Anda di halaman 1dari 16

PROSEDUR ANALITIS

A. Gambaran Umum

Prosedur analitis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari
hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya atau antara data
keuangan dengan data nonkeuangan.

Asumsi dasar penerapan prosedur analitis adalah bahwa hubungan yang masuk akal di antara data dapat
diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat
menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi yang tidak
biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.

Secara umum, pelaksanaan prosedur analitis dilakukan dengan tahapan- tahapan sebagai berikut.
1) Pemeriksa terlebih dahulu melakukan pemahaman hubungan keuangan yang dapat diperoleh dengan
pemahaman tentang auditee dan proses bisnis utama dari auditee.
2) Mengembangkan ekspektasi (develop expectation) atas pola hubungan yang seharusnya terjadi antar
data terkait. Pengembangan ekspektasi ini berdasarkan hasil pemahaman hubungan keuangan yang
masuk akal. Dalam mengembangkan ekspektasi, pemeriksa harus secara hati-hati mempertimbangkan
faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi data maupun pola hubungan yang akan
dianalisis/diukur.
3) Membandingkan hasil analisis data sesungguhnya dengan ekspektasi atas pola hubungan yang
seharusnya terjadi, serta menelusuri penyebab penyimpangan signifikan yang terjadi.
Perbedaan antara hasil analisis data sesungguhnya dengan ekspektasi atas pola hubungan yang
seharusnya terjadi, mengindikasikan terjadinya risiko salah saji yang harus ditelusuri. Penelusuran dapat
dilakukan menggunakan data laporan keuangan dan/atau data nonkeuangan,dengan contoh sebagai berikut:
1. Pengembangan Ekspektasi atas Pola Hubungan yang Seharusnya Terjadi dengan Menggunakan Data
Laporan Keuangan
Tabel 1
Hubungan Pengembangan Ekspektasi dengan Risiko Salah Saji

Akun Data yang Ekspektasi yang dikembangkan Risiko salah saji


digunakan
Realisasi LRA, BKU dan Realisasi Pendapatan (LRA) = Kurang/lebih saji
Pendapatan (LRA) Rekening Kas Total nilai kredit Rekening penerimaan
Daerah Kasda - pengembalian belanja
pada tahun berjalan

Realisasi Belanja LRA, BKU Realisasi Belanja (LRA) = Total Kurang/lebih saji belanja
(LRA) SP2D + Total SP3 -
pengembalian sisa Uang
Persedian (UP) – pengembalian
sisa belanja (kontra pos)

Kas di Bendahara Neraca, BKU Saldo Kas di Bendahara Kurang/lebih saji Kas di
Pengeluaran Pengeluaran = Saldo UP di Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran +
Utang PFK yang belum
disetorkan ke kas negara oleh
Bendahara Pengeluaran +
Pendapatan Jasa Giro yang
belum disetorkan ke kasda
Kas di Bendahara Neraca, BKU, Kas di Bendahara Penerimaan = Kurang/lebih saji Kas di
Penerimaan STS Saldo kas di BKU Bendahara Bendahara Penerimaan
Penerimaan SKPD yang belum
disetorkan ke kasda

Aset Tetap (AT) LRA, Neraca, Belanja Modal = (So Aset Tetap Hibah asset tetap yang
(harga perolehan) per 31 Des 200X) – (So Aset tidak diungkapkan,
Tetap per 31 Des 200X-1) +/- penghapusan Aset Tetap
mutasi masuk/keluar Aset Tetap (AT) tidak diungkapkan,
selain dari Belanja Modal salah pengelompokkan
anggaran, dan salah
kapitalisasi aset,
sehingga aset tetap
kurang/lebih saji

1
Neraca, Daftar Total asset tetap menurut Daftar Aset yang dilaporkan
Inventaris Inventaris Total Aset Tetap tidak ada, aset tetap
Barang Daerah Barang Milik Daerah diperoleh dari hibah
intrakomptabel = total harga belum dicatat di neraca
perolehan aset tetap di Neraca Kesalahan kompilasi
Utang Jangka LRA dan Neraca Penambahan (penurunan) Lebih/kurang saji akun
Panjang dan Utang Jangka Panjang dan utang atau akun
Bagian Lancar Bagian Lancar Utang Jangka pembiayaan, kekurangan
Utang Jangka Panjang = Penambahan Pengungkapan atas
Panjang Penerimaan/ Pengeluaran selisih yang mungkin
Pembiayaan terjadi
Utang Perhitungan Neraca dan Utang PFK = saldo utang PFK Lebih/kurang saji utang
Fihak Ketiga LAK tahun sebelumnya + PFK, selisih fisik dan
(PFK) penerimaan non Anggaran PFK catatan SiLPA
(diluar penerimaan karena
kesalahan rekening) –
pengeluaran nonanggaran PFK
(diluar pengeluaran karena
kesalahan rekening)
Pendapatan Pajak LO, Neraca Pendapatan Pajak (LO) = Lebih/kurang saji akun
Pendapatan Pajak ( LRA) - Pendapatan Pajak
Saldo Piutang Pajak Awal
Tahun + Saldo Piutang Pajak
Akhir Akhir
Belanja Barang LO, Neraca Beban Persediaan (LO) = Lebih/kurang saji akun
Jasa – Persediaan Belanja Barang dan Jasa Belanja Barang Jasa –
dan Beban Persediaan (LRA) + Saldo Persediaan dan Beban
Persediaan Persediaan Awal Tahun – Saldo Persediaan
Persediaan Akhir Tahun

