Oleh :
LEMBAR PERSETUJUAN
Makalah Keperawatan Anak II yang berjudul
Dengan THALASSEMIA ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen mata
kuliah
Ungaran.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Thalasemia memang kurang populer. Namun, bukan berarti tak ada
penderita penyakit ini di sekitar kita. Dengan perawatan yang baik, penderita
thalasemia bisa melakukan aktivitas layaknya orang normal. Tapi jika tidak,
thalasemia bisa merenggut nyawa. Karena kurang populer, orang pada
umumnya tidak paham gejala thalasemia. Mereka juga tidak tahu cara
mendeteksi penyakit ini secara dini. Deteksi dini merupakan hal yang sangat
penting. Sebab, jika terdeteksi secara dini, penanganan penyakit pun bisa
dilakukan sedini mungkin. Hasilnya tentu lebih baik dibanding jika penanganan
dilakukan ketika perjalanan penyakit sudah lanjut. Penyakit thalasemia dapat
dideteksi sejak bayi masih di dalam kandungan. Seperti dijelaskan Dr Suthat
Fucharoen dari Pusat Studi Thalasemia Universitas Mahidol, Thailand, dalam
simposium thalasemia di Jakarta, belum lama ini, jika suami atau istri
merupakan pembawa sifat (carrier) thalasemia, maka anak mereka memiliki
kemungkinan sebesar 25 persen untuk menderita thalasemia. Karena itu, ketika
sang istri mengandung, disarankan untuk melakukan tes darah di laboratorium
untuk memastikan apakah janinnya mengidap thalasemia atau tidak.
Selain dalam kandungan, thalasemia juga bisa dideteksi ketika si anak
telah lahir dan mulai tumbuh. Pada mereka, gejala dini thalasemia dapat dilihat
dari kulit dan wajah yang tampak pucat, pertumbuhan lebih lambat dibanding
anak-anak pada umumnya, dan terjadi pembengkakan pada perut akibat
pembengkakan limpa. Hanya saja, gejala ini amat umum dan dapat terjadi pada
banyak penyakit. ''Karena itu, untuk memastikan apakah seseorang menderita
thalasemia atau tidak, maka harus dilakukan pemeriksaan darah,'' tutur Suthat.
Gejala thalasemia, kata Suthat, dapat dilihat pada anak usia tiga sampai 18
bulan. Bila tidak mendapat perawatan serius, anak-anak dengan kelainan darah
bawaan yang disebut thalasemia ini hanya dapat hidup hingga delapan tahun
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan talasemia
2. Tujuan khusus
a. Dapat mengetahui definisi talasemia
b. Dapat mengetahui etiologi talasemia
c. Dapat menjelaskan manisfestasi klinis talasemia
d. Dapat menjelaskan patofisiologi talasemia
e. Dapat menjelaskan penalalaksanaan medis pada kasus talasemia
f. Dapat memberikan asuhan keperawatan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan Fisiologi
1.
Pembentukkan Hemoglobin
Sintesis
hemoglobin
dimulai
dalam
eritroblast
dan
terus
empat
senyawa
pirol
bersatu
membentuk
senyawa
Metabolisme Besi
Besi penting bagi pembentukan hemoglobin, mioglobin, dan
substansi lainnya, seperti sitokrom oksidase, peroksidase, dan katalase.
Jumlah total basi dalam tubuh rata-rata 4-5 gram, lebih kurang 65 %
dijumpai dalam bentuk hemoglobin. Sekitar 4 % dalam bentuk mioglobin,
1 % dalam bentuk macam-macam senyawa heme yang meningkatkan
oksidasi intraselular, 0,1 % bergabung
sekali tidak larut, disebut hemosiderin. Hal ini terjadi bila jumlah total basi
dalam tubuh melebihi yang dapat ditampung oleh penyimpanan apoferitin.
b. Absorbsi besi dari saluran pencernaan
Besi diabsorpsi dari semua bagian usus halus. Hati menyekresi
apotransferin dalam jumlah sedang dalam jumlah sedang kadalam empedu
yang mengalir melalui duktes empedu ke dalam duodenum. Dalam usus
halus, apotransferin berikatan dengan besi bebas dan dengan beberapa
senyawa besi bebas dan dengan senyawa besi seperti hemoglobin dan
mioglobin dari makanan, yaitu dua sumber besi yang penting dalam diet.
