, dan ketersediaan dana.
5. Perencanaan bangunan persungaian.
6. Menghitung biaya dan manfaat, total biaya termasuk pemeliharaan dan pengurangan
kerugian dari masing-masing alternatif pengendalian banjir.
D. Perencanaan Teknis
Pengurangan kerugian akibat banjir pada masyarakat yang beraktivitas di dataran banjir
Sungai Saddang dilakukan dengan pengelolaan resiko banjir melalui:
1. Pengurangan resiko besaran banjir yang dilakukan dengan membangun prasarana:
a. Pengendalian banjir
Kegiatan perencanaan teknis ditujukan untuk menentukan alternatif pengendalian
banjir berupa: peningkatan kapasitas sungai (tanggul), saluran pengendali banjir
dan/atau pompa, bendungan, yang pada hakekatnya berfungsi
mengurangi/memperkecil tingkat kemungkinan kejadian (probability of occurence)
banjir sesuai dengan tingkat layanan konstruksi tersebut (sesuai SNI).
b. Pengendalian aliran permukaan
Kegiatan perencanaan teknis ditujukan untuk menentukan alternatif pengendalian
aliran permukaan berupa prasarana fisik yang berfungsi mengurangi terbentuknya
dan terdistribusinya aliran permukaan dalam jumlah besar secara bersamaan
mengalir ke sungai. Ini dilakukan dengan membuat sarana resapan air untuk
mengurangi aliran permukaan dan kolam penampung banjir untuk mengatur
dsitribusi aliran banjir agar tidak secara bersamaan mengalir ke sungai.
2. Pengurangan resiko kerentanan kawasan terhadap banjir dengan pengelolaan dataran
banjir. Pengelolaan dataran banjir salah satunya dilakukan dengan menentukan batas
dataran banjir yaitu dengan membuat identifikasi genangan banjir yang pernah terjadi
dan/atau pemodelan genangan dengan debit rencana 50 tahunan.
Kegiatan perencanaan teknis ini meliputi:
1) Kegiatan nonfisik pengendalian daya rusak air sungai, antara lain: papan bicara dan
sosialisasi.
2) Kegiatan fisik pengendalian daya rusak air sungai, yaitu:
a. Program dan rencana kegiatan tahunan pengelolaan sungai dengan
mempertimbangkan:
 Umur manfaat dan dampak positif yang panjang.
 Penggunaan teknologi yang peka terhadap lingkungan.
 Biaya pemeliharaan yang minimum.
 Ketahanan terhadap perubahan kondisi alam setempat.
b. Analisis hidrolika dan struktur, mencakup:
Jenis / type bangunan terpilih:
 Ukuran/dimensi bangunan yang diperlukan.
 Pemilihan bahan dan jenis bangunan hendaknya yang fungsional, tidak mudah
rusak (robust) dan murah.
 Stabilitas (pondasi, pelindung kaki dan lereng/gelincir).
c. Penyusunan Nota Desain, Spesifikasi Teknis pekerjaan dan Metode Pelaksanaan.
3) Rencana detail pelaksanaan fisik
Dalam hal ini, konsultan harus menyusun:
a. Jadual rencana pelaksanaan konstruksi serta pemeliharaan sungai dan prasarana
sungai sesuai urutan prioritas masing-masing kegiatan.
b. Volume pekerjaan dan RAB konstruksi serta analisa harga satuan.
c. Syarat-syarat teknis dari masing-masing kegiatan yang diusulkan, dokumen tender
berikut gambar desain.
d. Metode pelaksanaan konstruksi.
E. Pelaksanaan Pertemuan Konsultasi Masyarakat
Melakukan Pertemuan Konsultasi Masyarakat (PKM), kegiatan ini dimasudkan untuk
menjaring pendapat, masukan dan inspirasi dari masyarakat dan pemerintah di lokasi studi.
F. Pembuatan Laporan dan Gambar
X. KELUARAN
A. Rencana Mutu Kontrak
Konsultan diwajibkan untuk menerapkan Jaminan Mutu sesuai Surat Edaran Bidang Pengairan
Ditjen SDA. Konsultan kualifikasi menengah dan besar diwajibkan untuk menerapkan Sistem
Jaminan Mutu dalam bentuk pembuatan Rencana Mutu Kontrak.
Laporan Rencana Mutu Kontrak berisi rincian program kerja, metode pelaksanaan, dan
tanggapan konsultan terhadap isi Kerangka Acuan Kerja (KAK) sehubungan dengan data-data
dan kondisi awal yang diperoleh selama orientasi lapangan.
Rencana Mutu Kontrak diklarifikasi oleh Core Team Jaminan Mutu dan disetujui oleh PPK
Program & Perencanaan Satker Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang.
Rencana Mutu Kontrak diselesaikan sebelum pembuatan laporan pendahuluan dan diserahkan
dalam bentuk buku sebanyak 5 (lima) rangkap.
B. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan berisi:

