Dosen Pengampu:
Rosa Delima Ekwantini, S.Kp., M. Kes.
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Jurusan Keperawatan
Tahun 2023
A. Ilustrasi Kasus
Kasus
Pasien Ny. T berusia 31 tahun datang ke Poli Gigi dan Mulut dengan keluhan sering
mengalami sakit kepala sejak sekitar 2 Bulan yang lalu, Gusi Bengkak, serta rasa nyeri
dirasakan terutama di daerah pipi sebelah kiri pasien. Pasien juga mengeluhkan daerah
rahang bawah kiri terasa kurang nyaman. Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit
penyerta asma, kemudian pasien disarankan oleh dokter untuk melakukan tindakan operasi,
dan kemudian pasien setuju untuk dilakukan tindakan operasi yakni Odontektomy berupa
pencabutan gigi (Impaksi) molar ketiga pada rahang bawah kirinya dengan teknik General
Anestesi atau Anestesi Umum.
Pre Operasi
Pasien Ny. T Umur 31 Tahun dengan nomor Rekam Medik 9103** datang ke Poli Gigi
pada tanggal 1 November 2022 pukul 09.00 WIB, setelah dilakukan pemeriksaan dan
wawancara oleh dokter disana pasien di diagnosa impaksi gigi Molar ketiga + Comorbid
asma dan harus melakukan tindakan Odontektomy dengan teknik general anestesi sebagai
solusinya. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan mulai dari swab, Rontgen,
laboratorium serta juga pasien diminta rawat inap terlebih dahulu karna akan di lakukan
visit dan pengecekan kelayakan bedah oleh drg. S**. Sp.BM dan juga dr. S***, Sp.An
kemudian setelah mendapatkan Surat izin operasi dan surat izin Anestesi pasien
direncanakan operasi pada 2 November 2022 pukul 08.30 WIB. Adapun persiapan yang
disampaikan oleh dr. S***, Sp. An adalah untuk pasien berpuasa selama kurang lebih 6
jam, kemudian pasien juga di minta untuk melepaskan accecoris yang akan mengganggu
operasi seperti kuku palsu, dan juga si pasien di minta mendengarkan penjelasan dokter
dalam pembiusan nantinya.
Pada tanggal 2 November 2022, pasien di antarkan menuju IBS dan saat di ruang transit
akan dilakukan asesmen ulang kembali, Selanjutnya pasien juga mengatakan kepada dr
Anestesi dan penata Anestesi bahwasanya dia sudah pernah melakukan operasi
sebelumnya namun merasa tetap cemas, lalu pasien juga mengatakan memiliki riwayat
penyakit asma. Kemudian pasien juga tidak memiliki kebiasaan merokok, NAPZA, serta
minuman alkohol. Sementara itu dari pemeriksaan objektif pun berupa tanda tanda vital
pasien masih dalam keadaan Batas Normal yakni, TD: 106/76 mmHg, Nadi: 80x/menit,
RR: 20x/menit, Sp02: 97%, lalu dari pengecekan Status pasien baik laboratorium ataupun
Rontgen dalam keadaan Batas Normal dan bisa dilakukan tindakan operasi.
Intra Operasi
Sebelum melakukan operasi Dr Anestesi dan penata Anestesi mempersiapkan obat obatan
terlebih dahulu apalagi si pasien memiliki riwayat penyakit asma, sehingga obat yang di
siapkan adalah sebagai berikut
A: Airway (OPA/Guedel)
T: Tape (Plaster/hipafik)
I: Inducer (Stilet)
S: Suction
Untuk intubasi si pasien setelah disiapkan, pasien di masukan ke dalam ruangan dan mulai
penata pasangkan alat alat monitoring TTV, selanjutnya mulai memasukkan Premedikasi,
selang 2 menit, di ikuti analgetik, hipnotik, dan juga relaxan seperti yang disebutkan di atas,
setelah obat obatan masuk, pasien di bantu pernafasan dan stimulus dengan halotan yakni
sevofluran 2L dicampur dengan 02 = 50 % (2L) serta N20 50% (2L), lalu di ventilator ke
pasien sampai sudah benar benar terbius, setelah dipastikan bener bener sudah terbius, baru
mulai untuk mengintubasi pasien dengan menggunakan tube berupa Nasotracheal Tube
yang dimasukan melalui hidung, setelah di laringoskop dan di masukan NTT nya
kemudian di fiksasi dan di sambungkan ke ventilator, kemudian pantau nafas pasien
apakah normal atau tidak, setelah di pastikan semua normal, tindakan bedah dapat dimulai
dan kita bisa memasukan obat Tranexamid Acid sebanyak 1000 mg, selanjutnya
monitoring TTV serta keadaan pasien dan laporkan pada catatan operasi setiap 10 menit
sekali, saat operasi hampir selesai, berikan juga obat reverse yakni Neostigmin 0,5 mg, dan
SA 0,25 mg lalu nafas pasien tetap di pantau kemudian selanjutnya siapkan analgetik
berupa Dexamethason 5 mg serta Tramadol 100 mg kedalam cairan infus tutosol 500 ml
1. Tidak ada terjadi iritasi pernafasan karena menggunakan obat tidak mengiritasi dan
teknik yang sesuai SOP
4. Nafas pasien saat di beri reverse mulai spontan dan mengurangi komplikasi pernafasan
pada saat nanti ekstubasi
Post Operasi
Pada post operasi pasien akan disadarkan dari keadaan bius menjadi sadar sepenuhnya
dengan cara ekstubasi, adapun pada ekstubasi harus benar benar di monitoring keadaan
pasien terutama pernafasan, karena akan sering terjadi gangguan pernafasan seperti spasme
ataupun keadaan lainnya apalagi pada pasien asma, adapun langkah yang kita lakukan
adalah, pertama mengubah ventilator dari mode mesin ke mode manual, bantu pernafasan
pasien kemudian tunggu nafas pasien mulai spontan atau mulai baik, lalu siapkan suction
dan mulai suction dari bagian ETT nasal kemudian ke mulut juga sampe bersih tidak
terdengar suara nafas tambahan, lalu lepaskan fiksasi ETT nasal, kemudian cek lagi nafas
spontan pada monitoring, jika sudah baik baru bisa di lepaskan, kemudian sambungkan
ventilator dengan sungkup dan berikan pasien oksigen murni, tunggu sampai dengan
saturasi pasien normal dan keadaan sudah sadar agar mengurangi resiko pernafasan, jika
sudah, pasien bisa di antarkan ke ruang recovery room dengan tetap memonitor pernafasan
pasien. Kemudian pasien di pasangkan nasal kanul serta alat monitoring juga agar bisa di
liat dan di amati kestabilan baik dari segi TTV maupun nyeri pasien, jika terjadi penurunan
saturasi pasien di posisikan semi fowler atau head up sampai 15̊ sampai 45̊ agar adanya
kenaikan saturasi. Jangan lupa juga untuk memberikan analgetik melalui drip cairan tutosol,
kemudian tunggu pasien sampai dengan score pulihnya yakni menggunakan aldrate score
sampai dengan 10 dan juga segala TTVnya dalam batas normal kemudian bisa di transfer
ke ruang rawat inap kembali.
B. Analisis PICO
C (Comparation) = -
Pertanyaan Klinis
Kelompok 6 EBP STKA B menggunakan beberapa data base sebagai referensi yang
dilakukan pencarian mulai Januari 2023 sampai dengan Maret 2023, yaitu:
1) Pubmed
2) Proquest
3) Science Direct
4) Garuda
5) Perpusnas
E. Data Base
1. Pubmed 72 18 4 2
2. Proquest 12 6 1 1
3. Science 14 8 2 2
Direct
4. Garuda 7 3 1 -
5. Perpusnas 3 2 1 -
Diagram 1.1 Tahap Pencarian Jurnal
F. Checklist Metode
Judul artikel : Pengaruh Suction dan Posisi Semi Fowler Terhadap Perubahan
Saturasi Oksigen Pada Pasien yang Terpasang Endotracheal Tube
Nama jurnal : Jurnal Anestesi Indonesia
Penulis : Dewi Silfiah, Hariza Pertiwi, Widanarti Setyaningsih
Tahun terbit : 2020
Analisis PICO
Patient and clinical problem : Pasien yang terpasang endotracheal tube
(P)
Intervention (I) : Penggunaan suction dan posisi semi fowler
Comparison (C) : Penggunaan posisi selain semi fowler dan tidak
menggunakan suction
Outcome (O) : Adanya perubahan saturasi oksigen apabila dilakukan
suction dan posisi semi fowler
9. ✔
2. POSISI TERLENTANG VERSUS POSISI SEMI-FOWLER UNTUK
EKSTUBASI TRAKEA PADA OPERASI PERUT-UJI KLINIS ACAK \\
Judul artikel : Posisi Terlentang Versus Posisi Semi-Fowler untuk Ekstubasi Trakea
pada Operasi Perut-Uji Klinis Acak
Nama jurnal : Jurnal BMC Anesthesiology
Penulis : Qiongfang Zhu, Zheyan Huang, Qiaomei Ma, Zehui Wu, Yubo Kang
Tahun terbit : 2020
Analisis PICO
Patient and clinical problem : Pasien intubasi
Intervention (I) : Pemberian posisi semi fowler
Comparison (C) : Pemberian posisi terlentang
Outcome (O) : Adanya perubahan saturasi oksigen
pengobatan?
dan setiap
penyimpangan dari
desain RCT standar
13. ✔
(pengacakan individu,
kelompok paralel)
diperhitungkan dalam
pelaksanaan dan
analisis uji coba?
