Anda di halaman 1dari 8

Sri Ujiani: Hubungan Kadar Feritin Dengan Aktivitas Enzim SGOT dan SGPT

Hubungan Kadar Feritin Dengan Aktivitas Enzim SGOT Dan SGPT


Pasien Thalasemia Di RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Tahun 2017
Dini Marifa Anggraini 1, Sri Ujiani 2
1
Prodi Diploma IV Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
2
Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang

Abstrak

Pasien thalasemia dengan transfusi reguler dapat terjadi penimbunan besi, yang dimonitor dengan pemeriksaan
kadar feritin, dan dapat mengakibatkan terjadinya disfungsi organ-organ vital, termasuk organ hati. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar feritin dengan fungsi hati yang dipantau melalui aktivitas
enzim SGOT dan SGPT pada pasien thalasemia di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Jenis
penelitian merupakan analitik dengan desain cross sectional yang dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017 di
RSUD dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Subjek penelitian ini adalah pasien thalasemia yang
mendapatkan transfusi darah secara rutin dan memiliki kadar feritin tinggi (>1000 ng/l). Kadar feritin sebagai
variabel bebas diketahui melalui rekam medis pasien, aktivitas enzim SGOT dan SGPT diperiksa dengan metode
IFCC. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan korelasi Spearman, Odds Ratio, dan dituliskan dalam
bentuk persamaan menggunakan regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 32 pasien dengan kadar
feritin di atas 1000 ng/l dan 11 pasien (34,4%) diantaranya memiliki kadar feritin >1500 ng/ml. Sebanyak 18
pasien (56,2%) memiliki aktivitas enzim SGOT tinggi dan 21 pasien (65,6%) memiliki aktivitas enzim SGPT
tinggi pula. Uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan positif kuat antara kadar feritin dengan
aktivitas enzim SGOT (p = 0,000), dengan nilai OR= 6,000 dan antara kadar feritin dengan aktivitas enzim
SGPT (P = 0,001), dengan nilai OR= 6,002.

Kata Kunci : Enzim transaminase, feritin, thalasemia

Correlation Of Feritin With Enzim The Activity of Enzymes SGOT


And SGPT Patients Thalasemia In RSUD Abdul Moeloek
Province Lampung 2017

Abstract

Thalassemia patients with regular transfusions may have iron accumulation, monitored by examination of ferritin
levels, and may result in the dysfunction of vital organs, including liver organ. This study aims to determine the
relationship between ferritin levels and liver function monitored through SGOT and SGPT enzyme activity in
thalassaemic patients in dr. H. Abdul Moeloek Lampung Province. This type of research is an analytical cross-
sectional design that was conducted in April-May 2017 in RSUD dr. H. Abdul Moeloek Lampung Province. The
subjects of this study were thalassemia patients who received regular blood transfusions and had high ferritin
levels (> 1000 ng / l). The level of ferritin as the independent variable is known through the patient's medical
record, the enzyme activity of SGOT and SGPT is examined by the IFCC method. Research data were analyzed
by using Spearman correlation, Odds Ratio, and written in equation form using linear regression. The results
showed that 32 patients with ferritin levels above 1000 ng / l and 11 patients (34.4%) had ferritin levels> 1500
ng / ml. A total of 18 patients (56.2%) had high SGOT enzyme activity and 21 patients (65.6%) had high SGPT
enzyme activity as well. Spearman correlation test showed a strong positive correlation between ferritin level
and SGOT enzyme activity (p = 0,000), with OR = 6,000 and between ferritin level and SGPT enzyme activity
(P = 0,001), with OR = 6,002.

Keywords: Transaminase enzyme, ferritin, thalassemia

Korespondensi : Sri Ujiani, Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang, Jl. Soekarno-Hatta
No. 1 Bandar Lampung, mobile : 081540822571, e-mail : Sriujiani123@yahoo.com

