Satu alat yang disebut perasa (sensor) ditambahkan, yang mampu mengukur
nilai harga level dan mengobahnya menjadi sinyal proporsional s. Sinyal ini
disiapkan sebagai masukan input ke mesin, rangkaian eletronik atau komputer,
yang disebut pengkontrol (controller). Pengkontrol ini melakukan fungsi manusia
mengevaluasi pengukuran dan menyiapkan sinyal keluaran U untuk merobah
posisi katup melalui suatu penggerak actuator (motor atau sistem
numatik/hidrolik) yang terhubung ke katup dengan sambungan mekanikal. Inilah
contoh khas dari kontrol proses otomatik (automatic process control)
Spesifikasi sistem kontrol proses untuk mengatur variabel y dalam batas tertentu
dengan respon waktu tertentu, menentukan karakteristik yang harus dimiliki
sistem pengukuran. Pilihan teknologi tertentu untuk pengukuran pada lupadalah
tergantung keseluruhan kebutuhan dan spesifikasi yang mendasari sistem
kontrol. Istilah-istilah utama yang digunakan untuk menjelaskan elemen-elemen
lup kontrol adalah sebagai berikut.
Process : pada contoh sebelumnya, cairan mengalir masuk dan keluar tangki,
tangkinya sendiri, dan cairan, semuanya merupakan suatu proses yang
akan dikontrol terhadap tinggi level cairannya. Secara umum, suatu proses
bisa terdiri dari suatu kumpulan fenomena yang rumit yang berhubungan
dengan beberapa urutan manufacturing. Banyak variabel bisa dilibatkan
pada proses sperti ini, dan bisa diperlukan sekali untuk mengkontrol semua
variabel ini pada waktu bersamaan. Ada proses-proses variabel tunggal,
dimana hanya satu variabel yang akan dikontrol; demikian juga proses-
proses bervariabel banyak (multi-variable), dimana banyak variabel,
mungkin saling berhubungan, yang perlu pengaturan.
Error Detector: Pada gambar 1.2, operator mengamati beda antara level
sebenarnya h dengan level yang diinginkan set-point H dan menghitung
error-nya. Error ini memiliki besar dan polaritas. Untuk sistem kontrol
otomatis gambar 1.3, penentuan error yang sama jenisnya ini harus dibuat
sebelum aksi kontrol apapun dapat dilakukan oleh pengkontrol. Walaupun
error detector senantiasa merupakan bagian dari peralatan pengkontrol,
adlah sangat perlu menunjukkan perbedaan yang jelas antara keduanya.
Controller : Langkah berikutnya pada urutan kontrol proses adalah memeriksa
error-nya jika ada dan menentukan aksi apa yang harus diambil. Evaluasi
bisa dilakukan oleh operator (seperti pada contoh sebelumnya), dengan
processing (pengolahan) sinyal elektronik, dengan sinyal pnumatik atau
dengan komputer. Penggunaan komputer tumbuh dengan cepatpada
bidang kontrol proses karena komputer mudah disesuaikan terhadap
operasi pembuatan keputusan dank arena kapasitas kemampuannya
melakukan kontrol sistem multi-variabel. Pengkontrol memerlukan kedua
masukan input, yaitu indikasi terukur dari variabel yang dikontrol dan satu
gambaran dari harga acuan variabel, dinyatakan dengan istilah yang sama
sebagai nilai/harga terukur. Harga acuan dari variabel akan disebut
sebagai set-point. Evaluasi melakukan penentuan aksi yang dibutuhkan
untuk membawa variabel terkontrol menuju harga set-point.
Control Element : Elemen akhir pada operasi kontrol proses adalah alat yang
menggunakan pengaruh langsung pada proses: yaitu memberikan
perubahan-perubahan variabel terkontrol yang diperlukan itu untuk
membawanya ke set-point. Elemen ini menerima satu masukan input dari
pengkontrol, yang kemudian dijelmakan kedalam beberapa operasi
proportional yang telah dilaksanakan pada proses. Pada contoh
sebelumnya, elemen kontrolnya adalah katup yang mengatur laju aliran
cairan dari tangki. Elemen ini juga disebut sebagai final control element.
The Loop : Perhatikan pada gambar 1.3 bahwa sinyal yang mengalir akan
membentuk suatu rangkaian yang menyeluruh dari proses melalui
pengukuran, error detector, controller, dan final control element. Hal inilah
yang disebut loop, bahasa umumnya adalah process-control loop (lup
kontrol proses); sering-nya disebut a feedback loop, karena kita
menetapkan satu error dan feedback sebagai koreksi terhadap proses.
Jenis diagram lainnya dikenal sebagai Process flow Sheet. Process flow sheets
juga berisikan tampilan bergambar bagian-bagian utama peralatan yang
dibutuhkan dengan garis aliran utama dari dan ke setiap bagian. Bagaimanapun,
informasi tambahan selalu diberikan meliputi kondisi operasi pada beberapa
tingkatan proses (flows, pressures, temperatures, viscosity, etc.), keseimbangan
material, ukuran peralatan, konfigurasi dan kebutuhan keperluan. Sebaliknya ,
instrumentasi pada process flow sheets bisa lengkap sempurna, bisa juga tidak.
Lup lainnya bisa berisi banyak item seperti: transmitters. recorders. controllers,
alarm units, control valves, transducers, integrators, dan mungkin juga item
lainnya. Loop Wiring Diagram dimaksudkan untuk menunjukkan lokasi
instrumen, nomer identifikasi dan terminasi kabel interkoneksi. Jalur kabel,
ukuran kabel, titik terminal tengah dan informasi berhubungan lainnya perlu
ditunjukkan pada gambar lain
Penjelasan Instrumen
PAL-103 Pressure Alarm Low, (Normal). Alarm ini berbunyi bila tekanan di pipa
utama uap (steam header) kurang dari 6 kg/cm2.
Sistem pengukuran terdiri dari beberapa elemen atau blok. Adalah mungkin
untuk mengenal 4 jenis elemen,walaupun pada sistem yang diberi satu jenis
elemen mungkin hilang atau bisa terjadi lebih dari sekali. Ke-empat jenis tersebut
ditunjukkan pada gambar 1.6 dan dapat dijelaskan sebagai berikut.
Ini yang bersentuhan dengan proses dan memberikan satu output yang
tergantung pada beberapa cara variabel diukur. Jika ada lebih dari satu elemen
perasa yang cascade (berpancaran kebawah), elemen yang bersentuhan
dengan proses disebut primary sensing element, yang lainnya disebut
secondary sensing elements. Keluaran output dari suatu sensor bisa berupa
perubahan tahanan, perubahan tegangan, perubahan arus , frekuensi dll.
Ini yang mengambil output dari sensing element dan mengubahnya menjadi satu
bentuk yang lebih sesuai untuk pemrosesan lebih lanjut, biasanya suatu
tegangan DC, arus DC atau sinyal frekuensi. Contohnya adalah: deflection
bridge yang mengubah suatu perubahan impedansi menjadi perubahan
tegangan; penguat yang menguatkan tegangan milli-volt menjadi volt; oscillator
yang mengubah perubahan impedansi menjadi tegangan frekuensi variabel.
Dalam kebanyakan hal keluaran output elemen signal conditioning mengikuti
level sinyal standard, yaitu 0 -10 Volts or 0-5 Volts. Jika sinyal akan dikirim
melalui wayar ke Control Room, output dari elemen signal conditioning adalah 4-
20 mA. Dalam hal ini, kombinasi sensor dan elemen signal conditioning disebut
Transmitter. Untuk transmitter suhu yang mengukur suhu antara 0-120 OC,
output 4mA sesuai dengan 0 OC, dan output 20 mA sesuai dengan 120 OC.
Ini yang mengambil output dari conditioning element dan mengubahnya dan
mengubahnya menjadi satu bentuk yang lebih sesuai untuk penyajian lebih
lanjut. Misalnya: pengubah analog ke digital ADC yang mengubah tegangan
menjadi bentuk digital sebagai masukan input ke komputer; mikro-komputer yang
menghitung nilai variabel terukur dari data digital yang masuk. Kalkulasi khasnya
adalah: perhitungan aliran masa total dari laju aliran volume dan data rapat masa
(density); analisa komponen harmonik dari pengukuran getaran, dan koreksi
ketidak linearan sensing element.
Data presentation element menyajikan nilai terukur dalam suatu bentuk yang
dapat dengan mudah dimengerti oleh pengamat. Misalnya elemen-elemen
seperti: indikator, indikator berskala pointer; chart recorders; alphanumeric
displays; dan computer monitors.
Contoh
Revolusi baru Instrumentasi dating akibat penemuan transistor pada tahun 1947.
Pada akhir 1950, kecenderungan meminiaturkan sajian instrumentasi berlanjut
hingga langkah yang tinggi dan ukuran perangkatnya menurun hingga
berstandard 2 x 6 in. Pada masa itu, perangkat keras instrumentasi elektronik
telah resmi digunakan, berbasis pada teknologi transistor, berkembang menjadi
transmisi elektronik dan berlanjut dengan instrumentasi terpusat (centralization)
pada satu control panel kontrol; lahirlah ruang kontrol terpusat (centralized
control rooms).
Pada awal 1960, komputer digital mulai digunakan pada kontrol proses,
dihubungkan dengan perangkat keras peripheral di ruang kontrol. Perangkat
keras pengantara baru seperti printers, typewriters, screen CRT dan keyboards,
sekarang digunakan operator, membuat suasana di ruang kontrol menjadi
kompleks, karena semua perangkat keras baru masih didukung dengan panel
instrumen analog yang konvensional. Sehingga, operator harus mempelajari
teknik yang baru sambil mengingat peralatan lama dalam hal darurat. Beginilah
keadaan tata susunan rancangan panel kontrol yang ada hingga belakangan ini.
Selama akhir 1970-an dan awal 1980-an, revolusi filosofi rancangan pengantara
orang dengan mesin (man-machine interface) telah dimulai, dengan
menggunakan arsitektur tersebar berbasis perangkat mikro-prosesor. Perangkat
baru ini mendigitalkan perangkat analog biasa dan menjadikan mode kontrol
yang baru. Mulai diterapkan juga jaringan komunikasi pada lup analog
konvensional dan memungkinkan mengembalikan desentralisasi beberapa
kontroldi lapangan, sambil bersamaan lebih memusatkan informasi pada
tampilan-tampilan kontrol utama. Studi intensif terus dilakukan pada aspek teknik
manusia mendapatkan informasi, misalnya rekomendasi ISA (ISA-RP60.3-1977)
berjudul "Human Engineering for Control Centers”. Studi ini membawa revolusi
baru pada pengantara manusia (human interfacing) sistem pengukuran berbasis
komputer pada decade 1980-an.
Ringkasan
1. Fungsi utama suatu sistem instrumentasi adalah pencapaian harga/nilai dan
kualitas, proteksi dan keselamatan, kontrol, dan pengumpulan data.
2. Block diagrams membantu melihat sub-functions setiap bagian dari suatu
proses dan menentukan input dan outputnya, dan bagaimana
dihubungkannya dengan bagian lain dari proses.
3. bagian utama suatu lup kontrol adalah proses, pengukuran, error detector,
pengkontrol, dan elemen kontrol.
5. Suatu sistem instrumentasi terdiri dari empat bagian fungsi dasar; sensors,
signal conditioning, signal processing, dan indicators.
1. SISTEM OTOMATIS
Sistem otomatis (Automation System AS) merupakan perangkat workstation
berbasis komputer PC dan modul-modul pengkontrol microcomputer dengan
kemampuan pengolahan tersebar (distributed processing capability), dan
memungkinkan penambahan fungsi input/output serta pengembangan fungsi
kontrol/pemrosesan.
Network Level 2 dari sistem terdiri dari satu atau lebih field-bus (profibus) yang
diatur oleh Network Control Units. Field-bus Level 2 terdiri dari satu atau
kedua jenis berikut:
Tambahan pada arsitektur LAN/WAN diatas, software dari workstation yang sama
harus mampu mengatur sistem remote melalui saluran dial-up phone sebagai
komponen standar dari software.
Arsitektur sistem remote terdiri dari dua level penyediaan kontrol, deteksi alarm,
manajemen pelaporan dan informasi untuk fasilitas remote.
Level dua terdiri dari satu atau lebih field-bus yang dikontrol oleh RSCU
Sistem otomatis bisa diskalakan dan dikembangkan pada semua levelnya dengan
menggunakan interface software yang sama, dan pengkontrol level 1 dan 2 yang
sama.
Sistem ini harus menggunakan bahasa program aplikasi yang sama untuk semua
level: Workstation, Network Control Unit, Remote Site Control Unit and Standalone
Digital Control Unit. Selanjutnya, bahasa program tunggal ini harus digunakan pada
semua aplikasi kontrol lingkungan, kontrol card access, deteksi gangguan dan
security, dan interface komunikasi data digital ke peralatan berbasis mikro-
prosessor lainnya.
NCU untuk telephone dial-up telefon lokal harus sama dengan NCU Ethernet,
tetapi tanpa plug-in Ethernet network interface card (NIC), misalnya, NCU yang
mencakup NIC, harus bisa saling tukar pada LAN/WAN atau dial-up lokal.
Semua NCU pada Ethernet TCP/IP LAN/WAN harus bisa (out-of-the box) diset-
up sebagai Web Server. NCU harsu mampu menyimpan kode HTML dan
sebagai halaman web browser, sehingga bisa melayani setiap peralatan
komputer yang menggunakan sambungan Ethernet TCP/IP dan mampu
menjalankan Internet browser standar (Microsoft Internet Explorer™, Netscape
Navigator™, etc.) untuk mengakses data real-time dari keseluruhan sistem
otomatis melalui setiap NCU.
Grafik dan halaman web berbasis teks harus dibuat dengan menggunakan kode
HTML standar. Interface-nya memungkinkan pengguna (user) untuk memilih
setiap teks standar dan editoe HTML berbasis grafik untuk membuat halaman.
Juga memungkinkan operator untuk membuat halaman grafik resmi dan format-
format.
Spesifikasi hardware:
- Input/Output (I/O) - setiap NCU harus melayani tambahan input dan output
jenis berikut:
♦ Input digital untuk menghidupkan status/alarm
♦ Input counter untuk menjumlahkan denyut pulsa dari meteran.
♦ Input thermistor untuk pengukuran suhu
♦ Input analog untuk pengukuran tekanan, laju aliran dan tinggi
permukaan.
♦ Output digital untuk menghidup-matikan kontrol peralatan.
♦ Output analog untuk mengatur pembukaan katup, damper dan
kapasitas kontrol peralatan utama.
- Real Time Clock (RTC) – setiap NCU memiliki baterei back-up dan real time
clock yang akurat hingga 10 detik perhari. RTC menyiapkan: waktu,
hari, bulan, dan tahun. Pada operasi normal, clock sistem
didasarkan pada frequency sumber listrik AC.
- Catu daya (power supply) – catu daya NCU berjenis otomatis 120-220VAC,
60/50 Hz dengan toleransi +/- 20%. Jika tegangan masuk kurang
dari yang diijinkancatu daya akan dimatikan. Pengkontrol
dilengkapi dengan proteksi tegangan lebih, dan tidak perlu
konverter tambahan.
Spesifikasi software
NCU berisi flash ROM sebagai sistem operasi yang menempatinya. Software
aplikasi sebagai RAM yang menempatinya. Software aplikasi hanya terbatasi
oleh jumlah memori RAM-nya. Tidak akan ada pembatasan ditempatkan pada
jenis program aplikasi dalam sistem ini. Setiap NCU mampu memproses secara
paralel, dan melaksanakan program kontrol secara bersamaan. Setiap program
bisa mempengaruhi operasi setiap program lainnya. Setiap program mempunyai
akses penuh dari seluruh fasilitas I/O processor. Eksekusi fungsi kontrol ini tidak
akan terganggu oleh komunikasi normal oleh pengguna seperti interogasi,
memasuki program, memprint-out program untuk penyimpanan, dan lain-lain.
Software aplikasi adalah program yang dapat diprogram oleh pengguna (user)
yang mencakup semua strategi, operasi sikuens (sequence), algorithma kontrol,
parameter, dan set-point. Program asal berbasis bahasa Inggris dan dapat
diprogram oleh pengguna. Bahasnya harus disrukturkan untuk memudahkan
konfigurasi program kontrol, alarms, reports, telakomunikasi, kalkulasi
matematis, password dan histori. Bahasanya harus membuktikan kebenarannya
sendiri (self-documenting). Pengguna harus bisa menempatkan keterangan
dimana saja dalam program. Urutan program harus bisa disusun oleh pengguna
dalam kelompok logika (logical grouping).
Software kontrol
NCU harus mampu melakukan algorithma kontrol yang dites awal (pre-tested)
berikut:
♦ Proportional, Integral plus Derivative Control (PID)
♦ Self Tuning PID
♦ Two Position Control
♦ Digital Filter
♦ Ratio Calculator
♦ Equipment Cycling Protection
1. Fungsi Matematis:
3. Logging histori
Untuk setiap point sistem, alarm bisa dibuat dengan pernyataan batas
atas/bawah atau kondisi. Semua alarm akan diuji setiap kali scan NCU
dan bisa ditunjukkan di dalam sistem alarm atau pelaporan.
5. Pelaporan (reporting)
Unit pengkontrol Digital harus mengkontrol setiap sistem pada masing-masing unit
pembangkit daya, yaitu:
- Pengkontrol turbin gas (gas turbine controller)
- Pengkontrol turbin uap (steam turbine controller)
- Pengkontrol boiler (boiler controller)
Setiap unit pengkontrol digital memiliki programnya sendiri dan akan terus tetap
beroperasi walaupun terjadi gangguan atau kehilangan komunikasi dengan NCU-
nya.
Pengkontrol digital sebagai pengkontrol unit pembangkit daya harus memenuhi hal-
hal berikut:
- Tersedia saklar/ tombol manual (manual override switch) untuk semua output
digital maupun analog; posisi saklar termonitor dalam software dan muncul
ditampilan operator dan sistem alarm
Program kontrol akan tetap tersimpan pada RAM yang diback-up dengan baterei
dan dalam EPROM. Setiap memori RAM pengguna untuk pengkontrol minimal
berkapasitas 32kb dan EPROM 128KB.
Input/Output
Setiap SCDU harus melayani penambahan input dan output untuk jenis berikut:
♦ Digital Inputs for status/alarm contacts
♦ Counter Inputs for summing pulses from meters.
♦ Thermistor Inputs for measuring temperatures in space, ducts and
thermowells.
♦ Analog inputs for pressure, humidity, flow and position measurements.
♦ Digital Outputs for on/off equipment control.
♦ Analog Outputs for valve and damper position control, and capacity
control of primary equipment.
Setiap SDCU bisa saling tukar informasi berbasis peer to peer dengan SCDU
lainnya selama membaca (scan) setiap field-bus; juga bisa menyimpan dan
mereferensikan besar variabel global (pada LAN) dengan atau tanpa setiap
workstation on-line. Program-program kontrol pada setiap SDCU bisa dilihat
dan/atau di-enabled/disabled-kan dari lokal dengan alat servis portable atau
workstation yang terhubung ke suatu NCU.
Lampu indikasi pada SDCU minimal, indikasi LED status CPU dan status field-
bus.
Suatu SCDU harus memiliki real time clock pada hardware dan softwarenya.
Akurasinya dalam 10 detik per hari. RTC meliputi informasi berikut: waktu, hari,
bulan, dan tahun. Setiap SCDU menerima satu sinyal setiap jam, melalui
network dari NCU yang menyamakan RTC seluruh SCDU.