2. Pengembangan Ekspektasi atas Pola Hubungan yang Seharusnya Terjadi dengan Menggunakan Data
Laporan Keuangan dan Nonkeuangan
Pengembangan ekspektasi atas pola hubungan yang seharusnya terjadi dapat menggunakan data
laporan keuangan dan nonkeuangan, dengan contoh sebagai berikut:

Saldo Belanja Gaji suatu pemda X untuk Tahun Anggaran 20X0 sebesar Rp1 Miliar. Asumsi pada tahun
depan, tidak ada penambahan pegawai dan tidak ada rencana kenaikan gaji, maka saldo Belanja Gaji
untuk Tahun Anggaran 20X1 tidak akan mengalami perubahan secara signifikan dari belanja gaji tahun
lalu. Sedangkan sebaliknya, apabila dalam tahun berjalan ada penambahan jumlah pegawai yang
signifikan dan kenaikan gaji dari pemerintah, maka belanja gaji tahun depan akan naik secara signifikan.
Contoh belanja gaji tahun berikutnya ternyata sejumlah Rp2 Miliar. Sementara pada saat perencanaan,
Pemeriksa memprediksi bahwa Belanja Gaji akhir tahun tersebut sebesar Rp1,5 Miliar. Dengan demikian
ada selisih sejumlah Rp500 juta dari perkiraan semula, sehingga akan diidentifikasi dan dilakukan uji

2
substansi lebih jauh sebagai bahan pembuktian audit untuk menyimpulkan apakah terjadi salah saji pada
akun Belanja Gaji.

B. Tujuan Prosedur Analitis

Tujuan prosedur analitis terkait erat dengan waktu pelaksanaannya. Prosedur analitis bisa digunakan pada
saat perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan lapangan, dan pada saat pelaporan. Berikut
tujuan dan proses yang dilaksanakan di masing-masing tahapan tersebut.
1. Pada tahap perencanaan pemeriksaan, prosedur analitis membantu pemeriksa dalam memahami entitas

termasuk transaksi dan kejadian pada tahun berjalan. Selain itu, prosedur analitis membantu
perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur pemeriksaan dalam menentukan rencana, desain, dan
pengujian materialitas. Prosedur analitis pada tahap perencanaan pemeriksaan dilakukan diantaranya
melalui analisis data secara vertikal dan horizontal, segera setelah laporan keuangan unaudited
diserahkan oleh pemerintah daerah. Penyimpangan yang ditemukan dari hasil analisis vertikal dan
horizontal mengindikasikan risiko terjadinya salah saji. Untuk itu, pemeriksa diharuskan melakukan
evaluasi atas penyimpangan tersebut untuk melihat apakah dibutuhkan perluasan prosedur pemeriksaan
terkait siklus atau akun tertentu.
2. Pada tahap pelaksanaan pemeriksaan lapangan, prosedur analitis ditujukan untuk memperoleh bukti
tentang asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi. Selain itu, hasil
prosedur analitis di tahapan ini bisa digunakan untuk menilai kecukupan pengungkapan atas setiap
perubahan pada akun laporan keuangan yang diperiksa. Di tahap ini, prosedur analitis biasanya
dilakukan dengan melakukan analisis data pendukung laporan keuangan baik data keuangan maupun
data nonkeuangan.
3. Pada tahap pelaporan, prosedur analitis dilakukan sebagai reviu menyeluruh informasi keuangan. Hal ini
diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam Laporan Keuangan yang berkaitan baik secara
vertikal maupun horizontal sudah sinkron dan tidak diperlukan lagi bukti tambahan untuk memastikan
kewajaran laporan keuangan.

