Anda di halaman 1dari 4

Term of References (ToR)

Pelatihan Community Organizer


Organiz (CO)

“Solidasi Jaringan Kerja Pengorganisasian Masyarakat


Ma di Maluku Utara”

Perkumpulan PakaTiva

Latar Pijak

Perjuangan warga gane mempertahankan ruang kelolanya dari aktivitas industri berbasis lahan
selama sebelas tahun terakhir adalah contoh yang baik dalam konteks pembelajaran soal
pengorganisasian.. Dengan melihat secara seksama rekam jejak aktivisme warga Gane maka
pati pola perkembangan sebuah bangunan gerakan perlindungan terhadap wilayah
bisa didapati
produksi (kebun dan hutan alam) yang berangkat dari ikatan kepentingan bersama
bersama. Seturut
dengan dinamika sosial yang mangawali perkembangan dan pasang surutnya sebuah
komitmen kohesi sosial.

Fase awal gerakan ditandai dengan adanya inisiatif-inisiatif


inisiatif inisiatif kelompok di antaranya aksi
langsung yang spontan dan responsif. Hingga grup
grup-grup semacam itu mengalami ‘demoralisasi’
sebagai efek daripada tekanan-tekanan
tekanan politik baik eksternal dan internal. Hal ini melahirkan
mekanisme self defense hingga
ingga pada titik tertentu mengalami stagnasi.

Minimnya keputusan-keputusan
keputusan kolektif dalam menyikapi hal-hal hal yang bersifat insidensial
mengakibatkan sebagian besar tindakan-tindakan
tindakan ung reaksioner, sporadis,
individual cenderung
dan mengalami defisit anggota adalah situasi yang menandai fase saat ini.

Hal di atas dapat diringkas dengan melihat momentum di mana 13 warga Gane dibui selama
dua bulan karena melakukan aksi blokade trayek PT. Gelora Mandiri Membangun (GMM), anak
perusahaan Korindo Group. Mereka dituduh merusak dan mencuri properti perusahaan meski
kemudian putusan pengadilan bebas murni.

Ketika dibebaskan dari penjara dan kembali ke kampung, ketiga belas warga tersebut
ada situasi bentang perbukitan Teluk Gane berubah drastis, vegetasi hutan alam
dihadapkan pada
dengan biodiversitas pada ketinggian yang relatif datar dan lereng berkurang signifikan hanya
dalam jangka waktu dua bulan, masa di mana mereka habiskan dalam penjara.

Perasaan kehilangan akan peralihan yang begitu cepat dari satu ekosistem alami menjadi
lingkungan buatan adalah pukulan telak bagi
bagi mereka. Dampak psikologi, sentimen primordial
tertentu, dan ketakutan akan konflik yang tak terkelola dengan baik itulah membuat grup yang
terbentuk secara spontanitas—mengambil tindakan langsung secara kolektif di zona front line—
—mengambil
semacam ini pun bubar.

Berangkat dari studi kasus di atas dalam konteks ekonomi politik penguasaan ruang saat ini
tentunya menjadi tantangan dan ancaman yang kian membesar di mana dapat dipastikan
kerentanan ekonomi masyarakat khususnya di tingkat tapak pun sedang di mang mangsa.
Dipayahkan selagi berusaha.

Diperparah dengan polarasasi terbentuk sedemikian rupa. Sepenggal kisah 13


rasasi internal yang terbentuk
warga Gane di atas adalah representasi dari sebuah upaya komunitas di wilayah rural
Halmahera Selatan dalam memproteksi
memproteksi sarana produksinya. Sebuah grup kecil dalam kondisi
sosial di mana masyarakatnya cenderung pasifis yang begitu sulit menghasilkan ttindakan
bersama ketika terbelit situasi
tuasi konflik yang berangsur latensi saat ini.

Hal demikian dapat dilihat dari beberapa faktor, sebagian besar di antaranya adalah terdapat
blok historis pada tahap economic-corporative
economic di level tapak (wilayah dampingan PakaTiva).
Anggota kelompok masyarakat dari sebuah kampung yang sama menunjukkan tendensi
solidaritas tertentu terhadap satu sama lain tetapi masih semata-mata
semata bergerak dalam medan
ekonomi. Kohesi sosial yang terbentuk dari kepentingan pencapaian ekonomi ini pun belum
menemukan bentuknya, itu pun terjalin secara longgar dalam koteks pembagian peran produksi
di antara kelompok-kelompok
kelompok kerja.

ehingga terbentuknya polarisasi yang mengarah pada terciptanya subordinasi anggota dari
Sehingga
kelompok sosial tertentu dalam satu kampung sering dipicu dari akar persepsi maupun perilaku
per
orang tua’) yang tentunya hal ini merintangi realisasi visi dari sebuah
politik (khususnya ‘orang-orang
kebijakan pembangunan n berkelanjutan yang diusulkan.