Saat pemulihan daya setelah gangguan catu daya, NCU secara otomatis tanpa
intervensi manusia akan meng-update semua fungsi-fungsi yang termonitor,
melanjutkan operasi yang sebelumnya sedang berlangsung, mensinkronkan
waktu dan status, dan menerapkan strategi start-up khusus yang diperlukan.
Baterei back-up
Setiap SCDU dilengkapi dengan baterei back-up yang mampu bertahan hingga
3 tahun menjaga semua memori yang mudah terhapus (volatile).
Menejemen Alarm
Untuk setiap point sistem, alarm bisa dibuat dengan pernyataan batas
atas/bawah atau kondisi. Semua alarm akan diuji setiap kali scan SDCU dan
bisa ditunjukkan di dalam sistem alarm atau pelaporan.
Pesan peringatan dan pelaporan dapat dikirim ke terminal lokal atau modem
yang tersambung ke NCU atau ke Operation Workstation.
Software pada workstation harus bisa dibentuk menjadi sistem tunggal (single
workstation) dengan data base lokal, atau sistem ganda (multi workstation) dimana
databasenya diletakkan di central file server. Client software pada sistem ganda
multi-workstation harus mengakses program database file server melalui suatu
rangkaian Ethernet TCP/IP yang bekerja pada 10MBPS atau 100MBPS.
Printer
Printer untuk alarm dan printer untuk grafik atau laporan terpisah. Printer
alarm biasanya Epson dot matrix atau persamaannya, dan printer untuk
pelaporan biasanya jenis laser-jet.
Mesin database file server harus Microsoft SQL Server, atau komplien ODBC
(Open Database Connectivity) lainnya, program database relasional. Mesin
database komplien ODBC ini memungkinkan pemilik menggunakan database
pilihannya dan karena arsitekturnya yang terbuka memungkinkan pemilik menulis
aplikasi resmi dan/atau laporan yang langsung berkomunikasi dengan database
menghindari transfer data biasa untuk memperbaharui (update) aplikasi alinnya.
Database sistem berisi semua poin-poin konfigurasi dan program-program dalam
setiap pengkontrol yang telah ditempatkan dalam jaringan network. Juga, database
berisi file-file semua workstation berupa grafik warna (color graphic), alarm reports,
text report, historical data logs, schedules, dan polling records.
♦ Built-in library objek yang dianimasi seperti damper, kipas, pompo, saklar,
tombol, meteran, dan grafik yang dapat di-drop ke grafik dengan
menggunakan mouse. Objek ini memmungkiakan operator berinteraksi
dengan tampilan grafis mimik yang serupa dengan panel kontrol yang
terpasang. Dengan mouse, operator busa mengatur setpoints, start dan stop
peralatan, memodifikasi parameter loop PID, atau merubah skedul.
♦ Perubahan status atau kondisi alarm harus bisa disoroti dengan perubahan
objek lokasi screen, ukuran, warna, teks, kelap-kelip atau perubahan dari satu
tampilan ke tampilan lainnya.
Software harus mampu secara otomatis mengumpulkan data dan laporan dari
pengkontrol mana saja melalui hubungan komunikasi kabel (hardwire) atau
modem. Frekuensi pengumpulan data harus seluruhnya dapat dikonfigurasi oleh
pengguna.
Menejemen alarm
Software harus bisa menerima alarm langsung dari pengkontrol, atau membuat
alarm berdasarkan evaluasi data pada pengkontrol dan membandingkan batasan
atau persamaan kondisional yang dikonfigurasi melalui software. Setiap alarm (tak
peduli asalnya) akan diintegrasikan ke dalam sistem menejemen alarm
keseluruhan dan akan dimunculkan pada semua laporan alarm standar, siap untuk
ditanggapi operator, dan ada pilihan untuk ditampilkan secara grafis atau laporan.
♦ Pencatatan (logging) otomatis didalam database berita alarm, nama poin nilai
poin, pengkontrol yang terhubung, pembubuhan waktu (timestamp), nama
pengguna dan waktu menanggapi serta waktu mematikan suara alarm (soft
acknowledgement) .
♦ Print otomatis informasi alarm atau laporan alarm pada printer alarm atau
printer laporan.
♦ Membunyikan suara beep atau file audio pada awal alarm atau kembali ke
normal.
♦ Alarm individual harus bisa juga ditampilkan di workstation yang waktu dan
tanggalnya ditentukan pengguna; misalnya alarm “temperatur pelumas sangat
tinggi” ditampilkan di workstation Bagian Menejemen selama jam dan hari kerja
dan ke workstation Pusat Pengalarman (Central Alarming) setiap saat.
♦ Jenis dan warna huruf (font), dan warna belakang setiap level berita alarm
sebagaimana terlihat pada pemantau alarm aktif bisa ditentukan untuk
memudahkan identifikasi jenis alarm tertentu atau keadaan alarm.
♦ Laporan bisa sepanjang apa pun dan berisi atribut poin apa saja dari
pengkontrol mana saja yang terhubung dengan jaringan network.
Laporan jenis spreadsheet bisa dijalankan pada file template HTML, untuk
membuat file hasil HTML dalam direktori template HTML. Direktori ini bisa
digunakan bersama dengan pengguna komputer lainnya untuk mengakses ke
direktori untuk menunjuk browser web mereka pada file dan melihat laporan.
Penjadwalan (scheduling)
♦ Jadwal waktu hari harus dalam bentuk kalender dan dapat diprogram
sedikitnya satu tahun kedepan. Setiap hari standard dalam seminggu harus
bisa disesuaikan dengan warna sehingga mudah untuk dilihat, sekilas
pandang, untuk menetapkan jadwal untuk hari tertentu walaupun dalam
setahun. Untuk mengubah jadwal hari tertentu, pengguna dengan mudah
mengklik hari yang dipilih kemudian mengklik jenis hari yang diinginkan.
♦ Setiap jadwal akan muncul pada tampilan dapat dilihat untuk setahun,
sebulan, seminggu dan sehari. Mengklik dengan mouse untuk menukar
tampilan. Mungkin juga menggulung (scroll) dari satu tampilan bulan ke
tamlipan bulan sebelum atau sesudahnya, dan mengubah setiap jadwal
waktu.
Programmer's Environment
Saving/Reloading
Workstation software akan memiliki satu aplikasi untuk save and restore file-file
memori pengkontrol lapangan. Aplikasi ini tidak dibatas untuk saving and reloading
suatu keseluruhan pengkontrol, juga harus mampu untuk save/reload objek-objek
individu pada penkontrol. Hal ini memungkinkan misalnya untuk pen-debuggingan
program kontrol secara off-line, dan kemudian me- reloading informasi yang baru
dimodifikasi.
Data Logging
Audit Trail
Sistem harus menyediakan pilihan untuk menyiapkan operasi fault tolerant bila
terjadi kegagalan CPU, disk drive, atau perangkat keras yang dibutuhkan untuk
menjaga integritas operasinal sistem. Integritas operasinal mencakup semua
pengantara pengguna, monitoring titik-titik alarm dan akses, dan melaksanakan
akses fungsi kontrol.
Ketika kegagalan sistem selesai dari komputer utama ke komputer back-up, tidak
ada alarm ataupun kejadian lainnya yang akan hilang, komputer back-up akan
mengkontrol semua fungsi sistem.
Komputer utama akan menyiapkan indikasi kontinu bahwa komputer back-up tidak
tidak tersedia sampai sekian lama hingga fault-nya dihilangkan.
TRANSDUCER & SENSOR
Tranducers adalah peralatan yang dapat mengubah energi dari satu bentuk ke
bentuk lainnya.
Sensor cahaya yang paling sering dijumpai adalah photovoltaic atau sel solar,
dimana peralatan ini mengkonversi energi cahaya menjadi energi listrik.
2. Deteksi target virtual dari segala material. Proses deteksi ini didasarkan atas
jumlah cahaya yang diterima, atau perubahan dalam jumlah cahaya yang
dipantulkan. Metoda ini memungkinkan untuk mendeteksi target yang terbuat
dari berbagai material, misalnya kaca, logam, plastik, kayu ataupun cairan.
5. Deteksi dengan keakuratan tinggi. Dengan sistem optikal yang unik dan sirkit
elektronik presisi memungkinkan deteksi objek dengan keakuratan tinggi.
1.3. Bar-Code
Teknologi Bar-Code adalah yang paling banyak diimplementasikan di industri,
biasanya dipergunakan untuk memasukkan data secara cepat, dan akurat.
Simbol Bar-Code terdiri dari 30 karakter yang dienkodekan menjadi bentuk yang
bisa dibaca mesin.
Sensor ini didesain untuk mendeteksi keberadaan dari objek magnetik, biasanya
magnet permanen. Biasanya digunakan untuk mensinyalir posisi dari komponen,
dan sensor ini memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
Sensor ini dioperasikan dengan mengirimkan gelombang suara pada target dan
mengukur waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk memantulkan kembali.
Waktu yang dibutuhkan oleh gema untuk kembali ke sensor adalah proporsional
terhadap jarak dan tinggi dari objek, karena suara memiliki kecepatan yang
tetap. Reflektivitas dari gelombang suara di permukaan cairan akan sama
dengan permukaan padat, tapi pada tekstil dan foams, gelombang akan diserap.
1.6. Pressure Sensors
Strain Wire Gauge Transducer akan mengkonversi tegangan mekanik menjadi
signal elektrik.
Strain Gauge Load Cells biasanya terbuat dari baja dan bidang ukur tegangan
yang sensitif.
Displacement mengacu pada posisi suatu ofjek fisik terhadap suatu titik referensi
tertentu. Displacement Tranducers bisa linear (straight-line) ataupun angular
(rotary). Potensiometer dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan linear
ataupun angular.
Kumparan kecil yang terletak dekat magnet menerima pulsa setiap kali magnet
lewat. Dengan mengukur frekwensi dari pulsa, maka kecepatan poros bisa
ditentukan. Tegangan yang keluar adalah sangat kecil, dan membutuhkan
proses penguatan (amplifikasi) untuk bisa diukur.
1.9. Encoders Sensors
Sensor ini berfungsi untuk mengkonversi gerak linear dan rotasi menjadi signal
digital. Rotary Encoder memonitor gerak rotasi dari peralatan. Terdapat dua tipe,
yaitu :
Proses amplifikasi dipergunakan jika hasil dari sensor terlalu kecil. Sedangkan
atenuasi mereduksi tegangan sebelum diukur. Penyaringan signal untuk
mengubah frekwensi juga merupakan teknik yang umum dipakai. Penyaring
yang umum antara lain, high pass, yang hanya melewatkan frekwensi yang high
saja, bandpass, melewatkan frekwensi pada rentang tertentu, dan low pass,
yang melewatkan frekwensi low saja.
Terkadang signal perlu dikonversikan dari analog ke digital, untuk itu dibutuhkan
konverter A/D (Analog Digital), atau sebaliknya D/A (Digital Analog).
Smart Signal Conditioner adalah alat yang menggunakan prosesor dan memiliki
kemampuan untuk mengkonversi signal sensor elektrik.
AKTUATOR
Aktuator adalah peralatan yang mengkonversi sinyal elektrik menjadi gerak
mekanik. Bentuk umum dari aktuator, antara lain : relays, solenoid, dan motors.
1.1. Relays
− Relay adalah peralatan yang dioperasikan secara elektrik yang secara
mekanik akan men-switch sirkit elektrik.
o Aliran dapat mengalir tergantung dari gerakan dari inti dan tergantung dari
apakah solenoid dialiri arus atau tidak. Jika dialiri arus, maka kumparan
akan mendorong inti untuk membuka saluran (valve), dan pada saat tidak
dialiri arus, saluran akan dalam keadaan tertutup.
o Jumlah langkah per revolusi ditentukan dari jumlah pasangan kutub pada
rotor dan stator.
Terdapat tiga tipe stepper motor, yaitu
2. Variable Reluctant Motors. Tipe ini tidak memiliki magnet permanen, sehingga
dibutuhkan proses pengendalian tersendiri. Tipe ini biasanya dipergunakan
dalam aplikasi berskala kecil, misalnya meja mikroposisi.
3. Hybrid Motors. Tipe ini menggabungkan kedua tipe di atas. Tipe ini banyak
sekali digunakan di industri. Rotor terdiri dari dua keping kutub dengan tiga
gigi diatasnya. Diantara kutub terletak magnet permanen yang bermagnet
sepanjang aksis dari rotor, dan membuat membuat satu ujung
merupakankutub utara dan ujung lainnya kutub selatan. Gigi, terpasang pada
kutub utara ataupun selatan. Stator terdiri dari empat gigi yang memutar
sepanjang rotor. Kumparan dililitkan pada gigi stator dan terhubung bersama
secara pasangan.
1.5. Brushless DC Motor
o DC Brushless Motor adalah motor yang tidak memiliki "brush" ataupun
mekanisme komutasi.
o Motor ini memiliki tingkat efisiensi tinggi, panjang umur, suara kecil, dan
mengkonsumsi energi yang kecil.
o Motor ini memiliki putaran kontiniu yang lancar, seperti motor magnet dc
permanen.
DIGITAL COMMUNICATION
1.1. Pendahuluan
Pada rancangan yang besar dan system digital yang kompleks, diperlukan satu alat
yang mengkomunikasikan informasi-informasi digital dari dan ke perlengkapan
lainnya. Salah satu keunggulan informasi digital adalah kecendrungannya menjadi
jauh lebih tahan akan salah transmisi dan interpretasi dari pada informasi yang
disimbolkan alam suatu media analog.
Andai kita diberi tugas untuk memantau level tangki air utama dari jarak jauh.
Pertama merancang system untuk mengukur level air dalam tangki dan mengirim
informasi ini agar dapat dimonitor dari jarak jauh. Mengukur level tangki tidaklah sulit
dan dapat dilakukan dengan berbagai cara yang berbeda, misalnya dengan float
switches, pressure transmitters, ultrasonic level detectors, capacitance probes, strain
gauges, atau radar level detectors.
Untk memudahkan ilustrasi ini, digunakan alat pengukur level analog dengan sinyal
output 4-20 mA. 4 mA menyatakan level tangki 0%, 20 mA menyatakan level tangki
100%, dan setiap harga antara 4 and 20 mA menyatakan level tangki yang
sebanding antara 0% and 100%. Jika diinginkan, sinyal arus analog 4-20 milliamp ini
dapat dengan mudah ke lokasi pemantauan jarak jauh dengan menggunakan
sepasang kabel tembaga untuk menggerakkan sejenis meteran panel yang skalanya
menyatakan tinggi air pada tangki sesuai satuan yang diinginkan.
Sistem komunikasi analog ini sederhana dan mudah, mencukupi dan sempurna.
Tetapi bukanlah satu-satunya cara. Untuk penerapan teknilogi digital, ada metoda
lain untuk memonitor tangki hypothetical ini, meskipun metoda analog diatas
merupakan yang paling praktis.
1
Sistem analog yang sederhana ini memiliki keterbatasan. Salah satunya adalah
masalah interferensi sinyal analog. Karena level air pada tangki dinyatakan dalam
besaran arus listrik DC pada rangkaian, maka setiap perubahan/gangguan arus
(noise) akan diterjemahkan sebagai perubahan level air. Tanpa noise, grafik arus
terhadap waktu pada level air yang tetap 50% akan menjadi seperti gambar berikut
ini.
Jika wayar rangkaian ini terlalu dekat dengan kabel bertegangan listrik AC 60 Hz,
misalnya kopling kapasitif dan induktif, bias menyebabkan sinyal palsu "noise" pada
rangkaian dengan cukup berarti.
Contoh diatas menegaskan bahwa setiap electrical noise pada sistem pengukuran
analog akan diinterpretasikan sebagai perubahan besaran yang diukur. Salah satu
cara mengatasi masalah ini adalah dengan mengkodekan level tangki air dengan
menggunakan sinyal digital sebagai ganti sinyal analog. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengganti peralatan ukur analog dengan serangkaian level switch yang
dipasang pada ketinggian yang berbeda pada tangki.
2
Setiap level switch disambungkan ke rangkaian tertutup, mengirimkan arus ke
lampunya masingmasing yang terpasang pada panel dilokasi pemantauan. Setiap
switch yang menutup, lampunya akan menyala, dan setiap yang memperhatikan
panel akan melihat lima lampu yang merepresentasikan level tangki.
Sesungguhnya setiap rangkaian lampu adalah digital yang alami, tak masalah
apakah 100% on atau 100% off. Interferensi elektrikal dari kabel lain sepanjang jalur
menyebabkan pengaruh yang sangat rendah terhadap keakuratan pengukuran pada
pemantauan terjauh dibanding system sinyal analog. Diperlukan interferensi yang
luar biasa untuk menyebabkan sinyal off terinterpretasikan sebagai sinyal on,
demikian juga sebaliknya. Ketahanan relative terhadap interferensi elektrikal adalah
keuntungan utama setiap bentuk komunikasi digital dibanding analog.
Telah dipahami bahwa sinyal digital jauh lebih tahan terhadap gangguan noise,
sehingga dapat meningkatkan sistem pengukuran level ini. Misalnya meningkatkan
resolusi sistem skala pengukuran dengan menambah jumlah switch agar
pengukuran level air menjadi lebih teliti. Andaikan dipasang 16 switch di sepanjang
ketinggian tangki, bukan cuma 5. ini akan sangat meningkatkan resolusi engukuran
ini, tetapi memerlukan sangat banyak wayar untuk dibentangkan antara tangki
dengan lokasi pemantauan. Salah satu cara mengurangi penggunaan wayar
dengan menggunakan pengkode prioritas (priority encoder) menggunakan ke 16
switch dan membangkitkan suatu bilangan bineri yang merepresentasikan informasi
yang sama.
Sekarang hanya 4 wayar (ditambah kabel catu daya dan pentanahan) yang
diperlukan untuk mengkomunikasikan informasi, tidak lagi 16 wayar (ditambah kabel
catu daya dan pentanahan). Di lokasi pemantauan, diperlukan sejenis alat penunjuk
yang akan menerima data bineri 4-bit dan memunculkan tampilan yang mudah
dibaca. Suatu pendekode (decoder) melalui wayar menerima data 4-bit ini sebagai
masukan input dan menyalakan 1 dari 16 lampu keluaran, dapat digunakan dalam
3
hal ini, atau dapat menggunakan pendekode 4-bit (rangkaian pengoperasi – driver
circuit) untuk mengoperasikan sejenis tampilan digit numerical.
Resolusi 1/16 tinggi tangki masih belum cukup; agar resolusi lebih baik, diperlukan
lebih banyak bit untuk output bineri dengan menambah lagi level switch; hal ini
menjadi kurang praktis. Cara lebih baik, memasang kembali transmitter analog ke
tangki dan secara elektronik mengubah output 4-20 mA-nya menjadi suatu bilangan
bineri (dengan pengubah analog ke bineri ADC) dengan bit lebih banyak. Untuk
menghindari efek noise, ADC ini dipasang dekat dengan tangki, sehingga diperoleh
sinyal yang merepresentasikan 4-20 mA yang bersih. Ada banyak cara untuk
mengubah sinyal analog ke digital. Namun penjelasan berikut akan membahas
teknik komunikasi sinyal digital itu sendiri.
Jenis informasi digital pada contoh ini adalah data digital parallel, dimana setiap bit
bineri dikirim melalui wayarnya masing-masing ( satu wayar per bit), sehingga akan
sampai ditujuan secara bersamaan. Jumlah wayar kemudian dapat dikurangi
menjadi satu channel (kabel sinyal dan ground), setiap bit dikirim berurutan; jenis ini
disebut data digital serial.