Jurnal Analis Kesehatan : Volume 6, No. 2 September 2017 632


Sri Ujiani: Hubungan Kadar Feritin Dengan Aktivitas Enzim SGOT Dan SGPT

Pendahuluan Sehingga pada pasien thalasemia yang


mendapat transfusi reguler dapat terjadi
Thalasemia merupakan penyakit hemokromatosis, yaitu penumpukan besi pada
hemolitik kronik karena kelainan genetik yang sel-sel parenkim, yang terjadi karena tubuh
diturunkan secara autosomal resesif. manusia mempunyai kemampuan yang terbatas
Thalasemia memiliki karakteristik berupa dalam mengeliminasi kelebihan besi (Sulaiman,
penurunan atau pengurangan produksi rantai 2011).
globin, sehingga menyebabkan eritrosit yang Transfusi darah berulang dan
mudah rapuh, dan mengakibatkan anemia peningkatan absorpsi besi di usus sebagai
dengan berbagai macam derajatnya akibat eritropoiesis yang tidak efektif pada
(Atmakusuma, 2014). Penyakit thalasemia penderita thalassemia dan menyebabkan
dijelaskan pertama kali oleh Cooley (1925), penimbunan besi. Pada keadaan penimbunan
semula ditemukan di sekitar Laut Tengah, besi, kadar besi serum, saturasi transferin dan
menyebar sampai mediteran, Afrika, Timur feritin akan meningkat serta total iron binding
Tengah, India, Asia Tenggara termasuk capacity (TIBC) terlampaui, hal ini dapat
Indonesia (Permono dan Ugrasena, 2012). menyebabkan reaksi radikal bebas yang bersifat
Berdasarkan manifestasi klinisnya thalasemia sitotoksik sehingga mengakibatkan kerusakan
dibagi menjadi tiga kelompok yaitu thalasemia oksidasi lipid, protein dan asam nukleat.
mayor yang membutuhkan transfusi darah Feritin merupakan indikator yang baik
seumur hidup, thalasemia minor tanpa gejala untuk menilai kelebihan besi pada thalasemia
dan thalasemia intermedia (Bakta, 2013). karena mudah dikerjakan, tersedia di banyak
Pada tahun 2008 World Health laboratorium dan mempunyai korelasi yang
Organization (WHO) menyatakan 4,5% dari baik dengan temuan histologis biopsi hati.
total penduduk dunia adalah pembawa sifat Penimbunan besi dapat diukur dengan
thalasemia dan meningkat menjadi 7% pada menentukan kadar feritin serum karena paling
tahun 2011. Diperkirakan 400-500 ribu bayi mencerminkan status besi tubuh. Kadar feritin
thalassemia mayor lahir pertahun di seluruh serum yang tinggi mencerminkan kadar besi
dunia. Di Indonesia angka pembawa sifat plasma yang tinggi pula (Atmakusuma, 2014).
thalassemia yakni 3-10%. Berdasarkan data Pemeriksaan serum feritin untuk pasien
tersebut dan dengan memperhitungkan angka thalasemia dilakukan secara teratur setidaknya
kelahiran serta jumlah penduduk Indonesia saat 3 bulan sekali supaya memiliki nilai terapi dan
ini, diperkirakan akan lahir 3000 anak dengan prognostik. Jika serum feritin melebihi 1000
thalasemia setiap tahun (Setiabudy dan ng/l, maka pada keadaan ini dimulai terapi
Wahidiyat, 2010). kelasi besi untuk menurunkan kadar besi dalam
Berdasarkan data Komunitas Darah 4 tubuh, sedangkan kadar feritin lebih dari atau
Lampung yang terbentuk untuk mengumpulkan sama dengan 1500 ng/l mengindikasikan
pendonor sukarela khusus untuk pasien kelebihan besi yang signifikan dan
thalasemia menyatakan jumlah pasien berhubungan dengan liver injury (Ikram dkk,
thalasemia di Provinsi Lampung hingga tahun 2014). Beberapa penelitian, seperti yang
2013 sebanyak 92 orang. Sedangkan menurut dilakukan oleh Aulia Fachri (2013) telah
data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun memaparkan gambaran kadar feritin dengan
2014 jumlah pasien thalasemia sebanyak 148 hasil pemeriksaan enzim hati.
orang (Saputra, 2013). Penumpukan besi ini dapat menyebabkan
Pasien thalasemia mendapatkan terapi kerusakan jaringan dan kegagalan fungsi organ
berupa transfusi darah sebab pada pasien ini tubuh terutama hati, pankreas, jantung dan
timbul manifestasi berupa anemia akibat hipothalamus. Hati merupakan organ pertama
ketidakmampuan tubuh untuk mengompensasi yang terpengaruh, dimana 95% pasien dengan
penurunan hemoglobin yang terjadi karena hemokromatosis mengalami hepatomegali,
proses eritropoiesis tidak berjalan dengan karena besi (Fe) terkandung dalam setiap sel
efektif. Hal tersebut bila tidak ditangani dengan darah merah yang ditransfusikan. Semua racun
baik, dapat menyebabkan wajah pucat, atau senyawa-senyawa yang dapat berbahaya
hepatosplenomegali, keterlambatan pubertas, bagi tubuh akan menumpuk di hati (hepar)
gangguan pertumbuhan serta ketidakmampuan untuk didetoksifikasi. Dalam keadaan normal,
untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Permono setelah 120 hari sel darah merah akan
dan Ugrasena, 2012). mengalami apoptosis dan komponen-komponen
Transfusi dilakukan secara kontinyu penyusunnya akan diuraikan dan selanjutnya
sebab thalasemia tidak dapat disembuhkan. digunakan kembali untuk eritropoesis, besi (Fe)