3. PEMBERIAN POSISI SEMI FOWLER MENINGKATKAN SATURASI
OKSIGEN PASIEN PPOK
Judul artikel : Pemberian Posisi Semi Fowler Meningkatkan Saturasi Oksigen Pasien
PPOK
Nama jurnal : Journal of Telenursing (JOTING)
Penulis : Ni Made Dwi Yunica Astriani1, Putu Wahyu Sri Juniantari Sandy2,
Made Mahaguna Putra3, Mochamad Heri4
Tahun terbit : 2021
Analisis PICO
Patient and clinicalproblem (P) : Pasien PPOK
Intervention (I) : Pemberian posisi semi fowler
Comparison (C) : -
Outcome (O) : Meningkatkan saturasi oksigen
Judul artikel : Pemberian Posisi 45o Efektif dalam Meningkatkan Saturasi Oksigen dan
Menurunkan Respiration Rate Pasien Congestive Heart Failure (CHF)
Nama jurnal : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan
Penulis : Bagus Ananta Tanujiarso, Suksi Riani, Forestiana Tri Astuti
Tahun terbit : 2022
Analisis PICO
Patient and clinical problem : Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
(P)
Intervention (I) : Pemberian posisi 45o
Comparison (C) : Pemberian posisi 30o dan 60o
Outcome (O) : Meningkatkan saturasi oksigen dan menurunkan CHF
Judul artikel : Efektivitas Pemberian Teknik Pernafasan Pursed Lips Breathing dan
Posisi Semi Fowler terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen pada Pasien
TB Paru
Nama jurnal : Indonesian Journal of Nursing Science and Practice
Penulis : Winda Amiar, Erwan Setiyono
Tahun terbit : 2020
Analisis PICO
Patient and clinical problem : Pasien TB paru
Intervention (I) : Pemberian teknik pernafasan pursed lips breathing
dan posisi semi fowler
Comparison (C) : -
Outcome (O) : Adanya peningkatan saturasi oksigen
9. ✔
G. Critical Appraisal
Kemudian, beberapa
memperoleh hasil
“unclear/tidak jelas”
mulai dari:
1. Responden tidak
jelas termasuk dalam
pembanding yang
menerima
perlakuan/perawatan
serupa, selain
paparan atau
intervensi yang
diminati
2. Tidak ada kelompok
control
3. Tindak lanjut tidak
lengkap
Kemudian, beberapa
memperoleh hasil
“unclear/tidak jelas”
mulai dari:
1. Penilai hasil tidak
buta terhadap tugas
pengobatan
2. tindak lanjut tidak
jelas
3. responden tidak
dianalisis dalam
kelompok yang
diacak
4. analisis statistik yang
digunakan tidak jelas
Sehingga dikatakan valid
karena sebagian besar
hasil checklist
memperoleh “ya”.
Kemudian, beberapa
memperoleh hasil
“unclear/tidak jelas”
mulai dari:
1. Responden dalam
pembanding tidak
jelas yang menerima
perlakuan/perawatan
serupa, selain paparan
atau intervensi yang
diminati
2. Tidak ada kelompok
control
Kemudian, beberapa
memperoleh hasil
“unclear/tidak jelas”
mulai dari:
1. Responden yang
termasuk dalam
perbandingan tidak
serupa
2. Tidak ada kelompok
control
3. Tindak lanjut tidak
lengkap
Pada penelitian ini responden memiliki penyakit penyerta sistem yakni PPOK
serta penelitian ini menggunakan desain RCT dengan pasien yang terdaftar diacak
(menggunakan tabel angka sederhana) dan dibagi menjadi kelompok posisi terlentang
(kelompok kontrol, n = 71) atau kelompok posisi semi-Fowler (kelompok eksperimen, n
= 70). Adapun Signifikansi dalam perbandingan antara kedua kelompok dinilai
menggunakan uji chi-kuadrat untuk variabel kategori dan uji t Student (untuk data yang
mengikuti distribusi normal) atau uji Mann–Whitney U (untuk data yang mengikuti
distribusi abnormal) untuk variabel kuantitatif. Adapun hasil yang bisa diambil Pada
posisi semi fowler, diafragma bergerak ke bawah, kerja pernapasan relatif menurun,
volume dan ventilasi paru meningkat, dan dilatasi paru ditingkatkan; perubahan ini dapat
meningkatkan asi oksigen dan meningkatkan saturasi oksigen. Keuntungan ini dapat
meningkatkan kenyamanan pasien di PACU, terutama pada tahap pemulihan dari
anestesi umum, ketika kejadian penyumbatan neuromuskuler residual. bisa sampai 64,7%.
Berdasarkan uji Friedman diperoleh data bahwa p value 0.000 maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rerata saturasi oksigen sebelum, setelah diberikan
posisi 30°, setelah diberikan posisi 45° dan setelah diberikan posisi 60° pada pasien CHF
di IGD. Berdasarkan nilai mean rank diperoleh data bahwa mean rank saturasi oksigen
pasien CHF sebelum diberikan posisi sebesar 1.03, jika dibandingkan dengan mean rank
saturasi oksigen setelah diberikan posisi 30°, 45°, dan 60°, mean rank pada saturasi
oksigen setelah diberikan posisi 45° mempunyai perubahan mean rank yang paling tinggi,
dimana mengalami peningkatan menjadi 3.93. Hal tersebut juga dapat disimpulkan
bahwa posisi 45° memberikan dampak yang lebih baik dalam meningkatkan saturasi
oksigen pasien CHF dibandingkan posisi 30° dan 60°. Selain itu, untuk melihat
perbedaan saturasi oksigen pada masing masing posisi dapat dilihat melalui uji post hoc
dengan uji Wilcoxon. Berdasarkan uji post hoc dengan uji Wilcoxon diperoleh data
bahwa setiap perubahan posisi yang diberikan pada pasien maka akan berdampak juga
pada perubahan rerata saturasi oksigen ditunjukkan dengan semua uji diperoleh p value <
0.05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rerata saturasi oksigen
antara sebelum dan setelah diberikan posisi 30o , antara sebelum dengan setelah diberikan
posisi 45o , antara sebelum dengan setelah diberikan posisi 60°, antara posisi 30° dan 45°,
antara posisi 30° dengan 60° dan antara posisi 45° dan 60°. Berdasarkan analisis uji post
hoc dengan uji Wilcoxon juga diperoleh data bahwa terdapat 1 responden yang
mengalami penurunan saturasi oksigen ketika setelah diberikan posisi 30° dan sisanya
sebanyak 29 responden mengalami kenaikan saturasi oksigen. Setelah diberikan posisi
45° dan 60° seluruh responden mengalami kenaikan. Sedangkan perubahan posisi dari
30° menjadi 45° ada 1 responden yang tidak mengalami perubahan saturasi oksigen dan
sisanya 29 responden mengalami kenaikan. Dilihat perbandingan dari posisi 30° dengan
posisi 60o terdapat 150 reponden yang mengalami penurunan saturasi oksigen, 5
responden yang tidak mengalami perubahan, dan sisanya 20 responden mengalami
kenaikan, sedangkan jika dibandingkan dari posisi 45o dan 60o sebanyak 27 responden
mengalami penurunan saturasi oksigen sebanyak 27 responden dan 3 responden tidak
mengalami perubahan saturasi oksigen. Berdasarkan data dalam penelitian ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa pemberian posisi 45° efektif dalam meningkatkan saturasi
oksigen dan aman bagi pasien CHF. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa posisi 45°
memberikan dampak yang lebih baik dalam meningkatkan saturasi oksigen pasien CHF
dibandingkan posisi 30° dan 60°. Pasien diposisikan 45° akan meningkatkan aliran darah
diotak dan memaksimalkan oksigenasi jaringan serebral. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Wijayati, Ningrum dan Putrono (2019) menunjukkan bahwa
ada pengaruh pemberian posisi tidur semifowler 45o terhadap kenaikan saturasi oksigen.
5. EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEKNIK PERNAFASAN PURSED LIPS
BREATHING DAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP PENINGKATAN
SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN TB PARU
Berdasarkan hasil dari Analisa 5 Jurnal yang terpilih sesuai Critical Appraisal
serta sesuai dengan kriteria inklusi yakni pasien dengan penyakit penyerta, dimana dari 5
jurnal memiliki kesamaan penyakit penyerta yakni Penyerta Sistem pernafasan PPOK
dan Asma kemudian penelitian ini menunjukan bahwa posisi semi fowler dapat
meningkatkan saturasi oksigen dibanding dengan beberapa posisi lain salah satunya head
up, dimana terjadi peningkatan sebesar 0,05 poin. Adapun dari jurnal yang sudah
dianalisis di dapatkan posisi semi fowler paling efektif pada derajat 45° dengan lama
waktu pemberian sekitar 15-30 menit. Pada posisi semi fowler didapatkan terjadi
peningkatan saturasi oksigen dari rata-rata 88%-92% menjadi meningkat setelah
dilakukan tindakan posisi semi fowler dengan rata-rata nilai 96-99% dimana merupakan
hitungan normal. Pengaturan posisi tidur semi fowler dengan meninggikan punggung
bahu dan kepala 45° memungkinkan rongga dada dapat berkembang secara luas dan
pengembangan paru meningkat. Kondisi ini akan menyebabkan asupan oksigen membaik
sehingga proses respirasi kembali normal. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh
Cheever & Hinkle, (2014) menyatakan bahwa pengaturan posisi tidur semi fowler dapat
meningkatkan kondisi pengembangan paru dan nadi. Sebagaimana hasil penelitian
Anchala (2016) yang menunjukan bahwa ada perbedaan yang siginifikan SPO2 pada
posisi semi fowler dibandingkan posisi yang lain Hal ini disebabkan karena posisi semi
fowler dapat mengurangi sekresi pulmonary dan mengurangi resiko penurunan dinding
dada, kemudian juga bisa meningkatkan expansi paru dan menaikan saturasi oksigen
dikarenakan dapat membantu otot pernafasan mengembang maksimal. Selain itu posisi
semi fowler ini juga meningkatkan kenyamanan pada pasien. Kesimpulan dari analisa
keseluruhan posisi semi fowler ini dapat meningkatkan saturasi oksigen serta juga
kenyamanan pada pasien post operasi dengan penyakit penyerta pada sistem pernafasan
di ruang PACU.
LAMPIRAN JURNAL
Volume 2, Nomor 3, Desember 2020 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824
Korespondensi: dewi.silfiah@gmail.com
Abstrak
Intensive care unit (ICU) merupakan bagian pelayanan dengan staf khusus dan
perlengkapan khusus ditunjukan untuk pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyulit-penyulit yang mengancam nyawa. Tindakan suction sering dilakukan pada
pasien ICU, tujuannya adalah meningkatkan saturasi oksigen pasien. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh suction dan posisi semi fowler terhadap
perubahan saturasi oksigen pada pasien yang terpasang endotracheal tube di ICU
Rumah Sakit OMNI Alam Sutera. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan
eksperimen dengan pre dan post test, sampel penelitian adalah seluruh pasien di ruang
ICU Rumah Sakit OMNI Alam Sutera pada periode 01 Desember 2019 s.d. 30 Januari
2020 sebanyak 32 orang. Alat penelitian adalah lembar observasi saturasi oksigen.
Analisa data berupa analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan rata-rata
(mean) saturasi oksigen sebelum tindakan sebesar 92,72%, rata-rata (mean) saturasi
oksigen setelah tindakan sebesar 98,44%. Ada pengaruh suction dan posisi semi
fowler terhadap perubahan saturasi oksigen pada pasien yang terpasang endotracheal
tube di ICU Rumah Sakit Omni Alam Sutra, dengan nilai p: 0,000 (<0,05). Perawat
dapat melakukan tindakan suction dan pemberian posisi semi fowler pada pasien
dengan masalah penyerta pada system pernafasan, khususnya pasien dengan bersihan
jalan nafas tidak efektif.
