01 Dasar Hukum
02 Akuntansi
03 Tujuan, Ruang Lingkup, dan Karakteristik
04 Kerangka dan Alur
05 Reviu Laporan Keuangan
06 Pernyataan Tanggung Jawab
07 Sanksi
Dasar Hukum
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
Bagian Penjelasan
“… agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan
pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas
perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.”
Proses Akuntansi
Sistem Akuntansi
UAKPA
(Dekonsentrasi dan TP)
Unit Akuntansi dan Pelaporan BMN
dalam Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI)
UAKPB
(Dekonsentrasi dan TP)
Korelasi
Akuntansi, Pelaporan Keuangan, Pelaporan Barang
Kepala Kantor
Kasubag
Kasubag TU/Pejabat
Keuangan/Pejabat
yang Menangani
yang Menangani
Barang
Keuangan
UAKPA
UAKPB
Lapkeu interim dan Lapkeu K/L tahunan Lapkeu disertai Pernyataan Telah
tahunan disusun lengkap disampaikan paling lama Di-review yang ditandatangani oleh
dengan LRA, LO, LPE, 2 (dua) bulan setelah TA APIP dan Pernyataan Tanggung
Neraca, CaLK dan berakhir Jawab (Statement of Responsibility)
pendukungnya yang ditandatangani oleh Menteri/
Pimpinan Lembaga
Jenis
Laporan Keuangan
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3. Neraca
4. Laporan Operasional
5. Laporan Arus Kas
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan
Definisi dan Tujuan SAPP
Menurut PMK 215/2016, SAPP: rangkaian sistematik dari prosedur,
penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi
akuntansi sejak pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai
dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pempus.
Tujuan
• menjaga aset pempus melalui pencatatan, pemrosesan, dan pelaporan
transaksi keuangan
• menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran
dan kegiatan keuangansebagai dasar penilaian kinerja, ketaatan
terhadap otorisasi anggaran, akuntabilitas
• menyediakan informasi posisi keuangansecara keseluruhan;
• menyediakan informasi keuangan untuk perencanaan, pengelolaan, dan
pengendalian secara efisien.
Ruang Lingkup SAPP
SAPP wajib diselengarakan oleh:
• Seluruh unit pempus
• Unit akuntansi danpelaporan pada pemda dalam rangka
pelaksanaan Dekonsentrasi/ Tugas Pembantuan (sumber
dana APBN)
• Unit akuntansi dan pelaporan pada pelaksanaan
anggaran BUN
Dikecualikandari SAPP:
• PemerintahDaerah yang dananya bersumber dari APBD
• BUMN
• BUMD
Karakteristik SAPP
Basis Akuntansi
• LKPP berakrual
• Basis kas untuk LRA sepanjangAPBN
menggunakan basis kas
SistemPembukuanBerpasangan
• Anggaran masih single entry
Desentralisasi Pelaksanaan Anggaran
• Pembentukan unit-unit akuntansi dan
pelaporan secara berjenjang
BAS: Kodefikasi elemen transaksi, akuntansi
dan pelaporan
SAP: Panduan akuntansi
Kerangka SAPP
Kerangka SAPP
No Subsistem Pelaksana
1 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pusat (SiAP) DJPb
2 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Utang DJPPR
Pemerintah (SAUP)
3 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Hibah DJPPR
(SIKUBAH)
4 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Investasi DJKN
Pemerintah (SAIP)
5 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penerusan DJPb
Pinjaman (SA-PPP)
PengenaansanksikepadaUAPPA-W/B,
mempertimbangkan pelaksanaan single database dalam
proses rekonsiliasi
Words of Inspiration
Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II
Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat
Dimar
Pokok
Bahasan
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
01 Dasar Hukum
02 Entitas Pelaporan
03 Jenis Laporan
04 Opini Audit BPK
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
5. PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah
6. PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi
7. PP Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
Dasar Hukum
UU Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara
Pasal 8 huruf g
Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri
Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut: g) menyusun laporan keuangan
yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
Pasal 9 huruf g
Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai
berikut: g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian
negara /lembaga yang dipimpinnya
PSAP 01 Paragraf 8
Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.