633 Jurnal Analis Kesehatan : Volume 6, No. 2 September 2017


Sri Ujiani: Hubungan Kadar Feritin Dengan Aktivitas Enzim SGOT dan SGPT

yang dibebaskan dari proses tersebut dibawa ke 1) Kriteria Inklusi: yaitu melakukan
dalam sistem retikuloendotelial/makrofag (hati, transfusi darah rutin selama penelitian
limpa, dan sumsum tulang) dan digunakan dilakukan, kadar feritin lebih dari 1000
kembali untuk eritropoesis. Penumpukan besi ng/ml, dan bersedia menjadi responden
(Fe) dalam hati menyebabkan timbulnya penelitian.
aktifitas oksigen atau radikal bebas. Radikal 2) Kriteria Eksklusi:
bebas inilah yang dapat merusak lapisan lemak a) Menderita salah satu dari beberapa
dan protein pada membran dan organel sel hati, penyakit hati selama kurun waktu
sehingga dapat menyebabkan nekrosis atau penelitian (kerusakan hepatoseluler
kebocoran membran sel hati (Sacher dan akut, infark miokard, kolaps sirkulasi,
McPherson, 2012). pankreatitis akut, mononukleosis
Pada pasien thalasemia terjadi
penimbunan besi pada parenkim hati yang
infeksiosa, obstruksi saluran empedu,
memungkinkan terjadinya cedera sel-sel hati. aritmia jantung, gagal jantung
Uji fungsi hati yang sesuai untuk keadaan ini kongestif, tumor hati (metastasis atau
adalah pemeriksaan Gamma-Glutamyl primer), distrophia muscularis,
Transferase (GGT), Serum Glutamic- perikarditis, sirosis, infark paru,
Oxaloacetic Transaminase (SGOT), Serum delirium tremeus, cerebrovascular
Glutamic-Pyruvic Transaminase (SGPT) atau accident, hepatitis viral akut, nekrosis
Lactate Dehydrogenase (LDH). Uji terhadap hati (toksisitas obat atau kimia),
LDH bukan uji yang sensitif/spesifik untuk infeksi mononuklear, hepatitis kronis
penyakit hati, begitu pula dengan GGT. Enzim aktif, sumbatan empedu ekstra
GGT meningkat pada gangguan saluran
hepatik, sindrom Reye, pankreatitis,
empedu. SGOT dan SGPT merupakan enzim
yang berpartisipasi dalam proses
perlemakan hati, sirosis Laennec,
glukonenogenesis dengan mangkatalisasi sirosis biliaris).
perubahan asam amino dalam bentuk asam b) Menderita demam tifoid.
aspartat dan alanin menjadi asam ketoglutaric c) Menderita demam dengue.
untuk memproduksi asam oksaloasetat dan d) Tidak bersedia menjadi responden
asam piruvat. Kerusakan hepatoseluler dan penelitian.
kematian sel hati merupakan pemicu keluarnya Data yang digunakan dalam penelitian ini
enzim tersebut ke dalam sirkulasi. Enzim-enzim adalah data primer dan data sekunder. Data
transaminase, merupakan petunjuk-petunjuk primer diperoleh dengan melakukan
yang sensitif pada kerusakan hepatoseluler pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT pasien
minimal sehingga bermanfaat untuk thalasemia dengan alat di Laboratorium
menemukan bentuk-bentuk penyakit hati tanpa Patologi Klinik RSUD Abdul Moeloek Provinsi
ikterus (Nelson, 2012). Oleh karena itu Lampung. Metode pemeriksaan yang digunakan
pengukuran enzim SGOT dan SGPT lebih tepat untuk pemeriksaan SGOT dan SGPT adalah
digunakan dalam penelitian ini. IFCC-UV tanpa pengaktifan pyridoxal
phospatase. Sedangkan data sekunder diperoleh
dengan mencatat kadar feritin berdasarkan
Metode rekam medis pasien dari bagian Rekam Medis
RSUD Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Jenis penelitian ini analitik, dengan Hasil data yang diperoleh dan telah
desain cross sectional. Tujuan penelitian untuk dikonfirmasi kemudian dianalisa dan digunakan
menganalisis hubungan kadar feritin dan untuk mengambil kesimpulan dari hasil
aktivitas enzim SGOT dan SGPT pasien penelitian.
thalasemia di RSUD Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Subjek hanya diobservasi sekali dan 1. Analisa Data
pengukuran dilakukan terhadap variabel pada a. Analisa Univariat
saat penelitian (Notoatmodjo, 2010). Uji statisik normalitas yang akan
Populasi pada penelitian yaitu seluruh digunakan dalam penelitian ini adalah uji
pasien thalasemia di RSUD Abdul Moeloek Kolmogorov-Smirnov dengan proses
Provinsi Lampung. Sampel yang digunakan komputerisasi. Metode uji ini dipilih sebab
diambil dari seluruh populasi dengan teknik data yang didapatkan berskala numerik,
purposive sampling menggunakan kriteria sample dapat kurang dari atau lebih dari 30
sebagai berikut : dan data-data ini belum dikelompokkan