Pengaruh Suction dan Posisi Semi Fowler terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang 347
Volume 2, Nomor 3, Desember 2020 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824
Pengaruh Suction dan Posisi Semi Fowler terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang 348
Volume 2, Nomor 3, Desember 2020 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824
asma bronkial. Menurut NIC NOC (2012), lembar observasi intervensi suction. Analisis
intervensi keperawatan yang dapat data yang digunakan adalah analisis
dilakukan untuk mengatasi masalah univariate dengan penghitungan nilai rata-
ketidakefektifan bersihan jalan nafas akibat rata, dan analisis data menggunakan paired
penumpukan sputum, darah atau cairan sample T test..
adalah lakukan penghisapan lendir atau
tehnik suctioning. HASIL
Menurut penelitian Septimar & Novita Tabel 1. Gambaran distribusi frekuensi
(2018) tentang pengaruh tindakan saturasi oksigen sebelum dan setelah
penghisapan lendir (suction) terhadap dilakukan tindakan suction dan posisi
perubahan kadar saturasi oksigen pada semi fowler
pasien kritis di ICU, terdapat pengaruh Tindakan
Rata-rata
tindakan penghisapan lendir terhadap saturasi (%)
perubahan kadar saturasi oksigen pada Sebelum 92,72
pasien, dengan nilai p:0,000 (<0,05). Rata- Setelah 98,44
rata saturasi oksigen pasien sebelum Total sampel 32
dilakukan suction adalah 95,78%, sedangkan Berdasarkan tabel 1. Didapatkan bahwa
rata-rata saturasi oksigen pasien setelah rata-rata saturasi oksigen sebelum dilakukan
dilakukan suction adalah 97,25%. suction dan posisi semi fowler adalah
Menurut Brunner & Suddart (2016) 92,72%, setelah dilakukan suction dan posisi
posisi semi fowler dapat meningkatkan semi fowler adalah 98,44%.
kestabilan frekuensi pernafasan pada pasien.
Kondisi ini dapat meningkatkan saturasi Tabel 2. Gambaran distribusi frekuensi
oksigen pada pasien. Pada jurnal penelitian saturasi oksigen sebelum dilakukan
Maria, dkk (2019) tentang efektivitas tindakan suction dan posisi semi fowler
pemberian posisi semi fowler pada Saturasi O2 Max 96%
kestabilan pernafasan pada pasien asma di
Rumah Sakit Martapura, didapatkan bahwa Saturasi O2 Min 87%
posisi semi fowler dapat memberikan Mean Sat. O2 92,72%
kestabilan pada pernafasan pasien, nilai p: SD 2,453
0,000 (<0,05). Total sampel 32
Pada penelitian ini dilakukan tindakan
suction pada pasien yang terpasang Berdasarkan tabel 2. Didapatkan saturasi
endotracheal tube, setelah dilakukan suction oksigen tertinggi adalah 96%, saturasi
peneliti memberikan posisi semi fowler pada terendah adalah 87%, rata-rata saturasi
pasien. Dengan harapan pernafasan pasien oksigen sebelum tindakan adalah 92,72%.
membaik, sehingga dapat meningkatkan
saturasi pasien. Tabel 3. Gambaran distribusi frekuensi
saturasi oksigen setelah dilakukan
BAHAN dan METODE tindakan suction dan posisi semi fowler
Desain penelitian menggunakan eksperimen Saturasi O2 Max 100%
dengan pre dan post test pada satu kelompok
intervensi dengan menggunakan 32 Saturasi O2 Min 96%
responden, diambil dengan total sampling. Mean Sat. O2 98,44%
Penelitian dilaksanakan pada 01 Desember SD 1,105
2019 s.d. 30 Januari 2020, alat penelitian: Total sampel 32
Pengaruh Suction dan Posisi Semi Fowler terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang 349
Volume 2, Nomor 3, Desember 2020 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824
Pengaruh Suction dan Posisi Semi Fowler terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang 350
Volume 2, Nomor 3, Desember 2020 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824
pemberian posisi semi fowler mampu sehingga standar tersebut dapat digunakan
meningkatkan saturasi oksigen pada pasien. perawat dalam melakukan asuhan
Keterbatasan sampel dalam penelitian keperawatan yang dilakukan seperti
yaitu sampel yang digunakan kurang besar, frekuensi pelaksanaan tindakan suction
untuk peneliti selanjutnya dapat terhadap pasien, dan sebagainya.
menggunakan sampel dengan kelompok
Kontrol. Dengan tujuan bahwa hasil
pengambilan saturasi oksigen dapat Peneliti selanjutnya
dibandingkan dengan kelompok control Pada penelitian selanjutnya hendaknya
yang tidak dilakukan tindakan suction. mengembangkan variabel yang lebih luas
Sehingga cakupan hasil penelitian ini dapat lagi tentang kecemasan yang berhubungan
lebih luas dan terhindar dari bias (kesalahan dengan tindakan suction pada pasien.
intepretasi hasil). Sehingga hasil penelitian tentang fenomena
yang lebih luas dapat diketahui.
SIMPULAN dan SARAN
Simpulan UCAPAN TERIMAKASIH
Berdasarkan hasil pengolahan data yang Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
telah dilakukan, peneliti menarik 1. Bapak Drs. Sofyan Hawadi, MA
kesimpulan: selaku Rektor Universitas Binawan.
1. Nilai rata-rata (mean) saturasi oksigen 2. Bapak Dr. Aan Sutandi, S.Kep, Ns,
sebelum tindakan suction dan posisi MN selaku Ketua Program Studi
semi fowler sebesar 92,72%, dengan Keperawatan.
nilai standar deviasi sebesar 2,453. 3. Ibu Ns. Handayani, M.Kep.Sp.Mat
2. Nilai rata-rata (mean) saturasi oksigen selaku Koordinator Mata Ajar
setelah tindakan suction dan posisi semi Introduction of Nursing Research.
fowler sebesar 98,44%, dengan nilai 4. Ibu Ns. Harizza Pertiwi, S.Kep,. MN
standar deviasi sebesar 1,105. selaku pembimbing proposal
3. Ada pengaruh suction dan posisi semi penelitian.
fowler terhadap perubahan saturasi 5. Ibu Ns. Widanarti Setyaningsih,
oksigen pada pasien yang terpasang S.Kp., MN selaku pembimbing II
endotracheal tube di ICU Rumah Sakit dalam penyusunan skripsi penelitian
Omni Alam Sutra, dengan nilai p: 0,000
(<0,05). DAFTAR PUSTAKA
Saran Brunner & Suddart. (2016). Keperawatan
Perawat medikal bedah. Edisi 12. JakartaEGC
Perawat dapat melakukan tindakan Curtis J R. (2008). Caring for Patients With
suction dan posisi semi fowler dengan Critical Illness and Their Families:
frekuensi lebih sering terhadap pasien the Value of the Integrated Clinical
dengan masalah penyerta pada system Team. Jurnal Keperawatan
pernafasan seperti PPOK. Dengan harapan Dahlan, S. (2005). Besar Sampel dalam
saturasi oksigen pada pasien-pasien tersebut Penelitian Kedokteran Dan
dapat terkontrol. Kesehatan. Jakarta: Arkans
Diklat Rumah Sakit Omni Alam Sutra Dahlan, S. (2008). Statistik untuk
Bagian Diklat Rumah Sakit Omni Alam Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Sutra hendaknya membuat standar deteksi Salemba Medika
dini pasien tentang masalah penyerta yang Depkes RI. (2009). Pedoman Perawatan
dialami pasien yang dirawat di ICU, ICU Rumah Sakit. Jakarta:Depkes RI
Pengaruh Suction dan Posisi Semi Fowler terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang 351
Volume 2, Nomor 3, Desember 2020 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824
Pengaruh Suction dan Posisi Semi Fowler terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang 352
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185
https://doi.org/10.1186/s12871-020-01108-5
Abstract
Background: Tracheal extubation is commonly performed in the supine position. However, in patients undergoing
abdominal surgery, the supine position increases abdominal wall tension, especially during coughing and deep
breathing, which may aggravate pain and lead to abdominal wound dehiscence. The semi-Fowler’s position may
reduce abdominal wall tension, but its safety and comfort in tracheal extubation have not been reported. We
aimed to evaluate the safety and comfort of different extubation positions in patients undergoing abdominal
surgery.
Methods: We enrolled 141 patients with an American Society of Anesthesiologists grade of I-III who underwent
abdominal surgery. All patients were anesthetized with propofol, fentanyl, cisatracurium, and sevoflurane. After
surgery, all patients were transferred to the post-anesthesia care unit (PACU). Patients were then randomly put into
the semi-Fowler’s (n = 70) or supine (n = 71) position while 100% oxygen was administered. The endotracheal tube
was removed after the patients opened their eyes and regained consciousness. Vital signs, coughing, and pain and
comfort scores before and/or after extubation were recorded until the patients left the PACU.
Results: In comparison with the supine position, the semi-Fowler’s position significantly decreased the wound pain
scores at all intervals after extubation (3.51 ± 2.50 vs. 4.58 ± 2.26, 2.23 ± 1.68 vs. 3.11 ± 2.00, 1.81 ± 1.32 vs. 2.59 ± 1.88,
P = 0.009, 0.005 and 0.005, respectively), reduced severe coughing (8[11.43%] vs. 21[29.58%], P = 0.008) and bucking
after extubation (3[4.29%] vs. 18[25.35%], P < 0.001), and improved the comfort scores 5 min after extubation (6.11 ±
2.30 vs. 5.17 ± 1.78, P = 0.007) and when leaving from post-anesthesia care unit (7.17 ± 2.27 vs. 6.44 ± 1.79, P = 0.034).
The incidences of vomiting, emergence agitation, and respiratory complications were of no significant difference.
Conclusion: Tracheal extubation in the semi-Fowler’s position is associated with less coughing, sputum suction,
and pain, and more comfort, without specific adverse effects when compared to the conventional supine position.
Trial registration: Chinese Clinical Trial Registry, ChiCTR1900025566. Registered on 1st September 2019.
Keywords: Tracheal extubation; supine; semi-Fowler’s; post-anesthesia care unit
* Correspondence: huangf25@mail2.sysu.edu.cn
†
Qiongfang Zhu and Zheyan Huang contributed equally to this work.
2
Department of Anesthesiology, The Third Affiliated Hospital of Sun Yat-sen
University, 600 Tianhe Rd, Guangzhou, China
Full list of author information is available at the end of the article
© The Author(s). 2020 Open Access This article is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License,
which permits use, sharing, adaptation, distribution and reproduction in any medium or format, as long as you give
appropriate credit to the original author(s) and the source, provide a link to the Creative Commons licence, and indicate if
changes were made. The images or other third party material in this article are included in the article's Creative Commons
licence, unless indicated otherwise in a credit line to the material. If material is not included in the article's Creative Commons
licence and your intended use is not permitted by statutory regulation or exceeds the permitted use, you will need to obtain
permission directly from the copyright holder. To view a copy of this licence, visit http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/.