Dengan suatu multiplexer atau shift register, data dari ADC dekat tangki diambil
dengan parallel data dan diubah menjadi serial data. Pada sisi pemantauan,
digunakan suatu demultiplexer atau shift register jenis lain untuk mengubah serial
data kembali ke parallel data yang digunakan rangkaian tampilan. Peralatan
multiplexer & demultiplexer (mux/demux) dijaga tetap sinkron. Untunglah, ada chip
IC digital yang disebut UART (Universal Asynchronous Receiver-Transmitters). Akan
dipelajari bagaimana komunikasi informasi digital dari tangki ke lokasi pemantauan.
Sejumlah kumpulan wayar yang menghubungkan antara tangki air dan lokasi
pemantauan disebut jaringan (network) atau bus (bus). Beda kedua istilah ini lebih
bernuansa semantic daripada teknik, dan keduanya bisa saling tkar dalm
prakteknya. Istilah “bus” biasanya digunakan sebagai serangkaian wayar
penghubung komponen-komponen digital pada perangkat computer, dan istilah
“network” untuk yang secara fisik lebih tersebar luas. Belakangan ini, istilah “bus”
menjadi lebih popular sebagai jaringan (network) yang khusus untuk
menghubungkan sensor-sensor instrumentasi diskrit yang jaraknya berjauhan,
misalnya "Fieldbus" and "Profibus"; juga merupakan penghubung antara dua atau
lebih peralatan digital sehingga data dapat dikomunikasikan diantaranya.
4
Sebutan seperti "Fieldbus" atau "Profibus" meliputi tidak hanya fisik wayar bus atau
jaringannya saja, tetapi juga tingkat tegangan tertentu untuk komunikasi, urutan
waktunya (timing sequence – terutama untuk transmisi data serial), spesifikasi
sambungan (pin out), dan seluruh perbedaan ciri-ciri teknik jaringan lainnya. Dengan
kata lain, ketika bicara tentang bus atau jaringan jenis tertentu dengan menyebut
nama, berarti bicara tentang suatu standar komunikasi, yaitu tentang aturan dan
perbendaharaan kata bahasa tertulis. Misalnya, sebelum dua orang atau lebih
menjadi sahabat bersurat-suratan, mereka harus bias saling menulis dengan tulisan
umum yang sama. Hanya memliki satu sistem pengiriman surat-menyurat yang bisa
mengirim surat diantara mereka, itu tidaklah cukup. Jika ingin berkirim surat ke
negara lain, mereka harus setuju menggunakan kebiasaan huruf, kosa kata, ejaan,
tata bahasa yang telah menjadi standard bahasa di negara tersebut. Demikian juga
jika ingin menghubungkan dua peralatan Profibus, yang akan mampu saling
berkomunikasi hanya jika standard Profibus telah diterapkan dengan sangat teliti
seperti tingkat tegangan, urutan waktu dll. Yang jelasnya, dengan hanya
menghubung-bentangkan wayar-wayar antara beberapa peralatan tidaklah cukup
untuk membangun suatu sistem jaringan (apalagi jika jika peralatan-peralatan
tersebut dibuat oleh pabrikan yang berbeda).
Agar lebih jelas, mari membuat rancangan standard bus kita sendiri. Buat sistem
pengukuran tangki air dengan 5 saklar (switches) untuk mengukur level yang
berbeda, dan dengan menggunakan sedikitnya 5 wayar untuk menyambungkan
sinyalnya ke tempat tujuan, maka kita bias memulai dasar-dasar yang mungkin
merupakan jaringan BogusBus:
Secara fisik wayar untuk BogusBus terdiri dari 7 wayar antara peralatan transmitter
(saklar – switches) dengan peralatan penerima (lampu sinyal). Transmitter terdiri
5
dari semua komponen-komponen dan sambungan wayarnya kearah kiri dari
sambungan terkiri (bersimbol "-->>--"). Setiap simbol penyambung legkap dengan
elemen pasangan jantan-betina (male and female). Bus wayar (bus wiring) terdiri
dari ke tujuh wayar antara pasangan penyambung. Penerima (receiver) dan semua
wayar peralatannya terletak di sebelah kanan dari sambungan terkanan. Lima wayar
jaringan (bernomer 1 s.d. 5) membawa data, sedangkan dua wayar (berlabel +V dan
-V) merupakan sambungan untuk catu daya arus searah DC. Ada satu standard
steker penyambung 7-pin. Susunan pin tidak simetris untuk menghindari
penyambungan terbalik.
Tentu saja BogusBus adalah sebuah contoh jaringan digital yang cukup hipotetis
dan tidak praktis, sangat kekurangan resolusi data, membutuhkan banyak
pengawatan untuk menghubungkan peralatan, dan komunikasi hanya satu arah (dari
transmitter ke receiver); hanya cukup sebagai contoh mengetahui apakah jaringan
itu dan beberapa pertimbangan dalam pemilihan dan pengoperasian jaringan
(network).
6
Bus jarak pendek (Short-distance busses)
PC/AT Bus yang digunakan pada komputer yang cocok dengan IBM terdahulu,
untuk menghubungkan peralatan sekelilingnya seperti disk drive, sound card
dan lainnya ke motherboard komputer.
PCI Bus yang digunakan pada komputer yang cocok tidak hanya dengan IBM.
Jauh lebih cepat dari pada PC/AT. Kecepatan transfer datanya 100
Mbytes/second (32 bit) dan 200 Mbytes/second (64 bit).
VME Bus yang potensial (dirancang ulang dari Motorola terdahulu dengan
standard Versa-Bus untuk membangun industri serba guna and komputer
militer, dimana memori ganda, peripheral, dan bahkan papan mikro-
prosessor dapat disumbatkan (plugged) di rak pasif untuk memfasilitasi
rancangan sistemyang umum. Kecepatan transfer datanya kira-50
Mbytes/second (64 bits wide).
VXI Pengembangan dari bus VME, VXI (ekstensi VME untuk Instrumentation)
meliputi bus VME standard bersama penyambung untuk sinyal analog
antara card didalam rak.
S-100 Kadang disebut Altair bus, bus standard ini hasil dari konferensi 1976,
sebagai interface ke mikroprosesor Intel 8080. Filosofinya serupa dengan
VME, dimana card-card multi fungsi bisa colokkan (plug in) pada rak pasif
passive rack) untuk memudahkan konstruksi sistem.
STD Simple-To-Design, rak pasif yang serupa dengan bus PC/AT, dan dapat
disesuaikan rancangan perangkat keras berbasis IBM-compatible.
Dirancang oleh Pro-Log dengan lebarmerlukan 8 bits wide (parallel),
memerlukan rangkaian card yang kecil (4.5 x 6.5 inch).
7
Multibus I and II Suatu bus untuk desain fleksibel sistem komputer, dirancang oleh
Intel dengan lebar 16 bits (parallel).
Microchannel Dirancang oleh IBM untuk komputer seri PS/2, sebagai perantara PC
motherboards ke peralatan peripheral.
SCSI Suatu bus alternative (secara teknis lebih unggul dari IDE) yang digunakan
untuk penggerak disk komputer pribadi. SCSI stands for Small Computer
System Interface. Digunakan pada beberapa PC yang cocok (compatible)
dengan IBM, juga Macintosh (Apple), dan banyak komputer bisnis mini dan
mainframe. Digunakan sebagai perantara hard drives, CD-ROM drives,
floppy disk drives, printers, scanners, modems, dan tuan rumah (host)
peralatan peripheral lainnya. Berkecapatan hingga 1.5 Mbytes per detik for
standard asli.
GPIB (IEEE 488) General Purpose Interface Bus, juga dikenal senagai HPIB atau
IEEE 488, yang dimaksudkan sebagai perantara peralatan uji elektronis
seperti oscilloscopes dan multimeters ke komputer pribadi. Lebar lintasan
alamat/data 8 bit dengan 8 saluran tambahan untuk kontrol komunikasi.
FireWire (IEEE 1394) Suatu jatingan serial kecepatan tinggi yang mampu
beroperasi pada 100, 200, or 400 Mbps dengan ciri serba guna (versatile)
8
seperti "hot swapping" (peralatan menambah atau melepas dengan power
on) dan topologi fleksibel. Dirancang untuk pengantaraan (interfacing)
komputer pribadi berkinerja tinggi.
RS-232C Jaringan serial yang paling banyak digunakan dalam sistem komputer,
biasanya digunakan untuk menghubungkan peralatan peripheral seperti
printers dan mice ke komputer pribadi. Kecepatan dan jaraknya terbatas 45
feet and 20 kbps. RS-232C sering disingkat menjadi RS-232 saja (tanpa C).
9
Token ring Suatu jaringan kecepatan tinggi yang menghubungkan bebarapa
perlatan computer bersama-sama, menerapkan filosofi komunikasi yang
sangat berbeda dari Ethernet, memungkinkan respon waktu yang presisi
dari peralatan jaringan individu, dan kekebalan yang lebih besar terhadap
kerusakan kabel jaringan.
FDDI Suatu jaringan kecepatan sangat tinggi, yang secara eksklusif diterapkan pada
kabel.
Profibus Pada awalnya diterapkan oleh korporati Siemens, suatu perusahaan besar
yang membuat peralatan PLC.
Foundation Fieldbus suatu bus berkinerja tinggi yang sengaja direncang untuk
memungkinkan instrument banyak proses (transmitter, controllers, valve
positioners) untuk berkomunikasi dengan komputer induk dan node lainnya.
Bisa secara penuh menggantikan sinyal analog 4-20 mA sebagai sarana
standard interkoneksi instrumentasi control proses dimasa datang.
Bus-bus dan jaringan dirancang untuk terjadi komunikasi antara peralatan individual
yang interkoneksi. Aliran informasi atau data antara dapat terjadi dengan bentuk
yang beragam:
Dengan simplex communication, semua aliran data searah; dari transmitter yang
ditentukan ke receiver yang ditentukan. BogusBus adalah contoh simplex
communication, dimana transmitter mengirim siformasi ke lokasi pemantauan jarak
jauh, tetapi tidak ada informsai yang dapat dikirim kembali ke tangki air. Jika
diperlukan mengirim informasi kesatu arah, maka simplex sudah cukup. Kebanyakan
aplikasi memerlukan lebih, yaitu:
10
Dengan duplex communication, aliran informasi adalah dua arah untuk setiap
peralatan. Selanjutnya Duplex dapat dibagi menjadi 2 kategori:
11
sisi transmitter dan pengubah serial-to-parallel disisi receiver, kita akan memiliki
sesuatu yang cukup berbeda.
Hal ini terutama dengan penggunaan teknologi serial kita terpaksa membuat cara
cerdik mengirim bit-bit data. Karena data serial memerlukan kita mengirim semua
bit-bit data melalui saluran kabel yang sama dari transmitter ke receiver yang
memerlukan sinyal berfrekuensi sangat tinggi pada kabel jaringan. Perhatikan
ilustrasi berikut. Suatu sistem BogusBus yang mengkomunikasikan data digital
secara parallel dalam bentuk terkode binary (binary encoded). Bukan mengirim 5 bit
diskret seperti BogusBus yang asli, tetapi mengirim 8 bit dari transmitter ke receiver.
Suatu pengubah analog ke digital (ADC) disisi transmitter membangkitkan keluaran
output baru setiap detiknya yang membuat data 8 bit per menit sedang dikirim ke
receiver. Untuk memudahkan ilutrasi, katakanlah transmitter sedang beralih antara
satu output 10101010 dan 10101011 setiap pembaruan data (update) sekali dalam
1 detik.
Karena hanya bit terendah yang berubah, frekuensi pada kabel jaringan (terhadap
ground) hanyalah 1/2 Hertz. Sebenarnya, tidak masalah bilangan apa yang sedang
dibangkitkan oleh pengubah ADC antara peng-update-an, frekuensi di setiap wayar
pada jaringan BogusBus yang dimodifikasi ini tidaklah dapat melebihi 1/2 Hz, karena
itulah kecepatan pengubah ADC meng-update keluaran digitalnya. 1/2 Hz sangat
lambat, sehingga tidak menimbulkan masalah pada kabel jaringan.
Sebaliknya, jika menggunakan jaringan serial 8-bit, seluruh bit-bit data harus muncul
pada saluran tunggal secara berurutan. Bit-bit ini harus dikeluarkan oleh transmitter
dalam rentang 1 detik antara peng-update-an ADC. Oleh karena itu, perubahan
output digital antara 10101010 dan 10101011(sekali dalam 1 detik) akan menjadi
seperti berikut:
12
Frekuensi sinyal BogusBus ini sekarang menjadi 4 Hertz tidak lagi 1/2 Hertz, naik 8
kali lipat. 4 Hz masih sangat rendah, bukan persoalan dalam enjiniring, bayangkan
bagaimana adanya jika kita ingin mengirim data 32-bit atau 64-bit per update,
bersama dengan bit lain yang diperlukan untuk parity check dan signal
synchronization, dengan kecepatan update ribuan kali per detik. Frekuensi jaringan
data serial akan mulai memasuki rentang frekuensi radio, dan kabel itu akan
menyerupai antena radio, pasangan kabel sebagai jaringan transmisi dengan semua
perilaku yang berhubungan karena reaktansi induktif dan kapasitif.
Apa yang jadi masalah? Sinyal yang akan dikomunikasikan dengan jaringan serial
adalah gelombang segi empat (square-wave), yang merupakan informasi bit-bit
bineri. Gelombang segi empat adalah hal khusus, secara matematis serupa dengan
sederet tak berhingga gelombang sinus yang berkurang amplitudonya dan
bertambah frekuensinya. Gelombang segi empat sederhana dengan frekuensi 10
kHz sebenarnya terlihat dengan kapasitansi dan induktansi jaringan sebagai
serangkaian dari banyak frekuensi gelombang sinus yang meluas menjadi ratusan
kHz pada amplitude berarti. Apa yang kita terima diujung jaringan 2 kabel yang
panjang, tidak lagi berupa gelombang segi empat yang sempurna, walaupun dalam
kondisi terbaik.
Ketika para sarjana bicara tentang rentang pita (bandwidth) jaringan, mereka
mengacu pada batas frekuensi praktis dari suatu media jaringan. Pada komunikasi
serial, rentang pita adalah suatu hasil volume data (bit-bit bineri per kata - "word" –
yang terkirim) dan kecepatan data ("word" per detik). Ukuran standard rentang pita
jaringan adalah bit per detik (bps = bits per second). Satuan yang tidak digunakan
lagi adalah baud (perubahan level sinyal per detik) yang secara salah disamakan
dengan bps. Banyak standard jaringan serial menggunakan beberapa perubahan
level tegangan atau arus untuk menunjukkan satu bit tunggal, makanya dalam
aplikasi ini bps dan baud adalah tidak sama.
Rancangan umum BogusBus, dimana semua bit adalah tegangan yang diacukan ke
sambungan ground umum ("common ground"), adalah situasi hal terjelek untuk
komunikasi data gelombang segi empat berfrekuensi tinggi. Semua bekerja dengan
baik untuk jaringan jarak pendek, dimana efek induktif dan kapasitif sangat rendah,
tetapi untuk jaringan yang panjang metoda ini akan sangat bermasalah
13
Pilihan kuat untuk metoda sinyal ground umum adalah metoda beda tegangan,
dimana setiap bit digambarkan dengan beda tegangan antara sepasang kabel yang
terisolasi dari ground bukan beda tegangan antara satu kabel dengan ground umum.
Ini cendrung membatasi efek induktif dan kapasitif yang terkena pada setiap sinyal
dan kecendrungan sinyal terkorupsi karena interferensi listrik dari luar, dengan
demikina meningkatkan jarak praktis suatu jaringan serial
14
RS-232C adalah suatu contoh utama dari jaringan serial beracuan ground,
sedangkan RS-422A adalah suatu contoh utama dari jaringan serial tegangan
berbeda. RS-232C menjadi aplikasi populer pada lingkungan kantor dimana
interferensi listriknya kecil dan kabel jaringannya pendek. RS-422A lebih banyak
digunakan pada aplikasi industry dimana kabel jaringannya panjang dan potensi
interferensi listriknya lebih besar karena adanya kabel daya listrik.
"Modulation" berarti besarnya satu sinyal memiliki kontrol pada beberapa aspek dari
satu sinyal lainnya. Teknologi radio memiliki modulasi terpadu hingga kini,
menyediakan satu sinyal tegangan frekuensi radio untuk mengkontrol amplitudo
(AM) atau frekuensi (FM) dari suatu tegangan pembawa ("carrier") berfrekuensi
sangat tinggi, yang kemudian dikirim ke antena transmisi. Teknik modulasi frekuensi
(FM) dalam jaringan digital ternyata lebih bermanfaat dari pada modulasi amplitudo,
kecuali yang disebut Frequency Shift Keying (FSK). Dengan FSK gelombang sinus
dari dua frekuensi berbeda digunakan untuk menggambarkan kedua keadaan bineri,
yaitu 1 dan 0:
15
Dengan tegangan sinyal gelombang sinus, banyak masalah yang ditemukan pada
sinyak digital gelombang segi empat menjadi terkurangi, walaupun rangkaian yang
diperlukan untuk memodulasi dan demodulasi sinyal-sinyal jaringan menjadi runit
dan mahal.
Suatu pilihan terkini untuk mengirimkan informasi digital (binary) melalui sinyal
tegangan listrik adalah dengan menggunakan sinyal-sinyal optikal (cahaya). Sinyal-
sinyal elektrikal dari rangkaian digital (tegangan tinggi/rendah) bisa dirobah menjadi
sinyal-sinyal optic diskret (menyala atau tidak) dengan LED atau laser keadaan
padat. Juga, sinyal cahaya dapat diterjemahkan kembali kedalam bentuk listrik
melalui penggunaan photo-diode atau photo-transistor untuk dimasukkan ke
rangkaian gerbang.
Pengiriman informasi digital kedalam bentuk optikal bisa dilakukan di udara terbuka,
dengan mudah mengarahkan cahaya laser ke photodetector apda jarak terisah,
tetapi interferensi dengan sinar dalam bentuk lapisan pembalikan suhu, debu, hujan,
kabut, dan rintangan lainnya dapat menimbulkan masalah enjinering yang berarti.
Satu cara untuk menghindari masalah transmisi data optikal diudara terbuka adalah
dengan mengirim pulsa cahaya ke fiber glass murni. Fiber glass akan menerus
berkas cahaya seperti tembaga mengalirkan electron, dengan keuntungan yang
sempurna menghindari masalah yang berhbungan dengan induktansi, kapasitansi
dan sinyal-sinyal listrik interferensi eksternal yang mengganggu. Fiber optikal
menjaga berkas cahaya tersimpan dalam inti fiber dengan fenomena yang dikenal
sebagai pemantulan (reflectance) internal total.
16
Suatu fiber optic terdiri dari dua lapisan glas sangat murni, setiap dibuat dari glas
dengan pantul yang sedikit berbeda, atau kapasitas untuk membelokkan sinar.
Dengan satu jenis glas yang dilapiskan secara konsentris ke sekeliling inti glas
tengah, cahaya yang masuk ke tengah inti tidak bisa keluar dari fiber, tetapi
terkurung memancar di dalam inti fiber optik
Lapisan glas ini sangat tipis, tutup "cladding" terluar biasanya berdiameter 125
microns. Ukuran tipis ini membuat fiber cukup lentur. Untuk melindungi kerusakan
fisik, fiber diberi lapisan plastic, diselubungi tabung plastic, dibungkus dengan fiber
kevlar untuk kekuatan tarik, dan diberi sarung plastic seperti isolasi kabel listrik.