Jurnal Analis Kesehatan : Volume 6, No. 2 September 2017 634


Sri Ujiani: Hubungan Kadar Feritin Dengan Aktivitas Enzim SGOT Dan SGPT

dalam tabel frekuensi (Notoatmodjo, nilai terendah 14 U/l dan nilai tertinggi
2010). mencapai 476 U/l. Aktivitas enzim SGPT
b. Analisa Bivariat memiliki rerata sebesar 51,06 U/l dengan nilai
Variabel terikat dan variabel bebas terendah 10 U/l dan tertinggi 295 U/l.
dianalisa menggunakan uji korelasi
Pearson. Uji korelasi Spearman digunakan Tabel 2. Distribusi Kadar Feritin yang Dapat
untuk menguji hubungan antara dua Menyebabkan Liver Injury
variabel dengan skala data interval atau Kadar Feritin N %
rasio dengan data interval atau rasio yang 1000-1500 ng/ml 21 65,6
memiliki distribusi data tidak normal. 1500-11800 ng/ml 11 34,4
Hubungan antara variabel terikat dan Jumlah 32 100
variabel bebas, dengan uji korelasi Sumber: Data Primer, 2017
Spearman, dapat ditetapkan sebagai
hubungan positif atau negatif. Eratnya Jumlah pasien yang memiliki kadar
hubungan kedua variabel ini dinyatakan feritin lebih dari atau sama dengan 1500 ng/ml
dengan koefisien korelasi. yang dapat menyebabkan liver injury
Analisa berikutnya adalah dengan Odds berdasarkan tabel di atas adalah 11 orang
Ratio, yaitu analisa yang digunakan untuk sedangkan 22 orang lainnya memiliki hasil
mencari tahu apakah variabel terikat merupakan pemeriksaan feritin yang belum mencapai 1500
faktor risiko untuk variabel bebas. Hubungan ng/ml.
antara kedua variabel juga ditunjukkan dalam
persamaan yang dirumuskan dengan analisa Tabel 3. Data Hasil Pemeriksaan Aktivitas
regresi linier. Baik pemasukan data maupun Enzim SGOT dan SGPT
analisa dilakukan dengan proses komputerisasi SGOT SGPT
(Notoatmodjo, 2010). N % N %
Normal 14 43,8 11 34,4
Tinggi 18 56,2 21 65,6
Jumlah 32 100 32 100
Hasil Sumber: Data Primer, 2017

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Berdasakan tabel di atas, sebagian besar


Umum Daerah dr. H. Abdul Moeloek Provinsi pasien memiliki aktivitas enzim SGOT tinggi
Lampung pada bulan Mei 2017 dengan sebanyak 18 orang (56,3 %) dan sisanya 14
mengambil data primer yaitu aktivitas enzim orang (43,8%) dengan aktivitas enzim SGOT
SGOT dan SGPT pasien thalasemia dan data normal. Hasil berikutnya menunjukkan terdapat
sekunder yaitu kadar feritin pasien thalasemia 21 orang (65,6%) memiliki aktiivitas enzim
berdasarkan rekam medik. Dari penelitian SGPT tinggi dan sebanyak 11 orang (34,4%)
didapatkan 32 pasien yang memenuhi kriteria memiliki aktivitas enzim SGPT normal.
inklusi dan eksklusi sebagai subjek penelitian.
2. Analisa Bivariat
1. Analisa Univariat
Sebelum melakukan uji statistik pada
Tabel 1. Profil Kadar Feritin, Aktivitas Enzim penelitian ini, data variabel dependen dan
SGOTdan Aktivitas Enzim SGPT independen harus dilakukan uji normalitas
PasienThalasemia Kolmogorov-Smirnov. Pada uji Kolmogorov-
Variabel Rerata Minimal Maksimal Smirnov terhadap kadar feritin didapatkan nilai
Feritin (ng/ml) 2096,87 1025,00 11800,00
p = 0,000 (p < 0,05) menunjukkan bahwa
SGOT (U/l) 60,81 14,00 476,00
distribusi data tidak normal. Uji Kolmogorov-
SGPT (U/l) 51,06 10,00 295,00 Smirnov juga dilakukan terhadap aktivitas
Sumber: Data Primer, 2017 enzim SGOT dan SGPT, didapatkan nilai p =
0,000 dan p = 0,000. Hasil uji Kolmogorov-
Berdasarkan data dari tabel 1 didapatkan Smirnov menunjukkan bahwa sebaran data
bahwa kadar feritin seluruh pasien telah semua variabel tidak normal (p < 0,05).
mencapai 1000 ng/ml dengan rerata kadar Selanjutnya dilakukan uji hipotesis untuk
feritin adalah 2096,87 ng/ml. Nilai terendah mengetahui korelasi kadar feritin dengan
kadar feritin adalah 1025 ng/ml dan tertinggi aktivitas enzim SGOT dan korelasi antara kadar
11800 ng/ml.Aktivitas enzim SGOT memiliki feritin dengan kadar SGPT menggunakan uji
nilai yang bervariasi dengan rerata 60,81 U/l, korelasi Spearman karena variabel yang akan

