Anda di halaman 1dari 9

Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat

Vol. 6 No. 3 Agustus 2022 Hal 407 – 415


ISSN 2528-4967 (print) dan ISSN 2548-219X (online)

Alternatif Penggunaan Obat Cacing Herbal dari Biji Buah Pinang


untuk Ternak Sapi di Distrik Prafi Kabupaten Manokwari
Alternative Use of Herbal Deworming from Seeds Areca Nuts for Cattle
in Prafi District Manokwari Regency
Purwaningsih1*, Dwi Nurhayati2
1,2
Program Studi Kesehatan Hewan Fakultas Peternakan Universitas Papua
Email : p.purwaningsih@unipa.ac.id1, dwi.noerhayati@yahoo.com2
*Corresponding author: : p.purwaningsih@unipa.ac.id

ABSTRAK
Produktivitas ternak sapi pada peternakan rakyat masih sangat rendah, salah satunya disebabkan oleh
penyakit parasiter terutama parasit cacing. Hal ini perlu penanganan yang serius khususnya di Provinsi
Papua Barat, mengingat kondisi geografis dan sarana prasarana termasuk transportasi serta fasilitas yang
belum memadai sehingga mengakibatkan penyediaan obat sintetik untuk penanganan masalah tersebut
membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal dibandingkan daerah lain. Ditambah lagi sistem peternakan
yang diterapkan oleh sebagian besar peternak masih tradisional, sehingga merupakan peluang besar bagi
parasit untuk menyebar dan berkembang biak. Sistem pemeliharaan dengan penerapan manajemen
kesehatan sangat penting untuk diperhatikan guna mengurangi penyebaran penyakit cacingan pada ternak.
Tujuan dari kegiatan ini untuk meningkatkan kemampuan peternak dalam hal sistem pemeliharaan
dengan penerapan manajemen kesehatan, serta aplikasi teknologi sederhana dengan memanfaatkan
tanaman lokal biji buah pinang sebagai obat cacing herbal. Kegiatan ini dilakukan dengan cara
penyuluhan dan pelatihan praktik langsung. Peternak sangat antusias mengikuti kegiatan ini dan mulai
memahami tentang penyakit yang biasa menyerang ternak sapi serta cara pencegahannya. Hasil kegiatan
ini dapat meningkatkan pengetahuan peternak tentang penyakit ternak, bagaimana cara memeriksa ternak
secara makro, penerapan manajemen kesehatan yang baik dan sistem pemeliharaan yang benar. Peternak
mampu memproduksi sendiri obat cacing herbal yang berasal dari tanaman lokal.

Kata Kunci: Biji Buah Pinang; Infeksi Parasit; Obat Cacing Herbal; Sapi

ABSTRACT
Cattle productivity on smallholder farms is very low, one of them is caused by parasiter disease
especially parasitic worm. This must be handling serious especially in West Papua province, considering
of the geographical and infrastructure including transportation and facilities to inadequate that led to the
provision of synthetic drugs for handling the issue cost money is certainly higher compared to other
regions. Moreover farming systems applied by most farmers still traditional, so that is a great
opportunity for parasitic to spread and breed. Maintenance system by the application of management
health is important consideration to reduce the spread of parasite gastrointestinal disease in livestock.
The purpose of this activity to enhance the ability farmers in terms of maintenance system by the
application of management health and application of simple technology by using local plants. This
activities are done by means of information and training practices directly. Farmers very anthusiastic in
this activity and begin to understand about a disease habitually attacking cattle and the way to
prevention. The results of the event could improve knowledge about diseases livestock farmers, how to

Copyright © 2022, Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 407


http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Axiologiya/index
DOI: http://dx.doi.org/10.30651/aks.v6i3.5526
Purwaningsih, Dwi Nurhayati/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.6 No.3 Agustus 2022 Hal 407 – 415

check cattle health in macro, the application of good management health and right system maintenance.
Farmers capable of producing own drug worms herbs derived from local plants.

