Anamnesis
Anamnesis pada penurunan kesadaran sulit untuk dinilai. Hal yang dapat dilakukan ialah
heteroanamnesis untuk menggali etiologi yang mendasari.
1.Kejadian terakhir
3.Riwayat psikiatrik
4.Obat-obatan
B. Pemeriksaan Fisik
1.Tanda vital: hipertensi yang berat dapat disebabkan oleh lesi intracranial dengan peningkatan TIK
atau ensefalopati karena hipertensi.
2.Kulit: tanda ekstemal dari trauma,neddle track., rash,cherry redness(keracunan CO), atau kuning
5.THT : otorea atau rhinorea CSF, hemotimpanum terjadi karena robeknya duramater pada fraktur
tengkorak, tanda gigitan pada lidah menandakan serangan kejang.
6.Leher (jangan manipulasi bila ada kecurigaan fraktur dari cervival spine) :kekakuan disebabkan oleh
meningitis atau perdarahan subarakhnoid.
7.Pemeriksaan neurologis ; untuk menentukan dalamnya koma danlokalisasi dari penyebab koma.
C. Pemeriksaan Neurologis
5.Funduskopi • edema terjadi pada peningkatan TIK setelah lebih dari 12 jam dan jarang terjadi
secara akut. Tidak adanya suatu edema papil menyingkirkan adanya peningkatan TIK. Pulsasi spontan
dari vena sulit diidentifikasikan, tetapi bila kita temukan menandakan TIK yang normal. Perdarahan
subhialoid yang berbentuk seperti globul bercak darah pada
permukaan retina biasanya berhubungan dengan terjadinya suatu perdarahan subarakhnoid
6.Pupil: pastikan bentuk, ukuran, dan reaksi pupil terhadap rangsang cahaya.
dalam keadaan intak. Pupil yang reaktif tanpa disertai respon darikomea dan okulosefalik menandaka
n suatu keadaan koma yang disebabkan kelainan metabolik.
e.Pupil terfiksir dan dilatasi menandakan suatu hemiasi sentral, iskemiahipoksia global, keracunan
barbiturat, scopolamine, atau gluthethimide
7.Pergerakan bola mata {gaze):
1)Deviasi gaze menjauhi sisi yang hemiparesis menandakan suatulesi
hemisper kontralateral dari sisi yang hemiparesis. Deviasi gaze ke arah sisi hemiparese
menuniukkan :
2)Deviasi mata kearah bawah menandakan suatu lesi di tectum dari midbrain, disertai
dengan gangguan reaktifitas pupil dan nistagmusrefrakter dikenal sebagai sindroma
parinoud
3) Slow roving eye movement yang dapat konjugasi atau diskonjugaetidak menuniukkan
lokalisasi lesi yang berarti, berhubungan dengandisfiingsi hemisfer bilateral dan aktifnya
refleks okulosefalik
4) Occu!ar bobbing, yaitu terdapat reaksi cepat dari pergerakan bolamata ke arah bawah
yang kembali ke posisi semula dengan lambatmenunjukkan kerusakan bilateral dari
pusat gaze horisontal padapons.
G. Rangsang nyeri: dengan menggosokkan kepalan tangan pemeriksapada sternum dan
penekanan pada nailbed dengan menggunakan handel dari hammer.
H. Refleks okulosefalik (doll’s eye): respons yang intak terjadi pergerakan bola mata berlawanan
dari arah pemutaran kepala. Bila tidak terjadirefleks ini menunjukkan disfungsi dari bilateral
hemisfer serebri dangan gangguan integritas dari struktur batang otak, yang sering terlihat
pada koma metabolik.
8.Refleks muntah : dapat dilakukan dengan memanipulasi endotrakhealtube.
c. Tonus otot : peningkatan tonus otot bilateral pada ekstremitas bawah ,mempakan tanda penting
teijadinya suatu hemiasi serebri.
10.Refleks :
a. Refleks tendon dalam : bila asimetris menunjukkan lateralisasi defisit motoris yang disebabkan lesi
structural
C. Pemeriksaan Penunjang