C. Pelaksanaan Prosedur Analitis

Prosedur analitis dapat dilaksanakan sebelum Laporan Keuangan Pemerintah Daerah diterima oleh BPK.
Pemeriksa dapat memanfaatkan data keuangan dari portal e-audit di BPK yang telah terkoneksi dengan
server Pemerintah Daerah. Contohnya: total belanja bagi hasil pajak provinsi harus sama dengan total
pendapatan bagi hasil pajak yang diterima oleh seluruh kabupaten/kota di provinsi tersebut.

Ada 3 (tiga) cara melakukan prosedur analitis dalam pemeriksaan LKPD, yaitu analisis data, teknik prediktif,
dan analisis rasio dan tren dengan uraian sebagai berikut.

1. Analisis data

3
Analisis data dilakukan dengan menguji ketepatan penjumlahan antarakun dan kecukupan
pengungkapannya. Pengujian ketepatan penjumlahan antar akun dan kecukupan pengungkapannya
bertujuan untuk mengetahui kesesuaian dan menilai kebenaran angka-angka dalam laporan keuangan.
Melalui analisis, dapat diketahui apakah terdapat kesalahan jurnal ataupun kesalahan klasifikasi akun
sehingga dapat dilakukan koreksi atas laporan keuangan dimaksud.

Setelah BPK menerima laporan keuangan secara resmi dari Pemerintah Daerah, pemeriksa harus
terlebih dahulu melakukan pengujian mengenai ketepatan penjumlahan akun-akun dalam laporan
keuangan maupun penjumlahan rinciannya di catatan atas laporan keuangan (CaLK). Penjumlahan
rincian di CaLK juga harus dipastikan sesuai dengan jumlah yang dicantumkan di laporan keuangan.
Pengujian juga meliputi analisis vertikal dan analisis horizontal untuk mengetahui apakah terdapat
kesalahan atau ketidaksinkronan dalam laporan keuangan sehingga dapat diperoleh pertimbangan untuk
dilanjutkan dengan pengujian substantif.

Perlu diingat bahwa pada saat melakukan prosedur analitis, harus diperoleh keyakinan bahwa
seluruh transaksi yang terjadi pada satu tahun anggaran tercermin dalam LKPD tahun anggaran
tersebut. Hal tersebut harus tercermin dalam LRA, Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), Laporan
Operasional (LO), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL), Laporan Perubahan Ekuitas,
dan/atau CaLK.

Misalnya :

1. Penerimaan di bendahara penerimaan yang belum disetorkan ke kas daerah pada akhir tahun
anggaran harus tercermin dalam kas di bendahara penerimaan pada Neraca per 31 Desember.
2. Penerimaan hutang pemerintah daerah, harus tercermin dalam penerimaan pembiayaan pada LRA
dan pengakuan hutang pada Neraca per 31 Desember 20XX.
3. Adanya pengakuan Utang PFK harus tercermin dalam saldo Kas di Neraca per 31 Desember 20XX
dan dijelaskan dalam CaLK.

Analisis data dilakukan dengan menguji hubungan antar akun-akun dalam Neraca, LRA, LAK, LO,
Laporan Perubahan SAL, dan Laporan Perubahan Ekuitas, baik analisis secara vertikal maupun
horizontal.

1.1. Analisis Vertikal

Analisis dilakukan dengan melihat hubungan akun dalam satu jenis laporan keuangan saja, misalnya
analisis antarakun Neraca saja, atau antarakun LRA saja, atau antarakun LAK saja, atau antarakun LO
saja. Tujuannya yaitu untuk menentukan keseimbangan dan kebenaran saldo tiap akun dalam LRA,
Neraca, LAK, dan LO. Analisis ini dilakukan dengan menjaga keseimbangan antar jurnal dalam satu
laporan, sehingga dapat dipastikan bahwa tiap akun dalam laporan keuangan telah disajikan dengan
angka yang benar dan seimbang.

1.1.1. Analisis Vertikal dalam LRA

4
Analisis vertikal dalam LRA diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam LRA telah disajikan
dengan angka yang benar sesuai dengan persamaan di bawah ini.

Tabel 2
Analisis Vertikal dalam LRA

Uraian Persamaan
SiLPA tahun berjalan harus sama dengan total SiLPA = Total Pendapatan – Total Belanja dan
pendapatan dikurangi total belanja dan transfer Transfer + Total Penerimaan Pembiayaan – Total
ditambah total penerimaan pembiayaan dikurangi Pengeluaran Pembiayaan.
dengan total pengeluaran pembiayaan.

1.1.2. Analisis Vertikal dalam Neraca

Analisis vertikal dalam neraca diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam neraca telah
disajikan dengan angka yang benar dan disajikan secara seimbang untuk akun-akun yang saling
berhubungan.

