Anda di halaman 1dari 16

Tahun 2022

Uji Coba Sistem


Pelayanan Kesehatan
dan Sistem Pembayaran
Berbasis Telemedicine
Tahun 2022
RINGKASAN
RISET
JKN-KIS
Kedeputian Bidang Riset dan Inovasi

Pengarah: Kedeputian Bidang Risnov: Kedeputian Bidang SPPTI: Kedeputian Bidang Akuntansi:
Mahlil Ruby Atmiroseva Mohamad Komaruddin Wiwid Wijayadi
(Direktur Perencanaan Khaterina Kristina Manurung I Made Karistiawan Muhtar Ali Evan
Pengembangan Manajemen Citra Jaya
Risiko) Nilna Rahmi Isna Kedeputian Bidang Regulasi: Kedeputian Bidang Manajemen
Dina Puspita Probowati Risiko
Penanggung Jawab: Kedeputian Bidang JPKP: Raditya Gumelar Mahardika Muhammad Aras
Benjamin Saut PS Rahmad Asri Ritonga Tarombo Pardomuan Situmorang
(Deputi Direksi Bidang Riset dan Rahma Anindita Kedeputian Bidang Wasrikum:
Inovasi) Bayu Yudanto Heny Rahayuningsih
Tedo Arya Trisnanto Ivan Savero
Tenaga Ahli Pendamping: Intan Corina Indra Muh. Ridha Akbar. M
Dr. Besral, SKM, MSc
Popy Yuniar, S.KM, MM., Ph.D Kedeputian Bidang JPKR: Kedeputian Bidang Tinvest:
Viola Karenina Handayani, S.KM Muhammad Cucu Zakaria Sasongko Nugroho
Andina Rahmayani Fery Ardiyanto

Halaman 1
LATAR BELAKANG menjadi 2, yaitu; (1) Telemedicine Community
Based (TMCB), yang dilaksanakan antara peserta
Telemedicine merupakan pemberian pelayanan terdaftar dengan dokter Fasilitas Kesehatan
kesehatan oleh tenaga kesehatan dengan Tingkat Pertama (FKTP); dan (2) Telemedicine
menggunakan teknologi informasi dan komunikasi Hospital Based (TMHB), yang dilaksanakan antar
untuk bertukar informasi dalam tujuan penegakan, fasilitas pelayanan kesehatan. Sejak tahun 2019,
pengobatan, pencegahan penyakit, cedera, BPJS Kesehatan telah melakukan kajian untuk
penelitian, evaluasi, serta penyelenggaraan melakukan uji coba telemedicine, kemudian pada
pendidikan berkelanjutan bagi penyedia layanan tahun 2020 dan 2022 telah dilakukan uji coba
kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial telemedicine tahap I dan II. Berikut merupakan
(BPJS) Kesehatan membedakan telemedicine perjalanan atau progres telemedicine di Indonesia.

Tabel 1. Progres Telemedicine di Indonesia dari Tahun 2019-2022


2019 2020 2021 2022
(Kajian Uji Coba (Uji Coba (Uji Coba
Telemedicine) Telemedicine Tahap I) Telemedicine Tahap II-1)
● Kajian uji coba telemedicine ● Uji coba dilakukan pada 5 FKTP (4 Penyiapan Uji coba telemedicine Tahap 2 dilaksanakan
dilakukan di 11 kantor Puskesmas dan 1 Klinik) dan 10 FKRTL konsep sejak April 2022 - Desember 2022 dengan
cabang yang dikelompokkan (Rumah Sakit) yang tersebar di 5 dan desain perluasan lokus FKTP uji coba yang
menjadi daerah rural dan wilayah non terpencil (Medan, Serang, perluasan dan dikategorikan menjadi kategori A (lokus uji
urban Gorontalo, Yogyakarta, Jakarta Selatan) pedoman coba yang sudah disiapkan sejak tahun 2021
● Pengumpulan data ● Pengambilan data dilakukan melalui dan telah dilakukan pra sosialisasi, koordinasi,
dilakukan melalui survei ke wawancara mendalam dengan dan pernyataan kesiapan) dan kategori
FKTP maupun FKRTL, FGD pelaksana program baik di FKTP B (lokus uji coba tambahan yang masih
dengan tenaga kesehatan, maupun FKRTL, FGD dengan membutuhkan kegiatan penyiapan antara
provider, dan pasien dari stakeholder, survei online dengan lain sosialisasi, koordinasi, dan pemenuhan
11 kantor cabang, serta responden fasilitas kesehatan uji coba kriteria).
pengumpulan data sekunder telemedicine dan pasien yang pernah Perluasan uji coba telemedicine mencakup 5
dari data klaim FKRTL tahun menggunakan layanan telemedicine, aspek berikut:
2016-2018 di 11 kantor serta pengumpulan data sekunder (data 1. Jenis telemedicine (menjadi TMHB dan
cabang kunjungan FKTP di 5 lokasi penelitian TMCB)
● Hasil kajian menunjukkan tahun 2019-2021, data kunjungan 2. Wilayah pengembangan (dari 5 FKTP
bahwa terdapat potensi telemedicine, data kunjungan FKRTL menjadi 100 FKTP)
efisiensi pengurangan tahun 2019-2020) 3. Ruang lingkup kasus uji coba telemedicine
biaya layanan kesehatan ● Jenis layanan yang digunakan dalam (awalnya hanya kasus PRB dan hamil
kasus diagnosis non- layanan telemedicine antara lain tele- TACC pada TMBH kemudian ditambah
spesialistik dengan layanan EKG, tele-USG, dan tele-konsultasi kasus Potensi PRB dan non PRB pada
telemedicine pasien PRB daerah terpencil, serta kasus 144
● Selain itu, telemedicine ● Hasil uji coba menunjukkan layanan diagnosis SKDI untuk TMCB)
berpotensi meningkatkan telemedicine dapat menjadi alternatif 4. Ruang lingkup pelayanan obat oleh Apotek
efisiensi pelayanan konsultasi kasus PRB dan kehamilan Jejaring Telemedicine (semula hanya
kesehatan dengan serta dapat menurunkan biaya rata-rata obat PRB ditambah menjadi obat penyakit
mengurangi jumlah Pasien klaim rujukan per pasien per FKRTL kronis non PRB untuk penyakit kronis
Rujuk Balik (PRB) ke dengan 9 diagnosis PRB)
fasilitas kesehatan yang 5. Pembiayaan pelayanan kefarmasian dan
lebih tinggi pemantauan obat, terutama untuk daerah
terpencil/hambatan geografis.
Rekomendasi utama; Rekomendasi utama;
Membuat regulasi, menyusun Memperluas layanan telemedicine dan
petunjuk teknis pelaksanaan wilayah uji coba telemedicine yang
uji coba telemedicine, dan mencakup jenis telemedicine, wilayah
melaksanakan uji coba pengembangan, ruang lingkup kasus
telemedicine tahap 1 (alur uji coba telemedicine, jenis pelayanan
pelayanan, sistem pembayaran, telemedicine antar faskes (non kapitasi),
sistem klaim dan verifikasi, ruang lingkup pelayanan obat oleh apotek
mekanisme komunikasi antar jejaring telemedicine (non kapitasi),
stakeholder) pembiayaan pelayanan kefarmasian
dan pemantauan obat (terutama daerah
terpencil/hambatan geografis)

