Anda di halaman 1dari 86

Posisi Semifowler Untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen pada Pasien Post Operatif

Menggunakan Teknik General Anestesi dengan Komorbid Asma

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Evidence Based Practice

Dosen Pengampu:
Rosa Delima Ekwantini, S.Kp., M. Kes.

Disusun Oleh:

Kelompok 6

1. Febby Oktaviani Putri P07120320058


2. Ayu Vika Mardiana P07120320067
3. Rheisa Aurellia Syahputri P07120320080
4. Lisa Khairrunisa P07120320081
5. Ziqri Dimas Sandy P07120320099

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Jurusan Keperawatan

Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi

Tahun 2023
A. Ilustrasi Kasus

Kasus

Pasien Ny. T berusia 31 tahun datang ke Poli Gigi dan Mulut dengan keluhan sering
mengalami sakit kepala sejak sekitar 2 Bulan yang lalu, Gusi Bengkak, serta rasa nyeri
dirasakan terutama di daerah pipi sebelah kiri pasien. Pasien juga mengeluhkan daerah
rahang bawah kiri terasa kurang nyaman. Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit
penyerta asma, kemudian pasien disarankan oleh dokter untuk melakukan tindakan operasi,
dan kemudian pasien setuju untuk dilakukan tindakan operasi yakni Odontektomy berupa
pencabutan gigi (Impaksi) molar ketiga pada rahang bawah kirinya dengan teknik General
Anestesi atau Anestesi Umum.

Pre Operasi

Pasien Ny. T Umur 31 Tahun dengan nomor Rekam Medik 9103** datang ke Poli Gigi
pada tanggal 1 November 2022 pukul 09.00 WIB, setelah dilakukan pemeriksaan dan
wawancara oleh dokter disana pasien di diagnosa impaksi gigi Molar ketiga + Comorbid
asma dan harus melakukan tindakan Odontektomy dengan teknik general anestesi sebagai
solusinya. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan mulai dari swab, Rontgen,
laboratorium serta juga pasien diminta rawat inap terlebih dahulu karna akan di lakukan
visit dan pengecekan kelayakan bedah oleh drg. S**. Sp.BM dan juga dr. S***, Sp.An
kemudian setelah mendapatkan Surat izin operasi dan surat izin Anestesi pasien
direncanakan operasi pada 2 November 2022 pukul 08.30 WIB. Adapun persiapan yang
disampaikan oleh dr. S***, Sp. An adalah untuk pasien berpuasa selama kurang lebih 6
jam, kemudian pasien juga di minta untuk melepaskan accecoris yang akan mengganggu
operasi seperti kuku palsu, dan juga si pasien di minta mendengarkan penjelasan dokter
dalam pembiusan nantinya.

Pada tanggal 2 November 2022, pasien di antarkan menuju IBS dan saat di ruang transit
akan dilakukan asesmen ulang kembali, Selanjutnya pasien juga mengatakan kepada dr
Anestesi dan penata Anestesi bahwasanya dia sudah pernah melakukan operasi
sebelumnya namun merasa tetap cemas, lalu pasien juga mengatakan memiliki riwayat
penyakit asma. Kemudian pasien juga tidak memiliki kebiasaan merokok, NAPZA, serta
minuman alkohol. Sementara itu dari pemeriksaan objektif pun berupa tanda tanda vital
pasien masih dalam keadaan Batas Normal yakni, TD: 106/76 mmHg, Nadi: 80x/menit,
RR: 20x/menit, Sp02: 97%, lalu dari pengecekan Status pasien baik laboratorium ataupun
Rontgen dalam keadaan Batas Normal dan bisa dilakukan tindakan operasi.

Intra Operasi

Sebelum melakukan operasi Dr Anestesi dan penata Anestesi mempersiapkan obat obatan
terlebih dahulu apalagi si pasien memiliki riwayat penyakit asma, sehingga obat yang di
siapkan adalah sebagai berikut

1. Analgetik = Fentanyl 50 Mcg

2. Hipnotik = Propofol 150 mg

3. Relaxan = Rocurronium = 15 mg (diberikan karna asma)

4. Premedikasi = Ondansentron 4 mg dan Sulfat Atrophin 2,5 mg

5. Analgetik Post OP = Dexamethason 5 mg dan tramadol 100 mg

6. Obat Kolinetrase = Neostigmin 0,5 mg, Sulfat Atrophin 0,25 mg

7. Obat Koagulan = Tranexamid Acid 1000 mg

Kemudian dr Anestesi dan penata anestesi juga mempersiapkan alat yakni:

S: Scope dan Laringoskop

T: Tube (ETT dan LMA)

A: Airway (OPA/Guedel)

T: Tape (Plaster/hipafik)

I: Inducer (Stilet)

C: Connection (Penghubung respirasi mask dengan ventilator)

S: Suction
Untuk intubasi si pasien setelah disiapkan, pasien di masukan ke dalam ruangan dan mulai
penata pasangkan alat alat monitoring TTV, selanjutnya mulai memasukkan Premedikasi,
selang 2 menit, di ikuti analgetik, hipnotik, dan juga relaxan seperti yang disebutkan di atas,
setelah obat obatan masuk, pasien di bantu pernafasan dan stimulus dengan halotan yakni
sevofluran 2L dicampur dengan 02 = 50 % (2L) serta N20 50% (2L), lalu di ventilator ke
pasien sampai sudah benar benar terbius, setelah dipastikan bener bener sudah terbius, baru
mulai untuk mengintubasi pasien dengan menggunakan tube berupa Nasotracheal Tube
yang dimasukan melalui hidung, setelah di laringoskop dan di masukan NTT nya
kemudian di fiksasi dan di sambungkan ke ventilator, kemudian pantau nafas pasien
apakah normal atau tidak, setelah di pastikan semua normal, tindakan bedah dapat dimulai
dan kita bisa memasukan obat Tranexamid Acid sebanyak 1000 mg, selanjutnya
monitoring TTV serta keadaan pasien dan laporkan pada catatan operasi setiap 10 menit
sekali, saat operasi hampir selesai, berikan juga obat reverse yakni Neostigmin 0,5 mg, dan
SA 0,25 mg lalu nafas pasien tetap di pantau kemudian selanjutnya siapkan analgetik
berupa Dexamethason 5 mg serta Tramadol 100 mg kedalam cairan infus tutosol 500 ml

Hasil selama intra operasi:

1. Tidak ada terjadi iritasi pernafasan karena menggunakan obat tidak mengiritasi dan
teknik yang sesuai SOP

2. Monitoring dilakukan sesuai SOP dan berkala

3. Kedalaman Anestesi cukup sampe tindakan bedah selesai

4. Nafas pasien saat di beri reverse mulai spontan dan mengurangi komplikasi pernafasan
pada saat nanti ekstubasi

Post Operasi

Pada post operasi pasien akan disadarkan dari keadaan bius menjadi sadar sepenuhnya
dengan cara ekstubasi, adapun pada ekstubasi harus benar benar di monitoring keadaan
pasien terutama pernafasan, karena akan sering terjadi gangguan pernafasan seperti spasme
ataupun keadaan lainnya apalagi pada pasien asma, adapun langkah yang kita lakukan
adalah, pertama mengubah ventilator dari mode mesin ke mode manual, bantu pernafasan
pasien kemudian tunggu nafas pasien mulai spontan atau mulai baik, lalu siapkan suction
dan mulai suction dari bagian ETT nasal kemudian ke mulut juga sampe bersih tidak
terdengar suara nafas tambahan, lalu lepaskan fiksasi ETT nasal, kemudian cek lagi nafas
spontan pada monitoring, jika sudah baik baru bisa di lepaskan, kemudian sambungkan
ventilator dengan sungkup dan berikan pasien oksigen murni, tunggu sampai dengan
saturasi pasien normal dan keadaan sudah sadar agar mengurangi resiko pernafasan, jika
sudah, pasien bisa di antarkan ke ruang recovery room dengan tetap memonitor pernafasan
pasien. Kemudian pasien di pasangkan nasal kanul serta alat monitoring juga agar bisa di
liat dan di amati kestabilan baik dari segi TTV maupun nyeri pasien, jika terjadi penurunan
saturasi pasien di posisikan semi fowler atau head up sampai 15̊ sampai 45̊ agar adanya
kenaikan saturasi. Jangan lupa juga untuk memberikan analgetik melalui drip cairan tutosol,
kemudian tunggu pasien sampai dengan score pulihnya yakni menggunakan aldrate score
sampai dengan 10 dan juga segala TTVnya dalam batas normal kemudian bisa di transfer
ke ruang rawat inap kembali.

B. Analisis PICO

P (Problem) = Pasien Post Operatif menggunakan General Anestesi dengan comorbid


asma

I (Intervetion) = Pemberian Posisi Semi fowler

C (Comparation) = -

O (Outcome) = Monitoring Peningkatan Saturasi Post Operatif

Pertanyaan Klinis

Bagaimana Pengaruh Pemberian Posisi Semifowler Terhadap Saturasi Oksigen Pada


Pasien dengan Post Operatif Menggunakan Teknik General Anestesi dengan Komorbid
Asma?

C. Kata kunci (Keyword)

Semifowler, Saturasi Oksigen, Post Operatif, General Anestesi, Asma


D. Data Base

Kelompok 6 EBP STKA B menggunakan beberapa data base sebagai referensi yang
dilakukan pencarian mulai Januari 2023 sampai dengan Maret 2023, yaitu:

1) Pubmed

2) Proquest

3) Science Direct

4) Garuda

5) Perpusnas

E. Data Base

No Data Base Jumlah Jumlah Seleksi Jumlah Seleksi Jumlah Seleksi


Pencarian Tahap I (Kata Tahap II Final (Critical
Awal Kunci) (Pertanyaan Appraisal)
Menjawab PICO)

1. Pubmed 72 18 4 2

2. Proquest 12 6 1 1

3. Science 14 8 2 2
Direct

4. Garuda 7 3 1 -

5. Perpusnas 3 2 1 -
Diagram 1.1 Tahap Pencarian Jurnal

F. Checklist Metode

1. PENGARUH SUCTION DAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP


PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN YANG TERPASANG
ENDOTRACHEAL TUBE

Judul artikel : Pengaruh Suction dan Posisi Semi Fowler Terhadap Perubahan
Saturasi Oksigen Pada Pasien yang Terpasang Endotracheal Tube
Nama jurnal : Jurnal Anestesi Indonesia
Penulis : Dewi Silfiah, Hariza Pertiwi, Widanarti Setyaningsih
Tahun terbit : 2020
Analisis PICO
Patient and clinical problem : Pasien yang terpasang endotracheal tube
(P)
Intervention (I) : Penggunaan suction dan posisi semi fowler
Comparison (C) : Penggunaan posisi selain semi fowler dan tidak
menggunakan suction
Outcome (O) : Adanya perubahan saturasi oksigen apabila dilakukan
suction dan posisi semi fowler

Checklist for Quasi Eksperiment

No. Pertanyaan Ya Tidak Analisis


Apakah jelas dalam ✔ Penyebab (variabel independen):
penelitian apa pemberian suction dan posisi semi
'penyebab' dan apa fowler. Akibat (variabel dependen):
'akibat' (yaitu tidak meningkatkan saturasi oksigen
ada kebingungan
Bukti kalimat dalam jurnal:
tentang variabel mana
“Penyebab terjadinya masalah
yang muncul lebih
ketidakefektifan jalan nafas sangat
dulu)?
bervariasi, seperti: adalah sputum,
1. darah, benda asing, dan juga
penyempitan bronkus pada pasien
asma bronkial. Sehingga intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi masalah tersebut
adalah dilakukan penghisapan atau
teknik suction. Dan terdapat
pengaruh tindakan suction terhadap
perubahan kadar saturasi oksigen.”
“Posisi semi fowler dapat
meningkatkan kestabilan frekuensi
pernafasan pada pasien. Kondisi ini
dapat meningkatkan saturasi
oksigen pada pasien. Dan posisi
semi fowler dapat memberikan
kestabilan pada pernafasan pasien
asma.

Apakah responden ✔ Penelitian menggunakan


yang termasuk dalam eksperimen dengan pre dan post
perbandingan serupa? test pada satu kelompok intervensi
2.
dengan menggunakan 32
responden, diambil dari total
sampling.
Apakah responden ✔ Karena tidak jelas intervensi yang
termasuk dalam dilakukan selain intervensi yang
pembanding yang diminati.
3. menerima perlakuan,
selain paparan atau
intervensi yang
diminati?
Apakah ada kelompok ✔ Tidak ada kelompok kontrol dalam
kontrol? penelitian ini.
Bukti kalimat dalam jurnal:
Keterbatasan sampel dalam
4. penelitian yaitu sampel yang
digunakan kurang besar, untuk
peneliti selanjutnya dapat
menggunakan sampel dengan
kelompok Kontrol.
Apakah ada beberapa ✔ Terdapat beberapa pengukuran hasil
pengukuran hasil sebelum dan sesudah intervensi/
sebelum dan sesudah paparan yaitu dengan tabel dan hasil

intervensi/paparan? Tabel. 4, Didapatkan bahwa rata-


rata saturasi oksigen sebelum
dilakukan suction dan posisi semi
fowler adalah 92,72%, setelah
dilakukan suction dan posisi semi
fowler adalah 98,44%. Perbedaan
rata rata saturasi sebelum dan
setelah suction dan posisi semi
fowler adalah 5,719%. Setelah
dilakukan uji hipotesis dengan
menggunakan uji Paired sample T
5.
test didapatkan p value: 0,000
(<0,05).

Selain itu juga dijelaskan pada kalimat


“Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah
perlakukan tindakan semi fowler
pada penelitian ini tidak didapatkan
pada penelitian sebelumnya. Pada
penelitian sebelumnya hanya
dilakukan pemberian tindakan
suction, namun tidak dilakukan
tindakan pemberian posisi semi
fowler.”

Apakah tindak lanjut Informasi tindak lanjut yang tidak


6. lengkap/selesai dan ✔ lengkap dijelaskan dan dianalisis
jika tidak adakah secara memadai dalam jurnal ini.
perbedaan antar Bukti kalimat dalam jurnal:
kelompok dalam hal Pada penelitian selanjutnya
tindak lanjut mereka hendaknya mengembangkan
dijelaskan dan variabel yang lebih luas lagi
dianalisis secara tentang kecemasan yang
memadai? berhubungan dengan tindakan
suction pada pasien. Sehingga hasil
penelitian tentang fenomena yang
lebih luas dapat diketahui.

Apakah hasil Hasil responden yang dimasukkan


responden yang dalam perbandingan diukur dengan
dimasukkan dalam cara yang sama.
perbandingan diukur Bukti kalimat dalam jurnal:
dengan cara yang Dalam penelitian ini masing
sama? masing tabel perbandingan diukur
7. ✔ dengan cara yang sama dilihat dari
tabel 1 sampai 4 yang sama
menghitung jumlah rata - rata
sebelum dan sesudah dilakukan
perlakuan dan analisis data
menggunakan uji paired sample T
test.
Apakah hasil diukur Hasil diukur dengan cara yang
dengan cara yang dapat diandalkan atau dapat
dapat diandalkan atau dibuktikan
dapat dibuktikan? Bukti kalimat dalam jurnal:
8. ✔
Hasil tersebut juga dibuktikan
dengan uji hipotesis dengan
menggunakan uji Paired sample T
test didapatkan p value: 0,000
(<0,05), yang berarti terdapat
perbedaan saturasi oksigen sebelum
dan setelah tindakan suction dan
posisi semi fowler.
Apakah sudah Yes. Dalam jurnal ini memberikan
menggunakan analisis gambaran umum mengenai
statistik yang tepat? karakteristik dari masing-masing
variabel penelitian.

9. ✔
2. POSISI TERLENTANG VERSUS POSISI SEMI-FOWLER UNTUK
EKSTUBASI TRAKEA PADA OPERASI PERUT-UJI KLINIS ACAK \\

Judul artikel : Posisi Terlentang Versus Posisi Semi-Fowler untuk Ekstubasi Trakea
pada Operasi Perut-Uji Klinis Acak
Nama jurnal : Jurnal BMC Anesthesiology
Penulis : Qiongfang Zhu, Zheyan Huang, Qiaomei Ma, Zehui Wu, Yubo Kang
Tahun terbit : 2020

Analisis PICO
Patient and clinical problem : Pasien intubasi
Intervention (I) : Pemberian posisi semi fowler
Comparison (C) : Pemberian posisi terlentang
Outcome (O) : Adanya perubahan saturasi oksigen

Checklist for Randomised Controlled Trial

No. Pertanyaan Ya Tidak Analisis


Apakah pengacakan ✔ Pasien yang terdaftar diacak
benar digunakan (menggunakan tabel angka
untuk penugasan sederhana) dan dibagi menjadi
1. responden ke kelompok posisi terlentang
kelompok perlakuan? (kelompok kontrol, n = 71) atau
kelompok posisi semi-Fowler
(kelompok eksperimen, n = 70).

Apakah alokasi untuk ✔ Pasien diacak ke posisi terlentang


kelompok perlakuan atau semifowler dan ditempatkan
2.
disembunyikan? pada posisi yang sesuai 5 menit
kemudian.

3. Apakah kelompok ✔ Semua pasien diklasifikasikan


perlakuan serupa pada sebagai American Society of
awal? Anesthesiologists (ASA) grade
antara I dan III dan dijadwalkan
untuk operasi perut terbuka
laparoskopi atau tradisional di
bawah anestesi umum dengan
intubasi endotrakeal.

Apakah responden ✔ Semua pasien buta terhadap tugas


4. kelompok mereka.
buta terhadap tugas
pengobatan?

Apakah mereka yang ✔ Ahli anestesi dalam penelitian ini

memberikan tidak dipilih sebelumnya dan diberi

pengobatan buta pedoman umum untuk melakukan


5.
terhadap penugasan anestesi.

pengobatan?

Apakah penilai hasil


6. buta terhadap tugas ✔
pengobatan?

Pasien pada kedua kelompok


Apakah kelompok
perlakuan diper diinduksi dengan midazolam,

lakukan secara identik propofol, cisatracurium, dan


7. ✔
selain dari intervensi fentanyl dan dibius dengan

yang diminati? sevofluran.

Apakah tindak lanjut


lengkap dan jika
8. ✔
tidak, apakah perbe
daan antar kelompok
dalam hal tindak
lanjut dijelaskan?

Apakah responden Tidak, karena langsung di analisis

dianalisis dalam berdasarkan kelompok atau


9. ✔ intervensi yang diamati.
kelompok yang
diacak?

Apakah hasil diukur 141 di antaranya direkrut dalam

dengan cara yang penelitian ini. 70 pasien semi-

sama untuk kelompok Fowler dan 71 pasien terlentang

perlakuan? dibandingkan. Seperti pada Tabel


1, tidak ada perbedaan yang
signifikan secara statistik dalam
data demografi antara kedua
kelompok. Karakteristik fase
10. ✔ intraoperatif juga ditunjukkan pada
Tabel 1. Tidak ada perbedaan
statistik dalam waktu anestesi,
waktu pembedahan, waktu
ekstubasi, dan durasi PACU antara
kedua kelompok. Perkiraan
kehilangan darah dan penggantian
kristaloid serupa di antara kedua
kelompok.

Apakah hasil diukur Tepat karena menggunakan statistic

dengan cara yang Signifikansi dalam perbandingan

dapat diandalkan? antara kedua kelompok dinilai


11. ✔
menggunakan uji chi-kuadrat untuk
variabel kategori dan uji t Student
(untuk data yang mengikuti
distribusi normal) atau uji Mann–
Whitney U (untuk data yang
mengikuti distribusi abnormal)
untuk variabel kuantitatif. Grafik
demo dan data dasar diringkas
sebagai nilai rata-rata ± SD, rata-
rata geometris dengan kepercayaan
95% pada terval, median dan
rentang, atau frekuensi. P <0,05
dianggap signifikan secara statistic.
Semua analisis statistic dilakukan
dengan menggunakan SPSS versi
23.0

Apakah analisis Belum jelas karena belum

statistik yang tepat menjelaskan perhitungan statistic


12. ✔
digunakan? secara terperinci.

Apakah desain uji Ya, karena Sebagian besar sesuai

coba sudah sesuai, dengan kriteria desain RCT

dan setiap
penyimpangan dari
desain RCT standar
13. ✔
(pengacakan individu,
kelompok paralel)
diperhitungkan dalam
pelaksanaan dan
analisis uji coba?
3. PEMBERIAN POSISI SEMI FOWLER MENINGKATKAN SATURASI
OKSIGEN PASIEN PPOK

Judul artikel : Pemberian Posisi Semi Fowler Meningkatkan Saturasi Oksigen Pasien
PPOK
Nama jurnal : Journal of Telenursing (JOTING)
Penulis : Ni Made Dwi Yunica Astriani1, Putu Wahyu Sri Juniantari Sandy2,
Made Mahaguna Putra3, Mochamad Heri4
Tahun terbit : 2021

Analisis PICO
Patient and clinicalproblem (P) : Pasien PPOK
Intervention (I) : Pemberian posisi semi fowler
Comparison (C) : -
Outcome (O) : Meningkatkan saturasi oksigen

Checklist for Quasi Eksperiment

No. Pertanyaan Ya Tidak Analisis


Apakah jelas dalam ✔ Penyebab (variabel independen):
penelitian apa pemberian posisi semi fowler.
'penyebab' dan apa Akibat (variabel dependen):
'akibat' (yaitu tidak peningkatan saturasi oksigen.
1.
ada kebingungan
tentang variabel mana
yang muncul lebih
dulu)?

Apakah responden ✔ Data menunjukkan bahwa sebagian


2. yang termasuk dalam besar responden berumur 46-50
perbandingan serupa? tahun sebanyak 14 orang (47%) dan
terendah adalah pada umur 40-45
tahun yaitu sebanyak 7 orang
(23%). Data memperlihatkan
bahwa distribusi frekuensi
responden berdasarkan jenis
kelamin sebagian besar adalah
berjenis kelamin laki-laki yang
berjumlah 23 orang (77%) dan 7
orang (23%) responden berjenis
kelamin perempuan.

Apakah responden ✔ 30 responden pasien asma yang


termasuk dalam dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
pembanding yang kelompok 1 (kelompok kontrol)
menerima perlakuan tidak diberikan intervensi dan
3.
/perawatan serupa, kelompok 2(kelompok eksperimen)
selain paparan atau diberikan intervensi nafas dalam
intervensi yang dan posisi Semi Fowler.
diminati?
Apakah ada kelompok ✔ 30 responden pasien asma yang
kontrol? dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok 1 (kelompok kontrol)
tidak diberikan intervensi dan
4. kelompok 2 (kelompok
eksperimen) diberikan intervensi
nafas dalam dan posisi Semi
Fowler.

Apakah ada beberapa ✔ Nilai saturasi oksigen pada pasien


5. pengukuran hasil PPOK dari 30 orang responden
sebelum dan sesudah sebelum diberikan posisi Semi
intervensi/paparan? Fowler menunjukkan nilai rata-rata
saturasi oksigen yaitu 89,47. Data
ini menunjukkan nilai saturasi
oksigen pada pasien PPOK
sebelum diberikan posisi Semi
Fowler sebagian besar mengalami
hipoksemia sedang. Nilai saturasi
oksigen pada pasien PPOK dari 30
orang responden setelah diberikan
posisi Semi Fowler selama 30
menit menunjukkan nilai rata-rata
95,83. Sedangkan setelah diberikan
posisi 30 rerata saturasi oksigen
pasien CHF berubah meningkat
menjadi 96,10% (simpangan baku
± 2,354) dengan nilai saturasi
oksigen terendah 88% dan tertinggi
99%. Setelah diberikan posisi 45
derajat rerata saturasi oksigen
pasien CHF sebesar 99,90%
(simpangan baku ± 0,305) dengan
nilai saturasi oksigen terendah 99%
dan tertinggi 100%.
Sedangkan setelah diberikan
intervensi posisi 60 derajat rerata
saturasi oksigen pasien CHF juga
mengalami perubahan menjadi
97,63% (simpangan baku ± 1,586)
dengan saturasi oksigen terendah
95% dan tertinggi 100%.
Apakah tindak lanjut Hal ini menunjukkan bahwa
lengkap/selesai dan pemberian posisi Semi Fowler
jika tidak adakah mampu meningkatkan saturasi
perbedaan antar oksigen dengan memudahkan
kelompok dalam hal mengeluarkan secret dan
6. ✔
tindak lanjut mereka melancarkan jalan nafas.
dijelaskan dan
dianalisis secara
memadai?