2. Neraca
2. Neraca
4. Laporan Operasional
Penjabaran Laporan Keuangan
Entitas LK
LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK
Pelaporan Entitas
Pempus LKPP P P P P P P P
BUN LKBUN P P P P P P P
K/L LKK/L P O P P P O P
Penjabaran Laporan Keuangan
UAPPA-E1 P O P P P O P
UAPA P O P P P O P
Penjabaran Laporan Keuangan
Manfaat
▪ mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya
ekonomi, akuntabilitas, dan ketaatan entitas pelaporan terhadap
anggaran
▪ memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai
kegiatan pemerintah
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 02.A
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
(%)
NO. URAIAN 20X1 20X1 20X0
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN PERPAJAKAN
3 Pendapatan Pajak Penghasilan xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah xxx xxx xx xxx
5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan xxx xxx xx xxx
6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan xxx xxx xx xxx
7 Pendapatan Cukai xxx xxx xx xxx
8 Pendapatan Bea Masuk xxx xxx xx xxx
9 Pendapatan Pajak Ekspor xxx xxx xx xxx
10 Pendapatan Pajak Lainnya xxx xxx xx xxx
11 Jumlah Pendapatan Perpajakan (3 s/d 10) xxx xxx xx xxx
12
13 PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
14 Pendapatan Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
15 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba xxx xxx xx xxx
16 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya xxx xxx xx xxx
17 Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (14 s/d 16) xxx xxx xx xxx
18
19 PENDAPATAN HIBAH
20 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
21 Jumlah Pendapatan Hibah (20 s/d 20) xxx xxx xx xxx
22 JUMLAH PENDAPATAN (11 + 17 + 21) xxx xxx xx xxx
23
24 BELANJA
25 BELANJA OPERASI
26 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
27 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
28 Bunga xxx xxx xx xxx
29 Subsidi xxx xxx xx xxx
30 Hibah xxx xxx xx xxx
31 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
32 Belanja Lain-lain xxx xxx xx xxx
33 Jumlah Belanja Operasi (26 s/d 32) xxx xxx xx xxx
34
35 BELANJA MODAL xxx xxx xx xxx
36 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
37 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
38 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
39 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
40 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
41 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
42 Jumlah Belanja Modal (36 s/d 41) xxx xxx xx xxx
43 JUMLAH BELANJA (33 + 42) xxx xxx xx xxx
44
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
(%)
NO. URAIAN 20X1 20X1 20X0
45 TRANSFER
46 DANA PERIMBANGAN
47 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
48 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
49 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
50 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
51 Jumlah Dana Perimbangan (47 s/d 50) xxx xxx xx xxx
52
53 TRANSFER LAINNYA (disesuaikan dengan program yang ada)
54 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
55 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
56 Jumlah Transfer Lainnya (54 s/d 55) xxx xxx xx xxx
57 JUMLAH TRANSFER (51 + 56) xxx xxx xx xxx
58 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (43 + 57) xxx xxx xx xxx
59
60 SURPLUS / DEFISIT (22 - 58) xxx xxx xx xxx
61 PEMBIAYAAN
62 PENERIMAAN
63 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
64 Penggunaan SAL xxx xxx xx xxx
65 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx xx xxx
66 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
67 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
68 Penerimaan dari Divestasi xxx xxx xx xxx
69 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
70 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
71 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (64 s/d 70) xxx xxx xx xxx
72
73 PENERIMAAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI
74 Penerimaan Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx xxx
75 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx xx xxx
76 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri (74 s/d 75) xxx xxx xx xxx
77 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN (71 + 76) xxx xxx xx xxx
78
79 PENGELUARAN
80 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
81 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx xx xxx
82 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
83 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
84 Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) xxx xxx xx xxx
85 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
86 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
87 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (81 s/d 86) xxx xxx xx xxx
88
89 PENGELUARAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI xxx xxx xx xxx