Seperti kabel listrik, wayar-wayar fiber optik biasanya diikat bersama dalam sarung
yang sama menjadi kabel tunggal.
Fiber optic melebihi kinerja penanganan data kabel tembaga, cukup kebal terhadap
interferensi elektro-magnetik dan memiliki rentang pita sangat tinggi; namun ada
juga kelemahan tertentu.
Salah satu kelemahan fiber optik adalah fenomena yang dikenal sebagai
microbending, dimana fiber bengkok dengan radius sangat kecil, menyebabkan
cahaya keluar dari dalam inti melalui cladding.
17
Micro-bending tidak hanya mengurangi kekuatan sinyal karena kehilangan cahaya,
tetapi juga menyebabkan kelemahan keamanan dimana sensor cahaya yang
sengaja dipasang diluar bengkokan tajam dapat meyergap data digital yang dikirim
melalui fiber.
Satu lagi problem unik fiber optik adalah perubahan bentuk sinyal karena banyaknya
lintasan cahaya, atau mode, yang memiliki jarak berbeda disepanjang fiber. Ketika
cahaya dipancarkan satu sumber, fotonnya (partikel cahaya) tidak semua melintas
melalui lintasan yang tepat sama. Hal ini pasti, setiap sumber cahaya tidak mengikuti
garis lurus cahaya, walaupun dengan perlata sinar laser. Jika diameter inti fiber optik
cukup besar, akan mendukung beberapa lintasan untuk foton mengalir, masing-
masing lintasan memiliki sedikit perbedaan panjang dari satu ujung fiber ke ujung
lainnya. Fiber optik jenis ini disebut fiber multimode.
Pulsa cahaya yang dipancarkan oleh LED yang mengambil lintasan lebih pendek
melalui fiber akan sampai di detector lebih cepat dari pada pulsa cahaya yang
mengambil lintasan lebih panjang. Hasilnya perubahan bentuk ujung naik ataupun
turun dari gelombang segi empat, yang disebut perentangan pulsa (pulse
stretching). Masalah ini menjadi buruk karena panjang keseluruhan fiber menjadi
bertambah.
Bagaimanapun, jika diameter inti fiber dibuat cukup kecil (kira-kira 5 microns), mode
cahaya terbatasi menjadi lintasan tunggal dengan satu panjang. Fiber yang
dirancang sedemikian untuk mengijinkan hanya satu mode tunggal cahaya dikenal
sebagai fiber single-mode. Karena fiber single-mode menghilangkan masalah pulse
stretching yang dialamikabe fiber yang panjang; inilah pilihan kabel fiber untuk
jaringan jarak jauh (bebrapa mile atau lebih). Sebaliknya, tentu saja, hanya dengan
satu moda cahaya, fiber single-mode tidak mengalirkan sebanyak cahaya pada fiber
18
multi-mode. Pada jarak yang panjang, menyebabkan perlunya unit pengulang
"repeater" untuk menaikkan daya cahaya.
Jika ingin menghubungkan dua peralatan digital dengan jaringan, kita akan memiliki
satu jenis jaringan yang dikenal sebagai "point-to-point"
Untuk memudahkan, kabel jaringan disimbolkan dengan garis tunggal antara dua
peralatan. Sebenarnya, bisa berupa pasangan wayar pilin (twisted pair), kabel
coaxial, fiber optik, atau bahkan 7-kabel BogusBus. Sekarang, kita hanya
memfokuskan pada bentuk jaringan, secara teknik dikenal sebgagai topology.
Jika ingin menghubungkan lebih banyak peralatan (kadang disebut nodes) pada
jaringan tersebut, ada beberapa pilihan konfigurasi jaringan untuk dipilih
19
Banyak standard jaringan telah menentukan jenis topologi mana yang digunakan,
sedangkan lainnya lebih bebas (versatile). Ethernet misalnya, umumnya
dilaksanakan pada topologi "bus", namun dapat juga dilaksanakan pada topologi
"star" atau "ring" dengan perlengkapan interkoneksi yang sesuai. Jaringan lainnya,
seperti RS-232C hanya untuk point-to-point; dan token ring dilaksanakan hanya
untuk topologi ring.
Bus
Sangat mudah dipasang dan dipelihara. Node bisa dengan mudah ditambahkan
atau dilepaskan dengan sedikit perubahan pengkabelan. Sebaliknya, jaringan satu
bus harus menangani seluruh sinyal komunikasi dari semua node. Hal ini dikenal
sebagai jaringan broadcast, dan sama seperti sekelompok orang saling berbicara
melalui satu saluran telefon tunggal, dimana hanya satu orang yang dapat bicara
pada satu saat (laju pertukaran data terbatas), dan setiap orang dapat mendengar
yang sedang bicara.
Star
Dengan peralatan yang dikenal sebagai "gateways" pada titik pencabangan jaringan,
aliran data dapat dibatasi antara node, memungkinkan komunikasi pribadi antara
kelompok node tertentu. Hal ini mengalamati beberapa kecepatan dan dan
memberikan keamanan topologi bus sederhana. Namun, cabang-cabang tersebut
dapat diputus dengan mudah dari rest jaringan "star" jika ada satu dari gerbang-
gerbang yang gagal. Juga bisa diterapkan dengan saklar ("switches") untuk
menghubungkan suatu node ke jaringan lebih besar yang diinginkan. Jaringan
bersaklar ini serupa dengan sistem telefon standard.
Ring
Topologi ini memberikan keandalan terbaik dengan kabel yang sedikit. Karena
setiap node memiliki dua titik sambungan ke ring, pemutusan tunggal pada bagian
mana saja dari ring, tidak mempengaruhi keterpaduan jaringan. Bagaimana pun,
peralatan harus dirancang dengan topologi ini dalam pikiran. Juga, jaringan ini harus
terganggu ketika melepas datau memasang node. Seperti dengan topologi bus,
jaringan ring terpancar secara alami.
Seperti yang duharapkan, dua atau lebih topologi ring bisa digabung untuk memberi
kedua dunia terbaik (best of both worlds) pada aplikasi tertentu. Cukup sering,
jaringan industrial memilih model ini, secara sederhana dari enjiner dan teknisi
20
menggabungkan beberapa jaringan bersama untuk keuntungan akses informasi
pembangkit yang lebih luas.
Disamping persoalan fisik jaringan (jenis sinyal dan tingkat tegangan, pin outs
konektor, pengkabelan, topologi dll), ada kebutuhan cara standard dimana
komunikasi ditengahi (arbitrated) antara beberapa node pada suatu jaringan,
walaupun sistem sederhana point-to-point antara dua node. Ketika node bicara pada
jaringan, ia membangkitkan satu sinyal pada kabel jaringan, bisa tegangan DC
tingkat tinggi atau rendah, sejenis AC termodulasi membawa geglombang sinyal,
atau pun pulsa cahaya dalam kabel fiber optik. Node yang mendengar hanya
mengukur sinyal yang terpakai pada jaringan (dari node yang sedang mengirim) dan
dengan pasif memantaunya. Jika dua atau lebih node berbicara pada saat yang
bersamaan, bagaimanapun, sinyal keluarannya bisa berbenturan (bayangkan dua
gerbang lojik mencoba menerapkan tegangan sinyal yang berlawanan ke saluran
tunggal pada bus), akan mengkorupsi data terkirim.
Protokol berbeda bisa menggunakan standard physical layer yang sama. Sebagai
contoh adalah protokol RS-422A dan RS-485, kedua-duanya menggunakan
rangkaian transmitter dan receiver tegangan berbeda yang sama, menggunakan
level tegangan yang sama untuk menunjukkan bineri 1 dan 0. Pada level physical,
kedua protokol komunikasi ini adalah identik. Bagaimanapun, pada level yang lebih
teoritis kedua protokol ini berbeda; RS-422A hanya point-to-point, sedangkan RS-
485 mendukung topologi bus "multidrop" hingga 32 node yang dapat dialamati.
Mungkin protokol paling sederhana adalah jenis dimana hanya ada satu transmitter
saja, dan node lainnya hanya receiver. Seperti pada BogusBus, dimana satu
transmitter membangkitkan sinyal tegangan yang dikirimkam ke kabel jaringan, dan
unit receiver lainnya (masing-masing dengan 5 lampu) menyala sesuai keluaran
transmitter. Beginilah biasanya terjadi pada jaringan sederhana, hanya ada satu
pembicara, dan detiap yang lainnya hanya mendengar.
Bila ada beberapa node pengirim, harus diatur pengirimannya sedemikian agar tidak
konflik satu sama lain. Node-node tidak tidak diijinkan bicara jika ada satu node
sedang bicara, sehingga setiap node mampu mendengar dan menahan diri untuk
bicara sampai jaringan diam. Pendekatan dasar ini disebut Carrier Sense Multiple
Access (CSMA), dan ada beberapa variasi pada tema ini. Perhatikan, bahwa CSMA
22
bukan protokol standard padanya sendiri, tetapi merupakan suatu metoda yang
diikuti protokol tertentu.
Satu variasi sederhana, biarkan satu node mana saja untuk berbicara segera
setelah jaringannya diam. Hal ini mirip seperti sekelompok orang mengadakan rapat
di satu meja bundar, setiap orang memiliki kemampuan untuk bicara, sejauh itu
mereka juga tidak menginterupsi orang lain. Segera setelah orang terakhir selesai
bicara, orang berikut yang sedang menunggu untuk bicara akan mulai bicara. Maka,
apa yang akan terjadi jika dua atau lebih orang mulai bicara pada saat yang
bersamaan? Dalam suatu jaringan, pengiriman bersamaan dari beberapa node
disebut collision. Dengan CSMA/CD (CSMA/Collision Detection), node-node yang
yang bertabrakan segera meret dirinya sendiri dengan rangkaian penunda yang
acak, dan orang pertama yang menyelesaikan waktu tundanya akan mencoba untuk
bicara lagi. Inilah dasar protokol untuk jaringan Ethernet yang popular itu
Pada kedua contoh diatas (CSMA/CD and CSMA/BA), diasumsikan bahwa setiap
node bisa memulai pembicaraan selama jaringannya sedang diam. Hal ini disebut
komunikasi model "unsolicited". Ada juga variasi untuk CSMA/CD atau CSMA/BA
yang disebut model "solicited" dimana permulaan pengiriman hanya bisa terjadi bila
suatu node utama yang ditunjuk meminta (solicits) suatu balasan. Deteksi tabrakan
(CD Collision detection) atau (BA bitwise arbitration) berlaku hanya untuk
menentukan tempat tabrakan (post-collision arbitration) selama beberapa node
menanggapi permintaan peralatan utama (master).
Suatu strategi yang sama sekali berbeda pada komunikasi node adalah protokol
Master/Slave, dimana satu peralatan utama membagikan celah waktu untuk semua
node lainnya pada jaringan untuk mengirim, dan menjadwalkan celah-celah waktu ini
sedemikian sehingga beberapa node tidak dapat bertabrakan. Peralatan utama
mengalamati setiap node dengan nama, sekali pada satu waktu, membiarkan node
tersebut berbicara untuk jangka waktu tertentu. Bila telah selesai, peralatan utama
mengalamati node berikutnya, demikian seterusnya.
23
Masih ada strategi lain, yaitu protokol Token-Passing, dimana setiap node mendapat
giliran untuk berbicara (sekali pada satu waktu), dan bila telah selesai kemudian
memberi izin untuk node berikutnya untuk berbicara. Izin untuk berbicara
disampaikan kesekitarnya dari node ke node seperti setiap orang memberikan tanda
(token) ke tetangganya secara berurutan. Token sendiri bukanlah benda nyata, tapi
sederetan bineri 1’s dan 0's memancar pada jaringan, membawa alamat tertentu dari
node beikutnya yang diizinkan berbicara. Walaupun protokol token-passing sering
diikuti dengan jaringan topologi ring, namun tidak dibatasi untuk topologi mana saja..
dan bila protokol ini diterapkan pasa jaringan ring, urutan token passing tidak harus
mengikuti urutan fisik sambungan ring tersebut.
Seperti pada topologi, beberapa protokol bisa digabung bersama terhadap segmen
berbeda dari suatu jaringan heterogen, agar keuntungan maksimal. Misalnya, suatu
jaringan resmi yang menghubungkan instrument-instrumen bersama-sama pada
lantai pembangkit bisa dihubungkan melalui suatu peralatan gerbang (gateway) ke
satu jaringan Ethernet yang mrnghubungkan beberapa komputer workstation
bersama-sama, saslah satu dari beberapa komputer workstation tersebut berfungsi
sebagai gerbang (gateway).
Sama seperti topologi, multiple protocols bisa digabungkan bersama pada segmen
berbeda dari suatu jaringan heterogen, agar lebih menguntungkan. Misalnya, suatu
jaringan Master/Slave terdedikasi sedang menghubungkan instrument bersama
pada lantai pembangkit tenaga bisa dihubungkan melalui suatu peralatan gerbang
ke suatu jaringan Ethernet yang menghubungkan bersama beberapa komputer
workstations, satu dari komputer tersebut berfungsi sebagai gerbang untuk
menghubungkan data ke satu jaringan fiber FDDI kembali ke mainframe computer
pembangkit. Setiap jenis jaringan, topologi dan protokol melayani kebutuhan dan
aplikasi berbeda dengan sangat baik, tetapi melaui peralatan gerbang gateway,
sehungga dapat menggunakan bersama data yang sama.
Mungkin juga memadukan strategi beberapa protokol kedalam hibrid baru pada satu
jenis jaringan tunggal. Demikian halnya untuk Foundation Fieldbus yang
mengkombinasikan Master/Slave dengan satu bentuk token-passing. Suatu
peralatan LAS (Link Active Scheduler) mengirim perintah data memaksa ("Compel
Data" CD) terjadwal ke peralatan query slave (lave yang masih meragukan) pada
Fieldbus untuk informasi time-critical. Dalam hal ini, Fieldbusnya adalah suatu
protokol Master/Slave. Bagaimanapun, ketika ada waktu antara data memaksa yang
meragukan, LASnya akan mengirim keluar "tokens" ke masing-masing peralatan
lainnya pada Fieldbus, sekali waktu, memberi kesempatan pada peralatan-peralatan
tersebut untuk mengirimkan setiap data yang tak terjadwal. Bila telah selasai
24
mengirimkan informasinya, mereka mengembalikan tokennya ke LAS. LAS juga
memeriksa peralatan baru pada Fieldbus dengan perintah "Probe Node" (PN), yang
diharapkan menghasilkan satu "Probe Response" (PR) kembali ke LAS, tanggapan
peralatan kembali ke LAS, apakah pesan PR atau token yang dikembalikan,
mendiktekan kedudukannya pada database "Live List" yang dijaga oleh LAS.
Ketepatan operasi peralatan LAS adalah sangat kritikal terhadap berfungsinya
Fieldbus, sehingga ada ketentuan operasi LAS redundant dengan menetapkan
status "Link Master" ke beberapa node, memberinya wewenang menjadi LAS
pengganti jika LAS yang sedang beroperasi gagal.
Ada protokol komunikasi data lain yang paling popular pada sistem control industrial
yang dibuat oleh Honeywell, dimana peralatan utama (master)nya disebut Highway
Traffic Director ( HTD), mengarbitrasi (menengahi) semua jaringan komunikasi.
Yang membuat jaringan ini menarik adalah bahwa sinyal yang dikirim dari HTD ke
semua peralatan slave (turunan)nya untuk izin pengirimannya tidak dikomunikasikan
pada kabel jaringan itu sendiri, tetapi cukup ke serangkaian kabel pilin (twisted-pair)
individual yang menghubungkan HTD kesetiap peralatan slave (turunan).
Selanjutnya, peralatan pada jaringan dibagi dalam dua kategori:
Primitive dan lamban adalah kata yang cocok untuk skema jaringan komunikasi ini,
tetapi berfungsi cukup memadai pada waktu itu.
Persoalan serupa melingkungi sistem token-passing: apa yang terjadi bila node yang
sedang memegang token (tanda bukti) gagal sebelum menyampaikan token ke node
berikutnya? Beberapa sistem penyampaian token mengalamati kemungkinan ini
dengan memiliki beberapa node yang ditunjuk yang membangkitkan token baru jika
jaringan diam (silent) terlalu lama. Hal ini akan bekerja baik jika satu node yang
sedang memegang token menjadi mati, tetapi menyebabkan persoalan jika bagian
dari satu jaringan runtuh diam (falls silent) karena satu sambungan kabel terlepas:
bagian jaringan yang runtuh diam akan membangkitkan tokennya sendiri sejenak
kemudian, dan kita pada dasarnya ditinggal dengan dua jaringan lebih kecil dengan
satu token yang diteruskan ke sekitar masing-masingnya untuk mempertahankan
komunikasi.
This works fine if a node holding the token dies, but it causes problems if part of a
network falls silent because a cable connection comes undone: the portion of the
network that falls silent generates its own token after awhile, and you essentially are
left with two smaller networks with one token that's getting passed around each of
them to sustain communication. Gangguan terjadi jika kabel yang lepas tersebut
disambung kembali, kedua jaringan yang terpotong tersebut akan tersatukan
26
kembali, dan sekarang ada dua token yang disampaikan ke sekeliling satu jaringan,
menyebabkan tabrakan transmisi node.
Tidak ada jaringan sempurna untuk seluruh aplikasi. Tugas enjiner dan teknisi
untuk mengetahui aplikasi dan operasi jaringan yang tersedia. Hanya dengan
demikian rancangan dan pemeliharaan sistem yang efisien akan menjadi kenyataan.
27
1. PENGUBAH ANALOG KE DIGITAL (ADC Analog to Digital Converter)
Suatu ADC menerima masukan sinyal elektrik analog seperti tegangan atau arus,
kemudian mengeluarkannya sebagai bilangan bineri (digital), seperti ditunjukkan
pada gambar dibawah ini. ADC digunakan sebagai pengantara antara sensor-sensor
analog dengan sistem digital (digital computer).
Flash ADC disebut juga ADC parallel; rangkaian ini mudah dipahami. Terbuat
dari sederetan pembanding (comparator), setiap pembanding membandingkan
sinyal masukan input terhadapsatu tegangan acuan tertentu. Keluaran output
pembanding disambungkan ke masukan input suatu rangkaian enkoder yang
kemudaian menghasilkan keluaran output binari. Gambar berikut ini
menunjukkan rangkaian flash ADC 3-bit.
Vref suatu tegangan acuan yang stabil disediakan oleh pengatur tegangan yang
B B
teliti sebagai bagian dari rangkaian pengubah (converter) – tidak terlihat pada
gambar. Jika tegangan input analog melebihi tegangan acuan pada setiap
pembanding, secara berurutan output pembanding men jenuh menjadi
keadaan tinggi. Enkoder prioritas membangkitkan bilangan bineri berdasarkan
pada input aktif tingkat tertinggi, mengabaikan input aktif lainnya.
Bila dioperasikan, flash ADC menghasilkan keluaran output seperti pada kurva
berikut.
Untuk penerapan tertentu ini, suatu enkoder pruoritas biasa dengan semua
kerumitan yang menjadi sifatnya tidak diperlukan. Sesuai dengan sifat alami
keadaan output pembanding berurutan (setiap pembanding menajdi jenuh dan
tinggi berurutan dari yang terendah ke yang tertinggi), efek yang sama
“pemilihan urutan input tertinggi” bisa difahami melalui serangkaian gerbang
Exclusive-OR, memungkikan penggunaan enkoder non-prioritas yang
sederhana.