The Creative Commons Public Domain Dedication waiver (http://creativecommons.org/publicdomain/zero/1.0/) applies to the
data made available in this article, unless otherwise stated in a credit line to the data.
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185 Page 2 of 9
were blinded to their group assignment. Patients in the then transferred to the PACU, where they underwent
control group did not undergo a position change and re- standard electrocardiography and noninvasive blood
ceived tracheal extubation in the supine position. In the pressure and peripheral capillary oxygen saturation
experimental group, patients were placed in the semi- monitoring. The patients were randomized to either the
Fowler’s position (supine with 30° head-up) during supine or semi-Fowler’s position and placed into corre-
emergence and extubation until they were discharged sponding position 5 min later. The patients had to
from the PACU. Patients in both groups were induced achieve the following conditions before extubation: (1)
with midazolam, propofol, cisatracurium, and fentanyl spontaneous ventilation, (2) complete reversal of neuro-
and were anesthetized with sevoflurane. muscular blockade, and (3) eye-opening and regaining of
consciousness. Heart rate (HR), mean arterial pressure
Study procedures and data collection (MAP), and SpO2 were recorded at six points: (1) 5 min
After enrollment, demographic data, including age, gen- after arrival in PACU (T1), (2) immediately after posi-
der, body mass index (BMI), ASA class, NYHA class, tioning (T2), (3) the moment before extubation (T3), (4)
Mallampati class, history of cigarette use, and breath 1 min after extubation (T4), (5) 5 min after extubation
holding test, were recorded. (T5), (6) 30 min after extubation (T6), and (7) when
The anesthetists in this study were not preselected and leaving the PACU (T7). Patients in both groups were
were given general guidelines to conduct the anesthetics. suctioned before extubation, but were not stimulated in
Baseline data, consisting of noninvasive mean arterial any other way until they could move spontaneously.
pressure (MAP), heart rate (HR), peripheral capillary Once extubation was carried out, extubation time (from
oxygen saturation (SpO2), respiratory rate (RR), and arrival at PACU to extubation) was recorded. In addition
temperature, were recorded before anesthesia (T0). Be- to demographic data, the frequency of initiative severe
sides, type of surgery, estimated blood loss, crystalloid coughing for sputum excretion (sustained ≥5 s), passive
replacement, anesthesia time, and surgical time were bucking due to stimulation of excretion, requirement for
recorded intraoperatively. suction after extubation, vomiting, and emergence agita-
After the operation was completed and the drapes tion, the Riker Sedation-Agitation Scale (SAS) score, air-
were removed, sevoflurane was discontinued and pa- way rescue after extubation, the need for suctioning,
tients were given 100% oxygen instead. Patients were sore throat, the wound pain VAS score, the Bruggemann
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185 Page 4 of 9
comfort scale (BCS) score, the comfort VAS score, and Although the BCS scores in both groups were compar-
satisfaction score from nursing personnel were recorded. able, the comfort VAS scores for the semi-Fowler’s pos-
The duration of PACU was also recorded. ition were higher than those for the supine position at
Respiratory complications that occurred after extuba- T5 and T7 (Table 2, P = 0.007 and 0.034, respectively).
tion were recorded: (1) transient decline of SpO2 > 5% or The wound pain VAS scores of the semi-Fowler’s pos-
SpO2 < 90% that yet requires no intervention; (2) upper ition group were significantly lower than those of the su-
airway obstruction or respiratory depression that needs pine position group at all intervals after extubation
noninvasive intervention(s), e.g., the jaw-thrust maneu- (Table 2, P = 0.009, 0.005, and 0.005, respectively). Be-
ver, the administration of oro−/naso-pharyngeal airway sides, extubation in the semi-Fowler’s position did not
or noninvasive positive ventilation; (3) severe airway ob- aggravate the sore throat compared with that in the su-
struction or respiratory depression that needs pine position.
reintubation. Patients in the semi-Fowler’s position had no statisti-
During the study, we became aware of the use of dex- cally significant changes in respiratory rate, SpO2 or
medetomidine and lidocaine cream. To exclude the in- MAP from baseline at all intervals compared with pa-
fluence of these medicines on the results, we tients in the supine position (Fig. 2). However, semi-
retrospectively collected data regarding their use. Fowler’s patients demonstrated a statistically significant
increase in HR, compared to baseline, at T3(P = 0.035),
Statistical analyses T4(P = 0.014), T5(P = 0.006) and T6(P = 0.015) (Fig. 3).
Patient demographic parameters, HR, and MAP were Compared with the supine group, patients in the semi-
compared between the groups at baseline using the t- Fowler’s position had significantly fewer severe coughing
test with Satterthwaite adjustments for unequal variance, after extubation (Table 3, P = 0.008) and fewer episodes
when appropriate. The normality of the distribution was of immediate bucking after extubation (Table 3, P<
assessed using the Shapiro-Wilk test. The parametric 0.001). Eight patients required suction after extubation
data were expressed as mean (± standard deviation in the semi-Fowler’s group, while 17 required it in the
[SD]), while the nonparametric data were expressed as supine group (P = 0.052). Three of 141 patients vomited,
median (interquartile range). The categorical data were including 2 semi-Fowler’s patients and 1 supine patient
described as frequency (proportion). Significance in the (P = 0.578). Four cases in each group experienced emer-
comparisons between the two groups was assessed using gence agitation (P = 0.962), and the SAS scores were also
the chi-squared test for categorical variables and the Stu- comparable.
dent’s t-test (for data following the normal distribution) One patient in the semi-Fowler’s position had a brief
or Mann–Whitney U test (for data following an abnor- occurrence of upper airway obstruction, which required
mal distribution) for quantitative variables. Anesthesia transient jaw-thrust maneuver. The use of dexmedeto-
time, surgical time, estimated blood loss, and crystalloid midine and lidocaine cream was comparable between
replacement were log-normal in distribution, and thus the two groups (Table 1).
required log transformation before the t-tests. Demo- All cases in the semi-Fowler’s position group received
graphic and baseline data were summarized as mean full satisfaction scores (4 points) from nursing personnel,
values ± SD, geometric means with 95% confidence in- while three cases in the supine position received 3 points
tervals, medians and range, or frequencies. P<0.05 was and other three cases received 2 points (P = 0.013).
considered statistically significant. All statistical analyses
were conducted using SPSS version 23.0 (IBM Corp., Discussion
Armonk, NY, USA). The safety and comfort associated with semi-Fowler’s
position in emergence and extubation remain largely un-
Results documented. This study demonstrated that the semi-
From September 2019 to February 2020, 152 patients Fowler’s position for emergence and extubation was a
were screened, of whom 141 were recruited in this better choice for patients undergoing abdominal surgery
study.70 semi-Fowler’s patients and 71 supine patients than the traditional supine position.
were compared. As in Table 1, there were no statistically In recent years, increasing attention has been paid to
significant differences in demographic data between the postural intervention in the ICU. Some studies have sug-
two groups. The intraoperative phase characteristics are gested that an early semi-supine position after intubation
also shown in Table 1. There were no statistical differ- can reduce ventilator-associated pneumonia and be pro-
ences in anesthesia time, surgical time, extubation time, moted in ICU [8, 10]. However, in PACU, postural inter-
and PACU duration between the two groups. Estimated vention has rarely been reported. Some studies have
blood loss and crystalloid replacement were similar found that in pediatric patients, extubation in a lateral
between the groups. position can reduce postoperative hypoxia [11]; others
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185 Page 5 of 9
reported that decannulation in a prone position is safer Fowler’s position. Conversely, the BCS scores based on
in patients undergoing prone surgery [12]. the assessment of wound pain were similar between the
In this study, the comfort VAS scores were signifi- two groups. The inconsistent results might be explained
cantly higher in the semi-Fowler’s position 5 min after by the different standards for the evaluation and preci-
extubation and when leaving PACU. The wound pain sion of these scales. These findings also implied that
VAS scores were lower in the semi-Fowler’s position at factors other than wound pain have an impact on the
all intervals after extubation, suggesting that the relief of difference in patient comforts between the two groups.
wound pain by diminishing abdominal wall tension In the semi-Fowler’s position, the diaphragm moves
played a potential role in patient comfort in the semi- downward, the work of breathing relatively decreases,
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185 Page 6 of 9
lung volume and ventilation increases, and lung dilata- can be up to 64.7% [14]. The semi-Fowler’s position
tion is promoted; these changes can improve oxygen- facilitates breathing of patients and may be one of the
ation and increase oxygen saturation [13]. This explanations for the higher comfort VAS scores in the
advantage may improve patient comfort in PACU, espe- semi-Fowler’s position group.
cially in the stage of emergence from general anesthesia, In the semi-Fowler’s position, changes in systemic
when the incidence of residual neuromuscular blockage circulatory blood volume might cause transient
Fig. 2 Mean change in mean arterial pressure (±SE) at each moments after the initiation of treatment. T1:5 min after transferred to PACU;
T2:immediately after positioning; T3:the moment before extubation,; T4:1 min after extubation,; T5:5 min after extubation; T6:30 min after
extubation,; T7: leaving the PACU
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185 Page 7 of 9
Fig. 3 Mean change in heart rate from baseline (±SE) at each moments after the initiation of treatment. T1:5 min after transferred to PACU;
T2:immediately after positioning; T3:the moment before extubation,; T4:1 min after extubation,; T5:5 min after extubation; T6:30 min after
extubation,; T7: leaving the PACU
hypotension. Therefore, we paid careful attention to circulatory blood volume, which was still within a safe
hemodynamic changes and cardiovascular safety. Our range. In our study, all patients in both groups had nor-
study found that, compared with basal blood pressure, mal baseline SpO2 before anesthesia, and oxygen satur-
there was no significant change in the MAP in both ation did not decrease significantly at any time points,
groups. However, there was a statistically significant remaining above 96%. Therefore, the semi-Fowler’s
difference in HR between the two groups. In the semi- position did not show obvious advantages, which may be
Fowler’s position, the HR increased by 5 beats per related to the continuous oxygen supply obtained by
minute; on the other hand, in the supine position, there masking all patients and excluding patients with peri-
was no significant change in HR. We speculate that this operative respiratory complications and smoking history
change was caused by the effect of posture on systemic during recruitment.