Kombinasi ini disebut transferin. Kombinasi ini kemidian tertarik dan
berikatan dengan reseptor pada membrane sel epitel usus. Kemudian,
dengan cara pinositosis molekul transferin diabsorpsi ke dalam sel epitel
dan kemudian dilepaskan pada sisi darah dari sel ini dalam bentuk
transferin plasma.
c. Pengaturan jumlah total besi dalam tubuh
Bila tubuh menjadi jenuh denga besi sehingga seluruh apoferitin
dalam tempat cadangan besi sudah terikat denga besi, maka kecepatan
absorpsi besi dari traktus intestinal menjadi sangat menurun. Sebaliknya,
bila tempat penyimpanan besi sampai kehabisan besi, maka kecepatan
absorpsinya akan sangat dipercepat, dapat sampai lima kali atau lebih
dibandingkan bila tempat penyimpanan basi dalam keadaan jenuh. Jadi,
jumlah total besi dalam tubuh sebagian besar diatur dengan cara mengubah
kecepatan absorpsinya.
(Guyton,1997)
B. Definisi
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi
kerusakan sel darah merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit
menjadi pendek (kurang dari 100 hari). Penyebab kerusakan tersebut karena
2.
protein
yang
bergabung
dengan
zat
besi
(heme).
http://saharuddin.kualalangat.net/index.php?
option=com_content&task=view&id=1&Itemid=2
Thalasemia kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang
ditandai oleh penurunan kecepatan sintesis satu rantai polipeptida hemoglobin
atau lebih diklasifikasikan menurut rantai yang terkena (alfa, beta, gamma)
;dua kategori mayor adalah alfa-dan beta- thalasemia.alfa-t, thalasemia yang
disebabkan oleh penurunan kecepatan sintesis rantai alfa hemoglobin.
(Kamus Dorlan,2000 )
Thalassemia adalah sekelompok penyakit keturunan yang merupakan
akibat dari ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam
amino yang membentuk hemoglobin.
http://www.balita-anda.com/
Thalassemia adalah suatu kelompok anemia hemolitik kongenital
herediter yang diturunkan secara autosomal, disebabkan oleh kekurangan
sintesis rantai polipeptid yang menyusun molekul globin dalam hemoglobin.
http://koaskamar13.wordpress.com/
Thalasemia merupakan penyakit anemia hemolitik herediter yang
diturunkan secara resesif. Secara molekuler thalasemia dibedakan menjadi
Thalasemia alfa dan beta, sedangkan secara klinis dibedakan atas thalasemia
mayor dan minor.
(Kapita selekta, 2000)
Thalasemia adalah suatu penyakit congenital hrediter yang diturunkan
secara autosom berdasarkan kelainan hemoglobin, dimana satu atau rantai
polipeptida hemoglobin kurang atau tidak terbentuk sehingga mengakibatkan
terjadinya anemia hemolitik. (Broyles, 1997).Dengan kata lain thalasemia
merupakan penyakit anemia hemolitik dimana terjadi kerusakan sel darah
merah didalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi pendek
(kurang dari 120 hari).Penyebab kerusakan tersebut adalah Hb yang tidak
normal sebagai akibat dari gangguan dalam pembentukan jumlah rantai globin
atau struktur Hb.
( Nursalam,2005)
Macam macam Thalasemia :
1. Thalasemia beta
Merupakan anemia yang sering dijumpai yang diakibatkan oleh
defek yang diturunkan dalam sintesis rantai beta hemoglobin.
Thalasemia beta meliputi:
a.Thalasemia Mayor
Terjadi bila kedua orang tuanya membawa gen pembawa sifat
Thalasemia. Gejala penyakit muncul sejak awal masa kanak-kanak
etiologi
dari
thalasemia
adalah
faktor
genetik
Gangguan
struktural
pembentukan
hemoglobin
(Ngastiyah, 2005)
D. Manifestasi klinis
Bayi baru lahir dengan thalasemia beta mayor tidak anemis. Gejala
awal pucat mulanya tidak jelas, biasanya menjadi lebih berat dalam tahun
pertama kehidupan dan pada kasus yang berat terjadi beberapa minggu pada
setelah lahir. Bila penyakit ini tidak ditangani dengan baik, tumbuh kembang
masa kehidupan anak akan terhambat. Anak tidak nafsu makan, diare,
kehilangan lemak tubuh dan dapat disertai demam berulang akibat infeksi.