Apakah hasil Karena langsung dijelaskan


responden yang pengukuran saturasi oksigen
dimasukkan dalam terhadap posisi semi fowler.
7. ✔
perbandingan diukur
dengan cara yang
sama?
Apakah hasil diukur Hasil uji analisa data dengan
dengan cara yang menggunakan uji paired dependent
dapat diandalkan atau t-test menunjukkan bahwa nilai p<
dapat dibuktikan? a (0.0000<0.05). Dengan demikian,
8. ✔
ada pengaruh pemberian posisi
Semi Fowler terhadap saturasi
oksigen pada pasien PPOK di RS
Santi Graha.
Apakah sudah Hanya dilakukan uji statistik data
menggunakan analisis dengan menggunakan uji paired
9. ✔
statistik yang tepat? dependent t-test untuk perlakuan
posisi semi fowler.
4. PEMBERIAN POSISI 45o EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN SATURASI
OKSIGEN DAN MENURUNKAN RESPIRATION RATE PASIEN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

Judul artikel : Pemberian Posisi 45o Efektif dalam Meningkatkan Saturasi Oksigen dan
Menurunkan Respiration Rate Pasien Congestive Heart Failure (CHF)
Nama jurnal : Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan
Penulis : Bagus Ananta Tanujiarso, Suksi Riani, Forestiana Tri Astuti
Tahun terbit : 2022

Analisis PICO
Patient and clinical problem : Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF)
(P)
Intervention (I) : Pemberian posisi 45o
Comparison (C) : Pemberian posisi 30o dan 60o
Outcome (O) : Meningkatkan saturasi oksigen dan menurunkan CHF

Checklist for Quasi Eksperiment

No. Pertanyaan Ya Tidak Analisis


Apakah jelas dalam ✔ Penyebab (variable independent):
penelitian apa pemberian posisi 30o, 45o, dan 60o
'penyebab' dan apa
Akibat (variaben dependen):
'akibat' (yaitu tidak meningkatkan saturasi oksigen
1.
ada kebingungan
tentang variabel mana
yang muncul lebih
dulu)?

Apakah responden ✔ Teknik pengambilan sampel pada


2. yang termasuk dalam penelitian ini menggunakan
perbandingan serupa? purposive sampling, dengan jumlah
sampel sebanyak 30 responden.
Kriteria Inklusi dalam penelitian ini
antara lain: pasien CHF NYHA 1-4
dan dyspnea yang ditandai dengan
SpO2 <94%, RR 26-46x/menit,

Apakah responden ✔ Karena tidak jelas intervensi yang


termasuk dalam dilakukan selain intervensi yang
3. pembanding yang diminati.
menerima perlakuan
/perawatan serupa?
Apakah ada kelompok ✔ Karena semua responden
4. kontrol? melakukan intervensi yang diminati

Apakah ada beberapa ✔ Penelitian ini menunjukkan bahwa


pengukuran hasil rerata saturasi oksigen pasien CHF
sebelum dan sesudah sebelum dilakukan intervensi posisi
intervensi/paparan? 30o, 45o, dan 60o sebesar 89,83%
(simpangan baku ± 1,487) dengan
nilai saturasi oksigen terendah 88%
dan tertinggi 93%.

5. Sedangkan setelah diberikan posisi


30o rerata saturasi oksigen pasien
CHF berubah meningkat menjadi
96,10% (simpangan baku ± 2,354)
dengan nilai saturasi oksigen
terendah 88% dan tertinggi 99%.
Setelah diberikan posisi 45o rerata
saturasi oksigen pasien CHF
sebesar 99,90% (simpangan baku ±
0,305) dengan nilai saturasi
oksigen terendah 99% dan tertinggi
100%.

Sedangkan setelah diberikan


intervensi posisi 60o rerata saturasi
oksigen pasien CHF juga
mengalami perubahan menjadi
97,63% (simpangan baku ± 1,586)
dengan saturasi oksigen terendah
95% dan tertinggi 100%.

Apakah tindak lanjut Mean rank pada saturasi oksigen


lengkap/selesai dan setelah diberikan posisi 45o
jika tidak adakah mempunyai perubahan mean rank
perbedaan antar yang paling tinggi, dimana
kelompok dalam hal mengalami peningkatan menjadi

6. tindak lanjut mereka ✔ 3.93. Hal tersebut juga dapat


dijelaskan dan disimpulkan bahwa posisi 45o
dianalisis secara memberikan dampak yang lebih
memadai? baik dalam meningkatkan saturasi
oksigen pasien CHF dibandingkan
posisi 30o dan 60o.

Apakah hasil Adapun alat pengumpulan data


responden yang yang digunakan dalam penelitian
dimasukkan dalam ini adalah pulse oksimetri untuk
7. perbandingan diukur ✔ mengukur saturasi oksigen, Vital
dengan cara yang Sign Monitor untuk mengukur
sama? respiration rate, serta lembar
observasi saturasi oksigen, lembar
observasi respiration rate dan
angket karakteristik responden.

Penelitian ini telah lolos etchical


clearance dari Komite Etik
Penelitian Kesehatan RS
Telogorejo Semarang Dengan
Nomor :10267/TU.710/
KEPK/K/2022. Penelitian ini
masing-masing responden diukur
pretest saturasi oksigen dan
respiration rate sebelum dilakukan
intervensi, kemudian diberikan
posisi 30 derajat, 45 derajat, dan 60
derajat secara berurutan dengan
perlakuan masing-masing posisi
dilakukan selama 30 menit, setiap
perubahan posisi diukur post
testnya. Perubahan posisi dilakukan
sesuai dengan SOP yang
ditetapkan. Penelitian ini
menggunakan uji statistic
Frieadman dengan uji post hoc
menggunakan uji Wilcoxon.

Apakah hasil diukur Penelitian ini masing-masing


dengan cara yang responden diukur pre test saturasi
dapat diandalkan atau oksigen dan respiration rate
8. dapat dibuktikan? ✔ sebelum dilakukan intervensi,
kemudian diberikan posisi 30
derajat, 45 derajat , dan 60 derajat
secara berurutan dengan perlakuan
masing-masing posisi dilakukan
selama 30 menit, setiap perubahan
posisi diukur post testnya.
Perubahan posisi dilakukan sesuai
dengan SOP yang ditetapkan.
Penelitian ini menggunakan uji
statistic Frieadman dengan uji post
hoc menggunakan uji Wilcoxon.

Apakah sudah Berdasarkan uji Friedman


menggunakan analisis diperoleh data bahwa p value 0.000
statistik yang tepat? maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat perbedaan rerata
saturasi oksigen sebelum, setelah
diberikan posisi 30o, setelah
diberikan posisi 45o dan setelah
diberikan posisi 60o pada pasien
CHF di IGD.

Berdasarkan nilai mean rank

9. ✔ diperoleh data bahwa mean rank


saturasi oksigen pasien CHF
sebelum diberikan posisi sebesar
1.03, jika dibandingkan dengan
mean rank saturasi oksigen setelah
diberikan posisi 30o, 45o, dan 60o,
mean rank pada saturasi oksigen
setelah diberikan posisi 45o
mempunyai perubahan mean rank
yang paling tinggi, dimana
mengalami peningkatan menjadi
3.93. Hal tersebut juga dapat
disimpulkan bahwa posisi 45o
memberikan dampak yang lebih
baik dalam meningkatkan saturasi
oksigen pasien CHF dibandingkan
posisi 30o dan 60o. Selain itu, untuk
melihat perbedaan saturasi oksigen
pada masing masing posisi dapat
dilihat melalui uji post hoc dengan
uji Wilcoxon.

Berdasarkan uji post hoc dengan uji


Wilcoxon diperoleh data bahwa
setiap perubahan posisi yang
diberikan pada pasien maka akan
berdampak juga pada perubahan
rerata saturasi oksigen ditunjukkan
dengan semua uji diperoleh p value
< 0.05 sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan rerata saturasi oksigen
antara sebelum dan setelah
diberikan posisi 30o, antara
sebelum dengan setelah diberikan
posisi 45o, antara sebelum dengan
setelah diberikan posisi 60, antara
posisi 30o dan 45o, antara posisi 30o
dengan 60o dan antara posisi 45o
dan 60o.
5. EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEKNIK PERNAFASAN PURSED LIPS
BREATHING DAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP PENINGKATAN
SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN TB PARU

Judul artikel : Efektivitas Pemberian Teknik Pernafasan Pursed Lips Breathing dan
Posisi Semi Fowler terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen pada Pasien
TB Paru
Nama jurnal : Indonesian Journal of Nursing Science and Practice
Penulis : Winda Amiar, Erwan Setiyono
Tahun terbit : 2020

Analisis PICO
Patient and clinical problem : Pasien TB paru
Intervention (I) : Pemberian teknik pernafasan pursed lips breathing
dan posisi semi fowler
Comparison (C) : -
Outcome (O) : Adanya peningkatan saturasi oksigen

Checklist for Quasi Eksperiment

No. Pertanyaan Ya Tidak Analisis


Apakah jelas dalam ✔ Penyebab (variabel independen):
penelitian apa pemberian teknik pernafasan
'penyebab' dan apa pursed lips breathing dan posisi
1. 'akibat' (yaitu tidak semi fowler.
ada kebingungan
Akibat (variabel dependen):
tentang variabel mana
meningkatkan saturasi oksigen
yang muncul dulu)?

Apakah responden ✔ Penelitian ini merupakan penelitian


2. yang termasuk dalam Quasy Experiment pre-posttest
perbandingan serupa? dengan melibatkan kelompok
kriteria. Populasi dalam penelitian
ini adalah 12 responden. Penelitian
ini dilakukan pada bulan Desember
- Januari 2019. Penelitian ini
dilakukan di Ruang Murai RS
Pelni. Kriteria inklusi pasien pada
penelitian ini adalah, pasien dengan
TB paru yang memiliki saturasi
oksigen <95%, serta pasien rawat
inap minimal satu hari.
Apakah responden ✔ Karena tidak jelas intervensi yang
termasuk dalam dilakukan selain intervensi yang
pembanding yang diminati.
menerima perlakuan
3.
/perawatan serupa,
selain paparan atau
intervensi yang
diminati?
Apakah ada kelompok ✔ Tidak ada kelompok kontrol dalam
4.
kontrol? penelitian ini.
Apakah ada beberapa ✔ Perbandingan nilai saturasi oksigen
pengukuran hasil sebelum dan sesudah pemberian
sebelum dan sesudah teknik pernafasan pursed lips
intervensi/paparan? breathing dan posisi semi fowler
pada pasien TB paru, terlihat pada
5. tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai
saturasi responden sebelum
dilakukan intervensi pursed lips
breathing, mayoritas pada ringan –
sedang sebanyak 6 orang (100%),
kemudian nilai saturasi 169 setelah
diberikan intervensi pursed lips
breathing yaitu normal 5 orang
(88,3%), dan hipoksia ringan 1
orang (16,7%), dengan mean 96.30
dan p value 0.002. Saturasi oksigen
pada responden yang diberikan
intervensi teknik pernafasan pursed
lips breathing mengalami peningkat
dari hipoksia ringan menjadi
normal dengan adanya latihan
teknik pernafasan pursed lips
breathing dapat meningkatkan
ventilasi paru.

Apakah tindak lanjut Tidak terdapat tindak lanjut dalam


lengkap/selesai dan penelitian ini.
jika tidak adakah
perbedaan antar
6. kelompok dalam hal ✔
tindak lanjut mereka
dijelaskan dan
dianalisis secara
memadai?
Apakah hasil Hasil responden yang dimasukkan
responden yang dalam perbandingan diukur dengan
dimasukkan dalam cara yang sama.
perbandingan diukur Bukti kalimat dalam jurnal :
7. ✔
dengan cara yang Peneliti memberikan penjelasan
sama? tentang teknik pernafasan pursed
lips breathing dan posisi semi
fowler. Setelah diberikan roleplay
pursed lips breathing pasien
dianjurkan untuk melakukan untuk
melakukan teknik pursed lips
breathing sebanyak 10 kali atau
kurang lebih selama 2 menit.
Kemudian diukur saturasi oksigen
setelah 15 menit. Setelah pasien
diberikan roleplay posisi semi-
fowler, pasien diberikan posisi
semi-fowler atau posisi tempat
tidur diubah menjadi 45 derajat
selama 15 menit, kemudian setelah
15 menit diukur kembali saturasi
oksigen.
Selanjutnya, peneliti mengukur
saturasi oksigen setelah dilakukan
teknik pernafasan pursed lips
breathing dan posisi semi-fowler.
Apakah hasil diukur Hasil diukur dengan cara yang
dengan cara yang dapat diandalkan atau dapat
dapat diandalkan atau dibuktikan
dapat dibuktikan? Bukti kalimat dalam jurnal:
Hasil uji statistik diperoleh P Value
= 0,025 (P value 0,025 < α 0,05)
8. ✔
maka dapat disimpulkan ada
pengaruh yang signifikan antara
pemberian pursed lips breathing
dan posisi semi fowler terhadap
nilai saturasi oksigen pada pasien
TB paru
Apakah sudah
menggunakan analisis
statistik yang tepat?

9. ✔
G. Critical Appraisal

Judul Jurnal Ethical Clearance

Pengaruh Suction Apakah penelitian ini Apakah hasil Apakah hasil


dan Posisi Semi valid? penelitian ini penelitian dapat
Fowler Terhadap penting? diterapkan?
Perubahan
Saturasi Oksigen Ya, penelitian ini valid Penting, karena pada Hasil penelitian
pada Pasien yang karena hasil checklist post operasi dapat diterapkan
Terpasang sebagian besar menggunakan teknik karena responden
Endotracheal memperoleh “ya” mulai general anestesi pada memenuhi kriteria
Tube dari saat di ruang PACU yang sesuai dengan
1. Dalam penelitian menggunakan posisi inklusi peneliti
jelas apa 'penyebab' semi fowler untuk yakni memiliki
dan apa 'akibat' menjaga penyakit penyerta
(yaitu tidak ada memonitoring pada sistem
kebingungan tentang saturasi oksigen. pernafasan dan
variabel mana yang Adapun hasil Saturasi oksigen
muncul lebih dulu). kenaikan saturasi sebelum dilakukan
2. Responden yang oksigen yakni dari intervensi < 90%,
termasuk dalam 92,72% menjadi kemudian juga
perbandingan serupa 98,44%. untuk Rumah sakit
3. Ada beberapa yang diteliti
pengukuran hasil memenuhi kriteria
sebelum dan sesudah dari segi sarana dan
intervensi/paparan prasarana sehingga
4. Hasil responden bisa dilakukan
yang dimasukkan pemberian posisi
dalam perbandingan semi fowler dengan
diukur dengan cara diukur pemasangan
yang sama Oxymetri kemudian
5. Hasil diukur dengan di amati dengan
cara yang dapat monitoring bedside.
diandalkan
6. Analisis statistik
yang tepat
digunakan.

Kemudian, beberapa
memperoleh hasil
“unclear/tidak jelas”
mulai dari:
1. Responden tidak
jelas termasuk dalam
pembanding yang
menerima
perlakuan/perawatan
serupa, selain
paparan atau
intervensi yang
diminati
2. Tidak ada kelompok
control
3. Tindak lanjut tidak
lengkap

Sehingga dikatakan valid


karena sebagian besar
hasil checklist
memperoleh “ya”.

Posisi Terlentang Apakah penelitian ini Apakah hasil Apakah hasil


versus Posisi valid? penelitian ini penelitian dapat
Semi-Fowler penting? diterapkan?
untuk Ekstubasi
Trakea pada Ya, valid karena hasil Penting, karena Hasil penelitian
Operasi Perut: checklist sebagian besar pemberian posisi dapat diterapkan
Uji Klinis Acak memperoleh “ya” mulai semi fowler pada karena responden
dari pasien dapat memenuhi kriteria
1. Pengacakan benar meningkatkan yang sesuai dengan
digunakan untuk saturasi oksigen yang inklusi peneliti
penugasan responden diakibatkan yakni memiliki
ke kelompok diafragma bergerak penyakit penyerta
perlakuan ke bawah, sehingga pada sistem
2. Alokasi untuk kerja pernapasan pernafasan dan
kelompok perlakuan relatif sehingga Saturasi oksigen
disembunyikan. volume dan ventilasi sebelum dilakukan
3. Kelompok perlakuan paru meningkat, dan intervensi < 90%,
serupa pada awal dilatasi paru kemudian juga
4. Kelompok responden ditingkatkan; untuk Rumah sakit
buta terhadap tugas perubahan ini dapat yang diteliti
pengobatan meningkatkan memenuhi kriteria
5. Kelompok mereka oksigen dan dari segi sarana dan
yang memberikan meningkatkan prasarana sehingga
pengobatan buta saturasi oksigen. bisa dilakukan
terhadap penugasan pemberian posisi
pengobatan semi fowler dengan
6. Kelompok perlakuan diukur pemasangan
diperlakukan sama Oxymetri kemudian
selain intervensi di amati dengan
yang diminati monitoring bedside.
7. Hasil diukur dengan
cara yang sama
untuk kelompok
perlakuan
8. Hasil diukur dengan
cara yang dapat
diandalkan
9. Desain percobaan
sudah sesuai dan
setiap penyimpangan
dari desain RCT
standar (pengacakan
individu, kelompok
paralel)
diperhitungkan
dalam pelaksanaan
dan analisis
percobaan

Kemudian, beberapa
memperoleh hasil
“unclear/tidak jelas”
mulai dari:
1. Penilai hasil tidak
buta terhadap tugas
pengobatan
2. tindak lanjut tidak
jelas
3. responden tidak
dianalisis dalam
kelompok yang
diacak
4. analisis statistik yang
digunakan tidak jelas
Sehingga dikatakan valid
karena sebagian besar
hasil checklist
memperoleh “ya”.

Pemberian Posisi Apakah penelitian ini Apakah hasil Apakah hasil


Semi Fowler valid? penelitian ini penelitian ini
Meningkatkan penting? dapat diterapkan?
Saturasi Oksigen
Pasien PPOK Ya, valid karena hasil Penting karena Hasil penelitian
checklist sebagian besar pemberian posisi dapat diterapkan
memperoleh “ya” mulai semi fowler dapat karena responden
dari meningkatkan memenuhi kriteria
1. Dalam penelitian ini saturasi oksigen yang sesuai dengan
jelas apa 'penyebab' yakni dari 89,47% inklusi peneliti
dan apa 'akibat' menjadi 95,83 % yakni memiliki
(yaitu tidak ada dikarenakan penyakit penyerta
kebingungan tentang diafragma bergerak pada sistem
variabel mana yang ke bawah, sehingga pernafasan dan
muncul lebih dulu kerja pernapasan Saturasi oksigen
2. Ada kelompok relatif sehingga sebelum dilakukan
control volume dan ventilasi intervensi < 90%,
3. Ada beberapa paru meningkat, dan kemudian juga
pengukuran hasil dilatasi paru untuk Rumah sakit
sebelum dan ditingkatkan; yang diteliti
sesudah perubahan ini dapat memenuhi kriteria
intervensi/paparan meningkatkan dari segi sarana dan
4. tindak lanjut oksigen dan prasarana sehingga
lengkap dan meningkatkan bisa dilakukan
5. hasil diukur dengan saturasi oksigen. pemberian posisi
cara yang dapat semi fowler dengan
diandalkan diukur pemasangan
Oxymetri kemudian
di amati dengan
Kemudian, beberapa monitoring bedside.
memperoleh hasil
“unclear/tidak jelas”
mulai dari:
1. responden yang
termasuk dalam
perbandingan tidak
serupa
2. responden tidak
termasuk dalam
pembanding yang
menerima
perlakuan/perawatan
serupa, selain
paparan atau
intervensi yang
diminati
3. Hasil responden
tidak jelas yang
dimasukkan dalam
perbandingan diukur
dengan cara yang
sama
4. Analisis statistic
tidak jelas yang
digunakan
Sehingga dikatakan valid
karena sebagian besar
hasil checklist
memperoleh “ya”.

Pemberian Posisi Apakah penelitian ini Apakah penelitian Apakah penelitian


45o Efektif dalam valid? ini penting? ini dapat
Meningkatkan diterapkan?
Saturasi Oksigen
Ya, valid karena hasil Penting karena posisi Hasil penelitian
dan Menurunkan checklist sebagian besar 45o yang dimana itu dapat diterapkan
Respiration Rate memperoleh “ya” mulai merupakan posisi karena responden
Pasien dari semi fowler dapat memenuhi kriteria
Congestive Heart 1. Jelas dalam penelitian meningkatkan yang sesuai dengan
Failure (CHF) apa 'penyebab' dan saturasi oksigen inklusi peneliti
apa 'akibat' (yaitu yakni dari 89,83% yakni memiliki
tidak ada menjadi 99,90% penyakit penyerta
kebingungan tentang pada sistem
variabel mana yang pernafasan dan
muncul lebih dulu Saturasi oksigen
2. Responden yang sebelum dilakukan
termasuk dalam intervensi < 90%,
perbandingan serupa kemudian juga
3. Ada beberapa untuk Rumah sakit
pengukuran hasil yang diteliti
sebelum dan sesudah memenuhi kriteria
intervensi/paparan dari segi sarana dan
4. Tindak lanjut lengkap prasarana sehingga
5. Hasil responden yang bisa dilakukan
dimasukkan dalam pemberian posisi
perbandingan diukur semi fowler dengan
dengan cara yang diukur pemasangan
sama Oxymetri kemudian
6. Hasil diukur dengan di amati dengan
cara yang dapat monitoring bedside.
diandalkan
7. Analisis statistik yang
tepat digunakan

Kemudian, beberapa
memperoleh hasil
“unclear/tidak jelas”
mulai dari:
1. Responden dalam
pembanding tidak
jelas yang menerima
perlakuan/perawatan
serupa, selain paparan
atau intervensi yang
diminati
2. Tidak ada kelompok
control

Sehingga dikatakan valid


karena sebagian besar
hasil checklist
memperoleh “ya”.

Efektivitas Apakah penelitian ini Apakah penelitian Apakah hasil


Pemberian valid? ini penting? penelitian ini
Teknik dapat diterapkan?
Pernafasan
Pursed Lips Ya, valid karena hasil Penting karena posisi Hasil penelitian
Breathing Dan checklist sebagian besar semi fowler dapat dapat diterapkan
Posisi Semi memperoleh “ya” mulai meningkatkan karena responden
Fowler dari saturasi oksigen dari memenuhi kriteria
Terhadap 1. Jelas dalam sekitar 88-92% yang sesuai dengan
Peningkatan penelitian apa menjadi 96-99%. inklusi peneliti
Saturasi 'penyebab' dan apa yakni memiliki
Oksigen Pada 'akibat' (yaitu tidak penyakit penyerta
Pasien TB ada kebingungan pada sistem
Paru tentang variabel pernafasan dan
mana yang muncul Saturasi oksigen
lebih dulu) sebelum dilakukan
2. Responden yang intervensi < 90%,
termasuk dalam kemudian juga
perbandingan serupa untuk Rumah sakit
3. Ada beberapa yang diteliti
pengukuran hasil memenuhi kriteria
sebelum dan sesudah dari segi sarana dan
intervensi/paparan prasarana sehingga
4. Hasil responden bisa dilakukan
yang dimasukkan pemberian posisi
dalam perbandingan semi fowler dengan
diukur dengan cara diukur pemasangan
yang sama Oxymetri kemudian
5. Hasil diukur dengan di amati dengan
cara yang dapat monitoring bedside.
diandalkan atau
dapat dibuktikan
6. sudah menggunakan
analisis statistik yang
tepat

Kemudian, beberapa
memperoleh hasil
“unclear/tidak jelas”
mulai dari:
1. Responden yang
termasuk dalam
perbandingan tidak
serupa
2. Tidak ada kelompok
control
3. Tindak lanjut tidak
lengkap

Sehingga dikatakan valid


karena sebagian besar
hasil checklist
memperoleh “ya”.
H. Sinopsis

1. PENGARUH SUCTION DAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP


PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN YANG TERPASANG
ENDOTRACHEAL TUBE

Pada penelitian ini responden memiliki penyakit penyerta sistem pernafasan


khususnya PPOK serta penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dengan
eksperimen dengan pre dan post test, pada satu kelompok intervensi dengan
menggunakan 32 responden, diambil dengan total sampling. Pada penelitian ini
dilakukan tindakan suction pada pasien yang terpasang endotracheal tube, setelah
dilakukan suction peneliti memberikan posisi semi fowler pada pasien. Dengan harapan
pernafasan pasien membaik, sehingga dapat meningkatkan saturasi pasien. Analisis data
yang digunakan adalah analisis univariate dengan penghitungan nilai rata-rata, dan
analisis data menggunakan paired sample T test. Adapun hasil penelitian nilai rata-rata
(mean) saturasi oksigen sebelum tindakan suction dan posisi semi fowler sebesar 92,72%
dengan nilai standar deviasi sebesar 2,453, dan nilai rata-rata (mean) saturasi oksigen
setelah tindakan suction dan posisi semi fowler sebesar 98,44% dengan nilai standar
deviasi sebesar 1,105. Hasil tersebut juga dibuktikan dengan uji hipotesis dengan
menggunakan uji Paired sample T test didapatkan p value: 0,000 (<0,05), yang berarti
terdapat perbedaan saturasi oksigen sebelum dan setelah tindakan suction dan posisi semi
fowler. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya peningkatan saturasi oksigen
dari 92,72% menjadi 98,44%, hasil tersebut memberikan bukti bahwa tindakan suction
dan posisi semi fowler dapat meningkatkan saturasi oksigen pada responden.