 Rencana kerja penyedia jasa secara menyeluruh.

 Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainnya.

 Jadual kegiatan penyedia jasa.

 Pengumpulan data sekunder

 Gambaran umum lokasi pekerjaan.


Konsep Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 15 (lima belas) buku untuk didiskusikan.
Hasil perbaikan setelah diskusi Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 10 (sepuluh) buku
untuk diserahkan.
C. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisi:

 Kemajuan pekerjaan

 Permasalahan yang dihadapi

 Rencana kegiatan bulan berikutnya

 Lampiran-lampiran lain yang dibutuhkan seperti foto-foto pelaksanaan dan absensi


personil.
Laporan ini diserahkan setiap bulan sebanyak 5 (lima) buku selambat-lambatnya pada minggu
pertama bulan berikutnya.
D. Laporan Antara
Laporan ini berisi hasil-hasil kegiatan mulai dari awal kegiatan hingga periode pertengahan
minimal telah menyelesaikan seluruh kegiatan survey dan investigasi lapangan, serta analisis
data. Kerangka logik rumusan hasil studi harus sudah jelas dan berada pada jalur yang benar
sesuai maksud dan tujuan studi.
Konsep Laporan Antara dibuat sebanyak 15 (lima belas) buku untuk didiskusikan.
Hasil perbaikan setelah diskusi Laporan Antara dibuat sebanyak 10 (sepuluh) buku untuk
diserahkan.
E. Laporan Pertemuan Konsultasi Mayarakat (PKM)
Laporan ini merupakan hasil dari pelaksanaan Pertemuan Konsultasi Mayarakat (PKM),
berisikan daftar hadir peserta, foto-foto pelaksanaan, berita acara pelaksanaan dan notulen
hasil dari PKM.
Laporan PKM dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap untuk diserahkan.
F. Konsep Laporan Akhir
Konsep Laporan Akhir berisi seluruh hasil kegiatan studi. Konsep Laporan Akhir diserahkan
sebanyak 15 (lima belas) rangkap untuk ddiskusikan.
G. Laporan Akhir
Laporan Akhir diserahkan setelah diadakan perbaikan sesuai hasil diskusi Konsep Laporan
Akhir. Laporan Akhir diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan pada akhir masa
kontrak bersama-sama dengan:
1. Ringkasan Laporan
Ringkasan laporan dibuat sebanyak 5 (lima) rangkap yang merupakan rangkuman dari
laporan akhir beserta biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan.
2. Laporan Penunjang masing-masing terdiri dari :