Tabel 3
Analisis Vertikal dalam Neraca

Uraian Persamaan
Aset harus sama dengan total Kewajiban Aset = Kewajiban + Ekuitas
ditambah dengan total Ekuitas.
Kas di Bendahara Pengeluaran harus sama Kas di Bendahara Pengeluaran = Sisa Uang
dengan sisa Uang Persediaan yang belum disetor Persediaan yang Belum Disetor + Utang PFK di
ke kasda ditambah dengan Utang PFK di Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran yang belum disetor ke
kas negara.

1.1.3. Analisis Vertikal dalam Laporan Arus Kas (LAK)

Analisis vertikal dalam LAK diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam LAK telah disajikan
dengan angka yang benar sesuai dengan persamaan di bawah ini.

Tabel 4
Analisis Vertikal dalam LAK

Uraian Persamaan
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi = Arus
sama dengan Arus Masuk Kas dari Aktivitas Masuk Kas dari Aktivitas Operasi - Arus Keluar
Operasi dikurangi Arus Keluar Kas dari Aktivitas Kas dari Aktivitas Operasi
Operasi.
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi = Arus
sama dengan Arus Masuk Kas dari Aktivitas Masuk Kas dari Aktivitas Investasi - Arus Keluar
Investasi dikurangi Arus Keluar Kas dari Aktivitas Kas dari Aktivitas Investasi
Investasi.

5
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan = Arus
sama dengan Arus Masuk Kas dari Aktivitas Masuk Kas dari Aktivitas Pendanaan - Arus Keluar
Pendanaan dikurangi Arus Keluar Kas dari Kas dari Aktivitas Pendanaan
Aktivitas Pendanaan.
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris harus Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris = Arus
sama dengan Arus Masuk Kas dari Aktivitas Masuk Kas dari Aktivitas Transitoris + Arus Keluar
Transitoris ditambah Arus Keluar Kas dari Aktivitas Kas dari Aktivitas Transitoris
Transitoris.
Kenaikan/Penurunan Kas harus sama dengan Kenaikan/Penurunan Kas = Arus Kas Bersih
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi ditambah dari Aktivitas Operasi + Arus Kas Bersih dari
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aktivitas Investasi + Arus Kas Bersih dari Aktivitas
ditambah Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan + Arus Kas Bersih dari Aktivitas
Pendanaan ditambah Arus Kas Bersih dari Transitoris
Aktivitas Transitoris.
Saldo Akhir Kas di BUD harus sama dengan Saldo Saldo Akhir Kas di BUD = Saldo Awal Kas di BUD
Awal Kas di BUD ditambah Kenaikan/ Penurunan + Kenaikan/Penurunan Kas
Kas.
Saldo Akhir Kas harus sama dengan Saldo Saldo Akhir Kas = Saldo Akhir di BUD + Saldo
Akhir di BUD ditambah Saldo Akhir Kas di Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran + Saldo
Bendahara Pengeluaran ditambah Saldo Akhir Kas Akhir Kas di Bendahara Penerimaan + Saldo Akhir
Di Bendahara Penerimaan + Saldo Akhir Kas di Kas di BLUD
BLUD

1.1.4. Analisis Vertikal dalam Laporan Operasional (LO)

Analisis vertikal dalam LO diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun dalam LO telah disajikan
dengan angka yang benar sesuai dengan persamaan di bawah ini.

Tabel 5
Analisis Vertikal dalam Laporan Operasional

Uraian Persamaan
Surplus/Defisit LO harus sama dengan total Surplus/Defisit LO= Total Pendapatan (LO) -
Pendapatan (LO) dikurangi total Beban (LO) Total Beban (LO) +/- Total Surplus/Defisit
ditambah (dikurangi) total Surplus (Defisit) Kegiatan Kegiatan Nonoperasional (LO) +/- Pos Luar
Non operasional (LO) ditambah (dikurangi) Pos Luar Biasa (LO)
Biasa (LO)

Ilustrasi penerapan analisis vertikal dalam LO sebagaimana di bawah ini

6
1.1.5. Analisis Vertikal dalam Laporan Perubahan SAL

Tabel 6
Analisis Vertikal dalam Laporan Perubahan SAL
Uraian Persamaan
SAL Akhir harus sama dengan SAL Awal dikurangi SAL Akhir = SAL Awal – Penggunaan SAL
Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan sebagai penerimaan pembiayaan tahun
tahun berkenaan ditambah Sisa Lebih/Kurang berkenaan + Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan ditambah Anggaran Tahun Berkenaan + Koreksi
Koreksi Kurang/Lebih Kesalahan Pembukuan Tahun Kurang/Lebih Kesalahan Pembukuan Tahun
Sebelumnya Sebelumnya

