Anda di halaman 1dari 212

Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Sistem Akuntansi dan


Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat
Dimar
Pokok
Bahasan
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Pusat (SAPP)

01 Dasar Hukum
02 Akuntansi
03 Tujuan, Ruang Lingkup, dan Karakteristik
04 Kerangka dan Alur
05 Reviu Laporan Keuangan
06 Pernyataan Tanggung Jawab
07 Sanksi
Dasar Hukum
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
Bagian Penjelasan
“… agar informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan
pemerintah dapat memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas
perlu diselenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) yang
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.”

Pasal 7 ayat (2) huruf o


Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara berwenang
menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara.

Pasal 51 ayat (1)


Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku
Bendahara Umum Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi atas
transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk transaksi
pembiayaan dan perhitungannya.
Dasar Hukum
PMK No. 215/PMK.05/2016 tentang
Perubahan atas PMK No. 213/PMK.05/
2013 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat

Lampiran: Pedoman Pelaksanaan Sistem Akuntansi dan Pelaporan


Keuangan Pemerintah Pusat
Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban keuangan
sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di
bidang keuangan negara, maka perlu dibuat suatu mekanisme dan
peraturan yang mengatur tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Pengertian
Akuntansi Pemerintah Pusat

proses pengidentifikasian, pengukuran, • anggaran (saat disahkan dan dilakokasikan);


pencatatan, pengklasifikasian,dan • realisasi anggaran (realisasi pendapatan, belanja dan
pengikhtisaran transaksi dan kejadian transfer, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan);
keuangan pemerintah pusat, • perolehan dan pelepasan/pelunasan aset, kewajiban, serta
penginterpretasian atas hasilnya, serta ekuitas;
penyajian LKPP, mencakup transaksi • koreksi kesalahan, penyesuaian, dan penutupan akhir tahun;
• konsolidasi.
SAP

Proses Akuntansi
Sistem Akuntansi

Analisis transaksi, LRA, LP SAL, LO,


Dokumen Sumber
rekam jurnal, LPE, Neraca, LAK,
Transaksi
posting buku besar CaLK

Input Process Output

Prosedur Akuntansi, Bagan Akun Standar (BAS), Pengaturan


Kelembagaan, Hardware dan Software, Personalisasi Tampilan
Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
dalam Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI)

UAPA: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengguna


UAPA Anggaran

UAPPA-E1: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan


Pembantu Pengguna Anggaran-Eselon l
UAPPA-
E1 UAPPA-W: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pembantu Pengguna Anggaran-Wilayah

UAPPA-W UAKPA: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa


Pengguna Anggaran
(Dekonsentrasi
dan TP)

UAKPA
(Dekonsentrasi dan TP)
Unit Akuntansi dan Pelaporan BMN
dalam Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Instansi (SAI)

UAPB: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pengguna


UAPB Barang

UAPPB-E1: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan


Pembantu Pengguna Barang-Eselon l
UAPPB-
E1 UAPPB-W: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Pembantu Pengguna Barang-Wilayah

UAPPB-W UAKPB: Unit Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Kuasa


Pengguna Barang
(Dekonsentrasi
dan TP)

UAKPB
(Dekonsentrasi dan TP)
Korelasi
Akuntansi, Pelaporan Keuangan, Pelaporan Barang

Kepala Kantor

Kasubag
Kasubag TU/Pejabat
Keuangan/Pejabat
yang Menangani
yang Menangani
Barang
Keuangan

UAKPA
UAKPB

Pelaksana Unit Pelaksana Unit


Akuntansi dan Akuntansi dan
Pelaporan Barang Pelaporan Keuangan
Korelasi
Akuntansi, Pelaporan Keuangan, Pelaporan Barang

Akuntansi dan Pelaporan Pembelian aset Pencatatan ‘Aset Tetap/Persediaan yang


Keuangan Dokumen: SPM + SP2D Belum Diregister’

Penghapusan ‘Aset Tetap/Persediaan yang


Belum Diregister’ dan diganti dengan aset
definitif

Neraca Mencatat jurnal transaksi BMN dan Laporan


Barang Kuasa Pengguna (LBKP)

Akuntansi dan Pelaporan Membukukan SPM + SP2D terkait dengan


Barang belanja modal dan/atau barang
Fungsi Unit Akuntansi
UAKPA
• Verifikasi dan validasi elemen–elemen dokumen sumber
• Perekaman
• Verifikasi hasil perekamandengandokumensumber
• Posting
• Rekonsiliasi
• Pengiriman data dan laporan keuangan

UAPPA-W, UAPPA-E1, UAPA


• Penerimaan laporan keuangan
• Verifikasidata dan laporan keuangan
• Rekonsiliasi
• Analisis hardcopy dan softcopy
• Penggabungan data dan laporan keuangan
• Pengiriman data dan laporan keuangan
Dokumen Sumber
1. Penerimaan
• Estimasi pendapatan (pajak dan PNBP): DIPA, DIPA Revisi
• Realisasi pendapatan: SSBP, SSP, SSPCP
2. Pengeluaran
• Estimasi: DIPA, DIPA Revisi, POK
• Realisasi pengeluaran: SPP, SPM dan SP2D, SP3B-BLU dan SP2B-
BLU, SP2HL dan SPHL
3. Memo Penyesuaian  jurnal penyesuaian untuk transaksi akrual dan
jurnal aset
4. Dokumen piutang: kartu piutang, daftar rekapitulasi piutang, daftar
umur piutang
5. Dokumen persediaan: kartu persediaan, buku persediaan, dan laporan
persediaan
6. Dokumen KDP: Kartu KDP, Laporan KDP
7. Dokumen lainnya: BAST, SK Penghapusan, SK Penghentian dan/atau
Penggunaan Kembali atas Aset Tetap/Aset Tak Berwujud yang dalam
kondisi rusak
Pelaporan
Keuangan
Periode: Bulanan, Triwulanan,
Semesteran, Tahunan

Lapkeu interim dan Lapkeu K/L tahunan Lapkeu disertai Pernyataan Telah
tahunan disusun lengkap disampaikan paling lama Di-review yang ditandatangani oleh
dengan LRA, LO, LPE, 2 (dua) bulan setelah TA APIP dan Pernyataan Tanggung
Neraca, CaLK dan berakhir Jawab (Statement of Responsibility)
pendukungnya yang ditandatangani oleh Menteri/
Pimpinan Lembaga
Jenis
Laporan Keuangan
1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
3. Neraca
4. Laporan Operasional
5. Laporan Arus Kas
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan atas Laporan Keuangan
Definisi dan Tujuan SAPP
Menurut PMK 215/2016, SAPP: rangkaian sistematik dari prosedur,
penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi
akuntansi sejak pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai
dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pempus.

Tujuan
• menjaga aset pempus melalui pencatatan, pemrosesan, dan pelaporan
transaksi keuangan
• menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran
dan kegiatan keuangansebagai dasar penilaian kinerja, ketaatan
terhadap otorisasi anggaran, akuntabilitas
• menyediakan informasi posisi keuangansecara keseluruhan;
• menyediakan informasi keuangan untuk perencanaan, pengelolaan, dan
pengendalian secara efisien.
Ruang Lingkup SAPP
SAPP wajib diselengarakan oleh:
• Seluruh unit pempus
• Unit akuntansi danpelaporan pada pemda dalam rangka
pelaksanaan Dekonsentrasi/ Tugas Pembantuan (sumber
dana APBN)
• Unit akuntansi dan pelaporan pada pelaksanaan
anggaran BUN

Dikecualikandari SAPP:
• PemerintahDaerah yang dananya bersumber dari APBD
• BUMN
• BUMD
Karakteristik SAPP
Basis Akuntansi
• LKPP berakrual
• Basis kas untuk LRA sepanjangAPBN
menggunakan basis kas
SistemPembukuanBerpasangan
• Anggaran masih single entry
Desentralisasi Pelaksanaan Anggaran
• Pembentukan unit-unit akuntansi dan
pelaporan secara berjenjang
BAS: Kodefikasi elemen transaksi, akuntansi
dan pelaporan
SAP: Panduan akuntansi
Kerangka SAPP
Kerangka SAPP
No Subsistem Pelaksana
1 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pusat (SiAP) DJPb
2 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Utang DJPPR
Pemerintah (SAUP)
3 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Hibah DJPPR
(SIKUBAH)
4 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Investasi DJKN
Pemerintah (SAIP)
5 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penerusan DJPb
Pinjaman (SA-PPP)

PMK No. 215/PMK.05/2016


Kerangka SAPP
No Subsistem Pelaksana
6 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Transfer ke DJPK
Daerah (SATD)
7 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Belanja DJA
Subsidi (SA-BS)
8 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Belanja Lain- DJA
Lain
9 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Transaksi Beberapa
Khusus (SATK) Eselon 1
10 Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan DJPb
Lainnya (SABL)
PMK No. 215/PMK.05/2016
SATK oleh Unit Eselon 1 Kemenkeu
BKF, selaku UAPBUN TK Pengelola Pengeluaran Hubungan Internasional dan
Dukungan Kelayakan
DJA, selaku UAPBUN TK Pengelola PNBP yang dikelola DJA
DJKN, selaku UAPBUN TK Pengelola Aset yang berada dalam pengelolaan DJKN
DJPb, selaku UAPBUN TK Pengelola Pembayaran Belanja Pensiun, Belanja
Asuransi Kesehatan, Program Tunjangan Hari Tua (THT), Belanja PPN RTGS BI,
dan Belanja Selisih Harga Beras Bulog, serta Pendapatan dan Belanja yang terkait
dengan Pengelolaan Kas Negara
Rekonsiliasi
▪ Rekonsiliasi: proses pencocokan data transaksi keuangan yang diproses dengan
beberapa sistem/subsistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama
untuk mencapai keandalan LK
▪ Keluaran: BA Rekonsilisasi
▪ Pelaksanaan:
1. Rekonsiliasi internal antara unit pelaporan keuangan dan unit pelaporan barang
pada Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
2. Rekonsiliasi internal antara UAKPA danbendahara pengeluaran/bendahara
penerimaan Satker
3. Rekonsiliasi pelaporan keuangan antara Pengguna Anggaran dan Kuasa BUN
4. Rekonsiliasi pelaporan barang antara Pengguna Barang dan Pengelola Barang
5. Rekonsiliasi antara BUN dan Pengelola Barang
• Meyakinkan akurasi, keandalan, keabsahan
informasi yang disajikan dalam Laporan
Keuangan
• Meyakinkan kesesuaian pengakuan,
pengukuran, dan pelaporan transaksi dengan
Reviu
SAP Laporan Keuangan
• Meyakinkan akuntansi keuangan telah
disusun sesuai dengan Peraturan
Perundangan dan SAP
SAI APIP K/L LK K/L

Pernyataan telah di-Review


SABUN APIP BUN LK BUN Reviu
Laporan Keuangan

SAPP BPKP LKPP


Sanksi
Sanksi tidak melakukan rekonsiliasi dan tidak
menyampaikan lapkeu adalah pengembalian SPM oleh
KPPN yang telah diajukan oleh UAKPA/Satker, kecuali
SPM-LS Belanja Pegawai, SPM-LS kepada pihak ketiga,
dan SPM pengembalian

Pengenaan sanksi tidakmembebaskan UAKPA/UAKPB


dan UAPPA-W/UAPPB-W dari kewajiban menyampaikan
lapkeu, laporan BMN, dan melakukan rekonsiliasi

PengenaansanksikepadaUAPPA-W/B,
mempertimbangkan pelaksanaan single database dalam
proses rekonsiliasi
Words of Inspiration

We write to taste life twice, in the


moment and in retrospect.
— Anaïs Nin

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat
Dimar
Pokok
Bahasan
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)

01 Dasar Hukum
02 Entitas Pelaporan
03 Jenis Laporan
04 Opini Audit BPK
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional
5. PP Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah
6. PP Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan
Evaluasi
7. PP Nomor 17 Tahun 2017 tentang Sinkronisasi Proses
Perencanaan dan Penganggaran Pembangunan Nasional
Dasar Hukum
UU Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara
Pasal 8 huruf g
Dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri
Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut: g) menyusun laporan keuangan
yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN

Pasal 9 huruf g
Menteri/pimpinan lembaga sebagai Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang
kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas sebagai
berikut: g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian
negara /lembaga yang dipimpinnya

Penjelasan Pasal 9 huruf g


Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksud adalah dalam rangka
akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, termasuk
prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran.
Dasar Hukum
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
Pasal 55 ayat (1)
Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada Presiden dalam rangka
memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Pasal 55 ayat (2)


Dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) :
a. Menteri/pimpinan lembaga selaku PA/PB menyusun dan menyampaikan
laporan keuangan yang meliputi LRA, Neraca, dan CaLK dilampiri laporan
keuangan BLU pada kementerian negara/lembaga masing-masing.
c. Menteri Keuangan selaku BUN menyusun LAK Pemerintah Pusat;
d. Menteri Keuangan selaku wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan
kekayaan negara yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan
perusahaan negara.
Entitas Pelaporan

PSAP 01 Paragraf 8
Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau
lebih entitas akuntansi atau entitas pelaporan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan.