Key word:Herbs Anthelmintic; Areca-Palm Seed; Cattle; Parasite Infection


PENDAHULUAN peluang besar bagi parasit untuk
Penambahan populasi ternak di menyebar dan berkembang biak.
Provinsi Papua Barat rata-rata 1.000 Di Provinsi Papua Barat telah
ekor/tahun relatif lebih lambat diidentifikasi penyakit yang sering
dibandingkan dengan tingkat menyerang ternak sapi atau kambing
konsumsi. Peningkatan populasi ternak terutama adalah parasit caing,
sapi potong tahun 2009 terhadap 2010 sehingga mengakibatkan penurunan
mencapai 93% (Dinas Pertanian Papua bobot badan ternak dan kematian
Barat, 2011). Peningkatan (Dinas Peternakan, 2008). Hal ini
produktivitas ternak sangat ditentukan terbukti dengan ditemukannya jenis
oleh faktor bibit, makanan dan cacing Fasciola sp pada organ hati
manajemen. Faktor manajemen sapi hewan kurban tahun 2013
meliputi perkandangan, pemeliharaan (Purwaningsih, 2014), dimana hewan
dan penanganan kesehatan. Namun kurban sebagian besar didatangkan
dengan adanya perubahan iklim yang dari daerah Prafi. Sementara kasus
tidak menentu, banyak menimbulkan fasciolosis pada sapi hewan kurban
masalah di bidang kesehatan ternak tahun 2014 prevalensinya mencapai
yang kemudian berpengaruh terhadap 15,27% sedangkan paramphistomiasis
produktivitas ternak. Salah satu mencapai 18,52% (Purwaningsih et
penyebab turunnya produktivitas al., 2016). Cacingan pada ternak
ternak adalah adanya penyakit yang seringkali terlihat sebagai hal yang
menyerang ternak terutama penyakit sepele sehingga tidak mendapatkan
yang disebabkan oleh parasit cacing. perhatian dari peternak. Kaplan (2001)
Selain itu masih rendahnya melaporkan bahwa walaupun penyakit
produktivitas ternak sapi pada cacingan tidak langsung menyebabkan
peternak transmigran disebabkan kematian namun kerugian ekonomi
karena skala usaha yang dijalankan yang ditimbulkan cukup besar,
oleh peternak hanya sebatas usaha sehingga penyakit cacingan ini disebut
sampingan yang pada akhirnya sebagai penyakit ekonomi. Pengusaha
pendapatan peternak tidak maksimal. sapi potong merugi dengan
Tingkat kepemilikan sapi bagi peningkatan ternak yang di-culling,
penduduk yang mengusahakan ternak penurunan harga jual sapi, tingkat
ini adalah 3-5 ekor. Pola pemeliharaan produktivitas, bobot sapih pedet, dan
pada umumnya dilakukan secara penurunan laju pertumbuhan.
tradisional yaitu dengan melepas Kerugian ekonomi pada feedloters
ternak di perkebunan kelapa sawit atau sebagai akibat penurunan feed-
mengikat sapi-sapi di daerah padang conversion ratio dan rendahnya rataan
penggembalaan. Sistem pemeliharaan pertambahan bobot badan.
yang masih tradisional merupakan Masalah ini perlu penanganan
yang serius khususnya di Provinsi

408
Purwaningsih1, Dwi Nurhayati2 /Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.6 No.3 Agustus 2022 Hal 407 – 415

