Anda di halaman 1dari 24

Teori-teori Pertumbuhan

Wilayah

Wilmar Salim
Program Magister dan Doktor Perencanaan Wilayah dan Kota
Institut Teknologi Bandung
Agustus 2023
Sejarah PMPWK-ITB
• Berdiri September 1982 dengan bantuan teknis dari Development Planning Unit, University College London
• Ketua PMPWK yang pertama adalah Ir. Budhy Tjahyati Soegijoko, MCP, PhD, dengan Sekretaris Program pertama adalah Ir.
Mochtarram Karyoedi, M.Sc.
• Tahun 1992 mendapat bantuan dari Pemerintah Jerman (GTZ) yang bekerjasama dengan LAN untuk
mengembangkan bidang khusus Perencanaan Kabupaten (District Planning) guna memenuhi tuntutan
kebutuhan tenaga perencana di tingkat propinsi dan kabupaten
• Tahun 1993 membuka bidang khusus manajemen perkotaan (Urban Management) guna mengantisipasi
permasalahan pemanfaatan ruang perkotaan dan pengendaliannya
• Tahun 1996 membuka bidang khusus Rancang Kota (Urban Design) mengingat kebutuhan penataan ruang
perkotaan dalam skala tapak
• Tahun 2003 ada 5 bidang konsentrasi (Pengembangan Wilayah, Perencanaan Kota, Manajemen Kota,
Rancang Kota, dan Sistem Infrastruktur dan Transportasi) dan program DD dengan Belanda
• Tahun 2007 ada 4 bidang konsentrasi (Pengembangan Wilayah, Perencanaan Kota, Manajemen Kota, dan
Sistem Infrastruktur dan Transportasi) dan 2 program DD (Belanda dan Jepang)
• Tahun 2013 ada 5 bidang konsentrasi (Pengembangan Wilayah, Perencanaan Kota, Manajemen Kota, Sistem
Infrastruktur dan Transportasi, dan Perencanaan Penanggulangan Bencana) dan 3 program DD (Belanda,
Jepang dan Amerika Serikat)
• Tahun 2020 ada 6 bidang konsentrasi (Pengembangan Wilayah, Perencanaan Kota, Manajemen Kota, Sistem
Infrastruktur dan Transportasi, Perencanaan Penanggulangan Bencana, dan Sistem Inovasi dan Kota Cerdas)
Ilmu Wilayah
Walter Isard (1919-2010)

Father of Regional Science:


• Mendirikan Regional
Science Association (1954) Regional science as a
• Mendirikan Dept. of discipline concerns
Regional Science (U of about social problems
Pennsylvania) 1956
• Mendirikan Journal of
with regional or
Regional Science (1958) spatial dimensions,
employing
combinations of
analytical and
empirical research
Teori Central Place (Walter Christaller, 1933)
• Hierarchical central place
system
• Hexagonal
• 4 premis:
• Pusat lebih tinggi
menyediakan semua barang
dan jasa yang tersedia di
pusat lebih rendah
• Tempat pusat yang lebih
besar menyediakan
beragam fungsi dan fungsi
khusus
• Jumlah pusat lebih rendah
proporsional terhadap
jumlah pusat lebih tinggi
• Pusat lebih tinggi memiliki
jarak lebih jauh antar
tempat
William Alonso (1933-1999)

• Doktor pertama bidang Regional


Science (1960)
• Pengajar Dept. Regional and City
Planning ITB (1960-1961)
• Pengajar di Harvard University
(1963)

A Theory of the Urban Land Market: bid rent curve


Teori Isolated State (von Thunen, 1826):
Model Guna Lahan Pertanian

(1783 – 1850)
Faktor biaya (produksi, transportasi) dan
harga menentukan jenis produk yang
ditanam di sekitar kota/pasar
Jean-Claude Thill (2017): “Regional Science”,
The International Encyclopedia of Geography
“Regional science is a social science that is concerned with the socioeconomic
workings of human societies within the context of a region”

Fundamental concepts: region and territory, distance, place, location, and interactions

Regional science espouses the scientific research approach and is


data-centric, problem-driven, and inspired by relevance to public policies

Research traditions: environmental and resource analysis, location analysis, regional analysis,
urban analysis, and transportation and mobility analysis