90 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx xxx
91 Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx xx xxx
92 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri (90 s/d 91) xxx xxx xx xxx
93 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN (87 + 92) xxx xxx xx xxx
94 PEMBIAYAAN NETO (77 - 93) xxx xxx xx xxx
95
96 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (62 + 94) xxxx xxxx xx xxxx
Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih
PSAP 01 Paragraf 8 LP SAL hanya disajikan oleh BUN dan entitas pelaporan
yang menyusun LK konsolidasian
Saldo Anggaran Lebih adalah gunggungan saldo
yang berasal dari akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-
tahun anggaran sebelumnya dan tahun berjalan LP SAL menyajikan informasi kenaikan/penurunan SAL
serta penyesuaian lain yang diperkenankan tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 01.E
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Manfaat
Memberikan informasi mengenai
▪ besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk menjalankan
pelayanan;
▪ operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan
penggunaan sumber daya ekonomi;
▪ prediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara
menyajikan laporan secara komparatif;
▪ Penurunan/peningkatan ekuitas lewat surplus/defisit
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010 2005
ILUSTRASI PSAP 12.A
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam rupiah)
Kenaikan/
No URAIAN 20x1 20x0 (%)
Penurunan
KEGIATAN OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN PERPAJAKAN
3 Pendapatan Pajak Penghasilan xxx xxx xxx xxx
4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah xxx xxx xxx xxx
5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan xxx xxx xxx xxx
6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan xxx xxx xxx xxx
7 Pendapatan Cukai xxx xxx xxx xxx
8 Pendapatan Bea Masuk xxx xxx xxx xxx
9 Pendapatan Pajak Ekspor xxx xxx xxx xxx
10 Pendapatan Pajak Lainnya xxx xxx xxx xxx
11 Jumlah Pendapatan Perpajakan ( 3 s/d 10 ) xxx xxx xxx xxx
12
13 PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
14 Pendapatan Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx
15 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba xxx xxx xxx xxx
16 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya xxx xxx xxx xxx
17 Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (14 s/d 16) xxx xxx xxx xxx
18
19 PENDAPATAN HIBAH
20 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
21 Jumlah Pendapatan Hibah (20) xxx xxx xxx xxx
22 JUMLAH PENDAPATAN (11 + 17 + 21) xxx xxx xxx xxx
23
24 BEBAN
25 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx
26 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx
27 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx
28 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx
29 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx
30 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx
31 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx
32 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx
33 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
34 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx
35 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx
36 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx
37 JUMLAH BEBAN (25 s/d 36) xxx xxx xxx xxx
38
39 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN OPERASIONAL (22-37) xxx xxx xxx xxx
40
41 KEGIATAN NON OPERASIONAL
42 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx
43 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
44 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx
45 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
46 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx
47 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL(42 s/d 46) xxx xxx xxx xxx
48 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (39 + 47) xxx xxx xxx xxx
49
50 POS LUAR BIASA
51 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
52 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
53 POS LUAR BIASA (51-52) xxx xxx xxx xxx
54 SURPLUS/DEFISIT-LO (48+53) xxx xxx xxx xxx
Laporan Perubahan Ekuitas
PSAP 01
LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 01.C
PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
▪ Unsur Neraca
1. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan
persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3
(tiga) sampai 12 (dua belas) bulan, surat berharga yang mudah diperjualbelikan.
2. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak
berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan
pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar
diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan,
dan aset lainnya untuk mempermudah pemahaman atas pos-pos aset nonlancar
yang disajikan di neraca.