Halaman 2
Laporan ini difokuskan pada penilaian uji Metode
coba telemedicine tahun 2022, termasuk
Studi ini dilakukan dengan pendekatan desk
peluang penggunaan TMCB dan TMHB dalam
review secara komprehensif menggunakan tiga
meningkatkan akses pelayanan kesehatan dan
pendekatan metode, yaitu: Systematic Literature
dukungan terhadap efisiensi dalam pelayanan
Review, metode kuantitatif dan metode kualitatif
kesehatan.
dengan memanfaatkan data sekunder dan data
primer.
Tujuan
1. Melakukan review literatur secara sistematik Systematic Literature Review (SLR) digunakan
(Systematic Literature Review/SLR) untuk untuk mendapatkan berbagai artikel untuk tiga sub-
mendapatkan evidence dan best practice dari topik (3 set SLR), yaitu pemanfaatan telemedicine,
berbagai negara terkait dengan pemanfaatan aspek regulasi, dan pembiayaan. Analisis data
telemedicine, aspek regulasi, dan aspek kuantitatif dilakukan dengan mengolah data yang
pembiayaan. bersumber dari aplikasi Konsultasi Medis Online
2. Melakukan analisis dan kompilasi dari berbagai (KOMEN) Kementerian Kesehatan RI dan P-Care.
data (kuantitatif maupun kualitatif) dari hasil Analisis data terdiri dari distribusi pemanfaatan dan
kajian maupun hasil uji coba telemedicine response time telemedicine selama tahun 2022
yang telah dilaksanakan pada tahun 2022. di wilayah uji coba. Sementara itu data kualitatif
3. Melakukan diskusi terarah sebagai bentuk sebagai triangulasi sumber data diperoleh melalui
triangulasi dari informasi yang telah didapatkan Focus Group Discussion (FGD), dan wawancara
4. Membuat rekomendasi dan protokol survei dengan penanggung jawab (koordinator) ujicoba
untuk rencana survei perluasan telemedicine telemedicine BPJS Kesehatan.
tahun 2023 berdasarkan hasil evaluasi dari
point 1-3. HASIL & PEMBAHASAN
Systematic Literature Review (SLR)

Tabel 2. Hasil Systematic Literature Review

No Aspek Hasil Systematic Literature Review (SLR)

● Alasan yang melatarbelakangi pemanfaatan telemedicine adalah untuk efisiensi dan efektivitas biaya
kesehatan, meningkatkan kepuasan pengguna, dan peningkatan aksesibilitas khususnya di remote
area
● Implementasi telemedicine pada pasien hipertensi di Nigeria berdasarkan hasil penelitian yang
Motivasi atau tujuan utama
dilakukan oleh Cremers, A. L. et al. (2019) menunjukkan adanya biaya perawatan yang lebih murah
implementasi telemedicine
1 setelah melakukan kombinasi pemantauan jarak jauh melalui mHealth dan pengalihan tugas ke apotek
pada setting low- and
● Hasil temuan Nelissen, H. E. et al. (2018) di Nigeria menunjukkan sebagian besar pasien merasa puas
middle-income countries
dengan program percontohan telemedicine karena mereka dapat menghindari rumah sakit
● Implementasi mobile intervention di Tanzania dapat meningkatkan kehadiran dalam follow up
appointment di antara wanita yang positif HPV, dimana lebih banyak wanita yang memastikan follow up
lebih awal (Linde, D. S. et al., 2017)

Halaman 3
No Aspek Hasil Systematic Literature Review (SLR)

● Penelitian yang dilakukan oleh Alcazar et al. (2016) di Spanyol mengimplementasikan tele-konsultasi
untuk membantu pasien memahami penyakit COPD, pengobatan dengan memberikan edukasi untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan yang diresepkan dan kebiasaan hidup sehat (misalnya,
mengurangi merokok)

● Penelitian di India oleh Sarveswaran, et al. (2021) menunjukkan implementasi telemedicine untuk
penatalaksanaan kasus diabetes mellitus. Tele-konsultasi dilakukan untuk melakukan penilaian risiko,
anamnesis. termasuk memunculkan riwayat keluarga DM, riwayat diabetes gestasional, melahirkan
bayi besar, dan penyakit ovarium polikistik

● Choudhry, et al. (2016) di Amerika Serikat menyebutkan tele-konsultasi antara pasien dan apoteker
terkait penyakit hipertensi untuk menilai kepatuhan pengobatan, identifikasi penghalang kepatuhan
pengobatan, menilai pengendalian penyakit, meningkatkan motivasi, hingga mendiskusikan rencana
tindak lanjut
● Di Nepal oleh Bhandari, et al. (2022) menunjukkan layanan telemedicine hipertensi yang dilakukan
melalui pesan teks. Tujuannya untuk meningkatkan kontrol tekanan darah, pesan yang diterima meliputi
informasi pengetahuan umum pasien, pengingat minum obat, serta pesan terkait merokok dan alkohol
yang disesuaikan dengan masing-masing pasien

Layanan telemedicine ● Penelitian di Tiongkok oleh Li, et al. (2022) menunjukkan model baru rehabilitasi jantung yaitu remote
2 untuk 9 diagnosis Program home rehabilitation. Hal tersebut sejalan dengan Pastora-Bernal, et al. (2021) yang menunjukkan bahwa
Rujuk Balik (PRB) telerehabilitasi efektif dalam meningkatkan hasil klinis di berbagai patologi. Penelitian lain di Israel
menunjukkan layanan telehealth untuk pasien gagal jantung kongestif (TSCHF) yang bertujuan untuk
mencegah rawat inap lebih lanjut dengan memantau berat badan pasien dan pemberian tanggapan
cepat dalam bentuk respon tenaga medis jika terjadi perubahan berat badan (Eilat-Tsanani, et al., 2016)

● Tele-konsultasi di Malaysia dimanfaatkan untuk pencegahan baru terhadap penyakit stroke berbasis
seluler yang dapat memberikan gambaran risiko stroke rendah, sedang, dan tinggi kepada penggunanya.
(Mat Said, et al., 2021)

● Penelitian di Italia oleh Licchetta, et al. (2021) membahas mengenai TELEmedicine for EPIlepsy Care
(TELE-EPIC) yang memberikan penilaian hasil jarak jauh, konseling, dan tindak lanjut terhadap pasien
epilepsi

● Kasckow, et al. (2014) melakukan penelitian terkait Schizophrenia dengan pendekatan berbasis
telepon dan internet yang menunjukkan keberhasilan dibandingkan pendekatan berbasis konferensi
video

● Di Singapura, Au Eong, et al. (2021) membahas mengenai aktivitas tele-konsultasi dan konsultasi
langsung (fisik) untuk pasien Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Keputusan dilakukannya tele-
konsultasi atau tidak bergantung pada setiap pasien di setiap kunjungan dan pertimbangan dokter
klinis. Pasien yang pertama kali berkonsultasi dengan dokter harus melakukannya secara remote

● Penelitian di Spanyol oleh Gil-Candel, et al. (2022) menunjukkan bahwa alur kerja layanan telemedicine
kefarmasian dimulai dari penandatanganan formulir informed consent oleh pasien hingga proses
pengiriman
3 Layanan kefarmasian
● Penelitian di North-west Queensland oleh McFarland (2017) menunjukkan layanan tele-farmasi untuk
rumah sakit terpencil, yang dimulai dari pengiriman data pasien dari rumah sakit ke tele-farmasi hingga
konsultasi antara apoteker dengan pasien melalui telepon

● Pembayaran tele-visit dikelompokkan menjadi 3 karakteristik, yaitu: durasi tele-visit, dokter yang
melakukan pelayanan (umum atau spesialis), dan media komunikasi yang digunakan (video,
telepon, atau email)
● Pembayaran tele-visit di Perancis, Belanda, dan Denmark bergantung pada pemberi pelayanan, apakah
dokter umum atau spesialis
● Pembayaran tele-visit di Jerman dan Denmark bergantung pada media komunikasi yang digunakan
dengan biaya yang lebih tinggi pada media video dibandingkan dengan telepon; Belgia dan Swiss hanya
membayar tele-visit yang menggunakan telepon; Australia, Perancis, dan Kanada hanya membayar
tele-visit yang menggunakan video; Jerman dan Belanda membayar telepon dan video tele-visit. Selain
4 Pembiayaan itu, Belanda juga membayar email tele-visit
● Di Australia sistem pembayaran tele-visit dilakukan per pelayanan dengan tarif untuk tele-visit spesialis
setengah harga dari konsultasi tatap muka
● Tele-visit video memiliki tarif yang lebih tinggi kemungkinan dikarenakan media video membutuhkan
waktu yang lebih lama dan dapat mendiagnosis lebih banyak dibandingkan dengan telepon
● Di Perancis Luxemburg, Belanda, dan Swiss kompensasi antara tele-visit dan kunjungan langsung
bernilai sama
● Kompensasi tele-monitoring hanya terdapat di Australia, Jerman, Belanda, dan Swiss
● Untuk tele-expertise, hanya 3 negara yang memberikan kompensasi yaitu Perancis, Kanada, dan
Belanda