2. POSISI TERLENTANG VERSUS POSISI SEMI-FOWLER UNTUK


EKSTUBASI TRAKEA PADA OPERASI PERUT-UJI KLINIS ACAK

Pada penelitian ini responden memiliki penyakit penyerta sistem yakni PPOK
serta penelitian ini menggunakan desain RCT dengan pasien yang terdaftar diacak
(menggunakan tabel angka sederhana) dan dibagi menjadi kelompok posisi terlentang
(kelompok kontrol, n = 71) atau kelompok posisi semi-Fowler (kelompok eksperimen, n
= 70). Adapun Signifikansi dalam perbandingan antara kedua kelompok dinilai
menggunakan uji chi-kuadrat untuk variabel kategori dan uji t Student (untuk data yang
mengikuti distribusi normal) atau uji Mann–Whitney U (untuk data yang mengikuti
distribusi abnormal) untuk variabel kuantitatif. Adapun hasil yang bisa diambil Pada
posisi semi fowler, diafragma bergerak ke bawah, kerja pernapasan relatif menurun,
volume dan ventilasi paru meningkat, dan dilatasi paru ditingkatkan; perubahan ini dapat
meningkatkan asi oksigen dan meningkatkan saturasi oksigen. Keuntungan ini dapat
meningkatkan kenyamanan pasien di PACU, terutama pada tahap pemulihan dari
anestesi umum, ketika kejadian penyumbatan neuromuskuler residual. bisa sampai 64,7%.

3. PEMBERIAN POSISI SEMI FOWLER MENINGKATKAN SATURASI


OKSIGEN PASIEN PPOK

Pada penelitian ini responden memiliki penyakit penyerta sistem pernafasan


khususnya PPOK serta penelitian ini menggunakan desain quashi eksperimen yang
dimana melakukan pre test serta post-test yakni menerapkan posisi Semi Fowler pada
pasien PPOK selama 30 menit untuk melihat perubahan saturasi oksigen. Adapun hasil
didapatkan Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa rata-rata nilai saturasi oksigen pasien
PPOK sebelum diberikan posisi Semi Fowler dari 30 responden adalah 89,47% dengan
standar deviasi 1,697. Sedangkan Berdasarkan tabel 4, data menunjukkan bahwa rata-rata
nilai saturasi oksigen setelah diberikan posisi Semi Fowler dari 30 responden adalah
95,83% dengan standar deviasi 2,214. Hasil uji analisa data dengan menggunakan uji
paired dependent t-test menunjukkan bahwa nilai p<a (0.0000<0.05). Dengan demikian,
ada pengaruh pemberian posisi Semi Fowler terhadap peningkatan saturasi oksigen pada
pasien PPOK di RS Santi Graha.karena metode tersebut dapat mengurangi sekresi
pulmonar dan mengurangi resiko penurunan dinding dada. Selain itu Posisi Semi Fowler
bisa meningkatkan expansi paru dan menurunkan frekuensi sesak napas dikarenakan
dapat membantu otot pernapasan mengembang maksimal.
4. PEMBERIAN POSISI 45o EFEKTIF DALAM MENINGKATKAN SATURASI
OKSIGEN DAN MENURUNKAN RESPIRATION RATE PASIEN
CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

Pada penelitian ini responden memiliki penyakit penyerta sistem pernafasan


khususnya CHF, Hipertensi, Diabetes Melitus, dan Asma serta penelitian ini
menggunakan desain quashy eksperimen dengan teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 30
responden. Kriteria Inklusi dalam penelitian ini antara lain: pasien CHF NYHA 1-4 dan
dyspnea yang ditandai dengan SpO2 <94%, RR 26- 46x/menit, sedangkan kriteria ekslusi
dalam penelitian ini adalah: pasien mengundurkan diri sebagai responden, pasien tidak
kooperatif, dan pasien yang mengalami penurunan kesadaran. Penelitian ini masing-
masing responden diukur pre test saturasi oksigen dan respiration rate sebelum dilakukan
intervensi, kemudian diberikan posisi 30°, 45°, dan 60° secara berurutan dengan
perlakuan masing-masing posisi dilakukan selama 30 menit, setiap perubahan posisi
diukur post testnya. Perubahan posisi diakukan sesuai dengan SOP yang ditetapkan.
Penelitian ini menggunakan uji statistik Frieadman dengan uji post hoc menggunakan uji
Wilcoxon.

Berdasarkan uji Friedman diperoleh data bahwa p value 0.000 maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rerata saturasi oksigen sebelum, setelah diberikan
posisi 30°, setelah diberikan posisi 45° dan setelah diberikan posisi 60° pada pasien CHF
di IGD. Berdasarkan nilai mean rank diperoleh data bahwa mean rank saturasi oksigen
pasien CHF sebelum diberikan posisi sebesar 1.03, jika dibandingkan dengan mean rank
saturasi oksigen setelah diberikan posisi 30°, 45°, dan 60°, mean rank pada saturasi
oksigen setelah diberikan posisi 45° mempunyai perubahan mean rank yang paling tinggi,
dimana mengalami peningkatan menjadi 3.93. Hal tersebut juga dapat disimpulkan
bahwa posisi 45° memberikan dampak yang lebih baik dalam meningkatkan saturasi
oksigen pasien CHF dibandingkan posisi 30° dan 60°. Selain itu, untuk melihat
perbedaan saturasi oksigen pada masing masing posisi dapat dilihat melalui uji post hoc
dengan uji Wilcoxon. Berdasarkan uji post hoc dengan uji Wilcoxon diperoleh data
bahwa setiap perubahan posisi yang diberikan pada pasien maka akan berdampak juga
pada perubahan rerata saturasi oksigen ditunjukkan dengan semua uji diperoleh p value <
0.05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat perbedaan rerata saturasi oksigen
antara sebelum dan setelah diberikan posisi 30o , antara sebelum dengan setelah diberikan
posisi 45o , antara sebelum dengan setelah diberikan posisi 60°, antara posisi 30° dan 45°,
antara posisi 30° dengan 60° dan antara posisi 45° dan 60°. Berdasarkan analisis uji post
hoc dengan uji Wilcoxon juga diperoleh data bahwa terdapat 1 responden yang
mengalami penurunan saturasi oksigen ketika setelah diberikan posisi 30° dan sisanya
sebanyak 29 responden mengalami kenaikan saturasi oksigen. Setelah diberikan posisi
45° dan 60° seluruh responden mengalami kenaikan. Sedangkan perubahan posisi dari
30° menjadi 45° ada 1 responden yang tidak mengalami perubahan saturasi oksigen dan
sisanya 29 responden mengalami kenaikan. Dilihat perbandingan dari posisi 30° dengan
posisi 60o terdapat 150 reponden yang mengalami penurunan saturasi oksigen, 5
responden yang tidak mengalami perubahan, dan sisanya 20 responden mengalami
kenaikan, sedangkan jika dibandingkan dari posisi 45o dan 60o sebanyak 27 responden
mengalami penurunan saturasi oksigen sebanyak 27 responden dan 3 responden tidak
mengalami perubahan saturasi oksigen. Berdasarkan data dalam penelitian ini dapat
ditarik kesimpulan bahwa pemberian posisi 45° efektif dalam meningkatkan saturasi
oksigen dan aman bagi pasien CHF. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa posisi 45°
memberikan dampak yang lebih baik dalam meningkatkan saturasi oksigen pasien CHF
dibandingkan posisi 30° dan 60°. Pasien diposisikan 45° akan meningkatkan aliran darah
diotak dan memaksimalkan oksigenasi jaringan serebral. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Wijayati, Ningrum dan Putrono (2019) menunjukkan bahwa
ada pengaruh pemberian posisi tidur semifowler 45o terhadap kenaikan saturasi oksigen.
5. EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEKNIK PERNAFASAN PURSED LIPS
BREATHING DAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP PENINGKATAN
SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN TB PARU

Pada penelitian ini responden memiliki penyakit penyerta sistem pernafasan


khususnya TB Paru serta penelitian ini menggunakan desain Quasy Experiment pre-
posttest dengan melibatkan kelompok kriteria. Populasi dalam penelitian ini adalah 12
responden. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember - Januari 2019. Peneliti
memberikan penjelasan tentang teknik pernafasan pursed lips breathing dan posisi semi
fowler. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai saturasi responden sebelum dilakukan
intervensi pursed lips breathing, mayoritas pada ringan – sedang sebanyak 6 orang
(100%), kemudian nilai saturasi setelah diberikan intervensi pursed lips breathing yaitu
normal 5 orang (88,3%), dan hipoksia ringan 1 orang (16,7%), dengan mean 96.30 dan p
value 0.002. Posisi semi fowler dilakukan sebagai cara untuk mengurangi dan membantu
menangani sesak nafas. Posisi semi fowler dengan derajat kemiringan 30-45 derajat,
yaitu mengandalkan gaya gravitasi untuk membantu pengembangan paru dan
mengurangi tekanan dari abdomen dan diafragma. untuk intervensi perubahan posisi
semi fowler, sebelum dilakukan perubhann semi fowler rata-rata 92.83, dan sesudah
dilakukan semi fowler 95.17. Hasil uji statistik diperoleh P Value = 0,025 (P value 0,025
< α 0,05). Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan anatara pemberian pursed lips
breathing dan posisi semi fowler terhadap nilai saturasi oksigen pada pasien TB paru.
SINOPSIS KESELURUHAN

Berdasarkan hasil dari Analisa 5 Jurnal yang terpilih sesuai Critical Appraisal
serta sesuai dengan kriteria inklusi yakni pasien dengan penyakit penyerta, dimana dari 5
jurnal memiliki kesamaan penyakit penyerta yakni Penyerta Sistem pernafasan PPOK
dan Asma kemudian penelitian ini menunjukan bahwa posisi semi fowler dapat
meningkatkan saturasi oksigen dibanding dengan beberapa posisi lain salah satunya head
up, dimana terjadi peningkatan sebesar 0,05 poin. Adapun dari jurnal yang sudah
dianalisis di dapatkan posisi semi fowler paling efektif pada derajat 45° dengan lama
waktu pemberian sekitar 15-30 menit. Pada posisi semi fowler didapatkan terjadi
peningkatan saturasi oksigen dari rata-rata 88%-92% menjadi meningkat setelah
dilakukan tindakan posisi semi fowler dengan rata-rata nilai 96-99% dimana merupakan
hitungan normal. Pengaturan posisi tidur semi fowler dengan meninggikan punggung
bahu dan kepala 45° memungkinkan rongga dada dapat berkembang secara luas dan
pengembangan paru meningkat. Kondisi ini akan menyebabkan asupan oksigen membaik
sehingga proses respirasi kembali normal. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh
Cheever & Hinkle, (2014) menyatakan bahwa pengaturan posisi tidur semi fowler dapat
meningkatkan kondisi pengembangan paru dan nadi. Sebagaimana hasil penelitian
Anchala (2016) yang menunjukan bahwa ada perbedaan yang siginifikan SPO2 pada
posisi semi fowler dibandingkan posisi yang lain Hal ini disebabkan karena posisi semi
fowler dapat mengurangi sekresi pulmonary dan mengurangi resiko penurunan dinding
dada, kemudian juga bisa meningkatkan expansi paru dan menaikan saturasi oksigen
dikarenakan dapat membantu otot pernafasan mengembang maksimal. Selain itu posisi
semi fowler ini juga meningkatkan kenyamanan pada pasien. Kesimpulan dari analisa
keseluruhan posisi semi fowler ini dapat meningkatkan saturasi oksigen serta juga
kenyamanan pada pasien post operasi dengan penyakit penyerta pada sistem pernafasan
di ruang PACU.
LAMPIRAN JURNAL
Volume 2, Nomor 3, Desember 2020 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824

PENGARUH SUCTION DAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP


PERUBAHAN SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN YANG
TERPASANG ENDOTRACHEAL TUBE

Dewi Silfiah1, Hariza Pertiwi2, Widanarti Setyaningsih3


1,2,3
Program Studi Keperawatan, Universitas Binawan

Korespondensi: dewi.silfiah@gmail.com

Abstrak
Intensive care unit (ICU) merupakan bagian pelayanan dengan staf khusus dan
perlengkapan khusus ditunjukan untuk pasien yang menderita penyakit, cedera atau
penyulit-penyulit yang mengancam nyawa. Tindakan suction sering dilakukan pada
pasien ICU, tujuannya adalah meningkatkan saturasi oksigen pasien. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh suction dan posisi semi fowler terhadap
perubahan saturasi oksigen pada pasien yang terpasang endotracheal tube di ICU
Rumah Sakit OMNI Alam Sutera. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan
eksperimen dengan pre dan post test, sampel penelitian adalah seluruh pasien di ruang
ICU Rumah Sakit OMNI Alam Sutera pada periode 01 Desember 2019 s.d. 30 Januari
2020 sebanyak 32 orang. Alat penelitian adalah lembar observasi saturasi oksigen.
Analisa data berupa analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan rata-rata
(mean) saturasi oksigen sebelum tindakan sebesar 92,72%, rata-rata (mean) saturasi
oksigen setelah tindakan sebesar 98,44%. Ada pengaruh suction dan posisi semi
fowler terhadap perubahan saturasi oksigen pada pasien yang terpasang endotracheal
tube di ICU Rumah Sakit Omni Alam Sutra, dengan nilai p: 0,000 (<0,05). Perawat
dapat melakukan tindakan suction dan pemberian posisi semi fowler pada pasien
dengan masalah penyerta pada system pernafasan, khususnya pasien dengan bersihan
jalan nafas tidak efektif.

Kata Kunci : Saturasi oksigen, suction, semi fowler.

Pengaruh Suction dan Posisi Semi Fowler terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang 347
Volume 2, Nomor 3, Desember 2020 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824

THE EFFECT OF SUCTION AND SEMI FOWLER POSITION


TOWARDS CHANGES OF OXYGEN SATURATION IN
PATIENTS ASSEMBLED WITH ENDOTRACHEAL TUBE
Abstract
The intensive care unit (ICU) is a service unit with special staff and special equipment
designated for patients suffering from life-threatening illnesses, injuries or
complications. Suction action is often performed in ICU patients, the goal is to
increase the patient's oxygen saturation. This study aims to determine the effect of
suction and semi-fowler position on changes in oxygen saturation in patients with
endotracheal tubes attached to the ICU of OMNI Alam Sutera Hospital. The research
design was quantitative with pre and post test experiments, the sample of the study
was all 32 patients in the ICU room at OMNI Alam Sutera Hospital from December,
1st 2019 to January, 30th 2020. The research tool was the oxygen saturation
observation sheet. Data analysis was in the form of univariate and bivariate analysis.
The results showed that the average (mean) oxygen saturation before the treatment
was 92.72%, the average (mean) oxygen saturation after the action was 98.44%.
There was an effect of suction and semi-fowler position on changes in oxygen
saturation in patients with endotracheal tubes attached to the ICU at Omni Alam
Sutra Hospital, with p value: 0.000 (<0.05). The nurse can perform suction and semi
fowler position to increase oxygen saturation in patients with airway problems.
Keywords: Oxygen saturation, suction, semi fowler
PENDAHULUAN menular yang berakhir dengan dirawat di
Intensive care unit (ICU) merupakan ICU. Kematian karena penyakit tidak
suatu bagian dari Rumah Sakit yang mandiri menular terus meningkat setiap periodenya,
dibawah direktur pelayanan dengan staf pada tahun 1995 sebanyak 41,7% kematian
yang khusus dan perlengkapan yang khusus disebabkan penyakit tidak menular, tahun
ditunjukan untuk observasi, perawatan dan 2001 sebanyak 49,9%, dan tahun 2007
terapi pasien-pasien yang menderita sebanyak 59,5%. (Kemenkes RI, 2008).
penyakit, cedera atau penyulit-penyulit yang Menurut Wilkinson dalam
mengancam nyawa atau potensial NANDA (2012), masalah keperawatan
mengancam nyawa (Kemenkes RI, 2011). yang paling sering ditemui di ruang ICU
Angka kematian di ruang ICU cukup adalah masalah pada sistem pernafasan.
tinggi. Berdasarkan data yang ada di Bahkan masalah pada pernafasan menjadi
Amerika Serikat, sekitar satu dari lima pencetus terjadinya kematian pada pasien.
pasien yang meninggal terjadi di ICU Salah satu yang paling sering terjadi pada
dimana lebih dari 500.000 kematian terjadi pasien adalah ketidakefektifan bersihan
tiap tahun (Curtis, 2008). Hasil penelitian jalan nafas. Menurut Wilkinson dalam
yang dilakukan oleh Adamski et al. (2015) NANDA (2012), ketidakefektifan bersihan
didapatkan angka kematian di ICU terendah jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk
terdapat di Australia dan Selandia Baru membersihkan sekresi atau obstruksi dari
(9%) dan Scandinavia (9,1%), angka saluran napas untuk mempertahankan
kematian yang lebih tinggi secara signifikan bersihan jalan. Penyebab terjadinya
dilaporkan di Italia (16,9%) dan Arab Saudi masalah ini sangat bervariasi, seperti:
(20%). Angka kematian paling tinggi di adalah sputum, darah, benda asing, dan
Indonesia disebabkan oleh penyakit tidak juga penyempitan bronkus pada pasien

Pengaruh Suction dan Posisi Semi Fowler terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang 348
Volume 2, Nomor 3, Desember 2020 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824

asma bronkial. Menurut NIC NOC (2012), lembar observasi intervensi suction. Analisis
intervensi keperawatan yang dapat data yang digunakan adalah analisis
dilakukan untuk mengatasi masalah univariate dengan penghitungan nilai rata-
ketidakefektifan bersihan jalan nafas akibat rata, dan analisis data menggunakan paired
penumpukan sputum, darah atau cairan sample T test..
adalah lakukan penghisapan lendir atau
tehnik suctioning. HASIL
Menurut penelitian Septimar & Novita Tabel 1. Gambaran distribusi frekuensi
(2018) tentang pengaruh tindakan saturasi oksigen sebelum dan setelah
penghisapan lendir (suction) terhadap dilakukan tindakan suction dan posisi
perubahan kadar saturasi oksigen pada semi fowler
pasien kritis di ICU, terdapat pengaruh Tindakan
Rata-rata
tindakan penghisapan lendir terhadap saturasi (%)
perubahan kadar saturasi oksigen pada Sebelum 92,72
pasien, dengan nilai p:0,000 (<0,05). Rata- Setelah 98,44
rata saturasi oksigen pasien sebelum Total sampel 32
dilakukan suction adalah 95,78%, sedangkan Berdasarkan tabel 1. Didapatkan bahwa
rata-rata saturasi oksigen pasien setelah rata-rata saturasi oksigen sebelum dilakukan
dilakukan suction adalah 97,25%. suction dan posisi semi fowler adalah
Menurut Brunner & Suddart (2016) 92,72%, setelah dilakukan suction dan posisi
posisi semi fowler dapat meningkatkan semi fowler adalah 98,44%.
kestabilan frekuensi pernafasan pada pasien.
Kondisi ini dapat meningkatkan saturasi Tabel 2. Gambaran distribusi frekuensi
oksigen pada pasien. Pada jurnal penelitian saturasi oksigen sebelum dilakukan
Maria, dkk (2019) tentang efektivitas tindakan suction dan posisi semi fowler
pemberian posisi semi fowler pada Saturasi O2 Max 96%
kestabilan pernafasan pada pasien asma di
Rumah Sakit Martapura, didapatkan bahwa Saturasi O2 Min 87%
posisi semi fowler dapat memberikan Mean Sat. O2 92,72%
kestabilan pada pernafasan pasien, nilai p: SD 2,453
0,000 (<0,05). Total sampel 32
Pada penelitian ini dilakukan tindakan
suction pada pasien yang terpasang Berdasarkan tabel 2. Didapatkan saturasi
endotracheal tube, setelah dilakukan suction oksigen tertinggi adalah 96%, saturasi
peneliti memberikan posisi semi fowler pada terendah adalah 87%, rata-rata saturasi
pasien. Dengan harapan pernafasan pasien oksigen sebelum tindakan adalah 92,72%.
membaik, sehingga dapat meningkatkan
saturasi pasien. Tabel 3. Gambaran distribusi frekuensi
saturasi oksigen setelah dilakukan
BAHAN dan METODE tindakan suction dan posisi semi fowler
Desain penelitian menggunakan eksperimen Saturasi O2 Max 100%
dengan pre dan post test pada satu kelompok
intervensi dengan menggunakan 32 Saturasi O2 Min 96%
responden, diambil dengan total sampling. Mean Sat. O2 98,44%
Penelitian dilaksanakan pada 01 Desember SD 1,105
2019 s.d. 30 Januari 2020, alat penelitian: Total sampel 32

Pengaruh Suction dan Posisi Semi Fowler terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang 349
Volume 2, Nomor 3, Desember 2020 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824

Berdasarkan tabel 3. Didapatkan saturasi homogen. Angka tersebut menunjukkan


oksigen tertinggi adalah 100%, saturasi bahwa pemberian tindakan suction dan
terendah adalah 96%, rata-rata saturasi posisi semi fowler memberikan pengaruh
oksigen sebelum tindakan adalah 98,44%. yang cukup signifikan. Hasil tersebut juga
dibuktikan dengan uji hipotesis dengan
Tabel 4. Pengaruh suction dan posisi semi menggunakan uji Paired sample T test
fowler terhadap perubahan saturasi didapatkan p value: 0,000 (<0,05), yang
oksigen pada pasien berarti terdapat perbedaan saturasi oksigen
Tindakan Frekuensi Persentase Mean Perbedaan P sebelum dan setelah tindakan suction dan
mean value
Sebelum 32 100% 92,72
posisi semi fowler.
5,719 0,000 Penelitian sebelumnya yang dilakukan
Sesudah 32 100% 98,44
Berdasarkan tabel 4. Didapatkan bahwa oleh Septimar & Novita (2018) tentang
rata-rata saturasi oksigen sebelum dilakukan pengaruh tindakan penghisapan lendir
suction dan posisi semi fowler adalah (suction) terhadap perubahan kadar saturasi
92,72%, setelah dilakukan suction dan posisi oksigen pada pasien kritis di ICU.
semi fowler adalah 98,44%. Perbedaan rata- Didapatkan hasil terdapat pengaruh tindakan
rata saturasi sebelum dan setelah suction dan penghisapan lendir terhadap perubahan
posisi semi fowler adalah 5,719%. Setelah kadar saturasi oksigen pada pasien, dengan
dilakukan uji hipotesis dengan nilai p:0,000 (<0,05). Rata-rata saturasi
menggunakan uji Paired sample T test oksigen pasien sebelum dan setelah
didapatkan p value: 0,000 (<0,05). dilakukan suction meningkat dari 95,78%
menjadi 97,25%. Menurut Septimar &
Novita, tindakan suction sangat efektif untuk
PEMBAHASAN membersihkan jalan nafas dengan tujuan
Pengaruh suction dan posisi semi fowler meningkatkan saturasi oksigen pasien.
terhadap perubahan saturasi oksigen Penelitian sebelumnya yang dilakukan
pada pasien oleh Nizar & Haryati (2015) tentang
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pengaruh suction terhadap kadar saturasi
peningkatan saturasi oksigen dari 92,72% oksigen pada pasien koma di ruang ICU
menjadi 98,44%. Menurut peneliti, hasil RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Didapatkan
tersebut memberikan bukti bahwa tindakan hasil terdapat pengaruh suction terhadap
suction dan posisi semi fowler dapat kadar saturasi oksigen pada pasien, dengan
meningkatkan saturasi oksigen pada nilai p: 0,000 (<0,05). Rata-rata saturasi
responden. Berdasarkan penurunan nilai oksigen sebelum dan setelah dilakukan
standar deviasi pada keseluruhan responden suction meningkat dari 89,86% menjadi
juga memberikan gambaran bahwa sebaran 91,65%. Menurut Nizar & Haryati, tindakan
responden menunjukan perubahan saturasi suction dapat meningkatkan saturasi
oksigen yang cukup signifikan. Perubahan oksigen.
nilai standar deviasi tersebut adalah dari Perbedaan penelitian ini dengan
2,453 menjadi 1,105. Hasil standar deviasi penelitian sebelumnya adalah perlakukan
tersebut memberikan gambaran yang cukup tindakan semi fowler pada penelitian ini
jelas bahwa nilai standar deviasi berjalan tidak didapatkan pada penelitian
mendekati nilai 0 (nol), sehingga persebaran sebelumnya. Pada penelitian sebelumnya
data dari satu responden ke responden lain hanya dilakukan pemberian tindakan
menjadi semakin dekat (nilainya tidak suction, namun tidak dilakukan tindakan
berjauhan) atau memiliki nilai cukup pemberian posisi semi fowler. Hasil