1.1.6. Analisis Vertikal dalam Laporan Perubahan Ekuitas


Analisis vertikal dalam Laporan Perubahan Ekuitas diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun
dalam Laporan Perubahan Ekuitas telah disajikan dengan angka yang benar sesuai dengan persamaan
di bawah ini.
Tabel 2.7
Analisis Vertikal dalam Laporan Perubahan Ekuitas

Uraian Persamaan
Ekuitas akhir harus sama dengan ekuitas awal Ekuitas akhir = ekuitas awal (+/-) surplus/ defisit
ditambah (dikurangi) surplus/deficit LO ditambah LO (+/-) koreksi yang terkait dengan ekuitas
(dikurangi) koreksi yang terkait dengan ekuitas

1.2. Analisis Horizontal

Analisis horizontal dilakukan dengan m elihat hubungan antarakun dalam unsur laporan keuangan yang
berbeda, misalnya akun LRA dengan akun neraca, akun LRA dengan akun LAK, akun Laporan
Operasional dengan Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca, ataupun kesesuaian dengan nilai yang
disajikan dalam LAK dan apakah sudah cukup diungkapkan dalam CaLK. Tujuan dilakukan analisis
horizontal adalah untuk menentukan keseimbangan dan kebenaran saldo tiap akun dalam Neraca, LRA,

7
LAK, LO, Laporan Perubahan SAL, Laporan Perubahan Ekuitas, serta kecukupan pengungkapan dalam
CaLK.

1.2.1. Analisis Horizontal antara LRA dan Neraca

Analisis horizontal antara LRA dan Neraca diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun yang ada di
LRA yang berhubungan dengan akun-akun di Neraca telah disajikan secara benar dan sesuai.

Tabel 8
Analisis Horizontal antara LRA dan Neraca

Uraian Persamaan
SiLPA di LRA harus sama dengan Kas di Kas SiLPA (LRA) = Kas di Kas Daerah + Kas di
Daerah ditambah Kas di Bendahara Pengeluaran Bendahara Pengeluaran + Kas di BLUD + Setara
ditambah Kas di BLUD ditambah Setara Kas Kas – Utang PFK (Neraca)
dikurangi dengan Utang PFK di neraca.
Untuk metode harga perolehan, Pengeluaran Untuk metode harga perolehan, Pengeluaran
Pembiayaan untuk Penyertaan Modal Daerah pembiayaan untuk Penyertaan Modal
(LRA) harus tercermin dalam penambahan Nilai Daerah (LRA) = penambahan nilai penyertaan
Penyertaan Modal Daerah (Neraca) modal pemerintah daerah (Neraca).
Penerimaan (Pengeluaran) Pembiayaan Pinjaman Penerimaan (Pengeluaran) Pembiayaan Pinjaman
Jangka Panjang harus sama dengan Utang Jangka Jangka Panjang (LRA) = Utang Jangka Panjang +
Panjang ditambah Bagian Lancar Utang Jangka Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Tahun
Panjang tahun berkenaan dikurangi Utang Jangka berkenaan – Utang Jangka Panjang Tahun
Panjang tahun sebelumnya dikurangi Bagian sebelumnya - Bagian Lancar Utang Jangka
Lancar Utang Jangka Panjang tahun sebelumnya. Panjang
tahun sebelumnya.
Selisih antara Realisasi Belanja Moda l (LRA) – Teliti apakah pengungkapan selisih dalam CaLK
Perubahan Aset Tetap dalam Neraca (Aset sudah memadai.
Tetap Tahun Berkenaan – Aset Tetap Tahun
lalu) harus dijelaskan dalam CaLK

1.2.2. Analisis Horizontal antara LRA dan LAK

Analisis horizontal antara LRA dan LAK diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun yang ada di LRA
yang berhubungan dengan akun-akun di LAK telah disajikan secara benar dan sesuai.

Tabel 9
Analisis Horizontal antara LRA dan LAK

Uraian Persamaan
Arus Kas Masuk dari Aktivitas Operasi (LAK) harus Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Operasi (LAK) =
sama dengan Total Pendapatan Daerah (LRA) Total Pendapatan Daerah (LRA) – Pendapatan
dikurangi Pendapatan Asli Daerah Lainnya yang Asli Daerah Lainnya yang Berasal dari Penjualan
berasal dari Penjualan Aset Tetap dan Aset Aset Tetap dan Aset Lainnya (LRA) *) -
Lainnya dikurangi Pendapatan BLUD Pendapatan
BLUD
Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi harus sama Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Operasi = Belanja