1. Buku Ukur 5 Buku

2. Laporan Topografi dan Deskripsi BM 5 Buku

3. Laporan Analisa Hidrologi dan Hidrometri 5 Buku

4. Laporan Pengukuran Sedimen 5 Buku

5. Laporan Nota Desain 5 Buku

6. Laporan Penyelidikan Mekanika Tanah 5 Buku

7. RAB dan Analisa Harga Satuan 5 Buku

8. BOQ dan Metode Kerja 5 Buku


7. Dok Tender, Spesifikasi Umum dan Teknis 5 Buku

9. Laporan Analisa Ekonomi 5 Buku

10. Laporan Manual OP 5 Buku

11. Dokumentasi 5 Buku

12. Gambar desain A1 kalkir 80/85 gram (asli) 1 Set

13. Gambar desain A1 (copy) 5 Set

14. Gambar desain A3 (copy) 10 Set

15. Eksternal Hardisk 1 set

XI. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN


Jangka waktu pelaksanaan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini adalah selama 210
(dua ratus sepuluh) hari terhitung sejak diterbitkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
XII. TENAGA AHLI
Tenaga ahli yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan ini adalah:
TENAGA PROFESIONAL
1. Ketua Tim (Ahli Sungai) 7 OB
Ketua Tim dengan persyaratan minimal berpendidikan Sarjana Teknik Sipil/Pengairan (S1),
Lulusan universitas negeri atau yang telah disamakan. Berpengalaman dalam bidang SDA
terutama bidang teknik persungaian dan berpengalaman khusus dalam perencanaan
pengendalian banjir, Minimal 6 (enam) tahun, serta berpengalaman sebagai Ketua Tim.
Memiliki sertifikat keahlian Bidang SDA yang dikeluarkan oleh LPJK. Sebagai ketua tim,
tugas utamanya adalah memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja
selama pelaksanaan pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
2. Ahli Hidrolika Struktur (3 OB)
Berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Sipil/Pengairan (S1), Lulusan universitas negeri atau
yang telah disamakan, berpengalaman dalam melaksanakan pekerjaan perencanaan
persungaian dan perencanaan struktur bangunan sungai, Minimal 4 (empat) tahun, serta
memiliki sertifikat keahlian minimal Bidang SDA yang dikeluarkan oleh LPJK.
3. Ahli Hidrologi (2 OB)
Berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Sipil/Pengairan (S1), Lulusan universitas negeri atau
yang telah disamakan, berpengalaman dalam hidrologi dan persungaian, Minimal 4 (empat)
tahun, serta memiliki sertifikat keahlian Bidang SDA yang dikeluarkan oleh LPJK.
4. Ahli Geodesi (3 OB)
Berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Geodesi/Sipil (S1), Lulusan universitas negeri atau
yang telah disamakan, berpengalaman dalam bidang pengukuran dan pemetaan prasarana
keairan, Minimal 4 (empat) tahun, serta memiliki sertifikat keahlian Geodesi/Pengukuran
yang dikeluarkan oleh LPJK.
5. Ahli Geologi/Geoteknik (2 OB)
Berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Geologi/Teknik Sipil (S1), Lulusan universitas negeri
atau yang telah disamakan, berpengalaman dalam bidang investigasi/penyelidikan
geologi/mekanika tanah prasarana keairan, Minimal 4 (empat) tahun, serta memiliki sertifikat
keahlian Geologi/Mekanika Tanah yang dikeluarkan oleh LPJK.
6. Ahli Pemeliharaan Bangunan (2 OB)
Berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Sipil/Pengairan (S1), Lulusan universitas negeri atau
yang telah disamakan, berpengalaman dalam analisis/kajian pemeliharaan prasarana keairan
dan/atau penyusunan pedoman pemeliharaan prasarana keairan, Minimal 4 (empat) tahun,
serta memiliki sertifikat keahlian Bidang SDA yang dikeluarkan oleh LPJK.
7. Ahli Estimasi Biaya (2 OB)
Berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Sipil/Pengairan (S1), Lulusan universitas negeri atau
yang telah disamakan, berpengalaman professional dalam analisis harga atau biaya konstruksi
serta dokumen tender bidang pengairan, Minimal 4 (empat) tahun, serta memiliki sertifikat
keahlian minimal ahli muda yang dikeluarkan oleh LPJK.
8. Ahli Sosial Ekonomi (1 OB)
Berpendidikan Minimal Sarjana Teknik Sipil/Pengairan (S1), Lulusan universitas negeri atau
yang telah disamakan, berpengalaman professional dalam analisis sosial ekonomi proyek-
proyek prasarana keairan, evaluasi dampak sosial ekonomi dan kelayakan proyek. Pengalaman
minimal 4 (empat) tahun.