Entitas Pelaporan Pemerintah Pusat


• Pemerintah Pusat
• Kementerian/Lembaga
• Bendahara Umum Negara (beserta seluruh entitas di bawahanya
selaku pengelola BA 999)
Jenis Laporan Keuangan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

1. Laporan Realisasi APBN

2. Neraca

3. Laporan Arus Kas

4. Catatan atas Laporan Keuangan


Jenis Laporan Keuangan
UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

1. Laporan Realisasi Anggaran

2. Neraca

3. Laporan Arus Kas

4. Catatan atas Laporan Keuangan


yang dilampiri Laporan Keuangan
BLU
Jenis Laporan Keuangan
Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan

1. Laporan Realisasi Anggaran 5. Laporan Perubahan Ekuitas

2. Laporan Perubahan SAL 6. Laporan Arus Kas


3. Neraca 7. Catatan atas Laporan Keuangan

4. Laporan Operasional
Penjabaran Laporan Keuangan

Entitas LK
LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK
Pelaporan Entitas

Pempus LKPP P P P P P P P

BUN LKBUN P P P P P P P

K/L LKK/L P O P P P O P
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SAI (PMK Nomor 213 Tahun 2013 BAB IV Bagian Kesatu)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

UAKPA (termasuk Dana Dekonsentrasi, Tugas


P O P P P O P
Pembantuan, dan/atau Urusan Bersama)

UAPPA-W (termasuk Dana Dekonsentrasi, Tugas


P O P P P O P
Pembantuan, dan/atau Urusan Bersama)

UAPPA-E1 P O P P P O P

UAPA P O P P P O P
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SiAP (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 2—6)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

KPPN selaku UAKBUN Daerah, kecuali KPPN Khusus


O O O P P P P
Investasi

Kanwil Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku


O O O P P P P
UAKKBUN*)-Kanwil

Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku UAKBUN-


O O O P P P P
Pusat

DJPb c.q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara selaku


O O O P P P P
UAPBUN-AP

*) UAKKBUN: Unit Akuntansi Koordinator Kuasa Bendahara Umum Negara


Penjabaran Laporan Keuangan
LK SAUP dan SIKUBAH (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 7—8)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan


P O P P P O P
Risiko selaku UAPBUN Pengelolaan Utang

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan


P O P P P O P
Risiko selaku UAPBUN Pengelolaan Hibah

LK SAIP (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 9)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara selaku UAPBUN


Pengelolaan Investasi Pemerintah (disertai Ikhtisar P O P P P O P
Laporan Keuangan Perusahaan Negara)
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SAPPP (PMK Nomor 213 Tahun 2013 BAB IV Bagian Kelima)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Perbendaharaan c.q. Direktorat


Sistem Manajemen Investasi selaku UAPBUN P O P P P O P
Pengelolaan Penerusan Pinjaman

LK SATD (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 10—11)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan selaku


UAPBUN Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana P O P P P O P
Desa
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SABS (PMK Nomor 213 Tahun 2013 BAB IV Bagian Ketujuh)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Anggaran selaku UAPBUN


P O P P P O P
Pengelolaan Belanja Subsidi

LK SABL (PMK Nomor 213 Tahun 2013 BAB IV Bagian Kedelapan)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Anggaran selaku UAPBUN


P O P P P O P
Pengelolaan Belanja Lainnya
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SATK (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 12)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Badan Kebijakan Fiskal (BKF) selaku UAPBUN TK


Pengelola Pengeluaran Keperluan Hubungan P O P P P O P
Internasional

Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) selaku UAPBUN


P O P P P O P
TK Pengelola PNBP yang dikelola DJA

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) selaku


UAPBUN TK Pengelola Aset yang berada dalam P O P P P O P
pengelolaan DJKN
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SATK (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 12)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku UAPBUN


TK atas:
1. Pengelola Pembayaran Belanja/Beban Pensiun,
Jaminan Layanan Kesehatan, Jaminan Kesehatan
Menteri dan Pejabat Tertentu, Jaminan Kesehatan
P O P P P O P
Utama, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan
Kematian, Program Tunjangan Hari Tua, Pajak
Pertambahan Nilai Real Time Gross Settlement
Bank Indonesia, dan Selisih Harga Beras Bulog,
serta Pelaporan Iuran Dana Pensiun
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SATK (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 12)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku UAPBUN


TK atas:
2. Pengelola Belanja/Beban Pendapatan Dalam
Pengelolaan Kas Negara P O P P P O P
3. Pengelola Utang Perhitungan Fihak Ketiga
Pegawai
4. Pengelola Suspen Penerimaan
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SATK (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 12)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan


Resiko selaku UAPBUN TK atas:
P O P P P O P
1. Pengelola Pembayaran Dukungan Kelayakan
2. Pengelola Pengeluaran Penyiapan Proyek

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK)


selaku UAPBUN TK atas Pengelola Utang Perhitungan P O P P P O P
Fihak Ketiga Pajak Rokok
Penjabaran Laporan Keuangan

LK SAPBL (PMK Nomor 215 Tahun 2016 Pasal I angka 13)

Entitas Akuntansi LRA LP SAL LO Neraca LPE LAK CaLK

D irektorat Jenderal Perbendaharaan c.q Direktorat


Akuntansi dan Pelaporan Keuangan selaku UAPBUN
O O O P P O P
PBL (disertai Ikhtisar Laporan Keuangan Badan
Lainnya)
Laporan Realisasi Anggaran
PSAP 02
Pengertian
Laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer,
surplus/defisit, dan pembiayaan, yang masing-masing dibandingkan
dengan anggarannya dalam satu periode serta dengan realisasi periode
sebelumnya

LRA K/L vs LRA BUN


Sebagai PA, K/L hanya menyajikan transaksi realisasi pendapatan, belanja,
dan surplus/defisit saja sedangkan BUN menyajikan realisasi pendapatan,
belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan

Manfaat
▪ mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya
ekonomi, akuntabilitas, dan ketaatan entitas pelaporan terhadap
anggaran
▪ memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai
kegiatan pemerintah
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 02.A

Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Pusat

PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
(%)
NO. URAIAN 20X1 20X1 20X0
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN PERPAJAKAN
3 Pendapatan Pajak Penghasilan xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah xxx xxx xx xxx
5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan xxx xxx xx xxx
6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan xxx xxx xx xxx
7 Pendapatan Cukai xxx xxx xx xxx
8 Pendapatan Bea Masuk xxx xxx xx xxx
9 Pendapatan Pajak Ekspor xxx xxx xx xxx
10 Pendapatan Pajak Lainnya xxx xxx xx xxx
11 Jumlah Pendapatan Perpajakan (3 s/d 10) xxx xxx xx xxx
12
13 PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
14 Pendapatan Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
15 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba xxx xxx xx xxx
16 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya xxx xxx xx xxx
17 Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (14 s/d 16) xxx xxx xx xxx
18
19 PENDAPATAN HIBAH
20 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
21 Jumlah Pendapatan Hibah (20 s/d 20) xxx xxx xx xxx
22 JUMLAH PENDAPATAN (11 + 17 + 21) xxx xxx xx xxx
23
24 BELANJA
25 BELANJA OPERASI
26 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
27 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
28 Bunga xxx xxx xx xxx
29 Subsidi xxx xxx xx xxx
30 Hibah xxx xxx xx xxx
31 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
32 Belanja Lain-lain xxx xxx xx xxx
33 Jumlah Belanja Operasi (26 s/d 32) xxx xxx xx xxx
34
35 BELANJA MODAL xxx xxx xx xxx
36 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
37 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
38 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
39 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
40 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
41 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
42 Jumlah Belanja Modal (36 s/d 41) xxx xxx xx xxx
43 JUMLAH BELANJA (33 + 42) xxx xxx xx xxx
44
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN REALISASI ANGGARAN
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
(%)
NO. URAIAN 20X1 20X1 20X0
45 TRANSFER
46 DANA PERIMBANGAN
47 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
48 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
49 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
50 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
51 Jumlah Dana Perimbangan (47 s/d 50) xxx xxx xx xxx
52
53 TRANSFER LAINNYA (disesuaikan dengan program yang ada)
54 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
55 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
56 Jumlah Transfer Lainnya (54 s/d 55) xxx xxx xx xxx
57 JUMLAH TRANSFER (51 + 56) xxx xxx xx xxx
58 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (43 + 57) xxx xxx xx xxx
59
60 SURPLUS / DEFISIT (22 - 58) xxx xxx xx xxx
61 PEMBIAYAAN
62 PENERIMAAN
63 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
64 Penggunaan SAL xxx xxx xx xxx
65 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx xx xxx
66 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
67 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
68 Penerimaan dari Divestasi xxx xxx xx xxx
69 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
70 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
71 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (64 s/d 70) xxx xxx xx xxx
72
73 PENERIMAAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI
74 Penerimaan Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx xxx
75 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx xx xxx
76 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Luar Negeri (74 s/d 75) xxx xxx xx xxx
77 JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN (71 + 76) xxx xxx xx xxx
78
79 PENGELUARAN
80 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DALAM NEGERI
81 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx xx xxx
82 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
83 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
84 Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) xxx xxx xx xxx
85 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
86 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
87 Jumlah Penerimaan Pembiayaan Dalam Negeri (81 s/d 86) xxx xxx xx xxx
88
89 PENGELUARAN PEMBIAYAAN LUAR NEGERI xxx xxx xx xxx
90 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri xxx xxx xx xxx
91 Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx xx xxx
92 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Luar Negeri (90 s/d 91) xxx xxx xx xxx
93 JUMLAH PENGELUARAN PEMBIAYAAN (87 + 92) xxx xxx xx xxx
94 PEMBIAYAAN NETO (77 - 93) xxx xxx xx xxx
95
96 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (62 + 94) xxxx xxxx xx xxxx
Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih

PSAP 01 Paragraf 8 LP SAL hanya disajikan oleh BUN dan entitas pelaporan
yang menyusun LK konsolidasian
Saldo Anggaran Lebih adalah gunggungan saldo
yang berasal dari akumulasi SiLPA/SiKPA tahun-
tahun anggaran sebelumnya dan tahun berjalan LP SAL menyajikan informasi kenaikan/penurunan SAL
serta penyesuaian lain yang diperkenankan tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 01.E

Contoh Format Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Pemerintah Pusat

PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

NO URAIAN 20X1 20X0

1 Saldo Anggaran Lebih Awal XXX XXX


2 Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan (XXX) (XXX)
3 Subtotal (1 - 2) XXX XXX
4 Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) XXX XXX
5 Subtotal (3 + 4) XXX XXX
6 Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya XXX XXX
7 Lain-lain XXX XXX
8 Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7) XXX XXX
Laporan Operasional
PSAP 12
Pengertian
Laporan yang menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercerminkandalam pendapatan-LO, beban, dan
surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya
disandingkan dengan periode sebelumnya

Manfaat
Memberikan informasi mengenai
▪ besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk menjalankan
pelayanan;
▪ operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan
penggunaan sumber daya ekonomi;
▪ prediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan
pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara
menyajikan laporan secara komparatif;
▪ Penurunan/peningkatan ekuitas lewat surplus/defisit
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010 2005
ILUSTRASI PSAP 12.A

Contoh Format Laporan Operasional Pemerintah Pusat

PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0
(Dalam rupiah)
Kenaikan/
No URAIAN 20x1 20x0 (%)
Penurunan
KEGIATAN OPERASIONAL
1 PENDAPATAN
2 PENDAPATAN PERPAJAKAN
3 Pendapatan Pajak Penghasilan xxx xxx xxx xxx
4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah xxx xxx xxx xxx
5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan xxx xxx xxx xxx
6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan xxx xxx xxx xxx
7 Pendapatan Cukai xxx xxx xxx xxx
8 Pendapatan Bea Masuk xxx xxx xxx xxx
9 Pendapatan Pajak Ekspor xxx xxx xxx xxx
10 Pendapatan Pajak Lainnya xxx xxx xxx xxx
11 Jumlah Pendapatan Perpajakan ( 3 s/d 10 ) xxx xxx xxx xxx
12
13 PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK
14 Pendapatan Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xxx
15 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba xxx xxx xxx xxx
16 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya xxx xxx xxx xxx
17 Jumlah Pendapatan Negara Bukan Pajak (14 s/d 16) xxx xxx xxx xxx
18
19 PENDAPATAN HIBAH
20 Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xxx
21 Jumlah Pendapatan Hibah (20) xxx xxx xxx xxx
22 JUMLAH PENDAPATAN (11 + 17 + 21) xxx xxx xxx xxx
23
24 BEBAN
25 Beban Pegawai xxx xxx xxx xxx
26 Beban Persediaan xxx xxx xxx xxx
27 Beban Jasa xxx xxx xxx xxx
28 Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xxx
29 Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xxx
30 Beban Bunga xxx xxx xxx xxx
31 Beban Subsidi xxx xxx xxx xxx
32 Beban Hibah xxx xxx xxx xxx
33 Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xxx
34 Beban Penyusutan xxx xxx xxx xxx
35 Beban Transfer xxx xxx xxx xxx
36 Beban Lain-lain xxx xxx xxx xxx
37 JUMLAH BEBAN (25 s/d 36) xxx xxx xxx xxx
38
39 SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN OPERASIONAL (22-37) xxx xxx xxx xxx
40
41 KEGIATAN NON OPERASIONAL
42 Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx
43 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
44 Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xxx
45 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xxx
46 Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xxx
47 JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL(42 s/d 46) xxx xxx xxx xxx
48 SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (39 + 47) xxx xxx xxx xxx
49
50 POS LUAR BIASA
51 Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
52 Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xxx
53 POS LUAR BIASA (51-52) xxx xxx xxx xxx
54 SURPLUS/DEFISIT-LO (48+53) xxx xxx xxx xxx
Laporan Perubahan Ekuitas
PSAP 01

Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang


merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah
pada tanggal laporan

LPE menyajikan informasi kenaikan/penurunan ekuitas tahun


pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
dipengaruhi oleh:
• Surplus/Defisit-LO
• Dampak kumulatif perubahan kebijakan akuntansi/
kesalahan mendasar yang terdiri atas:
✓ Koreksi Nilai Persediaan
✓ Selisih Revaluasi Aset Tetap
✓ Lain-Lain
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 01.C