Neraca
PSAP 01
▪ Unsur Neraca
3. Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
4. Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diharapkan lebih dari waktu
12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
5. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset
dan kewajiban pemerintah pada tanggal pelaporan.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran II
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
Ilustrasi PSAP 01.A
NERACA
PEMERINTAH PUSAT
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Bank Indonesia xxx xxx
4 Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxx xxx
5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
7 Investasi Jangka Pendek xxx xxx
8 Piutang Pajak xxx xxx
9 Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak xxx xxx
10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx
13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx
15 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
16 Piutang Lainnya xxx xxx
17 Persediaan xxx xxx
18 Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17) xxx xxx
19 INVESTASI JANGKA PANJANG
20 Investasi Nonpermanen
21 Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
22 Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
23 Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx
24 Dana Bergulir xxx xxx
25 Investasi dalam Obligasi xxx xxx
26 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
27 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx
28 Jumlah Investasi Nonpermanen (21 s/d 27) xxx xxx
29 Investasi Permanen
30 Penyertaan Modal Pemerintah xxx xxx
31 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
32 Jumlah Investasi Permanen (30 s/d 31) xxx xxx
33 Jumlah Investasi Jangka Panjang (28 + 32) xxx xxx
34 ASET TETAP
35 Tanah xxx xxx
36 Peralatan dan Mesin xxx xxx
37 Gedung dan Bangunan xxx xxx
38 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx
39 Aset Tetap Lainnya xxx xxx
40 Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx xxx
41 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)
42 Jumlah Aset Tetap (35 s/d 41) xxx xxx
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
NERACA
PEMERINTAH PUSAT
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
43 ASET LAINNYA
44 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
45 Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx
46 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
47 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx
48 Aset Tak Berwujud xxx xxx
49 Aset Lain-Lain xxx xxx
50 Jumlah Aset Lainnya (44 s/d 49) xxx xxx
51 JUMLAH ASET (18+33+42+50) xxxx xxxx
52
53 KEWAJIBAN
54 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
55 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
56 Utang Bunga xxx xxx
57 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx
58 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx
59 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (55 s/d 58) xxx xxx
60 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
61 Utang Luar Negeri xxx xxx
62 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx
63 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
64 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx
65 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (61 s/d 64) xxx xxx
66 JUMLAH KEWAJIBAN (59+65) xxx xxx
67
68 EKUITAS DANA
69 EKUITAS DANA LANCAR
70 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) xxx xxx
71 Pendapatan yang Ditangguhkan xxx xxx
72 Cadangan Piutang xxx xxx
73 Cadangan
C d Persediaan
P di xxx xxx
74 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka (xxx) (xxx)
75 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (70 s/d 74) xxx xxx
76 EKUITAS DANA INVESTASI
77 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx xxx
78 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx
79 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx
80 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka (xxx) (xxx)
81 P j Jumlah Ekuitas Dana Investasi (77 s/d 80) xxx xxx
82 JUMLAH EKUITAS DANA (75+81) xxx xxx
83 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (66+82) xxxx xxxx
Laporan Arus Kas
PSAP 03 Manfaat
• indikator jumlah arus kas masa YAD
• menilai kecermatan taksiran arus kas sebelumnya
Laporan finansial yang menyajikan • memprediksi klaim pihak lain terhadap kas
informasi penerimaan dan pengeluaran pemerintah dan klaim pemerintah terhadap pihak
kas selama periode tertentu yang lain masa YAD
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas • alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan
operasi, investasi, pendanaan, dan arus kas keluar
transitoris • mengevaluasi hubungan antara aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris, misalnya
transaksi pelunasan utang yang terdiri dari
pelunasan pokok utang dan bunga utang
Laporan Arus Kas Aktivitas Operasi
PSAP 03
Metode Langsung
Metode ini mengungkapkan pengelompokan
utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto
LAMPIRAN II
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 03.A
Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II
Akuntansi Anggaran
Pemerintah Pusat
Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Anggaran
01 Dasar Hukum
02 Konsep Anggaran
03 Struktur APBN
04 Jurnal Anggaran dan Komitmen
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2021
5. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
6. PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal Akuntansi
Pemerintahan pada Pemerintah Pusat
Konsep
Anggaran Pemerintah
Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif dan
legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan
pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan
yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus.