Halaman 4
No Aspek Hasil Systematic Literature Review (SLR)

Ekosistem yang dapat mendukung berjalannya telemedicine, antara lain:


● Biaya pengembangan program, penelitian yang dilakukan oleh Turimumahoro, P. et al. (2021),
menunjukan bahwa total biaya intervensi investigasi kontak tuberkulosis melalui mHealth diperkirakan
memerlukan biaya $472.327 dengan 76% untuk pengembangan program dan 24% untuk pelaksanaan
program. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan biaya pengembangan program yang cukup besar
dalam pelaksanaan telemedicine
● Mekanisme pembayaran yang jelas, penelitian yang dilakukan oleh Comulada, W. S. et al. (2019)
menjelaskan, di India, biaya tele-konsultasi dapat dibayar sendiri oleh pasien atau melalui pertanggungan
asuransi (yang saat ini memerlukan kejelasan lebih lanjut)
● Regulasi pelaksanaan telemedicine, yang mencakup tipe pelaksanaan telemedicine (sinkronus atau
5 Dukungan ekosistem asinkronus), pedoman dan standar pelaksanaan, legalitas, dan keamanan data pengguna. Iyengar,
Jain dan Vaishya (2020) menyebutkan Standar yang efektif untuk mencegah dampak buruk dalam
konsultasi menggunakan telemedicine: pelatihan, pembaruan panduan, informed consent, privasi,
protokol rencana tindak lanjut, dokumentasi, safety netting, tata kelola informasi dan proteksi data, dan
ganti rugi medis
● Sarana penunjang yang baik termasuk jaringan internet dan peralatan komunikasi jarak jauh.
Selain itu, aplikasi yang digunakan dalam pelayanan telemedicine juga harus mampu memenuhi
kebutuh penyedia layanan dan juga pasien. Alenazi et al. (2020) memberikan saran terkait aplikasi yang
digunakan dalam telemedicine: tidak dipungut biaya, memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi
atau mengirim informasi/data ke penyedia layanan kesehatan, simpel, mudah digunakan, fleksibel dan
dapat dikustomisasi

Aspek regulasi yang diatur dalam implementasi telemedicine antara lain:


● Data protection & patient safety, penelitian yang dilakukan oleh Iyengar, Jain, dan Vaishya (2020) di
India bahwa tata kelola informasi dan proteksi data harus sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan
Data dan Pedoman Tata Kelola Informasi Digital National Health Service (NHS) untuk menghindari
potensi pelanggaran
● Legal analisis, Hsing-Hao Wu (2008) di Taiwan menunjukkan terdapat 3 aspek legal terkait telemedicine,
6 Regulasi yaitu lisensi, informasi persetujuan, dan pengembangan standar telemedicine
● Pembiayaan, penelitian yang dilakukan oleh Haddad et al. (2022) di Amerika Serikat diperoleh hasil
program Remote Patient Monitoring (RPM) dapat menghemat biaya perawatan kesehatan bagi pasien
dan sistem kesehatan
● Protokol, Iyengar, Jain, dan Vaishya (2020) menjelaskan bahwa adanya protokol di India sebagai
salah satu standar untuk mencegah dampak buruk telemedicine. Fasilitas kesehatan perlu melakukan
konfirmasi secara detail dan menjelaskan rencana tindak lanjut kepada pasien

Implementasi Uji Coba Telemedicine 2022 Kesehatan dan Sistem Pembayaran Berbasis
Telemedicine dalam Program Jaminan Kesehatan
Komponen Input & Proses pada Implementasi
kepada seluruh FKTP maupun FKRTL sebagai
Uji Coba Telemedicine 2022
pedoman. Disamping itu, BPJS juga membuat
Implementasi uji coba telemedicine tahun 2022
business requirement terkait beberapa aspek dan
di seluruh lokasi khusus uji coba yang sudah
rinciannya untuk mendukung implementasi uji
ditetapkan melalui Surat Edaran BPJS No.1 Tahun
coba telemedicine tahun 2022.
2022 tentang Pengembangan Sistem Pelayanan

Tabel 3. Business Requirement Telemedicine

No Aspek Rincian
Fitur tele-konsultasi dengan pemberian obat (telemedicine) disatukan dengan fitur tele-konsultasi
Perluasan wilayah Uji Coba eksisting. Aplikasi dipilah yang bisa lanjut sampai dengan inputan pemberian/peresepan obat hanya
1
Telemedicine tahun 2020 pada FKTP Uji Coba saja. Notifikasi kepada Peserta hanya diterima untuk peserta pada FKTP Uji
Coba saja
Perluasan cakupan FKTP Uji Penambahan histori pelayanan rujukan horizontal antara FKTP Uji Coba dan Non Uji Coba
2
Coba bagi peserta luar FKTP
Penambahan fitur notifikasi pilihan untuk pengambilan atau pengantaran obat pada aplikasi Mobile
3
JKN (“obat diambil sendiri” atau “obat diantarkan dengan ketentuan”)
Perluasan jenis layanan
Pencantuman klausa bahwa “delivery/pengiriman obat bukan termasuk manfaat JKN. Jika tersedia,
Telemedicine
4 merupakan pelayanan tambahan yang diberikan oleh FKTP/pihak yang bekerjasama dengan FKTP”,
untuk memastikan ekspektasi peserta