Contoh Format Laporan Perubahan Ekuitas Pemerintah Pusat

PEMERINTAH PUSAT
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0

NO URAIAN 20X1 20X0

1 EKUITAS AWAL XXX XXX


2 SURPLUS/DEFISIT-LO XXX XXX
3 DAMPAK KUMULATIF PERUBAHAN KEBIJAKAN/KESALAHAN MENDASAR:
4 KOREKSI NILAI PERSEDIAAN XXX XXX
5 SELISIH REVALUASI ASET TETAP XXX XXX
6 LAIN-LAIN XXX XXX
7 EKUITAS AKHIR XXX XXX
Neraca
PSAP 01

▪ Laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas mengenai aset,


kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu
▪ Manfaat Neraca
1. Memahami kekayaan entitas
2. Merencanakan jenis-jenis pembiayaan dalam rangka menutup defisit atau
memanfaatkan surplus
3. Membantu dalam pengelolaan aset tetap, utang, dan kas
Neraca
PSAP 01

▪ Unsur Neraca
1. Aset lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan
persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka 3
(tiga) sampai 12 (dua belas) bulan, surat berharga yang mudah diperjualbelikan.
2. Aset nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak
berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk kegiatan
pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum. Aset nonlancar
diklasifikasikan menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan,
dan aset lainnya untuk mempermudah pemahaman atas pos-pos aset nonlancar
yang disajikan di neraca.
Neraca
PSAP 01

▪ Unsur Neraca
3. Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban yang diharapkan dibayar dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
4. Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diharapkan lebih dari waktu
12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
5. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset
dan kewajiban pemerintah pada tanggal pelaporan.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

Lampiran II
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
Ilustrasi PSAP 01.A

Contoh Format Neraca Pemerintah Pusat

NERACA
PEMERINTAH PUSAT
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0

1 ASET
2 ASET LANCAR
3 Kas di Bank Indonesia xxx xxx
4 Kas di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara xxx xxx
5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
7 Investasi Jangka Pendek xxx xxx
8 Piutang Pajak xxx xxx
9 Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak xxx xxx
10 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
11 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx
13 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
14 Bagian Lancar Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx
15 Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
16 Piutang Lainnya xxx xxx
17 Persediaan xxx xxx
18 Jumlah Aset Lancar (3 s/d 17) xxx xxx
19 INVESTASI JANGKA PANJANG
20 Investasi Nonpermanen
21 Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
22 Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
23 Pinjaman kepada Lembaga Internasional xxx xxx
24 Dana Bergulir xxx xxx
25 Investasi dalam Obligasi xxx xxx
26 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
27 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx
28 Jumlah Investasi Nonpermanen (21 s/d 27) xxx xxx
29 Investasi Permanen
30 Penyertaan Modal Pemerintah xxx xxx
31 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
32 Jumlah Investasi Permanen (30 s/d 31) xxx xxx
33 Jumlah Investasi Jangka Panjang (28 + 32) xxx xxx
34 ASET TETAP
35 Tanah xxx xxx
36 Peralatan dan Mesin xxx xxx
37 Gedung dan Bangunan xxx xxx
38 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx
39 Aset Tetap Lainnya xxx xxx
40 Konstruksi Dalam Pengerjaan xxx xxx
41 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)
42 Jumlah Aset Tetap (35 s/d 41) xxx xxx
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

NERACA
PEMERINTAH PUSAT
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0

43 ASET LAINNYA
44 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
45 Tuntutan Perbendaharaan xxx xxx
46 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
47 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx
48 Aset Tak Berwujud xxx xxx
49 Aset Lain-Lain xxx xxx
50 Jumlah Aset Lainnya (44 s/d 49) xxx xxx
51 JUMLAH ASET (18+33+42+50) xxxx xxxx
52
53 KEWAJIBAN
54 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
55 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
56 Utang Bunga xxx xxx
57 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx
58 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx
59 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (55 s/d 58) xxx xxx
60 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
61 Utang Luar Negeri xxx xxx
62 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx
63 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
64 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx
65 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (61 s/d 64) xxx xxx
66 JUMLAH KEWAJIBAN (59+65) xxx xxx
67
68 EKUITAS DANA
69 EKUITAS DANA LANCAR
70 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) xxx xxx
71 Pendapatan yang Ditangguhkan xxx xxx
72 Cadangan Piutang xxx xxx
73 Cadangan
C d Persediaan
P di xxx xxx
74 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka (xxx) (xxx)
75 Jumlah Ekuitas Dana Lancar (70 s/d 74) xxx xxx
76 EKUITAS DANA INVESTASI
77 Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang xxx xxx
78 Diinvestasikan dalam Aset Tetap xxx xxx
79 Diinvestasikan dalam Aset Lainnya xxx xxx
80 Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka (xxx) (xxx)
81 P j Jumlah Ekuitas Dana Investasi (77 s/d 80) xxx xxx
82 JUMLAH EKUITAS DANA (75+81) xxx xxx
83 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (66+82) xxxx xxxx
Laporan Arus Kas
PSAP 03 Manfaat
• indikator jumlah arus kas masa YAD
• menilai kecermatan taksiran arus kas sebelumnya
Laporan finansial yang menyajikan • memprediksi klaim pihak lain terhadap kas
informasi penerimaan dan pengeluaran pemerintah dan klaim pemerintah terhadap pihak
kas selama periode tertentu yang lain masa YAD
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas • alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan
operasi, investasi, pendanaan, dan arus kas keluar
transitoris • mengevaluasi hubungan antara aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris, misalnya
transaksi pelunasan utang yang terdiri dari
pelunasan pokok utang dan bunga utang
Laporan Arus Kas Aktivitas Operasi
PSAP 03

Aktivitas operasi adalah Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar


aktivitas penerimaan • Penerimaan Perpajakan; • Pembayaran Pegawai;
dan pengeluaran kas • PNBP; • Pembayaran Barang;
yang ditujukan untuk • Penerimaan Hibah; • Pembayaran Bunga;
kegiatan operasional • Penerimaan Bagian Laba • Pembayaran Subsidi;
pemerintah selama satu Perusahaan; • Pembayaran Hibah;
periode akuntansi. • Penerimaan Lain-Lain dari • Pembayaran Bantuan Sosial;
Pos Luar Biasa; dan • Pembayaran Lain-lain/Kejadian
• Penerimaan Transfer Luar Biasa; dan
• Pembayaran Transfer
Laporan Arus Kas Aktivitas Operasi
PSAP 03

Metode Langsung
Metode ini mengungkapkan pengelompokan
utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto

Metode Tidak Langsung


Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi-transaksi
operasional nonkas, penangguhan (deferral) atau pengakuan (accrual) penerimaan
kas atau pembayaran yang lalu/yang akan datang, serta unsur penerimaan dan
pengeluaran dalam bentuk kas yang berkaitan dengan aktivitas investasi dan
pendanaan.
Laporan Arus Kas Aktivitas Investasi
PSAP 03
Aktivitas investasi adalah Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar
aktivitas penerimaan dan • Penjualan Aset Tetap; • Perolehan Aset Tetap;
pengeluaran kas yang • Penjualan Aset Lainnya; • Perolehan Aset Lainnya;
ditujukan untuk perolehan • Pencairan Dana • Pembentukan Dana Cadangan;
dan pelepasan aset tetap Cadangan; • Penyertaan Modal Pemerintah;
serta investasi lainnya yang • Penerimaan dari Divestasi; • Pembelian Investasi dalam bentuk
tidak termasuk dalam • Penjualan Investasi dalam Sekuritas
setara kas. bentuk Sekuritas.
Laporan Arus Kas Aktivitas Pendanaan
PSAP 03
Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas Arus Kas Masuk
penerimaan dan pengeluaran kas yang yang • Penerimaan utang luar negeri dan/atau obligasi
berhubungan dengan pemberian piutang • Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah
jangka panjang dan/atau pelunasan utang daerah dan/atau perusahaan negara
jangka panjang yang mengakibatkan
Arus Kas Keluar
perubahan dalam jumlah dan komposisi
• Pembayaran pokok utang luar negeri dan/atau
piutang jangka panjang dan utang jangka
obligasi
panjang.
• Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada
pemerintah daerah dan/atau perusahaan negara
Laporan Arus Kas Aktivitas Transitoris
PSAP 03
Arus Kas Masuk
penerimaan PFK dan penerimaan transitoris seperti
Aktivitas transitoris adalah aktivitas kiriman uang masuk dan penerimaan kembali uang
penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak persediaan dari bendahara pengeluaran
termasuk dalam aktivitas operasi, investasi,
dan pendanaan. Arus Kas Keluar
pengeluaran PFK dan pengeluaran transitoris seperti
kiriman uang keluar dan pemberian uang persediaan
kepada bendahara pengeluaran
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN II
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 03.A

Contoh Format Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat

LAPORAN ARUS KAS


PEMERINTAH PUSAT
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0

1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi


2 Arus Masuk Kas
3 Pendapatan Pajak Penghasilan XXX XXX
4 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan Barang Mewah XXX XXX
5 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan XXX XXX
6 Pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan XXX XXX
7 Pendapatan Cukai XXX XXX
8 Pendapatan Bea Masuk XXX XXX
9 Pendapatan Pajak Ekspor XXX XXX
10 Pendapatan Pajak Lainnya XXX XXX
11 Pendapatan Sumber Daya Alam XXX XXX
12 Pendapatan Bagian Pemerintah atas Laba XXX XXX
13 Pendapatan Negara Bukan Pajak Lainnya XXX XXX
14 Pendapatan Hibah XXX XXX
15 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 14) XXX XXX
16 Arus Keluar Kas
17 Belanja Pegawai XXX XXX
18 Belanja Barang XXX XXX
19 Bunga XXX XXX
20 Subsidi XXX XXX
21 Hibah XXX XXX
22 Bantuan Sosial XXX XXX
23 Belanja Lain-lain XXX XXX
24 Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX
25 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX
26 Dana Alokasi Umum XXX XXX
27 Dana Alokasi Khusus XXX XXX
28 Dana Otonomi Khusus XXX XXX
29 Dana Penyesuaian XXX XXX
30 Jumlah Arus Keluar Kas (17 s/d 29) XXX XXX
31 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (15 - 30) XXX XXX
32 Arus Kas dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan
33 Arus Masuk Kas
34 Pendapatan Penjualan atas Tanah XXX XXX
35 Pendapatan Penjualan atas Peralatan dan Mesin XXX XXX
36 Pendapatan Penjualan atas Gedung dan Bangunan XXX XXX
37 Pendapatan Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
38 Pendapatan Penjualan Aset Tetap Lainnya XXX XXX
39 Pendapatan Penjualan Aset Lainnya XXX XXX
40 Jumlah Arus Masuk Kas (34 s/d 39) XXX XXX
41 Arus Keluar Kas
42 Belanja Tanah XXX XXX
43 Belanja Peralatan dan Mesin XXX XXX
44 Belanja Gedung dan Bangunan XXX XXX
45 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
46 Belanja Aset Tetap Lainnya XXX XXX
47 Belanja Aset Lainnya XXX XXX
48 Jumlah Arus Keluar Kas (42 s/d 47) XXX XXX
49 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan (40 - 48) XXX XXX
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN ARUS KAS


PEMERINTAH PUSAT
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0

50 Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan


51 Arus Masuk Kas
52 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan XXX XXX
53 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX
54 Penerimaan Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX
55 Penerimaan dari Divestasi XXX XXX
56 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
57 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
58 Penerimaan Pinjaman Luar Negeri XXX XXX
59 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Lembaga Internasional XXX XXX
60 Jumlah Arus Masuk Kas (52 s/d 59) XXX XXX
61 Arus Keluar Kas
62 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Sektor Perbankan XXX XXX
63 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX
64 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX
65 Pengeluaran Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) XXX XXX
66 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
67 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
68 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri XXX XXX
69 Pemberian Pinjaman kepada Lembaga Internasional XXX XXX
70 Jumlah Arus Keluar Kas (62 s/d 69) XXX XXX
71 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pembiayaan (60 - 70) XXX XXX
72 Arus Kas dari Aktivitas Nonanggaran
73 Arus Masuk Kas
74 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX
75 Kiriman Uang Masuk XXX XXX
76 Jumlah Arus Masuk Kas (74 s/d 75) XXX XXX
77 Arus Keluar Kas
78 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX
79 Kiriman Uang Keluar XXX XXX
80 Jumlah Arus Keluar Kas (78 s/d 79) XXX XXX
81 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Nonanggaran (76 - 80) XXX XXX
82 Kenaikan/Penurunan Kas (31 + 49 + 71 + 81) XXX XXX
83 Saldo Awal Kas di BUN XXX XXX
84 Saldo Akhir Kas di BUN (82 + 83) XXX XXX
85 Saldo Akhir Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX
86 S
Saldo
ld Akhir
Akhi Kas
K di Bendahara
B d h P
Penerimaan
i XXX XXX
87 Saldo Akhir Kas (84 + 85 + 86) XXX XXX
Pemeriksaan BPK
1. Pemeriksaan keuangan, memberikan opini
kewajaran informasi dalam lapkeu pemerintah
2. Pemeriksaan kinerja, menilai 3E (ekonomis,
efisiensi, efektivitas) yang lazim dilakukan bagi
kepentingan manajemen
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, di luar
pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan
kinerja, misalnya investigatif
Opini BPK
1. Wajar Tanpa Pengecualian (WTP/unqualified opinion),
dengan kriteria sistem pengendalian internal (SPI)
memadai dan tidak ada salah saji yang material atas
pos-pos lapkeu; secara keseluruhan lapkeu telah
menyajikan secara wajar sesuai SAP
2. Wajar Dengan Pengecualian (WDP/qualified opinion),
dengan kriteria SPI memadai, namun terdapat salah
saji yang material pada beberapa pos lapkeu
Opini BPK
3. Tidak Memberikan Pendapat (TMP/disclaimer opinion),
terdapat nilai yang secara material tidak dapat diyakini
auditor karena ada pembatasan lingkup pemeriksaan
oleh manajemen sehingga auditor tidak cukup bukti
dan/atau SPI yang sangat lemah
4. Tidak Wajar (TW/adverse opinion), jika SPI tidak
memadai dan terdapat salah saji pada banyak pos
lapkeu yang material, secara keseluruhan lapkeu tidak
disajikan secara wajar sesuai SAP
Words of Inspiration

Ambition is the path to success.