Anemia berat dan lama biasanya menyebabkan pembesaran jantung. Terdapat
hepatosplenomegali. Ikterus ringan mungkin ada. Terjadi perubahan pada
tulang yang menetap, yaitu terjadinya bentuk muka mongoloid akibat system
eritropoesis yang hiperaktif. Adanya penipisan korteks tulang panjang, tangan
dan kaki dapat menimbulkan fraktur patologis. Penyimpangan pertumbuhan
akibat anemia dan kekurangan gizi menyebabkan perawakan pendek. Kadangkadang ditemukan epistaksis, pigmentasi kulit, koreng pada tungkai, dan batu
empedu. Pasien menjadi peka terhadap infeksi terutama bila limpanya telah
diangkat sebelum usia 5 tahun dan mudah mengalami septisemia yang dapat
mengakibatkan kematian. Dapat timbul pensitopenia akibat hipersplenisme.
Hemosiderosis terjadi pada kelenjar endokrin (keterlambatan dan gangguan
perkembangan sifat seks sekunder), pancreas (diabetes), hati (sirosis), otot
jantung (aritmia, gangguan hantaran, gagal jantung), dan pericardium
(perikerditis).
Secara umum, tanda dan gejala yang dapat dilihat antara lain:
1. Letargi
2. Pucat
3. Kelemahan
4. Anoreksia
5. Sesak nafas
6. Tebalnya tulang cranial
7. Pembesaran limpa
8. Menipisnya tulang kartilago
http://keperawatan-gun.blogspot.com/2007/07/thalasemia.html
E. Patofisiologi
Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb A dengan polipeptida rantai
alfa dan dua rantai beta . Pada beta thalasemia adalah tidak adanya atau
kurangnya rantai beta dalam molekul hemoglobin yang mana ada gangguan
kemampuan eritrosit membawa oksigen. Adanya suatu kompensator yang
meningkat dalam rantai alfa, tetapi rantai beta memproduksi secara terusmenerus sehingga menghasilkan hemoglobin defective. Ketidakseimbangan
polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi. Hal ini
menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan menimbulkan anemia
dan atau hemosiderosis. Kelebihan dalam rantai alfa ditemukan pada
thalasemia beta dan kelebihan rantai beta dan gamma ditemukan pada
thalasemia alfa. Kelebihan rantai polipeptida kini mengalami presipitasi dalam
sel eritrosit. Globin intra eritrositik yang mengalami presipitasi, yang terjadi
sebagai rantai polipeptida alfa dan beta, atau terdiri dari hemoglobin tak stbil
badan Heinz, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis. Produksi
dalam hemoglobin menstimulasi bone marrow memproduksi RBC yang lebih.
Dalam stimulasi yang konstan pada bone marrow, produksi RBC diluar
menjadi eritropoetik aktif. Kompensator produksi RBC secara terus-menerus
pada suatu dasar kronik. Dan dengan cepatnya destruksi RBC, menimbulkan
tidak adekuatnya sirkulasi hemoglobin. Kelebihan produksi dan destruksi RBC
menyebabkan bone marrow menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh.
(Suriadi, 2001)
F. Penatalaksanaan
1.
Medikamentosa
dalam waktu 8-12 jam dengan minimal selama 5 hari berturut setiap
selesai transfusi darah.
2.
Bedah
Splenektomi, dengan indikasi:
3.
Suportif
Transfusi darah :
4.
Pemeriksaan Penunjang
1.
Darah tepi :
2.
Retikulosit meningkat.
Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis) :
3.
4.
Pemeriksaan lain :
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang
sehingga trabekula tampak jelas.
Pemantauan
1.
Terapi
Efek samping kelasi besi yang dipantau: demam, sakit perut, sakit
kepala, gatal, sukar bernapas. Bila hal ini terjadi kelasi besi dihentikan.
1.
Tumbuh Kembang
Pencegahan
a. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan zat besi yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh seperti sayuran berwarna hijau
gelap (bayam dan kangkung, buncis, kacang polong) serta kacangkacangan.
b. Ingatkan anak-anak untuk menghindari makanan yang mengandung ferum
seperti daging merah dan makanan yang tinggi ferum seperti hati.
c. Memberikan imunisasi Hepatitis B untuk menghindari anak dari penyakit
jangkitan akibat pemindahan darah.
d. Memberikan vitamin penambah darah pada anak bila diperlukan.
Perlu kita perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih
mudah diserap tubuh daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan
olahan seperti sereal yang diperkuat dengan zat besi.
Pengobatan
H. Pengkajian
A.
Pengkajian
Anamnesis
Keluhan timbul karena anemia: pucat, gangguan nafsu makan, gangguan
tumbuh kembang dan perut membesar karena pembesaran lien dan hati.
Pada umumnya keluh kesah ini mulai timbul pada usia 6 bulan.
1. Asal keturunan atau kewarganegaraan
Thalasemia dapat dijumpai pada bangsa disekitar laut tengah
(mediterania) seperti Turki, Yunani, Ciprus dll. Di Indonesia sendiri,
thalasemia cukup banyak dijumpai pada anak, bahkan merupakan
penyakit darah yang banyak diderita.