Halaman 5
No Aspek Rincian
5 Pencantuman flagging “Potensi PRB” pada aplikasi P-Care
Penambahan fitur untuk informasi dan pilihan jenis peserta yang ditele-konsultasikan (PRB, Potensi
6 PRB, Hamil TACC) serta jenis pelayanan telemedicine yang diinginkan (Tele-konsultasi klinis, Tele-
EKG, Tele-USG)
Pada aplikasi Temenin disediakan pilihan jawaban tele-konsultasi untuk peserta PRB sebagai berikut:
7
• Obat PRB dapat dilanjutkan; form inputan nama, dosis, dan jumlah obat tersedia
Pada aplikasi Temenin disediakan pilihan jawaban tele-konsultasi untuk peserta Potensi PRB sebagai
berikut:
• Dapat diberikan SRB; form “SRB” tersedia
• Belum dapat diberikan SRB, tetapi pasien dapat diberikan peresepan obat tanpa harus dirujuk fisik
8
ke FKRTL; form “pernyataan belum dapat diberikan SRB dan alasannya” serta form “peresepan
obat FKRTL” tersedia
• Pasien harus dirujuk fisik ke FKRTL; form “pernyataan harus dirujuk fisik ke FKRTL dan alasannya”
tersedia
Pada aplikasi P-Care dilakukan penyesuaian by system sesuai pilihan jawaban tele-konsultasi yang
diberikan Dokter FKRTL pada aplikasi Temenin sebagai berikut:
• Dapat diberikan SRB; aplikasi P-Care melakukan perubahan flagging peserta dari semula “Potensi
PRB” menjadi “PRB”
• Belum dapat diberikan SRB, tetapi pasien dapat diberikan peresepan obat tanpa harus dirujuk
Perluasan kasus yang dapat
9 fisik ke FKRTL; aplikasi P-Care menyimpan form “pernyataan belum dapat diberikan SRB dan
dilakukan konsultasi melalui
alasannya” serta form “peresepan obat FKRTL” dan memunculkannya sebagai history yang bisa
Telemedicine
dilihat melalui aplikasi P-Care pada kunjungan berikutnya
• Pasien harus dirujuk fisik ke FKRTL; aplikasi P-Care menyimpan form “pernyataan harus dirujuk
fisik ke FKRTL dan alasannya” dan memunculkannya sebagai histori yang bisa dilihat melalui
aplikasi P-Care pada kunjungan berikutnya
10 Pengembangan pada logic aplikasi apotek online untuk inputan bukti layanan peserta “Potensi PRB”
Ditambahkan alternatif jawaban dari DPJP:
a. Pasien hamil TACC dapat dilanjutkan pemberian obat/vitamin dari FKTP
11
b. Pasien hamil TACC harus dirujuk fisik ke FKRTL karena memerlukan pemeriksaan penunjang lain
yang tidak tersedia di FKTP; pasien dirujuk menggunakan mekanisme non-telemedicine
Pencantuman klausa pada permintaan tele-konsultasi dari P-Care maupun jawaban tele-konsultasi
pada aplikasi Temenin bahwa “Dokter FKRTL dapat memberikan penyesuaian jenis/nama dan/atau
12
kombinasi serta dosis obat sesuai pertimbangan klinis berdasarkan hasil pemeriksaan dan data-data
yang diberikan oleh Dokter FKTP dalam berkas isian permintaan tele-konsultasi”
Pencantuman warning system untuk pasien Potensi PRB yang sudah menjalani 3 (tiga) bulan
berturut-turut tanpa rujukan fisik ke FKRTL, dan pada bulan ke-4 masih dalam kondisi stabil, maka
13
Dokter FKRTL penerima konsultasi agar memberikan Surat Rujuk Balik (SRB) untuk menjadi pasien
PRB (Rekomendasi Sangat Kuat)
Pencantuman warning pada kasus PRB jika bulan 1-3 dilakukan telemedicine: “ Apakah kondisi
14
pasien belum stabil?” atau “hanya Jika ada TACC saja”
Perluasan pemanfaatan Penambahan Faktor Pelayanan Kefarmasian Tambahan (FPKT) untuk Apotek/Ruang Farmasi
Telemedicine sebagai salah Puskesmas yang memberikan pemenuhan pelayanan kefarmasian pada daerah terpencil atau
satu/alternatif upaya pemenuhan daerah yang diperlakukan sebagai DBT FMS pada Uji Coba ini untuk Telemedicine Hospital Based
15 pelayanan Kesehatan di (TMHB) Daerah Terpencil (DT)
daerah terpencil dan/atau
Daerah Belum Tersedia Faskes
Memenuhi Syarat (DBT FMS)
16 Penandaan FKTP Uji Coba Telemedicine Yang Diperluas (101 FKTP)
Pencantuman riwayat pelayanan termasuk riwayat kunjungan ke FKRTL, riwayat pelayanan
17 telemedicine, dan riwayat obat 3-6 bulan terakhir (minimal 3 bulan terakhir) pada aplikasi Mobile
JKN, P-Care, V-Claim, Apotek Online, dan Temenin dalam Business Requirement
Penambahan fitur peresepan digital:
TMHB
- dari Dokter FKRTL ke Apotek Online
- Alternatif: dari Dokter FKRTL (Temenin) ke Dokter FKTP (P-Care), baru ke Apotek Online (resep
Aspek general (optimalisasi ke Apotek Online melalui Dokter FKTP)
18 pencapaian tujuan
Telemedicine) TMCB
- dari Dokter FKTP (Mobile JKN Faskes) ke Peserta (Mobile JKN Peserta); terkoneksi by system
dari Mobile JKN Faskes ke P-Care;
- dari Dokter FKTP (P-Care) ke Depo/Instalasi Farmasi FKTP (P-Care)
19 Penambahan inputan penulisan nama, dosis, dan jumlah obat
20 Perubahan tarif untuk Tele-konsultasi klinis, Tele-EKG, dan Tele-USG
21 Perubahan tarif untuk perbedaan tarif FKTP Pemerintah dan FKTP Swasta
22 Perubahan tarif untuk perbedaan tarif TMHB kasus dirujuk dan tidak dirujuk

Halaman 6
Total keseluruhan ada 6 aspek yang terdiri dari Menurut Kedeputian Wilayah (Kepwil),
22 rincian business requirement telemedicine pemanfaatan TMHB di 13 Kepwil belum merata.
yang harus dilakukan penyelesain. Selama Pemanfaatan terbesar pada Kepwil 10 (Sulawesi
implementasi uji coba telemedicine tahun 2022, Utara, Sulawesi Tengah. Gorontalo, Maluku Utara)
sampai bulan Desember 2022 telah dilakukan sebanyak 642 kasus (69%), Kepwil 1 sebanyak
proses penyelesain sebanyak 13 rincian (dari 113 kasus (12,2%) dan Kepwil 6 sebanyak 104
6 aspek) business requirement telemedicine itu kasus (11,2%). Sementara di Kepwil lainnya masih
sendiri. sedikit, bahkan di Kepwil 12 (Papua, Papua Barat)
belum ada sama sekali.

Tabel 4. Progres Penyelesaian Business Requirement Telemedicine

Rincian Sampai bulan Oktober 2022 Sampai bulan Desember 2022

Status Selesai Masih Proses atau Belum Selesai Total Selesai Masih Proses atau Belum Selesai Total

Tahap 1 4 14 18 11 7 18

Tahap 2 atau 1 3 4 2 2 4
tambahan

Total 5 17 22 13 9 22

Komponen Output Implementasi Uji Coba


Telemedicine 2022
Pemanfaatan dan Response Time TMHB
Berdasarkan data dari aplikasi KOMEN, total
pemanfaatan TMHB pada tahun 2022 dari bulan
Mei sampai dengan 15 Desember sebanyak
930 kasus. Pemanfaatannya juga bervariasi
setiap bulan, bulan Juli menjadi bulan terbanyak
pemanfaatan TMHB dengan 344 kasus (37%),
disusul bulan Agustus 193 kasus (20,8%) dan
September 171 kasus (18,4%). Berikut adalah tabel pemanfaatan TMHB menurut
seluruh FKTP dan FKRTL yang menjadi lokasi
khusus uji coba telemedicine selama tahun 2022.

Halaman 7
Tabel 5. Pemanfaatan TMHB menurut FKTP

Kepwil Kantor Cabang Kab/Kota Kapasitas Fiskal Karakteristik FKTP Jumlah Persentase (%)
Wilayah Kerja Pemanfaatan TMHB