In the semi-Fowler’s position group, less severe
Table 3 Outcomes by Group coughing and passive bucking was observed. In surgical
Outcome Semi-fowler’s Supine P value patients undergoing general anesthesia, both severe
Sp02 before extubation coughing and bucking can potentially result in danger-
≥ 96% 70 (100%) 71 (100%)
ous complications, such as hypertension, tachycardia,
and other arrhythmias, and have different adverse
< 96% 0 0
impacts on carotid endarterectomy, craniotomy, and
SpO2 decreased 0 (0%) 0 (0%) ophthalmology [15, 16]. For abdominal surgery patients,
Suction(n(%)) 8 (11.43%) 17 (23.94%) 0.052 severe coughing and bucking can induce an acute and
Severe cough(n(%)) 8 (11.43%) 21 (29.58%) 0.008 violent rise in abdominal pressure, leading to obvious
Bucking(n(%)) wound pain or wound dehiscence [17]. Our study
Before extubation 9 (12.86%) 18 (25.35%) 0.059
revealed that extubation in the semi-Fowler’s position
could significantly reduce bucking and severe coughing
Within 1 min after extubation 3 (4.29%) 18 (25.35%) <0.001
after extubation. However, effective expectoration needs
Airway rescue(n(%)) 1 (1.42%) 0 (0%) 0.323 moderate coughing. Single initiate coughing or coughing
Re-intubation(n(%)) 0 0 sustaining < 5 s was not recorded, but the cases requiring
Vomiting(n(%)) 2 (2.86%) 1 (1.41%) 0.578 suction after extubation were less in the semi-Fowler’s
Agitation(n(%)) 4 (5.71%) 4 (5.63%) 0.962 position than in the supine position (11.43% vs. 23.94%,
SAS (mean ± SD)
P = 0.052). Although expectoration is comparable be-
tween the two groups, the semi-Fowler’s position still
After posture placement 3.11 ± 1.16 3.35 ± 1.29 0.252
provides better expectoration than the supine position
Before extubation 4.13 ± 0.48 4.21 ± 0.75 0.438 without increasing unfavorable severe coughing and pas-
1 min after extubation 4.04 ± 0.43 4.06 ± 0.33 0.836 sive bucking. Some studies have shown that intravenous
All P-values are calculated by Chi-square or Fischer’s exact test lidocaine or dexmedetomidine can reduce post-
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185 Page 8 of 9
Publisher’s Note
Springer Nature remains neutral with regard to jurisdictional claims in
published maps and institutional affiliations.
Journal of Telenursing (JOTING)
Volume 3, Nomor 1, Juni 2021
e-ISSN: 2684-8988
p-ISSN: 2684-8996
DOI: https://doi.org/10.31539/joting.v3i1.2113
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui keefektifan pemberian posisi Semi
Fowler terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK. Desain penelitian menggunakan
rancangan One Group Pre-Post Test Design. Hasil penelitian pada 30 responden PPOK
menunjukkan bahwa rata-rata nilai saturasi oksigen sebelum diberikan posisi Semi
Fowler yaitu 89,47. Setelah diberikan posisi Semi Fowler selama 30 menit, rata-rata
nilai saturasi oksigen pasien PPOK mengalami peningkatan yaitu 95,83. Berdasarkan
hasil dari uji paired t-test menunjukkan bahwa hasil sig (2-tailed) atau nilai r = 0,0001.
Simpulan, terdapat peningkatan antara nilai saturasi oksigen setelah diberikan posisi
Semi Fowler.
ABSTRACT
This study aims to determine the effectiveness of the Semi Fowler position on oxygen
saturation in COPD patients. The research design used the One Group Pre-Post Test
Design. The research results on 30 COPD respondents showed that the average value
of oxygen saturation before being given the Semi Fowler position was 89.47. After
being given the Semi Fowler position for 30 minutes, the average oxygen saturation
value of COPD patients increased, namely 95.83. The results of the paired t-test show
that the results are sig (2-tailed) or the value of r = 0.0001. In conclusion, there is an
increase in the oxygen saturation values after being given the Semi Fowler position.
PENDAHULUAN
Prevalensi merokok pada populasi usia 10-18 tahun meningkat dari 7,2% pada
tahun 2013 menjadi 9,1% pada tahun 2018. Prevalensi merokok di Bali meningkat dari
20% pada tahun 2013 dan 23,5% tahun 2018 (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
terhambatnya arus udara pernafasan dan bersifat tidak menular. ISPA di Kabupaten
Buleleng merupakan penyakit yang tidak menular dan menduduki peringkat kedua
dengan 13.240 kasus (Dinas Kesehatan, 2019). Terapi farmakologis PPOK dapat
diberikan dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak/mukus. Adapun terapi non
farmakologis PPOK dapat diberikan dengan relaksasi nafas dan perubahan posisi.
128
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 128-135
Nebulizer dan posisi Semi Fowler dapat diberikan secara bersama-sama untuk dapat
membuka jalan nafas (Ummah & Alivian, 2020).
Tanda dan gejala yang dialami pasien PPOK adalah sesak nafas secara kronis dan
menahun serta batuk-batuk (J et al., 2020; Padila et al., 2020). Batuk yang di rasakan
oleh pasien PPOK disebabkan oleh kebiasaan merokok yang dilakukan oleh kebanyakan
laki-laki sehingga angka kejadian PPOK sebagian besar terjadi pada laki-laki (Astriani
et al., 2020; Padila et al., 2019; Pratama et al., 2019). Upaya yang dilakukan untuk
menurunkan sesak nafas yaitu dengan terapi non farmakologis. Salah satu nya adalah
pemberian posisi Semi Fowler. Penelitian yang dilakukan oleh Sahrudi & Satria (2020)
mengenai pemberian posisi Semi Fowler pada 20 orang responden penderita asma
bronkial menunjukkan bahwa terjadi penurunan frekuensi nafas dari 28x/menit menjadi
21x/menit. Posisi Semi Fowler bisa meningkatkan ekspansi paru dan menurunkan
frekuensi sesak napas dikarenakan dapat membantu otot pernapasan mengembang
maksimal.
Studi pendahuluan yang dilakukan di RS Santi Graha menunjukkan bahwa jumlah
penderita PPOK dalam dua bulan terakhir yaitu sebanyak 60 orang, dimana rata-rata
kunjungan penderita PPOK setiap bulan sebanyak 30 orang. Hasil observasi pada 5
pasien PPOK memperlihatkan bahwa rata-rata nilai saturasi pasien PPOK yang baru
berobat ke IGD adalah kurang dari 90%. Selain itu, tiga orang pasien di IGD yang
diwawancara menyatakan bahwa ketika masuk ke RS, mereka langsung dipasang O2
dan masih merasa kurang nyaman. Begitu juga saat pasien merasa sesak, mereka hanya
dipasang O2.
Sejauh ini belum ada penelitian yang mengkaji tentang pemberian posisi Semi
Fowler dalam meningkatkan saturasi oksigen pasien PPOK. Dengan adanya
permasalahan yang telah dijabarkan oleh peneliti di atas, maka peneliti tertarik untuk
mencoba menerapkan posisi Semi Fowler untuk meningkatkan nilai saturasi oksigen
pasien.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini memberikan perlakuan atau intervensi pada objek yang akan diteliti.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dimana subjek penelitiannya adalah
pasien PPOK di RS Santi Graha. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik
purposive sampling. Peneliti menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang
dipandang dapat memberikan data secara maksimal dengan jumlah sampel 30 orang
responden. Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu One Group Pre-Test dan
Post-Test. Pre-test dilakukan untuk mengetahui nilai saturasi oksigen pada pasien
PPOK sebelum diberikan posisi Semi Fowler. Setelah itu, peneliti menerapkan posisi
Semi Fowler pada pasien PPOK selama 30 menit dan dilakukan post-test untuk melihat
perubahan saturasi oksigen. Kaji etik dalam penelitian ini dilakukan oleh Komite Etik
Penelitian Kesehatan (KEPK) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng.
129
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 128-135
HASIL PENELITIAN
Tabel. 1
Distribusi Frekuensi Usia
Tabel. 3
Saturasi Oksigen Responden
Sebelum Diberikan Posisi Semi Fowler
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa rata-rata nilai saturasi oksigen pasien PPOK
sebelum diberikan posisi Semi Fowler dari 30 responden adalah 89,47 (95% CI: 88,83-
90,10) dengan standar deviasi 1,697. Nilai saturasi oksigen terendah adalah sebesar 87
dan tertinggi yaitu 93.
Tabel. 4
Saturasi Oksigen Responden
Setelah Diberikan Posisi Semi Fowler
130
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 128-135
Tabel. 5
Hasil Analisis Pre dan Post-Test
dengan Menggunakan Program Komputer
Mean p-Value
Pre-Test 89,47 0,000
Pair 1
Post-Test 95,83 0,000
Berdasarkan tabel 5, data menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada
pelaksanaan intervensi Posisi Semi Fowler terhadap saturasi oksigen pasien PPOK.
Hasil perhitungan dengan program komputer menunjukkan p-value 0,000 (p<0,005),
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Posisi Semi Fowler terhadap saturasi
oksigen pasien PPOK Rumah Sakit Santi Graha.
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini yaitu sebanyak 30 orang penderita PPOK dengan
usia 40-55 tahun yang mengalami hipoksemia. Dengan karakteristik umur responden,
yang paling banyak menderita PPOK yaitu rentang umur 46-50 tahun. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan pada 30 orang pasien PPOK di Rumah Sakit Paru dr.
Ario Wirawan Salatiga yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 15 orang pada kelompok
posisi Tripod dan 15 orang pada Diaphragmatic Breathing Exercise. Penderita PPOK
berada pada usia 56-65 tahun. Penelitian tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi
usia seseorang semakin besar juga resiko untuk terkena penyakit PPOK (Nurmalasari et
al., 2017).
Jumlah penderita PPOK pada penelitian ini dominan pada laki-laki yaitu sebanyak
23 orang (76,7%). Hasil ini membuktikan bahwa PPOK banyak menyerang laki-laki
dibandingkan perempuan. Hal ini di karenakan laki-laki memiliki kebiasaan merokok.
Konsumsi rokok yang berlebihan dapat merangsang produksi mukus pada sistem
pernafasan yang kental yang dapat menurunkan pergerakan udara, sehingga
menimbulkan pertumbuhan mikroorganisme. Penelitian yang dilakukan oleh Astriani et
al., (2020) pada 30 orang responden PPOK di RSUD Kabupaten Buleleng menunjukkan
73,3% pasien PPOK diderita oleh laki-laki. Pada umumnya PPOK dapat terjadi pada
laki-laki dan perempuan, tetapi laki-laki lebih beresiko dan insidennya lebih banyak.
131
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 128-135
132
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 128-135
SIMPULAN
Posisi Semi Fowler efektif dalam meningkkatkan saturasi oksigen pada pasien
PPOK. Metode tersebut dapat mengurangi sekresi pulmonar dan mengurangi resiko
penurunan dinding dada. Posisi Semi Fowler bisa meningkatkan expansi paru dan
menurunkan frekuensi sesak napas dikarenakan dapat membantu otot pernapasan
mengembang maksimal.