Fungsi
1. Pelayanan umum 7. Kesehatan
2. Pertahanan 8. Pariwisata dan budaya
3. Ketertiban dan keamanan 9. Agama
4. Ekonomi 10. Pendidikan
5. Perlindungan lingkungan hidup 11. Perlindungan sosial
6. Perumahan dan permukiman PSAP 02 Par. 43
Jenis
1. Operasi: pegawai, barang dan jasa, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial
2. Modal: tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan
jaringan, aset tetap lainnya, serta aset lainnya
3. Tak terduga
Jenis
Jurnal Akuntansi
1. Jurnal anggaran
2. Jurnal transaksi pendapatan
3. Jurnal transaksi belanja
4. Jurnal transaksi pembiayaan
5. Jurnal transaksi transitoris
6. Jurnal penyesuaian
7. Jurnal penutup
• Bersifat single entry
• Ditujukan untuk laporan manajemen anggaran berupa
pengendalian nilai pagu, dan realisasi anggaran secara
manajerial
• Mencatat jurnal atas APBN/APBN-P, DIPA, Komitmen
• Khusus komitmen belanja dan/atau pengeluaran
pembiayaan terdapat dua mekanisme yaitu single entry Jurnal
dan double entry. Anggaran
• Jurnal anggaran standar untuk APBN/APBN-P dicatat
pada saat terbitnya UU APBN/APBN-P oleh Direktorat
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan DJPb Kemenkeu
• Jurnal anggaran standar untuk DIPA dicatat pada saat
diterimanya DIPA oleh setiap satker yang menerimanya
• Mencatat komitmen atas belanja dan
pengeluaran pembiayaan pemerintah
• Ditujukan untuk manajemen anggaran dan
pengelolaan kas dalam memperhitungkan
ketersediaan dana
• Pada entitas akuntansi/ pelaporan K/L
Jurnal
menggunakan single entry Komitmen
• Pada entitas akuntansi/ pelaporan BUN
menggunakan double entry
• Pencatatan di BB akrual saja
Words of Inspiration
Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II
Akuntansi Pendapatan
Pemerintah Pusat
Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Pendapatan
01 Dasar Hukum
02 Konsep
03 Pengakuan
04 Pengukuran
05 Penyajian dan Pengungkapan
06 Perlakuan Khusus
07 Jurnal Transaksi
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2021
5. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
6. PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal Akuntansi Pemerintahan pada
Pemerintah Pusat
7. PMK Nomor 221/PMK.05/2020 tentang Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 10 Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Kebijakan Akuntansi, Kesalahan, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi
yang Dihentikan (Revisi 2020)
8. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 13 tentang Akuntansi
Hibah
Pengertian
Pendapatan PSAP 01 Paragraf 8
Klasifikasi
1. Menurut penganggaran: yang direncanakan dan langsung
2. Menurut bentuk:
• Dalam bentuk uang berupa rupiah, valuta asing atau devisa yang
dirupiahkan
• Dalam bentuk surat berharga
• Dalam bentuk barang
• Dalam bentuk jasa termasuk asistensi, tenaga ahli, beasiswa dan
pelatihan
3. Menurut sumber:
• Dalam negeri: pempus diterima pemda; pemda diterima pempus atau
pemda lainnya; institusi/lembaga dan masyarakat/kelompok masyarakat
• Luar negeri: negara asing, lembaga donor multilateral, lembaga
keuangan asing, lembaga nonkeuangan asing
Pendapatan Hibah Bultek 13
PNBP perizinan-LO diakui pada saat diterimanya kas oleh pemerintah pada saat
WB mengajukan permohonan izin atau saat diterbitkannya tagihan oleh
pemerintah apabila berdasarkan ketentuan pembayaran dilakukan oleh wajib
bayar setelah izin diterbitkan
Pendapatan PNBP-LO layanan diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan
tersebut, atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi
PNBP-LO yang diperoleh dari investasi pemerintah jangka pendek berupa bunga
deposito dan bunga obligasi serta dividen tunai diakui pada saat diterima di
Rekening Kas Umum Negara
Pengakuan
Pendapatan
PNBP-LO yang diperoleh dari pemanfaatan aset nonkeuangan pemerintah diakui
sesuai dengan hak yang dapat diakui oleh entitas sesuai dengan perjanjian atau
perikatan yang dibuat oleh entitas pemerintah dengan pihak ketiga yang
melakukan kerja sama tersebut atau pada saat diterima oleh entitas