635 Jurnal Analis Kesehatan : Volume 6, No. 2 September 2017


Sri Ujiani: Hubungan Kadar Feritin Dengan Aktivitas Enzim SGOT dan SGPT

diuji merupakan data numerik (rasio) dan hasil nilai koefisien determinan (R Square) =
memiliki distribusi data tidak normal. 0,067 berarti 6,7 % aktivitas enzim SGPT dapat
dijelaskan oleh kadar feritin.
Tabel 4. Hubungan Kadar Feritin dengan
Aktivitas Enzim SGOT dan SGPT Tabel 6. Nilai Determinasi Kadar Feritin
Kadar Feritin Terhadap Aktivitas Enzim SGPT Pasien
P Koefisien Korelasi Thalasemia di RSUD dr. H. Abdul Moeloek
Aktivitas
0,000 0,625 Model R R Square Signifikansi
Enzim SGOT
Aktivitas 1 0,260 0,067 0,010
0,001 0,577
Enzim SGPT
Sumber: Data Primer, 2017 Sumber: Data Primer, 2017

Pada uji korelasi Spearman didapatkan Nilai signifikansi yang ditampilkan


nilai p = 0,000 (p < 0,05) menunjukkan bahwa adalah 0,010 (p < 0,05) artinya persamaan garis
korelasi antara kadar feritin dengan aktivitas yang diperoleh melalui analisis regresi linier
enzim SGOT adalah bermakna, nilai koefisien bermakna secara statistik. Persamaan regresi
korelasi sebesar 0,625 menunjukkan bahwa diperoleh sebagai berikut:
arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi Kadar SGPT = 37,014 + 0,007 (Kadar Feritin)
yang kuat. Selain itu terdapat korelasi bermakna Selanjutnya dilakukan analisis Odds
pula antara kadar feritin dengan aktivitas enzim Ratio terhadap kadar feritin dan aktivitas enzim
SGPT yang ditunjukkan dengan nilai p = 0,001 SGOT dan SGPT untuk mengetahui apakah
(p < 0,05), nilai koefisien korelasi sebesar 0,577 kadar feritin (variabel bebas) merupakan faktor
menunjukkan bahwa arah korelasi positif resiko untuk aktivitas enzim SGOT dan SGPT
dengan kekuatan korelasi yang sedang. (variabel terikat).
Setelah dilakukan uji korelasi,
disimpulkan bahwa korelasi tersebut bemakna Tabel 7. Distribusi Kadar Feritin dengan
secara statistik. Selanjutnya hasil penelitian Aktivitas Enzim SGOT Normal dan Tinggi
dibuat dalam bentuk persamaan garis lurus Kadar SGOT
95%
untuk menggambarkan secararinci korelasi Variabel OR Confidenc
Tinggi Normal e Interval
antara kadar feritin dan aktivitas enzim SGOT n(%) n(%)
dan SGPT serta dapat digunakan untuk Kadar Feritin
< 1500 ng/ml 9 (28,1%) 12 (37,5%)
memprediksi aktivitas enzim SGOT dan SGPT
jika kadar feritin serum diketahui. Analisis > 1500 ng/ml 9 (28,1%) 2 (6,2%) 6.000 1,0 – 34,8

statistik yang digunakan adalah regresi linier.


Dari hasil pengujian regresi linier antara
kadar feritin dengan aktivitas enzim SGOT
diperoleh nilai koefisien determinan (R square) Berdasarkan tabel 7. didapatkan hasil
= 0,036 berarti 3,6 % aktivitas enzim SGOT OR = 6,000 dan 95 % CI = 1,0 – 34,8. Hasil ini
dapat dijelaskan oleh kadar feritin. menunjukkan bahwa OR > 1, artinya kadar
feritin merupakan salah satu faktor resiko
Tabel 5. Nilai Determinasi Kadar Feritin tingginya aktivitas enzim SGOT dalam
Terhadap Aktivitas Enzim SGOT Pasien pemeriksaan uji fungsi hati.
Thalasemia di RSUD dr. H. Abdul Moeloek
Tabel 8. Distribusi Kadar Feritin dengan
Aktivitas Enzim SGPT Normal dan Tinggi
Model R R Square Signifikansi
Kadar SGPT
1 0,189 0,036 0,033 95%
Variabel OR Confidence
Sumber: Data Primer, 2017 Tinggi Normal Interval
n(%) n(%)