Dan tentu saja, rangkaian enkodernya sendiridapat dibuat dari susunan matrix
dioda, memperagakan betapa mudah rancangan pengubah ini bisa dibuat
Pengubah flash ADC tidak hanya yang tersederhana dalam teori
operasionalnya, tetapi juga yang paling efisien dan cepat, kekurangannya
hanya pada kecepatan rambat pembanding dan gerbangnya. Kekurangannya
adalah memerlukan pembanding yang banyak, Flash ADC 3-bit memerlukan 8
pembanding comparator, versi 4-bit memerlukan 16 pembanding. Setiap
penambahan output 1 bit, jumlah pembandingnya berlipat dua. Untuk versi 8-
bit, memerlukan 256 pembanding; inilah kekurangan metoda flash ini.
Juga dikenal sebagai stairstep-ramp ADC, atau counter A/D, mudah difahami,
tetapi mengalami beberapa keterbatasan.
Dasar pemikirannya adalah menghubungkan output dari penghitung bineri
bebas (free-running binary counter) ke masukan input suatu DAC (pengubah
digital ke analog), kemudian membandingkan keluaran analog dari DAC
dengan sinyal masukan analog yang akan didigitalkan dan menggunakan
keluaran pembanding untuk memerintahkan penghitung bineri bebas untuk
berhenti menghitung dan mereset. Gambar berikut ini menunjukkan dasar
pemikirannya.
Karena penghitung menghitung naik (counts up) dengan setiap denyut (clock
pulse), DAC mengeluarkan tegangan sedikit lebih tinggi (lebih positif).
Tegangan ini dibandingkan terhadap tegangan masukan oleh pembanding
(comparator). Jika tegangan masukan lebih besar dari pada keluaran DAC,
keluaran pembanding akan tinggi dan penghitung akan terus menghitung
secara normal. Akhirnya, keluaran DAC akan melebihi tegangan masukan,
menyebabkan keluaran pembanding menjadi rendah. Hal ini menyebabkan
dua hal terjadi:
Efek rangkaian ini menghasilkan keluaran DAC yang menanjak ke level sinyal
masukan analog yang ada, bilangan bineri keluaran sesuai dengan level
masukan analog tersebut, dan start ulang kembali; lihat gambar berikut
Perhatikan bagaimana waktu antara pembaruan (nilai keluaran digital yang
baru) berubah tergantung pada berapa tinggi tegangan inputnya. Untuk sinyal
rendah, pembaruan (up-date)nya agak cepat. Untuk sinyal tinggi pembaruan
(up-date)nya agak lambat.
Perhatikan bagaimana pembaruan untuk ADC ini terjadi dengan selang waktu
yang teratur, tidak seperti rangkaian ramp ADC digital.
Variasi ketiga pada tema pengubah berbasis penghitung DAC, adalah, dalam
perkiraan saya, yang paling baik. Pengganti daripada penghitung naik yang
biasa yang mengerjakan DAC, rangkaian ini menggunakan penghitung
naik/turun. Penghitung terus menerus berdenyut (clocked), dan jalur kendali
naik/turun digerakkan oleh keluaran dari pembanding. Sehingga, ketika sinyal
masukan analog melebihi keluaran DAC, penghitung berpindang menjadi
hitungan naik. Jika keluaran DAC melebihi masukan analog, penghitung
berpindang menjadi hitungan turun. Keadaan yang manapun, keluaran DAC
selalu menghitung kearah yang tepat mengikuti sinyal masukan.
Perhatikan bagaimana tidak diperlukan lagi pencatat geser (shift register) untuk
menyangga hitungan bineri pada akhir suatu siklus. Karena keluaran
penghitung terus menerus mengikuti masukan (daripada menghitung mengikuti
masukan dan kemudian reset kembali ke nol), keluaran bineri secara resmi
diperbaharui oleh setiap denyut clock.
dan hal ini bisa menjadi masalah (problematic) pada beberapa sistem digital.
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan kreatif pencatat geser (shift register).
Sebagai contoh, keluaran penghitung bisa dipertahankan (latched) melalui
suatu pencatat geser parallel-in/parallel-out hanya jika keluaran output berubah
dengan dua langkah atau lebih. Membangun suatu rangkaian untuk
mendeteksi dua atau lebih hitungan berurut dengan arah yang sama
memerlukan sedikit kecerdikan, tetapi usaha bermanfaat
Rangkaian ADC ini berprilaku sangat mirip dengan digital ramp ADC, bedanya,
U U
keluaran ADC ini dengan masukannya adalah tergantung pada laju tegangan
integrator yang akan dicocokkan dengan laju hitungan dari penghitung
(frekuensi clock). Dengan digital ramp ADC, frekuensi clock tidak berpengaruh
pada ketelitian pengkonversian, hanya tergantung pada pembaruan waktu
(update time). Pada rangkaian ini, karena laju integrasi dan laju hitung tidak
saling terkait satu samalian, variasi antara keduanya pasti terjadi karena waktu
berjalan, dan akibatnya kehilangan ketelitian. Keuntungan rangkaian ini adalah
tidak menggunakan DAC, yang mengurangi kerumitan rangkaiannya.
Untuk mengatasi dilemma penyimpangan kalibrasi, ditemukan variasi
rancangan yang disebut pengubah dual-slope ADC. Pada ADC ini, rangkaian
integrator dijalankan positif and negatif dengan siklus bergantian untuk
perlahan-lahan turun dan kemudian naik; bukan direset ke 0 volt pada akhir
setiap siklus. Pada satu arah perubahan perlahan-lahan (ramping), integrator
dijalankan oleh sinyal masukan analog positif (menghasilkan laju variasi
tegangan keluar berubah negatif, atau kemiringan keluaran negatif) untuk
jangka waktu tertentu, sebagai terukur oleh penghitung dengan clock
berfrekuensi teliti. Kemudian, pada arah lainnya, dengan tegangan acuan tetap
(menghasilkan perubahan laju tetap tegangan keluaran) dengan waktu yang
terukur oleh penghitung yang sama.
Keuntungan penting lainnya dari metoda ini adalah bahwa sinyal masukan
menjadi disama-ratakan dengan ketika menjalankan (drive) integrator selama
bagian tertentu dari siklus. Setiap perubahan sinyal analog selama perioda
waktu tersebut memiliki efek kumulatif pada keluran digital diakhir siklus itu.
Strategi ADC lainnya hanyalah menangkap ("capture") nilai sinyal analog pada
satu titik waktu setiap siklus. Jika sinyal analog sangat ramai ("noisy") berisi
gejolak tegangan palsu yangb besar, salah satu teknologi pengubah ADC yang
lain adakalanya bisa mengubah gejolak karena ADC tersebut menangkap
sinyal berulang-ulangpada satu titik waktu. Sebaliknya, ADC dual-slope
menyama-ratakan semua gejolak dalam perioda integrasi, sehingga
merupakan suatu keluaran dengan kekebalan gejolak yang lebih besar. Dual-
slope ADC digunakan pada pemakaian yang memerlukan ketelitian tinggi.
Salah satu teknologi ADC yang lebih maju adalah apa yang disebut ADC delta-
sigma ∆Σ. Pada pengubah ADC ini, sinyal tegangan masukan analog
disambungkan ke masukan suatu integrator, menghasilkan laju perubahan
tegangan atau slope pada keluaran yang sama besarnya dengan masukan.
Tegangan naik perlahan ini dibandingkan ke tegangan nol oleh pembanding.
Pembanding ini beraksi sebagai ADC 1-bit, menghasilkan 1 bit keluaran ("high"
or "low") tergantung pada apakah keluaran integratornya positif atau negatif.
Keluaran pembanding disimpan dalam flip-flop tipe D yang di-clock pada
frekuensi tinggi, dan diumpan balikkan ke saluran masukan lainnya pada
integrator, untuk menjalankan (drive) integrator tersebut ke arah keluaran 0
volt. Rangkaian dasarnya terlihat seperti gambar berikut:
Op-amp paling kiri adalah integrator (penjumlahan)nya. Op-amp berikutnya
integrator pengumpan (feed into) adalah pembanding, atau ADC 1-bit.
Berikutnya flipflop tipe D yang menahan keluaran pembanding pada setiap
denyut clock, mengirimkan sinyal tinggi atau rendah ke pembanding berikutnya
dibagian atas rangkaian. Pembanding terakhir ini perlu mengubah tegangan
keluaran tingkat logika 0V / 5V polaritas tunggal dari flip-flop menjadi suatu
sinyal tegangan +V / -V untuk diumpan balikkan ke integrator.
Jika sinyal masukan analog naik harganya, begitu juga bit 1 pada keluaran
digital flip-flop.
Suatu keluaran bilangan bineri sejajar (parallel) diperoleh dari rangkaian ini
dengan merata-ratakan aliran deret dari bit-bit bersama. Sebagai contoh,
rangkaian penghitung bisa dirancang untuk mengumpulkan keseluruhan
keluaran 1 oleh flip-flop untuk sejumlah denyut clock yang diberikan. Hitungan
ini yang menunjukkan tegangan masukan analog.
Variasi pada tema ini ada, menggunakan integrator bertingkat banyak dan/atau
beberapa rangkaian pembanding yang mengeluarkan lebih dari sati bit, namun
satu konsep umum untuk semua pembanding ∆Σ adalah oversampling.
Oversampling, yaitu bila banyak sampel dari satu sinyal analog diambil dengan
satu ADC (1-bit ADC), dan sampel-sampel yang telah didigitalkan dirata-
ratakan, hasil akhirnya adalah kenaikan efektif jumlah bit yang dirubah dari
sinyalnya. Dengan kata lain, satu pengubah ADC 1-bit yang dioversampling
dapat melakukan kerja yang sama dengan satu pengubah ADC 8 –bit dngan
satu kali sampling, walaupun dengan laju yang lebih lambat.
Misalnya, satu ADC dengan keluaran 10- bit dapat melambangkan hingga
1024 (210) keadaan unik dari pengukuran sinyal. Sepanjang rentang
P P
pengukuran dari 0% hingga 100%, akan ada sebanyak 1024 keluaran bilangan
bineri yang unik dari pengubah ADC (dari 0000000000 hingga 1111111111).
Satu ADC 11-bit akan memiliki dua kali banyak keadaan pada keluarannya
(2048 atau 211), melambangkan dua kali banyaknya keadaan unik pengukuran
P P
Nilai tahap 0.039101 kaki (0.46921 inci) merupakan jumlah terkecil perubahan
tinggi air yang dapat dirasakan oleh instrumen. Tak dapat disangkal, ini angka
yang kecil, kurang dari 0,1% dari seluruh rentang pengukuran 40 kaki. Namun
untuk beberapa penggunaan, ini belum cukup sempurna. Andai instrumen ini
diperlukan agar mampu menunujukkan perubahan tinggi air hingga
sepersepuluh inci; untuk mendapatkan tingkat resolusi ini dan masih
mempertahankan rentang pengukuran 40 kaki, diperlukan instrumen ADC yang
lebih dari 10 bit.
Untuk menentukan ADC berapa bit yang diperlukan, mula-mula tentukan ada
1
berapa tahapan /10 inci dalam 40 kaki; yaitu 40/(0,1/12) sama dengan 4800
P P B B
1
tahapan /10 inci dalam 40 kaki. Sehingga diperlukan bit yang cukup untuk
P P B B
Perhatikan laju perubahan ADC berikut terhadap jenis sinyal, jenis ADC
pendekatan berurut dengan selang waktu teratur:
Disini, untuk sinyal yang berubah pelan, laju sample lebih dari cukup untuk
menangkap kecenderungan umumnya. Tetapi pertimbangkan contoh ini denga
waktu sampel yang sama.
Ketika perioda sampel terlalu panjang (terlalu lambat), rincian penting dari
sinyal analog akan terabaikan. Perhatikan bagaimana, terutama pada bagian
yang terakhir sinyal analog, keluaran digital sama sekali gagal mereproduksi
bentuk tang sebenarnya. Pun pada bagian awal bentuk gelombang analog,
reproduksi digital manyimpang banyak sekali dari bentuk gelombang
sebenarnya.
Penting sekali bahwa waktu sampel suatu ADC cukup cepat menangkap
perubahan penting bentuk gelombang analog. Dalam istilah penerimaan data
(data acquisition), bentuk gelombang frekuensi sangat tinggi yang dapat
ditangkap suatu ADC secara teoritis adalah yang disebut frekuensi Nyquist
U U
terjadi.
Satu lagi ukuran kinerja ADC adalah yang disebut step recovery, yaitu ukuran
seberapa cepat suatu ADC merubah keluarannya untuk mengikuti
perubahanmasukan analog yang cepat dan besar. Dalam teknologi pengubah,
step recovery adalah merupakan batasan yang serius. Contohnya adalah
pengubah tracking yang memiliki periosa pembaruan (up-date) yang cepat,
tetapi step recoverynya lambat dantak seimbang.
Suatu ADC yang ideal memiliki bit yang banyak untuk resolusinya, mengambil
sampel sangat cepat dan step recovery sesaat, tetapi hal ini belum tercipta.
Tentu sifat-sifat ini bisa diperoleh dengan menambah rangkaian yang rumit
(complexity), apakah menambah komponen penghitung atau membuat
rancangan khusus yang bekerja dengan kecepatan clock yang lebih tinggi.
Berbeda teknologi ADCnya, berbeda kekuatannya. Berikut ini urutan ADC
mulai dari yang baik ke yang jelek
Step recovery:
Flash, successive-approximation, single-slope integrating & counter, dual-slope
integrating, tracking.
Perlu diingat bahwa urutan (ranking) ADC yang berbeda teknologi ini
tergantung pada faktor lain. Misalnya, bagaimana laju perubahan ADC pada
step recovery tergantung pada sifat alami perubahan stepnya. ADC tracking
sama lambatnya dalam menanggapi semua perubahan step, sedangkan
single-slope atau ADC penghitung akan mencatat perubahan step tinggi ke
rendah dengan lebih cepat dari pada perubahan step rendah ke tinggi. ADC
Successive-approximation berubah langkah, hampir sama cepatnya merubah
sinyal analog apa saja, tetapi ADC tracking akan mengalahkannya jika sinyal
berubah lebih lambat dari pada satu resolusi langkah per clock pulsa.
1. LOGIC DAN SEQUENCE
Logic atau logika menurut bahasa adalah sesuatu yang dapat diterima oleh
akal. Namun logic yang dimaksudkan disini adalah logic yang lazim digunakan
dalam dunia keteknikan.
1. Logic diagram
2. Schematic diagram
Adalah merupakan komponen dari rangkaian logic berdasarkan rangkaian logic ini
akan terbentuk suatu fungsi fungsi logic yang diaplikasikan pada suatu sistem
peralatan.
Rangkaian Logika secara umum dinamai juga rangkaian pintu (gate circuit) yang
terdiri dari gerbang-gerbang logic, didalam gatecircuit kita tidak perlu mengetahui
bagaimana pengawatan dalamannya, sudah tersedia dalam bentuk I.C
(Integrated circuit) yang perlu diketahui hanyalah bagaimana sinyal-sinyal
masukan pada suatu gatecircuit akan mengeluarkan sinyal keluaran, dimana
sinyal keluaran hubungannya dengan sinyal masukan mempunyai keterkaitan
yang logis dan masuk akal.
• AND GATE
• OR GATE
• NOT GATE
2
F
AND GATE
F
OR GATE
NOT GATE
Tiga komponen dasar pada gambar diatas terlihat suatu black-box dimana F=
sinyal keluaran dari suatu fungsi sinyal-sinyal masukan (A dan B), sedangkan
pada NOT GATE hanya ada satu masukan.
Rangkaian logika bekerja dengan sistem bilangan biner yaitu bilangan basis dua
dengan demikian hanya dikenal bilangan 0 dan 1, bilangan 0 dan bilangan 1
hanya dapat di Interpretasikan dengan dua keadaan misal pada suatu saklar
cuma dikenal membuka (=1) atau menutup (=0) yang merupakan variabelnya,
atau dalam suatu sistem tegangan logic circuit hanya dikenal dengan Low dan
High dimana tegangan 5V=high dan Low = 0V.
AND GATE, Keluaran akan F=1, Jika semua sinyal masukan adalah 1
3
OR GATE, Keluaran akan F=0, Jika semua sinyal masukan adalah 0
Pada gambar tampak dengan jelas bawa keluaran fungsi AND akan sama
dengan satu jika semua sinyal masukan A=1 dan B=1 artinya lampu akan
menyala apabila kontaktor A dan kontaktor B secara simultan dienerjais sehingga
lampu menyala karena dialiri arus dari L1 ke L2 apabila salah satu kontak
normally open (NO) yang terhubung seri dari kontaktor (A atau B) tidak
dienerjais lampu akan padam.
1.2.2. FUNGSI OR
4
Fungsi OR dengan ilustrasi gambar diatas nampak jelas bahwa lampu akan
padam jika kedua kontak normally open (NO) yang dihubungkan parallel dari
kontaktor (A dan B) dalam keadaan tidak didienerjais. Sebaliknya jika salah satu
kontaktor A atau kontaktor B enerjais maka akan ada aliran arus dari L1 ke L2
sehingga lampu akan menyala. Dari kedua gambar tadi dapat disimpulkan bahwa,
Logic dengan fungsi AND adalah mempunyai ciri-ciri dua atau lebih peralatan
yang terhubung seri, dengan notasi F=A.B identik dengan perkalian. Sedangkan
Logic dengan fungsi OR mempunyai cir-cirii dua atau lebih perlatan yang
terhubung parallel, dengan notasi F=A+B identik dengan penjumlahan.
Suatu Logic NOT atau logic Inversi dapat dibentuk dengan menggunakan kontak
Normally Closed (NC) sebagai pengganti kontak Normally Open (NO) yang
terhubung pada L1 dan L2 dari suatu rangkaian lampu seperti diatas , sebagai
ilustrasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini,
Pada gambar ternyata bahwa apabila kontaktor A tidak dienerjais maka lampu
akan nyala sebaliknya apabila kontaktor A dienerjais maka lampu akan padam.
Dengan bantuan Tabel benaran pada gambar dapat mempersingkat penjelasan
dari suatu Logic NOT
Kita dapat juga mengilustrasikan suatu keluaran fungsi invers yang ditimbulkan
dari kontak normaly open (A) dengan bantuan relay kontrol (CR=control relay)
5
disebut NAND, Pada gambar tampak jelas bahwa fungsi NAND adalah Inversi
dari keluaran Fungsi AND
A A
F F F = (A.B)
B = B
A A
F = F F = (A+B)
B B
Gerbang OR Khusus yang disebut juga EX-OR adalah suatu susunan gerbang
yang keluarannya akan F=1, hanya apabila banyaknya logic state =1 yang ada di
jalur masukan berjumlah ganjil.
Fungsi logic Ex-OR Dapat dibangun dari kombinasi fungsi-fungsi logic dengan
kontak-kontak grup yang tersusun secara seri dan paralel seperti pada gambar.
Contoh gambar dibawah ini juga dijelaskan bagaimana fungsi EX-OR dibangun
dari kombinasi gerbang AND, OR dan NOT
Pada gambar diatas jelas bawa satu grup kontak antara NO dan NC dari
Kontaktor A dan kontaktor B dihubungkan paralel sedangkan NO kontaktor A
dihubungkan secara seri dengan NC kontaktor B. Perhatikan juga Tabel benaran
dari Fungsi EX-OR yang terlihat bahwa jika jumlah 1 pada jalur input ganjil maka
output akan menjadi 1.