Pendapatan hibah-LO dalam bentuk uang, diakui pada saat kas diterima di RKUN
atau reksus, tanggal penarikan valuta yang tercantum dalam notice of
disbursement (NoD) atau pengesahan oleh kuasa BUN
Diukur dengan nilai nominal: nilai aliran masuk yang telah diterima
oleh pemerintah untuk self assessment system dan withholding tax
system. Untuk official assessment, pendapatan-LO perpajakan
diukur dengan nilai yang ditetapkan oleh pemerintah
Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II
Akuntansi Piutang
Pemerintah Pusat
Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Piutang
Klasifikasi
• Piutang jangka pendek: diharapkan diterima
pemerintah dalam waktu 12 bulan sejak pelaporan
• Piutang jangka Panjang: diharapkan diterima
pemerintah dalam waktu lebih dari 12 bulan sejak
pelaporan
Definisi dan Klasifikasi
Piutang Jangka Pendek
• Piutang pajak: pendapatan pajak pusat, piutang pajak DJP
dan DJBC
• Piutang bukan pajak: piutang dari penerimaan SDA,
piutang pendapatan laba BUMN, dan PNBP lainnya
• Bagian lancar tagihan penjualan angsuran (TPA)
• Bagian lancar tagihan tuntutan perbendaharaan/tuntutan
ganti rugi (TP/TGR)
• Bagian lancar piutang jangka panjang
• Beban dibayar di muka/uang muka belanja
• Piutang transfer ke daerah
Pengakuan
Kejadian Jenis Titik Pengakuan
Pungutan Pajak Terbitnya dokumen
penagihan: STP, SKPKB, SPT
PNBP Terbitnya dokumen
penagihan: surat tagihan,
SKPKB PNBP
Perikatan Pemberian pinjaman Terjadinya realisasi
kepada pemda, pengeluaran pembiayaan
BUMN/BUMD, dari kas negara
masyarakat/swasta
Jual beli Naskah perjanjian penjualan
Kemitraan (sewa, KSP, dan BAST telah
BSG/BGS) ditandatangani kedua belah
pihak
Imbalan fasilitas/jasa
TPA/TP/TGR TPA/TP/TGR Terjadinya penjualan
angsuran/penetapan
TP/TGR
Pengukuran
Piutang Jangka Pendek
Penyisihan PTT = 10% x (Rp75 juta – (80% x Rp50 juta) = Rp3,5 juta
Penghentian Pengakuan
Jurnal Akrual
Penerimaan Piutang Dr
Piutang Kr
Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II
Akuntansi Belanja
dan Beban
Pemerintah Pusat
Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Belanja dan Beban
01 Pengertian
02 Klasifikasi
03 Pengakuan
04 Pengukuran
05 Penyajian dan Pengungkapan
06 Jurnal Transaksi
07 Ilustrasi Soal
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2021
5. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
6. PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal Akuntansi Pemerintahan
pada Pemerintah Pusat
7. PMK Nomor 225/PMK.05/2020 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Pusat
8. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-211/PB/2018
tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar
Definisi
Beban dan Belanja
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa atau biaya yang timbul akibat transaksi
tersebut dalam periode laporan yang berdampak pada penurunan ekuitas, baik berupa pengeluaran,
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban
Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum negara (RKUN) yang mengurangi saldo
anggaran lebih (SAL) dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah
Klasifikasi Belanja dan Beban
Belanja Beban
Pegawai Pegawai
Barang dan Jasa 1. Barang
2. Jasa
3. Persediaan
4. Pemeliharaan
5. Perjalanan Dinas
6. Barang untuk Diserahkan ke
Masyarakat
Modal Penyusutan atau amortisasi
Bunga Utang Bunga
Subsidi Subsidi
Hibah Hibah
Bantuan Sosial Bantuan Sosial
Bantuan Keuangan atau Transfer Bantuan Keuangan atau Transfer
Lain-Lain Tak Terduga
Penyisihan Piutang Tak Tertagiih
Klasifikasi Belanja Modal
Jenis Belanja Pemerintah
Sifat
Expendable Intrakomtabel
(tidak menambah aset (menambah aset BMN
BMN intrakomtabel) intrakomtabel)
Pengakuan Beban
1. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi/jasa (misal
penyisihan piutang, penyusutan AT, dan amortisasi
ATB)
2. Terjadinya konsumsi aset (misal pembyaran gaji atau
pemakaian persediaan)
3. Timbulnya kewajiban (misal tagihan rekening air, telepon,
atau listrik)
Pengembalian Belanja
Pengembalian Belanja Tahun Anggaan Berjalan
(TAB) diakui sebagai pengurang belanja TAB.