Papua Barat, mengingat kondisi tanaman lokal serta pentingnya


geografis dan sarana prasarana penerapan manajemen kesehatan pada
termasuk transportasi serta fasilitas pemeliharaan ternak masih sangat
yang belum memadai sehingga rendah. Berdasarkan hal tersebut,
mengakibatkan penyediaan obat maka kegiatan ini bertujuan agar
sintetik untuk penanganan masalah peternak dapat mengoptimalkan
tersebut membutuhkan biaya yang produktivitas ternak mereka melalui
relatif lebih mahal dibandingkan penerapan manajemen kesehatan
daerah lain. Alternatif pengobatan dalam pemeliharaan ternak yang benar
dapat diupayakan melalui penggunaan dan peternak lebih memahami
obat alami. pemanfaatan sumber daya lokal yang
Saat ini sudah banyak ada yaitu buah pinang sebagai obat
ditemukan khasiat farmakoseutika dari alternatif khususnya untuk pengobatan
berbagai tanaman, yang dapat cacingan pada ternak ruminansia.
dimanfaatkan untuk penanganan Pemanfaatan tanaman herbal untuk
masalah kesehatan ternak, sehingga ramuan tradisional menjadi alternatif
produktivitas ternak tetap terjaga atau pengobatan yang saat ini justru banyak
diperbaiki. Salah satu jenis tanaman dipakai di dunia medis.
herbal yang sudah dikenal di seluruh
Indonesia, dan banyak ditemukan di METODE PENELITIAN
Manokwari karena merupakan Pelaksanaan Kegiatan
tanaman asli Papua adalah pinang Kegiatan ini dilakukan dengan
(Areca catechu). Pinang mengandung mengikutsertakan dua kelompok
komponen bioaktif yang berkhasiat peternak transmigran di Distrik Prafi
dan dapat dikembangkan di industri sebagai mitra. Kegiatan ini
farmasi sebagai bahan obat (Heatubun, berlangsung dari bulan Mei sampai
2010). Biji pada buah pinang memiliki dengan Oktober 2016. Selama
khasiat yang sangat efektif untuk kegiatan berlangsung diikuti oleh
mematikan cacing karena pada biji sekitar 20 orang yang terdiri dari
pinang mengandung senyawa tanin anggota kelompok ternak transmigran
dan beberapa alkaloid seperti yang ada di Distrik Prafi Kabupaten
guvasina, guvakolina, arekaina, dan Manokwari, Papua Barat.
arekolina. Arekolina ditemukan dalam Metode Kegiatan
jumlah terbanyak dan inilah yang Pendekatan kepada dua
diduga berfungsi sebagai antihelmintik kelompok peternak mitra dan beberapa
(anticacing). Dengan melihat khasiat peternak umum dilakukan, sehingga
dari senyawa-senyawa tersebut, maka peserta dapat bersama-sama berdiskusi
pinang dapat dimanfaatkan untuk menganalisa masalah dan merumuskan
penanganan kesehatan ternak sehingga pemecahan masalah dengan
dapat memperbaiki produktivitas merencanakan cara mengatasi
ternak. masalah.
Pengetahuan peternak tentang 1) Pemeriksaan Parasit pada Ternak
pemanfaatan dan khasiat tanaman-