8
dengan Belanja Operasi ditambah Belanja Tak Operasi + Belanja Tak Terduga (di LRA) +
Terduga (di LRA) ditambah Belanja Transfer (di Belanja Transfer (di LRA) *) - Belanja BLUD
LRA) dikurangi Belanja BLUD
Arus Kas Masuk dari Aktivitas Investasi (LAK) Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Investasi (LAK) =
harus sama dengan Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah Yang Berasal Dari
yang berasal dari penjualan Aset Tetap dan Aset Penjualan Aset Tetap dan Aset Lainnya (di LRA)
Lainnya (di LRA).
Arus Kas Keluar dari aktivitas Investasi (LAK) harus Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Investasi (LAK) =
sama dengan Belanja Modal (di LRA). Belanja Modal (di LRA)
Arus Kas Masuk dari aktivitas Pendanaan (LAK) Arus Kas Masuk Dari Aktivitas Pendanaan (LAK)
harus sama dengan Penerimaan Pendanaan di = Penerimaan Pendanaan Di LRA (Selain
LRA (selain penggunaan SiLPA). Penggunaan SiLPA)
Arus Kas Keluar dari aktivitas Pendanaan (LAK) Arus Kas Keluar Dari Aktivitas Pendanaan
harus sama dengan Pengeluaran Pendanaan di (LAK) = Pengeluaran Pendanaan di LRA
LRA.
*) Penyimpangan dari persamaan pada tabel di atas dapat diperbolehkan antara lain karena:
1) Pada LRA terdapat pengakuan pendapatan dan belanja non-cash basis sehubungan adanya
transaksi pendapatan hibah dalam bentuk barang;
2) Dalam hal terdapat pengembalian belanja (contra post), LAK mungkin menyajikan arus kas secara
bruto sedangkan LRA menyajikan belanjanya secara netto.

1.2.3. Analisis Horizontal antara Neraca dan LAK

Analisis horizontal antara Neraca dan LAK diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun yang ada di
Neraca yang berhubungan dengan akun-akun di LAK telah disajikan secara benar dan sesuai.

Tabel 10
Analisis Horizontal antara Neraca dan LAK

Uraian Persamaan
Saldo akhir Kas tahun lalu (LAK) harus sama Saldo Akhir Kas Tahun Lalu (LAK) = Saldo awal
dengan saldo awal Kas tahun berkenaan Kas Tahun Berkenaan (LAK) = Saldo Akhir Kas
(LAK), saldo akhir Kas di neraca tahun lalu, Tahun lalu (Neraca) = Saldo Awal Kas Tahun
dan saldo awal Kas di neraca tahun berjalan. Berjalan (Neraca) Apabila terdapat selisih harus
diungkapkan dalam CaLK
Saldo akhir kas di neraca tahun berjalan harus Saldo Akhir Kas Tahun Berjalan (Neraca) = Saldo
sama dengan saldo akhir Kas di LAK tahun Akhir Kas Tahun Berjalan (LAK) Apabila terdapat
berjalan. selisih harus diungkapkan dalam CaLK
Utang PFK di neraca harus sama dengan Utang PFK (Neraca) = Utang PFK di BUD + Utang
Utang PFK di BUD ditambah utang PFK di PFK pada Bendahara Pengeluaran
Bendahara Pengeluaran.
Saldo Utang PFK di neraca tahun berjalan harus Saldo Utang PFK tahun berjalan (neraca) = Saldo

9
sama dengan saldo Utang PFK di neraca tahun Utang PFK Tahun sebelumnya (Neraca) +
sebelumnya ditambah Penerimaan PFK tahun Penerimaan PFK Tahun berjalan – Pengeluaran
berjalan dikurangi Pengeluaran PFK tahun PFK Tahun Berjalan (LAK) Apabila terdapat selisih
berjalan di LAK. maka selisih tersebut adalah utang PFK yang ada
di bendahara pengeluaran

1.2.4. Analisis Horizontal antara LRA dan Laporan Perubahan SAL

Analisis horizontal antara LRA dan Laporan Perubahan SAL diperlukan untuk mengetahui
kesinambungan antar LRA dan Laporan Perubahan SAL serta memastikan bahwa akun-akun yang ada di
LRA yang berhubungan dengan akun-akun di Laporan Perubahan SAL telah disajikan secara benar dan
sesuai.

