Anda di halaman 1dari 4

A.

Anamnesis

Anamnesis pada penurunan kesadaran sulit untuk dinilai. Hal yang dapat dilakukan ialah
heteroanamnesis untuk menggali etiologi yang mendasari.

1.Kejadian terakhir 

2.Riwayat medis pasien

3.Riwayat psikiatrik

4.Obat-obatan

5.Penyalah gunaan obat-obatan atau alkohol

B. Pemeriksaan Fisik

1.Tanda vital: hipertensi yang berat dapat disebabkan oleh lesi intracranial dengan peningkatan TIK
atau ensefalopati karena hipertensi.

2.Kulit: tanda ekstemal dari trauma,neddle track., rash,cherry redness(keracunan CO), atau kuning

3.Nafas :alkohol, aseton, atau fetor hepaticus dapat menjadi petunjuk

4.Kepala : tanda fraktur, hematoma, dan laserasi

5.THT : otorea atau rhinorea CSF, hemotimpanum terjadi karena robeknya duramater pada fraktur
tengkorak, tanda gigitan pada lidah menandakan serangan kejang.

6.Leher (jangan manipulasi bila ada kecurigaan fraktur dari cervival spine) :kekakuan disebabkan oleh
meningitis atau perdarahan subarakhnoid.

7.Pemeriksaan neurologis ; untuk menentukan dalamnya koma danlokalisasi dari penyebab koma.

C. Pemeriksaan Neurologis

1.Status generalis : terbukannya kelopak mata dan rahang yang lemas menandakan dalamya koma.


Deviasi dari kepala dan gaze menandakan suatu lesi hemisfer ipsilateral yang luas. Myoklonus
(menandakan suatu proses metabolik), twitching otot yang ritmik (indikasi dari kejang), tetani.

2.Tingkat kesadaran : dapat ditentukan melalui skala koma Glasgow


untukmemudahkan kita untuk mencatat perkembangan pasien. Untuk lebih
mudahnya gangguan kesadaran pada pasien dapat dideskripsikanberdasarkan letargi, stupor, dan
koma.

3.Pernafasan : pola pemafasan yang abnormal dapat membantu kitamenentukan lokalisasi dari koma.


Diantaranya :

a.Cheyne-Stokes: lesi bihemisfer atau ensefalopati merabolik

b.Central neurogenic hiperventilation : CNS limfoma atau kerusakanbatang otak karena hemiasi


tentorial 

c. Apneustic breathing: kerusakan pons

d. Cluster breathing : kerusakan pons dan cerebelar 

e. Ataxic breathing : kerusakan pusat pemafasam medular (lesi di fosaposterior)


4.Lapang pandang : dapat diperiksa dengan melakukan refleks ancam terhadap mata sehingga
berkedip, Kehilangan refleks ancam pada salah satu sisi mata menandakan terjadinya suatu
hemianopia.

5.Funduskopi • edema terjadi pada peningkatan TIK setelah lebih dari 12 jam dan jarang terjadi
secara akut. Tidak adanya suatu edema papil menyingkirkan adanya peningkatan TIK. Pulsasi spontan
dari vena sulit diidentifikasikan, tetapi bila kita temukan menandakan TIK yang normal. Perdarahan
subhialoid yang berbentuk seperti globul bercak darah pada
permukaan retina biasanya berhubungan dengan terjadinya suatu perdarahan subarakhnoid

6.Pupil: pastikan bentuk, ukuran, dan reaksi pupil terhadap rangsang cahaya.

a. Simetris dan reaktif terhadap rangsang cahaya menandakan midbrain

dalam keadaan intak. Pupil yang reaktif tanpa disertai respon darikomea dan okulosefalik menandaka
n suatu keadaan koma yang disebabkan kelainan metabolik.

b. Midposition terfiksir atau pupil ireguier menandakan suatu lesifokal di midbrain.

c.Pupil pinpoint yang reaktif menandakan kerusakan pada tingkat


pons,Intoksikasi dari opiat dan kholinergik (pilokarpin) juga dapatmenyebabkan pupil seperti ini,

d.Pupil anisokor dan terfiksir terjadi pada kompresi terhadap CN III


padahemiasi unkus. Ptosis dan exodeviasi juga terlihat pada kejadiantersebut,

e.Pupil terfiksir dan dilatasi menandakan suatu hemiasi sentral, iskemiahipoksia global, keracunan
barbiturat, scopolamine, atau gluthethimide