Persistence is the vehicle you arrive in.
— Bill Bradley

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Akuntansi Anggaran
Pemerintah Pusat

Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Anggaran

01 Dasar Hukum
02 Konsep Anggaran
03 Struktur APBN
04 Jurnal Anggaran dan Komitmen
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2021
5. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
6. PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal Akuntansi
Pemerintahan pada Pemerintah Pusat
Konsep
Anggaran Pemerintah
Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif dan
legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan
pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan
yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus.

Kerangka Konseptual PSAP Paragraf 13


Fungsi Anggaran atas
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
1. Pernyataan kebijakan publik
2. Target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang
diinginkan
3. Landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum
4. landasan penilaian kinerja pemerintah
5. Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah sebagai pernyataan
pertanggungjawaban pemerintah kepada publik
Kerangka Konseptual PSAP Paragraf 13
Postur APBN 2021
A. PENDAPATAN NEGARA 1.743.648.547.327
I. PENERIMAAN DALAM NEGERI 1.742.745.730.819
1. PENERIMAAN PERPAJAKAN 1.444.541.564.794
2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 298.204.166.025
II. PENERIMAAN HIBAH 902.816.508
B. BELANJA NEGARA 2.750.028.018.431
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1.954.548.542.970
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA 795.479.475.461
C. KESEIMBANGAN PRIMER -633.116.656.104
D. SURPLUS/(DEFISIT) ANGGARAN -1.006.379.471.104
% Defisit Anggaran terhadap PDB -5,70
E. PEMBIAYAAN ANGGARAN 1.006.379.471.104
I. PEMBIAYAAN UTANG 1.177.350.880.761
II. PEMBIAYAAN INVESTASI -184.459.515.221
III. PEMBERIAN PINJAMAN 448.056.564
IV. KEWAJIBAN PENJAMINAN -2.715.736.000
V. PEMBIAYAAN LAINNYA 15.755.785.000
Klasifikasi Belanja
Organisasi
Terdiri atas 87 K/L dan 1 BUN (LKPP 2019)

Fungsi
1. Pelayanan umum 7. Kesehatan
2. Pertahanan 8. Pariwisata dan budaya
3. Ketertiban dan keamanan 9. Agama
4. Ekonomi 10. Pendidikan
5. Perlindungan lingkungan hidup 11. Perlindungan sosial
6. Perumahan dan permukiman PSAP 02 Par. 43

Jenis
1. Operasi: pegawai, barang dan jasa, bunga, subsidi, hibah, dan bantuan sosial
2. Modal: tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi, dan
jaringan, aset tetap lainnya, serta aset lainnya
3. Tak terduga
Jenis
Jurnal Akuntansi
1. Jurnal anggaran
2. Jurnal transaksi pendapatan
3. Jurnal transaksi belanja
4. Jurnal transaksi pembiayaan
5. Jurnal transaksi transitoris
6. Jurnal penyesuaian
7. Jurnal penutup
• Bersifat single entry
• Ditujukan untuk laporan manajemen anggaran berupa
pengendalian nilai pagu, dan realisasi anggaran secara
manajerial
• Mencatat jurnal atas APBN/APBN-P, DIPA, Komitmen
• Khusus komitmen belanja dan/atau pengeluaran
pembiayaan terdapat dua mekanisme yaitu single entry Jurnal
dan double entry. Anggaran
• Jurnal anggaran standar untuk APBN/APBN-P dicatat
pada saat terbitnya UU APBN/APBN-P oleh Direktorat
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan DJPb Kemenkeu
• Jurnal anggaran standar untuk DIPA dicatat pada saat
diterimanya DIPA oleh setiap satker yang menerimanya
• Mencatat komitmen atas belanja dan
pengeluaran pembiayaan pemerintah
• Ditujukan untuk manajemen anggaran dan
pengelolaan kas dalam memperhitungkan
ketersediaan dana
• Pada entitas akuntansi/ pelaporan K/L
Jurnal
menggunakan single entry Komitmen
• Pada entitas akuntansi/ pelaporan BUN
menggunakan double entry
• Pencatatan di BB akrual saja
Words of Inspiration

If you want to live a happy life, tie it


to a goal, not to people or things.
— Albert Einstein

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Akuntansi Pendapatan
Pemerintah Pusat

Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Pendapatan

01 Dasar Hukum
02 Konsep
03 Pengakuan
04 Pengukuran
05 Penyajian dan Pengungkapan

06 Perlakuan Khusus
07 Jurnal Transaksi
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Tahun Anggaran 2021
5. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
6. PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal Akuntansi Pemerintahan pada
Pemerintah Pusat
7. PMK Nomor 221/PMK.05/2020 tentang Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual Nomor 10 Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Kebijakan Akuntansi, Kesalahan, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi
yang Dihentikan (Revisi 2020)
8. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 13 tentang Akuntansi
Hibah
Pengertian
Pendapatan PSAP 01 Paragraf 8

• Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat/daerah yang diakui sebagai penambah


ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali
• Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.
Pendapatan Negara
Pajak PNBP
Dipungut oleh Kementerian Keuangan Dipungut oleh masing-masing
melalui Direktorat Jenderal Pajak dan kementerian/lembaga
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Kontribusi wajib sebagai warga negara Kontribusi yang ditarik atas penggunaan
barang/jasa pemerintah
Terdiri atas: Terdiri atas:
1. Pajak penghasilan (PPh) 1. Perizinan
2. Pajak pertambahan nilai (PPN) 2. Layanan
3. Pajak atas penjualan barang mewah 3. Eksplotasi dan/atau pemanfaatan
(PPnBM) SDA
4. Pajak bumi dan bangunan (PBB), 4. Hasil investasi
khusus sektor perkebunan, 5. Pemnafaatan aset
perhutanan, pertambangan, dan 6. Lainnya
sektor lainnya (P3L)
5. Bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan (BPHTB)
6. Cukai
7. Bea masuk dan keluar
8. Pajak lainnya
Pendapatan Hibah Bultek 13

• Hibah adalah penerimaan negara/daerah dalam bentuk devisa, devisa


yang dirupiahkan, rupiah, barang, jasa dan/atau surat berharga yang
berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing,
badan/lembaga internasional, pemerintah lain, badan/lembaga dalam
negeri atau perseorangan yang tidak perlu dibayar kembali.
• Kriteria:
1. Berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing,
badan/lembaga internasional, dan pemerintah lain atau berasal dari
badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan;
2. Tidak dimaksudkan untuk dibayarkan kembali kepada pemberi hibah;
3. Tidak ada timbal balik/balasan secara langsung dari penerima hibah
kepada pemberi hibah
4. Dituangkan dalam suatu naskah perjanjian antara pemberi dan
penerima hibah.
Pendapatan Hibah Bultek 13

Klasifikasi
1. Menurut penganggaran: yang direncanakan dan langsung
2. Menurut bentuk:
• Dalam bentuk uang berupa rupiah, valuta asing atau devisa yang
dirupiahkan
• Dalam bentuk surat berharga
• Dalam bentuk barang
• Dalam bentuk jasa termasuk asistensi, tenaga ahli, beasiswa dan
pelatihan
3. Menurut sumber:
• Dalam negeri: pempus diterima pemda; pemda diterima pempus atau
pemda lainnya; institusi/lembaga dan masyarakat/kelompok masyarakat
• Luar negeri: negara asing, lembaga donor multilateral, lembaga
keuangan asing, lembaga nonkeuangan asing
Pendapatan Hibah Bultek 13

Mekanisme Penarikan Hibah yang Direncanakan


a. Transfer tunai ke RKUN atau rekening lain yang ditentukan BUN
b. Pembukaan LC (letter of credit)
c. Pembayaran langsung (direct payment)
d. Pembukaan Rekening khusus (special account)
e. Pembiayaan pendahuluan (pre-financing)
Pendapatan Hibah Bultek 13

Mekanisme Penarikan Hibah Langsung Uang


a. Pendapatan hibah langsung diterima oleh satker K/L
b. Satker K/L dapat langsung menggunakan uang hibah yang diterima tersebut
sesuai dengan tujuan pemberian hibah
c. Satker K/L mengajukan pengesahan atas pendapatan hibah langsung
tersebut kepada BUN atau kuasa BUN;
d. Seluruh pendapatan hibah yang diterima K/L disajikan sebagai pendapatan
BUN,
e. Satker K/L wajib menyajikan sisa dana atas pendapatan hibah langsung
dalam bentuk uang pada neraca
f. Apabila pada akhir tahun masih sisa pendapatan hibah berbentuk uang/kas,
maka dapat: disetor ke Kas Negara; digunakan untuk kegiatan di tahun
anggaran berikutnya sepanjang sesuai dengan perjanjian hibahnya;
dikembalikan kepada donor dalam hal naskah perjanjian hibah menyatakan
demikian.
Pendapatan Hibah Bultek 13

Mekanisme Penarikan Hibah Langsung Barang/Jasa/Surat Berharga


a. Barang/jasa/surat berharga langsung diterima oleh satker K/L/BUN
b. Satker K/L/BUN dapat langsung menggunakan barang/jasa/surat
berharga yang diterima tersebut sesuaidengan tujuan pemberian
hibah
c. Dilakukan pengajuan pengesahan atas pendapatan hibah langsung
berbentuk barang/jasa/surat berharga tersebut oleh satker kepada
BUN atau kuasa BUN
d. Seluruh pendapatan hibah yang diterima /KL disajikan sebagai
pendapatan BUN
e. Satker penerima hibah wajib menyajikan barang/surat berharga atas
pendapatan hibah langsung dalam bentuk barang/surat berharga
pada neraca
Asas
Pendapatan
Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan asas
bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran).

Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO


bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan
dimaksud dan tidak dapat diestimasi terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat
dikecualikan.

PSAP 12 Par. 26—27


Pengakuan
Pendapatan

Pendapatan-LRA baik pendapatan perpajakan, pendapatan PNBP, maupun


pendapatan hibah dicatat pada saat kas dari pendapatan tersebut diterima di
rekening kas umum negara kecuali Pendapatan BLU. Pendapatan BLU diakui oleh
pemerintah pada saat pendapatan tersebut dilaporkan atau disahkan oleh
Bendahara Umum Negara.

Pendapatan-LO diakui sesuai dengan jenis pendapatannya

Pendapatan pajak-LO diakui sesuai dengan jenis penilaiannya:


✓ Official assessment diakui pada saat timbulnya hak untuk menagih pendapatan
yang ditandai dengan DJP telah menerbitkan STP (dok sumber: STP)
✓ Self assessment dan withholding assessment diakui pada saat realisasi kas
telah diterima bendahara penerimaan atau RKUN dan mendapat nomor
pendaftaran oleh DJBC (dok sumber: SSPCP dan/atau BPN yang telah divalidasi
oleh pihak berwenang)
Pengakuan
Pendapatan

PNBP perizinan-LO diakui pada saat diterimanya kas oleh pemerintah pada saat
WB mengajukan permohonan izin atau saat diterbitkannya tagihan oleh
pemerintah apabila berdasarkan ketentuan pembayaran dilakukan oleh wajib
bayar setelah izin diterbitkan

Pendapatan PNBP-LO layanan diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan
tersebut, atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi

Pendapatan PNBP eksploitasi SDA-LO yang terkait dengan pemberian izin


eksplorasi maupun eksploitasi SDA dapat diakui pada proses perizinan

PNBP-LO yang diperoleh dari investasi pemerintah jangka pendek berupa bunga
deposito dan bunga obligasi serta dividen tunai diakui pada saat diterima di
Rekening Kas Umum Negara
Pengakuan
Pendapatan
PNBP-LO yang diperoleh dari pemanfaatan aset nonkeuangan pemerintah diakui
sesuai dengan hak yang dapat diakui oleh entitas sesuai dengan perjanjian atau
perikatan yang dibuat oleh entitas pemerintah dengan pihak ketiga yang
melakukan kerja sama tersebut atau pada saat diterima oleh entitas

PNBP lainnya-LO yang berasal dari:


1. keuntungan penjualan aset diakui pada saat diterima oleh entitas
2. bunga/jasa perbankan diakui pada saat diterima oleh entitas
3. pengembalian kembali belanja tahun sebelumnya diakui pada saat diterima
oleh entitas
4. denda akibat perjanjian atau peraturan diakui pada saat menjadi hak entitas
5. putusan pengadilan atau pelanggaran hukum lainnya diakui pada saat salinan
putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (inkhract) diterima oleh
eksekutor yang dijadikan dasar penagihan
6. penghapusan utang diakui pada saat telah ada penetapan dari pemberi
pinjaman bahwa utang entitas telah dihapuskan oleh pemberi pinjaman
Pengakuan
Pendapatan

Pendapatan hibah-LO dalam bentuk uang, diakui pada saat kas diterima di RKUN
atau reksus, tanggal penarikan valuta yang tercantum dalam notice of
disbursement (NoD) atau pengesahan oleh kuasa BUN

Pendapatan hibah-LO dalam bentuk barang/jasa dan/atau surat berharga diakui


dan dicatat pada saat pengesahan oleh kuasa BUN
Pengukuran
Pendapatan

Pendapatan-LRA diukur dengan menggunakan nilai nominal kas


yang masuk ke kas negara dari sumber pendapatan dengan
menggunakan asas bruto

Pengecualian asas bruto dapat terjadi jika penerimaan kas dari


pendapatan tersebut lebih mencerminkan aktivitas pihak lain dari
pada pemerintah atau penerimaan kas tersebut berasal dari
transaksi yang perputarannya cepat, volume transaksi banyak dan
jangka waktunya singkat.