10 Gorontalo Kab. Bone Bolango Rendah Perkotaan Kabila 575 61,8

1 Medan Kota Medan Sangat Tinggi Perkotaan Klinik MMC 102 11,0

10 Gorontalo Kab. Gorontalo Rendah Perdesaan Dungaliyo 67 7,2

6 Tegal Kab. Brebes Sangat Tinggi Perkotaan Tonjong 53 5,7

6 Pati Kab. Rembang Sedang Perdesaan Kaliori 43 4,6

4 Jakarta Selatan Kota Jakarta Selatan Sangat Tinggi Perkotaan Kec. Cilandak 21 2,3

1 Medan Kota Medan Sangat Tinggi Perkotaan Klinik S. Kholijah 11 1,2

5 Cimahi Kab. Bandung Barat Tinggi Perdesaan Jayagiri 6 0,6

7 Tulungagung Kab. Tulungagung Tinggi Perkotaan Klinik dr. Emi 6 0,6

13 Serang Kota Serang Tinggi Perkotaan Klinik Jannah 5 0,5

6 Yogyakarta Kota Yogyakarta Tinggi Perkotaan Tegal Rejo 5 0,5

11 Mataram Kab. Lombok Utara Sangat Rendah Perdesaan Bayan 3 0,3

5 Cirebon Kota Cirebon Tinggi Perkotaan Gunung Sari 3 0,3

8 Samarinda Kab. Kutai Timur Sangat Tinggi Sangat Terpencil Karangan Dalam 3 0,3

2 Pekanbaru Kota Pekanbaru Sangat Tinggi Perkotaan Klinik Sansani 3 0,3

3 Palembang Kota Palembang Sangat Tinggi Perkotaan Sei Selincah 3 0,3

8 Sampit Kab. Kotawaringin Barat Sedang Perdesaan Semanggang 3 0,3

6 Surakarta Kab. Sragen Rendah Perdesaan Tangen 3 0,3

3 Curup Kab. Bengkulu Utara Rendah Terpencil Batiknau 2 0,2

5 Cirebon Kab. Indramayu Sangat Tinggi Perkotaan Klinik Bionamed 2 0,2

5 Banjar Kota Banjar Sangat Rendah Perkotaan Banjar III 1 0,1

3 Curup Kab. Kepahiang Sangat Rendah Terpencil Batu Bandung 1 0,1

3 Pangkalpinang Kab. Bangka Rendah Perkotaan Belinyu 1 0,1

9 Polewali Kab. Polewali Mandar Sedang Perdesaan Binuang 1 0,1

13 Serang Kab. Serang Tinggi Perdesaan Ciomas 1 0,1

8 Samarinda Kab. Kutai Kartanegara Sangat Tinggi Terpencil Kahala 1 0,1

2 Pekanbaru Kab. Pelalawan Tinggi Terpencil Kerumutan 1 0,1

9 Polewali Kab. Polewali Mandar Sedang Perkotaan Campalagian 1 0,1

7 Gresik Kab. Gresik Sangat Tinggi Terpencil Sangkapura 1 0,1

8 Tarakan Kab. Nunukan Rendah Terpencil Sanur 1 0,1

2 Tanjung Pinang Kab. Kepulauan Sangat Rendah Terpencil Tarempa 1 0,1


Anambas

Total 930 100

Halaman 8
Tabel 6. Pemanfaatan TMHB menurut FKRTL

Kepwil Kantor Cabang Kab/Kota Kapasitas Fiskal Karakteristik FKRTL Jumlah Persentase (%)
Wilayah Kerja Pemanfaatan TMHB
10 Gorontalo Kab. Bone Bolango Rendah Perkotaan RSUD Toto Kabila 404 43,4
10 Gorontalo Kota Gorontalo Sedang Perkotaan RSUD Aloei Saboe 184 19,8
1 Medan Kota Medan Sangat Tinggi Perkotaan RSUP H. Adam 103 11,1
Malik
10 Gorontalo Kab. Gorontalo Rendah Perdesaan RSUD dr. M. Moh. 54 5,8
Dunda
6 Tegal Kota Tegal Sangat Tinggi Perkotaan RSUD Kardinah 53 5,7
6 Pati Kab. Rembang Sedang Perdesaan RS Umum Keluarga 43 4,6
Sehat
4 Jakarta Selatan Kota Jakarta Selatan Sangat Tinggi Perkotaan RSUD Pasar Minggu 20 2,2
1 Padang Kab. Mandailing Natal Rendah Pedesaan RSUD Panyabungan 8 0,9
Sidempuan
5 Cimahi Kab. Bandung Barat Tinggi Perdesaan RSUD Lembang 6 0,6
7 Gresik Kab.Gresik Sangat Tinggi Terpencil RSUD Ibnu Sina 5 0,5
Gresik
5 Cirebon Kota Cirebon Tinggi Perkotaan RS Umum Sumber 5 0,5
Kasih
4 Tigaraksa Kab.Tangerang Sangat Tinggi Perkotaan RSUD Balaraja 3 0,3
6 Surakarta Kab.Sragen Rendah Perdesaan RSUD dr. Soehardi 3 0,3
Prijonegoro
8 Samarinda Kab. Kutai Sangat Tinggi Terpencil RSUD Kudungga 3 0,3
Kartanegara
11 Mataram Kab. Lombok Utara Sangat Rendah Perdesaan RSUD NTB 3 0,3
3 Palembang Kota Palembang Sangat Tinggi Perkotaan RSUD Palembang 3 0,3
Bari
8 Sampit Kab. Kotawaringin Tinggi Perdesaan RSUD Sultan 3 0,3
Timur Imanuddin
3 Curup Kota Bengkulu Sangat Rendah Terpencil RSUD dr. M. Yunus 3 0,3
6 Yogyakarta Kota Yogyakarta Tinggi Perkotaan RS UGM 2 0,2
13 Serang Kab.Serang Tinggi Perdesaan RSUD dr. Drajat 2 0,2
Prawiranegara
6 Yogyakarta Kota Yogyakarta Tinggi Perkotaan RSUD Yogyakarta 2 0,2
9 Polewali Kab.Polewali Mandar Sedang Perdesaan RSUD Polewali 2 0,2
1 Medan Kab. Toba Samosir Sedang Perdesaan RSUD Porsea 2 0,2
2 Pekanbaru Kota Pekanbaru Sangat Tinggi Perkotaan RS Daerah Madani 1 0,1
4 Tigaraksa Kab.Tangerang Sangat Tinggi Perkotaan RS Ibu & Anak Ilanur 1 0,1
6 Yogyakarta Kota Yogyakarta Tinggi Perkotaan RS Pratama Kota 1 0,1
Yogyakarta
2 Jakarta Selatan Kota Jakarta Selatan Sangat Tinggi Perkotaan RS Umum Aulia 1 0,1
Hospital
2 Pekanbaru Kota Pekanbaru Sangat Tinggi Perkotaan RS Umum Sansani 1 0,1
2 Pekanbaru Kab. Pelalawan Tinggi Terpencil RSUD Selasih Riau 1 0,1
8 Samarinda Kab. Kutai Sangat Tinggi Terpencil RSUD Daerah Aji M. 1 0,1
Kartanegara Parikesit
5 Banjar Kota Banjar Sangat Rendah Perkotaan RSUD Banjar 1 0,1
3 Pangkalpinang Kab. Bangka Rendah Perdesaan RSUD Depati Bahrin 1 0,1
7 Tulungagung Kab. Sumenep Sedang Perdesaan RSUD dr. H. Moh. 1 0,1
Anwar
2 Batam Kab. Karimun Sedang Sangat Terpencil RSUD Embung 1 0,1
Fatimah
8 Tarakan Kab.Nunukan Rendah Sangat Terpencil RSUD Kab. Nunukan 1 0,1
- (tidak tertulis) 2 0,2
Total 930 100

Halaman 9
Dari 101 FKTP yang menjadi lokasi khusus uji
coba telemedicine tahun 2022, Puskesmas Kabila,
Klinik Medan Medical Center, serta Puskesmas
Dungaliyo menjadi 3 FKTP dengan pemanfaatan
TMHB paling banyak. Disamping itu, 3 FKRTL
yang menjadi pengampu FKTP terbanyak dalam
pemanfaatan TMHB adalah RSUD Toto Kabila,
RSUD Aloei Saboe, dan RSUP H. Adam Malik.
Berikut adalah grafik perbandingan pemanfaatan
TMHB dari ketiga FKTP dan FKRTL terbanyak
menurut bulan.

Sedangkan dari 930 kasus yang telah di


telemedicine-kan selama tahun 2022, rata-rata
response timenya adalah 2,72 jam. Berikut adalah
grafik rata-rata response time TMHB menurut
bulan dan dari 3 FKTP dengan pemanfaatan TMHB
paling banyak.

Sementara itu, spesialisasi jantung dan pembuluh


darah (tele-EKG) menjadi spesialisasi yang paling
banyak pemanfaatannya dalam TMHB yaitu 761
kasus ( 81,83%).