Sedangkan Pengembalian Belanja Tahun
Anggaran Yang Lalu (TAYL) diakui sebagai
pendapatan lain-lain
BEBAN PEGAWAI
Dicatat sebesar resume tagihan belanja pegawai
dan/atau tagihan kewajiban pembayaran belanja
pegawai berdasarkan dokumen kepegawaian,
daftar gaji, peraturan perundang-undangan, dan
dokumen lain yang menjadi dasar pengeluaran
negara kepada pegawai dimaksud yang telah
disetujui KPA/ PPK
Pengukuran
BEBAN PERSEDIAAN
Dicatat sebesar pemakaian persediaan
Beban
berdasarkan transaksi mutasi keluar
penggunaan persediaan, dan pada akhir tahun
beban persediaan dilakukan penyesuaian dalam
hal berdasarkan hasil inventarisasi fisik terdapat
perhitungan perbedaan pencatatan persediaan
BEBAN BARANG DAN JASA
Dicatat sebesar resume tagihan belanja barang
dan jasa, tagihan kewajiban pembayaran
belanja barang dan jasa oleh pihak ketiga yang
telah disetujui KPA/PPK dan/atau perhitungan
akuntansi belanja modal yang tidak memenuhi
kapitalisasi aset
BEBAN PEMELIHARAAN
Pengukuran
Dicatat sebesar resume tagihan belanja
pemeliharaan, tagihan kewajiban pembayaran
Beban
belanja pemeliharaan oleh pihak ketiga yang
telah disetujui KPA/PPK dan/atau pemakaian
persediaan untuk pemeliharaan berdasarkan
transaksi mutasi keluar penggunaan persediaan
untuk pemeliharaan
BEBAN PERJALANAN DINAS
Dicatat sebesar resume tagihan belanja
perjalanan dinas dan/atau tagihan kewajiban
pembayaran belanja perjalanan dinas oleh pihak
ketiga yang telah disetujui KPA/PPK
Intrakomtabel Expendable
Menghasilkan Menghasilkan
Barang Modal Persediaan
Words of Inspiration
Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II
Akuntansi Persediaan
Pemerintah Pusat
Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Persediaan
01 Dasar Hukum
02 Konsep Umum
03 Klasifikasi
04 Pengakuan dan Pengukuran
06 Perlakuan Khusus
07 Jurnal Transaksi
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2021
5. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
6. PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal Akuntansi
Pemerintahan pada Pemerintah Pusat
7. PMK Nomor 234/PMK.05/2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 225/PMK.05/2019 tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Pusat
Konsep
Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan
untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat
PSAP 05 Paragraf 4
Konsep
Persediaan PSAP 05 Paragraf 5; Bab VI Lampiran PMK 234/PMK. 05/2020
1. Materialitas
2. Penceminan dari tugas dan fungsi utama satker
3. Pengendalian internal
Klasifikasi Persediaan
Sifat Pemakaian
1. Barang habis pakai
2. Barang tak habis pakai
3. Barang bekas pakai
Bab VI Lampiran PMK 234/PMK. 05/2020
Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II
Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Aset Tetap
01 Dasar Hukum
02 Konsep Dasar
03 Pengakuan
04 Pengukuran
05 Pertukaran, Penghentian, dan Pelepasan
06 Pengungkapan
07 Perlakuan dan Isu Khusus
Definisi
Aset Tetap
Aset berwujud yg mempunyai
masa manfaat lebih dari 12 (dua 1) Tanah;
belas) bulan untuk digunakan, atau 2) Peralatan dan Mesin;
dimaksudkan untuk digunakan, 3) Gedung dan Bangunan;
dalam kegiatan pemerintah atau 4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
dimanfaatkan oleh masyarakat 5) Aset Tetap Lainnya; dan
umum. 6) Konstruksi dalam Pengerjaan.
Pengakuan
Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa
depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan
andal.
Nilai Wajar
Aset tetap diperoleh dengan cara lain, misalnya hibah diukur
dengan nilai tukar aset secara wajar
Batas Minimum Kapitalisasi
PMK No. 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara
Nilai satuan minimum kapitalisasi BMN tidak diperlukan untuk BMN berupa
1) tanah;
2) jalan, irigasi, dan jaringan;
3) konstruksi dalam pengerjaan; atau
4) aset tetap lainnya, seperti koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian
Komponen Biaya
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau
konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke
kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan
yang dimaksudkan.