Pendapatan-LO diukur sebesar nilai bruto dan jumlah tersebut tidak


boleh dikompensasikan dengan beban-beban yang ada

Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO bruto


(biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak
dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai,
maka asas bruto dapat dikecualikan
Pengukuran
Pendapatan Perpajakan-LO

Diukur dengan nilai nominal: nilai aliran masuk yang telah diterima
oleh pemerintah untuk self assessment system dan withholding tax
system. Untuk official assessment, pendapatan-LO perpajakan
diukur dengan nilai yang ditetapkan oleh pemerintah

Diukur dengan nilai nominal yang akan diterima oleh Pemerintah


sebesar yang tercantum pada pemberitahuan pabean dan cukai,
dokumen pelengkap pabean, dan surat penetapan/tagihan (khusus
pajak yang dikelola DJBC)
Pengukuran
Pendapatan Hibah-LO

Pendapatan hibah dalam bentuk kas dicatat sebesar:


1. Nilai nominal hibah yang diterima di RKUN atau reksus
2. Nilai nominal yang tercantum dalam NoD
3. Nilai nominal yang tercantum dalam SP2HL/SPHL yang disahkan
oleh kuasa BUN

Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang


menyertakan nilai hibah, dicatat sebesar nilai barang/jasa dan/atau
surat berharga yang diterima berdasarkan BAST
Pengukuran
Pendapatan Hibah-LO

Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang


tidak menyertakan nilai hibah, pengukuran dilakukan dengan
berdasarkan hal di bawah ini dengan urutan menandakan prioritas
sebagai berikut:
1. menurut biayanya,
2. menurut harga pasar,
3. atau menurut perkiraan/taksiran harga wajar berdasarkan hasil
penilaian

Apabila pengukuran nilai hibah tidak dapat dilakukan, maka hibah


dalam bentuk barang/jasa cukup diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan
Penyajian dan Pengungkapan
✓ Pendapatan-LO disajikan di laporan operasional menurut klasifikasi
sumber pendapatan: pendapatan perpajakan, pendapatan negar
bukan pajak (PNBP), dan pendapatan hibah. Rincian lebih lanjut
sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
✓ Pendapatan-LO disajikan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata
uang asing menggunakan kurs transaksi Bank Indonesia pada tanggal
transaksi.
✓ Pendapatan-LO juga harus diungkapkan pada CaLK berupa semua
informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan-LO.
✓ Pendapatan-LRA disajikan pada laporan realisasi anggaran dan
laporan arus kas.
✓ Pendapatan LRA disajikan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata
uang asing tersebut menggunakan kurs pada tanggal transaksi.
• Akuntansi untuk koreksi kelebihan pendapatan-LO diatur
melalui pembukuan koreksi atas pendapatan-LO sebagai
pengurang ekuitas pada periode ditemukannya koreksi
tersebut
• Apabila berdasarkan pemeriksaan otoritas pajak
terdapat kelebihan penghitungan pajak, maka perlu
dilakukan pengembalian pendapatan perpajakan
• Apabila berdasarkan hasil keputusan otoritas pajak
ataupun putusan atas upaya hukum yang diajukan oleh
WP mengakibatkan koreksi atas nilai ketetapan pajak Perlakuan Khusus
sebelumnya menjadi lebih kecil, maka perlu dilakukan
koreksi atas pengakuan pendapatan perpajakan
Pendapatan-LO
sebelumnya
• Dalam hal putusan upaya hukum yang terbit
mengakibatkan piutang pajak yang dibayar menjadi lebih
kecil sehingga mengakibatkan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak, perlu dicatat penyesuaian atas nilai
piutang pajak dan pengembalian pendapatan
perpajakan-LO
• Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang
(recurring) atas pendapatan-LRA pada periode
penerimaan maupun pada periode sebelumnya
dibukukan sebagai pengurang pendapatan
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang
(nonrecurring) atas pendapatan-LRA yang terjadi pada
periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai
pengurang pendapatan pada periode yang sama.
Perlakuan Khusus
• Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang
Pendapatan-LRA
(nonrecurring) atas pendapatan-LRA yang terjadi pada
periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang
ekuitas pada periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut
Dalam hal PMK 221/PMK.05/2020 dinyatakan berlaku,
kebijakan akuntansi untuk koreksi adalah sebagai berikut:
• Pengembalian kelebihan penerimaan pendapatan yang
terjadi pada periode berjalan dan periode sebelumnya
diakui sebagai pengurang realisasi pendapatan pada
tahun berjalan.
• Apabila tidak terdapat realisasi pendapatan pada tahun Perlakuan Khusus
berjalan, maka pengembalian kelebihan penerimaan
pendapatan yang terjadi pada periode sebelumnya diakui
Pendapatan-LRA
sebagai pengurang SAL dan/atau ekuitas.
• Pengembalian kelebihan penerimaan pendapatan hibah
yang terjadi pada periode sebelumnya diakui sebagai
pengurang SAL dan/atau ekuitas.
Words of Inspiration

Many of life’s failures are people who did not realize


how close they were to success when they gave up.

— Thomas Alva Edison

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Akuntansi Piutang
Pemerintah Pusat

Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Piutang

01 Definisi dan Klasifikasi Piutang


02 Pengakuan Piutang
03 Jenis Piutang
04 Penyesuaian Piutang
Definisi dan Klasifikasi
Piutang adalah uang/hak pemerintah,
dapat dinilai dengan uang, diharapkan
dapat diterima di masa yang akan datang

Klasifikasi
• Piutang jangka pendek: diharapkan diterima
pemerintah dalam waktu 12 bulan sejak pelaporan
• Piutang jangka Panjang: diharapkan diterima
pemerintah dalam waktu lebih dari 12 bulan sejak
pelaporan
Definisi dan Klasifikasi
Piutang Jangka Pendek
• Piutang pajak: pendapatan pajak pusat, piutang pajak DJP
dan DJBC
• Piutang bukan pajak: piutang dari penerimaan SDA,
piutang pendapatan laba BUMN, dan PNBP lainnya
• Bagian lancar tagihan penjualan angsuran (TPA)
• Bagian lancar tagihan tuntutan perbendaharaan/tuntutan
ganti rugi (TP/TGR)
• Bagian lancar piutang jangka panjang
• Beban dibayar di muka/uang muka belanja
• Piutang transfer ke daerah
Pengakuan
Kejadian Jenis Titik Pengakuan
Pungutan Pajak Terbitnya dokumen
penagihan: STP, SKPKB, SPT
PNBP Terbitnya dokumen
penagihan: surat tagihan,
SKPKB PNBP
Perikatan Pemberian pinjaman Terjadinya realisasi
kepada pemda, pengeluaran pembiayaan
BUMN/BUMD, dari kas negara
masyarakat/swasta
Jual beli Naskah perjanjian penjualan
Kemitraan (sewa, KSP, dan BAST telah
BSG/BGS) ditandatangani kedua belah
pihak
Imbalan fasilitas/jasa
TPA/TP/TGR TPA/TP/TGR Terjadinya penjualan
angsuran/penetapan
TP/TGR
Pengukuran
Piutang Jangka Pendek

• Piutang pajak : nilai nominal


• Piutang bukan pajak : nilai nominal
• Bagian lancar TPA : nilai TPA yang akan jatuh tempo
• Bagian lancar TP/TGR : nilai TP/TGR yang akan jatuh tempo
• Bagian lancar PJP : nilai PJP yang akan jatuh tempo
• Beban dibayar di muka: nilai yang belum diterima
• Piutang BLU : nilai nominal
• Piutang transfer : nilai nominal kelebihan ke daerah transfer
Penyisihan Piutang
• Penyisihan piutang dtujukan untuk menentukan nilai net realizable value (NRV)
• Penyisihan piutang menggunakan metode pencadangan sesuai dengan kualitas
piutang
• Kualitas piutang: penilaian atas ketertagihan piutang yang diukur berdasarkan
kepatuhan membayar oleh debitur
• Penentuan kualitas piutang tidak dilakukan terhadap:
1. Belanja dibayar di muka/uang muka belanja
2. Piutang transfer ke daerah dan piutang kelebihan pembayaran dimaksud
yang dikompensasikan di TA berikutnya
• Penentuan kualitas piutang diatur lebih lanjut :
1. Piutang pajak bidang perpajakan diatur dengan PER Dirjen Pajak
2. Piutang pajak bidang kepabeanan dan cukai diatur dengan PER Dirjen BC
3. Piutang penerusan pinjaman diatur dengan PER Dirjen Perbendaharaan

PMK 69/PMK.06/2014 jo PMK 207/PMK.06/2019


Kebijakan Penyisihan Piutang
Kategori Kondisi Penyisihan
Lancar Belum dilunasi hingga jatuh tempo Minimal 5‰ atau 0,5% nilai
piutang
Kurang lancar Belum dilunasi hingga satu bulan sejak Surat 10% nilai piutang setelah dikurangi
Tagihan Pertama nilai agunan
Diragukan Belum dilunasi hingga satu bulan sejak Surat 50% nilai piutang setelah dikurangi
Tagihan Kedua nilai agunan
Macet Belum dilunasi hingga satu bulan sejak Surat 100% nilai piutang setelah
Tagihan Ketiga atau piutang dilimpahkan ke dikurangi nilai agunan
DJKN
Jenis Agunan
Nilai yang
Jenis Agunan Dapat
Dikurangkan
Surat berharga yang diterbitkan oleh BI, surat berharga negara, garansi
bank, tabungan dan deposito yang diblokir pada bank, emas dan logam 100%
mulia
80% dari nilai
Tanah bersertifikat hak milik (SHM) atau hak guna bangunan (HGB)
hak
berikut bangunan di atasnya yang diikat dengan hak tanggungan
tanggungan
Tanah bersertifikat (SHM), HGB, atau hak pakai, berikut bangunan di 60% dari
atasnya yang tidak diikat dengan hak tanggungan NJOP
Tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (letter C) atau bukti
50% dari
kepemilikan non sertifikat lainnya yang dilampiri surat pemberitahuan
NJOP
pajak terhutang (SPPT) terakhir
Pesawat udara dan kapal laut dengan isi kotor paling sedikit 20 meter 50% dari nilai
kubik hipotik
50% dari nilai
Kendaraan bermotor yang diikat dengan fidusia jaminan
fidusia
Pesawat udara, kapal laut, dan kendaraan bermotor yang tidak diikat 50% dari
sesuai ketentuan yang berlaku dan disertai bukti kepemilikan nilainya
Contoh Penentuan Penyisihan
Piutang Tak Tertagih
Pada 31 Desember ditemukan data bahwa satker ABC memiliki tunggakan piutang PNBP
Rp75juta dan telah dilakukan tagihan yang kedua meskipun Surat Tagihan belum
diterbitkan. Satker memegang agunan berupa tanah SHM yang dikat dengan HT dengan
NJOP Rp50 juta.