Methods: spatial econometrics, spatial optimization, spatial interaction modeling, and


regional and multiregional input-output and computable general equilibrium modeling
Teori Klasik
Pertumbuhan Wilayah
Teori Pertumbuhan Wilayah (Harry W. Richardson)
• Profesor emeritus bidang ekonomi dan
perencanaan, University of Southern
California (USC)
• Presiden Western Regional Science
Association 1988-1989
• Dewan Editor jurnal Regional Studies
“menjelaskan fenomena konsentrasi dan aglomerasi pada
ruang ekonomi, dan pengakuan bahwa perlunya teori yang
memadai untuk menjelaskan pertumbuhan tak seimbang
dalam sistem antarwilayah serta ketidakseimbangan
spasial pembangunan di tiap wilayah”

“to make regional growth theory more relevant to regional


policy-makers”
Masalah Pertumbuhan Wilayah (Ch. 1)
• Fokus ahli ekonomi pada pertumbuhan nasional, hingga teori “cummulative
causation” Myrdal (1957) è convergence vs divergence
• Di negara maju sekalipun, ada persoalan daerah tertinggal: pendapatan rendah,
pengangguran tinggi, pertumbuhan lambat, produktivitas rendah, migrasi
keluar tinggi
• Ada gap antara teori ttg wilayah dan kebijakan wilayah è kritik thd model
neoklasik nir-ruang yang tidak dapat menjawab berbagai pertanyaan:
• Seberapa besar aglomerasi perkotaan utk menarik masuknya industri?
• Distribusi spasial penduduk spt apa yg efisien?
• Apakah jarak antarwilayah faktor yg dapat menjelaskan perbedaan pertumbuhan?
• Seberapa penting aglomerasi ekonomi menentukan pertumbuhan wilayah?
• Apakah ketertinggalan daerah bisa diatasi dengan investasi publik?
• Bagaimana struktur ruang ekonomi nasional mempengaruhi mobilitas faktor produksi dan difusi
inovasi, dan penyebaran pertumbuhan wilayah?
• Seberapa penting faktor non-ekonomi (lokasi, sikap masyarakat, kendala politis) menentukan
laju pertumbuhan wilayah?
• Apa peran urbanisasi dalam pengembangan wilayah?
Definisi Wilayah
• Tidak ada definisi unik:
• Subnational dalam ekonomi wilayah
• Kumpulan negara dalam ekonomi internasional
• Cara mendefinisikan wilayah:
• Homogenitas: memiliki kesamaan elemen (ekonomi, sosial, politik)
• Nodalitas: perbedaan ruang dalam wilayah è penduduk dan kegiatan
ekonomi terkonsentrasi pada titik2 tertentu, membentuk
ketergantungan, diukur dari aliran orang, faktor, barang dan jasa, serta
komunikasi. Sebuah kawasan bisa masuk jadi bagian sebuah wilayah
berdasarkan keterkaitannya è prinsip dominasi
• Pemrograman/perencanaan: batas administrasi dan politik
Perbedaan Wilayah dan Nasional
• Wilayah lebih terbuka: komoditas dan aliran faktor produksi lebih tinggi
diekspor-imporkan dibandingkan nasional
• Lintas batas wilayah tanpa hambatan seperti cukai, kuota, izin ekspor-impor,
kontrol imigrasi, kontrol pertukaran uang, dll è tapi juga membuatnya bisa
tidak tercatat, tidak terkontrol
• Pembuat kebijakan wilayah tidak memiliki instrumen yang sama dengan
pemerintah pusat
• Berdimensi spasial (ruang-jarak) è terkait efisiensi

Implikasi:
• Wilayah bukan sistem tertutup
• Hubungan erat antara pertumbuhan ekonomi wilayah dan kebijakan publik
Teori Dasar Pengembangan Wilayah
Friedmann, J. and W. Alonso (eds.), Regional Development and
Planning: A Reader. MIT Press. 1965