Ketiga FKTP dengan pemanfaatan TMHB


terbanyak, semuanya termasuk kedalam non
daerah terpencil dan 2 dari 3 FKTP berasal yang
mempunyai kapasitas fiskal rendah.

Halaman 10
Tabel 7. Karakteristik Wilayah dari 3 FKTP dengan Pemanfaatan TMHB Terbanyak

No FKTP Status Karakteristik Wilayah Kerja Kab/Kota Kapasitas Fiskal

1 PKM Kabila Non-BLUD Perkotaan (Non Daerah Terpencil) Bone Bolango Rendah

2 Klinik MMC Medan Swasta Perkotaan ((Non Daerah Terpencil) Medan Sangat tinggi

3 PKM Dungaliyo BLUD Perdesaan (Non Daerah Terpencil) Gorontalo Rendah

Disamping itu, berikut merupakan tabel best practice dari ketiga FKTP dengan pemanfaatan TMHB
terbanyak yang dapat dijadikan rujukan untuk pengembangan telemedicine di wilayah lainnya.

Tabel 8. Best Practice dari 3 FKTP dengan Pemanfaatan TMHB Terbanyak

FKTP Best Practice dalam Pelaksanaan Telemedicine

PKM Kabila ● Promosi telemedicine sangat gencar. Setiap bulan dilakukan kegiatan Prolanis di wilayah kerja (turun ke desa) dan
semua peserta dilakukan pemeriksaan yang kemudian dituliskan hasil pemeriksaannya dalam pengantar EKG
● Membuat alur pelayanan tersendiri untuk pasien yang di telemedicine-kan serta mensosialisasikan saat kegiatan
Prolanis, dimana alurnya pasien diberikan kelonggaran untuk datang ke PKM dari jam 10 pagi sd 13 siang
tanpa mengikuti alur pendaftaran pasien di PKM (datang sebagai peserta kegiatan Prolanis) dengan membawa
rekomendasi EKG (untuk mengurangi antrian pasien di PKM)

Klinik MMC Medan ● Promosi telemedicine sangat gencar. Setiap bulan pasien PRB (sudah ter flagging dari awal) yang datang
diwajibkan untuk tele-EKG, sedangkan pasien yang berisiko jantung atau hipertensi langsung dilakukan tele-EKG
● Membuat video promosi terkait telemedicine dan memutarkannya di setiap ruang tunggu klinik

PKM Dungaliyo ● Promosi telemedicine sangat gencar. Melakukan promosi telemedicine melalui kegiatan Prolanis juga pada saat
kegiatan Posbindu di setiap desa dan kegiatan lintas sektor

Penagihan Klaim Telemedicine per-Kepwil


Berdasarkan data dari aplikasi P-Care, total penagihan klaim TMHB yang sudah dilakukan hanya sebanyak
733 kasus atau hanya sekitar 78,81% jika dibandingkan dengan total pemanfaatan TMHB.

Tabel 9. Perbandingan Pemanfaatan TMHB dengan yang Dilakukan Penagihan Klaim

Pemanfaatan TMHB Penagihan Klaim


Kepwil Wilayah Persentase Klaim (%)
(KOMEN) (P-Care)

1 Aceh, Sumut 113 88 77,88

2 Sumbar, Riau, Kepri, Jambi 5 1 20,00

3 Sumsel, Babel, Bengkulu 7 0 0,00

4 Jabotabek 21 10 47,61

5 Jabar 12 7 58,33

6 Jateng & DIY 104 85 81,73

7 Jatim 7 4 57,14

8 Kaltim, Kalteng, Kalsel, Kalut 8 2 25,00

9 Sulsel, Sulbar, Sul Tenggara, Maluku 2 1 50,00

10 Sulut, Sulteng. Gorontalo, Malut 642 532 82,86

11 Bali, NTB, NTT 3 0 0,00

12 Papua, Papua Barat 0 0 0,00

13 Banten, Kalbar, Lampung 6 3 50,00

Total 930 733 78,81

Halaman 11
Kajian Monitoring & Evaluasi (Monev) Uji Coba Telemedicine 2022
Pada bulan September, dilakukan kegiatan Monev yang diikuti oleh seluruh Kepwil untuk mengetahui hasil
dari uji coba telemedicine tahun 2022, sekaligus mengetahui permasalahan-permasalahan yang muncul
dari berbagai aspek.

Tabel 6. Matriks Permasalahan selama Monev Uji Coba Telemedicine 2022

Aspek Masalah Kepwil

Aplikasi a. Tidak ada fitur penagihan obat telemedicine di aplikasi Apotek Online a. 1,6, 13
b. E-klaim dan diagnosa peserta potensi PRB pada aplikasi PCARE tidak muncul pilihan b. 3,5, 11
telemedicine c. 3, 10
c. Tidak ada notifikasi status konsultasi pasien (sudah dijawab atau belum) via hp d. 5
d. FKTP harus melakukan pengisian data pada aplikasi KOMEN dan P-Care e. 5,6
e. Pasien tidak ter flagging PRB f. 7
f. Notifikasi tidak masuk ke Whatsapp dokter spesialis

SDM a. Kurang memahami penggunaan aplikasi telemedicine a. 2,4,5, 9


b. Perpindahan tenaga medis yang sudah mengikuti sosialisasi telemedicine b. 3
c. Tidak tersedia dokter spesialis di FKRTL pengampu c. 5

Pembiayaan a. Teknis pembayaran klaim telemedicine a. Semua

Fasilitas a. Gangguan jaringan internet a. 1,3, 7, 8, 9, 12, 13


b. Kendala pengiriman obat b. 2, 13
c. Alat USG rusak c. 3, 9
d. Sering mati lampu d. 3, 7, 13
e. Peresepan obat oleh FKRTL tidak tersedia di FKTP (kasus non-PRB) e. 5
f. Alat EKG rusak f. 6, 9
g. Belum ada alat USG g. 6, 7, 13
h. Obat belum diresepkan ke apotek h. 9

Legal a. Masih proses PKS dengan FKRTL a. 4,5,6


b. Belum membuat SK Tim Dokter Spesialis untuk pendaftaran KOMEN b. 5

Respon FKRTL a. Respon jawaban FKRTL lama a. 1,2,3,4,6, 11, 13


b. FKRTL belum akses aplikasi KOMEN b. 2

Hasil Focus Group Discussion (FGD)


Pada awal bulan Desember, dilakukan kegiatan FGD yang diikuti oleh 16 perwakilan FKTP, 11 perwakilan
FKRTL, dan 11 perwakilan pasien atau peserta BPJS untuk mengetahui secara kualitatif hasil dari uji coba
telemedicine yang selama tahun 2022, dan mengetahui permasalahan yang muncul dari berbagai aspek.

Tabel 7. Matriks Permasalahan Hasil FGD Implementasi Uji Coba Telemedicine 2022

Aspek Masalah Solusi

Aplikasi a. Terkadang ada notifikasi yang tidak muncul (FKRTL) Terus mengembangkan aplikasi
b. Pemanfaatan TMCB belum ada (FKTP) beserta interoperabilitasnya,
dan pengecekan secara rutin
permasalahan yang timbul

SDM a. Respon dokter masih lambat karena harus melakukan pelayanan offline di RS Memperbanyak kerjasama dengan
terlebih dahulu (FKRTL dan Pasien) FKRTL
b. Jumlah SDM yang sedikit (FKRTL)
c. Waktu tunggu di FKTP terkadang masih lama (Pasien)

Pembiayaan a. Tidak paham klaim/masalah terkait alur klaim yang belum jelas (FKTP, FKRTL) Perbaikan mekanisme pembayaran
b. Setelah melakukan klaim ke BPJS, FKTP harus membayar biaya jasa dan alur klaim. Pembayaran klaim
telemedicine ke FKRTL (merasa bolak-balik dan ribet) (FKTP) langsung oleh BPJS kepada FKRTL