Nilai signifikansi yang ditampilkan Kadar Feritin 10 (31,2%) 11 (34,3%)


adalah 0,033 (p < 0,05) artinya persamaan garis < 1500 ng/ml
6,022 1,1– 35,2
11 (34,3%) 0
yang diperoleh melalui analisis regresi linier > 1500 ng/ml
bermakna secara statistik. Persamaan regresi
diperoleh sebagai berikut: Sumber: Data Primer, 2017
Kadar SGOT = 45,531 + 0,007 (Kadar Feritin)
Uji regresi linier antara kadar feritin Berdasarkan tabel 8. didapatkan hasil OR
dengan aktivitas enzim SGPT menunjukkan = 6,022 dan 95 % CI = 1,1 – 35,2. Hasil ini

Jurnal Analis Kesehatan : Volume 6, No. 2 September 2017 636


Sri Ujiani: Hubungan Kadar Feritin Dengan Aktivitas Enzim SGOT Dan SGPT

menunjukkan bahwa OR > 1, artinya kadar yang memiliki kadar feritin tinggi 9 orang
feritin merupakan salah satu faktor resiko (81,8%) diantaranya memiliki aktivitas enzim
tingginya aktivitas enzim SGPT dalam SGOT tinggi dan 11 orang (100%) memiliki
pemeriksaan uji fungsi hati. aktivitas enzim SGPT tinggi pula. Sementara
sampel lainnya memiliki aktivitas enzim SGOT
dan SGPT normal. Sementara itu, dari 21 orang
Pembahasan yang memiliki kadar feritin < 1500 ng/ml, 9
orang (42,8%) memiliki aktivitas enzim SGOT
Thalasemia merupakan penyakit dan SGPT tinggi sedangkan 12 orang (57,1%)
keturunan yang ditandai dengan anemia kronis lainnya normal.
akibat hemoglobinopati sehingga membutuhkan Setelah dilakukan uji korelasi Spearman
penatalaksanaan berupa transfusi darah reguler. antara kadar feritin dengan aktivitas enzim
Dalam penelitian yang telah dilaksanakan di SGOT didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05)
RSUD dr. H. Abdul Moeloek pada bulan Mei menunjukkan bahwa ada korelasi yang
2017 seluruh sampel telah menerima transfusi bermakna antara kadar feritin dengan aktivitas
darah reguler dengan kadar feritin mencapai enzim SGOT, nilai koefisien korelasi sebesar
lebih dari 1000 ng/ml. Hasil ini sesuai dengan 0,625 menunjukkan bahwa arah korelasi positif
data kuisioner yang menunjukkan bahwa pasien dengan kekuatan korelasi yang kuat. Selain itu
telah mendapatkan terapi tranfusi darah secara terdapat korelasi bermakna pula antara kadar
rutin selama lebih dari 1 tahun. feritin dengan aktivitas enzim SGPT yang
Pada keadaan serum feritin melebihi ditunjukkan dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05),
1000 ng/ml, menurut Ikram, dkk (2014), terapi nilai koefisien korelasi sebesar 0,577
kelasi besi mulai diberikan kepada pasien. menunjukkan bahwa arah korelasi positif
Berdasarkan teori tersebut, hanya 2 orang dengan kekuatan korelasi yang sedang. Hasil uji
subjek penelitian yang rutin mengonsumsi obat korelasi Spearman ini menunjukkan bahwa
kelasi besi, 30 orang lainnya tidak terdapat hubungan antara kadar feritin dengan
mengonsumsi obat kelasi secara rutin. aktivitas enzim SGOT dan SGPT.
Penimbunan besi yang bersifat kronik Korelasi antara kadar feritin dengan
mengakibatkan transferin telah jenuh oleh besi aktivitas enzim SGOT dan SGPT didukung
sehingga besi ini muncul dalam bentuk Non- pula oleh hasil perhitungan OR antara kadar
Transferin Bound Iron (NTBI). Sebanyak 70% feritin dengan aktivitas enzim SGOT dan SGPT
dari NTBI ini mengalami ambilan yang cepat yaitu OR > 1, artinya kadar feritin merupakan
oleh hati, dengan kata lain, hati merupakan salah satu faktor resiko meningkatnya aktivitas
organ pertama yang terpengaruh oleh keadaan enzim SGOT dan SGPT dalam pemeriksaan uji
penimbunan besi pada thalasemia (Kartoyo dan fungsi hati pada pasien thalasemia. Kadar
Purnamawati, 2013). Pemeriksaan aktivitas feritin yang mencapai 1500 ng/ml menunjukkan
enzim SGOT dan SGPT dapat menunjukkan penimbunan besi yang signifikan dan memiliki
keadaan fungsi hati pada keadaan ini. Dari hasil resiko lebih besar untuk terjadinya cedera sel
penelitian didapatkan 14 orang (43,8%) hati (liver injury). Hal ini sesuai dengan teori
memiliki hasil pemeriksaan aktivitas enzim yang telah diungkapkan oleh Ikram, dkk (2014)
SGOT normal dan 18 orang (56,2%) lainnya melalui penelitian observasional analitik
tinggi. Hasil pemeriksaan aktivitas enzim SGPT sebelumnya.
pada 11 orang (34,4%) normal sedangkan pada Peningkatan produksi enzim-enzim
21 orang (65,6%) lainnya tinggi. transaminase yaitu SGOT dan SGPT terjadi
Ikram, dkk (2014) menyebutkan bahwa sebagai respon terhadap keadaan cedera sel-sel
kadar feritin ≥1500 ng/ml mengindikasikan hati. Mekanisme cedera sel hati pada pasien
kelebihan besi yang signifikan dan thalasemia dengan transfusi reguler diawali
berhubungan dengan liver injury. Dalam dengan penimbunan besi yang terjadi akibat
penelitian ini didapatkan sebanyak 11 orang eritropoesis yang inefektif, peningkatan
(34,4%) memiliki kadar feritin lebih dari 1500 absorpsi besi pada sistem gastrointestinal,
ng/ml sedangkan 21 orang (65,6%) lainnya penurunan mekanisme fisiologis tubuh dalam
memiliki kadar feritin yang belum mencapai mengekskresikan besi dan yang paling utama
1500 ng/ml. Hal ini menunjukkan bahwa adalah akibat transfusi darah berulang. Satu unit
sebagian kecil sampel beresiko mengalami liver sel darah merah yang ditransfusikan
injury yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan mengandung sekitar 250 mg besi sementara
aktivitas enzim SGOT dan SGPT. Dari hasil tubuh tidak dapat membuang lebih dari 1 mg
penelitian menunjukkan bahwa dari 11 orang besi setiap harinya. Keadaan penimbunan besi