PSAP 07 Paragraf 28
Kondisi Definisi
Milik sendiri • Dicatat sebagai penambah nilai perolehan aset tetap terkait jika
memenuhi syarat kapitalisasi
• Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut
belum selesai dikerjakan atau sudah selesai pengerjaannya
namun belum diserahterimakan, aset dicatat sebagai KDP
Milik entitas lain • Apabila renovasi telah selesai sebelum tanggal pelaporan, aset
dalam lingkup dibukukan sebagai aset tetap lainnya—aset renovasi dan
entitas pelaporan disajikan di neraca sebagai kelompok aset tetap
yang sama • Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut
belum selesai dikerjakan atau sudah selesai pengerjaannya
namun belum diserahterimakan, aset dicatat sebagai KDP
• Pada akhir tahun anggaran, aset renovasi ini sebaiknya
diserahkan kembali pada pemilik
Isu Khusus
Renovasi Aset Tetap
Kondisi Definisi
Milik entitas lain • Apabila renovasi telah selesai sebelum tanggal pelaporan, aset
di luar lingkup dibukukan sebagai aset tetap lainnya—aset renovasi dan
entitas pelaporan disajikan di neraca sebagai kelompok aset tetap
yang sama • Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut
belum selesai dikerjakan atau sudah selesai pengerjaannya tetapi
belum diserahterimakan, aset dicatat sebagai KDP
• Pada akhir masa perjanjian pinjam pakai atau sewa, aset renovasi
ini sebaiknya diserahkan kembali pada pemilik
Isu Khusus
Konstruksi dalam Pengerjaan
Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II
Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Aset Lainnya
01 Definisi
02 Aset Tak Berwujud
03 Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga
04 Kas yang Dibatasi Penggunaannya
05 Aset Lain-Lain
Definisi
Aset Lainnya
aset pemerintah selain aset lancar, Kriteria:
investasi jangka panjang, aset tetap, 1) Dapat diidentifikasi;
dana cadangan, dan piutang jangka 2) Dikendalikan, dikuasai, atau dimiliki oleh
panjang pemerintah;
3) Kemungkinan besar manfaat ekonomi dan
1) Aset tidak berwujud sosial atau jasa potensial di masa mendatang
2) Kemitraan dengan pihak ketiga mengalir kepada/dinikmati oleh pemerintah;
3) Kas yang dibatasi penggunaannya 4) Biaya perolehan atau nilai wajar dapat diukur
4) Aset Lain-lain dengan andal.
Aset Tak Berwujud
Jenis-Jenis
Software
Software komputer yang bukan bagian tidak terpisahkan dari
hardware komputer
ATB Lainnya
ATB yang tidak bisa diklasifikasikan ke ATB lainnya
Perlakuan Khusus
Aset Tak Berwujud
Definisi
Aset kerja sama/kemitraan dengan pihak ketiga adalah
aset tetap yang dibangun atau digunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan kerja sama/kemitraan
Jenis
• Tanah
• Gedung dan bangunan dan/atau sarana beserta seluruh
fasilitasnya yang dibangun untuk pelaksanaan
perjanjian kerja sama/kemitraan
• BMN selain tanah dan bangunan
Aset Kemitraan
Mekanisme dan Bentuk
Pada pola BKS, aset kemitraan dicatat sebesar nilai tanah yang
diserahkan untuk dikerjasamakan. Pada pola BSK, nilai yang dicatat
meliputi tanah berikut bangunan dan fasilitas yang diserahkan kepada
pemerintah
Kas yang Dibatasi Penggunaannya
Definisi
Design by Canva
Pengukuran
Biaya Perolehan
1) Aset tetap diperoleh dengan pembelian diukur dengan harga
beli + seluruh biaya yang dikeluarkan sampai dengan aset siap
digunakan/dipakai
2) Aset tetap diperoleh dengan membangun sendiri diukur dengan
total
a) Biaya langsung: bahan baku + tenaga kerja
b) Biaya tak langsung
Nilai Wajar
Aset tetap diperoleh dengan cara lain, misalnya hibah diukur
dengan nilai tukar aset secara wajar