• Teori Resource Endowment (Bab 11 - Perloff-Wingo (1960). Natural resource


endowment and regional economic growth)
• Teori Export Base (Bab 12 - North (1955). Location theory and regional
economic growth; Bab 13 - Tiebout (1956). Exports and Regional Economic
Growth)
• Teori-teori lain (NeoKeynes/Pertumbuhan Eksogen Neoklasik - Dawkins, C. J.
(2003). Regional Development Theory: Conceptual Foundations, Classic Works,
and Recent Developments.)
1. Teori Resource Endowment (Perloff & Wingo, 1960)
• Wilayah berkembang karena ada permintaan
terhadap komoditas yang dihasilkan dari
sumberdaya alam yang dimiliki
• Sumberdaya alam adalah aset untuk
berproduksi, yang menjadi berharga bila
dimanfaatkan dalam bentuk barang dan jasa
• Faktor yang mempengaruhi permintaan: tingkat
dan distribusi pendapatan, pola perdagangan
dan struktur produksi
• Bila ada perubahan permintaan maka
sumberdaya alam tersebut akan digunakan
untuk memproduksi barang dan jasa lain
2. Teori Export Base (1)
Douglass North (1955)
• Pertumbuhan wilayah lokal dalam aspek politik, ekonomi, dan
kelembagaan sosial sangat ditentukan oleh kemampuan wilayah tsb
dalam melakukan ekspor untuk memenuhi permintaan global.
• Sektor ekonomi dasar atau sektor yang melakukan ekspor akan tumbuh
dan mempengaruhi pertumbuhan sektor-sektor pendukung, dan sektor
non-basis lainnya yang berfungsi untuk melayani sektor dasar.
• Wilayah tidak selalu harus melakukan industrialisasi untuk berkembang
karena ekspor dapat berupa produk sektor manufaktur/jasa/pertanian.
• Ekonomi menjadi semakin beragam seiring dengan bertambahnya
produksi lokal karena bertambahnya pendapatan per kapita dan
munculnya industri-industri baru
2. Teori Export Base (2)
Tiebout (1956)
• Konsep export base hanyalah bentuk penyederhanaan yang terlalu
berlebihan dari model keseimbangan pendapatan per kapita nasional yang
lebih kompleks
• Ekspor bukan satu-satunya variable yang menentukan pertumbuhan
suatu wilayah. Kemampuan wilayah untuk mengembangkan industri
pendukung berperan penting dalam menentukan kemampuan ekspor
wilayah tersebut.
• Konsep export base lebih tepat digunakan pada wilayah tertentu, seperti
kota satelit karena kedekatannya dengan wilayah lain akan meringankan
biaya dalam mengembangkan ekspornya. Sedangkan untuk wilayah yang
lebih besar, konsep ini tidak selalu akurat.
3. Teori Ekonomi Neo-Klasik (Robert N.
Solow):
Terjadinya persaingan bebas di pasar yang sempurna. Dalam
perkembangan ekonomi jangka panjang, senantiasa terdapat
kekuatan tandingan (counter forces) yang dapat menanggulangi
ketimpangan dan mengembalikan penyimpangan kepada keadaan
ekuilibrium yang stabil sehingga tidak diperlukan intervensi
kebijakan pemerintah secara aktif.
Roy Harrod (1939) – Evsey Domar (1946)
• Tidak seperti teori export base, teori
neoklasik memodelkan variable pada sisi
penawaran terutama investasi pada kapasitas
Teori produksi suatu wilayah
• Nilai dari pendapatan yang tidak
Pertumbuhan dibelanjakan, pertumbuhan populasi, dan
perkembangan teknologi ditentukan sebagai
Eksogen variable eksogen
(Neoklasik) • Memprediksi conditional convergence dari
laju pertumbuhan setiap negara dalam
beberapa waktu penurunan pendapatan per
kapita pada setiap negara
• Memprediksi absolute convergence dari
pendapatan per kapita ketika nilai dari
parameter pertumbuhan setiap negara sama
• Penganut dari teori ‘unbalanced growth’ ini adalah Gunnar Myrdal
dan Albert O. Hirschman.
• Keadaan di mana wilayah kaya (U) diuntungkan disebut ‘backwash
effect’ atau ‘polarization effect’, sedangkan keadaan dimana
wilayah miskin (S) diuntungkan disebut ‘spread effect’ atau
‘trickling down effect’
• Gunnar Myrdal menggunakan istilah ‘backwash effect’, ‘spread
effect’, dan ‘cummulative causation effect’.
• Albert O. Hirschman menggunakan istilah ‘polarization effect’ dan
‘trickling down effect’.
Modal
Wilayah Miskin : Wilayah Kaya :
o Upah Rendah o Upah Tinggi
o Pengembalian o Pengembalian
Modal Tinggi Modal Rendah
Buruh