7.Pergerakan bola mata {gaze):

A. Perhatikan posisi saat istirahat:

1)Deviasi gaze menjauhi sisi yang hemiparesis menandakan suatulesi
hemisper kontralateral dari sisi yang hemiparesis. Deviasi gaze ke arah sisi hemiparese
menuniukkan :

a) lesi di pons kontralateral hemiparesis

b) lesi di thalamus kontralateral dari hemiparesis

c) aktivitas kejang pada hemisfer kontralateral dari hemiparesis

2)Deviasi mata kearah bawah menandakan suatu lesi di tectum dari midbrain, disertai
dengan gangguan reaktifitas pupil dan nistagmusrefrakter dikenal sebagai sindroma
parinoud

3) Slow roving eye movement  yang dapat konjugasi atau diskonjugaetidak menuniukkan
lokalisasi lesi yang berarti, berhubungan dengandisfiingsi hemisfer bilateral dan aktifnya
refleks okulosefalik

4) Occu!ar bobbing, yaitu terdapat reaksi cepat dari pergerakan bolamata ke arah bawah
yang kembali ke posisi semula dengan lambatmenunjukkan kerusakan bilateral dari
pusat gaze horisontal padapons.

5) Saccadic eye movement  tidak terlihat pada pasien koma dan menunjukkan suatu


psikogenik unresponsive.
B. Fase tonik tanpa disertai respons fase cepat dari nistagmusmenandakan koma disebabkan
disfiingsi bihemisfer

C. Paresis konjugae dari gaze menandakan lesi unilateral hemisfer ataupons

D. Kelemahan mata asimetris menandakan lesi pada batang otak

E. Refleks okulovestibular negatif menandakan koma yang dalam yangmendepresi fungsi


batang otak.

F. Perintah verbal: normal

G. Rangsang nyeri: dengan menggosokkan kepalan tangan pemeriksapada sternum dan
penekanan pada nailbed  dengan menggunakan handel dari hammer.

H. Refleks okulosefalik (doll’s eye): respons yang intak terjadi pergerakan bola mata berlawanan
dari arah pemutaran kepala. Bila tidak terjadirefleks ini menunjukkan disfungsi dari bilateral
hemisfer serebri dangan gangguan integritas dari struktur batang otak, yang sering terlihat
pada koma metabolik.

I.Refleks okulovestibular (kalori dingin), respons yang normal terdiri dari


deviasi tonik ke arah rangsangan air dingin yang dimasukkan kelubang telinga dan terjadi
nistagmus cepat ke arah kontralateral.

 J. Refleks komea : menandakan intaknya batang otak setinggi CN5( aferen) dan CN 7 (eferen)

8.Refleks muntah : dapat dilakukan dengan memanipulasi endotrakhealtube.

a. Respons motorik :merupakan indikator terbaik dalam menentukandalam dan beratnya keadaan


koma. Yang diperhatikan yaitu :

b. Pergerakan spontan: lihat adanya suatu asimetri

c. Tonus otot : peningkatan tonus otot bilateral pada ekstremitas bawah ,mempakan tanda penting
teijadinya suatu hemiasi serebri.

9.Respon sensoris : respons asimetris dari stimulasi menandakan suatulateralisasi defisit sensoris.

10.Refleks :

a. Refleks tendon dalam : bila asimetris menunjukkan lateralisasi defisit motoris yang disebabkan lesi
structural

b. Refleks plantar : respon bilateral Babinski's menunjukkan coma akibat structural/metabolic

C. Pemeriksaan Penunjang

1.CT atau MRI scan Kepala : pemberian kontras diberikan apabila kita


curigai terdapat tumor atau abses. 

2. Punksi Lumbal : dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan


meningitis,encephalitis, atau perdarahan subarachnoid bila diagnosis tidak dapa tditegakkan melalui
CT atau MRI kepala.
3.EEG : bisa saja diperlukan pada kasus serangan epileptik tanpa status
kejang, keadaan post ictal, koma metabolik bila diagnosis tidak ditegakkan melalui pemeriksaan CT
dan pungsi lumbal.

Sumber: Buku Ajar Neurologi FKUI, 2017

Anda mungkin juga menyukai