Fasilitas a. Gangguan sinyal, khususnya bagi yang daerah terpencil (FKTP, FKRTL) Dukungan pemerintah daerah untuk
b. Saat konsultasi dengan dokter spesialis tidak dilakukan melalui video call (Pasien) ketersediaan JARKOMDAT

Halaman 12
Aspek Positif Implementasi Uji Coba 3. Beberapa petugas kesehatan di FKTP masih
Telemedicine keliru dalam penggunaan aplikasi KOMEN
maupun PCARE, termasuk penagihan klaim.
Hasil uji coba telemedicine memperlihatkan bahwa
4. FKTP keberatan dan merasa ribet karena
telemedicine dapat memberikan manfaat dalam
harus membayar jasa telemedicine ke FKRTL.
berbagai aspek seperti;
5. Implementasi telemedicine masih belum
1. Distribusi: Telemedicine dapat mengatasi merata di seluruh Kepwil, bahkan Kepwil 12
sebaran tenaga kesehatan yang belum merata belum ada sama sekali.
dan maldistribusi fasilitas kesehatan; 6. Pemanfaatan TMCB masih sangat rendah
2. Efisiensi: Telemedicine dapat mengefisienkan karena keterbatasan aplikasi, dokter, dan
waktu (seperti waktu tunggu, dan lain jaringan internet.
sebagainya), menghemat biaya transportasi
7. Di daerah terpencil, jaringan internet menjadi
maupun administrasi. Dapat memberikan
salah satu hambatan terbesar dalam
akses pelayanan kesehatan bagi pasien tanpa
implementasi telemedicine.
harus meninggalkan kewajiban mereka dalam
bekerja (pedagang, buruh, pegawai, dll);
3. Informasi: Telemedicine sebagai wadah
REKOMENDASI
transfer of knowledge atau mendapatkan
akses informasi yang mudah dan faktual
BPJS Kesehatan
sehingga dapat membantu rencana tindak
lanjut penanganan pasien; 1. Melakukan penuntasan dan penyegeraan pe-
4. Prevensi: Telemedicine meminimalisir ngembangan aplikasi yang sudah dirancang
penularan dan penyebaran penyakit akibat dalam pengajuan business requirement, ter-
perjalanan ataupun kerumunan orang; masuk interoperabilitas dengan pihak ketiga
5. Kepuasan: Telemedicine dapat meningkatkan untuk dukungan pemenuhan pelayanan
aksesibilitas dan kepuasan peserta terhadap kefarmasian.
pelayanan kesehatan, serta efisiensi biaya 2. Melakukan pembayaran telemedicine
pelayanan kesehatan. langsung ke FKRTL, tidak melalui FKTP.
3. Memperbaiki dan mendiseminasikan
secara berkala guideline dan mekanisme
KESIMPULAN
telemedicine.

1. Penyelesaian business requirement 4. Melanjutkan uji coba telemedicine dengan


telemedicine per Desember 2022 sudah lebih dimaksimalkan pada lokus yg sudah ada
dilakukan 13 item dari 22 item, sedang 9 item saat ini, karena masih banyak yang belum
masih berproses atau belum selesai. mengimplementasikannya

2. Interoperabilitas PCARE dengan KOMEN 5. Uji coba telemedicine perlu diikuti dengan
sudah berjalan, namun masih ada informan survei yang diperluas cakupannya (mencakup
yang menyatakan data inputan belum muncul aspek kepuasan pasien, kepuasan fasilitas
secara otomatis (seperti NIK dan nomor kesehatan, dan aspek mutu layanan).
handphone

Halaman 13
6. Survei implementasi telemedicine perlu me- DAFTAR PUSTAKA
lakukan FGD atau Wawancara Mendalam
(WM) dengan semua FKTP dan FKRTL Alcazar, B., de Lucas, P., Soriano, J. B., Fernández-
yang sudah berkomitmen menjalankan Nistal, A., Fuster, A., González-Moro, J. M. R.,
telemedicine, termasuk WM dengan Arnedillo, A., Sidro, P. G., & de Los Monteros,
Kementerian Kesehatan terkait dengan M. J. E. (2016). The evaluation of a remote
regulasi telemedicine (TMHB dan TMCB) support program on quality of life and evolution
dan WM dengan BPJS Kesehatan terkait of disease in COPD patients with frequent
dengan penyamaan persepsi implementasi exacerbations. BMC Pulmonary Medicine,
telemedicine. 16(1), 140.https://doi.org/10.1186/s12890-
016-0304-3
Kementerian Kesehatan
Alenazi, H. A., Jamal, A., & Batais, M. A. (2020).
1. Perlu memperbaiki regulasi terkait dengan Identification of Type 2 Diabetes Management
pembayaran telemedicine sehingga di- Mobile App Features and Engagement
mungkinkan untuk dilakukan pembayaran dari Strategies: Modified Delphi Approach. JMIR
BPJS langsung ke FKRTL. MHealth and UHealth, 8(9), e17083. Medline.
https://doi.org/10.2196/17083
2. Perlu mengembangkan regulasi terkait SIP
(Surat Izin Praktek) online, sehingga tujuan Au Eong, J. T. W., Lateef, A., Liang, S., Lim, S.
telemedicine untuk menjawab masalah mal- H. H., Tay, S. H., Mak, A., & Cho, J. (2022).
distribusi Fasilitas Kesehatan (Faskes) dan Impact of teleconsultation on subsequent
Tenaga Kesehatan (Nakes) dapat tercapai disease activity and flares in patients with
systemic lupus erythematosus. Rheumatology
3. Perlu mengembangkan kebijakan agar
(United Kingdom), 61(5), 1911–1918. https://
telemedicine (TMHB dan TMCB) menjadi
doi.org/10.1093/rheumatology/keab694
bagian dari kebijakan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) Bhandari, B., Narasimhan, P., Jayasuriya,
R., Vaidya, A., & Schutte, A. E. (2022).
4. Perlu mengembangkan kerjasama dengan
Effectiveness and Acceptability of a Mobile
sektor swasta (start-up) untuk peningkatan
Phone Text Messaging Intervention to
pelaksanaan TMCB, terkait keterbatasan
Improve Blood Pressure Control (TEXT4BP)
dokter FKTP untuk melayani pasien online
among Patients with Hypertension in Nepal:
dan offline sekaligus.
A Feasibility Randomised Controlled Trial.
Global Heart, 17(1). Embase. https://doi.
Pemerintah Daerah/Kementerian Dalam Negeri
org/10.5334/GH.1103
1. Perlu memanfaatkan Dana Alokasi Umum
BPJS Kesehatan. 2019. Laporan Kajian Alternatif
(DAU) untuk menunjang implementasi
Sistem Pembiayaan Pelayanan Kesehatan
telemedicine.
Berbasis Telemedicine
2. Memastikan ketersediaan JARKOMDAT,
BPJS Kesehatan. 2020. Laporan Uji Coba
terutama di daerah terpencil, termasuk (bila
Pengembangan Sistem Pembayaran
diperlukan) bekerjasama dengan sektor
Kesehatan Berbasis Telemedicine
swasta.
BPJS Kesehatan. 2022. Uji Coba Telemedicine
Yang Diperluas 2022-2023