Pengaruh Suction dan Posisi Semi Fowler terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang 350
Volume 2, Nomor 3, Desember 2020 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824

pemberian posisi semi fowler mampu sehingga standar tersebut dapat digunakan
meningkatkan saturasi oksigen pada pasien. perawat dalam melakukan asuhan
Keterbatasan sampel dalam penelitian keperawatan yang dilakukan seperti
yaitu sampel yang digunakan kurang besar, frekuensi pelaksanaan tindakan suction
untuk peneliti selanjutnya dapat terhadap pasien, dan sebagainya.
menggunakan sampel dengan kelompok
Kontrol. Dengan tujuan bahwa hasil
pengambilan saturasi oksigen dapat Peneliti selanjutnya
dibandingkan dengan kelompok control Pada penelitian selanjutnya hendaknya
yang tidak dilakukan tindakan suction. mengembangkan variabel yang lebih luas
Sehingga cakupan hasil penelitian ini dapat lagi tentang kecemasan yang berhubungan
lebih luas dan terhindar dari bias (kesalahan dengan tindakan suction pada pasien.
intepretasi hasil). Sehingga hasil penelitian tentang fenomena
yang lebih luas dapat diketahui.
SIMPULAN dan SARAN
Simpulan UCAPAN TERIMAKASIH
Berdasarkan hasil pengolahan data yang Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
telah dilakukan, peneliti menarik 1. Bapak Drs. Sofyan Hawadi, MA
kesimpulan: selaku Rektor Universitas Binawan.
1. Nilai rata-rata (mean) saturasi oksigen 2. Bapak Dr. Aan Sutandi, S.Kep, Ns,
sebelum tindakan suction dan posisi MN selaku Ketua Program Studi
semi fowler sebesar 92,72%, dengan Keperawatan.
nilai standar deviasi sebesar 2,453. 3. Ibu Ns. Handayani, M.Kep.Sp.Mat
2. Nilai rata-rata (mean) saturasi oksigen selaku Koordinator Mata Ajar
setelah tindakan suction dan posisi semi Introduction of Nursing Research.
fowler sebesar 98,44%, dengan nilai 4. Ibu Ns. Harizza Pertiwi, S.Kep,. MN
standar deviasi sebesar 1,105. selaku pembimbing proposal
3. Ada pengaruh suction dan posisi semi penelitian.
fowler terhadap perubahan saturasi 5. Ibu Ns. Widanarti Setyaningsih,
oksigen pada pasien yang terpasang S.Kp., MN selaku pembimbing II
endotracheal tube di ICU Rumah Sakit dalam penyusunan skripsi penelitian
Omni Alam Sutra, dengan nilai p: 0,000
(<0,05). DAFTAR PUSTAKA
Saran Brunner & Suddart. (2016). Keperawatan
Perawat medikal bedah. Edisi 12. JakartaEGC
Perawat dapat melakukan tindakan Curtis J R. (2008). Caring for Patients With
suction dan posisi semi fowler dengan Critical Illness and Their Families:
frekuensi lebih sering terhadap pasien the Value of the Integrated Clinical
dengan masalah penyerta pada system Team. Jurnal Keperawatan
pernafasan seperti PPOK. Dengan harapan Dahlan, S. (2005). Besar Sampel dalam
saturasi oksigen pada pasien-pasien tersebut Penelitian Kedokteran Dan
dapat terkontrol. Kesehatan. Jakarta: Arkans
Diklat Rumah Sakit Omni Alam Sutra Dahlan, S. (2008). Statistik untuk
Bagian Diklat Rumah Sakit Omni Alam Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:
Sutra hendaknya membuat standar deteksi Salemba Medika
dini pasien tentang masalah penyerta yang Depkes RI. (2009). Pedoman Perawatan
dialami pasien yang dirawat di ICU, ICU Rumah Sakit. Jakarta:Depkes RI

Pengaruh Suction dan Posisi Semi Fowler terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang 351
Volume 2, Nomor 3, Desember 2020 p-ISSN 2656-5285
Binawan Student Journal (BSJ) e-ISSN 2715-1824

Elly. (2010). Pengantar kegawatdaruratan Sugiyono. (2012). Metode penelitian


di intensive care unit. Jakarta: pendidikan pendekatan kuantitatif,
Salemba medika kualitatif, dan R & D. Bandung:
Hidayat, Aziz Alimul. (2014). Pengantar Alfabeta
Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Tarwoto, Wartonah. (2012). Kebutuhan
Jakarta : Salemba Medika. Dasar manusia dan Proses
Kemenkes RI. (2008). Riset kesehatan Keperawatan. Jakarta: Salemba
dasar. Jakarta: Depkes RI Medika.
Kemenkes RI. (2011). Pedoman Wilkinson. (2012). NANDA Diagnosa
Penyelenggaraan Pelayanan HCU keperawatan: definisi dan klasifikasi.
dan ICU di Rumah Sakit Jakarta: EGC
Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2009). Buku
Ajar Fondamental Keperawata:
Konsep, Proses & Praktik, Volume:
1, Edisi: 7. Jakarta: EGC
Latief. (2007). Petunjuk Praktis
Anestesiologi. Edisi ke-2. Jakarta:
FKUI
Lynn, D. (2011). AACN procedure manual
for critical care 6th edition. St Louis
Missouri: Elsevier saunders.
Nizar & Haryati (2015) tentang pengaruh
suction terhadap kadar saturasi
oksigen pada pasien koma di ruang
ICU RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Notoatmodjo, S, (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan . Jakarta:
Rineka Cipta
Rosjidi & Harum. (2011). Pelayanan ICU
Rumah sakit. Jakarta: Salemba
Medika
Septimar & Novita (2018) tentang pengaruh
tindakan penghisapan lendir
(suction) terhadap perubahan kadar
saturasi oksigen pada pasien kritis di
ICU.
Smeltzer & Beare. (2012). Buku ajar
keperawatan medikal bedah brunner
& suddart Edisi 8. Jakarta: EGC
Standar prosedur operasional tindakan
Endotracheal tube Rumah Sakit
Omni tahun 2016
Standar prosedur operasional tindakan
suctioning Rumah Sakit Omni tahun
2014

Pengaruh Suction dan Posisi Semi Fowler terhadap Perubahan Saturasi Oksigen pada Pasien yang 352
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185
https://doi.org/10.1186/s12871-020-01108-5

RESEARCH ARTICLE Open Access

Supine versus semi-Fowler’s positions for


tracheal extubation in abdominal surgery-a
randomized clinical trial
Qiongfang Zhu1†, Zheyan Huang1†, Qiaomei Ma1, Zehui Wu1, Yubo Kang1, Miaoyin Zhang1, Tiantian Gan1,
Minxue Wang2 and Fei Huang2*

Abstract
Background: Tracheal extubation is commonly performed in the supine position. However, in patients undergoing
abdominal surgery, the supine position increases abdominal wall tension, especially during coughing and deep
breathing, which may aggravate pain and lead to abdominal wound dehiscence. The semi-Fowler’s position may
reduce abdominal wall tension, but its safety and comfort in tracheal extubation have not been reported. We
aimed to evaluate the safety and comfort of different extubation positions in patients undergoing abdominal
surgery.
Methods: We enrolled 141 patients with an American Society of Anesthesiologists grade of I-III who underwent
abdominal surgery. All patients were anesthetized with propofol, fentanyl, cisatracurium, and sevoflurane. After
surgery, all patients were transferred to the post-anesthesia care unit (PACU). Patients were then randomly put into
the semi-Fowler’s (n = 70) or supine (n = 71) position while 100% oxygen was administered. The endotracheal tube
was removed after the patients opened their eyes and regained consciousness. Vital signs, coughing, and pain and
comfort scores before and/or after extubation were recorded until the patients left the PACU.
Results: In comparison with the supine position, the semi-Fowler’s position significantly decreased the wound pain
scores at all intervals after extubation (3.51 ± 2.50 vs. 4.58 ± 2.26, 2.23 ± 1.68 vs. 3.11 ± 2.00, 1.81 ± 1.32 vs. 2.59 ± 1.88,
P = 0.009, 0.005 and 0.005, respectively), reduced severe coughing (8[11.43%] vs. 21[29.58%], P = 0.008) and bucking
after extubation (3[4.29%] vs. 18[25.35%], P < 0.001), and improved the comfort scores 5 min after extubation (6.11 ±
2.30 vs. 5.17 ± 1.78, P = 0.007) and when leaving from post-anesthesia care unit (7.17 ± 2.27 vs. 6.44 ± 1.79, P = 0.034).
The incidences of vomiting, emergence agitation, and respiratory complications were of no significant difference.
Conclusion: Tracheal extubation in the semi-Fowler’s position is associated with less coughing, sputum suction,
and pain, and more comfort, without specific adverse effects when compared to the conventional supine position.
Trial registration: Chinese Clinical Trial Registry, ChiCTR1900025566. Registered on 1st September 2019.
Keywords: Tracheal extubation; supine; semi-Fowler’s; post-anesthesia care unit

* Correspondence: huangf25@mail2.sysu.edu.cn

Qiongfang Zhu and Zheyan Huang contributed equally to this work.
2
Department of Anesthesiology, The Third Affiliated Hospital of Sun Yat-sen
University, 600 Tianhe Rd, Guangzhou, China
Full list of author information is available at the end of the article

© The Author(s). 2020 Open Access This article is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License,
which permits use, sharing, adaptation, distribution and reproduction in any medium or format, as long as you give
appropriate credit to the original author(s) and the source, provide a link to the Creative Commons licence, and indicate if
changes were made. The images or other third party material in this article are included in the article's Creative Commons
licence, unless indicated otherwise in a credit line to the material. If material is not included in the article's Creative Commons
licence and your intended use is not permitted by statutory regulation or exceeds the permitted use, you will need to obtain
permission directly from the copyright holder. To view a copy of this licence, visit http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/.
The Creative Commons Public Domain Dedication waiver (http://creativecommons.org/publicdomain/zero/1.0/) applies to the
data made available in this article, unless otherwise stated in a credit line to the data.
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185 Page 2 of 9

Background lung expansion and increases gas exchange [8]. One


The post-anesthesia care unit (PACU) provides close study revealed that using the semi-Fowler’s position
monitoring for postoperative patients who are not fully within 24 h of tracheal intubation significantly reduced
awake after general anesthesia. Due to the residual ef- ventilator-associated pneumonia. In addition, early pos-
fects of anesthetics and muscle relaxants, admittance tural interventions after general anesthesia can facilitate
into the PACU is associated with a high risk of compli- pulmonary ventilation and increase blood oxygen con-
cations. A retrospective study of 18,473 patients found tent [9].
that the overall incidence of PACU complications was Therefore, we hypothesized that the semi-Fowler’s
23% and the most common complications included position might be more comfortable for emergence from
postoperative nausea and vomiting (10 to 30%), upper anesthesia and extubation in patients undergoing ab-
airway abnormalities (6.9%), hypotension (2.7%), dominal surgery than the supine position, and reduce
arrhythmia (1.4%), hypertension (1.1%), and altered con- common complications in the PACU. To test this hy-
sciousness (0.6%) [1]. pothesis, we conducted a prospective, randomized clin-
Studies have shown that the extubation position during ical trial and aimed to assess the comfort and safety in
emergence from anesthesia is related to the peri- and patients extubated in the semi-Fowler’s position com-
postoperative complications. For patients with obstructive pared to those extubated in the supine position.
sleep apnea after uvulopalatopharyngoplasty, extubation
in the upright position can significantly reduce the upper Methods
airway blocking, the work of breathing, postoperative re- Ethical considerations and trial registration
spiratory depression, and increase functional residual cap- This study was approved by the Ethics Committee for
acity [2] Another study found that extubation in the prone Clinical Research and Animal Trials of the First Affili-
position can significantly reduce postoperative coughing ated Hospital of Sun Yat-sen University (number
in patients undergoing spinal surgery [3]. Because there is [2019]225) on 29th May 2019. The study was registered
currently no evidence that a single extubation position is on the Chinese Clinical Trial Registry (ChiC-
suitable for all patients, we assumed that patients should TR1800018537).URL:http://www.chictr.org.cn/showpro-
be placed in different positions based on their conditions. jen.aspx?proj=42692
Abdominal surgery patients have a high risk of postop- The study was conducted from 5th September 2019
erative nausea and vomiting [4]. After administering through 17th February 2020 in the First Affiliated Hos-
general anesthesia, most anesthetists prefer to place pital of Sun Yat-sen University. All enrolled patients
patients in the supine position for extubation. This is signed informed consent before admission.
because it is simple, enables easy observation, and can
prevent regurgitation in the case of vomiting [5]. How- Patients and sample size calculation
ever, some believe that awake extubation recovers pro- A total of 152 patients aged 18–70 years were screened,
tective reflexes, such as coughing and swallowing, after of whom 141 were finally enrolled. All the patients were
extubation; in this case, the advantages of supine extuba- classified as American Society of Anesthesiologists
tion are diminished [6]. Besides, abdominal pain after (ASA) grade between I and III and were scheduled for
surgery leads to respiratory restriction and increased ab- laparoscopic or traditional open abdominal surgery
dominal wall pressure [7]. Postoperative coughing, which under general anesthesia with endotracheal intubation.
is helpful for sputum excretion and recovery of pulmon- Patients with difficult airways, obesity (body mass index
ary function, yet further increases abdominal pressure [BMI] > 35 kg/m2), or symptomatic reflux were excluded.
and aggravates the pain, for which patients are more un- Those who admitted to department of intensive care
willing to cough actively in the supine position. A better unit (ICU) were also excluded. The primary outcome of
position for extubation after abdominal surgery should this study is the patient comfort visual analog scale
be used postoperatively to achieve less abdominal pain (VAS) score 5 min after extubation. Based on the sample
and better patient comfort while not increasing the size formula with a two-sided alpha of 0.05 and a power
workload of paramedics in the PACU. of 0.8, an adequate sample size was determined to be 33
In the semi-Fowler’s position, the extension of abdom- patients in each group. Accordingly, we recruited a
inal muscles decreases, thereby potentially relieving the sample of 141 patients for the study (Fig. 1).
intension of surgical wound and abdominal pain. In
addition, peritoneal effusion is restricted to the lower Group interventions
position, leading to a more adequate drainage. Moreover, The patients enrolled were randomized (using a simple
studies have shown that the semi-Fowler’s position can number table) and divided into the supine position
increase the lung capacity by 10 to 15% and improve the group (control group, n = 71) or the semi-Fowler’s pos-
range of motion of diaphragm muscle; this facilitates ition group (experimental group, n = 70). All patients
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185 Page 3 of 9

Fig. 1 Participant flow diagram

were blinded to their group assignment. Patients in the then transferred to the PACU, where they underwent
control group did not undergo a position change and re- standard electrocardiography and noninvasive blood
ceived tracheal extubation in the supine position. In the pressure and peripheral capillary oxygen saturation
experimental group, patients were placed in the semi- monitoring. The patients were randomized to either the
Fowler’s position (supine with 30° head-up) during supine or semi-Fowler’s position and placed into corre-
emergence and extubation until they were discharged sponding position 5 min later. The patients had to
from the PACU. Patients in both groups were induced achieve the following conditions before extubation: (1)
with midazolam, propofol, cisatracurium, and fentanyl spontaneous ventilation, (2) complete reversal of neuro-
and were anesthetized with sevoflurane. muscular blockade, and (3) eye-opening and regaining of
consciousness. Heart rate (HR), mean arterial pressure
Study procedures and data collection (MAP), and SpO2 were recorded at six points: (1) 5 min
After enrollment, demographic data, including age, gen- after arrival in PACU (T1), (2) immediately after posi-
der, body mass index (BMI), ASA class, NYHA class, tioning (T2), (3) the moment before extubation (T3), (4)
Mallampati class, history of cigarette use, and breath 1 min after extubation (T4), (5) 5 min after extubation
holding test, were recorded. (T5), (6) 30 min after extubation (T6), and (7) when
The anesthetists in this study were not preselected and leaving the PACU (T7). Patients in both groups were
were given general guidelines to conduct the anesthetics. suctioned before extubation, but were not stimulated in
Baseline data, consisting of noninvasive mean arterial any other way until they could move spontaneously.
pressure (MAP), heart rate (HR), peripheral capillary Once extubation was carried out, extubation time (from
oxygen saturation (SpO2), respiratory rate (RR), and arrival at PACU to extubation) was recorded. In addition
temperature, were recorded before anesthesia (T0). Be- to demographic data, the frequency of initiative severe
sides, type of surgery, estimated blood loss, crystalloid coughing for sputum excretion (sustained ≥5 s), passive
replacement, anesthesia time, and surgical time were bucking due to stimulation of excretion, requirement for
recorded intraoperatively. suction after extubation, vomiting, and emergence agita-
After the operation was completed and the drapes tion, the Riker Sedation-Agitation Scale (SAS) score, air-
were removed, sevoflurane was discontinued and pa- way rescue after extubation, the need for suctioning,
tients were given 100% oxygen instead. Patients were sore throat, the wound pain VAS score, the Bruggemann
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185 Page 4 of 9

comfort scale (BCS) score, the comfort VAS score, and Although the BCS scores in both groups were compar-
satisfaction score from nursing personnel were recorded. able, the comfort VAS scores for the semi-Fowler’s pos-
The duration of PACU was also recorded. ition were higher than those for the supine position at
Respiratory complications that occurred after extuba- T5 and T7 (Table 2, P = 0.007 and 0.034, respectively).
tion were recorded: (1) transient decline of SpO2 > 5% or The wound pain VAS scores of the semi-Fowler’s pos-
SpO2 < 90% that yet requires no intervention; (2) upper ition group were significantly lower than those of the su-
airway obstruction or respiratory depression that needs pine position group at all intervals after extubation
noninvasive intervention(s), e.g., the jaw-thrust maneu- (Table 2, P = 0.009, 0.005, and 0.005, respectively). Be-
ver, the administration of oro−/naso-pharyngeal airway sides, extubation in the semi-Fowler’s position did not
or noninvasive positive ventilation; (3) severe airway ob- aggravate the sore throat compared with that in the su-
struction or respiratory depression that needs pine position.
reintubation. Patients in the semi-Fowler’s position had no statisti-
During the study, we became aware of the use of dex- cally significant changes in respiratory rate, SpO2 or
medetomidine and lidocaine cream. To exclude the in- MAP from baseline at all intervals compared with pa-
fluence of these medicines on the results, we tients in the supine position (Fig. 2). However, semi-
retrospectively collected data regarding their use. Fowler’s patients demonstrated a statistically significant
increase in HR, compared to baseline, at T3(P = 0.035),
Statistical analyses T4(P = 0.014), T5(P = 0.006) and T6(P = 0.015) (Fig. 3).
Patient demographic parameters, HR, and MAP were Compared with the supine group, patients in the semi-
compared between the groups at baseline using the t- Fowler’s position had significantly fewer severe coughing
test with Satterthwaite adjustments for unequal variance, after extubation (Table 3, P = 0.008) and fewer episodes
when appropriate. The normality of the distribution was of immediate bucking after extubation (Table 3, P<
assessed using the Shapiro-Wilk test. The parametric 0.001). Eight patients required suction after extubation
data were expressed as mean (± standard deviation in the semi-Fowler’s group, while 17 required it in the
[SD]), while the nonparametric data were expressed as supine group (P = 0.052). Three of 141 patients vomited,
median (interquartile range). The categorical data were including 2 semi-Fowler’s patients and 1 supine patient
described as frequency (proportion). Significance in the (P = 0.578). Four cases in each group experienced emer-
comparisons between the two groups was assessed using gence agitation (P = 0.962), and the SAS scores were also
the chi-squared test for categorical variables and the Stu- comparable.
dent’s t-test (for data following the normal distribution) One patient in the semi-Fowler’s position had a brief
or Mann–Whitney U test (for data following an abnor- occurrence of upper airway obstruction, which required
mal distribution) for quantitative variables. Anesthesia transient jaw-thrust maneuver. The use of dexmedeto-
time, surgical time, estimated blood loss, and crystalloid midine and lidocaine cream was comparable between
replacement were log-normal in distribution, and thus the two groups (Table 1).
required log transformation before the t-tests. Demo- All cases in the semi-Fowler’s position group received
graphic and baseline data were summarized as mean full satisfaction scores (4 points) from nursing personnel,
values ± SD, geometric means with 95% confidence in- while three cases in the supine position received 3 points
tervals, medians and range, or frequencies. P<0.05 was and other three cases received 2 points (P = 0.013).
considered statistically significant. All statistical analyses
were conducted using SPSS version 23.0 (IBM Corp., Discussion
Armonk, NY, USA). The safety and comfort associated with semi-Fowler’s
position in emergence and extubation remain largely un-
Results documented. This study demonstrated that the semi-
From September 2019 to February 2020, 152 patients Fowler’s position for emergence and extubation was a
were screened, of whom 141 were recruited in this better choice for patients undergoing abdominal surgery
study.70 semi-Fowler’s patients and 71 supine patients than the traditional supine position.
were compared. As in Table 1, there were no statistically In recent years, increasing attention has been paid to
significant differences in demographic data between the postural intervention in the ICU. Some studies have sug-
two groups. The intraoperative phase characteristics are gested that an early semi-supine position after intubation
also shown in Table 1. There were no statistical differ- can reduce ventilator-associated pneumonia and be pro-
ences in anesthesia time, surgical time, extubation time, moted in ICU [8, 10]. However, in PACU, postural inter-
and PACU duration between the two groups. Estimated vention has rarely been reported. Some studies have
blood loss and crystalloid replacement were similar found that in pediatric patients, extubation in a lateral
between the groups. position can reduce postoperative hypoxia [11]; others
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185 Page 5 of 9

Table 1 Demographics by group


Demographic Semi-fowler’s position Supine position
Gender (Male/Female) 41/29 41/30
Age (mean yr ± SD) 50.4(±12.4) 52.7(±10.8)
ASA Class
I 16 (22.9%) 17 (23.9%)
II 49 (70.0%) 50 (70.4%)
III 5 (7.1%) 7 (9.9%)
BMI (mean kg/m2 ± SD) 22.5(±3.0) 23.1(±3.4)
Baseline HR (mean beats/min ± SD) 76.3(±11.9) 79.6(±13.2)
Baseline MAP (mean mmHg±SD) 95.7(±13.7) 97.0(±13.0)
Baseline T (IQR centi-degree) 36.2 (36.1–36.5) 36.2 (36.1–36.6)
Baseline RR (IQR rate/min) 17 (13–20) 16 (13–18)
Sp02
≥ 96% 68 (97.1%) 70 (98.6%)
<96% 2 (2.9%) 1 (1.4%)
Breath holding test (IQR seconds) 37 (32–43) 35 (28–47)
NYHA
I 60 (85.7%) 59 (83.1%)
II 9 (12.9%) 7 (16.9%)
III 1 (1.4%)
Mallampati
I 40 (57.1%) 38 (53.5%)
II 28 (40.0%) 31 (43.7%)
III 2 (2.9%) 2 (2.8%)
Cigarette use 12 (17.1%) 13 (18.3%)
Type of surgery
Laparoscopic surgery 18 (25.71%) 18 (25.35%)
Traditional open surgery 52 (74.29%) 53 (74.65%)
Dexmedetomidine 54 (77.14%) 59 (83.10)
lidocaine cream 68 (97.14%) 70 (98.59%)
Anesthesia time (mean min ± SD) 319(±130) 315(±114)
Surgical time (min) 259(±125) 256(±112)
Extubation time (min) 38.00(±25.35) 36.52(±25.27)
Duration in PACU (min) 72.8(±27.9) 76.1(±24.6)
Estimated blood loss (ml) 289.90(±488.46) 387.42(±663.91)
Crystalloid replacement (ml) 1974.14(±909.89) 2077.75(±816.74)
Results are expressed as mean ± SD with corresponding 95% confidential interval or median with interquartile rage [25–75%].SpO2 Peripheral oxygen saturation

reported that decannulation in a prone position is safer Fowler’s position. Conversely, the BCS scores based on
in patients undergoing prone surgery [12]. the assessment of wound pain were similar between the
In this study, the comfort VAS scores were signifi- two groups. The inconsistent results might be explained
cantly higher in the semi-Fowler’s position 5 min after by the different standards for the evaluation and preci-
extubation and when leaving PACU. The wound pain sion of these scales. These findings also implied that
VAS scores were lower in the semi-Fowler’s position at factors other than wound pain have an impact on the
all intervals after extubation, suggesting that the relief of difference in patient comforts between the two groups.
wound pain by diminishing abdominal wall tension In the semi-Fowler’s position, the diaphragm moves
played a potential role in patient comfort in the semi- downward, the work of breathing relatively decreases,
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185 Page 6 of 9

