Anda di halaman 1dari 3

Tiga Poin Agung dalam membentuk Akhlak Yang Mulia

Menjadi orang baik tentulah keinginan setiap insan yang berjiwa bersih, karena dengan menjadi baik
keberkahan dan kelapangan hidup kan dapat terasa. Menjadi orang baik butuh perjuangan, seserang
mesti belajar dan terus belajar, lebih-lebiuh saying sekali jika pendamba kebikan itu tidak mengikuti
cara yang terbaik dari Allah dan rasulny dalam uooayanya menjadi orang yang baik.

Dalam surah Al-a’raf ayat 199 terdapat ayat mulia yang berisi seruan kepada kebaikan dan akhlak
yang mulia, bahkan para ulama menagatakan bahwa ayart ini ayat yang paling lengkap mengenai
akhlak yang mulia

Allah Ta'alaa berfirman,


َ ‫ُخ ِذ ْال َع ْف َو َوْأمُرْ ِب ْالعُرْ فِ َوَأعْ ِرضْ َع ِن ْال َجا ِهل‬
‫ِين‬
"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh." [QS Al-A’raf (7): 199]

Terdapat tiga akhlak mulia dalam ayat ini,

Pertama, hendaknya kita menjadi orang yang pemaaf. Makna ‘afwa dalam ayat tersebut
berdasarkan tafsir hisyam bin urwah bin Zubair yang diterimanya daripada pamannya Abdullah bin
Zubair bahwa makna ‘afwa disini ialah memaafkan kejanggalan-kejanggalan yang terdapat dalam
akhlak manusia. Tafsir ini juga terdapat dari ummul mukminin ‘aisyah radhiyallahu ‘anhu.

Dalam tafsirnya, buya hamka salah seorang ulama asal sumatera barat menjelaskan terkati poin
pertama ini, bahwa diakuilah tiap-tiap manusia itu betapapun baik hatinya dan shalih orangnya,
namun pada dirinya pasti terdapat kelemahan-kelemahan. Inilah yang diungkapkan oleh sebuah
syair :
Kalau engkau tidak sabar berkali-kali karena melihat kumis orong kotor. Kesudahannya engkau akan
haus terus, karena di manakah manusia yang kumisnya bersih sama sekali?
Diumpakan orang terpaksa berganti-ganti minum dari satu cangkir di dalam perjalanan beramai-
ramai, padahal semua sama-sama haus. Tiap-tiap kumis orang yang minum itu tentu ada berdebu,
kesudahannya dia akan tetap haus saja, sebab tidak ada kumis yang tidak berdebu. 1
Dalam kehidupan, kita tidak akan menemui seseorang yang sempurna, meskipun setiap orang punya
kelebihan yang menawan maka pasti dibalik kelebihan itu akan terdapat juga kekurangan-
kekurangan, kadangkala kekurangna itu adalah sesuatu yang tidak kita sukai. Bisa saja kita
membenci seseorang karena punya kekurangan yang tidak kita sukai, yang tentunya kekuaragan nya
itu masih dalam koridor wajar. Kadangkala kekurangan orang lain itu membuat bosan dan
menyinggung perasaaan, bisa jadi cara bicaranya kurang enak, terlalu lembut, kurang tegas dan lain-
lainya yang saya rasa semua pasti pernah menghadapinya. Maka dari kekurang-kekurangan yang ada
pada orang lain itu hendaklah kita memperbanyak maaf, bisa saja kita memperbaiki orang yang
1
Tafsir Al-Azhar surah Al-A’raf ayat 199 hal 2661
punya kekurangan. Tapi pasti hanyalah yang sesuai kesanggupan kita dan oragnya pun orang dekat
dan tertentu pula, jika seandainya setiap orang yang bertemu tidak kita ambil sikap maaf dari
sikapnya yang kurang kitas sukai tersebut maka niiscaya kita tidak akan pernah memilki teman,
hidup sempit dan bumi yang begitu luas ini akan terasa sesak.

Dalam suatu perkumpulan seperti apapun sikap pemaaf sangat dibutuhkan, karena dalam
kebersamaan aka ada perhatian yang lebih dari biasanya, Ketika hal itu terjadi sikap maaf sangat
diperlukan. Bisa jadi kawan seperjuangan adalah orang yang kurang cakap dalam bicara, bisanya
cumin mengkritik tapi tidak siap dikritik, ada yang acuh tak acuh dan tak pandai bermuka manis, ada
pula sikap2 yang tidak mengenakkan seperti suka berhutang tapi tidak dibayar atau lupa. Ada pula
yang Sukanya meminjam minjam saja. Adapula yang bermuka manis didepan tapi dibelakang hilang
semua keindahan wajahnya karena ghibahnya. Ada yang lambat memahami, adapula yang terlalu
cepat memhami sehingga semua disimpulkan sekehendaknya.ada yang suka memerintah dan ada
pula yang suka masa bodoh .\,,,Semua itu akan kita dapati. Bisa saja diperbaiki akan tetapi tentu
tidak akan menjangkau semuanya,jika tidak mampu maka tentu kita punya prinsip-prinsip dalam
hidup, misalnya saja ada teman yang sudah dinasehati tapi malah marah, maka kita kurangi saja
memberi nasehat kepadanya, jika sekiranya benar-benar tidak bisa dinasehati di kemudian hari
maka berarti kita tinggal ucapkan selamat tinggal kawan, karena teman yang buruk akan benar-
benar mempengaruhi kita.