6
1.3. ALJABAR BOOLE
Aljabar boole merupakan aljabar saklar sebab Aljabar boole diterapkan terutama
dalam rangkaian yang menerapkan saklar, Aljabar boole diperlukan jika hendak
merancang suatu sistem logic yang lebih besar atau jika hendak membangun
subsistem dari sistem yang sudah ada dalam hal pengembangan suatu power
plant.
Kaidah-kaidah dalam Aljabar boole ada yang menyerupai aljabar biasa ada juga
yang tidak, seperti yang dicontohkan pada identitas-identitas dibawah ini:
A=A (1)
Penulisan A dan B seperti A.B kita sebut sebagai Pekalian logika, sebab perkalian
ini menyerupai perkalian didalam aljaba biasa. Demikian juga dengan penulisan A
atau B sebagai A+B disebut penjumlahan logika, sebab menyerupai penulisan
A+B didalam aljabar biasa
Kita dapat membuktikan bentuk baku atau rumusan tetap dari kaidah-kaidah
diatas (1 s.d 9) dengan bantuan fungsi dari masing-masing tiga komponen dasar
gerbang logika dan karena A adalah bilangan biner maka nilai A akan bervariasi
antara 0 dan 1 asumsikan jika A=0 dan Jika A= 1, yang penjabarannya sebagai
berikut;
Lambang dari kaidah (1) artinya membalik logic masukan sebanyak dua kali
sehingga terjadi bahwa sinyal masukan sama dengan sinyal keluaran, dapat di
buktikan dengan melihat tabel benarannya.
A F1 F2
A F1 F2
0 1 0
1 0 1
7
A A F A A
F=…. F=….
0 0 0 A
1 1 1
Terbukti bahwa A.A = A, urutan sinyal input diikuti oleh sinyal output ... kaidah (2)
Fungsi AND gate dengan dua jalur masukan salah satu masukannya diberi sinyal
konstan (K)=1, apa yang terjadi pada jalur output jika sinyal masukan pada saat
A=0 selanjutnya A=1
A K F A F=….
0 0 0 1
1 0 0
Dari Tabel benaran terlihat bahwa F=A, artinya jika salah satu dari dua masukan
AND GATE diberi Sinyal tetap dimana sinyal itu = high atau sinyal (1) maka sinyal
output akan mengikuti sinyal input sesuai dengan kaidah (3) yaitu A.1 = A
Fungsi AND gate dengan dua jalur masukan salah satu masukannya diberi sinyal
konstan (K)=0, apa yang terjadi pada jalur output jika sinyal masukan pada saat
A=0 selanjutnya A=1
A K F
A F=….
0 1 0
0
1 1 1
Dari Tabel benaran terlihat bahwa F=0, artinya jika salah satu dari dua masukan
AND GATE diberi Sinyal tetap dimana sinyal itu = low atau sinyal (0) maka sinyal
output = 0, tidak perduli sinyal apa yang ada di masukan yang lain atau sinyal
masukan diblok.
Fungsi AND gate dengan dua jalur masukan dimana kedua sinyal masukan saling
berkomplemen artinya jika A=0 maka B=1 demikian sebaliknya
A B F A
F=….
1 0 0
B
0 1 0
Dari Tabel benaran terlihat bahwa F=0, karna kedua masukan saling
berkomplenen maka salah satu jalur input mengandung sinyal 0 yang mana pada
fungsi AND jika salah satu input mempunyai nilai 0 maka output pastinya
mengeluarkan sinyal 0
8
Untuk kaidah 6 s.d 9 behubungan dengan penjumlahan logika, sehingga
pembuktian harus memakai fungsi OR lalu berikan nilai A=0 selanjutnya A=1
A A F A
F=….
0 0 0
1 1 1
Fungsi OR gate dengan dua jalur masukan salah satu masukannya diberi sinyal
konstan (K)=0, apa yang terjadi pada jalur output jika sinyal masukan pada saat
A=0 selanjutnya A=1
A K F A
F=….
0 0 0 0
1 0 1
Kesimpulan: Jika salah satu dari dua masukan masukan FUNGSI OR bernilai =0,
maka sinyal keluaran akan sama dengan sinyal masukan artinya meloloskan
sinyal input
Fungsi OR gate dengan dua jalur masukan salah satu masukannya diberi sinyal
konstan (K)=1, apa yang terjadi pada jalur output jika sinyal masukan pada saat
A=0 selanjutnya A=1
A K F A
F=….
0 1 1 1
1 1 1
Kesimpulan: Jika salah satu dari dua masukan masukan FUNGSI OR bernilai =1,
maka sinyal keluaran akan sama dengan sinyal 1, artinya sinyal keluaran akan
memblok sinyal input
Fungsi OR gate dengan dua jalur masukan dimana kedua sinyal masukan saling
berkomplemen artinya jika A=0 maka B=1 demikian sebaliknya
9
A B F A
F=….
B
1 0 1
0 1 1
Dari Tabel benaran terlihat bahwa F=1, karena kedua masukan saling
berkomplenen maka salah satu jalur input mengandung sinyal 0 yang mana pada
fungsi OR jika salah satu input mempunyai nilai 1 maka output pastinya
mengeluarkan sinyal 1
de Morgan salah satu penemu rumus matematika diskrit untuk aplikasinya pada
rangkaian logika, namun disini akan dibahas aplikasi kaidah-kaidah Aljabar Boole
yang lain yang salah satunya dijelaskan oleh de Morgan
A (B+C) = (A B) + (A C) (10)
kaidah-kaidah distributif
A +(B.C) = (A+B) (A+C) (11)
A+A B =A (12)
sifat-sifat absorpsi
A (A + B) = A (13)
A (A+C) = A C (14)
sifat-sifat absorpsi logika
A + (A C) = A+C (15)
A B = A+B (16)
Kaidah-kaidah de Morgan
A+B =A B (17)
Kaidah (10) dapat dibuktikan dengan menggambarkan logic diagram dari ke dua
persamaan tersebut
10
Isilah tabel benaran pada ke dua fungsi diatas sehingga dapt dilihat dengan jelas
bahwa
Kaidah (11) dapat dibuktikan dengan menggambarkan logic diagram dari ke dua
persamaan tersebut
F = A + (B C) F = (A+B) (A+C)
A F A
B
= B
C
C
Isilah tabel benaran pada ke dua fungsi diatas sehingga dapt dilihat dengan jelas
bahwa
11
1.4.2. SIFAT-SIFAT ABSORPSI
Kaidah (12) dapat dibuktikan dengan menggambarkan logic diagram dari ke dua
persamaan tersebut
A B A.B A+A.B
0 0 0 0 F = A + (A B)
A F
0 1 0 0
1 0 0 1
1 1 1 1 B
Dari Tabel Benaran fungsi terlihat jelas bahwa urutan bit-bit A adalah sama
dengan urutan bit-bit pada kolom A+A.B sehingga dapat disimpulkan bahwa:
A+(A.B) = A.
Sebenarnya fungsi pada Paragraf 6.2 dapat juga dibuktikan dengan cara-cara
seperti pada paragraf 6.1.bahwa A+(A.B) = (A+A).(A+B). Silahkan anda mencoba
sendiri dengan membuat logic diagramnya.
Kaidah (13) dapat dibuktikan dengan menggambarkan logic diagram dari ke dua
persamaan tersebut
Dari Tabel Benaran fungsi (F) diatas terlihat jelas bahwa urutan bit-bit A adalah
sama dengan urutan bit pada kolom A.A+B sehingga dapat disimpulkan bahwa:
A.(A+B) = A. Sebenarnya fungsi pada Paragraf 6.2 dapat juga dibuktikan dengan
cara-cara seperti pada paragraf 6.1.bahwa A.(A+B) = (A.A)+(A.B). Silahkan anda
mencoba sendiri dengan membuat logic diagramnya
Kaidah (14) dapat dibuktikan dengan kaidah (5) bahwa Perkalian antrara A dan
Komplemen A = 0
A (A + C) = A A + A C
A (A + C) = A C
A (A + C) = A C
12
Kaidah (15) dapat dibuktikan dengan kaidah (5) bahwa Penjumlahan antrara A
dan Komplemen A =1
A + (A C) = (A + A) (A + C)
A + (A C) = A C
A + (A C) = A C
Menurut DeMorgan jika keluaran fungsi OR di Invers, maka hasilnya akan sama
dengan keluaran fungsi AND dimana semua sinyal masukan fungsi AND
masing-masing di Invers
Kaidah ……17
A+B = A B
Menurut DeMorgan jika keluaran fungsi AND di Invers, maka hasilnya akan
sama dengan keluaran fungsi OR dimana semua sinyal masukan fungsi OR
masing-masing di Invers
A B = A +B Kaidah ……16
Jika ingin merancang rangkaian logika akan sangat membantu apabila terlebih
dulu disusun Tabel Benaran yang kemudian berdasarkan Tabel Benaran itu
dibangun rangkaian logika. Dikenal dua persamaan Aljabar Boole pada teknik
perancangan ini yaitu,
13
1.5.1. Sum of Product
Sum of product atau Minterm disingkat SOP yaitu penjumlahan dari hasil kali,
artinya susunlah bit-bit keluaran dari Tabel Benaran yang bernilai nilai satu, yaitu
F=1 asumsikan keluaran F=1 dari suatu fungsi AND kemudian amati bit-bit
masukan pada baris F=1 seandainya ada sinyal masukan yang mempunyai
bit=0 maka jalur masukan itu harus diberi tanda inversi. Setelah dikumpulkan
sinyal-sinyal keluran yang bernilai satu lalu jumlahkan.
Katup sampah masuk di kontrol oleh rangkain logic dengan persaratan sebagai
berikut, katup akan menutup jikalau lebih dari satu sensor bahan bakar failure
artinya katup akan membuka kalau burner yang menyala paling sedikit dua buah.
Dari sekuensial penyalaan burner dan buka tutup katup sampah masuk harus di
buat dulu Tabel Benarannya seperti diekspresikan dibawah ini,
Dari Tabel benaran itu tampak ada empat keluaran yang outputnya=1, seperti
yang dijelaskan dibawa ini. Contoh untuk baris ke-4 A=0, supaya F=1 maka A
dinvers karna keluaran fungsi AND adalah semua sinyal input harus sama dengan
satu
14
Sesuai dengan metode Sum of Product dari diatas dihasilkan persamaan
output. sehingga bisa dibangun rangkaian logika dengan gate circuit seperti :
atau dapat juga dibangun dengan Control Relay dengan lampu sebagai indikasi
output
15
Sehingga Rangkaian logic untuk gate circuitnya menjadi,
Gambar tsb dapat direpresentasikan kedalam bentuk gambar Control Relay yang
lebih sederhana juga
16
Nama lain dari Sum of Product adalah Maxterm disingkat POS, adalah kebalikan
dari Minterm. Pada cara ini di kumpulkan keluaran F=0, asumsikan keluaran itu
dari suatu fungsi OR, kalau ada bit sinyal masukan =1 maka masukan itu diberi
tanda Invers, kemudian semua keluaran tadi di AND-kan
ABC
17
1. PENGKONTROL PID (PID Controller)
Pengkontrol mengambil harga terukur dari suatu proses atau peralatan lainnya dan
membandingkannya dengan harga setpoint acuan; beda/deviasi (error signal)nya
kemudian digunakan menyetel beberapa masukan ke proses agar mengembalikan
harga proses terukur ke harga setpoint yang diinginkan. Tidak seperti pengkontrol
sederhana, pengkontrol PID bisa mengatur keluaran proses didasarkan pada penyebab
dan laju perubahan deviasi, sehingga kontrol menjadi stabil dan lebih akurat.
Pengkontrol PID tidak memerlukan matematik tingkat tinggi untuk merancangnya, dan
dapat disetel dengan mudah (tuned) sesuai penerapan yang diinginkan, tidak seperti
kontrol berbasis algoritma yang rumit pada teori kontrol optimal.
Simpul PID berusaha mengotomatiskan apa yang akan dikerjakan oelh operator cerdas
dengan alat ukur dan tombol kontrol. Operator akan membaca meteran yang
menunjukkan hasil pengukuran suatu proses, dan menggunakan tombol untuk mengatur
masukan ke proses (action) sampai hasil pengukuran keluaran proses pada alat ukur
stabil pada harga yang diinginkan. Dalam literature yang lama, pengaturan proses ini
desebut aksi reset (reset action). Posisi jarum penunjuk pada meteran alat ukur disebut
pengukuran (measurement) atau nilai proses (process value) atau variabel proses
(process variable). Perbedaan antara pengukuran dan nilai acuan (set point) disebut
kesalahan (error) atau deviasi.
Pada simpul PID, koreksi dihitung dari error dengan tiga cara:
Sebagai contoh, andaikan tangki air digunakan untuk mencatu air ke beberapa bagian
pada pabrik, dan perlu menjaga ketinggian air tetap konstan. Suatu sensor akan
mengukur tinggi air dalam tangki, menghasilkan pengukuran, dan terus menerus
mengalirkan data ini ke pengkontrol. Pengkontrol memiliki nilai acuan (setpoint),
misalnya 75% penuh. Pengkontrol akan memiliki aksi keluarannya yang disambungkan
ke katup kontrol yang berperilaku terkontrol secara proporsional P untuk mengatur aliran
air pengisi ke tangki. Pengkontrol akan menggunakan pengukuran laju perubahan tinggi
air terhadap waktu untuk menghitung bagaimana menggerakkan katup kontrol agar
menjaga tinggi air tetap sesuai nilai acuan (setpoint)
Pengkontrol PID dapat digunakan untuk mengkontrol setiap variabel yang dapat diukur
yang bisa dipengaruhi dengan memainkan beberapa variabel proses lainnya. Misalnya
dapat digunakan untuk mengkontrol suhu, tekanan, laju aliran, komposisi komia,
kecepatan, putaran dan varabel lainnya.
Beberapa sistem kontrol menata pengkontrol PID dengan berurut ke bawah (cascade)
atau dalam jaringan (nerwork), yaitu suatu kontrol utama (master control) mengeluarkan
sinyal-sinayl yang akan digunakan oleh kontrol-kontrol dibawahnya (slave controller).
Suatu pekerjaan umum adalah kontrol motor, seseorang menginginkan motor harus
terkontrol putarannya, dengan pengkontrol bawahan (slave controller – bisanya untuk
pengaturan frekuensi) yang langsung mengatur putaran berdasarkan masukan
proporsional. Masukan ke pengkontrtol bawahan ini diberi oleh keluaran dari
pengkontrol utama, yang mengkontrol berdasarkan variabel berhubungan.
Menggandengkan dan mengurutkan kontrol adalah biasa terutama pada kontrol proses
kimia, pemanasan, ventilasi, sistem pendingin udara dan sistem lainnya dimana banyak
bagian-bagian yang bekerja .
Simpul PID menambahkan koreksi positif, menghilangkan error dari variabel proses
yang bisa dikontrol (masukan/inputnya). Istilah-istilah berbeda pada industri kontrol
proses; "process variable" disebut juga "process's input" atau "controller's output."
Keluaran proses disebut juga "measurement" atau "controller's input."
Pergerakan sedikit keatas dan sedikit kebawah ("up a bit, down a bit") dari variabel
masukan proses adalaha cara simpul PID secara otomais menemukan tingkat masukan
yang benar bagi proses. Memutar tombol kontrol mengurangi error, mengatur masukan
proses untuk menjaga keluaran terukur dari proses agar tetap sesuai acuan (setpoint).
Kesalahan error diperoleh dengan mengurangi acuan (setpoint) dengan harga terukur.
"PID" adalah nama bagi ketiga kalkulasi pembetulan yang merupakan jumlah keluaran
(output) dari pengkontrol PID
- Proportional : untuk mengatasi error mendadak, error ini dikalikan dengan harga
kontanta P ("proportional"), dan ditambahkan ke nilai terkontrol yang
ada. P hanya absah pada pita rentang dimana keluaran pengkontrol
sebanding error dari sistem. Misalnya untuk pemanas, suatu
pengkontrol dengan rentang kesebandingan 10°C dan acuan
setpoint 20°C akan memiliki keluaran 100% pada 10°C, 50% pada
15°C dan 10% pada 19°C. Ketika errornya nol, keluaran
pengkontrol proportional adalah nol.
Secara lebih tehnik, simpul (loop) PID dapat difungsikan sebagai saringan (filter) yang
diapsangkan pada sistem dengan domain frekuensi yang rumit, berguna untuk
mengkalkulasi apakah akan mencapai nilai stapil sesungguhnya. Jika harga-harga
terpilih tidak tepat, masukan proses yang dikontrol akan berosilasi, dan keluaran proses
mungkin tidak akan pernah tepat sesuai dengan setpoint.
Pengkontrol PID bisa disebut pengkontrol PI atau PD ataupun P saja dengan tidak
adanya aksi kontrol masing-masing. Perlu diperhatikan bahwa pengkontrol EWMA
(Exponential Weighted Moving Average) adalah serupa dengan pengkontrol PI.
Fungsi pemindahan (transfer) umum bagi suatu pengkontrol PID bentuk interaksi
adalah:
dengan C sebagai konstana yang tergantung pada lebar pita rentang (bandwidth) dari
sistem terkontrol tersebut.
dimana Pcontrib, Icontrib, dan Dcontrib adalah sumbangan umpan balik dari pengkontrol PID
controller, ditentukan sebagai berikut:
dimana e(t) = Setpoint - Measurement(t) adalah sinyal error, dan Kp, Ki, Kd adalah
konstanta yang digunakan untuk menyetel simpul kontrol PID:
− Kp: Proportional Gain – Makin besar Kp berarti makin cepat reaksi karena error
makin besar, makin besar umpan balik untuk mengimbangi.
− Ki: Integral Gain - Makin besar Ki berarti error yang stabil akan melenyapkan
lebih cepat. Imbal-baliknya adalah kelebihan (overshoot) yang lebih besar;
setiap error negatif yang tergabungkan selama reaksi sementara (transient)
harus diimbangi dengan error positif sebelum mencapai keadaan stabil.
− Kd: Derivative Gain - Makin besar Larger Kd akan menurunkan kelebihan
(overshoot), tetapi memperlambat reaksi sementara (transient response).
Lebih sering seseorang berhubungan dengan jarak waktu tersendiri dari pada terus
menerus, sehingga pengkontrol PID bisa diperlakukan dengan tergabung menjadi satu
(recursively)
Disini, hubungan pertama adalah integral, kedua proporsional, dan ketiga derevatif.
Perhatikan bahwa dalam bentuk ini, Ki harus sama dengan 1, kalau tidak, pengkontrol
tidak akan berkumpul ke setpoint. Integral ini sebanding, tetapi tidak identik dengan
integral dalam bentuk terus-menerus.
1. Proportional Band - Often abbreviated Pb, this is the band where proportional gain
acts upon. To get larger Kp Pb is decreased as follows:
2. Integral Time - Often abbreviated It, this is the time over which error is
averaged. Because It has dimensions of time, one can
conclude the following with dimensional analysis:
3. Derivative Time - Often abbreviated Dt, this is the time over which the derivative
of the error is evaluated. Because Dt has dimensions of time,
one can conclude the following with dimensional analysis:
Parameter dari kontrol PID semula dinamai menurut pengaturan pada pengkontrol
mekanikal sedemikian yang disebut proportional band, reset and rate. Harga ini
didasarkan pada interaksi algoritma. Praktek modern menamainya sebagai gain, integral
gain, and derivative gain karena lebih mencocokkan penggunaannya dalam pengkontrol
digital.