Table 2 Results of pain and comfort


Outcome Semi-fowler’s Supine P value
BCS (mean ± SD)
5 min after extubation 1.94 ± 1.13 1.68 ± 1.05 0.149
30 min after extubation 2.27 ± 0.96 2.13 ± 0.94 0.368
Before leaving PACU 2.39 ± 0.95 2.26 ± 0.88 0.408
Comfort VAS (mean ± SD)
5 min after extubation 6.11 ± 2.30 5.17 ± 1.78 0.007
30 min after extubation 6.70 ± 2.14 6.23 ± 1.63 0.140
Before leaving PACU 7.17 ± 2.27 6.44 ± 1.79 0.034
Sore throat VAS (mean ± SD)
5 min after extubation 2.20 ± 2.27 2.11 ± 1.98 0.808
30 min after extubation 1.60 ± 1.96 1.54 ± 1.76 0.836
Before leaving PACU 1.44 ± 1.81 1.31 ± 1.75 0.658
Wound pain VAS (mean ± SD)
5 min after extubation 3.51 ± 2.50 4.58 ± 2.26 0.009
30 min after extubation 2.23 ± 1.68 3.11 ± 2.00 0.005
Before leaving PACU 1.81 ± 1.32 2.59 ± 1.88 0.005
Satisfaction score from nursing personnel 0.011
4 points 70 (100%) 65 (91.55%)
3 points 0 (0%) 3 (4.22%)
2 points 0 (0%) 3 (4.22%)
1 points 0 (0%) 0 (0%)
All P-values are calculated by Chi-square or Fischer’s exact test

lung volume and ventilation increases, and lung dilata- can be up to 64.7% [14]. The semi-Fowler’s position
tion is promoted; these changes can improve oxygen- facilitates breathing of patients and may be one of the
ation and increase oxygen saturation [13]. This explanations for the higher comfort VAS scores in the
advantage may improve patient comfort in PACU, espe- semi-Fowler’s position group.
cially in the stage of emergence from general anesthesia, In the semi-Fowler’s position, changes in systemic
when the incidence of residual neuromuscular blockage circulatory blood volume might cause transient

Fig. 2 Mean change in mean arterial pressure (±SE) at each moments after the initiation of treatment. T1:5 min after transferred to PACU;
T2:immediately after positioning; T3:the moment before extubation,; T4:1 min after extubation,; T5:5 min after extubation; T6:30 min after
extubation,; T7: leaving the PACU
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185 Page 7 of 9

Fig. 3 Mean change in heart rate from baseline (±SE) at each moments after the initiation of treatment. T1:5 min after transferred to PACU;
T2:immediately after positioning; T3:the moment before extubation,; T4:1 min after extubation,; T5:5 min after extubation; T6:30 min after
extubation,; T7: leaving the PACU

hypotension. Therefore, we paid careful attention to circulatory blood volume, which was still within a safe
hemodynamic changes and cardiovascular safety. Our range. In our study, all patients in both groups had nor-
study found that, compared with basal blood pressure, mal baseline SpO2 before anesthesia, and oxygen satur-
there was no significant change in the MAP in both ation did not decrease significantly at any time points,
groups. However, there was a statistically significant remaining above 96%. Therefore, the semi-Fowler’s
difference in HR between the two groups. In the semi- position did not show obvious advantages, which may be
Fowler’s position, the HR increased by 5 beats per related to the continuous oxygen supply obtained by
minute; on the other hand, in the supine position, there masking all patients and excluding patients with peri-
was no significant change in HR. We speculate that this operative respiratory complications and smoking history
change was caused by the effect of posture on systemic during recruitment.
In the semi-Fowler’s position group, less severe
Table 3 Outcomes by Group coughing and passive bucking was observed. In surgical
Outcome Semi-fowler’s Supine P value patients undergoing general anesthesia, both severe
Sp02 before extubation coughing and bucking can potentially result in danger-
≥ 96% 70 (100%) 71 (100%)
ous complications, such as hypertension, tachycardia,
and other arrhythmias, and have different adverse
< 96% 0 0
impacts on carotid endarterectomy, craniotomy, and
SpO2 decreased 0 (0%) 0 (0%) ophthalmology [15, 16]. For abdominal surgery patients,
Suction(n(%)) 8 (11.43%) 17 (23.94%) 0.052 severe coughing and bucking can induce an acute and
Severe cough(n(%)) 8 (11.43%) 21 (29.58%) 0.008 violent rise in abdominal pressure, leading to obvious
Bucking(n(%)) wound pain or wound dehiscence [17]. Our study
Before extubation 9 (12.86%) 18 (25.35%) 0.059
revealed that extubation in the semi-Fowler’s position
could significantly reduce bucking and severe coughing
Within 1 min after extubation 3 (4.29%) 18 (25.35%) <0.001
after extubation. However, effective expectoration needs
Airway rescue(n(%)) 1 (1.42%) 0 (0%) 0.323 moderate coughing. Single initiate coughing or coughing
Re-intubation(n(%)) 0 0 sustaining < 5 s was not recorded, but the cases requiring
Vomiting(n(%)) 2 (2.86%) 1 (1.41%) 0.578 suction after extubation were less in the semi-Fowler’s
Agitation(n(%)) 4 (5.71%) 4 (5.63%) 0.962 position than in the supine position (11.43% vs. 23.94%,
SAS (mean ± SD)
P = 0.052). Although expectoration is comparable be-
tween the two groups, the semi-Fowler’s position still
After posture placement 3.11 ± 1.16 3.35 ± 1.29 0.252
provides better expectoration than the supine position
Before extubation 4.13 ± 0.48 4.21 ± 0.75 0.438 without increasing unfavorable severe coughing and pas-
1 min after extubation 4.04 ± 0.43 4.06 ± 0.33 0.836 sive bucking. Some studies have shown that intravenous
All P-values are calculated by Chi-square or Fischer’s exact test lidocaine or dexmedetomidine can reduce post-
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185 Page 8 of 9

extubation coughing [18, 19]. In our study, there was no Acknowledgments


significant difference in the percentage of patients using This study would not have been possible without the collaboration of all the
patients enrolled. The authors appreciated all of them. We thank editage
lidocaine cream or intravenous dexmedetomidine. (app.editage.cn) for its linguistic assistance during the preparation of this
In addition, considering that the semi-Fowler’s pos- manuscript.
ition may increase the workload of nursing, we also
Authors’ contributions
designed a satisfaction score for nurses. Interestingly,
Conception and design of this study: QFZ and FH. Data collection,analysis
nurses gave a score of 4 to all cases in the semi-Fowler’s and interpretation: QFZ,FH,ZYH,QMM,ZHW,YBK,MYZ.Drafting and revising the
position, but 3 and 2 to three cases each in the other article: QFZ, FH,TTG and MXW. All authors read and approved the final
manuscript.
group (P = 0.013), which implied that nurses were more
satisfied with the semi-Fowler’s position. One of the rea- Funding
sons explained by the nursing staff was that patients in This study was partly supported by Natural Science Foundation of
the semi-Fowler’s position were more willing to handle Guangdong Province,China (2017A030313492) and Natural Science
Foundation of Guangdong Province,China (2018A030313608) in data
their sputum excretion themselves, while those in the collection and language editing.
supine position were more likely to call for help. The
other reason was that patients in the semi-Fowler’s pos- Availability of data and materials
ition complained less for the pain or their discomfort. All data used during this study are available from the corresponding author
on reasonable request.
Contrary to our previous consideration, the semi-
Fowler’s position decreased the workload of the nursing Ethics approval and consent to participate
staff and achieved higher satisfaction from both patients This study was approved by the Ethics Committee for Clinical Research and
and nurses. Animal Trials of the First Affiliated Hospital of Sun Yat-sen University (number
[2019]225). Permission to conduct the study was obtained from the hospital
This study has some limitations that should be ad- management. The study was registered on Chinese Clinical Trial Registry.(-
dressed. First, it was conducted in a single hospital with ChiCTR1900025566,URL: http://www.chictr.org.cn/showprojen.aspx?proj=426
a relatively inadequate sample. Second, the study in- 92).Written informed consent were obtained from all the patients.

cludes a variety of surgical types, including laparoscopic Consent for publication


colorectal cancer resection, upper gastrointestinal sur- Not applicable.
gery, and urinary surgery, etc. And both laparoscopic
and traditional open surgeries were involved. The size Competing interests
The authors declare that they hafve no competing interests.
and position of surgical wounds have a potential impact
on patients’ feelings and performance in the PACU. Fur- Author details
1
ther studies should be limited to a specific type of sur- Department of Anesthesiology, The First Affiliated Hospital of Sun Yat-sen
University, Guangzhou, China. 2Department of Anesthesiology, The Third
gery, such as laparoscopic cholecystectomy, to minimize Affiliated Hospital of Sun Yat-sen University, 600 Tianhe Rd, Guangzhou,
the bias. Third, in theory, semi-Fowler’s position is bene- China.
ficial to respiratory recovery, but its advantages in respir-
Received: 5 April 2020 Accepted: 26 July 2020
ation and oxygenation have not been found in this
study. We plan to conduct further research in patients
with a high risk of respiratory complications. References
1. Belcher AW, et al. Incidence of complications in the post-anesthesia care
unit and associated healthcare utilization in patients undergoing non-
cardiac surgery requiring neuromuscular blockade 2005-2013: a single
Conclusion center study. J Clin Anesth. 2017;43:33–8.
In conclusion, this study demonstrated that the semi- 2. Talei B, et al. Immediate complications related to anesthesia in patients
Fowler’s position significantly relieved postoperative undergoing uvulopalatopharyngoplasty for obstructive sleep apnea. The
Laryngoscope. 2013;123(11):2892–5.
wound pain after abdominal surgery, reduced severe 3. Olympio MA, Youngblood BL, James RL. Emergence from anesthesia in the
coughing and bucking after extubation, leading to better prone versus supine position in patients undergoing lumbar surgery.
patient comfort and satisfaction from nursing staff, with- Anesthesiology. 2000;93(4):959–63.
4. Wang R, et al. Pharmacist-driven multidisciplinary initiative continuously
out increasing the risk of peri-extubation complications improves postoperative nausea and vomiting in female patients
during PACU. Therefore, emergence and extubation in undergoing abdominal surgery. J Clin Pharm Ther. 2020; [published online
the semi-Fowler’s position should be considered as an ahead of print]. https://doi.org/10.1111/jcpt.13110.
5. Scott B. Airway management in post anaesthetic care. J Perioperative Pract.
alternative approach for patients undergoing abdominal 2012;22(4):135–8.
surgery. 6. von Ungern-Sternberg BS, et al. The effect of deep vs. awake extubation on
respiratory complications in high-risk children undergoing
adenotonsillectomy: a randomised controlled trial. Eur J Anaesthesiol. 2013;
Abbreviations 30(9):529–36.
PACU: Post-anesthesia care unit; ASA: American Society of Anaesthesiologists; 7. Drummond GB, Gordon NH. Forced expiratory flow-volume relationships.
BMI: Body mass index; HR: Heart rate; MAP: Mean arterial pressure; VAS: Visual Changes after upper abdominal surgery. Anaesthesia. 1977;32(5):464–71.
analog ue scale; SAS: Sedation-Agitation Scale; BCS: Bruggemann comfort 8. Grap MJ, et al. Effect of backrest elevation on the development of
scale; SD: Standard deviation ventilator-associated pneumonia. Am J Crit Care. 2005;14(4):325–33.
Zhu et al. BMC Anesthesiology (2020) 20:185 Page 9 of 9

9. Robak O, et al. Short-term effects of combining upright and prone positions


in patients with ARDS: a prospective randomized study. Crit Care (London,
England). 2011;15(5):R230.
10. Ballew C, et al. Factors associated with the level of backrest elevation in a
thoracic cardiovascular intensive care unit. Am J Crit Care. 2011;20(5):395–9.
11. Jung H, et al. Comparison of lateral and supine positions for tracheal
extubation in children : a randomized clinical trial. Anaesthesist. 2019;68(5):
303–8.
12. Zou W, et al. A randomized comparison of the prone ventilation
endotracheal tube versus the traditional endotracheal tube in adult patients
undergoing prone position surgery. Scientific Rep. 2017;7(1):1769.
13. Mezidi M, Guérin C. Effect of body position and inclination in supine and
prone position on respiratory mechanics in acute respiratory distress
syndrome. Intensive Care Med. 2019;45(2):292–4.
14. Saager L, Maiese EM, Bash LD, et al. Incidence, risk factors, and
consequences of residual neuromuscular block in the United States: the
prospective, observational, multicenter RECITE-US study. J Clin Anesth. 2019;
55:33–41.
15. Yang SS, et al. Intravenous lidocaine to prevent postoperative airway
complications in adults: a systematic review and meta-analysis. Br J Anaesth.
2020;124(3):314–23.
16. Nath P, et al. Alkalinized Lidocaine Preloaded Endotracheal Tube Cuffs
Reduce Emergence Cough After Brief Surgery: A Prospective Randomized
Trial. Anesthesia Analgesia. 2018;126(2):615–20.
17. Tilt A, et al. Operative Management of Abdominal Wound Dehiscence:
outcomes and factors influencing time to healing in patients undergoing
surgical debridement with primary closure. Wounds. 2018;30(11):317–23.
18. Aouad MT, et al. Dexmedetomidine for improved quality of emergence
from general anesthesia: a dose-finding study. Anesth Analg. 2019;129(6):
1504–11.
19. Hu S, et al. Effects of intravenous infusion of lidocaine and
dexmedetomidine on inhibiting cough during the tracheal extubation
period after thyroid surgery. BMC Anesthesiol. 2019;19(1):66.

Publisher’s Note
Springer Nature remains neutral with regard to jurisdictional claims in
published maps and institutional affiliations.
Journal of Telenursing (JOTING)
Volume 3, Nomor 1, Juni 2021
e-ISSN: 2684-8988
p-ISSN: 2684-8996
DOI: https://doi.org/10.31539/joting.v3i1.2113

PEMBERIAN POSISI SEMI FOWLER MENINGKATKAN SATURASI


OKSIGEN PASIEN PPOK

Ni Made Dwi Yunica Astriani1, Putu Wahyu Sri Juniantari Sandy2,


Made Mahaguna Putra3, Mochamad Heri4
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng1,2,3,4
astrianiyunica1@gmail.com1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan adalah untuk mengetahui keefektifan pemberian posisi Semi
Fowler terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK. Desain penelitian menggunakan
rancangan One Group Pre-Post Test Design. Hasil penelitian pada 30 responden PPOK
menunjukkan bahwa rata-rata nilai saturasi oksigen sebelum diberikan posisi Semi
Fowler yaitu 89,47. Setelah diberikan posisi Semi Fowler selama 30 menit, rata-rata
nilai saturasi oksigen pasien PPOK mengalami peningkatan yaitu 95,83. Berdasarkan
hasil dari uji paired t-test menunjukkan bahwa hasil sig (2-tailed) atau nilai r = 0,0001.
Simpulan, terdapat peningkatan antara nilai saturasi oksigen setelah diberikan posisi
Semi Fowler.

Kata Kunci: PPOK, Saturasi Oksigen, Semi Fowler

ABSTRACT

This study aims to determine the effectiveness of the Semi Fowler position on oxygen
saturation in COPD patients. The research design used the One Group Pre-Post Test
Design. The research results on 30 COPD respondents showed that the average value
of oxygen saturation before being given the Semi Fowler position was 89.47. After
being given the Semi Fowler position for 30 minutes, the average oxygen saturation
value of COPD patients increased, namely 95.83. The results of the paired t-test show
that the results are sig (2-tailed) or the value of r = 0.0001. In conclusion, there is an
increase in the oxygen saturation values after being given the Semi Fowler position.

Keywords: COPD, Oxygen Saturation, Semi Fowler

PENDAHULUAN
Prevalensi merokok pada populasi usia 10-18 tahun meningkat dari 7,2% pada
tahun 2013 menjadi 9,1% pada tahun 2018. Prevalensi merokok di Bali meningkat dari
20% pada tahun 2013 dan 23,5% tahun 2018 (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
terhambatnya arus udara pernafasan dan bersifat tidak menular. ISPA di Kabupaten
Buleleng merupakan penyakit yang tidak menular dan menduduki peringkat kedua
dengan 13.240 kasus (Dinas Kesehatan, 2019). Terapi farmakologis PPOK dapat
diberikan dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak/mukus. Adapun terapi non
farmakologis PPOK dapat diberikan dengan relaksasi nafas dan perubahan posisi.

128
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 128-135

Nebulizer dan posisi Semi Fowler dapat diberikan secara bersama-sama untuk dapat
membuka jalan nafas (Ummah & Alivian, 2020).
Tanda dan gejala yang dialami pasien PPOK adalah sesak nafas secara kronis dan
menahun serta batuk-batuk (J et al., 2020; Padila et al., 2020). Batuk yang di rasakan
oleh pasien PPOK disebabkan oleh kebiasaan merokok yang dilakukan oleh kebanyakan
laki-laki sehingga angka kejadian PPOK sebagian besar terjadi pada laki-laki (Astriani
et al., 2020; Padila et al., 2019; Pratama et al., 2019). Upaya yang dilakukan untuk
menurunkan sesak nafas yaitu dengan terapi non farmakologis. Salah satu nya adalah
pemberian posisi Semi Fowler. Penelitian yang dilakukan oleh Sahrudi & Satria (2020)
mengenai pemberian posisi Semi Fowler pada 20 orang responden penderita asma
bronkial menunjukkan bahwa terjadi penurunan frekuensi nafas dari 28x/menit menjadi
21x/menit. Posisi Semi Fowler bisa meningkatkan ekspansi paru dan menurunkan
frekuensi sesak napas dikarenakan dapat membantu otot pernapasan mengembang
maksimal.
Studi pendahuluan yang dilakukan di RS Santi Graha menunjukkan bahwa jumlah
penderita PPOK dalam dua bulan terakhir yaitu sebanyak 60 orang, dimana rata-rata
kunjungan penderita PPOK setiap bulan sebanyak 30 orang. Hasil observasi pada 5
pasien PPOK memperlihatkan bahwa rata-rata nilai saturasi pasien PPOK yang baru
berobat ke IGD adalah kurang dari 90%. Selain itu, tiga orang pasien di IGD yang
diwawancara menyatakan bahwa ketika masuk ke RS, mereka langsung dipasang O2
dan masih merasa kurang nyaman. Begitu juga saat pasien merasa sesak, mereka hanya
dipasang O2.
Sejauh ini belum ada penelitian yang mengkaji tentang pemberian posisi Semi
Fowler dalam meningkatkan saturasi oksigen pasien PPOK. Dengan adanya
permasalahan yang telah dijabarkan oleh peneliti di atas, maka peneliti tertarik untuk
mencoba menerapkan posisi Semi Fowler untuk meningkatkan nilai saturasi oksigen
pasien.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini memberikan perlakuan atau intervensi pada objek yang akan diteliti.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dimana subjek penelitiannya adalah
pasien PPOK di RS Santi Graha. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik
purposive sampling. Peneliti menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang
dipandang dapat memberikan data secara maksimal dengan jumlah sampel 30 orang
responden. Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu One Group Pre-Test dan
Post-Test. Pre-test dilakukan untuk mengetahui nilai saturasi oksigen pada pasien
PPOK sebelum diberikan posisi Semi Fowler. Setelah itu, peneliti menerapkan posisi
Semi Fowler pada pasien PPOK selama 30 menit dan dilakukan post-test untuk melihat
perubahan saturasi oksigen. Kaji etik dalam penelitian ini dilakukan oleh Komite Etik
Penelitian Kesehatan (KEPK) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng.

129
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 128-135

HASIL PENELITIAN
Tabel. 1
Distribusi Frekuensi Usia

Umur Jumlah Persentase (%)


40-45 7 23.3
46-50 14 46.7
51-55 9 30
Total 30 100

Berdasarkan tabel 1, data menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur


46-50 tahun sebanyak 14 orang (47%) dan terendah adalah pada umur 40-45 tahun yaitu
sebanyak 7 orang (23%).
Tabel. 2
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Usia Frekuensi (f) Persentase (%)


Laki-laki 23 76.7
Perempuan 7 23.3
Total 30 100

Berdasarkan tabel 2, data memperlihatkan bahwa distribusi frekuensi responden


berdasarkan jenis kelamin sebagian besar adalah berjenis kelamin laki-laki yang
berjumlah 23 orang (77%) dan 7 orang (23%) responden berjenis kelamin perempuan.

Tabel. 3
Saturasi Oksigen Responden
Sebelum Diberikan Posisi Semi Fowler

N Mean Min Max SD 95% CI


Pre-Test 30 89,47 87 93 1,697 88,83 – 90,10

Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa rata-rata nilai saturasi oksigen pasien PPOK
sebelum diberikan posisi Semi Fowler dari 30 responden adalah 89,47 (95% CI: 88,83-
90,10) dengan standar deviasi 1,697. Nilai saturasi oksigen terendah adalah sebesar 87
dan tertinggi yaitu 93.
Tabel. 4
Saturasi Oksigen Responden
Setelah Diberikan Posisi Semi Fowler

N Mean Min Max SD 95% CI


Post-Test 30 95,83 92 100 2,214 95,01 – 96,66

Berdasarkan tabel 4, data menunjukkan bahwa rata-rata nilai saturasi oksigen


setelah diberikan posisi Semi Fowler dari 30 responden adalah 95,83 (95% CI: 95,01-
96,66) dengan standar deviasi 2,214. Nilai saturasi oksigen terendah adalah 92 dan
tertinggi yaitu 100.

130
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 128-135

Tabel. 5
Hasil Analisis Pre dan Post-Test
dengan Menggunakan Program Komputer

Mean p-Value
Pre-Test 89,47 0,000
Pair 1
Post-Test 95,83 0,000

Berdasarkan tabel 5, data menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada
pelaksanaan intervensi Posisi Semi Fowler terhadap saturasi oksigen pasien PPOK.
Hasil perhitungan dengan program komputer menunjukkan p-value 0,000 (p<0,005),
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Posisi Semi Fowler terhadap saturasi
oksigen pasien PPOK Rumah Sakit Santi Graha.

PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini yaitu sebanyak 30 orang penderita PPOK dengan
usia 40-55 tahun yang mengalami hipoksemia. Dengan karakteristik umur responden,
yang paling banyak menderita PPOK yaitu rentang umur 46-50 tahun. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan pada 30 orang pasien PPOK di Rumah Sakit Paru dr.
Ario Wirawan Salatiga yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 15 orang pada kelompok
posisi Tripod dan 15 orang pada Diaphragmatic Breathing Exercise. Penderita PPOK
berada pada usia 56-65 tahun. Penelitian tersebut membuktikan bahwa semakin tinggi
usia seseorang semakin besar juga resiko untuk terkena penyakit PPOK (Nurmalasari et
al., 2017).
Jumlah penderita PPOK pada penelitian ini dominan pada laki-laki yaitu sebanyak
23 orang (76,7%). Hasil ini membuktikan bahwa PPOK banyak menyerang laki-laki
dibandingkan perempuan. Hal ini di karenakan laki-laki memiliki kebiasaan merokok.
Konsumsi rokok yang berlebihan dapat merangsang produksi mukus pada sistem
pernafasan yang kental yang dapat menurunkan pergerakan udara, sehingga
menimbulkan pertumbuhan mikroorganisme. Penelitian yang dilakukan oleh Astriani et
al., (2020) pada 30 orang responden PPOK di RSUD Kabupaten Buleleng menunjukkan
73,3% pasien PPOK diderita oleh laki-laki. Pada umumnya PPOK dapat terjadi pada
laki-laki dan perempuan, tetapi laki-laki lebih beresiko dan insidennya lebih banyak.

Nilai Saturasi Oksigen sebelum Pemberian Posisi Semi Fowler


Nilai saturasi oksigen pada pasien PPOK dari 30 orang responden sebelum
diberikan posisi Semi Fowler menunjukkan nilai rata-rata saturasi oksigen yaitu 89,47.
Data ini menunjukkan nilai saturasi oksigen pada pasien PPOK sebelum diberikan
posisi Semi Fowler sebagian besar mengalami hipoksemia sedang. Hal ini dikarenakan
selain pemberian nebulizer untuk mengencerkan secret, sangat penting juga untuk
memberikan therapy batuk efektif dan pemberian posisi yang nyaman seperti posisi
Semi Fowler yang dapat memudahkan pasien dalam mengeluarkan secret. Sebelum
diberikan posisi Semi Fowler sebagian besar pasien PPOK mengalami hipoksemia
sedang. Hal ini berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi hipoksemia pada
penderita PPOK antara lain faktor genetik, faktor lingkungan dan faktor-faktor yang
tidak diketahui.