133
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 128-135
SARAN
Diharapkan masyarakat yang mengalami kesukaran napas akibat PPOK untuk
mampu mengatur posisi Semi Fowler saat istirahat agar mampu meringankan kesukaran
napas secara mandiri dan non-farmakologis. Bagi pelayanan memberikan informasi
dalam pengaplikasian pemberian posisi Semi Fowler sebagai salah satu alternatif untuk
mengurangi kesukaran bernapas akibat PPOK kepada seluruh profesi keperawatan.
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperbanyak jumlah sampel dan
mengembangkan variabel yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih variatif dan
memberikan dampak yang positif bagi pengembangan konsep dan ilmu keperawatan
dalam hubungannya dengan pemberian posisi Semi Fowler. Peneliti juga berharap
bahwa penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dasar dalam melaksanakan
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan topik permasalahan yang sama yaitu
berkaitan dengan saturasi oksigen dan pemberian posisi Semi Fowler.
DAFTAR PUSTAKA
Amiar, W., & Setiyono, E. (2020). Efektivitas Pemberian Teknik Pernafasan Pursed
Lips Breathing dan Posisi Semi Fowler terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen
pada Pasien TB Paru. Indonesian Journal of Nursing Science and Practice, 3(1),
7-13. https://doi.org/10.24853/ijnsp.v3i1.7-13
Astriani, N. M. D. Y., Ariana, P. A., Dewi, P. I. S., Heri, M., Cita, E. E. (2020). PKM :
Pelatihan Relaksasi Nafas Ballon Blowing untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen
pada Warga Desa Bungkulan Singaraja. VIVABIO: Jurnal Pengabdian
Multidisiplin, 2, 1–7. https://doi.org/10.35799/vivabio.2.2.2020.30279
Astriani, N. M. D. Y., Aryawan, K. Y., & Heri, M. (2020). Teknik Clapping dan Vibrasi
Meningkatkan Saturasi Oksigen Pasien PPOK. Jurnal Keperawatan Silampari,
4(1), 248–256. https://doi.org/10.31539/jks.v4i1.1767
Astriani, N. M. D. Y., Dewi, P. I. S., & Yanti, K. H. (2020). Relaksasi Pernafasan
dengan Teknik Ballon Blowing terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen pada
Pasien PPOK. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 426–435.
https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1049
Dinas Kesehatan. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2018.
https://www.diskes.baliprov.go.id/download/profil-kesehatan-buleleng-tahun-
2018/
Firdaus, S., Ehwan, M. M., & Rachmadi, A. (2019). Efektivitas Pemberian Oksigen
Posisi Semi Fowler dan Fowler terhadap Perubahan Saturasi pada Pasien Asma
Bronkial Persisten Ringan. JKEP, 4(1), 31–43.
https://doi.org/10.32668/jkep.v4i1.278
J, H., Padila, P., Andri, J., Andrianto, M., & Yanti, L. (2020). Frekuensi Pernafasan
Anak Penderita Asma Menggunakan Intervensi Tiup Super Bubbles dan Meniup
Baling Baling Bambu. Journal of Telenursing (JOTING), 2(2), 119-126.
https://doi.org/10.31539/joting.v2i2.1409
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-
riskesdas-2018_1274.pdf
Khasanah, S. (2019). Perbedaan Saturasi Oksigen dan Respirasi Rate Pasien Congestive
Heart Failure pada Perubahan Posisi. Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah,
2(1), 1-54. https://doi.org/10.32584/jikmb.v2i1.157
Mustikarani, A., & Mustofa, A. (2020). Peningkatan Saturasi Oksigen pada Pasien
134
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 128-135
Stroke Melalui Pemberian Posisi Head Up. Ners Muda, 1(2), 114-119.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i2.5750
Nurmalasari, S., Kristiyawati, P., & SN, M. S. A. (2017). Efektifitas Diaphragmatic
Breathing Exercise terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen pada Pasien PPOK di
RS Paru Dr Ario Wirawan Salatiga. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 6,
1-12. e-journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/652
Nurmayanti, N., Waluyo, A., Jumaiyah, W., & Azzam, R. (2019). Pengaruh Fisioterapi
Dada, Batuk Efektif dan Nebulizer terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen dalam
Darah pada Pasien PPOK. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(1), 362–371.
https://doi.org/10.31539/jks.v3i1.836
Padila, P., Febriawati, H., Andri, J., & Dori, R. (2019). Perawatan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita. Jurnal Kesmas Asclepius, 1(1), 25-34.
https://doi.org/10.31539/jka.v1i1.526
Padila, P., J, H., Yanti, L., Setiawati, S., & Andri, J. (2020). Meniup Super Bubbles dan
Baling-Baling Bamboo pada Anak Penderita Pneumonia. Jurnal Keperawatan
Silampari, 4(1), 112-119. https://doi.org/10.31539/jks.v4i1.1545
Pratama, M., Gurning, F., & Suharto, S. (2019). Implementasi Penanggulangan
Tuberkulosis di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan. Jurnal Kesmas
Asclepius, 1(2), 196-205. https://doi.org/10.31539/jka.v1i2.961
Qorisetyartha, N., Kristiyawati, S. P., & Arief, M. S. (2018). Efektivitas Pursed Lips
Breathing dengan Diaphragma Breathing terhadap SaO2 Pasien Pneumonia di
RSP Dr. Ariowirawan Salatiga. Jurnal ILmu Keperawatan dan Kebidanan, 6, 1-
15.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/636/
634
Sahrudi, S., & Satria, M. (2020). Posisi Semi Fowler Menurunkan Frekuensi Napas.
Jurnal Antara Keperawatan, 3(2), 59-65.
https://doi.org/10.37063/antaraperawat.v3i2.181
Suhatridjas, S., & Isnayati, I. (2020). Posisi Semi Fowler terhadap Respiratory Rate
untuk Menurunkan Sesak pada Pasien TB Paru. Jurnal Keperawatan Silampari,
3(2), 566–575. https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1116
Ummah, A. K., & Alivian, G. N. (2020). Implementation of Pursed Lip Breathing and
Semi Fowler Position in COPD Patients which Get Nebulizer in IGD : A
Literature Review. Jurnal of Bionursing, 2(3), 208–214.
https://doi.org/10.20884/bion.v2i3.74
Wijayati, S., Ningrum, D. H., & Putrono, P. (2019). Pengaruh Posisi Tidur Semi Fowler
450 terhadap Kenaikan Nilai Saturasi Oksigen pada Pasien Gagal Jantung
Kongestif di RSUD Loekmono Hadi Kudus. Medica Hospitalia: Journal of
Clinical Medicine, 6(1), 13–19. https://doi.org/10.36408/mhjcm.v6i1.372
Yulia, A., Dahrizal, D., & Lestari, W. (2019). Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi
terhadap Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nafas pada Pasien Asma. Jurnal
Keperawatan Raflesia, 1(1), 67–75. https://doi.org/10.33088/jkr.v1i1.398
135
https://stikes-nhm.e-journal.id/NU/index
SUBMISSION TRACK A B S T R A C T
Recieved: November 28, 2022 Indonesia has the highest ranking of deaths from CHF in
Final Revision: November 29, 2022 Asia with 371,000 people. Central Java ranks third in the
Available Online: November 30, 2022 number of heart failure sufferers in Indonesia. Shortness
of breath and impaired oxygenation requirements are
KEYWORDS important problems in CHF patients. Positioning at 30 o,
45o and 60o is expected to have a positive effect on
CHF, Pemberian Posisi, Saturasi oxygen saturation and respiration rate in CHF patients.
Oksigen, Respiration Rate This study aims to determine the effect of giving 30 o, 45o,
and 60o positions on oxygen saturation and respiration
CORRESPONDENCE rate in CHF patients in the Emergency Room. The
research design uses a quasy experiment design method
Phone: 081914450545
with a times series approach. The sampling technique in
E-mail: bagus@stikestelogorejo.ac.id this study used purposive sampling, with a total sample
of 30 respondents. The data collection tools used in this
study were pulse oximetry to measure oxygen saturation,
Vital Sign Monitor to measure respiration rate, as well as
oxygen saturation observation sheets, respiration rate
observation sheets and respondent characteristic
questionnaires. In this study, each respondent measured
the pre-test of oxygen saturation and respiratory rate
before the intervention was carried out, then they were
given a position of 30o, 45o, and 60o respectively with the
treatment of each position being carried out for 30
minutes, each change in position was measured post-
test. The results of this study indicate that the positioning
of 30o, 45o and 60o in CHF patients is proven to increase
oxygen saturation and reduce respiration rate (shortness
of breath) in CHF patients in the ED (P value <0.000).
Although all of these position changes affect oxygen
saturation and respiratory rate, the 45 o position has a
better effect in increasing oxygen saturation and
reducing the respiratory rate (shortness of breath) in
CHF patients compared to 30o and 60o positions.
145
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)
I. INTRODUCTION
Penyakit jantung merupakan penyebab Pemberian posisi tidur (positioning) pada
kematian tertinggi di Indonesia pasien CHF sangat penting untuk
(Kemenkes RI, 2019). Salah satu mengatasi sesak nafas dan
penyebab utama kematian yang meningkatkan saturasi oksigen pasien
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler (Yesni, 2019). Posisi yang dapat
menurut AHA tahun 2021, adalah diberikan untuk mengatasi masalah
Congestive Heart Failure (CHF) sebesar tersebut yaitu dengan pemberian posisi
9,6% (Virani et al., 2021). semi fowler (30o-45o) serta posisi fowler
(45-60o) (Zahroh dan Susanto, 2017).