2. Umur
Pada thalasemia mayor yang gejala klinisnya jelas, gejala tersebut telah
terlihat sejak anak berumur kurang dari 1 tahun. Sedangkan pada
thalasemia minor yang gejalanya ringan, biasanya anak baru datang
berobat pada umur sekitar 4 sampai 6 tahun.
3. Riwayat Kesehatan Anak
Apakah sebelumnya anak ibu pernah menderita penyakit tertentu?
Anak enderung terkena infeksi saluran nafas bagian atas atau infeksi
lainnya. Hal ini mudah dimengerti karena rendahnya Hb yang berfungsi
sebagai alat transport.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan
Apakah anak ibu mengalami kegagalan dalam pertumbuhannya,
misalnya anak ibu tidak seperti anak-anak seusianya?
8. Pola Aktvitas
Apakah dalam melakukan kegiatannya anak ibu cepat lelah?
Anak terlihat lemah dan tidak selincah anak seusianya. Anak lebih
banyak tidur atau istirahat, karena bila beraktivitas seperti anak normal
mudah merasa lelah.
9. Kulit
Warna kulit coklat kekuning-kuningan jika anak tidak sering
mendapatkan transfusi darah, maka warna kulit menjadi kelabu seperti
besi akibat adanya penimbunan zat besi dalam jaringan kulit
(hemosiderosis).
Keadaan fisik
1. Keadaan umum
Anak biasanya terlihat lemah dan kurang bergairah serta tidak selincah
anak seusianya yang normal.
2. Kepala dan bentuk muka
Anak yang belum/tidak mendapatkan pengobatan mempunyai bentuk
khas, yaitu kepala membesar dan bentuk mukanya Mongoloid, yaitu
hidung pesek tanpa pangkal hidung, jarak kedua mata lebar, dan tulang
dahi terlihat lebar.
3. Mata dan konjungtiva terlihat pucat kekuningan
4. Mulut dan bibir terlihat pucat kehitaman
5. Dada
Pada inspeksi terlihat bahwa dada sebelah kiri menonjol akibat adanya
pembesaran limpa dan hati
6. Perut
B.
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan b/d berkurangnya komponen seluler yang
penting untuk menghantarkan oksigen atau zat nutrisi ke sel.
2. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan kebutuhan pemakaian dan
suplai oksigen.
3. Gangguan integritas kulit b/d peningkatan Fe dalam tubuh.
4. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
5. Gangguan citra tubuh (body image) b/d perubahan skeletal
Tujuan
dilakukan
asuhan 1.
klien
seluler
yang
untuk
Intervensi
Awasi tanda vital,
mampu
penting mempertahankan
1.
berikan
informasi
tentang
Tinggikan kepala
tempat tidur sesuai toleransi
2.
mem
perfusi 2.
di tandai
Rasionalisasi
Meni
ngkatkan ekspansi paru dan
Selidiki
keluhan
memaksimalkan
Berikan
oksigenasi
3.
Iske
mia
seluler
mempengaruhi
jaringan miokardial
4.
Mem
aksimalkan
transpor
oksigen
kejaringan
2.
dilakukan
pemakaian diharapkan
asuhan 1. Kaji
melakukan
klien
aktivitas
mampu
kemampuan
pasien
1.
Mempengar
uhi pilihan intervensi/bantuan
2.
Manifestasi
kardiopulmonal
dengan
jumlah
tenang
serta dapat
aktivitas
kemampuan
oksigen
3.
b.d
postural
dapat
menyebabkan
berdenyut,
&
menunjukkan
regenerasi
luka
sirkulasi darah
jaringan,
mencapai 2.
integritas Setelah
dilakukan
asuhan 1.
ke
Hipotensi
pusing,
kulit
adekuat
jaringan
pusing
Gangguan
upaya
3.
dari
dan
2.
mobilisasi
mengubah
mempengaruhi
posisi
penyembuhan
optimal
3.
anak
3.
yang
mempercepat
mengandung protein
4.
Batasi
makan-makanan
Perbaikan
nutrisi
akan
penyembuhan
Mengurangi
jumlah
Fe
4.
dilakukan
asuhan 1.
Kaji
riwayat
termasuk
mual, anoreksia
disukai
makanan
Nafsu
makan
Anak
jumlah
anak
Observasi
&
cacat
yang
Berikan
makan
bernutrisi
kemungkinan
yang
anak
Mengawasi
kalori
mengkonsumsi 3.
makanan
menduga
2.