BB Akrual Debit Kredit


Beban Penyisihan PTT 3,5 juta
Penyisihan PTT 3,5 juta

Penyisihan PTT = 10% x (Rp75 juta – (80% x Rp50 juta) = Rp3,5 juta
Penghentian Pengakuan

• Terjadi akibat pelunasan atau penghapusan

• Ada 2 cara penghapusan: penghapusbukuan (akuntansi) dan


penghapustagihan (perdata)

• Penghapusbukuan piutang dibagi menjadi 2:

1. Penghapusan bersyarat dilakukan dengan menghapuskan


piutang negara dari pembukuan pempus tanpa
menghapuskan hak tagih negara
2. Penghapusan mutlak dilakukan dengan menghapuskan
hak tagih negara
Penghentian Pengakuan • Penghapusbukuan piutang (write-off) merupakan kebijakan
internal saat satker pesimis kemampuan debitur membayar
sebagai proses dan keputusan akuntansi agar nilai piutang
dapat dipertahankan sesuai NRV

• Penghapusbukuan piutang tidak otomatis menghapus hak tagih


yuridis formil. Usaha penagihan tetap dilakukan, piutang yang
sudah dihapusbukukan dieliminasi dari neraca dan dibukukan
ekstrakomptabel serta CaLK
• Penghapustagihan piutang adalah penghapusan hak tagih/
upaya tagih secara perdata
• Kriteria penghapustagihan piutang apabila piutang yang akan
dihapustagihkan diusulkan menteri/pimpinan lembaga:
1. diajukan setelah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal
penetapan penghapusbukuan piutang dimaksud; dan
2. penanggung utang tetap tidak mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan sisa kewajibannya, yang dibuktikan dengan
keterangan dari pejabat berwenang
Jurnal Penghapusan Piutang
Jurnal standar penghapusbukuan piutang

Jurnal Akrual
Penerimaan Piutang Dr
Piutang Kr

Penerimaan piutang yang telah dihapusbukukan

Jurnal Akrual Jurnal Kas


Diterima dari Entitas Lain Dr Diterima dari Entitas Lain Dr
PNBP Lainnya—LO Kr PNBP Lainnya—LRA Kr
Penyajian
• Piutang jatuh tempo kurang dari 12 bulan disajikan di neraca
sebagai Aset Lancar, jika lebih dari 12 bulan sbg Piutang
Jangka Panjang

• Penyisihan PTT disajikan sebagai akun kontra piutang

• Penyajian piutang dlm mata uang asing menggunakan kurs


tengah Bank Indonesia pada tanggal pelaporan. Selisih
penjabaran kurs diakui sebagai kenaikan/penurunan ekuitas
periode berjalan

• Bunga, denda, commitment fee, pinalti, dan biaya lainnya


yang sejenis yang timbul dari piutang jangka panjang harus
diakui sebagai piutang jangka pendek (aset lancar)
Pengungkapan
• Pengungkapan piutang wajib mencakup

1. kebijakan akuntansi penilaian, pengakuan, dan pengukuran piutang

2. rincian per jenis saldonya menurut umur (tingkat kolektibilitasnya)

3. penjelasan penyelesaian piutang masih ada di K/L atau diserahkan


kepada KPKNL

4. jaminan atau sita jaminan jika ada

• Piutang yang penagihannya diserahkan kepada DJKN tetap melekat


pada satker ybs atas pencatatannya

• Pengungkapan piutang yang sudah dihapusbukukan (off-balance


sheet) meliputi jenis piutang; nama debitur; nilai putang; nomor dan
tanggal keputusan penghapusan piutang; penjelasan lain
Words of Inspiration
Traveling - it offers you a hundred
roads to adventure, and gives your
heart wings!
— Ibn Battuta

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Akuntansi Belanja
dan Beban
Pemerintah Pusat
Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Belanja dan Beban

01 Pengertian
02 Klasifikasi
03 Pengakuan
04 Pengukuran
05 Penyajian dan Pengungkapan
06 Jurnal Transaksi
07 Ilustrasi Soal
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara Tahun Anggaran 2021
5. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
6. PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal Akuntansi Pemerintahan
pada Pemerintah Pusat
7. PMK Nomor 225/PMK.05/2020 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah
Pusat
8. Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor KEP-211/PB/2018
tentang Kodefikasi Segmen Akun pada Bagan Akun Standar
Definisi
Beban dan Belanja
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa atau biaya yang timbul akibat transaksi
tersebut dalam periode laporan yang berdampak pada penurunan ekuitas, baik berupa pengeluaran,
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban

Belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum negara (RKUN) yang mengurangi saldo
anggaran lebih (SAL) dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah
Klasifikasi Belanja dan Beban
Belanja Beban
Pegawai Pegawai
Barang dan Jasa 1. Barang
2. Jasa
3. Persediaan
4. Pemeliharaan
5. Perjalanan Dinas
6. Barang untuk Diserahkan ke
Masyarakat
Modal Penyusutan atau amortisasi
Bunga Utang Bunga
Subsidi Subsidi
Hibah Hibah
Bantuan Sosial Bantuan Sosial
Bantuan Keuangan atau Transfer Bantuan Keuangan atau Transfer
Lain-Lain Tak Terduga
Penyisihan Piutang Tak Tertagiih
Klasifikasi Belanja Modal
Jenis Belanja Pemerintah

Sifat

Expendable Intrakomtabel
(tidak menambah aset (menambah aset BMN
BMN intrakomtabel) intrakomtabel)

terdiri dari Belanja Pegawai,


Belanja Barang yang tidak terdiri dari Belanja Modal,
menghasilkan BMN, Belanja Bunga,
Belanja Barang Persediaan,
Belanja Subsidi, Belanja Hibah,
Belanja Bantuan Sosial yang tidak dan Belanja Bantuan Sosial
menghasilkan BMN, dan Transfer ke yang menghasilkan BMN.
Daerah dan Dana Desa.
Pengakuan Belanja
1. Saat kas keluar dari RKUN
2. Pengesahan dari BUN atau KBUN

Pengakuan Beban
1. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi/jasa (misal
penyisihan piutang, penyusutan AT, dan amortisasi
ATB)
2. Terjadinya konsumsi aset (misal pembyaran gaji atau
pemakaian persediaan)
3. Timbulnya kewajiban (misal tagihan rekening air, telepon,
atau listrik)
Pengembalian Belanja
Pengembalian Belanja Tahun Anggaan Berjalan
(TAB) diakui sebagai pengurang belanja TAB.
Sedangkan Pengembalian Belanja Tahun
Anggaran Yang Lalu (TAYL) diakui sebagai
pendapatan lain-lain
BEBAN PEGAWAI
Dicatat sebesar resume tagihan belanja pegawai
dan/atau tagihan kewajiban pembayaran belanja
pegawai berdasarkan dokumen kepegawaian,
daftar gaji, peraturan perundang-undangan, dan
dokumen lain yang menjadi dasar pengeluaran
negara kepada pegawai dimaksud yang telah
disetujui KPA/ PPK

Pengukuran
BEBAN PERSEDIAAN
Dicatat sebesar pemakaian persediaan
Beban
berdasarkan transaksi mutasi keluar
penggunaan persediaan, dan pada akhir tahun
beban persediaan dilakukan penyesuaian dalam
hal berdasarkan hasil inventarisasi fisik terdapat
perhitungan perbedaan pencatatan persediaan
BEBAN BARANG DAN JASA
Dicatat sebesar resume tagihan belanja barang
dan jasa, tagihan kewajiban pembayaran
belanja barang dan jasa oleh pihak ketiga yang
telah disetujui KPA/PPK dan/atau perhitungan
akuntansi belanja modal yang tidak memenuhi
kapitalisasi aset

BEBAN PEMELIHARAAN
Pengukuran
Dicatat sebesar resume tagihan belanja
pemeliharaan, tagihan kewajiban pembayaran
Beban
belanja pemeliharaan oleh pihak ketiga yang
telah disetujui KPA/PPK dan/atau pemakaian
persediaan untuk pemeliharaan berdasarkan
transaksi mutasi keluar penggunaan persediaan
untuk pemeliharaan
BEBAN PERJALANAN DINAS
Dicatat sebesar resume tagihan belanja
perjalanan dinas dan/atau tagihan kewajiban
pembayaran belanja perjalanan dinas oleh pihak
ketiga yang telah disetujui KPA/PPK

BEBAN BARANG UNTUK DISERAHKAN KEPADA


MASYARAKAT
Dicatat sebesar resume tagihan belanja barang Pengukuran
Beban
untuk diserahkan kepada masyarakat, tagihan
kewajiban pembayaran belanja barang
diserahkan kepada masyarakat yang telah
disetujui KPA/PPK dan/ atau pemakaian
persediaan untuk barang yang diserahkan
kepada masyarakat berdasarkan transaksi
mutasi keluar penggunaan persediaan yang
diserahkan kepada masyarakat
BEBAN BANTUAN SOSIAL
Dicatat sebesar resume tagihan belanja bantuan
sosial dan/ atau tagihan kewajiban pembayaran
belanja bantuan sosial oleh pihak ketiga yang
disetujui KPA/PPK

BEBAN PENYUSUTAN DAN AMORTISASI


Dicatat sebesar perhitungan akuntansi atas
perlakuan penyusutan masing-masing jenis aset
tetap dalam operasional dan tidak dalam Pengukuran
Beban
operasional (kecuali tanah) dan amortisasi aset
tidak berwujud

BEBAN PENYISIHAN PIUTANG TAK TERTAGIH


Dicatat sebesar perhitungan akuntansi atas
perlakuan penyisihan piutang tidak tertagih
dengan memperhatikan masing-masing kualitas
piutang
• Beban persediaan tidak memperhitungkan
persediaan yang diperoleh dari belanja
barang yang akan diserahkan kepada
masyarakat/pemda dan persediaan yang
diperoleh dari belanja bantuan sosial
berbentuk barang.

• Hibah aset tetap yang dimiliki pemerintah


Perlakuan Khusus
yang sebelumnya dibeli dengan jenis belanja
modal, maka ketika aset tetap tersebut
Beban
diserahkan kepada masyarakat/pemda tidak
dicatat sebagai belanja/beban hibah,
melainkan dicatat sebagai beban dari
kegiatan non operasional
Belanja diukur berdasarkan azas bruto dari nilai
nominal sesuai dengan SPM/SP2D atau dokumen
pengeluaran negara yang dipersamakan
dan/atau dokumen pengesahan belanja yang Pengukuran
Belanja
diterbitkan oleh bendahara umum negara/kuasa
bendahara umum negara
Penyajian dan Pengungkapan
Belanja
• Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sebagai pengeluaran negara;
• Laporan Arus Kas Keluar kategori Aktivitas Operasi;
• Laporan Arus Kas Keluar kategori Aktivitas Investasi; dan
• CaLK untuk memudahkan pengguna mendapatkan informasi.
Jurnal Transaksi
Beban/Belanja

Intrakomtabel Expendable

Menghasilkan Menghasilkan
Barang Modal Persediaan
Words of Inspiration

Karena ada bunga mati, maka banyaklah


buah yang tumbuh.
— Raden Adjeng Kartini

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Akuntansi Persediaan
Pemerintah Pusat

Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Persediaan

01 Dasar Hukum

02 Konsep Umum

03 Klasifikasi
04 Pengakuan dan Pengukuran

05 Penyajian dan Pengungkapan

06 Perlakuan Khusus
07 Jurnal Transaksi
Dasar Hukum
1. UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
2. UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
3. UU Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. UU Nomor 9 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2021
5. PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan
6. PMK Nomor 212/PMK.05/2019 tentang Jurnal Akuntansi
Pemerintahan pada Pemerintah Pusat
7. PMK Nomor 234/PMK.05/2020 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 225/PMK.05/2019 tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Pusat
Konsep
Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan
untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan
untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat

PSAP 05 Paragraf 4
Konsep
Persediaan PSAP 05 Paragraf 5; Bab VI Lampiran PMK 234/PMK. 05/2020

Persediaan merupakan aset yang berupa:


1. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah
2. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi
3. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan
pemerintahan
4. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
5. Barang-barang untuk tujuan berjaga-jaga atau strategis seperti cadangan minyak dan cadangan beras
Pertimbangan Pencatatan
Persediaan Bab VI Lampiran PMK 234/PMK. 05/2020

1. Materialitas
2. Penceminan dari tugas dan fungsi utama satker
3. Pengendalian internal
Klasifikasi Persediaan
Sifat Pemakaian
1. Barang habis pakai
2. Barang tak habis pakai
3. Barang bekas pakai
Bab VI Lampiran PMK 234/PMK. 05/2020

Bentuk dan Jenis


1. Barang konsumsi 10. Peralatan dan mesin untuk dijual
2. Amunisi kepada masyarakat
3. Bahan untuk pemeliharaan 11. Jalan, irigasi, dan jaringan untuk dijual
4. Suku cadang kepada masyarakat
5. Persediaan untuk tujuan 12. Aset tetap lainnya untuk dijual atau
strategis/berjaga-jaga diserahkan kepada masyarakat
6. Pita cukai dan leges 13. Hewan dan tanaman untuk dijual
7. Bahan Baku atau diserahkan kepada masyarakat
8. Barang dalam proses/setengah jadi 14. Persediaan lainnya untuk dijual atau
9. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
diserahkan kepada masyarakat
Pengakuan
• Titik Pengakuan:
1. potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh dan mempunyai
nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal
2. pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau
kepenguasaannya berpindah
• Metode pencatatan perpetual
• Inventarisasi fisik dilakukan atas barang yang belum dipakai, baik yang
masih berada di gudang/tempat penyimpanan maupun persediaan
yang berada di unit pengguna
• Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam
neraca, tetapi diungkapkan dalam CaLK
• Beban persediaan diakui pada akhir periode pelaporan berdasarkan
perhitungan dari transaksi penggunaan persediaan, penyerahan
persediaan kepada masyarakat atau sebab lain yang mengakibatkan
berkurangnya jumlah persediaan
Pengukuran
• Nilai pengukuran:
1. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian, meliputi harga
pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya
yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan
dengan pengurang berupa potongan harga, rabat, dan lainnya yang
serupa
2. Harga pokok produksi digunakan apabila persediaan diperoleh dengan
memproduksi sendiri meliputi biaya langsung dan tak langsung
3. Nilai wajar digunakan apabila persediaan diperoleh dari cara lainnya
• Dinilai menggunakan metode first in first out (FIFO)
• Harga perolehan terakhir (HPT) digunakan jika FIFO belum bisa
diterapkan
• Dikecualikan dari beban persediaan adalah pemakaian barang
persediaan untuk pemeliharaan yang dicatat sebagai beban
pemeliharaan dan penyerahan barang persediaan untuk dijual/
diserahkan kepada masyarakat/pemda yang dicatat sebagai beban
barang untuk dijual/ diserahkan kepada masyarakat/pemda
• Disajikan dalam pos aset lancar
• Nilai akhir yang ditampilkan adalah hasil inventarisasi
fisik yang dilakukan setiap semester
• Hasil inventarisasi fisik menjadi dasar perhitungan Penyajian
beban persediaan dan pengelolaan fisik persediaan
Persediaan
• Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak
dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam
CaLK
Persediaan diungkapkan secara memadai dalam CaLK hal-
hal sebagai berikut antara lain:
• Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran
persediaan
• Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau
perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan
masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan
dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk Penungkapan
dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang Persediaan
yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan
untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
• Penjelasan atas selisih antara pencatatan dengan hasil
inventarisasi fisik
• Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak
atau usang
Perlakuan Khusus
1. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang
dimaksudkan untuk dijual seperti pita cukai dinilai dengan biaya
perolehan terakhir.
2. Persediaan berupa barang yang akan diserahkan kepada
masyarakat/pihak ketiga yang masih dalam proses
pembangunan sampai dengan tanggal pelaporan, maka atas
pengeluaran pengeluaran yang dapat diatribusikan untuk
pembentukan aset tersebut tetap disajikan sebagai persediaan
(bukan KDP).
3. Unit pemerintah, karena tugas dan fungsinya, menerima hibah
berupa emas, seperti penerimaan hadiah tidak tertebak (HTT)
atau hadiah yang tidak diambil oleh pemenang (contohnya pada
Kementerian Sosial). Dalam hal ini, persediaan berupa emas
tersebut dicatat sebesar harga wajar pada saat perolehan.
Words of Inspiration

Leadership and learning are


indispensable to each other.
— John Fitzgerald Kennedy

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Akuntansi Aset Tetap


Pemerintah Pusat

Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Aset Tetap

01 Dasar Hukum
02 Konsep Dasar
03 Pengakuan
04 Pengukuran
05 Pertukaran, Penghentian, dan Pelepasan
06 Pengungkapan
07 Perlakuan dan Isu Khusus
Definisi
Aset Tetap
Aset berwujud yg mempunyai
masa manfaat lebih dari 12 (dua 1) Tanah;
belas) bulan untuk digunakan, atau 2) Peralatan dan Mesin;
dimaksudkan untuk digunakan, 3) Gedung dan Bangunan;
dalam kegiatan pemerintah atau 4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
dimanfaatkan oleh masyarakat 5) Aset Tetap Lainnya; dan
umum. 6) Konstruksi dalam Pengerjaan.
Pengakuan
Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa
depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur dengan
andal.