131
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 128-135

Faktor Lingkungan seperti kebiasaan merokok, polusi udara dan pemajanan di


tempat kerja. Faktor-faktor lain yang tidak diketahui seperti jenis kelamin dan status
sosial ekonomi. Penderita PPOK pada umumnya mengalami batuk-batuk, sesak nafas
secara kronis dan menahun. Gejala tersebut diakibatkan oleh tumpukan mukus yang
kental dan mengendap menyebabkan obstruksi jalan nafas yang mengakibatkan asupan
oksigen tidak adekat sehingga terjadi penurunan saturasi oksigen. Penyembuhan PPOK
secara medis tidak bisa secara tuntas, sehingga untuk mengencerkan mukus dilakukan
dengan memberikan inhalasi atau nebulizer.
Selain itu, penderita PPOK juga diberikan therapy batuk efektif dan pemberian
posisi yang nyaman untuk memudahkan mengeluarkan secret sehingga jalan nafas
menjadi lancar dan peningkatan saturasi oksigen. Penelitian pada 29 responden pasien
PPOK dari bulan April-Juni 2019 di RS Islam Jakarta Cempaka Putih untuk melihat
nilai saturasi oksigen dengan pemberian pemberian fisioterapi dada, batuk efektif dan
nebulizer. Rata-rata saturasi oksigen sebelum diberikan intervensi 93 dan setelah
diberikan intervensi nilai saturasi oksigen sebesar 97. Hal ini membuktikan bahwa
pemberian fisioterapi dada, batuk efektif dan nebulizer sangat efektif diberikan pada
klien dengan pasien PPOK (Nurmayanti et al., 2019).

Nilai Saturasi Oksigen sesudah Pemberian Posisi Semi Fowler


Nilai saturasi oksigen pada pasien PPOK dari 30 orang responden setelah
diberikan posisi Semi Fowler selama 30 menit menunjukkan nilai rata-rata 95,83. Data
ini menunjukkan nilai saturasi oksigen pada pasien PPOK setelah diberikan posisi Semi
Fowler sebagian besar mengalami peningkatan saturasi oksigen menjadi SaO2 normal.
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian posisi Semi Fowler mampu meningkatkan
saturasi oksigen dengan memudahkan mengeluarkan secret dan melancarkan jalan
nafas.
Tindakan untuk mengatasi penurunan saturasi oksigen adalah pemberian terapi
baik terapi farmakologi maupun terapi non farmakologi. Terapi farmakologi seperti
bronkodilator, steroid dan obat-obat tambahan lainya. Sedangkan terapi non
farmakologi yaitu terapi oksigen jangka pajang dan rehabilitasi seperti latihan
pernafasan serta pemberian posisi nyaman. Salah satu posisi nyaman yang diberikan
pada pasien PPOK adalah posisi Semi Fowler. Pengaturan posisi Semi Fowler 450
sangat efektif pada penyakit kardiopulmonari. Metode tersebut dapat mengurangi
sekresi pulmonar dan mengurangi resiko penurunan dinding dada. Penelitian yang
dilakukan oleh (Khasanah, 2019) pada 38 pasien CHF mengetahui perbedaan respirasi
rate (RR) dan saturasi oksigen (SaO2) pada posisi Head Up, Semi Fowler dan Fowler.
Rerata saturasi oksigen (SaO2), dari posisi Head Up ke Semi Fowler mengalami
peningkatan 0.5 point dan dari posisi Semi Fowler ke Fowler juga mengalami
peningkatan sebesar 0,2 point.
Beberapa penelitian yang dilakukan dapat meningkatkan nilai rata-rata saturasi
oksigen. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Qorisetyartha et al., (2018) pada 38
responden pasien TB Paru RSP dr Ario wirawan Salatiga. Nilai rata-rata saturasi
oksigen sebelum diberikan intervensi adalah 94% dan setelah diberikan intervensi
menjadi 97%. Hal ini menunjukkan bahwa Posisi Semi Fowler dengan Pursed Lip
Breathing efektif untuk meningkatkan saturasi oksigen pasien TB paru. Demikian juga
penelitian yang dilakukan oleh Astriani et al., (2020) pada 15 responden warga
Bungkulan menunjukkan bahwa rata-rata saturasi oksigen tertinggi adalah 99% dan
terendah adalah 91% dengan rata-rata saturasi oksigen sebesar 94,53%. Hal tersebut

132
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 128-135

menunjukkan bahwa pemberian relaksasi nafas dengan ballon blowing dapat


meningkatkan saturasi oksigen pada pasien PPOK.

Pemberian Posisi Semi Fowler terhadap Saturasi Oksigen


Hasil uji analisa data dengan menggunakan uji paired dependent t-test
menunjukkan bahwa nilai < (0.0000<0.05). Dengan demikian, ada pengaruh
pemberian posisi Semi Fowler terhadap saturasi oksigen pada pasien PPOK di RS Santi
Graha.
Sejalan dengan teori Kozier yang menyatakan bahwa ketika pasien yang
mengalami kesulitan dalam bernapas diberikan posisi Semi Fowler, maka gravitasi akan
menarik diafragma ke bawah, sehingga memungkinkan ekspansi dada dan ventilasi paru
yang lebih besar. Ventilasi maksimal dapat membuka area atelektasis dan pengeluaran
secret melalui jalan nafas. Saat dada mengembang dan tekanan dari abdomen pada
diafragma menurun, maka oksigen di dalam paru-paru juga meningkat. Peningkatan
oksigen di dalam paru-paru membantu memperingan kesukaran nafas dan sekaligus
juga membantu meningkatkan saturasi oksigen serta mengurangi kerusakan membran
alveolus akibat tertimbunnya cairan, sehingga perbaikan kondisi klien lebih cepat.
Pemberian posisi tidur Semi Fowler dapat meningkatkan nilai saturasi oksigen pada
penderita Congestive Heart Failure (Wijayati et al., 2019).
Penelitian yang dilakukan oleh Firdaus et al., (2019) pada 20 responden pasien
asma bronkial menunjukkan adanya peningkatan nilai saturasi oksigen meningkat dari
92,60% menjadi 98% setelah diberikan terapi oksigen dengan posisi Fowler. Studi
kasus Mustikarani & Mustofa (2020) pada 2 orang pasien dengan Stroke Hemoragik
juga menunjukkan adanya peningkatan nilai saturasi oksigen, kasus I meningkat dari
95-98% dan kasus II meningkat dari 94-98%. Responden mengalami kenaikan saturasi
oksigen setelah diberikan tindakan head of bed 300. Kebutuhan yang diperlukan pasien
salah satunya adalah oksigenasi untuk meningkatkan suplai oksigen ke otak melalui
pengaturan posisi dan pemberian oksigen. Posisi Semi Fowler juga dapat menurunkan
sesak nafas yang dialami oleh pasien PPOK. Posisi Semi Fowler, dimana kepala dan
tubuh dinaikkan 45º membuat oksigen di dalam paru-paru semakin meningkat sehingga
memperingan kesukaran napas (Suhatridjas & Isnayati, 2020).
Penelitian Amiar & Setiyono (2020) pada 12 responden pasien TB Paru
menunjukkan adanya perubahan nilai saturasi oksigen setelah diberikan Semi Fowler
yaitu dari 92,83% menjadi 95,17%. Derajat kemiringan Semi Fowler 300-450 ini dapat
membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan abdomen dari diafragma hanya
dengan gaya gravitasi. Penelitian oleh Yulia et al., (2019) pada 30 responden pasien
asma yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok 1 tidak diberikan intervensi dan
kelompok 2 diberikan intervensi nafas dalam dan posisi Semi Fowler. Nilai saturasi
oksigen sebelum diberikan intervensi yaitu 93,1% menjadi 98,3% setelah intervensi.
Modifikasi posisi Semi Fowler dan teknik relaksasi nafas dapat meningkatkan oksigen
dalam darah serta ventilasi paru dalam pemberian asuhan keperawatan.

SIMPULAN
Posisi Semi Fowler efektif dalam meningkkatkan saturasi oksigen pada pasien
PPOK. Metode tersebut dapat mengurangi sekresi pulmonar dan mengurangi resiko
penurunan dinding dada. Posisi Semi Fowler bisa meningkatkan expansi paru dan
menurunkan frekuensi sesak napas dikarenakan dapat membantu otot pernapasan
mengembang maksimal.

133
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 128-135

SARAN
Diharapkan masyarakat yang mengalami kesukaran napas akibat PPOK untuk
mampu mengatur posisi Semi Fowler saat istirahat agar mampu meringankan kesukaran
napas secara mandiri dan non-farmakologis. Bagi pelayanan memberikan informasi
dalam pengaplikasian pemberian posisi Semi Fowler sebagai salah satu alternatif untuk
mengurangi kesukaran bernapas akibat PPOK kepada seluruh profesi keperawatan.
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperbanyak jumlah sampel dan
mengembangkan variabel yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih variatif dan
memberikan dampak yang positif bagi pengembangan konsep dan ilmu keperawatan
dalam hubungannya dengan pemberian posisi Semi Fowler. Peneliti juga berharap
bahwa penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dasar dalam melaksanakan
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan topik permasalahan yang sama yaitu
berkaitan dengan saturasi oksigen dan pemberian posisi Semi Fowler.

DAFTAR PUSTAKA
Amiar, W., & Setiyono, E. (2020). Efektivitas Pemberian Teknik Pernafasan Pursed
Lips Breathing dan Posisi Semi Fowler terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen
pada Pasien TB Paru. Indonesian Journal of Nursing Science and Practice, 3(1),
7-13. https://doi.org/10.24853/ijnsp.v3i1.7-13
Astriani, N. M. D. Y., Ariana, P. A., Dewi, P. I. S., Heri, M., Cita, E. E. (2020). PKM :
Pelatihan Relaksasi Nafas Ballon Blowing untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen
pada Warga Desa Bungkulan Singaraja. VIVABIO: Jurnal Pengabdian
Multidisiplin, 2, 1–7. https://doi.org/10.35799/vivabio.2.2.2020.30279
Astriani, N. M. D. Y., Aryawan, K. Y., & Heri, M. (2020). Teknik Clapping dan Vibrasi
Meningkatkan Saturasi Oksigen Pasien PPOK. Jurnal Keperawatan Silampari,
4(1), 248–256. https://doi.org/10.31539/jks.v4i1.1767
Astriani, N. M. D. Y., Dewi, P. I. S., & Yanti, K. H. (2020). Relaksasi Pernafasan
dengan Teknik Ballon Blowing terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen pada
Pasien PPOK. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 426–435.
https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1049
Dinas Kesehatan. (2019). Profil Kesehatan Kabupaten Buleleng Tahun 2018.
https://www.diskes.baliprov.go.id/download/profil-kesehatan-buleleng-tahun-
2018/
Firdaus, S., Ehwan, M. M., & Rachmadi, A. (2019). Efektivitas Pemberian Oksigen
Posisi Semi Fowler dan Fowler terhadap Perubahan Saturasi pada Pasien Asma
Bronkial Persisten Ringan. JKEP, 4(1), 31–43.
https://doi.org/10.32668/jkep.v4i1.278
J, H., Padila, P., Andri, J., Andrianto, M., & Yanti, L. (2020). Frekuensi Pernafasan
Anak Penderita Asma Menggunakan Intervensi Tiup Super Bubbles dan Meniup
Baling Baling Bambu. Journal of Telenursing (JOTING), 2(2), 119-126.
https://doi.org/10.31539/joting.v2i2.1409
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar 2018.
https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-
riskesdas-2018_1274.pdf
Khasanah, S. (2019). Perbedaan Saturasi Oksigen dan Respirasi Rate Pasien Congestive
Heart Failure pada Perubahan Posisi. Jurnal Ilmu Keperawatan Medikal Bedah,
2(1), 1-54. https://doi.org/10.32584/jikmb.v2i1.157
Mustikarani, A., & Mustofa, A. (2020). Peningkatan Saturasi Oksigen pada Pasien

134
2021. Journal of Telenursing (JOTING) 3 (1) 128-135

Stroke Melalui Pemberian Posisi Head Up. Ners Muda, 1(2), 114-119.
https://doi.org/10.26714/nm.v1i2.5750
Nurmalasari, S., Kristiyawati, P., & SN, M. S. A. (2017). Efektifitas Diaphragmatic
Breathing Exercise terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen pada Pasien PPOK di
RS Paru Dr Ario Wirawan Salatiga. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 6,
1-12. e-journal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/652
Nurmayanti, N., Waluyo, A., Jumaiyah, W., & Azzam, R. (2019). Pengaruh Fisioterapi
Dada, Batuk Efektif dan Nebulizer terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen dalam
Darah pada Pasien PPOK. Jurnal Keperawatan Silampari, 3(1), 362–371.
https://doi.org/10.31539/jks.v3i1.836
Padila, P., Febriawati, H., Andri, J., & Dori, R. (2019). Perawatan Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita. Jurnal Kesmas Asclepius, 1(1), 25-34.
https://doi.org/10.31539/jka.v1i1.526
Padila, P., J, H., Yanti, L., Setiawati, S., & Andri, J. (2020). Meniup Super Bubbles dan
Baling-Baling Bamboo pada Anak Penderita Pneumonia. Jurnal Keperawatan
Silampari, 4(1), 112-119. https://doi.org/10.31539/jks.v4i1.1545
Pratama, M., Gurning, F., & Suharto, S. (2019). Implementasi Penanggulangan
Tuberkulosis di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan. Jurnal Kesmas
Asclepius, 1(2), 196-205. https://doi.org/10.31539/jka.v1i2.961
Qorisetyartha, N., Kristiyawati, S. P., & Arief, M. S. (2018). Efektivitas Pursed Lips
Breathing dengan Diaphragma Breathing terhadap SaO2 Pasien Pneumonia di
RSP Dr. Ariowirawan Salatiga. Jurnal ILmu Keperawatan dan Kebidanan, 6, 1-
15.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/636/
634
Sahrudi, S., & Satria, M. (2020). Posisi Semi Fowler Menurunkan Frekuensi Napas.
Jurnal Antara Keperawatan, 3(2), 59-65.
https://doi.org/10.37063/antaraperawat.v3i2.181
Suhatridjas, S., & Isnayati, I. (2020). Posisi Semi Fowler terhadap Respiratory Rate
untuk Menurunkan Sesak pada Pasien TB Paru. Jurnal Keperawatan Silampari,
3(2), 566–575. https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1116
Ummah, A. K., & Alivian, G. N. (2020). Implementation of Pursed Lip Breathing and
Semi Fowler Position in COPD Patients which Get Nebulizer in IGD : A
Literature Review. Jurnal of Bionursing, 2(3), 208–214.
https://doi.org/10.20884/bion.v2i3.74
Wijayati, S., Ningrum, D. H., & Putrono, P. (2019). Pengaruh Posisi Tidur Semi Fowler
450 terhadap Kenaikan Nilai Saturasi Oksigen pada Pasien Gagal Jantung
Kongestif di RSUD Loekmono Hadi Kudus. Medica Hospitalia: Journal of
Clinical Medicine, 6(1), 13–19. https://doi.org/10.36408/mhjcm.v6i1.372
Yulia, A., Dahrizal, D., & Lestari, W. (2019). Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi
terhadap Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nafas pada Pasien Asma. Jurnal
Keperawatan Raflesia, 1(1), 67–75. https://doi.org/10.33088/jkr.v1i1.398

135
https://stikes-nhm.e-journal.id/NU/index

Pemberian Posisi 450 Efektif dalam Meningkatkan Saturasi Oksigen dan


Menurunkan Respiration Rate Pasien Congestive Heart Failure (CHF)
Bagus Ananta Tanujiarso1*, Suksi Riani1, Forestiana Tri Astuti2
1Dosen Prodi S-1 Keperawatan, STIKES Telogorejo Semarang
2Mahasiswa Prodi S-1 Keperawatan, STIKES Telogorejo Semarang

SUBMISSION TRACK A B S T R A C T

Recieved: November 28, 2022 Indonesia has the highest ranking of deaths from CHF in
Final Revision: November 29, 2022 Asia with 371,000 people. Central Java ranks third in the
Available Online: November 30, 2022 number of heart failure sufferers in Indonesia. Shortness
of breath and impaired oxygenation requirements are
KEYWORDS important problems in CHF patients. Positioning at 30 o,
45o and 60o is expected to have a positive effect on
CHF, Pemberian Posisi, Saturasi oxygen saturation and respiration rate in CHF patients.
Oksigen, Respiration Rate This study aims to determine the effect of giving 30 o, 45o,
and 60o positions on oxygen saturation and respiration
CORRESPONDENCE rate in CHF patients in the Emergency Room. The
research design uses a quasy experiment design method
Phone: 081914450545
with a times series approach. The sampling technique in
E-mail: bagus@stikestelogorejo.ac.id this study used purposive sampling, with a total sample
of 30 respondents. The data collection tools used in this
study were pulse oximetry to measure oxygen saturation,
Vital Sign Monitor to measure respiration rate, as well as
oxygen saturation observation sheets, respiration rate
observation sheets and respondent characteristic
questionnaires. In this study, each respondent measured
the pre-test of oxygen saturation and respiratory rate
before the intervention was carried out, then they were
given a position of 30o, 45o, and 60o respectively with the
treatment of each position being carried out for 30
minutes, each change in position was measured post-
test. The results of this study indicate that the positioning
of 30o, 45o and 60o in CHF patients is proven to increase
oxygen saturation and reduce respiration rate (shortness
of breath) in CHF patients in the ED (P value <0.000).
Although all of these position changes affect oxygen
saturation and respiratory rate, the 45 o position has a
better effect in increasing oxygen saturation and
reducing the respiratory rate (shortness of breath) in
CHF patients compared to 30o and 60o positions.

145
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)

I. INTRODUCTION
Penyakit jantung merupakan penyebab Pemberian posisi tidur (positioning) pada
kematian tertinggi di Indonesia pasien CHF sangat penting untuk
(Kemenkes RI, 2019). Salah satu mengatasi sesak nafas dan
penyebab utama kematian yang meningkatkan saturasi oksigen pasien
disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler (Yesni, 2019). Posisi yang dapat
menurut AHA tahun 2021, adalah diberikan untuk mengatasi masalah
Congestive Heart Failure (CHF) sebesar tersebut yaitu dengan pemberian posisi
9,6% (Virani et al., 2021). semi fowler (30o-45o) serta posisi fowler
(45-60o) (Zahroh dan Susanto, 2017).
Penderita CHF sebesar 30 juta jiwa di Pemberian posisi tidur yang tepat dapat
dunia, dimana 60% nya berada di Asia menurunkan konsumsi oksigen dan
(Dewan et.al, 2019). Indonesia meningkatkan ekspansi paru yang
menduduki peringkat tertinggi kematian maksimal, serta mengatasi kerusakan
akibat CHF di Asia dengan jumlah pertukaran gas yang berhubungan
penderita 371 ribu jiwa (Aurita dan dengan perubahan membran kapiler
Hudiyawati, 2019). Jawa Tengah alveolus (Iyonu, Zees dan Kasim, 2014).
menduduki peringkat ketiga jumlah
penderita gagal jantung terbanyak di Penelitian Khasanah (2019)
Indonesia. Prevalensi CHF tertinggi menunjukkan bahwa posisi fowler dapat
pada usia 65 – 74 tahun (0,5 %) dengan meningkatkan status pernafasan pasien
angka kematian 45 % – 50 % (Aune (SpO2 dan RR) dapat menjadi lebih baik
et.al, 2019). dibandingkan posisi kepala yang lebih
rendah. Selain itu, Penelitian Moaty,
Masalah yang sering terjadi pada pasien Mokadem dan Elhy (2017) tentang efek
CHF adalah nyeri dada dan sesak nafas. posisi semi fowler terhadap oksigenasi
Nyeri dada pada pasien CHF seringkali dan status hemodinamik pada pasien
disebabkan karena penurunan suplai dengan cedera kepala menunjukan
oksigen ke miokardium yang bahwa posisi semi fowler dengan elevasi
menyebabkan kematian sel jantung, 30° memiliki dampak positif terhadap
sedangkan sesak nafas yang dialami pernapasan dengan hasil terjadinya
pasien CHF disebabkan oleh kelainan peningkatan PaO2, SaO2, dan RR serta
struktur dan fungsi jantung yang penurunan PaCO2. Lain halnya dengan
mengakibatkan kerusakan fungsi penelitian Wijayati, Ningrum dan Putrono
ventrikel untuk memenuhi kebutuhan (2019) yang menunjukkan bahwa
nutrisi dan oksigen ke jaringan tubuh pemberian posisi semifowler 45o
(Sulastini et.al, 2018). berdampak terhadap kenaikan SpO2
pasien CHF. Sedangkan hasil penelitian
Gangguan kebutuhan oksigenasi Damayanti (2020) menyatakan bahwa
menjadi masalah penting pada pasien 64% pasien asma menyatakan lebih
CHF. Menurut Suratinoyo (2016) pada nyaman dan sesak nafas berkurang
pasien CHF sering kesulitan setelah diberikan posisi 30-45°, dan
mempertahankan oksigenasi sehingga hanya 24% yang menyatakan nyaman
mereka cenderung sesak nafas. Untuk dan sesak nafas berkurang setelah
itu, sebaiknya masalah tersebut segera diberikan posisi 60°
ditangani agar tidak memperparah
kondisi tubuh pasien. Hal tersebut dapat Berdasarkan hasil studi pendahuluan
ditangani dengan tindakan keperawatan yang dilakukan pada 7 orang pasien
salah satunya memberikan posisi yang CHF pada tanggal 14 November 2021 di
nyaman bagi pasien (Haas, 2015) SMC RS Telogorejo diperoleh data

146
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)

bahwa semua pasien mengalami sesak Penelitian ini dilaksanakan di ruang IGD
nafas saat beraktivitas dan istirahat tidur. SMC RS Telogorejo pada tanggal 5-25
Pasien CHF juga mengalami nyeri dada Mei 2022. Adapun alat pengumpulan
mendadak saat aktivitas dan sesak data yang digunakan dalam penelitian ini
nafas sehingga mengakibatkan pasien adalah pulse oksimetri untuk mengukur
susah tidur dan gelisah serta tidur tidak saturasi oksigen, Vital Sign Monitor
nyenyak. Upaya yang dilakukan untuk mengukur respiration rate, serta
beberapa pasien untuk mengatasi sesak lembar observasi saturasi oksigen,
nafas dengan cara minum obat dan lembar observasi respiration rate dan
tidur dengan posisi kepala lebih tinggi angket karakteristik responden.
disangga menggunakan 2-3 bantal agar Penelitian ini telah lolos etchical
nafas lebih enak. Pasien CHF clearance dari Komite Etik Penelitian
mengatakan dengan diberikan posisi Kesehatan RS Telogorejo Semarang
tidur kepala ditinggikan 45o, sesak dengan Nomor:
menjadi berkurang. Begitu pula dengan 10267/TU.710/KEPK/K/2022. Penelitian
pemberikan posisi tidur 300 sesak dirasa ini masing-masing responden diukur pre
tidak terlalu berarti, namun ketika posisi test saturasi oksigen dan respiration rate
tidur dirubah menjadi 60o pasien sebelum dilakukan intervensi, kemudian
mengaku kembali mengalami sesak diberikan posisi 30o, 45o, dan 60o secara
nafas. berurutan dengan perlakuan masing-
masing posisi dilakukan selama 30
Berdasarkan fenomena serta evidence menit, setiap perubahan posisi diukur
based terkait yang menunjukkan bahwa post testnya. Perubahan posisi diakukan
masih terdapat perbedaan hasil yang sesuai dengan SOP yang ditetapkan.
bervariatif antara posisi 30o, 45o, dan 60o Penelitian ini menggunakan uji statistik
terhadap saturasi oksigen dan sesak Frieadman dengan uji post hoc
nafas pasien CHF, sehingga membuat menggunakan uji Wilcoxon.
peneliti tertarik melakukan penelitian ini
dengan tujuan untuk mengetahui III. RESULT
pengaruh pemberian posisi 30o, 40o dan Tabel 1. Distribusi frekuensi berdasarkan
45o terhadap saturasi oksigen dan karakteristik responden (n = 30)
respirasion rate pada pasien CHF di Persentase
Variabel Frekuensi (f)
Instalasi Gawat Darurat (%)
Usia
II. METHODS 46-50 Tahun 4 13.33
51-55 Tahun 5 16.67
Desain penelitian ini menggunakan 56-60 Tahun 11 36.67
metode quasy experiment design >60 Tahun 10 33.33
dengan pendekatan times series. Jenis
Teknik pengambilan sampel pada Kelamin
penelitian ini menggunakan purposive Laki-laki 8 26.7
Perempuan 22 73.3
sampling, dengan jumlah sampel
Pendidikan
sebanyak 30 responden. Kriteria Inklusi SMP 5 16.7
dalam penelitian ini antara lain: pasien SMA 15 50
CHF NYHA 1-4 dan dyspnea yang Sarjana 10 33.3
ditandai dengan SpO2 <94%, RR 26- Pekerjaan
Tidak Bekerja 13 43.3
46x/menit, sedangkan kriteria ekslusi
IRT 7 23.3
dalam penelitian ini adalah: pasien PNS 6 20
mengundurkan diri sebagai responden, Wiraswasta 4 13.4
pasien tidak kooperatif, dan pasien yang Klasifikasi
mengalami penurunan kesadaran. NYHA