Dari sini peranan pemuda sangat diperlukan sebagai aktor penengah maupun dapat diandalkan
sebagai agency perubahan yang dapat memoderasi tingkat polarisasi yang membelit
membel ‘kelompok-
kelompok orang tua.. Oleh karena itu perluasan jaringan kerja kepemudaan merupakan
m satu
pendekatan dari strategi objektif yang berkorelasi erat untuk terbentuknya sebuah koalisi lebih
luas menjangkau kepentingan berbag
berbagai anggota kelompok masyarakat.

Di mana koalisi kepemudaan ini dapat diarahkan dan bersinergi untuk menstimulasi dan pada
akhirnya menunjang inisiatif-insiatif
inisiatif ung baik pada aras tata kuasa, tata kelola, tata
kampung
produksi, dan tata konsumsi secara partisipatif dan berkelanjutan khususnya pada konteks
dungan hutan. Untuk itulah pengorganisasian skala komunitas mesti
pengelolaan dan perlindungan
berangkat adalah dengan melakukan serangkaian pelatihan
didorong dan tentunya titik berangkat
community Organizer.
Tujuan

Terwujudnya solidasi jaringan kerja pengorganisasian skala komunitas dalam medan ekonomi
politik sosial ekologi masyarakat di Maluku Utara sebagai sebuah upaya penyelematan
penyelema hutan
dan sumber-sumber
sumber kehidupan.

Output

individu yang dapat mengambil peran sebagai organizer di wilayah


1. Adanya individu-individu
kerjanya masing-masing;
masing;
2. Di fase pertama diharapkan terdapat 20 orang focal point delegasi dari tiap kampung
dampingan/komunitas
komunitas baik di sektor rural maupun urban;
3. Tersusunnya rencana kerja aksi peyelamatan hutan di Gane dan beberapa wilayah
sekitar
tar yang terdampak industri berbasis lahan;
4. Meningkatnya kuantitas dan mutu kegiatan CSO di Maluku Utara dalam bidang
pengelolaan lingkungan hidup berbasis komunitas;

Bentuk Kegiatan

Pelatihan Community Organizer (CO), “Solidasi Jaringan Kerja Pengorganisasian Rakyat Maluku
Utara”. Model kelas pelatihan ini dilangsungkan secara luring, daring, dan atau kombinasi
keduanya (hybrid learning).

Fasilitator/Narasumber

Pelatihan Community Organizer ini akan dipandu oleh:

Ahmadi Fasilitator/Narasumber yang akan memandu proses kelas


1. Bapak Tubagus Soleh Ahmadi,
pelatihan secara langsung bertatap muka (luring) di lokasi kegiatan;
2. Bapak Machmud Ichi,, Co fasilitator/Narasumber
fasilitator/Narasumber yang akan membantu jalannya proses
pros
pelatihan CO.

Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Senin
in – Jum’at/ 07 – 11 Maret 2022

Tempat/Jam : Kantor Walhi Maluku Utara, Ling. Falajawa 2, Kec. Ternate Selatan, Kota
Ko
Ternate.
Kepesertaan

Delegasi dari tiap kampung dampingan dan komunitas di Kota Ternate

1. 2 orang perwakilan warga Kampung Samo, Halmahera Selatan, terdiri dari perempuan
dan laku-laki;
Posi, Halmahera Selatan, terdiri dari
2. 2 orang perwakilan warga Kampung Posi-Posi,
perempuan dan laki-laki;
laki;
3. 2 orang perwakilan dari Kampung Gumira, Halmahera Selatan, terdiri dari perempuan
dan laki-laki;

4. 2 orang perwakilan dari Kampung Paser Putih, Halmahera Selatan, terdiri dari
perempuan dan laki-laki;
laki;
5. 2 orang perwakilan dari Kampung Gane Dalam/Gane Luar, Halmahera Selatan, terdiri
dari perwakilan perempuan dan laki
laki-laki;
6. Perwakilan dari jebolan kelas Estuaria di Kota Ternate.
7. Diharapkan peserta dapat mengonfirmasikan kehadirannya dengan cara menghubungi
panitia pelaksana (lihat kontak dalam isi surat) dan mengisi formulir peserta, harap
mengonfirmasikan atau memasukkan selambatnya 2 hari sebelum kegiatan dimulai.

Penutup

Demikian kerangka acuan ini dibuat sebagai dasar kegiatan Pelatihan Community Organizer
untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya. Atas partisipasi dan kerjasamanya dihaturkan
terima kasih.

Ternate, 19 Februari 2022

Anda mungkin juga menyukai