Selanjutnya yang kedua : yakni perintahkanlah manusia berbuat ma’aruf


Dalam hal ini tentu yang benar-benar menjadi panutan pertama kita adalah nabi Muhammad
shallahu ‘alaihi wa sallam. Karena beliaulah pedoman dan conth bagi kita dalam berda’wah pada
manusia, maka setelah bahasan maaf tadi kita singgung selanjutnya Aallah mmereinntahkan kita
agar berbuat ma’aruf yang merupaan akhlak yang mulia. Berbuat ma’ruf/ baik akan membuka
kebahagian dan keamaanan di tengah masyarakat, jika seandainya tidak ada hal ini tentulah kita
belumlah dikatakan uma yang terbaik, karena Allah berfirman :
Allah Ta'alaa berfirman,

‫ان َخيْرً ا لَ ُه ْم ۚ ِم ْن ُه ُم‬ ِ ‫ون ِباهَّلل ِ ۗ َولَ ْو آ َم َن َأهْ ُل ْال ِك َتا‬


َ ‫ب لَ َك‬ َ ‫اس َتْأ ُمر‬
َ ‫ُون ِب ْال َمعْ رُوفِ َو َت ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َو ُتْؤ ِم ُن‬ ْ ‫ُك ْن ُت ْم َخي َْر ُأ َّم ٍة ُأ ْخ ِر َج‬
ِ ‫ت لِل َّن‬
‫ون‬ ‫َأ‬
َ ُ‫ون َو ْك َث ُر ُه ُم ْال َفاسِ ق‬ َ ‫ْالمُْؤ ِم ُن‬

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma´ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik." [QS Ali 'Imran (3): 110]

َ ‫وَأعْ ِرضْ َع ِن ْال َجا ِهل‬,َ dan berpalinglah dari orang-orang yang bodoh, buya hamka
Selanjutnya ‫ِين‬
mengatakan maksud berpaling dari orang-orang yang bodoh itu ialah berpaling dari orang yang
ukurannya singkat. Mereka akan mengemukakan asal-usul yang hanya timbul daripada fikiran yang
singkat dan pandangan yang picik.2

2
Tafsir Al-Azhar, QS Al-A’raf ayat 199 hal 2662
Orang bodoh seringkali hanya memperturukan apa yang dirasanya saja, sehingga tidak mau
mengambil pertimbangan akal, apa yang menurut dia bagus itu yang jadi pedomannya, ia tidak bisa
diambil menjadi kawan setia, karena sikapnya akan menimbulkan perpecahan karena ia tidak tau
akan kehormatan diri orang lain. Nafsu adalah sopir mereka sedangkan kendaraan sopir itu adalah
raga dan jiwanya, jika sopirnya adalah akal dan hati yang berish tentulah betul kemana arah
hidupnya, namun nafsu yang menjadi sopirnya, kemana jalan yang tersa nikmat disitulah pak supir
akan mengarahkan kemudinya, pengendara lain tak akan dipedulikanya, keselematan orang lain juga
tidak menjadi prioritasnya. Ibarat sopir-sopir nakal yang sering melawan aturan lalu lintas di negara
kita tercinta.
Dan inilah tiga pokok ajran yang diberikan Allah kepada Rasulullah didalam memimpin umatnya,
demi menyatu padukan pengikutnya,
Selanjutnya buya hamka mengatakan : Ja’far ash-shadiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan : “tidak
terdapat didalam Al-Qur’an sebuah ayat yang menhimpun budi yang luhur melebihi ini. Karena
akhlak itu dipandang dari segi kekuatan insaniyah terdapat tiga macam. Pertama mengenai akal,
kedua mengenai syahwat, ketiga mengenai kebengisan. Yang mengenai akal ialah kebijaksanaan,
yaitu menyuruh berbuat yanhg ma’ruf. Yang mengenai syahwat ialah iffah, menahan hati dan
memberi maaf. Sifat bengis, ialah syaja’ah, keberanian, yaitu berpaling dari orang-orang yang
bodoh!”
Dan buya hamka prinadi mengatakan : apabila seseorang merasa dirinya bertanggung jawab dalam
mengendalikan ummat atau bangsa, dapat memegang teguh ketiga pedoman ini, akan jayalah
pimpinananya terhadap ummat….!”

Anda mungkin juga menyukai