637 Jurnal Analis Kesehatan : Volume 6, No. 2 September 2017


Sri Ujiani: Hubungan Kadar Feritin Dengan Aktivitas Enzim SGOT dan SGPT

pada penelitian ini diukur dengan menggunakan 4. Ada hubungan positif yang kuat antara kadar
pemeriksaan kadar feritin. Feritin adalah protein feritin dengan aktivitas enzim SGOT dan
pengikat besi yang berperan sebagai penyimpan SGPT pada pasien thalasemia di RSUD dr.
besi primer, dengan demikian feritin H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
mempunyai hubungan erat dengan tingkat besi
dalam tubuh. Sebagian kecil feritin terdapat
pada serum manusia dan dapat meningkat pada Daftar Pustaka
keadaan kelebihan besi dan adanya proses
inflamasi atau kerusakan jaringan (Frank dan 1. Atmakusuma, D 2014, Thalassemia:
Suzy, 2002). Manifestasi Klinis, Pendekatan Diagnosis,
Hati, pada keadaan penimbunan besi dan Thalassemia Intermedia. Dalam: Buku
akan melakukan ambilan NTBI yang bersama Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi
dengan fero yang dilepaskan oleh feritin VI, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
membetuk senyawa hidroksi radikal melalui Penyakit Dalam FakultasKedokteran
reaksi fenton. Senyawa hidroksi radikal ini Universitas Indonesia, Jakarta.
menyebabkan peroksidasi lipid yang diikuti
dengan tebentuknya produk peroksida yang 2. Atmakusuma, D dan Setyaningsih, I 2014,
reaktif dan bersifat toksik. Struktur membran Dasar-dasar Thalassemia: Salah Satu Jenis
sel hati pun mengalami perubahan sehingga Hemoglobinopati. Dalam: Buku Ajar Ilmu
membran sel rusak dan fungsi organel Penyakit Dalam. Jilid II.Edisi VI, Pusat
terganggu. Keadaan cedera/kerusakan sel hati Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
ini dapat pula diikuti dengan kematian sel hati. Dalam FakultasKedokteran
Enzim-enzim transaminase, yang diperiksa UniversitasIndonesia, Jakarta.
dalam penelitian ini merupakan petunjuk yang
sensitif pada kerusakan hepatoseluler minimal 3. Bain, BJ 2015, Hematologi Kurikulum Inti,
sehingga bermanfaat untuk menemukan bentuk- EGC, Jakarta.
bentuk penyakit hati (Nelson, 2012).
Adanya hubungan antara kadar feritin 4. Bakta, IM 2013, Hematologi Klinik
dengan aktivitas enzim SGOT dan SGPT Ringkas, EGC, Jakarta..
menunjukkan bahwa pemantauan aktivitas
enzim SGOT dan SGPT, selain untuk 5. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2014,
mengetahui kondisi hati, juga dapat Profil Kesehatan Lampung, Lampung.
dipertimbangkan sebagai alternatif pemantauan
kadar feritin pada pasien thalasemia. Hal ini 6. Frances, KW, Alih Bahasa : S. Boedina
didasarkan pada konsep cost effective dimana Kresno dkk. 2011, Tinjauan Klinis Atas
pemeriksaan kadar feritin membutuhkan biaya Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi 9,
lebih besar jika dibandingkan dengan cetakan ke-1, EGC, Jakarta
pemeriksaan aktivitas enzim SGOT dan SGPT.
Dengan memeriksa aktivitas enzim SGOT dan 7. Gandasoebrata, R 2012, Penuntun
SGPT dapat diketahui estimasi kadar feritin Laboratorium Klinik, Edisi 16, Dian
dalam tubuh pasien thalasemia sehingga dapat Rakyat, Jakarta.
dilakukan pencegahan komplikasi penimbunan
besi pada organ vital lain. 8. Gaw, A, dkk 2012, Biokimia Klinis, EGC,
Simpulan hasil penelitian sebagai Jakarta.
berikut:
1. Dari 32 sampel pasien thalasemia 9. Giardina, PJ dan Grady, RS 2012,
didapatkan rata-rata kadar feritin 2096,87 Thalassemia syndromes. In: Hematology :
ng/ml, dengan nilai terendah 1025 ng/ml BasicPrinciple and Practice. 6/e, Elsevier
dan tertinggi mencapai 11800 ng/ml. Inc, Philadelphia.
2. Dari 32 sampel pasien thalasemia
didapatkan rata-rata aktivitas enzim SGOT 10. Guyton, CA dan Hall, EJ 2014, Buku Ajar
60, 81 U/l, dengan nilai terendah 14,0 U/l Fisiologi Kedokteran, Elsevier. Inc,
dan tertinggi 476 U/l. Singapore.
3. Dari 32 sampel pasien thalasemia
didapatkan rata-rata aktivitas enzim SGPT 11. Hoffbrand, AY 2013, Kapita Selekta
51,06 U/l, dengan nilai terendah 10,0 U/l Hematologi (Essentials Hematology),EGC,
dan tertinggi 295 U/l. Jakarta.