2.
Mengidentifikasi defisiensi,
intervensi
/kualitas
masukan
kekurangan
konsumsi makanan
meningkat
3.
1.
yang
Menunjukkan adanya
peningkatan berat badan
2.
nutrisi,
dalam tubuh
3.
4.
Memudahkan
porsi
sedikit
tapi
makanan
5.
absorbsi
5.
pada
saat
makan
menyebabkan
kelebihan
zat
(desferoxamine) Selama 10
jam 5x seminggu
2.
Vitamin C 100-250 mg
sehari
selama
pemberian
efek
kelasi besi
3. Untuk memenuhi kebutuhan
kelasi besi
3.
meningkatkan
yang meningkat
4.
5
dilakukan
asuhan 1.
Vitamin E 200-400 IU
setiap hari
Dorong
anak
untuk
mengekspresikan
1.
Klien
menunjukkan
dari
orang
lain
menfasilitasi koping
perasaan
untuk
merah
1.
aktif
3.
2.
Klien
mendapat
3.
Anak mengungkapkan
Anak
3.
Untuk
masalah-masalah
dan
menghadapi
yang
menunjukkan
ketidaknyamanan,
termasuk
penolakan,
stimulus positif
3.
memberikan
kekhawatirannya
2.
Untuk
ras keadekuatan
2.
Anak
4.
berkolaborasi
Bantu
anak
4.
memperbaiki penampilan
Anak mempertahankan
aktivitas dan hubungan yang
Gangguan
kembang
terhambatnya
telah ada
tumbuh Setelah dilakukan
asuhan 1.
Identifikasi
hambatan
1.
Menguatkan
keyakinan
kerangka
waktu
dalam
pertumbuhan
dan 1.
maturasi seksual
Anak
berespon
pencapaian
2.
Melakukan ketrampilan
motorik,
sosial
kelompok
usia
Diskusikan
pemberian
dan
yang tepat
asuhan
kemampuan
dalam
persepsi
anak
2.
tentang
Peningkatan
penyakit,
dan
pengabaian,
berlebihan
perlindungan
oleh
pemberian
ada
3.
meningkatkan
respon
orang dewasa
4.
Anjurkan
4.
Seringkali
bersalah
orang
keluarga
tua
atau
anggota
dan
perasaan
menyangkal
kecewa
atau
dapat
defensif
PATHWAY
Factor genetik
G3 struktur pembentuk Hb
Anemia hemolitik
Thalasemia
G3 pembentukan Hb A oleh
polipeptida
Rantai
Sintesis rantai
Rantai
Thalasemia
Thalasemia
Sintesis rantai
Sintesis rantai
mengoksidasi Hb dlm
membran sel
Sintesis rantai
Hemolisis
G3 sintesis ,
Anemia
Anemia hemolitik
Transfusi darah
G3 perfusi jar
Intoleransi aktivitas
Kulit mjd kecoklatan
Fibrosis
G3 integritas kulit
Jantung
Gagal ginjal
Liver
Sirosis
Kandung
empedu
kolelitiasis
Pancreas
Limfe
Diabetes
Splenomegali
Sirkulasi darah pd
organ sex
Tdk tjd maturasi sex &
pertmbuhn terlambat
Perubahan skeletal
Pembesaran hati & limfe
G3 tumbang
Perut membuncit
Nafsu makan
Gizi buruk
G3 perkmbngan Tlg
muka & tengkorak
Bntuk muka mongoloid,
hidung pndk, jarak antar
mata lbr
G3 citra tubuh (body
image)
DAFTAR PUSTAKA
Care
with
love.
2007.
Thalasemia.
From:
http://keperawatan-
aktual.
2007.
Deteksi
Dini
Thalasemia.
From:
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=292118&kat_id=123.
diakses tanggal 10 Maret 2008.
Koas anak. 2007. Thalasemia. From: http://koaskamar13.wordpress.com/.
Diakses tanggal 10 Maret 2008.
Mansjoer, Arif.[et al]. 2000. Ed 3. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
Medicastore. 2004. Thalasemia. From:
http://www.medicastore.com/e_sakazakii/index.htm. diakses tanggal 12
April 2008.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba medika.
Rahmawati, Ira. 2006. Thalasemia. From:http://www.balita-anda.com/. diakses
tanggal 10 Maret 2008.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.
Jakarta: EGC
Suriadi, Skp & Rita Yuliani, Skp. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak.
Jakarta: Sagung seto
Web Master. 2004. Thalasemia Berpunca Dari Pada Ibu Bapa. From:
http://saharuddin.kualalangat.net/index.php?