409
Purwaningsih, Dwi Nurhayati/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.6 No.3 Agustus 2022 Hal 407 – 415

Sampel kotoran sapi diambil untuk tipis kemudian dikeringkan matahari


dilakukan pemeriksaan di lalu ditumbuk atau diblender hingga
Laboratorium Kesehatan Hewan halus. Setelah halus, bubuk biji buah
Fakultas Peternakan Universitas pinang tersebut dikemas dalam kapsul
Papua. Pemeriksaan yang dilakukan dan obat ini siap diberikan untuk
adalah pemeriksaan kualitatif ternak yang sakit cacingan.
menggunakan metode natif. 4) Pemeriksaan Kesehatan Ternak
Pelaksanaan metode natif dengan cara Sapi secara Makro
mengambil sedikit feses menggunakan Metode yang digunakan dalam
lidi, ditaruh di mortar dan ditambah pelaksanaan kegiatan ini adalah
beberapa tetes air kemudian pengamatan langsung di
dihomogenkan dengan menggunakan lapangan/kandang ternak dengan
stick mortar, setelah tercampur, melakukan pemeriksaan fisik dari
diambil larutan tersebut menggunakan ternak-ternak sapi anggota kelompok
pipet. Satu tetes diletakkan di atas ternak. Jika terdapat ternak yang sakit
object glass, ditutup menggunakan maka akan diberikan obat dan vitamin.
cover glass kemudian diperiksa di Dalam hal praktik pemeriksaan secara
bawah mikroskop dengan perbesaran umum peternak anggota kelompok
10 x. Jika ditemukan telur cacing maka diajarkan langsung oleh dokter hewan
dinyatakan positif terinfeksi cacing. bagaimana cara memeriksa ternak
2) Penyuluhan tentang Manajemen secara umum yang benar dan dapat
Kesehatan Ternak dilakukan sendiri oleh peternak.
Tim melakukan penyuluhan
menggunakan leaflet atau brosur yang HASIL DAN PEMBAHASAN
sudah didesain sendiri. Dalam kegiatan a) Pemeriksaaan kesehatan ternak
ini tim pelaksana menjelaskan tentang terhadap infeksi cacing melalui
pentingnya penerapan manajemen pemeriksaan sampel feses
kesehatan ternak apabila ingin usaha Berdasarkan laporan
ternaknya maju dan berkembang. Di pengabdian kepada masyarakat tahun
samping sesi ceramah dilakukan juga 2014 bahwa prevalensi infeksi cacing
sesi diskusi (tanya-jawab) pada peserta pada sapi kurban mencapai 15, 27%
penyuluhan. Pada saat penyuluhan maka perlu dilakukan pengecekan di
berlangsung juga dilakukan pemutaran lapangan dengan memeriksa sampel
video tentang manajemen feses yang di ambil di Distrik Prafi
perkandangan dan kesehatan untuk sebagai lokasi peternak mitra. Sampel
lebih membuat peserta tertarik dalam feses segar diambil dari rektum 95
memperhatikan materi yang diberikan. ekor sapi yang dipelihara oleh
3) Demonstrasi Pembuatan Obat peternak yang ada di Distrik Prafi
Cacing Herbal untuk Ternak kemudian diperiksa di laboratorium
Dalam kegiatan demonstrasi Fisiologi dan Reproduksi Fakultas
dilakukan praktik langsung pembuatan Peternakan Universitas Papua dengan
obat cacing herbal dari biji buah metode natif dan sedimentasi
pinang. Biji buah pinang diiris tipis- (Urquhart et al., 1996). Hasil yang
410
Purwaningsih, Dwi Nurhayati/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.6 No.3 Agustus 2022 Hal 407 – 415

diperoleh dari pemeriksaan penting dalam mendukung


laboratorium adalah 60% (57/95) sapi peningkatan produksi ternak. Infestasi
terinfeksi cacing. Sementara hasil parasit internal merupakan masalah
pemeriksaan sampel feses berdasarkan yang sangat besar dalam mengelola
jenis cacing yang menginfeksi peternakan sapi (Heath, 2003).
disajikan dalam tabel di bawah. Kegiatan penyuluhan
Berdasarkan hasil laboratorium inilah dilakukan untuk memberikan
yang mendasari kegiatan penyuluhan pengetahuan kepada peternak mitra
tentang pentingnya penanganan tentang tanda-tanda/gejala yang biasa
penyakit cacingan pada ternak dilihat dari sapi yang terinfeksi cacing
sehingga tidak menimbulkan atau adalah penurunan kondisi tubuh, bulu
meminimalisisr kerugian ekonomi tampak kusam dan kasar, kalau diraba
bagi peternak. perutnya kelihatan kesakitan. Para
peternak sangat antusias mengikuti
Tabel Hasil pemeriksaan sampel feses pemaparan materi penyuluhan yang
Jenis Cacing Persentase disampaikan oleh tim. Mereka
terinfeksi (%) menyadari bahwa pemeriksaan
Nematoda 30,13
kesehatan secara makro pada ternak
Trematoda 37,89
Cestoda 0,81 sangat penting dilakukan misalnya
pengamatan terhadap gejala cacingan
pada ternak sapi sehingga bisa
langsung dapat diatasi dengan
pemberian obat cacing, atau sebagai
usaha pencegahan dengan pemberian
obat cacing secara rutin.
Setelah pemaparan materi
langsung dilanjutkan dengan
demonstrasi ke salah satu kandang
peternak yang sapinya terdiagnosa
Gambar 1. Pemeriksaan sampel feses
cacingan dari hasil pemeriksaan
sapi di laboratorium
sampel feses. Para peternak mitra
b) Pengenalan penyakit cacingan sudah memahami cara mendiagnosa
pada ternak ternak mereka yang terinfeksi cacing
Pada umumnya peternak karena mereka diberi kesempatan
menganggap sepele penyakit cacingan untuk mempraktikkan langsung cara
pada ternak karena tidak menimbulkan memeriksa ternak secara makro.
kematian dan kebanyakan sapi yang
terinfeksi cacing tidak memperlihatkan
tanda-tanda yang nyata untuk
dibedakan dengan penyakit lainnya.
Kesehatan belum dipertimbangkan
peternak maupun kelompok ternak
sebagai salah satu faktor
411
Purwaningsih, Dwi Nurhayati/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.6 No.3 Agustus 2022 Hal 407 – 415