147
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)

Variabel Frekuensi (f)


Persentase saturasi oksigen terendah 88% dan
(%) tertinggi 99%. Setelah diberikan posisi
NYHA 2 3 10 45o rerata saturasi oksigen pasien CHF
NYHA 3 25 83.3
NYHA 4 2 6.7 sebesar 99,90% (simpangan baku ±
Penyakit 0,305) dengan nilai saturasi oksigen
Penyerta terendah 99% dan tertinggi 100%.
Hipertensi 19 63.3 Sedangkan setelah diberikan intervensi
DM 9 30.0 posisi 60o rerata saturasi oksigen pasien
Asma 2 6.7
CHF juga mengalami perubahan
Penelitian ini menunjukkan bahwa menjadi 97,63% (simpangan baku ±
sebagian besar responden yang 1,586) dengan saturasi oksigen terendah
mengalami CHF berada dalam rentang 95% dan tertinggi 100%
usia 56-60 tahun sebanyak 11 orang
(36.67%), dengan mayoritas jenis Tabel 3. Distribusi rerata respiration rate
kelamin perempuan sebanyak 22 orang sebelum dan setelah dilakukan
(73.3%), serta sebagian besar intervensi posisi 30o, 45o, dan 60o
responden berpendidikan SMA (n = 30)
sebanyak 15 orang (50%), dan Respiration Std
mayoritas berada dalam klasifikasi CHF Mean Min Max
Rate Deviasi
NYHA 3 sebanyak 25 orang serta Sebelum
mayoritas memiliki penyakit penyerta diberikan 28.70 1.579 26 32
yaitu hipertensi sebanyak 19 orang posisi
(63.3%). Setelah
diberikan 17.10 3.010 12 25
posisi 30o
Tabel 2. Distribusi rerata saturasi oksigen Setelah
sebelum dan setelah dilakukan diberikan 16.53 1.889 12 19
intervensi posisi 30o, 45o, dan 60o posisi 45o
(n = 30) Setelah
diberikan 17.90 2.234 14 25
Saturasi Std posisi 60o
Mean Min Max
Oksigen Deviasi
Sebelum Penelitian ini menunjukkan bahwa rerata
diberikan 89.83 1.487 88 93 respiration rate pasien CHF sebelum
posisi 30o diberikan posisi 30o, 45o, dan 60o
Setelah
diberikan 96.10 2.354 88 99
sebanyak 28.70 kali/menit (simpangan
posisi 30o baku ± 1,487) dengan respiration rate
Setelah terendah sebanyak 26 kali/menit dan
diberikan 99.90 0.305 99 100 tertinggi 32 kali/menit. Sedangkan
posisi 45o setelah diberikan posisi 30o rerata
Setelah
respiration rate pasien CHF berubah
diberikan 97.63 1.586 95 100
posisi 60o menurun menjadi 17,10 kali/menit
Penelitian ini menunjukkan bahwa rerata (simpangan baku ± 3.010) dengan
saturasi oksigen pasien CHF sebelum respiration rate terendah 12 kali/menit
dilakukan intervensi posisi 30o, 45o, dan dan tertinggi 25 kali/menit. Setelah
60o sebesar 89,83% (simpangan baku ± diberikan posisi 45o rerata respiration
1,487) dengan nilai saturasi oksigen rate pasien CHF juga menurun menjadi
terendah 88% dan tertinggi 93%. 16,53 kali/menit (simpangan baku ±
Sedangkan setelah diberikan posisi 30o 1.889) dengan respiration rate terendah
rerata saturasi oksigen pasien CHF 12 kali/menit dan tertinggi 19 kali/menit.
berubah meningkat menjadi 96,10% Sedangkan setelah diberikan posisi 60o
(simpangan baku ± 2,354) dengan nilai rerata respiration respiration rate pasien

148
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)

CHF juga mengalami perubahan Saturasi Negatif Positif Ties Z p-


menjadi 17.90 kali/menit dengan Oksigen Rank Rank value
respiration rate terendah 14 kai/menit Posisi
30o_Pre 1 29 0 -4.722 0.000
dan tertinggi 25 kali/menit. Test
Posisi
Tabel 4. Perbedaan saturasi oksigen 45o _Pre 0 30 0 -4.837 0.000
pasien CHF sebelum dan sesudah test
diberikan posisi 30o, 45o, dan 60o Posisi
60o_Pre 0 30 0 -4.801 0.000
(n=30) Test
Posisi
Mean 45o _ 0 29 1 -4.734 0.000
Saturasi Oksigen P value
Rank Posisi 30o
Sebelum diposisikan 1.03 Posisi
Setelah diposisikan 60o_
2.23 5 20 5 -2.833 0.005
30o Posisi
Setelah diposisikan 0.000 30o
3.93
45o Posisi
Setelah diposisikan 60o _ 27 0 3 -4.573 0.000
2.80
60o Posisi 45o
*Uji Friedman *Uji Wilcoxon
Berdasarkan uji Friedman diperoleh data Berdasarkan uji post hoc dengan uji
bahwa p value 0.000 maka dapat ditarik Wilcoxon diperoleh data bahwa setiap
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan perubahan posisi yang diberikan pada
rerata saturasi oksigen sebelum, setelah pasien maka akan berdampak juga pada
diberikan posisi 30o, setelah diberikan perubahan rerata saturasi oksigen
posisi 45o dan setelah diberikan posisi ditunjukkan dengan semua uji diperoleh
60o pada pasien CHF di IGD. p value < 0.05 sehingga dapat ditarik
Berdasarkan nilai mean rank diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan
data bahwa mean rank saturasi oksigen rerata saturasi oksigen antara sebelum
pasien CHF sebelum diberikan posisi dan setelah diberikan posisi 30o, antara
sebesar 1.03, jika dibandingkan dengan sebelum dengan setelah diberikan posisi
mean rank saturasi oksigen setelah 45o, antara sebelum dengan setelah
diberikan posisi 30o, 45o, dan 60o, mean diberikan posisi 60o, antara posisi 30o
rank pada saturasi oksigen setelah dan 45o, antara posisi 30o dengan 60o
diberikan posisi 45o mempunyai dan antara posisi 45o dan 60o.
perubahan mean rank yang paling tinggi,
dimana mengalami peningkatan menjadi Berdasarkan analisis uji post hoc
3.93. Hal tersebut juga dapat dengan uji Wilcoxon juga diperoleh data
disimpulkan bahwa posisi 45o bahwa terdapat 1 responden yang
memberikan dampak yang lebih baik mengalami penurunan saturasi oksigen
dalam meningkatkan saturasi oksigen ketika setelah diberikan posisi 30o dan
pasien CHF dibandingkan posisi 30o dan sisanya sebanyak 29 responden
60o. Selain itu, untuk melihat perbedaan mengalami kenaikan saturasi oksigen.
saturasi oksigen pada masing masing Setelah diberikan posisi 45o dan 60o
posisi dapat dilihat melalui uji post hoc seluruh responden mengalami kenaikan.
dengan uji Wilcoxon. Sedangkan perubahan posisi dari 30o
menjadi 45o ada 1 responden yang tidak
Tabel 5. Analisis uji post hoc saturasi mengalami perubahan saturasi oksigen
oksigen berdasarkan sebelum dan sesudah dan sisanya 29 responden mengalami
diberikan posisi 30o, 45o, dan 60o kenaikan. Dilihat perbandingan dari
posisi 30o dengan posisi 60o terdapat 5

149
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)

reponden yang mengalami penurunan posisi 30o dan 60o. Selain itu, untuk
saturasi oksigen, 5 responden yang tidak melihat perbedaan respiration rate pada
mengalami perubahan, dan sisanya 20 masing masing posisi dapat dilihat
responden mengalami kenaikan, melalui uji post hoc dengan uji Wilcoxon.
sedangkan jika dibandingkan dari posisi
45o dan 60o sebanyak 27 responden Tabel 7. Analisis uji post hoc respiration
mengalami penurunan saturasi oksigen rate berdasarkan sebelum dan sesudah
sebanyak 27 responden dan 3 diberikan posisi 30o, 45o, dan 60o
responden tidak mengalami perubahan Respirati Negatif Positif
Ties Z
p-
saturasi oksigen. Berdasarkan data on rate Rank Rank value
dalam penelitian ini dapat ditarik Posisi
30o_Pre 30 0 0 -4.786 0.000
kesimpulan bahwa pemberian posisi 45o Test
efektif dalam meningkatkan saturasi Posisi
oksigen dan aman bagi pasien CHF. 45o _Pre 30 0 0 -4.791 0.000
test
Tabel 6. Perbedaan respiration rate Posisi
60o_Pre 30 0 0 -4.793 0.000
pasien CHF sebelum dan sesudah Test
diberikan posisi 30o, 45o, dan 60o Posisi
(n=30) 45o _ 16 11 3 -0.507 0.621
Mean Posisi 30o
Respiration Rate P value
Rank Posisi
Sebelum diposisikan 4.00 60o_
11 15 4 -1.021 0.307
Setelah diposisikan Posisi
2.02
30o 30 o

Setelah diposisikan 0.000 Posisi


1.68
45o 60o _ 7 21 2 -2.309 0.021
Setelah diposisikan Posisi 45o
2.30
60o *Uji Wilcoxon
*Uji Friedman
Berdasarkan uji post hoc dengan uji
Berdasarkan uji Friedman diperoleh data Wilcoxon diperoleh terdapat 4
bahwa p value 0.000 maka dapat ditarik pengukuran yang mempunyai p value <
kesimpulan bahwa terdapat perbedaan 0.05 sehingga dapat ditarik kesimpulan
rerata respiration rate sebelum, setelah bahwa terdapat perbedaan rerata
diberikan posisi 30o, setelah diberikan respiration rate antara sebelum dan
posisi 45o dan setelah diberikan posisi setelah diberikan posisi 30o, antara
60o pada pasien CHF di IGD. sebelum dengan setelah diberikan posisi
Berdasarkan nilai mean rank diperoleh 45o, antara sebelum dengan setelah
data bahwa mean rank respiration rate diberikan posisi 60o, dan antara posisi
pasien CHF sebelum diberikan posisi 45o dan 60o.
sebesar 4.00, jika dibandingkan dengan
mean rank respiration rate setelah Berdasarkan analisis uji post hoc
diberikan posisi 30o, 45o, dan 60o, mean dengan uji Wilcoxon juga diperoleh data
rank pada respiration rate setelah bahwa terdapat setelah diberikan posisi
diberikan posisi 45o mempunyai 30o, 45o dan 60o seluruh responden
perubahan mean rank yang paling mengalami penurunan respiration rate.
rendah, dimana mengalami penurunan Sedangkan perubahan posisi dari 30o
menjadi 1.68. Hal tersebut juga dapat menjadi 45o ada 3 responden yang tidak
disimpulkan bahwa posisi 45o mengalami perubahan respiration rate,
memberikan dampak yang lebih baik 11 responden respiration ratenya
dalam menurunkan respiration rate meningkat dan sisanya 16 responden
(sesak nafas) pasien CHF dibandingkan mengalami penurunan. Dilihat

150
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)

perbandingan dari posisi 30o dengan satu posisi nyaman yang diberikan
posisi 60o terdapat 4 reponden pada pasien adalah posisi Semi
responden yang tidak mengalami Fowler. Pengaturan posisi Semi
perubahan respiration rate, 15
Fowler 45o sangat efektif pada
responden mengalami peningkatan dan
sisanya 11 responden mengalami penyakit kardiopulmonari. Metode
penurunan, sedangkan jika tersebut dapat mengurangi sekresi
dibandingkan dari posisi 45o dan 60o pulmonar dan mengurangi resiko
sebanyak 7 responden mengalami penurunan dinding dada. Penelitian
penurunan respiration rate, 21 yang dilakukan oleh Khasanah
responden mengalami kenaikan (2019) menunjukkan bahwa rerata
responden dan 2 responden tidak
saturasi oksigen (SaO2), dari posisi
mengalami perubahan respiration rate.
Berdasarkan data dalam penelitian ini Head Up ke Semi Fowler mengalami
dapat ditarik kesimpulan bahwa peningkatan 0.5 point dan dari posisi
pemberian posisi 45o efektif dalam Semi Fowler ke Fowler juga
dalam menurunkan respiration rate mengalami peningkatan sebesar 0,2
(sesak nafas) pasien CHF. point.

Hasil penelitian ini menunjukkan


IV. DISCUSSION bahwa setelah diberikan posisi 30o
A. Pengaruh posisi 30o, 45o, dan 60o rerata saturasi oksigen pasien CHF
terhadap saturasi oksigen pasien berubah meningkat menjadi 96,10%
CHF (simpangan baku ± 2,354) dengan
Hasil penelitian ini menunjukkan nilai saturasi oksigen terendah 88%
bahwa rerata saturasi oksigen dan tertinggi 99%. Setelah diberikan
pasien CHF sebelum dilakukan posisi 45o rerata saturasi oksigen
intervensi posisi 30o, 45o, dan 60o pasien CHF sebesar 99,90%
sebesar 89,83% (simpangan baku ± (simpangan baku ± 0,305) dengan
1,487) dengan nilai saturasi oksigen nilai saturasi oksigen terendah 99%
terendah 88% dan tertinggi 93%. Hal dan tertinggi 100%. Sedangkan
tersebut sejalan dengan penelitian setelah diberikan intervensi posisi
Ayu (2021) menunjukkan bahwa 60o rerata saturasi oksigen pasien
semua pasien CHF dalam CHF juga mengalami perubahan
penelitiannya mengalami hipoksia menjadi 97,63% (simpangan baku ±
dengan rincian 1 orang (3,1%), yang 1,586) dengan saturasi oksigen
mengalami hipoksia sedang 18 terendah 95% dan tertinggi 100%.
orang (54,5%), dan yang mengalami
hipoksia berat sebanyak 14 orang Hasil penelitian juga menunjukkan
(42,4%). bahwa pemberian posisi 45o adalah
paling efektif terhadap saturasi
Salah satu upaya yang dapat oksigen pada pasien CHF di
dilakukan untuk meningkatkan Instalasi Gawat Darurat. Pengaturan
saturasi oksigen adalah dengan cara posisi tidur dengan meninggikan
pemberian posisi nyaman. Salah punggung bahu dan kepala 45o
memungkinkan rongga dada dapat

151
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)

berkembang secara luas dan pasien CHF dibandingkan posisi 30o


pengembangan paru meningkat. dan 60o.
Kondisi ini akan menyebabkan
asupan oksigen membaik sehingga Pasien diposisikan 45o akan
proses respirasi kembali normal. meningkatkan aliran darah diotak
Hal ini sebagaimana disampaikan dan memaksimalkan oksigenasi
oleh Cheever & Hinkle, (2014) jaringan serebral. Hal tersebut
menyatakan bahwa pengaturan sejalan dengan penelitian yang
posisi tidur fowler dan semi fowler dilakukan Wijayati, Ningrum dan
dapat meningkatkan kondisi Putrono (2019) menunjukkan bahwa
pengembangan paru dan nadi. ada pengaruh pemberian posisi tidur
Sebagaimana hasil penelitian semifowler 45o terhadap kenaikan
Anchala (2016) yang menunjukan saturasi oksigen pada pasien gagal
bahwa ada perbedaan yang jantung kongestive.
siginifikan SaO2 pada posisi semi
fowler dibandingkan posisi yang lain B. Pengaruh posisi 30o, 45o, dan 60o
pada pasien yang dirawat di ICU. terhadap saturasi oksigen pasien
CHF
Penelitian ini menunjukkan bahwa
Berdasarkan uji Friedman pada
rerata respiration rate pasien CHF
penelitian ini diperoleh data bahwa p sebelum diberikan posisi 30o, 45o,
value 0.000 maka dapat ditarik dan 60o sebanyak 28.70 kali/menit
kesimpulan bahwa terdapat (simpangan baku ± 1,487) dengan
perbedaan rerata saturasi oksigen respiration rate terendah sebanyak
sebelum, setelah diberikan posisi 26 kali/menit dan tertinggi 32
30o, setelah diberikan posisi 45o dan kali/menit. Sesak nafas (dispnea)
yang muncul pada pasien CHF
setelah diberikan posisi 60o pada
tersebut dapat disebabkan karena
pasien CHF di IGD. Berdasarkan peningkatan darah dan cairan dalam
nilai mean rank diperoleh data paru yang membuat paru menjadi
bahwa mean rank saturasi oksigen berat, sehingga menyebabkan
pasien CHF sebelum diberikan dyspnea (Ardiansyah, 2012).
posisi sebesar 1.03, jika
dibandingkan dengan mean rank Sedangkan setelah diberikan posisi
30o rerata respiration rate pasien
saturasi oksigen setelah diberikan CHF berubah menurun menjadi
posisi 30o, 45o, dan 60o, mean rank 17,10 kali/menit (simpangan baku ±
pada saturasi oksigen setelah 3.010) dengan respiration rate
diberikan posisi 45o mempunyai terendah 12 kali/menit dan tertinggi
perubahan mean rank yang paling 25 kali/menit. Setelah diberikan
tinggi, dimana mengalami posisi 45o rerata respiration rate
pasien CHF juga menurun menjadi
peningkatan menjadi 3.93. Hal
16,53 kali/menit (simpangan baku ±
tersebut juga dapat disimpulkan 1.889) dengan respiration rate
bahwa posisi 45o memberikan terendah 12 kali/menit dan tertinggi
dampak yang lebih baik dalam 19 kali/menit. Sedangkan setelah
meningkatkan saturasi oksigen diberikan posisi 60o rerata
respiration respiration rate pasien

152
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)

CHF juga mengalami perubahan perubahan respiratory rate pada


menjadi 17.90 kali/menit dengan pneumonia di RSUD Kota Mataram.
respiration rate terendah 14 Menurut Supandi, et.al (2013)
kai/menit dan tertinggi 25 kali/menit.
bahwa posisi semi fowler dimana
Hasil penelitian ini sejalan dengan posisi kepala dinaikan 45°membuat
temuan penelitian Khasanah (2019) oksigen didalam paru-paru semakin
bahwa respirasi rate (RR) cenderung meningkat sehingga memperingan
menurun dan dari posisi semi fowler kesukaran napas. Penurunan sesak
ke fowler RR cenderung tetap napas tersebut didukung juga
(walaupun meningkat, namun dengan sikap pasien yang
peningkatan tersebut sangat kecil.
kooperatif, patuh saat diberikan
Berdasarkan uji Friedman diperoleh posisi sehingga pasien dapat
data bahwa p value 0.000 maka bernafas. Hasil ini juga sejalan
dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan peneiltian yang dilakukan
terdapat perbedaan rerata oleh Burhan et.al (2013) penggunan
respiration rate sebelum, setelah posisi semi fowler dapat efektif untuk
diberikan posisi 30o, setelah mengurangi sesak napas pada
o
diberikan posisi 45 dan setelah pasien Tuberkulosis paru.
diberikan posisi 60o pada pasien V. CONCLUSION
CHF di IGD. Berdasarkan nilai mean Pemberian posisi 300, 450 dan 600 pada
rank diperoleh data bahwa mean pasien CHF terbukti dapat meningkatkan
rank respiration rate pasien CHF saturasi oksigen dan menurunkan
sebelum diberikan posisi sebesar respiration rate (sesak nafas) pada
4.00, jika dibandingkan dengan pasien CHF di IGD. Meskipun semua
perubahan posisi tersebut berpengaruh
mean rank respiration rate setelah
terhadap saturasi oksigen dan repiration
diberikan posisi 30o, 45o, dan 60o, rate, namun posisi 45o memberikan
mean rank pada respiration rate dampak yang lebih baik dalam
setelah diberikan posisi 45o meningkatkan saturasi oksigen dan
mempunyai perubahan mean rank menurunkan respiration rate (sesak
yang paling rendah, dimana nafas) pasien CHF dibandingkan posisi
30o dan 60o.
mengalami penurunan menjadi 1.68.
Hal tersebut juga dapat disimpulkan
bahwa posisi 45o memberikan
dampak yang lebih baik dalam
menurunkan respiration rate (sesak
nafas) pasien CHF dibandingkan
posisi 30o dan 60 o.

Hasil penelitian ini sejalan dengan


temuan penelitian Muhsinin dan
Kusumawardani (2019) bahwa ada
pengaruh penerapan pemberian
posisi semi fowler 45o terhadap

153
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)

REFERENCES
Annisa, Rizky, Utomo, Wasisto., dan Utami. Sri. (2018). Pengaruh perubahan posisi
terhadap pola nafas pada pasien gangguan pernafasan. Program Studi Ilmu
Keperawatan, Universitas Riau.
Apriani, & Febriani, S. (2017). Hubungan kegawatdaruratan dengan waktu tanggap
pada pasien jantung koroner. Jurnal Kesehatan, 8(3), 471–477.
Astriani, Ni Made Dwi Yunica., dan Sandy, Putu Wahyu Sri Juniantari. (2021).
Pemberian posisi semi fowler meningkatkan saturasi oksigen pasien ppok.
Journal of Telenursing (JOTING), 3(1), 128-135, Juni 2021 e-ISSN: 2684-
8988 p-ISSN: 2684-8996 DOI: https://doi.org/10.31539/joting.v3i1. 2113.
Aurita, N., R & Hudiyawati, D. (2019). Gambaran kebutuhan spiritual pada pasien gagal
jantung di rsud dr. moewardi surakarta (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Bahrudin, M. (2018). Pemeriksaan klinis di bidang penyakit saraf. UPTD. Penerbitan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Damayanti, W. W. (2020). Literatur review: Pengaruh pengaturan posisi terhadap
bersihan jalan napas pada pasien dengan asma bronchial. Literatur Review.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Keperawatan.
Ekacahyaningtyas, Martina., Dwi Setyarini, Wahyu Rima Agustin, Noerma Shovie
Rizqiea. (2017). Posisi head up 300 sebagai upaya untuk meningkatkan saturasi
oksigen pada pasien stroke hemoragik dan non hemoragik. Adi Husada Nursing
Journal, 3(2), 55-59.
El-Moaty, A.M.A, El-Mokadem, N.M., Abd-Elhy, A.H.,. (2017). Effect of Semi Fowler’s
Positions on Oxygenation and Hemodynamic Status among Critically Ill Patients
withTraumatic Brain Injury.
Haas, B, Muflihatin, S., K. (2015). Analisis praktik klinik keperawatan pada klien dengan
congestive hearth failure fc iii – iv dengan intervensi inovasi pengaturan posisi
fowlers’ wt 30o terhadap perbaikan curah jantung di ruang icu rsuda.w sjahrinie
samarinda tahun 2015. Riset keperawatan. Stikes Muhammadiyah Samarinda.
Iyonu, R., Zees, R/. F., dan Kasim, V. A. (2014). Hubungan posisi tidur semi fowler
dengan kualitas tidur pada klien gagal jantung kongestif di rsud m.m dunda
limboto. Riset keperawatan. https://repository.ung.ac.id/riset
keperawatan/show/841410032/ hubungan-posisi-tidur- semi-fowler-dengan-
kualitas-tidur-pada-klien-gagal-jantung-kongestif-di- rsud-mm-dunda-
limboto.html.
Junaidi,I. (2014). Hipertensi : Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta : PT
Bhuana Ilmu Populer.
Kasron. (2017). Buku ajar: Gangguan sistem kardiovaskuler. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Kemenkes RI. (2019). Laporan Nasional Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Indonesia tahun 2018. Jakarta: Lembaga Penerbit BadanPenelitian dan
Pengembangan Kesehatan (LPB).
Khasanah, S., Yudono, Danang Tri., dan Surtiningsih. (2019). Perbedaan saturasi
oksigen dan respirasi rate pasien congestive heart failure pada perubahan
posisi. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, XII(1), 68-77.
Moaty, A. M. A,Mokadem, N. M dan Elhy, A. H.A. (2017). Effect of Semifowler’s
Positions on Oxygenation and Hemodynamic Status among Critically III Patients

154
BAGUS ANANTA TANUJIARSO/ JURNAL NURSING UPDATE- VOL.13 NO.4 (2022)

With Traumatic Brain Injur. International Journal of Novel Research in


Healthcare and Nursing. 4(2).
Virani, S. S., Alonso, A., Aparicio, H. J., Benjamin, E. J., Bittencourt, M. S., Callaway,
C. W., … Tsao, C. W. (2021). 2021 Heart Disease and Stroke Statistics Update
Fact Sheet At-a-Glance. American Heart Association (Vol. 143).
https://doi.org/10.1161/CIR.00000000 00000950.
Wijayanti, S., Ningrum, D. H., Putrono. (2019). Pengaruh posisi tidur semi fowler
45o terhadap kenaikan nilai saturasi oksigen pada pasien gagal jantung
kongestif di RSUD Loekmono Hadi Kudus. Medica Hospitalia, 6 (1), 13-19.
Yesni, M. (2019). Pengaruh Terapi Posisi Lateral Kanan Terhadap Kualitas Tidur
Pasien (Gagal Jantung di RSUP M Djamil Padang. Jurnal Akademika
Baiturrahim Jambi, 8(1), 117-125. DOI: http://dx.doi.org/10.36565/jab.v8i1.
Zahroh. R & Susanto. (2017). Efektifitas posisi semi fowler dan posisi fowler terhadap
penurunan sesak napas pasien tb paru. Journals of Ners Community.
Universitas Gresik.