Kriteria Aset Tetap adalah:


1) Berwujud
2) Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan
3) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal
4) Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal
entitas
5) Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk
digunakan.

Pengakuan aset tetap akan andal bila aset tetap telah


diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau
pada saat penguasaannya berpindah
Pengukuran
Aset Tetap diukur pada:
1) Biaya perolehan digunakan untuk menilai aset tetap.
2) Nilai wajar digunakan pada saat tidak ada nilai perolehan atau
nilai perolehan tidak dapat diidentifikasi

Cara memperoleh aset tetap:


1) Pengadaan: membeli dari/kontrak konstruksi dengan pihak
ketiga atau secara swakelola secara tunggal atau gabungan
2) Pertukaran
3) Hibah/donasi
4) Perolehan lainnya

Untuk perolehan dibawah nilai satuan minimum kapitalisasi, hanya


diungkapkan dalam CaLK dan catatan atas laporan BMN
Pengukuran
Biaya Perolehan
1) Aset tetap diperoleh dengan pembelian diukur dengan harga
beli + seluruh biaya yang dikeluarkan sampai dengan aset siap
digunakan/dipakai
2) Aset tetap diperoleh dengan membangun sendiri diukur dengan
total
a) Biaya langsung: bahan baku + tenaga kerja
b) Biaya tak langsung

Nilai Wajar
Aset tetap diperoleh dengan cara lain, misalnya hibah diukur
dengan nilai tukar aset secara wajar
Batas Minimum Kapitalisasi
PMK No. 181/PMK.06/2016 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara

Uraian PMK 120/PMK.06/2007 PMK 181/PMK.06/2016


Peralatan dan Mesin Rp300.000,00 Rp1.000.000,00
Aset Tetap Renovasi-Peralatan dan Mesin Rp300.000,00 Rp1.000.000,00
Gedung dan Bangunan Rp10.000.000,00 Rp25.000.000,00
Aset Tetap Renovasi-Gedung dan Bangunan Rp10.000.000,00 Rp25.000.000,00
Berlaku s.d. TA 2017 Mulai TA 2018

Nilai satuan minimum kapitalisasi BMN tidak diperlukan untuk BMN berupa
1) tanah;
2) jalan, irigasi, dan jaringan;
3) konstruksi dalam pengerjaan; atau
4) aset tetap lainnya, seperti koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian
Komponen Biaya
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau
konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke
kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan
yang dimaksudkan.
PSAP 07 Paragraf 28

Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung


• Biaya persiapan tempat
• Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan
bongkar muat (handling cost)
• Biaya pemasangan (installation cost)
• Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur
• Biaya konstruksi
• Testing cost
Komponen Biaya
Biaya Perolehan Tanah
• Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan
• Biaya perolehan mencakup
1) Harga pembelian atau biaya pembebasan tanah
2) Biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh
hak
3) Biaya pematangan, penimbunan, dan
4) Biaya lainnya yang dikeluarkan ,ataupun yang masih
harus dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai
• Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak
pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua
tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan
Komponen Biaya
Biaya Perolehan Peralatan dan Mesin
• Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan
jumlah pengeluaran yang telah dan yang masih harus
dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin
tersebut sampai siap pakai
• Biaya perolehan peralatan dan mesin antara lain meliputi
1) Harga pembelian
2) Biaya pengangkutan
3) Biaya instalasi
4) Biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan
mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut
siap untuk digunakan
Komponen Biaya
Biaya Perolehan Gedung dan Bangunan
• Biaya perolehan gedung dan bangunan menggambarkan
seluruh biaya yang dikeluarkan dan yang masih harus
dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan
sampai siap pakai
• Biaya perolehan gedung dan bangunan meliputi
1) Harga pembelian atau biaya konstruksi
2) Biaya pengurusan IMB, notaris, dan pajak
Komponen Biaya
Biaya Perolehan Jalan, Irigasi, dan Jaringan
• Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan
menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan dan
masih harus dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan
bangunan sampai siap pakai.
• Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan antara lain
meliputi
1) Biaya perolehan atau biaya konstruksi
2) Biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan,
irigasi, dan jaringan tersebut siap pakai
Komponen Biaya
Biaya Teratribusi Konstruksi dalam Pengerjaan
• Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang
sedang dalam proses pembangunan
• Secara swakelola, biaya meliputi
1. biaya yang berhubungan langsung dengan konstruksi;
2. biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada
umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi
tersebut;
3. biaya lain yang secara khusus dibebankan
sehubungan konstruksi yang bersangkutan
Komponen Biaya
Biaya Teratribusi Konstruksi dalam Pengerjaan
• Secara kontrak, biaya meliputi
1. termin yang telah dibayarkan;
2. kewajiban yang masih harus dibayar;
3. pembayaran klaim kepada kontraktor/pihak ketiga,
misalnya klaim karena keterlambatan yang
disebabkan oleh pemberi kerja
Komponen Biaya
Pengecualian
• Biaya administrasi dan biaya umum lainnya bukan
merupakan suatu komponen biaya aset tetap sepanjang
biaya tersebut tidak dapat diatribusikan secara langsung
pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke
kondisi kerjanya.
• Biaya permulaan (start-up cost) dan praproduksi serupa
tidak merupakan bagian biaya suatu aset kecuali biaya
tersebut perlu untuk membawa aset ke kondisi kerjanya.
Komponen Biaya
Biaya setelah Perolehan
Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai
suatu aset tetap yang dapat disusutkan/depreciable
assets (seluruh AT selain tanah dan KDP) selama masa
manfaat aset yang bersangkutan

Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui


sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca
dan penambah beban penyusutan dalam laporan
operasional.

Metode penyusutan aset tetap yang diperkenankan bagi


pemerintah pusat adalah metode penyusutan garis lurus.
Metode ini dilakukan dengan mengalokasikan nilai yang
dapat disusutkan dari aset tetap secara merata selama
masa manfaat aset terkait, dengan atau tanpa
memperhitungkan nilai sisa (residu).
Pertukaran
• Biaya suatu aset tetap yang diperoleh melalui pertukaran
yang tidak serupa atau aset lainnya diukur berdasarkan nilai
wajar aset yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen atas nilai
tercatat aset yang dilepas setelah disesuaikan dengan
jumlah setiap kas atau setara kas dan kewajiban lain yang
ditransfer/diserahkan.
• Suatu aset tetap dapat diperoleh melalui pertukaran atas
suatu aset yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa
dan memiliki nilai wajar yang serupa maka aset yang baru
diperoleh dicatat sebesar nilai tercatat (carrying amount)
atas aset yang dilepas.
Penghentian dan Pelepasan
• Suatu aset tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan
atau bila aset secara permanen dihentikan penggunaannya
dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang akan datang.
• Aset tetap yang secara permanen dihentikan atau dilepas
harus dieliminasi dari neraca dan diungkapkan dalam CaLK.
• Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif
pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus
dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai
tercatatnya.
Pelepasan
• Pelepasan aset tetap di lingkungan pemerintah lazim disebut
sebagai pemindahtanganan. Sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan di bidang pengelolaan BMN/BMD,
pemerintah dapat melakukan pemindahtanganan BMN/BMD
yang di dalamnya termasuk aset tetap dengan cara
1) dijual,
2) dipertukarkan,
3) dihibahkan, atau
4) dijadikan penyertaan modal negara/daerah.
• Apabila suatu aset tetap dilepaskan karena
dipindahtangankan, maka aset tetap yang bersangkutan
harus dikeluarkan dari neraca.
Pelepasan
• Aset tetap yang dilepaskan melalui penjualan dikeluarkan
dari neraca pada saat diterbitkan risalah lelang atau
dokumen penjualan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan.
• Aset tetap yang dihibahkan dikeluarkan dari neraca pada
saat telah diterbitkan berita acara serah terima (BAST) hibah
oleh entitas sebagai tindak lanjut persetujuan hibah.
• Aset tetap yang dipindahtangankan melalui mekanisme
penyertaan modal negara/daerah dikeluarkan dari neraca
pada saat diterbitkan penetapan penyertaan modal
negara/daerah.
Pelepasan
• Aset tetap hilang harus dikeluarkan dari neraca setelah
diterbitkannya penetapan oleh pimpinan entitas yang
bersangkutan berdasarkan keterangan dari pihak yang
berwenang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
• Unsur kelalaian harus dipertimbangkan untuk menentukan
adanya tuntutan ganti rugi.
• Aset tetap hilang dikeluarkan dari neraca sebesar nilai buku.
Pelepasan
Pengungkapan
Terkait setiap jenis aset tetap, hal yang perlu diungkap di CaLK
mencakup
• dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat
(carrying amount);
• rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan:
1) penambahan;
2) pelepasan;
3) akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
4) mutasi aset tetap lainnya.
• informasi penyusutan, meliputi (1) nilai penyusutan; (2) metode
penyusutan yang digunakan; (3) masa manfaat atau tarif
penyusutan yang digunakan; (4) nilai tercatat bruto dan
akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode;
Perlakuan Khusus
Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca, tetapi
diungkapkan dalam CaLK, kecuali yang digunakan sebagai sarana
operasional pemerintah.

Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak


memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan/direklasifikasi ke
pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

Peralatan militer, baik yang umum maupun yang khusus, memenuhi


definisi aset tetap (peralatan dan mesin) dan harus diberlakukan
prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap yang lain.
Isu Khusus
Penyajian Tanah

Kasus kepemilikan tanah


Kondisi Penyajian
Dikuasai dan/atau digunakan oleh • Tanah tersebut tetap harus dicatat dan
pemerintah, tetapi belum ada bukti disajikan sebagai aset tetap tanah pada
kepemilikan yang sah neraca pemerintah.
• Diungkapkan secara memadai dalam CaLK
Tanah dimiliki oleh pemerintah, tetapi • Tanah tersebut tetap harus dicatat dan
dikuasai dan/atau digunakan oleh disajikan sebagai aset tetap tanah pada
pihak lain neraca pemerintah
• Diungkapkan secara memadai dalam CaLK
bahwa tanah tersebut dikuasai pihak lain
Isu Khusus
Penyajian Tanah

Kasus kepemilikan tanah


Kondisi Penyajian
Tanah dimiliki oleh suatu entitas • Dicatat dan disajikan pada neraca entitas
pemerintah, tetapi dikuasai dan/atau pemerintah yang mempunyai bukti
digunakan oleh entitas pemerintah kepemilikan, serta diungkapkan di CaLK.
yang lain • Entitas pemerintah yang menguasai
dan/atau menggunakan tanah cukup
mengungkapkan tanah tersebut secara
memadai dalam CaLK
Perlakuan tanah yang masih dalam • Tanah tersebut tetap harus dicatat dan
sengketa atau proses pengadilan disajikan sebagai aset tetap tanah pada
neraca pemerintah
• Diungkapkan secara memadai dalam CaLK
bahwa tanah tersebut masih dalam sengketa
atau proses pengadilan
Isu Khusus
Tanah Wakaf

Tanah yang digunakan/dipakai oleh instansi pemerintah yang berstatus


tanah wakaf tidak disajikan dan dilaporkan sebagai aset tetap tanah
pada neraca pemerintah, tetapi cukup diungkapkan secara memadai
pada CaLK.
Isu Khusus
Renovasi Aset Tetap

Kondisi Definisi
Milik sendiri • Dicatat sebagai penambah nilai perolehan aset tetap terkait jika
memenuhi syarat kapitalisasi
• Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut
belum selesai dikerjakan atau sudah selesai pengerjaannya
namun belum diserahterimakan, aset dicatat sebagai KDP
Milik entitas lain • Apabila renovasi telah selesai sebelum tanggal pelaporan, aset
dalam lingkup dibukukan sebagai aset tetap lainnya—aset renovasi dan
entitas pelaporan disajikan di neraca sebagai kelompok aset tetap
yang sama • Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut
belum selesai dikerjakan atau sudah selesai pengerjaannya
namun belum diserahterimakan, aset dicatat sebagai KDP
• Pada akhir tahun anggaran, aset renovasi ini sebaiknya
diserahkan kembali pada pemilik
Isu Khusus
Renovasi Aset Tetap