Tabel 11
Analisis Horizontal antara LRA dan Laporan Perubahan SAL

Uraian Persamaan
Silpa di LRA harus sama dengan Saldo Anggaran SiLPA pada LRA = Saldo Anggaran Lebih (SAL)
Lebih (SAL) akhir pada Laporan Perubahan SAL Akhir pada Laporan Perubahan SAL
Silpa pada LRA Tahun Sebelumnya harus sama Silpa pada LRA Tahun Sebelumnya = Penggunaan
dengan Penggunaan Silpa pada Laporan Silpa pada Laporan Perubahan SAL = Penerimaan
Perubahan SAL harus sama dengan Pembiayaan Silpa pada LRA = Saldo Anggaran
Penerimaan Pembiayaan Silpa pada LRA Lebih
harus sama dengan Saldo Anggaran Lebih (SAL) (SAL) Awal pada Laporan Perubahan SAL
Awal pada Laporan Perubahan SAL

Ilustrasi penerapan analisis horizontal antara LRA dan Laporan Perubahan SAL sebagaimana di bawah
ini.

10
1.2.5. Analisis Horizontal antara LO, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca

Analisis horizontal antara LO, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca diperlukan untuk mengetahui
kesinambungan antar LO, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca serta memastikan bahwa akun-akun
yang ada di LO yang berhubungan dengan akun-akun di Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca telah
disajikan secara benar dan sesuai.

Tabel 12
Analisis Horizontal antara LO, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca

Uraian Persamaan
Ekuitas Awal pada Laporan Perubahan Ekuitas Ekuitas Awal pada Laporan Perubahan Ekuitas =
harus sama dengan Ekuitas Akhir pada Neraca Ekuitas Akhir pada Neraca Tahun Sebelumnya
Tahun Sebelumnya
Surplus/Defisit pada Laporan Operasional harus Surplus/Defisit pada Laporan Operasional =
sama dengan Surplus/Defisit pada Laporan Surplus/Defisit pada Laporan Perubahan Ekuitas
Perubahan Ekuitas
Ekuitas akhir pada Laporan Perubahan Ekuitas Ekuitas akhir pada Laporan Perubahan Ekuitas =
harus sama dengan Ekuitas pada Neraca Ekuitas pada Neraca

Ilustrasi penerapan analisis horizontal antara LO, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca sebagai
berikut.

11
1.2.6. Analisis horizontal antara LO, LRA, dan Neraca

Analisis horizontal antara LO, LRA, dan Neraca diperlukan untuk memastikan bahwa akun-akun yang ada
di LO yang berhubungan dengan akun-akun di LRA dan Neraca telah disajikan secara benar dan sesuai.

Tabel 13
Analisis Horizontal antara LO, LRA, dan Neraca

Uraian Persamaan
Pendapatan Pajak (LO) harus sama dengan Pendapatan Pajak (LO) = Pendapatan Pajak
Pendapatan Pajak (LRA) dikurangi Piutang Pajak (LRA) - Saldo Piutang Pajak Awal Tahun + Saldo
Awal Tahun ditambah Piutang Pajak Akhir Tahun Piutang Pajak Akhir Tahun
Pendapatan Retribusi (LO) harus sama dengan Pendapatan Retribusi (LO) = Pendapatan Retribusi
Pendapatan Retribusi (LRA) dikurangi Piutang (LRA) – Saldo Piutang Retribusi Awal Tahun +
Retribusi Awal Tahun ditambah Piutang Retribusi Saldo
Akhir Tahun Piutang Retribusi Akhir Tahun
Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi (LO) Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi (LO) =
harus sama dengan Pendapatan Bagi Hasil Pajak Pendapatan Bagi Hasil Pajak Provinsi (LRA) –
Provinsi (LRA) dikurangi Piutang Bagi Hasil Saldo Piutang Bagi Hasil Pajak Provinsi Awal
Pajak Provinsi Awal Tahun ditambah Piutang Tahun + Saldo Piutang Bagi
Bagi Hasil Pajak Provinsi Akhir Tahun Hasil Pajak Provinsi Akhir Tahun
Beban Persediaan (LO) harus sama dengan Beban Persediaan (LO) = Belanja Barang dan
Belanja Barang dan Jasa Persediaan (LRA) Jasa Persediaan (LRA) + Saldo Persediaan Awal
ditambah Persediaan Awal Tahun dikurangi Tahun – Saldo Persediaan Akhir Tahun
Persediaan Akhir Tahun
Beban Penyusutan (LO) harus sama dengan Beban Penyusutan (LO) = Akumulasi Penyusutan
Akumulasi Penyusutan Akhir Tahun dikurangi Akhir Tahun – Akumulasi Penyusutan Awal Tahun
Akumulasi Penyusutan Awal Tahun

12
Ilustrasi penerapan analisis horizontal antara antara LO, LRA, dan Neraca sebagaimana berikut.

Ilustrasi lebih lanjut penggunaan prosedur analitis dengan teknik analisis data sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

2. Teknik Prediktif

Teknik prediktif bisa dilakukan dengan membandingkan realisasi dan anggaran akun-akun di laporan
realisasi anggaran. Perbedaan signifikan yang terjadi bisa menjadi indikasi permasalahan yang
seharusnya diungkapkan pada CaLK.