155
Volume: 3, No. 1
Juni 2020
e-ISSN: 2622 - 0997
Website: jurnal.umj.ac.id
Indonesian Journal of Nursing Science and Practice
Email: ijnsp@umj.ac.id

Universitas Muhammadiyah Jakarta

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEKNIK PERNAFASAN PURSED LIPS BREATHING


DAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN
PADA PASIEN TB PARU

Winda Amiar1, Erwan Setiyono2


1
Rumah Sakit Pelni, Jakarta Barat, DKI Jakarta
2
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Jakarta, DKI Jakarta

*windaamiar@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu tanda dan gejala pada pasien TB Paru yaitu sesak nafas dan sering terjadi penurunan oksigen.
Intervensi yang bisa dilakukan untuk mengurangi sesak pada pasien TB paru adalah dengan teknik pernfasan
pursed lips breathing dan perubahan posisi semi fowler. Pursed Lips Breathing merupakan salah satu teknik
termudah dalam mengurangi sesak nafas dengan cara membantu masuknya udara ke dalam paru dan mengurangi
energi yang dikeluarkan saat bernafas. Posisi semi fowler mengandalkan gaya gravitasi untuk membantu
melancarkan jalan nafas menuju ke paru sehingga oksigen akan mudah masuk. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui Efektivitas Pemberian Teknik Pernafasan Pursed Lips Breathing dan Posisi Semi Fowler Terhadap
Peningkatan Saturasi 02 Pada Pasien TB Paru. Jenis penelitian ini menggukan quasi experiment dengan
pendekatan pre dan post-test dengan sample 12 orang. Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata satu saturasi
oksigen sebelum dilakukan tindakan pursed breathing 93.17, dan sesudah dilakukan pursed lis breathing 96.30.
sedangakan untuk intervensi perubahan posisi semi fowler, sebelum dilakukan perubhann semi fowler rata-rata
92.83, dan sesudah dilakukan semi fowler 95.17. hasil uji T dependent didapkan hasil p value <0.05 berati ada
perbedaan antara pemberian intervensi pursed lips breathing dan posisi semi fowler terhadap peningkatan
oksigen. Pursed Lips breathing lebih efektif untuk meningkatkan saturasi oksigen pada pasien TB Paru

Kata kunci: Pursed lips breathing, semi fowler, peningkatan oksigen, TB paru

ABSTRACT
One of the signs and symptoms in pulmonary TB patients is shortness of breath and frequent oxygen depletion.
Interventions that can be done to reduce tightness in pulmonary TB patients are breathing pursed lips breathing
techniques and changes in semi-fowler position. Pursed Lips Breathing is one of the easiest techniques to reduce
shortness of breath by helping the entry of air into the lungs and reduce the energy expended during breathing.
The semi-fowler position relies on the force of gravity to help launch the airway to the lungs so that oxygen will
easily enter. The purpose of this study was to determine the Effectiveness of Pursed Lips Breathing Respiratory
Technique and Semi Fowler Position on Increased Saturation 02 in Lung TB Patients. This type of research uses
a quasi experiment with a pre and post-test approach with a sample of 12 people. The results of this study
indicate an average of one oxygen saturation before the pursed breathing action 93.17, and after the pursed lis
breathing 96.30. while for the intervention of semi-fowler position changes, before the semi-fowler changes are
done an average of 92.83, and after semi-fowler 95.17. T dependent test results revealed the results of p value
<0.05 means there is a difference between giving pursed lips breathing intervention and semi-Fowler position to
increase oxygen. Pursed lips breathing is more effective for increasing oxygen saturation in pulmonary TB
patients.

Keywords: Pursed lips breathing, semi fowler, oxygen, pulmonary TB

7
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)

PENDAHULUAN setelah dilakukan upaya pengobatan terhadap


Tuberkulosis atau Tuberculosis (TBC) 7.302 penderita TB Paru BTA+, 80,59%
merupakan suatu jenis penyakit menuler yang diantaranya dinyatakan sembuh.
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Pasien tuberkulosis paru akan
tuberculosis yang menyerang berbagai organ, mengalami sesak nafas. Otot bantu nafas pada
terutama paru-paru. Secara global pada tahun pasien yang mengalami sesak nafas dapat
2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI bekerja saat terjadi kelainan pada respirasi. Hal
8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 ini bertujuan untuk dapat mengoptimalkan
kasus per 100.000 penduduk. Lima negara ventilasi nafas.
dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Sesak nafas terjadi karena kondisi
Indonesia, China, Philipina, dan Pakistan. pengembangan paru yang tidak sempurna
Sebagian besar estimasi insiden TBC akibat bagian paru yang terserang tidak
pada tahun 2016 terjadi di Kawasan Asia mengandung udara atau kolaps. Bentuk
Tenggara (45%) dimana Indonesia merupakan dadadan gerakan pernapasan pada klien dengan
salah satu di dalamnya dan 25% nya terjadi di TB paru biasanya tampak kurus sehingga
kawasan Afrika. Badan kesehatan dunia terlihat adanya penurunan proporsi diameter
mendefinisikan negara dengan beban bentuk dada antero-posterior dibandingkan
tinggi/high burden countries(HBC) untuk TBC proporsi diameter lateral.
berdasarkan 3 indikator yaitu TBC, TBC/HIV, Apabila ada penyulit dari TB paru
dan MDR-TBC. Terdapat 48 negara yang seperti adanya efusi pleura yang masif maka
masuk dalam daftar tersebut.Satu negara dapat terlihat adanya ketidaksimetrisan rongga dada,
masuk dalam salah satu daftar tersebut, atau pelebaran intercostal space(ICS) pada sisi yang
keduanya, bahkan bisa masuk dalam ketiganya. sakit. TB paru yang disertai atelektasis paru
Indonesia bersama 13 negara lain, masuk membuat bentuk dada menjadi tidak simetris
dalam daftar HBC untuk ke 3 indikator tersebut yang membuat penderitanya mengalami
(Kemenkes, 2018). penyempitan ICS pada sisi yang sakit
Berdasarkan Rencana Pembangunan (Mutaqin, 2008).
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015- Pada klien dengan TB paru minimal dan
2019, Indonesia tetap memakai prevalensi TB tanpa komplikasi, biasanya gerakan pernapasan
paru, yaitu 272 per 100.000 penduduk secara tidak mengalami perubahan. Meskipun
absolut (680.000 penderita) dan hasil survey demikian, jika terdapat komplikasi yang
prevalensi TBC 2013-2014 yang bertujuan memperlihatkan kerusakan luas pada parenkim
untuk menghitung prevalensi TB paru dengan paru biasanya klien akan terlihat mengalami
konfirmasi bakteriologipada populasi yang sesak nafas, peningkatan frekuensi pernafasan
berusia 15 tahun ke atas di Indonesia. dan penggunaan alat bantu nafas (Mutaqin,
Jumlah penderita TB Paru Klinis (suspek 2008).
ditemukan) di Provinsi DKI Jakarta pada tahun Salah satu diagnosa pada pada pasien TB
2016 sebanyak 55.503 penderita. Dari jumlah paru adalah ganggguan pertukaran gas. Sesak
tersebut 7.302 diantaranya merupakan pasien nafas menyebabkan saturasi oksigen turun di
baru TB positif, terjadi peningkatan penderita bawah level normal. Jika kadar oksigen dalam
TB dibanding tahun 2015 sebesar 5.574 orang. darah rendah, oksigen tidak mampu menembus
Jakarta Timur, Barat dan Selatan merupakan dinding sel darah merah. Sehingga jumlah
wilayah dengan jumlah TB Paru BTA+ oksigen dalam sel darah merah yang dibawa
terbesar di Provinsi DKI Jakarta, yaitu rata-rata hemoglobin menuju jantung kiri dan dialirkan
sebanyak 2.000 penderita. Pada tahun 2016 menuju kapiler perifer sedikit. Sehingga suplai

8
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)

oksigen terganggu, darah dalam arteri menjadi responden. Responden selanjutnya


kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan mengisi lembar inform consent.
penurunan saturasi oksigen (Yasmara, 2016). Fase kerja, pada fase ini peneliti mulai
Intervensi yang bisa dilakukan untuk memberikan roleplay kepada responden.
mengurangi sesak pada pasien TB paru adalah Peneliti memberikan penjelasan tentang teknik
demonstrasikan dan dorong pernafasan dengan pernafasan pursed lips breathing dan posisi
mendorong bibir selama ekhalasi, berikan klien semi fowler. Setelah diberikan roleplay pursed
posisi semi fowler dan kolaborasikan dalam lips breathing pasien diajurkkan untuk
pemberian oksigen (Yasmara, 2016). Salah melakukan untuk melalukan teknik pursed lips
satu intervensi keperawatan yang bisa breathing sebanyak 10 kali atau kurang lebih
dilakukan adalah pemberian posisi semi selama 2 menit. Kemudian diukur saturasi
fowler. Posisi semi fowler mengandalkan gaya oksigen setelah 15 menit. Setelah pasien
gravitasi untuk membantu melancarkan jalan diberikan roleplay posisi semi-fowler, pasien
nafas menuju ke paru sehingga oksigen akan diberikan posisi semi-folwer atau posisi tempat
mudah masuk. Hal ini dapat meningkatkan tidur dirubah menjadi 45 derajat selama 15
oksigen yang diinspirasi atau dihirup pasien. menit, kemudian setelah15 menit diukur
Dengan meningkatnya oksigen dalam tubuh, kembali saturasi oksigen.
meningkat pula oksigen yang dibawa sel darah Pada fase terminasi, peneliti mengukur
merah dan hemoglobin, sehingga saturasi saturasi oksigen setelah dilakukan teknik
oksigen juga ikut meningkat (Muttaqin, 2008). pernafasan pursed lips breathing dan posisi
semi-fowler. Peneliti menyampaikan ucapan
METODE terima kasih kepada para responden atas peran
Penelitian ini merupakan penelitian
sertanya membantu proses penelitian ini dan
Quasy Experiment pre-posttest dengan
peneliti mohon izin untuk dapat menghubungi
melibatkan kelompok kriteria. Populasi dalam
responden, bila masih ada hal yang ingin
penelitian ini adalah 12 responden. Penelitian
peneliti konfirmasi.
ini dilakukan pada bulan Desember - Januari
2019. Penelitian ini dilakukan di Ruang Murai
RS Pelni.
Kriteria inklusi pasien pada penelitian
ini adalah, pasien dengan TB paru yang
memiliki saturasi oksigen <95%, serta pasien
rawat inap minimal satu hari.
Adapun langkah pengumpulan sebagai
berikut: fase perkenalan, fase ini dimulai
dengan penelitian mengajukan surat ijin dan
proposal kepada pihak Rumah sakit dan
koordinasi dengan ruang Murai. Selanjutnya
peneliti mengadakan seleksi terhadap calon
responden dengan melihat medical record
pasien, untuk menentukan apakah responden
tersebut memenuhi criteria yang sudah
ditentukan. Peneliti mengukur saturasi oksigen
pasien, peneliti mengadakan wawancara
singkat, menjelaskan secara rinci tentang
penelitian yang akan dilaksanakan serta
menanyakan kesediaan pasien tersebut untuk

9
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Bivariat


Analisa Univariat
Tabel 4.
Tabel 1. Analis Perbandingan Pemberian Pursed Lips
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Breathing dan Posisi Semi Fowler pada Pasien
Usia, Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan TB Paru
Pasien TB Paru yang Mendapatkan Intervensi Intervensi Waktu Mean (SD) P Value
Teknik Pernafasan Pursed Lips Breathing dan Pursed lip Sebelum 93.17 0.002
Posisi Semi Fowler breathing (0.753)
Sesudah 96.30
Variabel Kategori Pursed Posisi Semi (1.517)
Lip Fowler Posisi semi Sebelum 92.83 0.001
Breathing fowler (1.169)
n (%) n (%) Sesudah 95.17
Jenis Laki-laki 4 66.7 4 66.7 (1.690)
Kelamin Perempu 2 33.3 2 33.3
an
Tabel 5.
Tingkat SD 2 33.3 3 50.0
Pendidik SMP 2 33.3 1 16.7 Perbandingan Efektifitas Pemberian Teknik
an SMA 1 16.7 1 16.7 Pemberian Pursed Lip Breathing dan Posisi
PT 1 16.7 1 16.7 Semi Fowler pada Pasien TB Paru
Variabel Pursed Lip Posisi Semi Fowler
Kelompok Mean (SD) SE P Value
Breathing
Pursed lip 96.50 0.169 0.025
Mean Min- Mean Min-
breathing (1.517)
(SD) Maks (SD) Maks
(n=6)
Umur 45.83 33-54 49.83 38-60 Posisi semi 95.17 0.447
(7.083) (7.859) fowler (n=6) (1.169)

Tabel 2.
Distribusi Nilai Saturasi Oksigen TB Paru yang PEMBAHASAN
Mendapatkan Intervensi Teknik Pernafasan Perbandingan nilai saturasi oksigen sebelum
Pursed Lips Breathing dan sesudah pemberian teknik pernafasan
Variabel Sebelum Sesuah pursed lips breathing dan posisi semi fowler
Frekuensi (%) Frekuensi (%) pada pasien TB paru
Normal - - 5 83.3 Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai
Hipoksia 6 100 1 16.7 saturasi responden sebelum dilakukan
ringan-
sedang
intervensi pursed lips breathing, mayoritas
pada ringan – sedang sebanyak 6 orang
Tabel 3. (100%), kemudian nilai saturasi169 setelah
Distribusi Nilai Saturasi Oksigen TB Paru yang diberikan intervensi pursed lips breathing yaitu
Mendapatkan Intervensi Posisi Semi Fowler normal 5 orang (88,3%), dan hipoksia ringan 1
Variabel Sebelum Sesuah orang (16,7%), dengan mean 96.30 dan p value
Frekuensi (%) Frekuensi (%) 0.002. Saturasi oksigen pada responden yang
Normal - - 4 66.7 diberikan intervensi teknik pernafasan pursed
Hipoksia 6 100 2 33.3
ringan- lips breathing mengalami peningkat dari
sedang hipoksia ringan menjad normal dengan adanya
latihan teknik pernafasan pursed lips breathing
dapat meningkatkan ventilasi paru.
Menurut Garrod dan Mathieson
(2012),pursed lips breathing merupakan bagian
dari latihan napas yang diperlukan untuk

10
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)

pasien yang mengalami gangguan pada sistem Perbandingan efektivitas pemberian teknik
pernapasan, karena pursed lips breathing pernafasan pursed lips breathing dengan
memberikan efek yang baik terhadap sistem posisi semi fowler pada pasien TB paru
pernapasan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
Penelitian yang dilakukan oleh Visser, dimana nilai saturasi oksigen setelah dilakukan
Ramlal, Dekhuijzen dan Heijdra (2010) yang pemberian teknik pernfasan pursed lips
meneliti tentang pengaruh Pursed Lips breathing dengan rata- rata 96,50 (normal)
Breathing terhadap peningkatan kapasitas dengan standar devisai 1,517 dan nilai saturasi
inspirasi pada penderita obstruksi kronik oksigen setelah dilakukan posisi semi fowler
pulmonal, menyimpulkan bahwa Pursed Lips dengan rata-rata 95,17 (normal) dengan standar
Breathing dapat meningkatkan kapasitas deviasi 0,477.
inspirasi pulmonal, saturasi oksigen, dan Hasil uji statistik diperoleh P Value =
penurunan frekuensi nafas secara signifikan. 0,025 ( P value 0,025 < α 0,05) maka dapat
Nilai saturasi responden sebelum disimpulkan ada pengaruh yang signifikan
dilakukan intervensi semi fowler, mayoritas anatara pemberian pursed lips breathing dan
pada ringan – sedang sebanyak enam orang posisi semi fowler terhadap nilai saturasi
(100%), kemudian nilai saturasi setelah oksigen pada pasien TB paru.
diberikan intervensi pursed lips breathing yaitu Teknik pursed lips breathing
normal 4 orang (66,7%), dan hipoksia ringan 2 merupakan teknik pernafasan yang bertujuan
orang (33,3%) dengan mean 95.17 dan p value untuk meningkatkan ventilasi secara maksimal.
0.001. Saturasi oksigen pada responden yang Respon yang diharapkan pasien mampu
diberikan intervensi posisi semi-fowler bernafas dengan dalam dan mengempangkan
mengalami peningkat dari hipoksia ringan paru–parunya dengan sempurna, pasien mampu
menjad normal dengan adanya posisi ini menggunakan teknik-teknik pernfasan untuk
dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan meningkatkan ventilasinya (Andarmoyo,
dan memfasilitasi fungsi pernafasan pasien. 2012).
Pada penelitian Qorisetyartha, Niko Menurut Garrod dan Mathieson (2012)
(2017), posisi semi fowler dilakukan sebagai PLB merupakan bagian dari latihan napas yang
cara untuk mengurangi dan membantu diperlukan untuk pasien yang mengalami
menangani sesak nafas. Posisi semi fowler gangguan pada sistem pernapasan, karena PLB
dengan derajat kemiringan 30-45 derajat, yaitu memberikan efek yang baik terhadap sistem
mengandalkan gaya gravitasi untuk membantu pernapasan. Tahap mengerutkan bibir ini dapat
pengembangan paru dan mengurangi tekanan memperpanjang ekshalasi, hal ini akan
dari abdomen dan diafragma. Adanya mengurangi udara ruang rugi yang terjebak
pelebaran saluran napas dapat meningkatkan dijalan napas, dan meningkatkan pengeluaran
oksigen yang diinspiasi atau dihirup pasien. CO2 dan menurunkan kadar CO2 dalam darah
Dengan meningkatnya oksigen dalam tubuh, arteri serta dapat meningkatkan O2 sehingga
peningkatan oksigen dalam hemoglobin juga akan terjadi perbaikan homeostasis yaitu kadar
ikut meningkat begitu juga dengan saturasi CO2 dalam darah arteri normal, dan pH darah
oksigen pasien. Oleh karena itu, pemberian juga akan menjadi normal (Muttaqin, 2013).
posisi semi fowler dapat meningkatkan oksigen
dalam darah. KESIMPULAN
Usia: kelompok pursed lips breathing
dengan usia rata-rata 45.83, dan untuk posisi
semi fowler dengan usia rata-rata 49.83 Jenis
kelamin pada penelitian ini lebih banyak laki-
laki yaitu 4 orang laki-laki (66,7%) dan 2 orang

11
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)

perempuan (33.,3%). Tingkat pendidikan Konsep, Proses dan Pratik


responden kelompok intervensi pursed lips Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
breathing dan kelompok intervensi posisi semi A. Price Sylvia, M. Lorainne Wilson 2012,
fowler. Untuk kelompok pursed lips breathing Patofisiologis: Konsep Klinis Proses-
yaitu 2 orang (33,3%) berpendidikan SD, 2 Proses Penyakit, edisi ke 6. Jakarta :
orang (33,3%) dan untuk kelompok posisi semi EGC.
fowler yaitu 3 orang ( 50,0 %) berpendidikan Brunner. (2014). Keperawatan Medikal
SD. Bedah Brunner & Suddarth, Ed 12.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Jakarta: EGC.
dimana nilai saturasi oksigen setelah dilakukan Darmoto Djojodibroto, R. (2017). Resfirologi
pemberian teknik pernfasan pursed lips (Resfirologi Medicine), Ed 2. Jakarta:
breathing dengan rata- rata 96,50 (normal) EGC.
dengan standar devisai 1,517 dan nilai saturasi Dinkes DKI. (2016). Profil Kesehatan
oksigen setelah dilakukan posisi semi fowler Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016
dengan rata-rata 95,17 ( normal ) dengan Fadhilah, Debby. (2016). Faktor-faktor Risiko
standar deviasi 0,477. Hasil uji statistic Kejadian Tuberkulosis diakses 25
diperoleh P Value = 0,025 (P-value 0,025 < α september 2018
0,05) maka dapat disimpulkan ada pengaruh http://ilmuveteriner.com/faktorfakt or-
yang signifikan anatara pemberian pursed lips resiko-kejadiantuberkulosis
breathing dan posisi semi fowler terhadap nilai Garrod, R., & Mathieson, T. (2012). Pursed
saturasi oksigen pada pasien TB paru. lips breathing: Are we closer to
understanding who might benefit?.
SARAN Cronic Respiratory Desease, 10(1), 3-
Bagi Keperawatan 4.
Hasil penelitian ini diharapkan perawat Hidayat, Alimul Aziz, 2010. Keterampilan
dapat mengaplikasikan teknik perubahan posisi Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan:
semi fowler dan pursed lips breathing pada Jakarta Salemba Medika
pasien yang mengalami sesak sehingga tidak Kemenkes. (2017). Infodatin Tubercolosis.
terjadi penurunan saturasi oksigen. Maka perlu
Kemenkes. (2015). Rencana Pembangunan
diadakan pelatihan tentang teknik pernafasan
Jangka Menengah
pursed lips breathing.
Nasional(RPJMN)2015-2019.
Lampau, Buchari. (2012). Metode Penelitian
Bagi Institusi Pendidikan
Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
menjadi masukan bagi pendidikan dalam Skripsi, Tesis, dan Desertasi. Jakarta:
proses pembelajaran bagi mahasiswa Yayasan Pustaka Obor Indonesia
keperawatan khususnya peminatan Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan Keperawatan
keperawatan medikal bedah agar memperoleh Klien dengan Gangguan Sistem
gambaran dalam mengintegrasikan Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
penanganan terapi non-farmakologis. Maka
Nursalam, (2017). Metodologi Penelitian Ilmu
perlu diadakannya ujian, dimasukan kedalam
kurikulum, dan di implementasikan Keperawatan. Jakarta: Penerbit
salemba Medika.
DAFTAR PUSTAKA Rackini, C.M., Samundeeswary, V., & Beulah,
H. (2014). Effectiveness of blow bottles
Andarmoyo, Suliatyo. (2012). Kebutuhan exercise on respiratory status among
Dasar Manusia (Oksigenisasi): children with lower respiratory tract
infections admitted in pediatric ward

12
Indonesian Journal of Nursing Sciences and Practice (IJNSP)

at selected hospital. Journal of


Science, 4(10), 649-65.
Sabri, Luknis. (2006). Statistik Kesehatan.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Soemantri, Irman. (2008). Keperawatan
Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan
pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jagakarsa, Jakarta
Selatan: Salemba Medika.
Qorisetyartha, Niko, dkk. (2017). Efektivitas
Posisi Semi Fowler Dengan
Pursed Lip Breathing Dan Semi
Fowler Dengan Diaphragma
Breathing terhadap Sa O2 Pasien Tb
Paru Di Rsp Dr. Ariowirawan Salatiga
diakses 25 September 2018.
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/in
dex.php/ilmukeperawatan/article/view/
636/634
Visser, F.J., Ramlal, S., Dekhuijzen.,& Heijdra,
Y.F. (2010). Pursed lips breathing
improves inspiratory capacity in
cronic obstructive pulmonary disease.
Respiration, 81, 372-378.
doi:10.1159/000319036.
Yasmara, Deni. (2017). Rencana Asuhan
Keperawatan Medical Bedah :
Diagnosis Nanda-I 2015-2017
Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta :
EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai