Pengobatan tradisional atau pengobatan dengan menggunakan obat-obat herbal
saat ini kembali diminati oleh sebagian masyarakat karena pengobatan dengan cara modern yang dinilai memiliki efek samping terutama terhadap kesehatan organ ginjal dan hati karena banyak mengandung bahan-bahan kimia berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia. Metode pengobatan dengan kembali kealam atau back to Nature seperti pengobatan tradisional dipilih kembali sebagai salah satu cara alternatif pengobatan karena pengobatan dengan menggunakan ramuan herbal dinilai hampir tidak memiliki efek samping bagi kesehatan tubuh manusia. Kebudayaan yang ada dalam masyarakat tradisional memiliki visi Antropocosmic yaitu adanya hubungan erat manusia sebagai bagian dari alam, bahwa antara manusia dan alam tidak dipisahkan ia menjadi satu kesatuan kosmos yang saling mempengaruhi satu sama lain. Berangkat dari pemikiran itulah nenek moyang kita mempelajari dan mendapatkan banyak hal dari alam dan lingkungannya salah satunya adalah mengenai obat-obatan. Lampung adalah wilayah yang kaya, selain kaya akan adat budaya dan nilai sosial lampung juga memiliki pengetahuan atau teknologi tradisional berupa obat-obatan tradisional yang dipakai untuk mengobati berbagai macam penyakit medis mulai dari keseleo, patah tulang, atau penyakit yang disebabkan oleh serangan virus dan bakteri maupun penyakit non medis yang disebabkan karena gangguan makhluk ghaib (tegor- tegoran) ataupun penyakit karena pengaruh “ketidak seimbangan hubungan manusia dengan alam”. Ada berbagai macam tanaman dan tumbuhan yang dipercaya secara turun temurun dapat dijadikan sebagai alat pengobatan atau obat alami seperti kunyit, madu dan telor itik sebagai obat magh, daun jambu biji sebagai obat diare, daun cabai sebagai obat sakit kepala, daun kedondong sebagai obat flu, daun kemangi sebagai obat kembung, daun lawas sebagai obat sakit perut dan muntah-muntah, daun pare sebagai obat panas tinggi, bawang merah sebagai obat masuk angin, kemiri sebagai obat keseleo, daun serai sebagai obat rematik, dan tanaman obat lainnya seperti bawang putih, air dugan, jamur merang, brotowali, daun bidara, daun belimbing, daun limau (jeruk) kunci, daun rambutan, akar aren, daun kayu paya, getah jarak, akar pelawi, mengkudu, dan beberapa tanaman obat lainnya. Dari berbagai macam tanaman obat tersebut ada beberapa metode pengobatan tradisional orang lampung jaman dahulu yang saat ini masih dipakai di Tiyuh-tiyuh Tuha seperti dengan cara diminum, dikompres, dan dioleskan. Ada pula metode pengobatan tradisonal lain seperti dengan cara timbuk mandi (memercikkan air berkali-kali kebagian yang akan di obati), Bertangus (menutupi diri dengan terpal atau tikar dibawah teriknya matahari untuk menurunkan suhu badan atau menyegarkan badan). Selain itu ada sebuah metode pengobatan tradisional lampung jaman dulu yang nyaris tidak ada efek samping bagi kesehatan tubuh manusia, pengobatan tradisonal tersebut disebut dengan Ngeberus. Ngeberus adalah salah satu metode pengobatan tradisonal orang lampung dengan menggunakan tanaman yaitu daun kayu paya. Tujuh lembar daun kayu paya yang telah diikat menjadi satu dicampur beberapa butir beras, dan kunyit yang kemudian dikunyah sampai menjadi lembut kemudian disemburkan ke arah perut pusar yang tampak dirasa keras ngehati-nya oleh sitabib. Daun kayu paya bercampur beras dan kunyit yang sudah hancur bercampur air liur tersebut dibiarkan menempel, meresap sampai mengering. Setelah benar-benar kering obat hasil berusan yang menempel tersebut dapat dibersihkan dan dapat dilakuan pemberusan lagi. Proses Ngeberus dilakukan beberapa kali sampai pasien dipastikan sembuh dari penyakit yang dialaminya. Pengobatan dengan metode ngeberus ini diyakini berkhasiat untuk mengobati orang yang sedang sakit karena tegor-tegoran, tegor-tegoran adalah penyakit yang disebabkan karena gangguan makhluk ghaib. Metode pengobatan dengan cara ngeberus saat ini sudah sangat jarang sekali ditemui pada masyarakat lampung bahkan bisa dikatakan untuk diperkotaan sudah tidak ditemukan lagi. Perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran serta hilangnya habitat tumbuhan kayu paya menjadi faktor penyebab hilangnya metode pengobatan ini. Padahal bentuk pengobatan seperti ini adalah salah satu bagian dari kearifan lokal masyarakat adat lampung dimana hal ini tidak ada pada daerah lain. Penemuan kembali, penjagaan dan pemeliharaan kekayaan kearifan lokal daerah merupakan kewajiban yang harus diemban oleh seluruh elemen masyarakat khususnya oleh orang lampung itu sendiri sebab seperti kata pepah Lampung “Mak Ganta Kapan lagi, Mak Ram Sapa lagi” (Kalau bukan sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi).
BIODATA SINGKAT PENULIS:
Zainudin Hasan,S.H.,M.H Akademisi Fakultas Hukum Universitas Bandar Lampung Mengajar Mata Kuliah Hukum Adat, Sosiologi Hukum Tinggal di Jl. Untung Suropati, Gang Raja Ratu No.82, Labuhan Ratu, Bandar Lampung TLP/SMS/WA/LINE : 0813 1733 1084 Facebook : Zainudin Hasan Instagram : zainudinhasan_sbm Email: zainudinhasan@ubl.ac.id No Rekening BSM : 7093 638012