Aliran modal dan buruh akan berhenti jika antara wilayah kaya dan wilayah miskin sudah terjadi keseimbangan

Modal: Wilayah kaya berinvestasi ke wilayah miskin dengan cara menanamkan modal. Investasi
yang berlangsung pada wilayah miskin ini dapat menimbulkan multiplier effect di wilayah miskin,
sehingga lama-kelamaan kesenjangan yang terjadi antara wilayah kaya dan miskin akan berkurang,
tanpa intervensi pemerintah. Dalam hal ini, modal merupakan salah satu kekuatan tandingan.

Buruh: Buruh bergerak dari wilayah miskin (upah rendah) ke wilayah kaya. Pendapatan yang
diterima oleh buruh secara tidak langsung dapat memberikan keuntungan bagi wilayah miskin, dan
kemudian dapat mengurangi kesenjangan antarwilayah.
Aliran Modal
• Wilayah kaya (U) tertarik untuk menanamkan modal di wilayah
miskin (S) karena tenaga kerja di wilayah miskin memiliki upah
yang murah.

Aliran Barang dan Jasa (Perdagangan)


• Wilayah miskin (S) akan memperolah keuntungan dari
meningkatnya pasar produk-produk pertanian dan bersamaan
dengan itu timbul kemajuan teknologi. Dampak tersebut juga
akan menjalar ke daerah-daerah yang memproduksi bahan
mentah untuk keperluan industri yang sedang tumbuh di
wilayah miskin (S).

Aliran Penduduk (Migrasi)


• Kegiatan ekonomi yang mulai berlangsung di wilayah miskin,
mengundang kedatangan penduduk dari wilayah kaya. Hal ini
memberikan keterampilan kerja bagi penduduk di wilayah
miskin dan memajukan keadaan penduduk di wilayah miskin.
Aliran Penduduk (Migrasi)
• Kegiatan ekonomi di wilayah kaya (U) akan menarik tenaga kerja
muda dan aktif dari wilayah miskin (S). Hal ini cenderung
menguntungkan wilayah maju tersebut dan menekan kegiatan
ekonomi wilayah terbelakang tempat asal buruh tersebut.
Aliran Modal
• Di wilayah kaya (U), permintaan yang meningkat akan mendorong
investasi yang akan meningkatkan pendapatan. Lingkup investasi
yang lebih baik pada wilayah maju dapat menciptakan kelangkaan
modal di wilayah miskin (S). Kajian di beberapa negara
menunjukkan sistem perbankan cenderung menjadi alat penyedot
tabungan dari wilayah miskin (S) ke wilayah kaya (U) yang
perputaran modalnya lebih aman.
Aliran Barang dan Jasa (Perdagangan)
• Perdagangan juga akan cenderung menguntungkan wilayah kaya (U)
dan merugikan wilayah miskin (S). Menurut Myrdal, “pembebasan
dan perluasan pasar memberikan keuntungan daya saing kepada
industri di wilayah maju yang telah mapan, namun industri yang
ada di wilayah miskin menjadi terhambat..”
• Friedmann (1966)
• Pertumbuhan dimulai dari luar. Terjadi dampak
migrasi tenaga kerja terhadap konvergensi
pendapatan di seluruh wilayah
• Politik lokal, kewirausahaan dan kepemimpinan
dapat mempengaruhi permintaan untuk ekspor
menjadi pertumbuhan di sektor non-basis
6. Model (residentiary)
Center- • Wilayah dapat berbeda dalam merespon
permintaan untuk ekspor berdasarkan
Periphery sumberdaya yang dimilikinya
• Wilayah perkotaan besar memiliki keunggulan
awal dalam kompetisi untuk pertumbuhan
karena menurunnya biaya-manfaat dari ekonomi
perkotaan

Anda mungkin juga menyukai