The parameters of PID control were originally named after menurut the adjustments on
mechanical controllers and so were called proportional band, reset and rate. These
quantities are based on the interacting algorithm. Modern practice is to refer to gain,
integral gain, and derivative gain since these better matches the usage in digital
controllers.
Ada beberapa pengkontrol PID bentuk berbeda. Istilah "interacting" dan "non-
interacting" digunakan dengan banyak cara dan bisa membingungkan
Perhatikan bahwa bentuk pengkontrol yang paling umum dan efektif adalah bagian P
yang serie, kemudian keluarannya dimasukkan ke bagian I dan P secara parallel.
Campuran kedua bentuk ini menambah kebingungan tentang istilahnya.
Nilai reset dan rate diskalakan berdasar pada proportional band dari algoritma kontrol
interaksi. Reset diukur menit untuk mengkoreksi keluaran dengan proportional band.
Rate diukur dalam proportional band/minute.
Ada beberapa metoda penyetelan simpul PID. Pilihan metoda sangat tergantung pada
apakah simpul dapat digunakan "offline" untuk penyetelan atau tidak, dan kecepatan
reaksi dari sistem. Jika sistem bisa digunakan offline, metoda penyetelan terbaik sering
melibatkan pengenaan sistem ke perubahan langkah/tindakan di input masukannya,
pengukuran keluaran sebagai fungsi waktu, dan penggunaan reaksi ini untuk
menentukan parameter kontrol.
Jika sistem harus tetap online, satu metoda penyetelan adalah mula-mula menyetel
harga I dan D ke nol. Naikkan P sampai keluaran simpul berosilasi. Kemudian naikkan I
sampai osilasi berhenti. Akhirnya, naikkan D sampai simpul cocok dan cepat mencapai
acuannya. Penyetelan simpul PID yang cepat biasanya melebihkan (overshoot) sedikit
untuk mencapai setpoint lebih cepat; namun, beberapa sistem tidak mengijinkan
overshoot.
Ziegler-Nichols method
Control Type Kp Ki Kd
P 0.5·Kc - -
PI 0.45·Kc 1.2Kp / Pc -
PID 0.6·Kc 2Kp / Pc KpPc / 8
Rumusan-rumusan lain tersedia untuk menyetel simpul sesuai kriteria unjuk kerja yang
berbeda.
Satu masalah umum adalah "integral windup". Ini bisa sangat lama bagi harga keluaran
untuk melandai (ramp up) ke harga yang diperlukan ketika simpul pertama kali distart-
up. Kadang-kadang simpul harus diberi beban awal (preloaded) dengan keluaran start.
Pilihan lain adalah dengan melumpuhkan (disable) fungsi integral sampai variabel
terukur telah memasuki proportional band.
Beberapa simpul PID mengkontrol katup atau peralatan mekanis yang serupa. Keausan
katup dan peralatan menjadi masalah pemeliharaan yang penting. Dalam hal ini, simpul
PID sebaiknya memiliki pita batas ("deadband") untuk mengurangi kesering-aktifannya
peralatan mekanis. Ini dimungkinkan dengan merancang pengkontrol agar tidak
terpengaruh oleh perubahan yang kecil (dalam rentang pita batas tertentu). Keluaran
yang dikalkulasi harus membiarkan pita batas sebelum keluaran sebenarnya akan
berubah. Kemudian, pita batas baru dibuat sekitar harga keluaran yang baru
Masalah lain dengan hubungan differensial yaitu gangguan kecil dapat menyebabkan
perubahan keluaran. Akan membantu dengan menyaring pengukuran, dengan harga
rata-rata atau saringan low-pass. Tetapi, penyaringan low-pass dan kontrol derivative
akan saling meniadakan, maka mengurangi gangguan dengan alat instrumentasi
menjadi pilihan yang lebih baik. Pilihan sebaiknya, rentang differensial kebanyakan
sistem bisa dimatikan walaupum dengan sedikit kerugian kontrol. Hal ini seperti
menggunakan pengkontrol PID sebagai pengkontrol PI.
Hubungan proporsional dan differensial juga mengakibatkan hasil yang tidak diinginkan
pada sistem yang dihubungkan ke masukan berubah seketika (misalnya ketika
komputer mengubah setpoint). Untuk menghindari hal ini, beberapa algoritma PID
menggabungkanberbagai pola:
1. derivative of output; banyak sistem PID industrial sebenarnya mengukur beda
harga keluaran yang selalu kontinyu (bukan fungsi digital), dan biasanya bergerak
kearah yang sama seperti error.
2. setpoint weighting; setpoint weighting menggunakan beberapa setpoint. Errors dari
kedua setpoint gabungkan untuk mengurangi gangguan. Beberapa pola secara
perlahan-lahan mengurangi proporsi error dari setpoint lama, dan menaikkan
proporsi error dari setpoint baru. Pola lain memiliki setpoint banyak (multiple
setpoints) yang dikontrol oleh pengkontrol luar yang berbeda. Error dalam
hubungan integral harus menjadi error kontrol sebenarnya untuk menghindari error
kontrol yang mantap (steady-state). Parameter yang mantap ini tidak
mempengaruhi tanggapan (response) terhadap gangguan beban dan pengukuran.
Implementasi digital dari suatu algoritma PID ada batasannya karena laju pengambilan
data, dan batas kalkulasi internal dan ketelitian. Misalnya, sistem PLC yang lama hanya
menggunakan 12 atau 16 bit untuk merepresentasikan variabel internal. Tambahan lagi,
beberapa implementasi software tidak dengan benar menangani kelebihan dalam
(internal overflow) dan harga ekstrim atau membatasi harga parameter gain yang bisa
diatur.
Masalah lain yang dihadapi dengan pengkontrol PID adalah kelinearannya, sehingga
kinerjanya pada sistem yang tidak linear menjadi bervariasi. Lebih sering pengkontrol
PID dipertinggi melalui metoda lokiga pengaturan atau fuzzy.
1.3.3 Implementasi
Suatu simpul PID dapat diimplementasikan dengan sistem fisikal apa saja yang bisa
menghasilkan perilaku rasiometrik dan integrasi.
Software simpul PID adalah yang paling stabil karena tidak mengalami jenuh/lelah, dan
murah. Fungsi pengkontrol PID adalah ciri-ciri umum PLC yang digunakan banyak
pabrik.
Pengkontrol PID dapat juga dibeli untuk penggunaan industri sebagai pengkontrol yang
terpasang pada panel; biasanya untuk satu atau dua rangkaian kontrol dan hanya
digunakan untuk sistem kecil yang berdiri sendiri yang tidak memerlukan kontrol
komputer atau PLC.
Pada masa lalu kontrol proses otomatis, pengkontrol PID diimplementasikan dengan
peralatan mekanisma yang digerakkan dengan udara bertekanan. Sistem mekanikal
bisa menggunakan tuas, pegas dan pemberat. Pengkontrol numatik telah digangikan
dengan pengkontrol elektronik digital.
Pengkontrol analog elektronik sekarang sangat murah dan dapat dibuat dari penguat
keadaan padat atau tabung, kapasitor dan tahanan. Simpul kontrol PID analog
elektronik lebih banyak dibuat dalam sistem elektronik yang rumit, misalnya posisi
kepala penggerak cakram, pengendali catu daya, bahkan rangkaian pendeteksi gerakan
seismometer modern. Dewasa ini, pengkontrol elektronik analog telah digantikan
dengan pengkontrol digital yang diimplementasikan dalam microcontroller atau FPGA.
Variabel yang diatur disebut variabel dimainkan (manipulated variable) yang biasanya
sama dengan keluaran pengkontrol. Keluaran pengkontrol PID akan merubah
tanggapan (response) terhadap perubahan pengukuran atau set-point. Pabrik-pabrik
pembuat pengkontrol PID menggunakan nama-nama yang berbeda untuk mencirikan
(identify) ketiga mode tersebut. Persamaan berikut menunjukkan hubungannya.
Tergantung pada pabrik pembuat, aksi integral atau reset disetel dalam waktu/ulangan
(time/repeat) atau ulangan/waktu (repeat/time). Perhatikan bahwa pabrik pembuat tidak
konsisten dan sering menggunakan reset dalam satuan waktu/ulangan atau integral
dalam satuan ulangan/waktu. Derivative dan rate adalah sama.
Pemilihan harga yang cocok untuk P, I, dan D disebut penyetelan PID (PID Tuning).
Dengan pita rentang proportional, keluaran pengkontrol adalah sebanding dengan error
atau perubahan pengukuran (tergantung pafa pengkontrol).
Dengan suatu pengkontrol proportional akan ada offset (penyimpangan dari set-point).
Menaikkan gain (perolehan) akan menyebabkan simpul (loop) berjalan tidak stabil. Aksi
integral dimasukkan dalam pengkontrol untuk menghilangkan offset ini.
1.4.2 Integral
Dengan aksi integral, keluaran pengkontrol adalah sebanding dengan jumlah waktu
adanya error; aksi integral menghilangkan offset.
Aksi integral memberi pengkontrol perolehan besar (large gain) dengan frekuensi
rendah yang menyebabkan hilangnya offset dan mengenyahkan (beating down)
gangguan beban. Fasa pengkontrol bermula pada – 90O dan menaik ke 0O pada
perubahan frekuensi. Ketinggalan/kelambatan fasa (phase lag) tambahan ini adalah
penghentian karena penambahan aksi integral. Aksi derivative menambah kelebih-
duluanan fasa (phase lead) yang digunakan untuk mengimbangi ketinggalan (lag) yang
dihasilkan aksi integral.
1.4.3 Derivative
Dengan aksi derivative, keluaran pengkontrol adalah sebanding dengan laju perubahan
pengukuran atau error. Keluaran pengkontrol diperhitungkan dengan laju perubahan
terhadap waktu.
dm
CONTROLLER OUTPUT = DERIVATIVE ----
dt
Beberapa pabrik pembuat menggunakan istilah rate atau pre-act sebagai pengganti
derivative. Derivative, rate, dan pre-act adalah hal yang sama.
Aksi derivative dapat menstabilkan simpul karena menambahkan fasa lebih duluan
(phase lead). Umumnya, dengan menggunakan aksi derivative, akan dapat digunakan
pengkontrol gain dan reset yang lebih besar.
Dengan pengkontrol PID, rasio amplitudo menjadi menukik ("dip") dekat pusat
tanggapan frekuensi. Aksi integral memberi pengkontrol perolehan (gain) yang tinggi
dengan frekuensi rendah, dan derivative menyebabkan gain mulai menaik setelah
menukik. Pada frekuensi yang lebih tinggi, filter pada aksi derivative akan membatasi
aksi derivative. Pada frekuensi yang sangat tinggi (diatas 314 radians/time; the Nyquist
frequency), fasa pengkontrol dan rasio amplitudo akan naik turun sangat sedikit karena
discrete sampling. Jika pengkontrol tidak berfilter, rasio amplitudo akan terus naik pada
frekuensi tinggi hingg frekuensi Nyquist (1/2 frekuensi sampling). Fasa pengkontrol kini
memiliki tonjolan (hump) karena aksi mendahului derivative dan penyaringan (filtering).
(Graphic courtesy of ExperTune Loop Simulator.)
Perlu diketahui bahwa memahami proses adalah dasar untuk mendapatkan simpul
kontrol yang terancang dengan baik. Sensor-sensor harus pada lokasi yang tepat dan
katup-katup dengan ukuran dan posisi yang benar.
Pada umumnya, untuk kontrol simpul yang terbaik, gain (perolehan) pengkontrol dinamis
harus setinggi mungkin tanpa menyebabkan ketidak-stabilan simpul. Pemilihan gain
pengkontrol dikerjakan dengan mudah melalui perangkat lunak penyetelan PID (PID
Tuning Software).
Pengkontrol PID dapat diterapkan dengan peralatan mekanis, numatik dan elektronik.
Pengkontrol PID digital menggunakan mikroprosesor dan pengkodean. Setiap elemen
PID merupakan elemen dasar dengan fungsi dan efek masing-masing pada sistem.
Ketiga elemen PID dijalankan oleh kombinasi perintah-perintah sistem dan umpan-balik
dari obyek yang dikontrol (biasa disebut "plant"). Untuk menghasilkan keluaran sistem.
Gambar berikut ini menunjukkan diagram blok suatu pengkontrol PID dasar, yang
elemen derivative-nya dijalankan hanya dari umpan balik plant. Umpan balik plant ini
dibandingkan dengan perintah (command) untuk mendapatkan error. Sinyal error ini
menjalankan elemen proportional dan integral. Sinyal yang dihasilkan dijumlahkan
bersama untuk menjalankan plant. Dibuatkan penyambungan pengganti bagi elemen
proportional (garis putus-putus); bisa menjadi lebih baik, tergantung keinginan
bagaimana sistem menganggapi perintah.
Agar lebih memahami, diperlukan beberapa contoh sistem penerapannya, dan melihat
efek penggunaan bermacam-macam pengkontrol padanya:
Setiap sistem ini memiliki karakteristik yang berbeda dan memerlukan strategi kontrol
yang berbeda untuk mendapatkan kinerja terbaik.
Motor menggerakkan sistem roda gigi, posisi akhir roda gigi diukur dengan
potensiometer ataupun alat pembaca posisi lainnya. Terlihat, mekanisma ini
menggerakkan printer, atau mekanisma trotel (throttle) pada sistem kontrol otomobil,
atau hampit pada setiap pengkontrol posisi presisi umumnya. Gambar berikut
menunjukkan diagram sisitem seperti itu. Motor dijalankan dengan tegangan yang
dikendalikan oleh software. Putaran motor diturunkan untuk menggerakkan mekanisma
sebenarnya. Posisi akhir yang digerakkan diukur dengan potensiometer.
Motor DC yang dijalankan dengan tegangan akan berputar tetap yang sebanding
dengan tegangan yang ada. Biasanya armature motor memiliki tahanan yang
membatasi kemampuan untuk dipercepat, sehingga motor mengalami penundaan
(delay) antara perubahan tegangan masuk dengan peraubahan putaran yang dihasilkan.
Rentetan gigi (gear train) memanfaatkan putaran motor dan mengalikannya dengan
suatu konstanta. Akhirnya, potensiometer mengukur posisi poros keluaran.
Gambar dibawah ini menunjukkan tahapan tanggapan kombinasi gigi-gigi dan motor,
dengan konstanta waktu t0 = 0.2 s. Tanggapan tindakan (step response) sistem adalah
merupakan perilaku keluaran dalam menanggapi suatu masukan yang bergerak mulai
dari nol hingga beberapa harga konstanta pada waktu t = 0. Karena berhubungan
dengan contoh generik, disini ditunjukkan tanggapan tindakan sebagai pecahan
(fraction) dari sekala penuh, sehingga menjadi satu. Gambar menunjukkan masukan
langkah dan tanggapan motor. Tanggapan motor mulai keluar pelan sesuai dengan
kontanta waktu, tetapi sekali tanggapan keluar dari caranya, posisi motor akan melandai
dengan kecepatan tetap.
1.5.2 Aktuator presisi (Precision actuator)
Kadang-kadang perlu juga mengkontrol posisi sesuatu dengan sangat presisi. Sistem
pemosisian yang teliti bisa dibuat dengan menggunakan suatu tingkatan mekanikal yang
bergerak bebas, suatu kumparan pengeras suara (susunan kumparan dan magnet) dan
transduser posisi tanpa kontak.
Mungkin akan terlihat mekanisma jenis ini menstabilkan suatu elemen sistem optikal,
atau melokasikan beberapa bagian peralatan atau sensor. Gambar berikut menunjukkan
sistem seperti itu. Software mengendalikan arus dalam kumparan untuk membuat
medan magnet yang menimbulkan gaya pada magnet. Magnet dicantelkan pelat (stage)
yang bergerak dengan percepatanyang sebanding dengan arus ke kumparan. Akhirnya,
posisi pelat dipantau dengan transduser posisi tanpa sentuh.
Dengan susunan ini, gaya pada magnet terbebas dari gerakan pelat . untungnya lagi,
hal ini mengisolasi pelat dari efek luar. Ruginya, sistem ini menjadi sangat licin (mudah
tergelincir/bergerak), dan menjadi tantangan untuk kontrol. Tambahan lagi, kebutuhan
elektrikal untuk membuat penguat keluaran arus yang baik dan pengantara (interface)
transduser posisi tanpa sentuh akan jadi tantangan.
Persamaan gerak untuk sistem ini adalah sederhana. Gaya pada pelat (stage) hanya
tergantung pada perintah penggerak saja, sehingga percepatan sistem benar-benar
sebanding dengan penggerak. Tanggapan tindakan dari sistem itu sendiri adalah
parabola, seperti terlihat pada gambar dibawah. Hal ini membuat persoalan kontrol
menjadi lebih menantang lagi karena kelembaman dengan mana pelat stage mulai
bergerak, dan kegairahannya untuk tetap bergerak sekali ia mulai jalan.
1.5.3 Kontrol Temperature (Temperature control)
Sistem termal cendrung mengalami tanggapan yang rumit, namun dicoba untuk
mengesampingkan kerinciannya dan memberikan model yang lebih mendekati. Jika
tidak kebutuhan pelaksanaan akan sangat sulit, sebenarnya tidaklah diperlukan model
yang sangat teliti dan akurat.
Gambar berikut menunjukkan tanggapan tindakan dari sistem terhadap perubahan Vd,
dengan konstanta waktu t1 = 0.1s and t2 = 0.3s. Tanggapannya cendrung untuk
menempati satu suhu tetap untuk penggerak yang ada, tetapi bisa memerlukan banyak
waktu untuk seperti ini. Juga, tanpa banyak isolasi, sistem termal cendrung menjadi
sangat sesitif terhadap pengaruh dari luar pengaruh ini tidak ditunjukkan dalam gambar).
1.6 Penyetelan (Tuning)
Hal yang menggembirakan tentang penyetelan suatu pengkontrol PID adalah bahwa
tidak diharuskan untuk mengerti dengan baik teori kontrol yang formal untuk
melakukannya secara umum. Kebanyakan penerapan pengkontrol simpul tertutup
(closed-loop controller) bekerja dengan sangat baik walaupun hanya disetel secara
biasa/normal.
Jika dapat, sambungkan sistemke beberapa peralatan uji, atau tuliskan kedalam
beberapa kode debug agar memungkinkan untuk memperhatikan variabel yang cocok.
Bila sistemnya cukup lambat, dapat menyambungkan variabel yang cocok ke seriel port
dan menggrafikkannya ke lembar kerja; jika ingin bisa memperhatikan keluaran
penggerak dan keluaran plant. Tambahan lagi, agar ingin mampu menerapkan
beberapa jenis sinyal gelombang (square-wave signal) ke masukan perintah sistem.
Cukup mudah menuliskan kode uji yang akan membuat perintah uji yang cocok. Jika
penyetelan sudah siap, set semua gain ke nol.
Jika menganggap tidak memerlukan kontrol differensial (seperti contoh motor dan gear
atau sistem termal) kemudian melangkah ke bagian yang mendiskusikan penyetelan
gain proprsional. Jika dianggap perlu, mulai lagi dengan penyetelan gain differensial.
Cara pengkontrol dikodekan tidak bisa menggunakan kontrol differensial sendiri saja.