Gambar 3. Penyuluhan dan


Gambar 2. Penyuluhan tentang demonstrasi pemeriksaan secara makro
penyakit cacingan pada ternak d) Manajemen pemeliharaan
Faktor utama penyebab infeksi
c) Pemeriksaan kesehatan ternak cacing pada ternak sapi di daerah Prafi
secara makro adalah pola pemeliharaan yang masih
Pengenalan terhadap ternak sangat sederhana, dimana ternak
sehat dan lingkungannya sangat dilepas bebas untuk mencari makan
diperlukan, sehingga bila terjadi sendiri di daerah kebun kelapa sawit
penyimpangan-penyimpangan segera atau diikat di bawah pohon sekitar
dapat mengenalinya. Beberapa hal rumah tanpa dibuatkan kandang.
yang perlu dilakukan dalam Keadaan inilah yang menjadi faktor
mengantisipasi adanya penyimpangan predisposisi bagi parasit untuk
dari hewan sehat melalui pemeriksaan berkembangbiak dan menyebabkan
secara makro dari fisik dan perilaku ternak rentan terhadap penyakit lain.
ternak. Kegiatan penyuluhan Penerapan manajemen kesehatan
dilakukan untuk memberikan ternak sangat dianjurkan karena
pengetahuan kepada peternak mitra tindakan preventif dan promotif akan
tentang bagaimana cara melakukan lebih menguntungkan dibandingkan
pemeriksaan secara makro yang dapat kuratif (Palmarudi et al. 2015).
dilakukan sendiri oleh peternak untuk Upaya pencegahan penyakit
mengenali ciri-ciri sapi sehat dan sakit. akibat cacing yang disarankan antara
Para peternak sangat antusias lain: sanitasi kandang yang baik,
mengikuti pemaparan materi pemberian pakan yang berkualitas dan
penyuluhan yang disampaikan oleh cukup jumlahnya, menghindari
tim. Setelah pemaparan materi kepadatan ternak dalam kandang,
penyuluhan langsung dilanjutkan pemisahan antara ternak dewasa
dengan demonstrasi ke salah satu dengan muda, menghindari tempat
kandang peternak untuk yang becek dan pemeriksaan
mempraktikkan cara memeriksa kesehatan serta pemberian obat cacing
kesehatan ternak secara umum. secara teratur (Deptan, 2001).
Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan oleh peternak mitra antara
lain ternak jangan digembalakan di
dekat daerah yang becek atau
tergenang air misalnya selokan/irigasi
sawah, kemudian sumber pakan yang
berasal dari rumput yang dicari dari
padangan/sawah jangan diberikan
langsung pasca dipotong tetapi
dilayukan terlebih dahulu.
412
Purwaningsih, Dwi Nurhayati/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.6 No.3 Agustus 2022 Hal 407 – 415