TENAGA PENDUKUNG :
1. Juru Ukur
Berpendidikan Minimal Lulusan STM Sipil/BangunanAir/SMA-IPA sederajat, mempunyai
pengalaman dibidang pengukuran.
2. Juru Gambar
Berpendidikan Minimal Lulusan STM Sipil/Bangunan Air. Mempunyai pengalaman dan
kemampuan dalam pelaksanaan pekerjaan penggambaran, serta bisa membuat sketsa detail
bangunan keairan.
3. Tenaga Teknis Mekanika Tanah
Berpendidikan Minimal Lulusan STM Sipil/Bangunan Air. Mempunyai pengalaman dan
kemampuan dalam bidang investigasi/penyelidikan geologi/mekanika tanah prasarana keairan.
4. Tenaga Pendukung Lain
Tenaga pendukung lain meliputi : Tenaga Administrasi/Keuangan/Operator Komputer dengan
pendidikan minimal sesuai dengan bidang tugasnya serta tenaga lokal sesuai kebutuhan.

XIII. RAPAT TEKNIS


Setiap penyedia jasa wajib mengikuti rapat teknis sebelum melakukan survei pendahuluan.

XIV. PRODUKSI DALAM NEGERI


Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus dilakukan di dalam Wilayah Negara
Republik Indonesia kecuali dengan pertimbangan keterbatasan kompetensi dalam negeri.

XV. LAIN-LAIN
A. Peralatan Dan Fasilitas Yang Harus Disediakan Oleh Konsultan.
Konsultan harus menyediakan perangkat keras maupun perangkat lunak seperti yang
tercantum dalam Daftar Kuantitas Pekerjaan (BOQ) dan memelihara setiap fasilitas serta
peralatan maupun pemakaian bahan yang diperlukan, berikut peralatan dan fasilitas yang
disediakan. Hal ini perlu karena untuk kelancaran dan kesempurnaan pekerjaan yang akan
datang.
B. Penerapan SMK3
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Undang-undang Ketenaga Kerjaan
yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengenai penerapan SMK3
(Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Tenaga Kerja) bidang layanan jasa
konstruksi, maka diwajibkan bagi konsultan yang melaksanakan pekerjaan mengikuti
JAMSOSTEK.
C. Penjelasan Pelengkap
Segala sesuatu yang belum tercantum dalam Kerangka Acuan Kerja (Terms of Reference) ini
akan diberikan atau dapat ditanyakan pada saat Acara Aanwijzing (penjelasan) di kantor dan
di lapangan.
D. Hal-hal lain yang tidak disebutkan dalam KAK ini perlu dilaksanakan sesuai dengan SIN/SK-
SNI yang berkaitan serta berpedoman pada persyaratan yang dikeluarkan oleh Ditjen SDA dan
persyaratan teknis yang umum berlaku di Indonesia saat ini, namun dalam pelaksanaannya
diperlukan fleksibilitas yang disesuaikan dengan kondisi lapangan.
E. Jika diperlukan, penyedia jasa konsultansi berkewajiban untuk menyelenggarakan pertemuan
dan pembahasan dalam rangka alih pengetahuan kepada personil proyek/satuan kerja Pejabat
Pembuat Komitmen berikut : dimana ada kegiatan yang bersifat baru atau dengan
menggunakan perangkat teknologi yang baru, sehingga memerlukan alih teknologi.

Anda mungkin juga menyukai