Setel gain proporsional ke harga rendah (kurang dari satu). Cek untuk melihat
bagaimana sistem bekerja. Jika berosilasi dengan gain proporsional, maka harus bisa
menghilangkannya dengan gain differensial. Mulai dengan gain differensial yang 100
kali dari gain proporsional. Perhatikan sinyal penggerak. Sekarang mulai naikkan gain
differensial sampai terlihat osilasi, riak berlebihan (excessive noise) atau excessive
overshoot (lebih dari 50%) pada keluaran penggerak atau plant. Perhatikan bahwa
osilasi dari gain differensial yang terlalu besar adalah jauh lebih cepat dari pada osilasi
dari gain yang kurang. Sebaiknya naikkan gain hingga sistem mencapai ambang osilasi,
kemudian kembalikan gain dengan faktor dua atau empat. Yakinkan bahwa sinyal
penggerak masih terlihat baik. Pada keadaan ini, sistem mungkin akan menaggapi
dengan lambat sekali, maka inilah saatnya untuk menyetel gain proporsional dan gain
integral.
Jika belum diset, set gain proporsional ke harga awal antara 1 dan 100. Sistem mungkin
akan terlihat sangat lambat atau akan berosilasi. Jika terlihat berosilasi, turunkan gain
proporsional dengan faktor 8 atau 10 hingga osilasi berhenti. Jika tidak terlihat
berosilasi, naikkan gain proporsional dengan faktor 8 atau 10 hingga terlihat mulai
berosilasi atau berlebihan (excessive overshoot). Sebagaimana dengan pengkontrol
differensial, biasanya penyetelan dinaikkan sampai overshootnya terlalu banyak,
kemudian turunkan gain dengan faktor dua atau empat. Bila sudah mendekati baik,
lakukan penyetelan halus (fine tune) pada gain proporsional dengan faktor dua sampai
benar-benar baik.
Jika sudah tercapai gain proporsional yang baik, mulailah naikkan gain integral, mulailah
dengan harga dari 0.0001 hingga 0.01. Hal ini, untuk mendapatkan rentang gain integral
yang akan menghasilkan performa cepat yang diinginkan tanpa oevershoot terlalu
banyak dan tanpa terlalu mudah berosilasi.
PLC = Programmable logic controllers
Sebelum kehadiran sirkuit lojik solid state, sistem kontrol lojikal dirancang dan
dibangun hanya menggunakan relei elektro-mekanikal berukuran besar dan
pengkawatan yang rumit dengan pensaklaran bertegangan dan arus besar, serta
memerlukan ruang yang luas.
Sistem dan proses pada indusri modern memerlukan banyak sekali kontrol "on/off"
(fungsi logika) yang sulit dibangun dengan relei elektro-mekanikal atau gerbang
lojik diskret, tetapi dengan komputer digital proses kontrol "on/off" ini dapat dengan
mudah diprogram untuk melakukan berbagai fungsi logika.
Pada akhir tahun 1960 telah dibuat komputer kontrol untuk tujuan khusus ini yang
disebut MODICON (Modular Digital Controller) dan dikenal sebagai PLC
(Programmable Logic Controller).
PLC langsung menggantikan relei elektro-mekanik dengan komputer digital terpadu
(solid-state) dengan program tersimpan yang mampu menyamai pengawatan
sangat banyak relei untuk melakukan fungsi lojik tertentu.
PLC memiliki banyak terminal masukan (input) yang menafsirkan keadaan lojik
tinggi dan rendah ("high" and "low") dari sensor dan saklar; juga terminal keluaran
(output) untuk memberikan sinyal (perintah) "high" and "low" (on/off) ke lampu
sinyal, solenoid, kontaktor dan peralatan lainnya pada kontrol on/off.
Untuk memudahkan program PLC, didisain bahasa program yang mirip diagram
lojik tangga (LAD ladder program) dan/atau diagram blok fungsi (FBD function
block diagram) atau dengan penulisan pernyataan/perintah (STL statement list atau
CSL command statement list); sehingga teknisi/ enjinir yang terbiasa membaca
diagram lojik dapat dengan mudah memprogram PLC.
PLC adalah komputer industri menggantikan relei kontrol elektro-mekanik; dimana
sinyal input dan outputnya dapat berupa tegangan 5 hingga 220 volt AC ataupun
DC.
Gambar dibawah ini menunjukkan sisi depan PLC sederhana. Dua terminal sekrup
L1 dan L2 menghubungkan PLC ke sumber daya 120 volts AC. Enam terminal
disisi kiri dengan label Xi untuk masukan input dari masing-masing sensor atau
saklar, terminal "Common" biasanya dihubungkan ke L2 (neutral).
Didalam PLC, hubungan antara setiap input ke terminal Common dipasang suatu
opto-isolator device (LED light-emitting diode) untuk memberikan sinyal lojik "high"
ke rangkaian komputer (suatu photo-transistor menafsirkan sinar LED ini) ketika
ada tegangan 120 VAC antara terminal input dengan netral. Satu LED di panel
depan PLC mengindikasikan jika input terenejais ("energized").
Dengan cara begini PLC (software) mampu berhubungan dengan dunia nyata
(hardware) seperti saklar dan solenoid.
Logika sesungguhnya dari sistem kontrol dibentuk didalam PLC menggunakan
program komputer. Program menentukan (dictate) output mana yang terenerjais
dengan kondisi input tertentu. Meskipun program ini tampak sebagai diagram lojik
ladder dengan simbol relei dan saklar, sesungguhnya tidak ada saklar kontak atau
kumparan relei yang bekerja didalam PLC untuk menciptakan hubungan logika
antara input dan output (hanya saklar dan kumparan hayal). Program dimasukkan
dan ditampilkan melalui komputer yang dihubungkan ke port pemrograman PLC.
Perhatikan rangkaian dan program PLC berikut:
Ketika tombol tidak ditekan, tidak ada tegangan ke X1 pada PLC. Sesuai program
yang menunjukkan kontak X1 (NO normally open) disambung deret dengan koil
Y1, tidak ada tegangan ke koil Y1 (de-energized); dan indikator (LED) tidak
menyala.
Jika tombol ditekan, tegangan akan ada di terminal X1 (energized) - indikatornya
(LED) menyala, kontak X1 (normally open) menjadi menutup (close) dan
mengaktifkan koil Y1 - indikatornya (LED) menyala, terminal Y1 akan bertegangan
(energized).
Harus difahami bahwa kontak X1, koil Y1 kabel penghubung dan tegangan yang
muncul ditampil komputer bukanlah sebenarnya komponen kelistrikan yang
sesungguhnya nyata ada. Hanya ada sebagai perintah dalam program komputer,
hanya software, cuma menyerupai suatu diagram skematik relei sesungguhnya.
Sama pentingnya untuk memahami bahwa komputer personal PC yang digunakan
untuk menampilkan dan mengedit program PLC tidak diperlukan untuk
meneruskan operasi PLC. Sekali program telah dipasangkan (loaded) ke PLC dari
komputer, maka komputer dapat dilepas dari PLC, dan PLC meneruskan operasi
menuruti perintah yang diprogramkan.
Kekuatan dan kecanggihan PLC nampak pada saat kita ingin mengubah peri laku
sistem kontrol. Karena PLC dapat diprogram, maka kita bisa mengubah peri
lakunya dengan cara mengubah perintah-perintahnya, tanpa harus mengubah
susunan komponen-komponen yang teleh tersambung. Contoh, anadai kita ingin
rangkaian saklar dan lampu berfungsi dengan model terbalik; jika tombol ditekan
lampu akan mati, dan jika tombol dilepas lampu akan menyala. Dengan
pengkawatan ("hardware"), tombol tekan normally-open (NO) harus diganti dengan
tombol tekan normally-close (NC). Tetapi dengan "software" PLC menjadi lebih
mudah, cukup dengan mengubah program kontak X1 menjadi normally-closed
(tidak perlu mengubah hardware). Lihat gambar berikut, X1 dan Y1 (lampu)
menyala pada saat tombol tidak ditekan.
Gambar selanjutnya menunjukkan pada saat tombol ditekan
Salah satu keuntungan penerapan kontrol logika pada software disbanding
hardware adalah bahwa sinyal suatu input bisa digunakan berkali-lagi sasuai
kebutuhan program. Misalnya, perhatikan rangkaian dan program berikut,
dirancang untuk menyalakan lampu jika sedikitnya dua dari tiga saklar tombol
tekan ditekan bersamaan.
Untuk menghentikan motor, kita harus menekan sesaat tombol tekan "Stop", yang
akan meng-enerjais input X2 dan membuka kontak NC, memutuskan hubungan ke
koil Y1.
Bila tombol tekan "Stop" dilepas, input X2 akan de-enerjais, mengembalikan kontak
X2 ke keadaan normal tertutupnya. Motor tidak jalan kembali sampai tombol "Start"
ditekan, karena "seal-in" dari Y1 telah hilang.
Satu hal penting yang harus dibuat adalah rancangan fail-safe (aman dari
kegagalan) yang juga penting dalam sistem kontrol PLC, sebagaimana pentingnya
pada sisten kontrol relei elektro-magnetik. Kita harus mempertimbangkan efek dari
pengkabelan yang gagal (kabel terputus) peralatan atau perlatan yang sedang
dikontrol. Pada rangkaian kontrol motor contoh ini misalnya, ada masalah; jika
kabel input untuk X2 (tombol "Stop") gagal membuka, maka tidak ada cara untuk
menghentikan motor!
Solusi untuk masalah ini adalah dengan membalikkan lokiga antara kontak X2
dalam program PLC dan tombol "Stop" sesungguhnya.
Ketika tombol "Stop" (NC) tidak ditekan, input PLC X2 akan enerjais, sehingga
menutup kontak X2 dalam program, memungkinkan motor dijalankan bila input X1
ter-enerjais, dan akan terus berjalan walaupun tombol "Start" tidak ditekan lagi.
Ketika tombol "Stop" (NC) ditekan, input PLC X2 akan de-enerjais, sehingga
mebuka kontak X2 dalam program, dan menghentikan motor. Terlihata tidak ada
perbedaan antara rancangan baru dengan rancangan sebelumnya.
Betapapun, jika kabel ke input X2 gagal, input X2 akan de-enerjais, sama seperti
cara ketika tombol "Stop" ditekan. Akibatnya, jika ada kegagalan kabel ke input
X2,maka motor akan langsung berhenti.
Rancangan ini lebih aman dari pada rancangan yang ditunjukkan sebelumnya,
dimana kegagalan kabel ke tombol "Stop" mengakibatkan motor tidak bisa distop.
Sebagai tambahan lagi ke elemen program input X dan output Y, PLC
menyediakan koil dan kontak internal tanpa sambungan hakiki (hardware) ke
keluar perangkat PLC. Digunakan sama seperti "control relays" (CR1, CR2, etc.)
yang digunakan pada rangkaian relei standard; menyediakan pembalikan sinyal
lojik bila perlu.
Untuk memperagakan bagaimana suatu relei internal ini digunakan, perhatikan
contoh rangkaian dan program berikut, dirancang untuk menyerupai fungsi gerbang
NAND 3-input (dari tombol). Karena elemen-elemen program PLC dirancang khas
dengan huruf tunggal, kita akan menyebut relei kontrol internal dengan "C1" bukan
"CR1" sebagaimana umumnyapada rangkaian kontrol relei.
Pada rangkaian ini, lampu Y1 akan tetap menyala selama tidak ada satu pun
tombol yang ditekan. Untuk mematikan lampu, kita harus menekan ketiga-tiga
tombol bersamaan.
Contoh ini pada PLC hanya merupakan contoh kecil dan sederhana dari
kemampuan PLC. Sebagaimana komputer, PLC dapat melakukan fungsi
pewaktuan (seperti relei tunda waktu), teromol berurutan (drum sequencing) dan
fungsi-fungsi yang lebih maju dengan ketelitian dan keandalan yang lebih baik dari
apa mungkin dengan menggunaka peralatan lojik elektro-mekanikal. Kebanyakan
PLC memiliki kapasitas jauh melebihi dari pada sekedar beberapa input dan
output. Foto berikut menunjukkan beberapa modul-modul input dan output dari
PLC tunggal Allen-Bradley.
Dengan setiap modul memiliki 16 sambungan input maupun output, PLC ini
mampu memonitor dan mengkontrol puluhan peralatan. Disusun dalam lemari
kontrol (control cabinet), suatu PLC memerlukan ruang yang kecil, bandingkan
ruang yang diperlukan oleh relei elektro-mekanikal untuk melakukan fungsi yang
sama.
Satu kelebihan PLC yang tidak bisa dilakukan dengan relei elektro-mekanikal
adalah pemantauan dan kontrol jarak jauh (remote monitoring and control) melalui
jaringan komputer digital. Karena PLC adalah komputer digital dengan fungsi
tertentu, yang mampu berkomunikasi dengan komputer lain dengan cukup mudah.
Foto berikut menunjukkan komputer pribadi (PC) sedang menampilkan gambaran
grafik proses pengaturan level cairan sesungguhnya (sistem pemompaan
pengolahan air limbah) yang dikontrol denganPLC. Lokasi pemompaan
sesungguhnya berada cukup jauh dari tampilan komputer tersebut.
1. SISTEM INTERFACE I/O ANTARA SISTEM DIGITAL & ANALOG
Penggunaan komputer saat ini tidak lagi terbatas pada pengolahan dan
manipulasi data saja tetapi sudah digunakan untuk mengkontrol berbagai
peralatan seperti penghitung pulsa telepon, menyalakan/mematikan lampu
secara otomatis, dan lain sebagainya. Dengan penggunaan komputer seperti
yang telah disebutkan di atas maka seolah-olah komputer berperan sebagai
manusia yang dapat diprogram untuk menjalankan apa yang dikehendaki oleh
programmernya.
Antara sistem digital (sebagai pengontrol) dan sistem analog (sebagai peralatan
yang dikontrol) harus terdapat suatu jembatan yang menghubungkan kedua
sistem tersebut. Jembatan ini selanjutnya disebut sistem interface I/O.
Jadi untuk sistem kontrol secara digital ini selalu terdiri dari 3 bagian yaitu :
sistem digital, sistem interface I/O dan sistem analog. Sistem digital merupakan
sistem yang menjadi otak dari sistem secara keseluruhan. Sistem digital ini
membaca kondisi dari sistem analog melalui sistem interface I/O dan
mengkontrol sistem analog melalui sistem interface I/O.
Sistem kontrol secara digital ini menggantikan sistem kontrol manual yang
menggunakan switch mekanik dan diatur secara manual pula. Selain itu dengan
sistem kontrol secara digital ini, kondisi sistem analaog yang dikontrol dapat pula
dimonitor keadaannya. Sistem analog merupakan bagian dari peralatan analog
yang aktivitasnya dikontrol oleh sistem digitalnya melalui sistem interface I/O.
Sistem analog dapat berupa lampu bolam 220 volt, motor AC, bahkan sampai ke
peralatan industri yang menggunakan arus besar.
Disini terlihat bahwa sistem interface I/O sangat penting peranannya yaitu untuk
menginterfacekan sistem digital yang hanya mengenal kondisi ‘H’, yang
ekuivalen dengan tegangan 4.5 volt sampai 5 volt dan kondisi ‘L’ yang setara
dengan tegangan dibawah 1.2 volt dengan sistem analog dengan tegangan 220
VAC dengan konsumsi arus yang paling tidak 1Amp ke atas.
Dari kondisi seperti di atas maka perlulah bagian digital dan bagian analog ini
dilewatkan sistem interface yang secara elektronik terisolasi antar bagiannya.
Teknik interface I/O disini ada beberapa teknik dan tiap teknik tersebut
mempunyai keistimewaan pada aplikasi tertentu.
Contoh Aplikasi
Contoh aplikasi ini adalah salah satu contoh penggunaan relay sebagai interafce
antara sistem digital dan sistem analog.
Sistem interface I/O yang paling baik adalah sistem interface dimana sistem
digital dan sistem analognya terisolasi, terpisah. Biasanya digunakan relay atau
optocoupler. Penggunaan relay lebih mudah namun lebih sering menimbulkan
masalah karena relay dapat menghasilkan noise pada sistem digital pada saat
relay berubahan keadaan. Selain itu penggunaan relay membutuhkan daya
yang lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan optoisolator.
Sistem interface yang baik pada umumnya menggunakan optoisolator atau yang
lebih dikenal dengan optocoupler sepert 4N31 atau 4N35. Dengan menggunakan
optocoupler arus yang digunakan lebih sedikit paling tidak 10 mA -15 mA.
Pada gambar 3a. optoisolator mendapat input TTL berbentuk sinyal kotak
sehingga outputnya juga berupa sinyal kotak namun level tegangan berubah
menjadi 0-+24 volt.
Gambar 2 Optoisolator
Faktor yang paling penting pada interface I/O terutama untuk beban yang
menggunakan tegangan AC maka isolasi merupakan hal yang paing penting dan
harus diperhatikan dalam disain. Sistem digital menggunakan level tegangan
+5volt sedangkan beban menggunakan tegangan 220VAC. Perbedaan
tegangan ini sudah cukup untuk menyebabkan sistem kontrol digital, PC
misalnya, untuk rusak jika port pada komputer ini menerima tegangan imbas dari
beban 220VAC.
Pada pembahasan di atas, relay tetap dapat digunakan namun untuk saat ini
lebih disukai penggunaan solid state relay karena ada dua pertimbangan yaitu
efek noise yang ditimbulkan tidak terlalu besar dan harga solid state relay relatif
lebih murah dari pada sebuah relay dengan kualitas yang sama.
Ada satu faktor lagi yang perlu diperhatikan untuk mengendalikan beban yang
menggunakan tegangan AC. Yaitu pada masalah waktu aktivasinya. Karena
tegangan untuk AC selalu berubah-ubah maka aktivasi pada solid state relay
harus dilakukan pada saat tegangan AC pada saat mendekati nol volt.
Tujuannya adalah untuk memperpanjang umur solid state itu sendiri karena jika
aktivasi SSR ini pada saat tegangan AC nya berada pada tegangan 220VAC
misalnya, maka akan timbul ‘surge current’ yang dapat menimbulkan arus yang
sangat besar dan pada akhirnya menyebabkan solid state relay tersebut rusak.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka untuk penggunaaan solid state relay
harus pula diserta dengan rangkaian zero crossing detector. Rangkaian zero
crossing detector ini akan mendeteksi kapan tegangan VAC ini pada nilai nol
volt. Dengan adanya pemberitahuan keadaan ini maka kapan aktivasi solid state
relay dapat ditentukan dan solid state relay dapat bekerja dengan baik.
Dengan adanya rangkaian sistem interface antara tegangan tinggi dan tegangan
rendah maka diharapkan tidak terjadi rusaknya port mikrokontroller atau PC
karena mendapat imbas tegangan tinggi dari aplikasi seperti motor AC.
1. Hubungan antara PLC dan HMI/MMI
Gambar berikut adalah ilustrasi hubungan antara PLC dan HMI/MMI ….
Apabila kita ingin melihat plant/system dari sebuah interface seperti komputer
maka kita bisa memasukkan program HMI/MMI. Pada program ini kita bisa
menggambar plant yang terdapat di diagram P&I atau bahkan menggambar
sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, bisa masukkan gambar 2D, 3D bahkan
photo aktualnya.
Kita bisa menarik kabel komunikasi dari PLC ke Komputer, dan protokol untuk
masing2 PLC berbeda-beda, tapi untuk sekarang ini mereka sudah mendukung
komunikasi TCP/IP (Ethernet). jadi data yang dikirim dan diterima jadi lebih
cepat. Selain itu tidak hanya untuk memonitor, tetapi bisa untuk fungsi yang lain.
Contoh:
2. Sistem yang memakai PLC S7-300 atau S7-400 dengan Protocol TCP/IP,
untuk koneksi ke wonderwarenya bisa kita pakai DASSIDirect, dan bisa saja
dengan konfigurasi lainnya, misal kita pakai 3rd party OPC Server/Client.