Kondisi Definisi
Milik entitas lain • Apabila renovasi telah selesai sebelum tanggal pelaporan, aset
di luar lingkup dibukukan sebagai aset tetap lainnya—aset renovasi dan
entitas pelaporan disajikan di neraca sebagai kelompok aset tetap
yang sama • Apabila sampai dengan tanggal pelaporan renovasi tersebut
belum selesai dikerjakan atau sudah selesai pengerjaannya tetapi
belum diserahterimakan, aset dicatat sebagai KDP
• Pada akhir masa perjanjian pinjam pakai atau sewa, aset renovasi
ini sebaiknya diserahkan kembali pada pemilik
Isu Khusus
Konstruksi dalam Pengerjaan

• KDP akan dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan jika


konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan dan konstruksi
tersebut telah dapat memberikan manfaat/jasa sesuai tujuan
perolehan
• Dokumen sumber untuk pengakuan penyelesaian suatu KDP adalah
berita acara penyelesaian pekerjaan (BAPP)
Isu Khusus
Konstruksi dalam Pengerjaan

Pembangunan BAPP Pemanfaatan Penyajian


Selesai Sudah diperoleh Sudah dimanfaatkan Aset tetap
Selesai Sudah diperoleh Belum dimanfaatkan Aset tetap
Selesai Belum diperoleh Sudah dimanfaatkan KDP
Selesai sebagian Sudah diperoleh Sudah dimanfaatkan sebagian KDP
Belum selesai BAST sudah ada Belum bisa dimanfaatkan KDP
Selesai sebagian karena sebab tertentu (misalnya terkena bencana KDP dapat
alam/force majeur) aset tersebut hilang, maka penanggung jawab aset dihapuskan
tersebut membuat pernyataan hilang
Words of Inspiration

He who opens a school door,


closes a prison.
— Victor Hugo

Design by Canva
Yasin Edu ꟾ Akuntansi Pemerintah II

Akuntansi Aset Lainnya


Pemerintah Pusat

Dimar
Pokok
Bahasan
Akuntansi Aset Lainnya

01 Definisi
02 Aset Tak Berwujud
03 Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga
04 Kas yang Dibatasi Penggunaannya
05 Aset Lain-Lain
Definisi
Aset Lainnya
aset pemerintah selain aset lancar, Kriteria:
investasi jangka panjang, aset tetap, 1) Dapat diidentifikasi;
dana cadangan, dan piutang jangka 2) Dikendalikan, dikuasai, atau dimiliki oleh
panjang pemerintah;
3) Kemungkinan besar manfaat ekonomi dan
1) Aset tidak berwujud sosial atau jasa potensial di masa mendatang
2) Kemitraan dengan pihak ketiga mengalir kepada/dinikmati oleh pemerintah;
3) Kas yang dibatasi penggunaannya 4) Biaya perolehan atau nilai wajar dapat diukur
4) Aset Lain-lain dengan andal.
Aset Tak Berwujud
Jenis-Jenis

Hak Paten dan Hak Cipta


• Terdiri atas hak paten, hak cipta, kekayaan intelektual,
pengetahuan teknis, atau karya bermanfaat lainnya
• Dengan hak ini, entitas dapat mengendalikan pemanfaatannya
dan membatasi penggunaan yang tidak berhak

Software
Software komputer yang bukan bagian tidak terpisahkan dari
hardware komputer

Lisensi dan Waralaba


Izin yang diberikan pemilik hak paten atau hak cipta berdasarkan
perjanjian untuk menikmati dengan jangka dan syarat tertentu
Aset Tak Berwujud
Jenis-Jenis

Hasil Kajian/Penelitian dengan Manfaat Jangka Panjang


Misalnya bentuk hasil penelitian adalah peta digital yang
dikembangkan oleh beberapa K/L

ATB Lainnya
ATB yang tidak bisa diklasifikasikan ke ATB lainnya
Perlakuan Khusus
Aset Tak Berwujud

Software yang diperoleh atau dibangun oleh internal instansi


pemerintah dapat dibagi menjadi dua, yaitu dikembangkan oleh instansi
pemerintah sendiri atau oleh pihak ketiga.

Software yang diniatkan untuk dijual atau diserahkan kepada


masyarakat harus dicatat sebagai persediaan .

Software yang dibeli tersendiri dan tidak terkait dengan hardware


harus dikapitalisasi sebagai ATB setelah memenuhi kriteria perolehan
aset secara umum. Apabila dibeli sebagai bagian dari hardware, nilai
software tersebut harus dikapitalisasi pada hardware terkait.
Pengakuan dan Pengukuran
Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud diakui jika memenuhi definisi aset
tak berwujud dan kriteria pengakuan, yaitu:
1) kemungkinan besar memberikan manfaat ekonomi
mendatang, dan
2) biaya perolehan atau nilai wajarnya dapat diukur
andal

ATB diukur dengan harga perolehan, yaitu harga


untuk memperoleh ATB hingga siap digunakan dan
memiliki manfaat ekonomi mengalir ke entitas.

ATB diamortisasi berdasarkan metode garis lurus,


kecuali yang masa manfaat tidak terbatas. Manfaat
ekonomis ATB ditentukan dengan melihat pembaruan
teknologi sehingga ATB lama tidak digunakan lagi.
Pengakuan dan Pengukuran
Aset Tak Berwujud
Biaya perolehan ATB meliputi
1) harga beli, termasuk biaya impor dan pajak,
dikurangi dengan diskon/rabat, serta
2) biaya yang dapat diatribusikan langsung yang
menjadikan aset ke kondisi siap guna, seperti biaya
staf langsung, biaya profesional langsung, dan
biaya pengujian untuk menjamin aset tersebut
dapat berfungsi baik.

Aset yang memenuhi definisi dan syarat ATB, tetapi


biaya perolehannya tidak dapat ditelusuri harus
disajikan sebesar nilai wajar.
Pengakuan dan Pengukuran
Aset Tak Berwujud
Pengukuran ATB yang diperoleh secara internal
adalah
1) ATB dari kegiatan pengembangan yang memenuhi
syarat pengakuan diakui sebesar biaya perolehan
yang meliputi biaya yang dikeluarkan sejak
memenuhi kriteria pengakuan;
2) Pengeluaran ATB yang awalnya telah diakui
sebagai beban tidak boleh diakui sebagai bagian
dari harga perolehan ATB kemudian hari;
3) ATB yang dihasilkan dari pengembangan software
komputer diukur sebesar pengeluaran yang dapat
dikapitalisasi pada tahap pengembangan aplikasi.
Penghentian dan Pelepasan
Aset Tak Berwujud

• ATB dapat dihentikan karena penjualan, pertukaran, hibah,


atau berakhirnya masa manfaat
• Alasan yang paling umum dalam penghentian ATB adalah
pelepasan dan berakhirnya masa manfaat
• ATB yang dilepaskan biasa disebut sebagai ATB yang
dipindahtangankan
• ATB dihentikan dengan alasan tertentu, yaitu:
1) ketinggalan zaman,
2) tidak sesuai kebutuhan organisasi yang makin
berkembang,
3) rusak berat, atau
4) masa kegunaannya telah berakhir
• ATB yang dihentikan penggunaannya harus dieliminasi dari
pembukuan
Penyajian dan Pengungkapan
Aset Tak Berwujud

• ATB disajikan di neraca dalam pos aset lainnya


• Hal-hal terkait ATB yang perlu diungkap di CaLK adalah
1) masa manfaat dan metode amortisasi;
2) nilai tercatat bruto, jumlah amortisasi yang telah dilakukan,
dan nilai buku ATB;
3) penambahan maupun penurunan nilai tercatat pada awal
dan akhir periode, termasuk penghentian dan pelepasan ATB.
• Amortisasi untuk ATB yang memiliki masa
manfaat terbatas, seperti paten dan hak cipta,
menggunakan metode garis lurus
• Nilai residu ATB dapat diasumsikan nihil, kecuali:
1. terdapat komitmen dari pihak ketiga yang akan
mengambil alih ATB pada akhir masa manfaat,
Amortisasi
Aset Tak Berwujud
atau
2. terdapat pasar aktif atas aset tersebut.
• ATB yang memiliki sifat tak berbatas, seperti
goodwill dan merek dagang, tidak diamortisasi
Aset Kemitraan
Definisi dan Jenis

Definisi
Aset kerja sama/kemitraan dengan pihak ketiga adalah
aset tetap yang dibangun atau digunakan untuk
menyelenggarakan kegiatan kerja sama/kemitraan

Jenis
• Tanah
• Gedung dan bangunan dan/atau sarana beserta seluruh
fasilitasnya yang dibangun untuk pelaksanaan
perjanjian kerja sama/kemitraan
• BMN selain tanah dan bangunan
Aset Kemitraan
Mekanisme dan Bentuk

Bangun-Kelola/Guna-Serah (BK/GS); Build-Operate-Transfer (BOT)


pemanfaatan tanah milik pemerintah oleh pihak lain dengan mendirikan
bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, kemudian
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu
yang telah disepakati, untuk selanjutnya tanah beserta bangunan
dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, diserahkan kembali kepada
pengelola barang setelah berakhirnya jangka waktu kerja sama BKS

Bangun-Serah-Kelola/Guna (BSK/G); Build-Transfer-Operate (BTO)


pemanfaatan tanah milik pemerintah oleh pihak lain dengan mendirikan
bangunan dan/atau sarana, berikut fasilitasnya, dan setelah selesai
pembangunannya diserahkan kepada pengelola barang untuk
kemudian didayagunakan oleh pihak lain tersebut selama jangka waktu
tertentu

PMK No. 115/PMK.06/2020 tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara


Aset Kemitraan
Mekanisme dan Bentuk

Kerja Sama Pemanfaatan (KSP)


• pendayagunaan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu
dalam rangka peningkatan penerimaan PNBP dan sumber
pembiayaan lainnya
• masa kerja sama/kemitraan adalah jangka waktu yang pemerintah
dan mitra kerja sama masih terikat dengan perjanjian kerja
sama/kemitraan

PMK No. 115/PMK.06/2020 tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara


Pengakuan dan Pengukuran
Aset Kemitraan

Aset kemitraan diakui pada saat penandatanganan


perjanjian sebesar nilai aset yang diserahkan.

Selain mencatat asetnya, pemerintah juga mencatat


kewajiban kepada pihak ketiga sebesar jumlah
dikeluarkan oleh pihak ketiga untuk membangun aset
kemitraan tersebut.
Perlakuan Khusus
Aset Kemitraan

Pihak yang dapat melakukan BKS/BSK adalah pengelola barang


dengan jangka waktu (konsesi) BKS/BSK maksimal 30 tahun sejak
penandatanganan dan berlaku sekali

Setelah konsesi, aset kemitraan diaudit pengawas fungsional sebelum


diserahkan kepada pengelola barang dan/atau pengguna barang, lalu
aset kemitraan yang ada dalam pos aset lainnya tersebut dipindahkan
ke pos aset tetap sesuai dengan jenisnya

Pada pola BKS, aset kemitraan dicatat sebesar nilai tanah yang
diserahkan untuk dikerjasamakan. Pada pola BSK, nilai yang dicatat
meliputi tanah berikut bangunan dan fasilitas yang diserahkan kepada
pemerintah
Kas yang Dibatasi Penggunaannya
Definisi

• Kas yang dibatasi penggunaannya atau diikat (restricted cash) adalah


kas yang digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu dalam waktu
lebih dari 12 bulan sejak tanggal pelaporan
• Kas yang dibatasi penggunaannya bisa disebabkan oleh kebijakan
pemerintah atau putusan pengadilan
• Contohnya adalah dana abadi pendidikan yang terdapat dalam rekening
khusus yang dikelola LPDP Kemenkeu [Perpres No. 12 Th. 2019] dan
dana abadi umat yang dikelola BPDAU Kemenag [Perpres No. 4 Th.
2008]
• Kas terikat perlu diungkapkan di CaLK terkait dengan penjelasan
peruntukannya
Aset Lain-Lain
Definisi

• Aset lain-lain adalah aset tetap pemerintah yang dihentikan


penggunaannya karena usang atau menunggu proses
pemindahtanganan (dijual/ dihibahkan)
• Contohnya adalah aset eks PT Pertamina (Persero), aset eks The Irian
Jaya Joint Development Foundation (IJJDF), aset Kontraktor Kontrak Kerja
Sama Minyak dan Gas Bumi (K3S Migas), dan aset PT Perusahaan
Pengelola Aset (Persero) (PT PPA)
• Penjurnalan dilakukan pada saat terbit surat permohonan persetujuan
penghapusan aset tetap yang sudah dihentikan dari penggunaan aktif
Words of Inspiration

To every action there is always


opposed an equal reaction.
— Sir Isaac Newton

Design by Canva
Pengukuran
Biaya Perolehan
1) Aset tetap diperoleh dengan pembelian diukur dengan harga
beli + seluruh biaya yang dikeluarkan sampai dengan aset siap
digunakan/dipakai
2) Aset tetap diperoleh dengan membangun sendiri diukur dengan
total
a) Biaya langsung: bahan baku + tenaga kerja
b) Biaya tak langsung

Nilai Wajar
Aset tetap diperoleh dengan cara lain, misalnya hibah diukur
dengan nilai tukar aset secara wajar

Anda mungkin juga menyukai