Penderita CHF sebesar 30 juta jiwa di Pemberian posisi tidur yang tepat dapat
dunia, dimana 60% nya berada di Asia menurunkan konsumsi oksigen dan
(Dewan et.al, 2019). Indonesia meningkatkan ekspansi paru yang
menduduki peringkat tertinggi kematian maksimal, serta mengatasi kerusakan
akibat CHF di Asia dengan jumlah pertukaran gas yang berhubungan
penderita 371 ribu jiwa (Aurita dan dengan perubahan membran kapiler
Hudiyawati, 2019). Jawa Tengah alveolus (Iyonu, Zees dan Kasim, 2014).
menduduki peringkat ketiga jumlah
penderita gagal jantung terbanyak di Penelitian Khasanah (2019)
Indonesia. Prevalensi CHF tertinggi menunjukkan bahwa posisi fowler dapat
pada usia 65 – 74 tahun (0,5 %) dengan meningkatkan status pernafasan pasien
angka kematian 45 % – 50 % (Aune (SpO2 dan RR) dapat menjadi lebih baik
et.al, 2019). dibandingkan posisi kepala yang lebih
rendah. Selain itu, Penelitian Moaty,
Masalah yang sering terjadi pada pasien Mokadem dan Elhy (2017) tentang efek
CHF adalah nyeri dada dan sesak nafas. posisi semi fowler terhadap oksigenasi
Nyeri dada pada pasien CHF seringkali dan status hemodinamik pada pasien
disebabkan karena penurunan suplai dengan cedera kepala menunjukan
oksigen ke miokardium yang bahwa posisi semi fowler dengan elevasi
menyebabkan kematian sel jantung, 30° memiliki dampak positif terhadap
sedangkan sesak nafas yang dialami pernapasan dengan hasil terjadinya
pasien CHF disebabkan oleh kelainan peningkatan PaO2, SaO2, dan RR serta
struktur dan fungsi jantung yang penurunan PaCO2. Lain halnya dengan
mengakibatkan kerusakan fungsi penelitian Wijayati, Ningrum dan Putrono
ventrikel untuk memenuhi kebutuhan (2019) yang menunjukkan bahwa
nutrisi dan oksigen ke jaringan tubuh pemberian posisi semifowler 45o
(Sulastini et.al, 2018). berdampak terhadap kenaikan SpO2
pasien CHF. Sedangkan hasil penelitian
Gangguan kebutuhan oksigenasi Damayanti (2020) menyatakan bahwa
menjadi masalah penting pada pasien 64% pasien asma menyatakan lebih
CHF. Menurut Suratinoyo (2016) pada nyaman dan sesak nafas berkurang
pasien CHF sering kesulitan setelah diberikan posisi 30-45°, dan
mempertahankan oksigenasi sehingga hanya 24% yang menyatakan nyaman
mereka cenderung sesak nafas. Untuk dan sesak nafas berkurang setelah
itu, sebaiknya masalah tersebut segera diberikan posisi 60°
ditangani agar tidak memperparah
kondisi tubuh pasien. Hal tersebut dapat Berdasarkan hasil studi pendahuluan
ditangani dengan tindakan keperawatan yang dilakukan pada 7 orang pasien
salah satunya memberikan posisi yang CHF pada tanggal 14 November 2021 di
nyaman bagi pasien (Haas, 2015) SMC RS Telogorejo diperoleh data
146
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)
bahwa semua pasien mengalami sesak Penelitian ini dilaksanakan di ruang IGD
nafas saat beraktivitas dan istirahat tidur. SMC RS Telogorejo pada tanggal 5-25
Pasien CHF juga mengalami nyeri dada Mei 2022. Adapun alat pengumpulan
mendadak saat aktivitas dan sesak data yang digunakan dalam penelitian ini
nafas sehingga mengakibatkan pasien adalah pulse oksimetri untuk mengukur
susah tidur dan gelisah serta tidur tidak saturasi oksigen, Vital Sign Monitor
nyenyak. Upaya yang dilakukan untuk mengukur respiration rate, serta
beberapa pasien untuk mengatasi sesak lembar observasi saturasi oksigen,
nafas dengan cara minum obat dan lembar observasi respiration rate dan
tidur dengan posisi kepala lebih tinggi angket karakteristik responden.
disangga menggunakan 2-3 bantal agar Penelitian ini telah lolos etchical
nafas lebih enak. Pasien CHF clearance dari Komite Etik Penelitian
mengatakan dengan diberikan posisi Kesehatan RS Telogorejo Semarang
tidur kepala ditinggikan 45o, sesak dengan Nomor:
menjadi berkurang. Begitu pula dengan 10267/TU.710/KEPK/K/2022. Penelitian
pemberikan posisi tidur 300 sesak dirasa ini masing-masing responden diukur pre
tidak terlalu berarti, namun ketika posisi test saturasi oksigen dan respiration rate
tidur dirubah menjadi 60o pasien sebelum dilakukan intervensi, kemudian
mengaku kembali mengalami sesak diberikan posisi 30o, 45o, dan 60o secara
nafas. berurutan dengan perlakuan masing-
masing posisi dilakukan selama 30
Berdasarkan fenomena serta evidence menit, setiap perubahan posisi diukur
based terkait yang menunjukkan bahwa post testnya. Perubahan posisi diakukan
masih terdapat perbedaan hasil yang sesuai dengan SOP yang ditetapkan.
bervariatif antara posisi 30o, 45o, dan 60o Penelitian ini menggunakan uji statistik
terhadap saturasi oksigen dan sesak Frieadman dengan uji post hoc
nafas pasien CHF, sehingga membuat menggunakan uji Wilcoxon.
peneliti tertarik melakukan penelitian ini
dengan tujuan untuk mengetahui III. RESULT
pengaruh pemberian posisi 30o, 40o dan Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan
45o terhadap saturasi oksigen dan karakteristik responden (n = 30)
respirasion rate pada pasien CHF di Persentase
Variabel Frekuensi (f)
Instalasi Gawat Darurat (%)
Usia
II. METHODS 46-50 Tahun 4 13.33
51-55 Tahun 5 16.67
Desain penelitian ini menggunakan 56-60 Tahun 11 36.67
metode quasy experiment design >60 Tahun 10 33.33
dengan pendekatan times series. Jenis
Teknik pengambilan sampel pada Kelamin
penelitian ini menggunakan purposive Laki-laki 8 26.7
Perempuan 22 73.3
sampling, dengan jumlah sampel
Pendidikan
sebanyak 30 responden. Kriteria Inklusi SMP 5 16.7
dalam penelitian ini antara lain: pasien SMA 15 50
CHF NYHA 1-4 dan dyspnea yang Sarjana 10 33.3
ditandai dengan SpO2 <94%, RR 26- Pekerjaan
Tidak Bekerja 13 43.3
46x/menit, sedangkan kriteria ekslusi
IRT 7 23.3
dalam penelitian ini adalah: pasien PNS 6 20
mengundurkan diri sebagai responden, Wiraswasta 4 13.4
pasien tidak kooperatif, dan pasien yang Klasifikasi
mengalami penurunan kesadaran. NYHA
147
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)
148
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)
149
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)
reponden yang mengalami penurunan posisi 30o dan 60o. Selain itu, untuk
saturasi oksigen, 5 responden yang tidak melihat perbedaan respiration rate pada
mengalami perubahan, dan sisanya 20 masing masing posisi dapat dilihat
responden mengalami kenaikan, melalui uji post hoc dengan uji Wilcoxon.
sedangkan jika dibandingkan dari posisi
45o dan 60o sebanyak 27 responden Tabel 7. Analisis uji post hoc respiration
mengalami penurunan saturasi oksigen rate berdasarkan sebelum dan sesudah
sebanyak 27 responden dan 3 diberikan posisi 30o, 45o, dan 60o
responden tidak mengalami perubahan Respirati Negatif Positif
Ties Z
p-
saturasi oksigen. Berdasarkan data on rate Rank Rank value
dalam penelitian ini dapat ditarik Posisi
30o_Pre 30 0 0 -4.786 0.000
kesimpulan bahwa pemberian posisi 45o Test
efektif dalam meningkatkan saturasi Posisi
oksigen dan aman bagi pasien CHF. 45o _Pre 30 0 0 -4.791 0.000
test
Tabel 6. Perbedaan respiration rate Posisi
60o_Pre 30 0 0 -4.793 0.000
pasien CHF sebelum dan sesudah Test
diberikan posisi 30o, 45o, dan 60o Posisi
(n=30) 45o _ 16 11 3 -0.507 0.621
Mean Posisi 30o
Respiration Rate P value
Rank Posisi
Sebelum diposisikan 4.00 60o_
11 15 4 -1.021 0.307
Setelah diposisikan Posisi
2.02
30o 30 o
150
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)
perbandingan dari posisi 30o dengan satu posisi nyaman yang diberikan
posisi 60o terdapat 4 reponden pada pasien adalah posisi Semi
responden yang tidak mengalami Fowler. Pengaturan posisi Semi
perubahan respiration rate, 15
Fowler 45o sangat efektif pada
responden mengalami peningkatan dan
sisanya 11 responden mengalami penyakit kardiopulmonari. Metode
penurunan, sedangkan jika tersebut dapat mengurangi sekresi
dibandingkan dari posisi 45o dan 60o pulmonar dan mengurangi resiko
sebanyak 7 responden mengalami penurunan dinding dada. Penelitian
penurunan respiration rate, 21 yang dilakukan oleh Khasanah
responden mengalami kenaikan (2019) menunjukkan bahwa rerata
responden dan 2 responden tidak
saturasi oksigen (SaO2), dari posisi
mengalami perubahan respiration rate.
Berdasarkan data dalam penelitian ini Head Up ke Semi Fowler mengalami
dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan 0.5 point dan dari posisi
pemberian posisi 45o efektif dalam Semi Fowler ke Fowler juga
dalam menurunkan respiration rate mengalami peningkatan sebesar 0,2
(sesak nafas) pasien CHF. point.
151
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)
152
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)
153
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)
REFERENCES
Annisa, Rizky, Utomo, Wasisto., dan Utami. Sri. (2018). Pengaruh perubahan posisi
terhadap pola nafas pada pasien gangguan pernafasan. Program Studi Ilmu
Keperawatan, Universitas Riau.
Apriani, & Febriani, S. (2017). Hubungan kegawatdaruratan dengan waktu tanggap
pada pasien jantung koroner. Jurnal Kesehatan, 8(3), 471–477.
Astriani, Ni Made Dwi Yunica., dan Sandy, Putu Wahyu Sri Juniantari. (2021).
Pemberian posisi semi fowler meningkatkan saturasi oksigen pasien ppok.
Journal of Telenursing (JOTING), 3(1), 128-135, Juni 2021 e-ISSN: 2684-
8988 p-ISSN: 2684-8996 DOI: https://doi.org/10.31539/joting.v3i1. 2113.
Aurita, N., R & Hudiyawati, D. (2019). Gambaran kebutuhan spiritual pada pasien gagal
jantung di rsud dr. moewardi surakarta (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Bahrudin, M. (2018). Pemeriksaan klinis di bidang penyakit saraf. UPTD. Penerbitan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Damayanti, W. W. (2020). Literatur review: Pengaruh pengaturan posisi terhadap
bersihan jalan napas pada pasien dengan asma bronchial. Literatur Review.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Keperawatan.
Ekacahyaningtyas, Martina., Dwi Setyarini, Wahyu Rima Agustin, Noerma Shovie
Rizqiea. (2017). Posisi head up 300 sebagai upaya untuk meningkatkan saturasi
oksigen pada pasien stroke hemoragik dan non hemoragik. Adi Husada Nursing
Journal, 3(2), 55-59.
El-Moaty, A.M.A, El-Mokadem, N.M., Abd-Elhy, A.H.,. (2017). Effect of Semi Fowler’s
Positions on Oxygenation and Hemodynamic Status among Critically Ill Patients
withTraumatic Brain Injury.