Halaman 14
BPJS Kesehatan. 2022. Business Requirement Israel. European Journal of Cardiovascular
Telemedicine Nursing, 15(3), e78-84. https://doi.
org/10.1177/1474515115602677
BPJS Kesehatan. 2022. Monitoring & Evaluasi
Kedeputian Wilayah Gil-Candel, M., Solana-Altabella, A., Vicente-Escrig,
E., Puplá-Bartoll, A., Bodega Azuara, J., Pérez-
Choudhry, N. K., Isaac, T., Lauffenburger, J.
Huertas, P., & Ferrando Piqueres, R. (2022).
C., Gopalakrishnan, C., Khan, N. F., Lee,
Developing a telepharmacy programme with
M., Vachon, A., Iliadis, T. L., Hollands, W.,
home medication dispensing and informed
Doheny, S., Elman, S., Kraft, J. M., Naseem,
delivery in a tertiary hospital: Description
S., Gagne, J. J., Jackevicius, C. A., Fischer,
of the model and analysis of the results.
M. A., Solomon, D. H., & Sequist, T. D.
European Journal of Hospital Pharmacy, (Gil-
(2016). Rationale and design of the Study
Candel M., maigc29@gmail.com; Solana-
of a Tele-pharmacy Intervention for Chronic
Altabella A.; Vicente-Escrig E.; Puplá-Bartoll
diseases to Improve Treatment adherence
A.; Bodega Azuara J.; Ferrando Piqueres R.)
(STIC2IT): A cluster-randomized pragmatic
Pharmacy, Hospital General Universitari De
trial. American Heart Journal, 180((Choudhry
Castelló, Comunidad Valenciana, Castellón
N.K., nkchoudhry@bwh.harvard.edu;
de la Plana, Spain. Embase. https://doi.
Lauffen-burger J.C.; Gopalakrishnan C.; Khan
org/10.1136/ejhpharm-2021-003194
N.F.; Gagne J.J.; Fischer M.A.; Solomon
D.H.) Division of Pharmacoepidemiology Haddad, T. C., Coffey, J. D., Deng, Y., Glasgow,
and Pharmacoeconomics, Department of A. E., Christopherson, L. A., Sangaralingham,
Medicine, Brigham and Women’s Hospital L. R., Bell, S. J., Shah, V. P., Pritchett, J. C.,
and Harvard Medical School, Boston, MA, Orenstein, R., Speicher, L. L., Maniaci, M. J.,
United States), 90–97. Embase. https://doi. Ganesh, R., & Borah, B. J. (2022). Impact of
org/10.1016/j.ahj.2016.07.017 a High-Risk, Ambulatory COVID-19 Remote
Patient Monitoring Program on Utilization,
Comulada, W. S. et al. (2019) ‘Using mHealth to
Cost, and Mortality. Mayo Clinic Proceedings,
Deliver a Home-Based Testing and Counseling
97(12), 2215–2225. Embase. https://doi.
Program to Improve Linkage to Care and ART
org/10.1016/j.mayocp.2022.08.015
Adherence in Rural South Africa’, Prevention
Science,20(1).doi:10.1007/s11121-018-0950- Hsu, W.-S., & Pan, J.-I. (2013). Secure mobile agent
1. for telemedicine based on P2P networks.
Journal of Medical Systems, 37(3). Embase.
Cremers, A. L. et al. (2019) ‘Patients’ and healthcare
https://doi.org/10.1007/s10916-013-9947-2
providers’ perceptions and practices regarding
hypertension, pharmacy-based care, and Iyengar, K., Jain, V. K., & Vaishya, R. (2020).
mHealth in Lagos, Nigeria: A mixed methods Pitfalls in telemedicine consultations in the era
study’, Journal of Hypertension, 37(2). doi: of COVID 19 and how to avoid them. Diabetes
10.1097/HJH.0000000000001877. and Metabolic Syndrome: Clinical Research
and Reviews, 14(5), 797–799. Embase.
Eilat-Tsanani, S., Golovner, M., Marcus, O.,
https://doi.org/10.1016/j.dsx.2020.06.007
Dayan, M., Sade, Z., Iktelat, A., Rothman,
J., & Oppenheimer, Y. (2016). Evaluation Kasckow, J., Felmet, K., Appelt, C., Thompson, R.,
of telehealth service for patients with Rotondi, A., & Haas, G. (2014). Telepsychiatry
congestive heart failure in the north of in the assessment and treatment of

Halaman 15
schizophrenia. Clinical Schizophrenia and Nelissen, H. E. et al. (2018) ‘Pharmacy-based
Related Psychoses, 8(1), 21–27. https://doi. hypertension care employing mHealth in
org/10.3371/CSRP.KAFE.021513 Lagos, Nigeria – a mixed methods feasibility
study’, BMC Health Services Research, 18(1).
Linde, D. S. et al. (2017) ‘Text messages to increase
doi: 10.1186/s12913-018-3740-3.
attendance to follow-up cervical cancer
screening appointments among HPV-positive Pastora-Bernal, J.-M., Hernández-Fernández, J.-
Tanzanian women (Connected2Care): Study J., Estebanez-Pérez, M.-J., Molina-Torres,
protocol for a randomised controlled trial’, G., García-López, F.-J., & Martín-Valero, R.
Trials, 18(1). doi: 10.1186/s13063-017-2215-x. (2021). Efficacy, feasibility, adherence and cost
effectiveness of a mhealth telerehabilitation
Li, Z., Hui, Z., Zheng, Y., Yu, J., & Zhang, J.
program in low risk cardiac patients: A study
(2022). Efficacy of Phase II Remote Home
protocol. International Journal of Environmental
Rehabilitation in Patients with Acute Myocardial
Research and Public Health, 18(8). Embase.
Infarction after Percutaneous Coronary
https://doi.org/10.3390/ijerph18084038
Intervention. Contrast Media and Molecular
Imaging, 2022((Li Z., cardiologydep@163. Raes, S., Trybou, J., & Annemans, L. (2022). How
com) Department of Cardiac Rehabilitation, to Pay for Telemedicine: A Comparison of Ten
Cangzhou Teaching Hospital of Hebei Medical Health Systems. Health Systems and Reform,
University, Cangzhou Central Hospital, Hebei, 8(1). https://doi.org/10.1080/23288604.2022.
Cangzhou, China). Embase. https://doi. 2116088
org/10.1155/2022/4634769
Sarveswaran, G., Rangamani, S., Ghosh, A.,
Licchetta, L., Trivisano, M., Baldin, E., Mohamed, Bhansali, A., Dharmalingam, M., Unnikrishnan,
S., Raschi, E., Mostacci, B., Zenesini, C., A. G., Kishore Vikram, N., Mathur, P., & Misra,
Contin, M., Vigevano, F., Bisulli, F., Tinuper, A. (2021). Management of diabetes mellitus
P., & Vignatelli, L. (2021). TELEmedicine for through teleconsultation during COVID-19
EPIlepsy Care (TELE-EPIC): Protocol of a and similar scenarios—Guidelines from Indian
randomised, open controlled non-inferiority Council of Medical Research (ICMR) expert
clinical trial. BMJ Open, 11(12), 1–8. https:// group. Diabetes & Metabolic Syndrome,
doi.org/10.1136/bmjopen-2021-053980 15(5), 102242. https://doi.org/10.1016/j.
dsx.2021.102242
Mat Said, Z., Musa, K. I., Tengku Ismail, T. A.,
Abdul Hamid, A., Sahathevan, R., Abdul Aziz, Turimumahoro, P. et al. (2021) ‘A Cost Analysis
Z., & Feigin, V. (2021). The Effectiveness of of Implementing Mobile-Health Facilitated
Stroke Riskometer™ in Improving Stroke Tuberculosis Contact Investigation in a Low
Risk Awareness in Malaysia: A Study Protocol Income Setting’, in. doi: 10.1164/ajrccm-
of a Cluster-Randomized Controlled Trial. conference.2021.203.1_meetingabstracts.
Neuroepidemiology, 55(6), 436–446. https:// a1722
doi.org/10.1159/000518853
McFarland, R. (2017). Telepharmacy for
remote hospital inpatients in north-west
Queensland. Journal of Telemedicine and
Telecare, 23(10), 861–865. https://doi.
org/10.1177/1357633X17732367

BPJS KESEHATAN
Halaman 16
Jl. Letjen Suprapto Kav. 20 No. 14
Cempaka Putih PO. BOX 1391/JKT, Jakarta Pusat 10510 Telp. (021)
4212938 (hunting)
Fax. (021) 4212940

Anda mungkin juga menyukai