Pada saat penyampaian materi Begitu banyak kekayaan alam


penyuluhan dijelaskan teknis dan Manokwari dalam menyediakan obat
prinsip-prinsip konstruksi kandang herbal yang dapat digunakan untuk
untuk pemeliharaan ternak sapi, dan kesehatan ternak dan manusia di Papua
pemutaran video pembuatan kandang Barat. Kekayaan ini dapat diperoleh
ternak yang ideal. Kandang ternak dengan biaya relatif murah, bahkan
yang dianjurkan untuk peternak mitra tanpa biaya, namun pemanfaatannya
adalah kandang kelompok/koloni. belum nyata terlihat. Hal ini
Prinsip kandang ideal yang disarankan disebabkan pengetahuan dari
meliputi bentuk kandang, atap, masyarakat dalam hal ini kelompok
kemiringan, drainase, ventilasi, dan peternak di Kampung Udapi Hilir
sanitasi lingkungan sekitar kandang. Distrik Prafi masih terbatas, tentang
Kelebihan dari kandang koloni adalah pemanfaatan dan khasiat tanaman-
penggunaan tenaga kerja lebih efisien tanaman tersebut, serta belum tahunya
dibanding kandang model individu, masyarakat tentang pentingnya
karena pekerjaan rutin harian adalah penerapan manajemen kesehatan
membersihkan tempat pakan, minum dalam pemeliharaan ternak. Salah satu
dan memberikan pakan untuk jenis tanaman herbal yang sudah
mendukung perbaikan produksi ternak. dikenal di seluruh Indonesia, dan
Pembuatan kandang ternak yang banyak ditemukan di Manokwari
memenuhi persyaratan akan karena merupakan tanaman asli Papua
bermanfaat untuk menjaga kesehatan adalah pinang (Areca catechu). Biji
ternak. Kebersihan kandang juga perlu pada buah pinang memiliki khasiat
diperhatikan misalnya dengan yang sangat efektif untuk mematikan
penampungan kotoran/feses jangan cacing karena pada biji pinang
dibiarkan feses atau kotoran mengandung senyawa tanin dan
menumpuk dan bercampur dengan beberapa alkaloid salah satunya
pakan hijauan yang berjatuhan di arekolina yang berfungsi sebagai
lantai kandang. Para peternak antihelmintik (anticacing). Dengan
menyadari dan memahami akan melihat khasiat dari senyawa-senyawa
pentingnya pola pemeliharaan berbasis tersebut, maka pinang dapat
manajemen kesehatan ternak. dimanfaatkan untuk penanganan
kesehatan ternak sehingga dapat
memperbaiki produktivitas ternak
(Vitahealt, 2004).
Pada saat penyampaian materi
penyuluhan dijelaskan teknis dan
Gambar 4. Penjelasan tentang prinsip-prinsip pembuatan obat cacing
prinsip-prinsip manajemen herbal dari biji buah pinang. Selain itu
pemeliharaan tim juga memaparkan dosis
penggunaan obat cacing herbal untuk
e) Pembuatan obat cacing herbal
berbagai ternak sapi dan beberapa
untuk ternak dari biji buah pinang
ternak rumansia lainnya serta cara
413
Purwaningsih, Dwi Nurhayati/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.6 No.3 Agustus 2022 Hal 407 – 415