Haas, B, Muflihatin, S., K. (2015). Analisis praktik klinik keperawatan pada klien dengan
congestive hearth failure fc iii – iv dengan intervensi inovasi pengaturan posisi
fowlers’ wt 30o terhadap perbaikan curah jantung di ruang icu rsuda.w sjahrinie
samarinda tahun 2015. Riset keperawatan. Stikes Muhammadiyah Samarinda.
Iyonu, R., Zees, R/. F., dan Kasim, V. A. (2014). Hubungan posisi tidur semi fowler
dengan kualitas tidur pada klien gagal jantung kongestif di rsud m.m dunda
limboto. Riset keperawatan. https://repository.ung.ac.id/riset
keperawatan/show/841410032/ hubungan-posisi-tidur- semi-fowler-dengan-
kualitas-tidur-pada-klien-gagal-jantung-kongestif-di- rsud-mm-dunda-
limboto.html.
Junaidi,I. (2014). Hipertensi : Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta : PT
Bhuana Ilmu Populer.
Kasron. (2017). Buku ajar: Gangguan sistem kardiovaskuler. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Kemenkes RI. (2019). Laporan Nasional Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Indonesia tahun 2018. Jakarta: Lembaga Penerbit BadanPenelitian dan
Pengembangan Kesehatan (LPB).
Khasanah, S., Yudono, Danang Tri., dan Surtiningsih. (2019). Perbedaan saturasi
oksigen dan respirasi rate pasien congestive heart failure pada perubahan
posisi. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, XII(1), 68-77.
Moaty, A. M. A,Mokadem, N. M dan Elhy, A. H.A. (2017). Effect of Semifowler’s
Positions on Oxygenation and Hemodynamic Status among Critically III Patients
154
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)
155
Volume: 3, No. 1
Juni 2020
e-ISSN: 2622 - 0997
Website: jurnal.umj.ac.id
Indonesian Journal of Nursing Science and Practice
Email: ijnsp@umj.ac.id
*windaamiar@gmail.com
ABSTRAK
Salah satu tanda dan gejala pada pasien TB Paru yaitu sesak nafas dan sering terjadi penurunan oksigen.
Intervensi yang bisa dilakukan untuk mengurangi sesak pada pasien TB paru adalah dengan teknik pernfasan
pursed lips breathing dan perubahan posisi semi fowler. Pursed Lips Breathing merupakan salah satu teknik
termudah dalam mengurangi sesak nafas dengan cara membantu masuknya udara ke dalam paru dan mengurangi
energi yang dikeluarkan saat bernafas. Posisi semi fowler mengandalkan gaya gravitasi untuk membantu
melancarkan jalan nafas menuju ke paru sehingga oksigen akan mudah masuk. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui Efektivitas Pemberian Teknik Pernafasan Pursed Lips Breathing dan Posisi Semi Fowler Terhadap
Peningkatan Saturasi 02 Pada Pasien TB Paru. Jenis penelitian ini menggukan quasi experiment dengan
pendekatan pre dan post-test dengan sample 12 orang. Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata satu saturasi
oksigen sebelum dilakukan tindakan pursed breathing 93.17, dan sesudah dilakukan pursed lis breathing 96.30.
sedangakan untuk intervensi perubahan posisi semi fowler, sebelum dilakukan perubhann semi fowler rata-rata
92.83, dan sesudah dilakukan semi fowler 95.17. hasil uji T dependent didapkan hasil p value <0.05 berati ada
perbedaan antara pemberian intervensi pursed lips breathing dan posisi semi fowler terhadap peningkatan
oksigen. Pursed Lips breathing lebih efektif untuk meningkatkan saturasi oksigen pada pasien TB Paru
Kata kunci: Pursed lips breathing, semi fowler, peningkatan oksigen, TB paru
ABSTRACT
One of the signs and symptoms in pulmonary TB patients is shortness of breath and frequent oxygen depletion.
Interventions that can be done to reduce tightness in pulmonary TB patients are breathing pursed lips breathing
techniques and changes in semi-fowler position. Pursed Lips Breathing is one of the easiest techniques to reduce
shortness of breath by helping the entry of air into the lungs and reduce the energy expended during breathing.
The semi-fowler position relies on the force of gravity to help launch the airway to the lungs so that oxygen will
easily enter. The purpose of this study was to determine the Effectiveness of Pursed Lips Breathing Respiratory
Technique and Semi Fowler Position on Increased Saturation 02 in Lung TB Patients. This type of research uses
a quasi experiment with a pre and post-test approach with a sample of 12 people. The results of this study
indicate an average of one oxygen saturation before the pursed breathing action 93.17, and after the pursed lis
breathing 96.30. while for the intervention of semi-fowler position changes, before the semi-fowler changes are
done an average of 92.83, and after semi-fowler 95.17. T dependent test results revealed the results of p value
<0.05 means there is a difference between giving pursed lips breathing intervention and semi-Fowler position to
increase oxygen. Pursed lips breathing is more effective for increasing oxygen saturation in pulmonary TB
patients.
7
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)
8
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)
9
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)
Tabel 2.
Distribusi Nilai Saturasi Oksigen TB Paru yang PEMBAHASAN
Mendapatkan Intervensi Teknik Pernafasan Perbandingan nilai saturasi oksigen sebelum
Pursed Lips Breathing dan sesudah pemberian teknik pernafasan
Variabel Sebelum Sesuah pursed lips breathing dan posisi semi fowler
Frekuensi (%) Frekuensi (%) pada pasien TB paru
Normal - - 5 83.3 Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai
Hipoksia 6 100 1 16.7 saturasi responden sebelum dilakukan
ringan-
sedang
intervensi pursed lips breathing, mayoritas
pada ringan – sedang sebanyak 6 orang
Tabel 3. (100%), kemudian nilai saturasi169 setelah
Distribusi Nilai Saturasi Oksigen TB Paru yang diberikan intervensi pursed lips breathing yaitu
Mendapatkan Intervensi Posisi Semi Fowler normal 5 orang (88,3%), dan hipoksia ringan 1
Variabel Sebelum Sesuah orang (16,7%), dengan mean 96.30 dan p value
Frekuensi (%) Frekuensi (%) 0.002. Saturasi oksigen pada responden yang
Normal - - 4 66.7 diberikan intervensi teknik pernafasan pursed
Hipoksia 6 100 2 33.3
ringan- lips breathing mengalami peningkat dari
sedang hipoksia ringan menjad normal dengan adanya
latihan teknik pernafasan pursed lips breathing
dapat meningkatkan ventilasi paru.
Menurut Garrod dan Mathieson
(2012),pursed lips breathing merupakan bagian
dari latihan napas yang diperlukan untuk
10
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)
pasien yang mengalami gangguan pada sistem Perbandingan efektivitas pemberian teknik
pernapasan, karena pursed lips breathing pernafasan pursed lips breathing dengan
memberikan efek yang baik terhadap sistem posisi semi fowler pada pasien TB paru
pernapasan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
Penelitian yang dilakukan oleh Visser, dimana nilai saturasi oksigen setelah dilakukan
Ramlal, Dekhuijzen dan Heijdra (2010) yang pemberian teknik pernfasan pursed lips
meneliti tentang pengaruh Pursed Lips breathing dengan rata- rata 96,50 (normal)
Breathing terhadap peningkatan kapasitas dengan standar devisai 1,517 dan nilai saturasi
inspirasi pada penderita obstruksi kronik oksigen setelah dilakukan posisi semi fowler
pulmonal, menyimpulkan bahwa Pursed Lips dengan rata-rata 95,17 (normal) dengan standar
Breathing dapat meningkatkan kapasitas deviasi 0,477.
inspirasi pulmonal, saturasi oksigen, dan Hasil uji statistik diperoleh P Value =
penurunan frekuensi nafas secara signifikan. 0,025 ( P value 0,025 < α 0,05) maka dapat
Nilai saturasi responden sebelum disimpulkan ada pengaruh yang signifikan
dilakukan intervensi semi fowler, mayoritas anatara pemberian pursed lips breathing dan
pada ringan – sedang sebanyak enam orang posisi semi fowler terhadap nilai saturasi
(100%), kemudian nilai saturasi setelah oksigen pada pasien TB paru.
diberikan intervensi pursed lips breathing yaitu Teknik pursed lips breathing
normal 4 orang (66,7%), dan hipoksia ringan 2 merupakan teknik pernafasan yang bertujuan
orang (33,3%) dengan mean 95.17 dan p value untuk meningkatkan ventilasi secara maksimal.
0.001. Saturasi oksigen pada responden yang Respon yang diharapkan pasien mampu
diberikan intervensi posisi semi-fowler bernafas dengan dalam dan mengempangkan
mengalami peningkat dari hipoksia ringan paru–parunya dengan sempurna, pasien mampu
menjad normal dengan adanya posisi ini menggunakan teknik-teknik pernfasan untuk
dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan meningkatkan ventilasinya (Andarmoyo,
dan memfasilitasi fungsi pernafasan pasien. 2012).
Pada penelitian Qorisetyartha, Niko Menurut Garrod dan Mathieson (2012)
(2017), posisi semi fowler dilakukan sebagai PLB merupakan bagian dari latihan napas yang
cara untuk mengurangi dan membantu diperlukan untuk pasien yang mengalami
menangani sesak nafas. Posisi semi fowler gangguan pada sistem pernapasan, karena PLB
dengan derajat kemiringan 30-45 derajat, yaitu memberikan efek yang baik terhadap sistem
mengandalkan gaya gravitasi untuk membantu pernapasan. Tahap mengerutkan bibir ini dapat
pengembangan paru dan mengurangi tekanan memperpanjang ekshalasi, hal ini akan
dari abdomen dan diafragma. Adanya mengurangi udara ruang rugi yang terjebak
pelebaran saluran napas dapat meningkatkan dijalan napas, dan meningkatkan pengeluaran
oksigen yang diinspiasi atau dihirup pasien. CO2 dan menurunkan kadar CO2 dalam darah
Dengan meningkatnya oksigen dalam tubuh, arteri serta dapat meningkatkan O2 sehingga
peningkatan oksigen dalam hemoglobin juga akan terjadi perbaikan homeostasis yaitu kadar
ikut meningkat begitu juga dengan saturasi CO2 dalam darah arteri normal, dan pH darah
oksigen pasien. Oleh karena itu, pemberian juga akan menjadi normal (Muttaqin, 2013).
posisi semi fowler dapat meningkatkan oksigen
dalam darah. KESIMPULAN
Usia: kelompok pursed lips breathing
dengan usia rata-rata 45.83, dan untuk posisi
semi fowler dengan usia rata-rata 49.83 Jenis
kelamin pada penelitian ini lebih banyak laki-
laki yaitu 4 orang laki-laki (66,7%) dan 2 orang
11
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)
12
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)
13