Jurnal Analis Kesehatan : Volume 6, No. 2 September 2017 638


Sri Ujiani: Hubungan Kadar Feritin Dengan Aktivitas Enzim SGOT Dan SGPT

12. Ikram N, dkk 2014, Ferritin Levels in 21. Sacher, RA dan McPherson, RA 2012,
Patients ofBeta Thalassemia Major,Int J Tinjauan Klinis HasilPemeriksaan
Pathol, Singapore. Laboratorium, EGC, Jakarta.

13. Kee, JL 2013, Pedoman Pemeriksaan 22. Saputra, A 2013, Yopie Pangkey,
Labarotarium dan Diagnostik, EGC, “Pahlawan Darah 4 Lampung”
Jakarta. buatPenderita Thalasemia, Harian
Kompas, Bandar Lampung.
14. Johnston, D, Hull, Derek, I 2007, Bayi
Baru Lahir, Dalam : Yusna Daulika dan 23. Setiabudy, R, dan Wahidiyat, P
Huriawati Hartanto (eds),Dasar – Dasar 2010,Platelet agregation and activation in
Pediatri, EGC, Jakarta. thalassemia major patients in Indonesia.
Clinical Applied Trombosis Hemostasis;
15. Kartoyo, P dan Purnamawati, SP 2013, Sari Pediatri.
Pengaruh Penimbunan Besi TerhadapHati
pada Thalassemia. Jurnal, Sari Pediatri 24. Sulaiman, A, dkk(eds) 2011, Buku Ajar
Vol.5. Ilmu Penyakit Hati, Sagung
Seto,Yogyakarta.
16. Kosasih, EN dan Kosasih, AS 2011,
Tafsiran Hasil Pemeriksaan Laboratorium 25. Solihin, EA 2016, Jumlah Penderita
Klinik Edisi ke 2, Kharisma Publishing Thalasemia di RSUAM Capai
Group, Jakarta. 120Penderita, Harian Kompas, Bandar
Lampung.
17. National Heart, Lung, and Blood Institute
Scientific 2011, Statement, Jakarta, 26. Soliman,MAE, dkk 2012, Dove Press
Journal, Clinical Opthalmology, USA.
18. USA. Nelson, B 2012, Ilmu Kesehatan
Anak,EGC, Jakarta. 27. WHO 2008, Worldwide Prevalence of
Thalasemia 1993-2006; WHO
19. Notoatmodjo 2010, Metodologi Penelitian GlobalDatabase on Thalasemia, WHO,
Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Geneva.

20. Permono, B,dan Ugrasena, IDG 2012, 28. Worwood, M 2007, Iron Metabolism, Iron
Hemoglobin: Thalasemia. Dalam: Deficiensy, and Disorders of
Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak, HaemSynthesis, Postgraduate Hematology,
Ikatan Dokter Anak Indonesia,Jakarta. UK.

639 Jurnal Analis Kesehatan : Volume 6, No. 2 September 2017

Anda mungkin juga menyukai