pemberian kepada ternak. Pembuatan


obat cacing herbal ini juga langsung
dipraktikkan oleh peternak mitra
didampingi tim setelah penyampaian
materi penyuluhan. Pembuat obat
cacing herbal dari biji pinang dimulai
pertama dengan mengiri-iris biji buah
pinang, lalu dijemur. Kemudian bila Gambar 5. Penyuluhan dan
biji pinang tadi sudah kering ditumbuk demonstrasi pembuatan obat cacing
atau diblender dan diayak, lalu hasil herbal dari biji buah pinang
ayakan ditimbang dan siap diberikan
SIMPULAN
untuk ternak kambing. Pengemasan
Respon yang sangat baik dan
serbuk biji pinang dapat dilakukan
antusiasme dari para peternak mitra
dalam kemasan kapsul atau dapat juga
sangat terlihat. Hal ini terlihat dengan
diberikan pada ternak dengan
dicampurkan dalam air minum sesuai peserta penyuluhan yang sesuai
dengan target dan diundangnya tim
dosis.
pada pertemuan rutin GAPOKTAN di
Setelah selesai praktik
Kampung Udapi Hilir. Antusias yang
membuat obat cacing herbal dari biji
tinggi diberikan para peternak mitra
buah pinang para peternak langsung
terhadap introduksi teknologi
mempraktikkan cara memberikan obat
sederhana pengolahan tanaman herbal
tersebut ke ternak dengan cara kapsul
lokal untuk obat cacing ternak.
obat dimasukkan dalam buah pisang
sesuai dosis yang dianjurkan dan Peternak mitra telah memahami dan
dapat mempraktikkan cara memeriksa
diberikan pada sapi. Para peternak
kesehatan ternak secara makro,
merasa senang dan sangat antusias
karena ternak mereka langsung mau mengetahui penyakit yang biasa
menyerang ternak sapi, membuat
mengkonsumsi obat cacing herbal
kandang yang memenuhi persyaratan,
tanpa harus melalui penyuntikan obat
dan membuat/memproduksi obat
cacing sintetik/kimia. Mereka juga
cacing herbal dari biji buah pinang.
merasa terbantu karena tidak perlu lagi
membeli obat cacing pabrikan yang
harganya mahal dan susah untuk UCAPAN TERIMAKASIH
memperolehnya. Dengan bisa Penulis mengucapkan terima
memproduksi sendiri obat cacing kasih kepada DRPM Kemenristekdikti
herbal ini peternak tidak perlu lagi yang telah mendanai pelaksanaan
mengeluarkan biaya ekstra untuk biaya kegiatan pengabdian kepada
jasa kesehatan ternak dalam rangka masyarakat melalui skim Program
upaya menerapkan pencegahan Iptek bagi Masyarakat (IbM) tahun
terhadap penyakit cacingan pada 2016. Ucapan terima kasih juga kami
ternak. sampaikan untuk Ketua LP2M
Universitas Papua, kelompok ternak
mitra dan semua pihak yang telah

414
Purwaningsih, Dwi Nurhayati/Aksiologiya: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol.6 No.3 Agustus 2022 Hal 407 – 415

membantu kegiatan pengabdian Universitas Negeri Papua.


masyarakat ini. Manokwari. Papua Barat.
Purwaningsih, Sambodo, P.,
DAFTAR PUSTAKA Noviyanti, and Baaka, A. 2016.
Deptan. 2001. Beberapa Penyakit pada Prevalence of trematodes
Ternak Ruminansia: Pencegahan infection in sacrificial cattle in
dan Pengobatannya. BPTP, some mosques Manokwari
Mataram. regency West Papua province
Dinas Peternakan dan Kesehatan Indonesia. Proceeding The
Hewan Provinsi Papua Barat. 3rd Animal Production
2008. Laporan Tahunan. Dinas International Seminar and The
Peternakan dan Kesehatan 3rd ASEAN Regional Conference
Hewan provinsi Papua Barat. on Animal Production (3rd APIS
Dinas Pertanian Provinsi Papua Barat. and 3rd ARCAP). October 19 –
2011. Profil Dinas Pertanian 21, 2016. Batu, Malang, Jawa
Tahun 2011. Dinas Pertanian Timur.
Provinsi Papua Barat. Urquhart, G. M., Duncan, J. L, Dunn
Heath, S. E., and Harris, J. R. 2003. A. M., and Jenings, F. M. 1996.
Common Internal Parasite of Veterinary Parasitology, 2nd ed.
Goat in Florida. University Blackwell Ltd. London, UK. pp.
of Florida. CIR1023. IFAS 229-301.
Extension. Vitahealth. 2004. Seluk Beluk Food
Kaplan, R. M. 2001. Fasciola hepatica: Supplement. PT. Gramedia
a review of the economic impact Pustaka Utama, Jakarta.
in cattle and consideration for
control. Vet. Therapeutics. 2 (1):
1 -11.
Palmarudi, M., Hastang, A., Aslina,
and Syahriadi, K. 2015.
Collaboration Problem among
Cattle Farners and Traders in
Bali Cattle Supply Chain: How
to Improve Cattle Farmers
Income Middle-East. Journal
Scientific Research. (2): 231-
238.
Purwaningsih. 2014. Pemeriksaan
Daging Hewan Kurban. Laporan
Pengabdian pada Masyarakat.
Program Studi D3 Kesehatan
Hewan. Fakultas Peternakan
Perikanan dan Ilmu Kelautan.

415

Anda mungkin juga menyukai