Selain itu, teknik prediktif dapat juga dilakukan dengan menghitung jumlah tertentu dan membandingkan
dengan catatan-catatan atau rumusan lain untuk mengetahui adanya indikasi permasalahan yang akan
diuji lebih lanjut dalam pengujian substantif. Contoh teknik adalah memprediksi (memperkirakan) belanja
pemeliharaan kendaraan dinas tahun berjalan, dengan melihat data dan jumlah kendaraan tahun-tahun
sebelumnya. Misalnya, pada TA 2010 terdapat penambahan 40 unit kendaraan dinas operasional roda
empat dari pembelian. Penambahan tersebut dapat diperkirakan akan berdampak pada penambahan
biaya pemeliharaan kendaraan dinas tahun TA 2011. Jika diketahui paket biaya pemeliharaan per
kendaraan roda empat dengan kondisi baru adalah Rp10 juta/tahun, maka pemeriksa dapat memprediksi
adanya kenaikan anggaran belanja pemeliharaan sebesar Rp400 juta pada TA 2011. Jika kenaikan
anggaran dan realisasinya ternyata melebihi Rp400 juta secara signifikan, pemeriksa dapat melakukan
langkah pemeriksaan lebih mendalam atas belanja tersebut.

13
3. Analisis Rasio dan Tren

Analisis rasio dan tren merupakan kegiatan untuk menganalisis data keuangan dan/atau nonkeuangan
dalam periode tertentu untuk mengetahui perubahan signifikan dalam realisasi anggaran dan posisi
keuangan. Contoh analisis rasio dan tren adalah membandingkan belanja tertentu dengan belanja lain
atau belanja tertentu tahun sebelumnya.

3.1. Analisis Rasio

Analisis rasio dilakukan dengan menguji hubungan antarakun di dalam laporan keuangan. Beberapa
rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas pemerintah daerah yaitu.

1) Rasio Kemandirian Keuangan

Rasio ini menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat, yang diformulasikan sebagai
berikut.

Pendapatan Asli Daerah


RKK = x 100 %
Bantuan Keuangandari Pemerintah Pusat /Provinsi dan Pinjaman

Berdasarkan formula di atas dapat diketahui sejauh mana ketergantungan pemerintah daerah
terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio ini berarti tingkat ketergantungan daerah
terhadap bantuan pihak ekstern (terutama pemerintah pusat dan provinsi) semakin rendah, demikian
pula sebaliknya. Rasio ini juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
daerah. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak
dan retribusi daerah yang merupakan komponen dari PAD.

2) Rasio efisiensi

Rasio ini menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
pendapatan asli daerah dengan realisasi pendapatan asli daerah yang diterima, yang diformulasikan
sebagai berikut.

Realisasi Biaya dikeluarkan untuk memperoleh PAD


Rasio Efisiensi= x 100 %
Realisasi Penerimaan PAD

Dengan rasio tersebut diketahui kesesuaian nilai realisasi biaya pemungutan PAD dengan ketentuan
serta apakah terdapat indikasi pemborosan dalam pengeluaran biaya pemungutan PAD.

Selain itu, untuk menilai alokasi dana yang dilakukan pemerintah daerah digunakan rasio belanja
langsung terhadap total belanja dan rasio belanja tidak langsung terhadap total belanja. Dengan rasio
ini dapat diketahui apakah dana pemda sebagian besar digunakan untuk pembangunan yang akan
memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat atau untuk belanja habis pakai seperti belanja
pegawai.

14
3.2. Analisis Tren

Analisis tren adalah analisis yang dilakukan dengan membandingkan akun yang sama untuk periode
lebih dari dua tahun, sehingga diperoleh gambaran mengenai kecenderungan dari suatu akun dalam
laporan keuangan pemerintah daerah. Analisis kecenderungan ini umumnya digunakan dalam membuat
prediksi keuangan. Misalnya prediksi pencapaian pajak daerah pada tahun yang diperiksa berdasarkan
data atau informasi kecenderungan pencapaian pajak daerah beberapa periode yang lalu.

Analisis tren tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, perhitungan matematis dalam
persentase ataupun diagram untuk mengetahui kecenderungan dari akun-akun dalam Neraca dan LRA.

Analisis tren mengidentifikasi pola-pola dari kecenderungan (perubahan-perubahan yang terjadi dalam
beberapa periode yang telah lalu) sebagai dasar dari evaluasi dan prediksi keadaan atau perubahan di
masa sekarang.

15

Anda mungkin juga menyukai